Dokumen tersebut membahas asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur tulang. Secara ringkas, dokumen menjelaskan definisi fraktur tulang dan sistem anatomi tulang, klasifikasi fraktur, etiologi, tanda-tanda klinis, patofisiologi, penatalaksanaan, dan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian gejala utama seperti nyeri akut, infeksi, dan gangguan mobilitas serta penanganannya.
2. A. DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.
(Mansjoer, Arif, 2000).
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang
disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih
besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
Pernyataan ini sama yang diterangkan dalam buku
Luckman and Sorensen’s Medical Surgical Nursing.
3. B. ANATOMI DAN SISTEM FISIOLOGI
Tulang sangat bermacam-macam baik dalam
bentuk ataupun ukuran, tapi mereka masih punya
struktur yang sama. Lapisan yang paling luar
disebut Periosteum dimana terdapat pembuluh
darah dan saraf. Lapisan dibawah
periosteum mengikat tulang dengan benang
kolagen disebut benang sharpey, yang masuk ke
tulang disebut korteks
4. TULANG TERDIRI DARI 3 SEL ;
1. Osteoblast Sel pembentuk tulang
yang berada dibawah tulang baru.
2. Osteosit Osteosit yang ada pada matriks.
3. Osteoklast Sel penghancur tulang
dengan menyerap kembali sel tulang yang rusak
maupun yang tua
5. KLASIFIKASI FRAKTUR
1. Menurut jumlah gari fraktur :
Simple fraktur (terdapat satu garis fraktur)
Multiple fraktur (terdapat lebih dari satu garis fraktur)
Comminutive fraktur (banyak garis fraktur/fragmen kecil
yang lepas)
6. 2. Menurut luas garis fraktur :
Fraktur inkomplit (tulang tidak terpotong secara
langsung)
Fraktur komplit (tulang terpotong secara total)
Hair line fraktur (garis fraktur hampir tidak tampak
sehingga tidak ada perubahan bentuk tulang)
8. 4. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar :
Fraktur terbuka
Fraktur tertutup
9. C. ETIOLOGI
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang
pada titik terjadinya kekerasan.
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah
tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya
kekerasan.
Kekerasan akibat tarikan otot
10. D. TANDA-TANDA KLASIK FRAKTUR :
Nyeri.
Deformitas; perubahan bentuk pergerakan tulang
menjadi memendek.
Krepitasi.
Bengkak.
Peningkatan temperatur lokal.
Pergerakan abnormal.
Perubahan warna kulit menjadi merah lembayung
karena pendarahan.
Kehilangan fungsi
11. E. PATOFISIOLOGI
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan
dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Tapi apabila
tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.
Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta
saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang
membungkus tulang rusak.Perdarahan terjadi karena
kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga
medula tulang.Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian
tulang yang patah.Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai
denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan
infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan
dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya
13. ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN FRAKTUR
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan
a. boidata / Identitas
b. Keluhan utama
nyeri bisa akut atau kronik
2. Riwayat penyakit yang lalu
Pada pengkajian ditemukan kemungkinan penyebab
fraktur & memberi petunjuk berapa lama tulang
tersebut akan menyambung. Penyakit-penyakit
tertentu seperti kanker tulang, penyakit diabetes
dengan luka dikaki sangat beresiko terjadinya
Osteomyelitik akut atau kronik yang menghambat
proses penyembuhan tulang.
14. 3. Pola kebiasaan
a. Aktivitas/istirahat
tanda : keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang
terkena (mungkin segera, fraktur itu sendiri, atau etrjadi
secara sekunder)
b. Sirkulasi
hipertensi (kadang terlihat sebagai respon terhadap
nyeri/ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah)
Takikardia (rspon/stress, hipovelemia)
penurunan atau tak ada nadi pada bagian distal yang
cedera, pembengkakan jaringan atau masa hematoma
pada sisi cedera.
c. Neurosensori
Hilang gerakan, spasme otot, kebas/kesemutan
(parestetis)
Deformitas lokal, agulasi abnormal, pemendekan, rotasi,
krepitasi, terlihat kelemahan/hilang fungsi.
15. 4. Pemeriksaan fisik
harus dilakukan dari kepala sampai ke ujung kaki
dengan teknik :
a. Inspeksi
Cicamix (jaringan perut baik yang alami maupun
yang buatan seperti bekas operasi)
Fistula (hubunaga abnormal antara permukaan
badan)
Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau
(hyperpigmentasi)
Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan
hal
Posisi dan bentuk ekstremitas
Posisi jalan
16. b. Palpasi
perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan
kelembaban kulit
Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat
fluktasi vedema terutama disekitar persendian.
c. Perkusi
Suara timpani, ada pantulan gelombang cairan
(Abdomen)
Suara katuk sonor tak ada redup (paru)
d. Auskultasi
Suara nafas normal, tak ada whe xzing, stidor,
ranci (paru)
17. e. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan Radiologi
2) Pemeriksaan Laboratorium
Kalsium Serum dan F
osfor Serum meningkat
Alkalin Fosfat meningkat
otot seperti Kreatinin Kinase, LDH-5, AST
maningkat.
3). mikroorganisme kultur dan test sensitivitas
4). Biopsi tulang dan otot
5). Elektromyografi
18. ASUHAN KEPERWATAN PADA PASIEN FRAKTUR
No. Data Etiologi Masalah
1. Nyeri pada daerah fraktu
Ekpresi wajah meringis
Saat bergerak kesakitan
Fraktur
Trauma jaringan
Pemasangan
fiksasi eksterna
Nyeri akut
2. Bengkak, merah, adapus Adanya luka
Pemasangan
fiksasi eksterna
Infeksi
3. Menurunnya kekuatan otot
Segala kebutuhan harus
dibantu
Susah bergerak/beraktivitas
Kerusakan rangka
neuromuscular
Terapi restriktif
Gangguan
mobilitas fisik