[Ringkasan]
Dokumen tersebut merangkum penatalaksanaan terapi pada pasien dengan diagnosis open fracture tibia dan fibula, fraktur mandibula, dan cedera kepala ringan akibat kecelakaan lalu lintas. Pasien menjalani serangkaian tindakan operasi seperti debridement, platting, dan skin grafting serta pemberian antibiotik sesuai hasil kultur. Kondisi klinis dan laboratorium pasien terus dipantau selama perawatan di rumah sakit.
3. DEFENISI
OPEN FRACTURE ATAU PATAH TULANG TERBUKA ADALAH PATAH
TULANG DI MANA FRAGMEN TULANG YANG BERSANGKUTAN
SEDANG ATAU PERNAH BERHUBUNGAN DENGAN LINGKUNGAN
LUAR.
CATATAN 1. BATAS PEMISAH DENGAN DUNIA LUAR ADALAH
KULIT.
2. BILA LUKA TERBUKA : DISEBUT PATAH TULANG
TERBUKA
BILA LUKA LECET : DISEBUT PATAH TULANG TERBUKA
PDT
RSSA
4. PATOFISOLOGI
Adanya trauma dengan energi tinggi, sering diakibatkan
oleh hantaman langsung, misalnya jatuh dari motor atau
kecelakaan lalu lintas.
GEJALA KLINIS
Terdapat tanda tanda patah tulang dengan
luka di daerah patah tulang.
AAOS dan PDT
RSSA
5. Deskripsi
Hantaman berenergi tinggi dapat menyebabkan pasien open
fracture dpt mengalami komplikasi, yaitu:
• Fracture and injuries
Tulang dapat patah scr menyilang, memanjang, atau menjadi
serpihan yg dapat merobek jaringan halus dan kulit dari dalam
hingga terekspos keluar
• Kontaminasi
Lingkungan saat open fracture terjadi, misalnya tanah, lumpur,
pecahan kaca, kondisi jalanan turut menyebabkan luka mudah
terkontaminasi
• Infeksi
Infeksi dapat terjadi sebelum atau sesudah tindakan penanganan
open fracture.
AAOS
6. KLASIFIKASI OPEN FRACTURE
(MENURUT GUSTILO DAN ANDERSON
GRADE 1
GARIS PATAH
SEDERHANA
UKURAN LUKA KURANG
ATAU SAMA DENGAN 1 CM
LUKA BERSIH
7. GRADE 2
GARIS PATAH SEDERHANA
UKURAN > 1 CM
TANPA KERUSAKAN
JARINGAN LUNAK YG LUAS
8. GRADE 3
3A. Trauma krn hantaman kuat, patah
tulang masih dpt ditutup dgn jaringan
lunak
3B. Tulang terbuka, tdk ditutup
jaringan lunak, kontaminasi serius,
memerlukan tindakan flap dan skin
graft
3C. Terdapat kerusakan parah pd
pembuluh darah arteri yg memerlukan
perbaikan, beresiko besar amputasi
dan infeksi.
PDT RSSA
9. PENATALAKSANAAN
1. ASSESMENT AWAL
PENEGAKAN DIAGNOSA, LIVE SAVING DENGAN MENGACU
PADA ABC (AIRWAY, BREATH, CIRCULATION)
EMERGENCY ROOM MANAGEMENT (GOLDEN PERIODE
SETELAH FRAKTUR ADALAH 6 JAM)
PEMBERIAN ANTIBIOTIK YANG TEPAT
2. DEBRIDEMENT DAN IRIGASI
MEMBUANG JARINGAN MATI PADA DAERAH FRAKTUR
MAUPUN BENDA ASING.
MENCUCI DAERAH LUKA UNTUK MENGURANGI KEPADATAN
KUMAN DGN CAIRAN FISIOLOGIS
3. STABILISASI FRAKTUR
UNTUK OF TIPE 1 DAN 2 DIPERTIMBANGKAN FIKSASI DALAM.
