2. BAB I
PENDAHULUAN
1. Sindrom kompartemen adalah sebuah kondisi yang mengancam anggota tubuh dan jiwa yang dapat
diamati ketika tekanan perfusi dibawah jaringan yang tertutup mengalami penurunan. Saat sindrom kompartemen
tidak teratasi maka tubuh akan mengalami nekrosis jaringan dan gangguan fungsi yang permanen, dan jika
semakin berat dapat terjadi gagal ginjal dan kematian.
2. Berdasarkan data epidemiologi, sindrom kompartemen akut dan kronik paling banyak terjadi pada tungkai
bawah. 40% kasus sindrom kompartemen akut disebabkan oleh trauma.
3. Sindrom kompartemen akut paling sering terjadi berkaitan dengan fraktur, yakni mencapai 69% kasus. Fraktur tibia
merupakan kondisi presipitasi tersering dari sindrom kompartemen akut. Telah dilaporkan bahwa 2-12% kasus
sindrom kompartemen akut berkaitan dengan fraktur tibia. Sindrom kompartemen akut diperkirakan terjadi lebih
banyak pada kasus fraktur tibia terbuka dibandingkan tertutup.
4. Di sisi lain, sindrom kompartemen kronik merupakan sebuah kondisi medis yang langka. Sindrom
kompartemen kronik umumnya terjadi pada atlet dan lebih sering melibatkan ekstremitas bawah dibandingkan
ekstremitas atas. Populasi yang berisiko adalah atlet lari, pendayung, pengendara motor profesional, dan anggota
militer berbaris.
3. DEFINISI
Sindrom kompartemen merupakan suatu kondisi dimana terjadi
peningkatan tekanan interstitial dalam sebuah ruangan terbatas yakni
kompartemen osteofasial yang tertutup. Hal ini dapat mengawali
terjadinya kekurangan oksigen akibat penekanan pembuluh darah,
sehingga mengakibatkan berkurangnya perfusi jaringan dan diikuti
dengan kematian jaringan.
Ruangan tersebut (Kompartemen osteofasial) berisi otot, saraf
dan pembuluh darah yang dibungkus oleh tulang dan fascia serta otot-
otot individual yang dibungkus oleh epimisium. Ditandai dengan nyeri
yang hebat, parestesi, paresis, pucat, disertai denyut nadi yang hilang.
Secara anatomi sebagian besar kompartemen terletak di anggota
gerak. Paling sering disebabkan oleh trauma, terutama mengenai
daerah tungkai bawah dan tungkai atas.
4. ETIOLOGI
Terdapat berbagai penyebab dapat meningkatkan tekanan jaringan lokal yang kemudian memicu timbulnya
sindrom kompartemen, yaitu antara lain:
1. Penurunan volume kompartemen Kondisi ini disebabkan oleh:
a. Penutupan defek fascia
b. Traksi internal berlebihan pada fraktur ekstremitas
2. Peningkatan tekanan eksternal
a. Balutan yang terlalu ketat
b. Berbaring di atas lengan
c. Gips
3. Peningkatan tekanan pada struktur kompartemen
Beberapa hal yang bisa menyebabkan kondisi ini antara lain:
a. Pendarahan atau Trauma vaskuler
b. Peningkatan permeabilitas kapiler
c. Penggunaan otot yang berlebihan
d. Luka bakar
e. Operasi
f. Gigitan ular
g. Obstruksi vena
5. Klasifikasi
Berikut merupakan klasifikasi sindrom kompartemen
berdasar penyebabnya :
1. Sindrom kompartemen Intrinsik :
merupakan sindrom kompartemen yang berasal dari
dalam tubuh,seperti : perdarahan, fraktur.
2. Sindrom kompartemen ekstrinsik :
merupakan sindrome kompartemen yang berasal dari
luar tubuh : gips, penekanan lengan terlalu lama.
6. Sedangkan berdasarkan lamanya gejala, dapat dibedakan menjadi :
1. Sindrom kompartemen akut
Sindrom kompartemen akut biasanya berkembang setelah
mengalami luka parah, seperti kecelakaan mobil atau patah tulang.
Jarang, ia berkembang setelah cedera yang relatif kecil.
2. Sindrom kompartemen kronik
Sindroma kompartemen kronik biasa terjadi akibat melakukan
aktivitas yang berulang-ulang, misalnya pelari jarak jauh, pemain
basket, pemain sepak bola dan militer.
7. Patofisiologi
Patofisiologi sindrom kompartemen melibatkan hemostasis jaringan lokal
normal yang menyebabkan peningkatan tekanan jaringan, penurunan aliran
darah kapiler, dan nekrosis jaringan lokal yang disebabkan hipoksia. Tanpa
memperhatikan penyebabnya, peningkatan tekanan jaringan menyebabkan
obstruksi vena dalam ruang yang tertutup. Peningkatan tekanan terus meningkat
hingga tekanan arteriolar intramuskuler bawah meninggi. Pada titik ini, tidak ada
lagi darah yang akan masuk ke kapiler, menyebabkan kebocoran ke dalam
kompartemen, sehingga tekanan (pressure) dalam kompartemen makin
meningkat. Penekanan saraf perifer disekitarnya akan menimbulkan nyeri hebat.
