5. ● Keluhan utama : Nyeri kaki kanan
● Mechanism of injury : Nyeri kanan dirasakan sejak 15 menit
yang lalu. Nyeri kanan dirasakan terus menerus, disertai rasa kesemutan.
Nyeri dirasakan setelah menahan laju motor dengan kaki kanan. Kaki
kanan menapak ke aspal ketika motor masih berjalan, pasien tidak
terjatuh dari motor. Pasien sempat dilakukan pertolongan pertama yaitu
dengan dilakukan pemasangan bidai.
● Riwayat Penyakit Dahulu : Diabetes mellitus.
● Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada riwayat penyakit keluarga
● Riwayat Pengobatan : Metformin, Glimepirid
Anamnesis
7. Status Generalis
● Kepala/Leher:
○ a/i/c/d : -/-/-/-
● Thorax :
○ Inspeksi :
■ Bentuk dan gerak simetris
○ Palpasi: Massa (-), nyeri tekan (-)
○ Perkusi: Sonor +/+
○ Auskultasi :
■ Paru : Vesicular breath sound +/+
■ Jantung : S1/S2 Tunggal, Murmur (-), Gallop (-)
8. ● Abdomen
○ Inspeksi : Permukaan perut datar
○ Auskultasi : Bising usus (+) normal
○ Perkusi : Timpani , Liver dullness (-)
○ Palpasi
■ Massa (-)
■ Nyeri tekan
● Ekstremitas
○ Edema (+)
○ Akral hangat kering merah
- - -
- - -
+- - -
9. ● Regio cruris dextra :
○ Look : Edema (+)
○ Feel : Nyeri tekan (+), krepitasi (-)
○ Move : ROM terdapat limitasi gerakan di seluruh arah
Status Lokalis
16. ● Darah lengkap
● PTT & APTT
● Ureum & Kreatinin
● Foto Rontgen Thorax AP
● Foto Rontgen Cruris Dextra AP/Lateral
Diagnosis
17. ● IV Getidine 1 ampul
● IV Santagesik 1 ampul
● IV Ceftriaxone 2 gram
● IV Novorapid 10 IU
● IV NaCL 2 Flash
● IV Metoclopramide 1 jam sebelum operasi
● Konsultasi dan rujuk ke Sp.OT untuk dilakukan ORIF.
Terapi
18. ● Keadaan umum dan keluhan pasien
● Tanda tanda vital
● Keberhasilan dan efek samping terapi
Monitoring
Edukasi
○ Keluhan dan kondisi pasien
○ Diagnosis pasien
○ Terapi yang akan dilakukan
○ Monitoring yg akan dilakukan
○ Prognosis dan komplikasi apabila tidak segera ditangani.
20. Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang rawan sendi, tulang rawan epifisik, baik yang
bersifat total maupun yang parsial.
Trauma atau cedera adalah mekanisme utama penyebab fraktur, yang dibagi menjadi
trauma langsung, trauma tidak langsung, dan trauma ringan.
Trauma langsung diakibatkan benturan langsung pada tulang.
Trauma tak langsung terjadi bila titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya
jatuh terpeleset. Sedangkan trauma ringan adalah keadaan dimana tulang itu sendiri
sudah rapuh atau terdapat underlying diseases sehingga mudah terjadi fraktur
Definisi
21. Epidemiologi
Berdasarkan prevalensi data menurut World
Health of Organisation (WHO) menyebutkan
bahwa 1,24 juta korban meninggal tiap
tahunnya di seluruh dunia akibat kecelakaan
lalu lintas
Di Indonesia prevalensi terjadinya
cedera terus mengalami
peningkatan. Dari 7,5 persen
pada Rikesdas 2007 menjadi 8,2
persen pada Rikesda 2013.
Sedangkan, secara umum fraktur tibia adalah patah tulang
panjang yang paling umum terjadi dan terjadi pada 4%
populasi lansia
22. Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-
tiba dan berlebihan (overloading), bisa disebabkan oleh
cidera langsung (direct injury) maupun cidera tidak langsung
(indirect injury).
Pada cidera langsung, tulang akan patah pada tempat
terjadinya benturan, jika gaya yang diterima tulang terlalu
besar maka tulang dapat menjadi beberapa fragmen
(kominutif) dengan kerusakan jaringan yang lebih luas.