TIPE OF 3 DIANJURKAN UNTUK FIKSASI LUAR
4. PENUTUPAN LUKA
REKONSTRUKSI JARINGAN DAN KULIT
5. REHABILITASI
MENGEMBALIKAN FUNGSI GERAK SECARA OPTIMAL
PDT RSSA
10. Rekomendasi Antibiotik pada Open
Fracture
GRADE
I
PPAB, 2012
1. CEFAZOLIN 2 GR (IV)
GUSTILO et al, 1976
FIRST GEN CEPH
2. CEFRADIN 1 GR (IV)
II
III
1. CEFAZOLIN 2 GR (IV)
2. CEFRADIN 1 GR (IV)
+ NETILMYCIN (IV 80
mg/kgBB)
ATAU AMIKACIN (IV1.5
mg/kgBB)
1. CEFAZOLIN 2 GR (IV)
FIRST GEN CEPH +
AMINOGLYCOSIDE
FIRST GEN CEPH +
AMINOGLYCOSIDE
Catatan: Rekomendasi dosis antibiotik profilaksis diatas
diperuntukkan2. CEFRADIN I GR (IV) normal. + PENICILLIN
bagi pasien dengan fungsi ginjal
+ NETILMYCIN DAN
11. Gambaran Pasien Open
Fracture
Open fracture
• Banyaknya
kontaminan
• OF grade 3A,
3B, dan 3C
• Kondisi pasien
(usia tua,
perokok, DM,
hipertesi)
Penatalaksanaan
dan Pemberian
AB > 6 jam
• Jauh dari RS
• Tidak ada
tenaga medis
Penatalaksanaan tepat dan pemberian
AB < 6 jam
Infeksi dapat dicegah
pasien sembuh dgn baik
Beresiko lebih
besar terinfeksi
• Morbidity
• Surgical site
infection (SSI)
• Masa MRS yg
lebih lama
• Beban biaya
rumah sakit
lbh besar
12. SURGICAL SITE INFECTION
(SSI)
SSI merupakan masalah umum
penyedia kesehatan yg
berhubungan dengan infeksi
(wong, 2004)
Persentase SSI adalah sebesar 20-30%
dari infeksi nosokomial. SSI menyebabkan
peningkatan ekstra masa MRS sebesar
57% dan ekstra biaya MRS 42% (Horrison,
2009)
Penyebab:
Faktor endogen pasien (penyakit penyerta
spt DM, obesitas)
Hospital-acquired skin dan penyebaran flora
mukosa melalui udara
Surgion’s technical skill
Usia lanjut
Pemberian AB profilaks yg tidak tepat waktu
(Horrison, 2009)
13. Fase-fase Penyembuhan Luka
Fase inflamasi
(0-3 hari)
• Merupakan respon normal dari tubuh terhadap luka. Pada fase ini tubuh melindungi tubuh dengan mengaktivasi
substansi kimia tubuh seperti panas (kalor), kemerahan (rubor), nyeri, pembengkakan (tumor). Pus luka
biasanya mulai timbul sebagai respon normal.
Fase Proliferasi
(3-24 hari)
• Saat inilah luka akan mulai sembuh. Tubuh akan membentuk jaringan pembuluh darah baru yang melapisi
permukaan luka. Hasilnya, luka akan bertambah kecil seiring dengan masa penyembuhan.
Fase maturasi
(24-365 hari)
• Fase ini merupakan akhir dari masa penyembuhan, saat jaringan parut mulai terbentuk.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kesembuhan luka
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Nutrisi atau status gizi pasien
Usia
Penyakit penyerta
Lokasi luka
Kebiasaan pasien (perokok)
Pasien dalam penatalaksanaan obat tertentu (immunosupresan,
cytotoxin, steroid)
14. FRAKTUR MANDIBULA
DEFENISI
JUGA DIKENAL DENGAN PATAH PADA RAHANG, MERUPAKAN SUATU KELAINAN YG
TIMBUL AKIBAT TRAUMA DAN MENYEBABKAN FRAKTUR PADA TULANG WAJAH.