Setelah itu, aliran darah melalui kapiler akan berhenti. Dalam keadaan ini
penghantaran oksigen juga akan terhenti, Sehingga terjadi hipoksia jaringan .
Jika hal ini terus berlanjut, maka terjadi iskemia otot dan nervus, yang akan
menyebabkan kerusakan ireversibel komponen tersebut.
9. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis yang terjadi pada syndrome kompartemen dikenal dengan 5 P yaitu:
1. Pain (nyeri)
2. Pallor (pucat)
3. Pulselesness (berkurang atau hilangnya denyut nadi )
4. Parestesia (rasa kesemutan)
5. Paralysis
10. PEMERIKSAAN PENUN JANG
1. Pemeriksaan untuk DVT simtomatis pada paha atau vena poplitea :
USG
2. Pasien resiko tinggi dengan kemungkinan asimtomatis : MRI
3. Pada ekstremitas yang terkena : Rontgen
4. CT – Scan
5. Doppler
6. SpO2
11. 1. Terapi Medikal/non bedah
a. Menempatkan kaki setinggi jantung
b. Pada kasus penurunan ukuran kompartemen, gips harus di buka dan pembalut kontriksi dilepas.
c. Pada kasus gigitan ular berbisa, pemberian anti racun dapat menghambat perkembangan
sindroma kompartemen
d. Mengoreksi hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan produk darah
e. Pada peningkatan isi kompartemen, diuretik dan pemakaian manitol dapat mengurangi tekanan
kompartemen.
2. Terapi Bedah ( fasciotomi)
12. Sindrom kompartemen jika tidak mendapatkan penanganan dengan segera akan
menimbulkan berbagai komplikasi antara lain :
1. Nekrosis pada syaraf dan otot dalam kompartemen
2. Kontraktur volkam, merupakan kerusakan otot yang disebabkan oleh terlambatnya
penanganan sindrom kompartemen sehingga timbul deformitas pada tanga, jari dan
pergelangan tangan karena adanya trauma pada lengan bawah
3. Trauma vascular
4. Gagal ginjal akut
5. Sepsis
6. Acture respiratory distress syndrome (ARDS)
13. 1. PRIMERY SURVEY
difokuskan pada airway, Breathing, Circulation (ABC).
2. SECONDERY SURVEY
a. Keluhan utama : yang paling sering adalah nyeri
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Pemeriksaan fisik
1) Look : oedem, warna kulit, pus, balutan, bandingkan dengan yang normal
2) Feel : palpasi apa ada tanda terdeness, krepitasi, deformitas
3) Move : pada pemeriksaan move, periksalah bagian tubuh yang nromal terlebih dahulu, selain
untuk mendapatkan kooperasi dari penderita, juga untuk mengetahui gerakan normal
penderita
• Apabila ada fraktur, tentunya akan terdapat gerakan yang abnormal didaerah fraktur
(kecuali fraktur incomplete)
• Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat gerakan dari tiap arah pergerakan, mulai dari
titik 0 (posisi netral) atau dengan ukuran metric. Pencatatan ini penting untuk
mengetahui apakah ada gangguan gerak.
• Kekakuan sendi disebut ankylosis dan hal ii dapat disebabkan oleh faktor intraarticular
atau ekstraarticular
• Pergerakan yang perlu dilihat adalah gerakan aktif (apabila penderita sendiri yang
menggerakan karena disuruh oleh pemeriksa ) dan gerak pasif (bila pemeriksa yang
menggerakkan).
• Pada pemeriksaan selain penderita duduk atau berbaring, juga perlu dilihat waktu berdiri
dan berjalan.
15. Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Observasi:
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respons nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik:
Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
rasa nyeri
Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
D.0077 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
diharapkan tingkat nyeri menurun
Pengertian : Kriteria Hasil:
Pengalaman sensorik
atau emosional yang
berkaitan dengan
kerusakan jaringan
aktual atau fungsional,
dengan onset mendadak
atau lambat dan
berintensitas ringan
hingga berat yang
berlangsung kurang dari
3 bulan.