Sedangkan pada cidera tidak langsung, akan ada jarak
antara patahan tulang dengan lokasi benturan
Etiologi
23. Perubahan perfusi perifer dapat terjadi akibat dari edema di sekitar tempat patahan sehingga
pembuluh darah di sekitar mengalami penekanan dan berdampak pada penurunan perfusi
jaringan ke perifer.
Akibat terjadinya hematoma pembuluh darah vena melebar sehingga terjadi penumpukan
cairan dan menimbulkan inflamasi atau peradangan yang menyebabkan pembengkakan di
daerah fraktur yang menyebabkan terhambatnya dan berkurangnya aliran darah ke daerah
distal yang berisiko mengalami disfungsi neuromuskuler perifer yanng ditandai dengan warna
jaringan pucat, nadi lemah, sianosis, kesemutan di daerah distal.
Nyeri pada fraktur fraktur terbuka atau tertutup yang mengenai serabut saraf sehingga
menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat terjadi neurovaskuler yang
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu
Patofisiologi
24. Fraktur dibagi berdasarkan dengan kontak dunia luar, yaitu
meliput fraktur tertutup dan terbuka.
Fraktur tertutup adalah fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit
masih utuh, tulang tidak keluar melalui kulit.
Fraktur terbuka adalah fraktur yang merusak jaringan kulit,
karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka
fraktur terbuka sangat berpotensi menjadi infeksi
Manifestasi klinis
25. ● Tipe fraktur tulang dibagi menjadi 2 yaitu fraktur komplit dan fraktur
inkomplit. Fraktur komplit merupakan patah tulang menjadi dua fragmen
atau lebih. Termasuk kedalam fraktur komplit yakni :
○ Transverse
○ Segmental
○ Spiral
● Fraktur inkomplit merupakan patah tulang namun masih terdapat
kontinuitas periosteum, termasuk kedalam fraktur inkomplit yakni :
○ Buckle (Torus)
○ Greenstick
26.
27. Mengevaluasi rentang gerak dan stabilitas seringkali sulit dilakukan
karena nyeri.
Pemeriksaan neurovaskular sangat penting untuk menilai arteri dorsalis
pedis dan arteri tibialis posterior.
Soft tissue harus diperiksa untuk mengidentifikasi tanda atau gejala
sindrom kompartemen.
Kulit harus dievaluasi untuk mengetahui adanya lesi, lecet, patah tulang,
lecet, dan kondisi kompartemen. Untuk mendiagnosis sindrom
kompartemen dengan tepat, diperlukan ambang kualitas yang tinggi
Diagnosis
28. Pencitraan yang
direkomendasikan mencakup foto
rontgen AP dan lateral dari area
yang terkena benturan,
pandangan AP, lateral dan miring
dari lutut dan pergelangan kaki
ipsilateral.
CT scan diindikasikan untuk
mendeteksi keterlibatan intra-
artikular dan menyingkirkan fraktur
malleolar posterior pada fraktur
spiral distal ketiga
29. • Derajat 0: Cedera akibat kekuatan tidak langsung
dengan kerusakan jaringan lunak minimal
• Derajat 1: Memar/abrasi superfisial, patah tulang
sederhana
• Derajat II : Lecet dalam, memar otot/kulit, trauma
langsung, Tanda tanda sindrom kompartemen
• Derajat III: Memar kulit yang berlebihan,
kerusakan kulit atau otot yang hancur, degloving
subkutan, sindrom kompartemen akut, dan
pecahnya pembuluh darah atau saraf utama
Klasifikasi
Oestern dan
Tscherne
cedera jaringan
lunak fraktur
tertutup adalah
sebagai
berikut:
30. 10 aturan yang digunakan dalam kedokteran/radiologi untuk
memiliki diagnosis yang akurat. Aturan-aturan ini adalah:
• Dua tampilan: Satu tampilan terlalu sedikit
• Dua sambungan: Di atas dan di bawah tulang yang terluka
• Dua sisi: Bandingkan dengan sisi yang lain.