PENATALAKSANAAN
1. SECARA UMUM DILAKUKAN PENANGANAN SEPERTI PADA GAWAT
DARURAT, YAITU ABC
2. TINDAKAN OPERASI, YAITU:
INTERDENTAL WIRING-INTERMAXILARY WIRING
ARCH BAR
MINIPLATE DAN SCREW
PDT RSSA
16. Glassgow Coma Scale (GCS)
BERDASARKAN TINGKAT
KEPARAHANNYA,
CEDERA KEPALA DIBAGI:
CEDERA KEPALA RINGAN (CKR)
(RESIKO RENDAH): GCS 13-15
CEDERA KEPALA SEDANG (CKS)
(RESIKO SEDANG) : GCS 9-12
CEDERA KEPALA BERAT (CKB)
(KOMA): GCS 3-8
17. PENATALAKSANAAN
STRATEGI DASAR PENATALAKSANAAN CIDERA OTAK:
MEMPERTAHANKAN PERFUSI OTAK/SUPLAI OKSIGEN
MENCEGAH TERJADINYA INSULT SEKUNDER (HEMATOMA, PENINGKATAN
TEKANAN KRANIAL, HIPOKSIA, HIPOTENSI)
DETEKSI DINI DAN TINDAKAN BEDAH YG DIPERLUKAN BILA TERJADI HEMATOMA
INTRAKRANIAL
SECARA FARMAKOLOGIS MENGHAMBAT PROSES METABOLIK CIDERA KEPALA
SEKUNDER
PDT RSSA
19. NAMA
: TN. P
UMUR
: 19 TAHUN
ALAMAT
: MALANG
STATUS
: JKM
MRS-KRS
: 22 SEPTEMBER 2013 – SEKARANG
TGL 22/9 : DI RUANG 13
TGL 25/9 : PINDAH RUANG 20
RIWAYAT PENGOBATAN
:-
RIWAYAT ALERGI
: TDK ADA
KELUHAN UTAMA
KECELAKAAN LALU LINTAS
: PATAH TULANG KAKI KANAN DAN NYERI KEPALA SETELAH
DIAGNOSA
MANDIBULA, DAN
: OF TIBIA (D) 1/3 PROXIMAL, OF FIBULA (D) SEGMENTAL GR. IIIB, FR
CKR 456
28. NAMA OBAT
O2
RUT
E
REGIMEN
DOSIS
nasa 10 lpm
l
Ringer lactat
IVF
D
20 tpm
NaCl 0,9%
IVF
D
HARI KE1
2
√
√
√
√
4
5
6
7
8
√
20 tpm
3
√
√
√
√
plug
IV
2 gr (prof)
IV
3x1 gr
√
√
√
√
√
√
√
Gentamycin
IV
2x80 mg
√
√
√
√
√
√
IV
3x1 gr
√
√
√
√
IV
3x10 mg
√
√
Citicoline
IV
3x250 mg
√
√
√
IV
3x3 gr
√
√
√
IV
2x50 mg
√
√
√
#
PRC
IV
2 labu
Unalium
PO
2x5 mg
√
√
√
√
√
3x1gr
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
#
Ranitidin
16
#
Piracetam
15
#
Ketorolac
14
#
Antrain
11
13
√
√
Cefazolin
10
12
√
cefazolin
9
Piracetam
PO
17
√
√
√
#
√
√
√
#
√
29. Nama obat
Rut Regimen
e
dosis
Hari ke18
19
20
21
22
Na
diklofenak
PO
2x50 mg
√
√
√
√
√
Ranitidin
PO
2x150 mg
√
Cefazolin
IV
3x1gr
√
Amikacin
IV
2x500 mg
Cefazolin
IV
2 gr(prof)
√
gentamycin
top
2 ampul
√
Levofloxacin
IV
1x750 mg
Ketorolac
IV
3x10 mg
√
√
√
√
√
#
Ranitidin
IV
2x50 mg
√
√
√
√
√
#
Nacl 0,9%
IVF
D
20 tpm
√
√
√
√
√
23
24
25
26
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
29
30
√
√
√
√
√
√
27
28
31
32
33
34
35
36
37
38
39
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
#
#
√
√
√
√
√
√
√
30. Nama obat
Rut
e
Regimen
dosis
Hari ke
40
41
4
2
4
3
4
4
4
5
levofloxacin
IV
1x750 mg
√
√
√
√
√
#
Levofloxacin
PO
1x750 mg
NaCl 0,9%
IVFD 20 tpm
Ibuprofen
PO
3x400
mg
Cefazolin
IV
2 gr
(prof)
√
Ranitidin
IV
1x50 mg
√
Metoclopramid IV
e
1x10 mg
√
Cefazolin
IV
3x1 gr
√
Gentamicin
IV
2x80 mg
Ceftriaxone
IV
2x1gr
Ranitidin
IV
2x50 mg
√
√
√
√
√
√
Ketorolac
IV
3x10 mg
√
√
√
√
√
√
#
Acetosal
PO
1x100mg
√
√
√
√
√
√
√
#
Na diklofenak
PO
2x50 mg
√
√
√
√
4
6
4
7
4
8
4
9
5
0
5
1
5
2
5
3
5
4
√
√
√
√
√
√
√
√
#
√
√
√
√
√
√
√
5
6
5
7
√
√
√
√
√
√
√
5
5
5
8
5
9
6
0
6
1
6
2
√
√
√
√
√
√
#
√
√
√
√
6
3
6
4
#
√
√
√
K/
√
√
31. Gambar Keadaan Luka Pasca OP. Flap Hari
ke- 13
Luka tampak samping
Luka tampak atas
32. TINJAUAN TERAPI
OBAT
INDIKASI
MONITORING
KOMENTAR
02
Bantuan oksigen
Nafas spontan
Oksigen diberikan saat pasien masih dalam
keadaan kritis
Ringer lactat, NaCl 0,9%
Sebagai terapi
pengganti cairan
tubuh
-
Untuk menjaga keseimbangan elektrolit dalam
tubuh setelah terjadi pendarahan
Cefazolin
Sebagai terapi
profilaksis dan
empiris untuk infeksi