Memburuk Cukup
Memburuk
Sedang Cukup
Membaik
Membaik
1 Frekuensi nadi
1 2 3 4 5
2 Pola nafas
1 2 3 4 5
Meningkat Cukup
Meningkat
Sedang Cukup
Menurun
Menurun
3 Keluhan nyeri
1 2 3 4 5
4 Meringis
1 2 3 4 5
5 Gelisah
1 2 3 4 5
6 Kesulitan tidur
1 2 3 4 5
16. Diagnosa
Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Perfusi Perifer Tidak
Efektif
Perfusi Perifer Perawatan Sirkulasi
Observasi:
Periksa sirkulasi perifer
Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada
ekstremitas
Terapeutik
Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di
area keterbatasan perfusi
Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas
dengan keterbatasan perfusi
Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada
area yang cedera
Lakukan pencegahan infeksi
Lakukan hidrasi
Edukasi
Anjurkan berhenti merokok
Anjurkan berolahraga rutin
Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah,
antikoagulan, dan penurun kolestrol, jika perlu
Anjurkan untuk melakukan perawatan kulit yang
tepat
Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi
Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus
dilaporkan
D.0009 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
perfusi perifer meningkat
Pengertian : Kriteria Hasil:
Penurunan sirkulasi
darah pada level
kapiler yang dapat
mengganggu
metabolisme tubuh
Meningkat Cukup
Meningkat
Sedang Cukup
Menurun
Menurun
1 Warna kulit pucat
1 2 3 4 5
2 Edema perifer
1 2 3 4 5
3 Kelemahan otot
Memburuk Cukup
Memburuk
Sedang Cukup
Membaik
Membaik
4 Pengisian kapiler
1 2 3 4 5
5 Akral
1 2 3 4 5
6 Turgor Kulit
1 2 3 4 5
17. Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Mobilitas
Fisik
Mobilitas Fisik Dukungan mobilisasi
Observasi:
Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum
memulai mobilisasi
Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik:
Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Anjurkan melakukan mobilisasi dini
Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. Duduk di tempat tidur)
D.0054 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
diharapkan mobilitas fisik meningkat
Pengertian : Kriteria Hasil:
Keterbatasan dalam
gerakan fisik dari suatu
atau lebih ekstremitas
secara mandiri
Menurun Cukup
Menurun
Sedang Cukup
Meningkat
Meningkat
1 Pergerakan ekstremitas
1 2 3 4 5
2 Kekuatan otot
1 2 3 4 5
Meningkat Cukup
Meningkat
Sedang Cukup
Menurun
Menurun
3 Nyeri
1 2 3 4 5
4 Kaku sendi
1 2 3 4 5
5 Gerakan terbatas
1 2 3 4 5
6 Kelemahan fisik
1 2 3 4 5
18. Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Gangguan Integritas
Kulit/Jaringan
Integritas Kulit dan Jaringan Perawatan Integritas Kulit
Observasi:
Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik:
Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Gunakan produk berbahan petrolium atau minyak pada
kulit kering
Hindari produk berbahan dasar alkohol pada kulit
Edukasi
Anjurkan menggunakan pelembab
Anjurkan minum air yang cukup
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
Anjurkan mandi dan menggunkan sabun secukupnya
Perawatan Luka
Observasi:
Monitor karakteristik luka
Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik:
Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
nontoksik
Bersihkan jaringan nekrotik
Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
Pasang balutan sesuai jenis luka
Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan
luka
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan
protein
Kolaborasi
Kolaborasi prosedur debridement
Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
D.0129 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan
integritas kulit dan jaringan meningkat
Pengertian : Kriteria Hasil:
Kerusakan kulit (dermis
dan/atau epidermis) atau
jaringan (membran
mukosa, kornea, fasia, otot,
tendon, tulang, kartilago,
kapsul sendi dan/atau
ligamen)
Menurun Cukup
Menurun
Sedang Cukup
Meningkat
Meningkat
1 Elastisitas
1 2 3 4 5
2 Hidrasi
1 2 3 4 5
Meningkat Cukup
Meningkat
Sedang Cukup
Menurun
Menurun
3 Kerusakan lapisan kulit
1 2 3 4 5
4 Perdarahan
1 2 3 4 5
5 Nyeri
1 2 3 4 5
6 Hematoma
1 2 3 4 5
19. Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Risiko Syok Tingkat Syok Pencegahan Syok
Observasi:
Monitor status kardiopulmonal
Monitor status oksigenasi
Monitor status cairan
Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
Periksa riwayat alergi
Terapeutik:
Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen >94%
Persiapan intubasi dan ventilasi mekanik, jika
perlu
Pasang jalur IV, jika perlu
Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi
Edukasi
Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
Jelaskan tanda dan gejala awal syok
Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan
tanda dan gejala syok
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
D.0039 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam
diharapkan tingkat syok menurun
Pengertian : Kriteria Hasil:
Berisiko mengalami
ketidakcukupan aliran
darah ke jaringan tubuh,
yang dapat
mengakibatkan disfungsi
seluler yang mengancam
jiwa
Menurun Cukup
Menurun
Sedang Cukup
Meningkat
Meningkat
1 Kekuatan nadi
1 2 3 4 5
2 Tingkat kesadaran
1 2 3 4 5
Meningkat Cukup
Meningkat
Sedang Cukup
Menurun
Menurun
3 Akral dingin
1 2 3 4 5
4 Pucat
1 2 3 4 5
5 Haus
1 2 3 4 5
6 Konfusi
1 2 3 4 5
20. CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, infographics & images by Freepik and illustrations by Storyset
Thanks!