• Dua kelainan: Temukan kelainan kedua
• Dua kali pemeriksaan : Bandingkan x ray saat ini dengan yang sebelumnya
(terutama di CXR);
• Dua kunjungan: Ulangi pemeriksaan setelah jeda atau prosedur
• Dua pendapat: Mintalah second opinion atau gunakan sistem titik merah;
• Dua catatan: Tuliskan hasil radiografi dan klinis dari pasien
31. • Perawatan reduksi tertutup dan nonoperatif
dengan gips kaki panjang dapat dilakukan
untuk fraktur dengan angulasi varus-valgus
kurang dari 5 derajat, angulasi anterior-
posterior kurang dari 10 derajat, aposisi
kortikal lebih besar dari 50%, pemendekan
kurang dari 1 cm dan kurang dari 10 sampai
20 derajat fleksi dan kurang dari 10 derajat
malalignment rotasi setelah reduksi.
Perawatan
Non-
Operatif
Tatalaksana
32. Operatif
• Fiksasi Eksternal
• Perawatan pilihan ketika terdapat kerusakan soft
tissue yang signifikan atau dalam kasus politrauma
yang memerlukan ortopedi pengendalian
kerusakan.
• Intramedullary Nailing (IMN)
• Perkutan Plating-Shaft
• Amputasi
33. Adapun komplikasi yang dapat terjadi akibat fraktur antara lain
cedera neurovaskuler, malunion, ataupun kecacatan permanen
yang dapat terjadi akibat penatalaksanan yang tidak tepat.
Fraktur sepertiga proksimal shaft mempunyai tingkat nonunion
yang lebih tinggi dibandingkan dengan fraktur midshaft. Hal ini
disebabkan oleh kekuatan deformasi pada aspek proksimal tibia
serta terbatasnya cakupan jaringan lunak.
Namun, jika dikelola dan diperbaiki dengan tepat, hasilnya
biasanya baik. Penatalaksanaan fraktur tibia nonoperatif
memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi jika keselarasan tetap
dipertahankan.
Komplikasi & Prognosis
35. Pasien atas nama Tn. H , Laki-laki 52 tahun datang ke
IGD dengan keluhan nyeri kaki kanan. Hasil anamnesis
menyatakan bahwa pasien merasakan nyeri kaki kanan
sejak 15 menit yang lalu.
Nyeri kaki kanan dirasakan terus menerus, disertai rasa
kesemutan. Nyeri dirasakan setelah menahan laju motor
dengan kaki kanan. Kaki kanan menapak ke aspal
ketika motor masih berjalan, pasien tidak terjatuh dari
motor.
Pasien sempat dilakukan pertolongan pertama yaitu
dengan dilakukan pemasangan bidai. Dari hasil
pemeriksaan fisik ditemukan Edema, nyeri tekan,
disertai ROM yang terbatas pada regio cruris dextra.
36. Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat
didapatkan kecurigaan terjadi fraktur tertutup pada regio
cruris dextra.
Pada pasien didapatkan riwayat trauma tak langsung, yaitu terjadi
bila titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan.
Kemudian dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan edema yang
dikarenakan perubahan perfusi perifer yang menyebabkan
penumpukan cairan dan menimbulkan inflamasi atau peradangan
yang menyebabkan pembengkakan di daerah fraktur.
37. Kemudian pasien dilakukan foto rontgen cruris
dextra AP/Lateral. Dari hasil pemeriksaan tersebut
didapatkan tampak fraktur oblique pada os fibula
1/3 proksimal cruris dextra serta tampak fraktur
oblique pada os tibia 1/3 distal cruris dextra.
Pemeriksaan tersebut telah sesuai dengan teori,
dimana pada pasien dengan kecurigaan fraktur
tertutup direkomendasikan dilakukan foto rontgen
AP dan lateral dari area yang terkena benturan.
38. Pada pemeriksaan ini telah
memenuhi beberapa aturan
yang digunakan dalam
radiologi untuk memiliki
diagnosis yang akurat.
Foto ini telah menampilkan
dua tampilan, dua sendi
diantara yang terluka, dan
dua catatan.
Foto ini belum
membandingkan antara
ekstremitas yang sehat
dengan yang terluka.
39. Tatalaksana pada pasien ini adalah
dilakukan ORIF pada regio cruris
dextra.
Tindakan ini merupakan pilihan paling
tepat dikarenakan pada pasien ini
terdapat kerusakan tulang dan soft
tissue yang signifikan.