Kadar leukosit,
suhu tubuh
Antibiotik gol. Cephalosporin gen. I yg bekerja
dgn cara menghambat sintesis dinding dan
replikasi bakteri (medscape)
Gentamicin
Sebagai terapi
empiris untuk infeksi
Kadar leukosit,
suhu tubuh
Antibiotik gol. Aminoglikosida yg aktif thd
bakteri gram negatif. Bekerja dgn cara
menghambat sintesis protein bakteri dgn
megikat subunit ribosom 30S dan 50S
amikacin
Sebagai terapi
antibiotik definitif
untuk infeksi
Data lab leukosit,
suhu tubuh
Antibiotika gol. Aminoglikosida yg bekerja dgn
cara mengikat subunit ribosom 30S,
menghambat tahap recognisi dlm sintesis
protein.
levofloxacin
Sebagai terapi
antibiotik defenitif
untuk infeksi
Data lab leukosit,
suhu tubuh
Antibiotika gol. Quinolon yg bekerja dgn
menghambat aktivitas DNA gyrase bakteri.
Sbg monoterapi yg baik untuk membunuh
spesis Psuedomonas
33. Obat
Indikasi
Monitoring
Komentar
Ceftriaxone
Sebagai antibiotik
Data lab leukosit,
Suhu tubuh
Sebagai antibiotik yg bekerja dgn cara
menghambat sintesis dinding sel bakteri (lacy et all,
2009)
Na diklofenak
Sebagai analgesik
Rasa nyeri
Penghambatan enzim cyclo-oksigenase dan secara
langsung juga menghambat biosintesis
prostaglandin dan tromboksan dari asam
arakhidonat (Lacy, et al., 2009)
Antrain (Na
metamizol)
Sebagai analgesik
Rasa nyeri
Penghambatan enzim cyclo-oksigenase dan secara
langsung juga menghambat biosintesis
prostaglandin dan tromboksan dari asam
arakhidonat. (Lacy, et al, 2009)
Ketorolac
Sebagai analgesik
Rasa nyeri
Penghambatan enzim cyclo-oksigenase dan secara
langsung juga menghambat biosintesis
prostaglandin dan tromboksan dari asam
arakhidonat (Lacy, et al., 2009)
Ibuprofen
Sebagai analgesik
Rasa nyeri
Penghambatan enzim cyclo-oksigenase dan secara
langsung juga menghambat biosintesis
prostaglandin dan tromboksan dari asam
arakhidonat (lacy, et al., 2009)
Ranitidin
Untuk mengurangi asam
Rasa mual
Gol. H2 bloker yang bekerja dgn memblok reseptor
34. Obat
Indikasi
Monitoring
Komentar
Unalium
(flunarizin HCl)
Sebagai terapi
antivertigo
Pusing, mual
Merupakan non-selektif ca chanel bloker dan
antihistamin H1, terapi profilaksis migrain, vertigo, serta
gangguan vaskular perifer dan serebral (Lacy et al.,
2009)
Citicholine
Sebagai
neuroprotektor
post trauma
cerebral
-
Dapat meningkatkan aliran darah dan komsumsi oksigen
dalam otak (Lacy et al., 2009)
Piracetam
Sebagai
neuroprotektor
post trauma
cerebral
-
Meningkatkan fungsi memori dan kognitif otak (Lacy, et
al., 2009)
Metoclopramide
Sebagai
antiemetik
(diberikan
sebelum operasi)
Mual, muntah
pasca bedah
Mencegah mual atau muntah pasca bedah (Lacy et al,
2009)
Acetosal
Antiplatelet
-
Penghambatan enzim cyclo-oksigenase dan secara
langsung juga menghambat biosintesis prostaglandin
dan tromboksan A2, yg merupakan senyawa
vasokontriktor penyebab agregrasi platelet dan
berpotensi menyebabkan tombrotik (lacy et al, 2009)
36. ASUHAN KEFARMASIAN
SUBYEKTIF
OBYEKTIF
ASSESMENT
PLAN
Pasien
gelisah
mengeluh nyeri
Pasien mendapatkan
analgesik oral Na
diklofenak, ibuprofen
Monitoring rasa nyeri
Luka tdk
kunjung
sembuh
Pasien mendapatkan
terapi antibiotik dan
rawat luka yg tepat
Monitoring adanya pus pada luka
setiap rawat luka
Data lab leukosit dan CRP
Suhu tubuh
Bekerja sama dengan tenaga medis
lain, yaitu dokter dan perawat utk
terapi rawat luka yg optimal.
Masih ada pus pd
luka bagian dlm
37. DRUG RELATED
PROBLEM
OBAT
PROBLEM
TINDAKAN
HASIL
NSAID
NSAID menghambat
sintesis enzim
prostaglandin yg
berfungsi sebagai
pelindung mukosa
lambung dari asam
lambung
Memonitoring penggunaan NSAID
dengan cara:
Pemantauan pengggunaan
ketorolac IV tidak melebihi 180 mg
Memberi konseling kpd pasien atau
keluarga pasien untuk meminum
obat NSAID oral bersama atau
setelah makan
Pemberian ranitidin, H2 bloker
Pemberian obat NSAID jika nyeri
saja
Tidak ada keluhan mual atau nyeri
pada lambung
AspirinNSAID
Kombinasi penggunaan
dua obat gol. NSAID
dapat memperbesar
resiko GI tract bleeding
(lacy et al, 2009)
Memonitoring efek samping NSAID
dan aspirin, yaitu mual atau nyeri
lambung
Mengatur waktu minum aspirin dan
Na diklofenak, yaitu single dose
aspirin diberikan pada siang hari.
Tdk ada keluhan mual atau nyeri
lambung
Menginformasikan kepada dokter jk
fosfomycin tdk dpt dilayani.
Pasien tetap mendapatkan antibiotik
cefazolin
Fosfomyc Dari hasil kultur tgl 7 Okt
in
2013, kultur sensitif
terhadap fosfomycin,
38. Obat
Amikacin
Problem
Tindakan
Pada hasil kultur tgl Menginformasikan
4 Nov 2013, kultur
kpd dokter jika pd
sensitif thd
hsl kultur
amikacin, tetapi pd
sebelumnya pasien
hsl kultur
telah resisten thd
sebelumnya, pasien
aminoglikosida.
telah dinyatakan
Memberi saran kpd
resisten thd gol.
dokter untuk
Aminoglikosida.
mengkonsultasikan
penggunaan
antibiotik ke ahli
mikrobiologi
Memberi saran kpd
dokter untuk
menggunakan
chlorhexidin dalam
rawat luka
Hasil
Pasien tetap
diberikan antibiotik
defenitif
sebelumnya, yaitu
levofloxacin
Dokter hingga skr
belum berkonsultasi
ke ahli mikrobiolog
Belum ada follow up
penggunaan
chlorhexidin untuk
rawat luka
39. KESIMPULA
N
Pasien telah mendapatkan terapi yg tepat,
hal ini ditandai dengan perbaikan kondisi
secara klinis.
Pencegahan resiko infeksi akibat luka
operasi dapat diperkecil dengan
optimalisasi rawat luka dan meminimalisir
kontaminan dari tenaga medis itu sendiri.
DRP dapat diminimalisir dengan pemberian
KIE kepada pasien, serta bekerjasama
dengan tenaga medis lain dlm pemberian
terapi yg tepat.
40. Daftar Pustaka
Tim Penyusun, Pedoman Diagnosa dan Terapi Orthopedi RSSA
Tim Penyusun, Pedoman Diagnosa dan Terapi Bedah Plastik RSSA
Sweetman, S.C., 2009, Martindale The Complete Drug Reference, 36th Ed. London:
Pharmaceutical Press
Purnomo, B.B., Sidharta, B., Yosef, H., Idha, A., Kusuma, E.D., Indratna, E., 2012,
Pedoman Penggunaan Antbiotika, Malang: CV. Widya Karya.
American Academic of Orthopaedic Surgeon, 2011, Open Fractures, Orthopaedic
Trauma Association. http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00582
Baxter, Karen. 2008. STOCKLEY’S DRUG INTERACTION. ED 8TH. LONDON:
PHARMACEUTICAL PRESS
Lacy, C.F., Lora, L..A., Morton, P.G., Lenora, L.L., 2009, Drug Information Handbook, 11th Ed.
American Pharmaceutical Assocition.