Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorazmiarraga
Laporan kasus mengenai Pityriasis versicolor. Bahasan di dalamnya meliputi definisi, faktor risiko, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, penegakan diagnosis (anamnesis dan pemeriksaan klinis, serta pemeriksaan penunjang), prognosis, dan pencegahan Pityriasis versicolor
Laporan Kasus Tinea (Pityriasis) versicolorazmiarraga
Laporan kasus mengenai Pityriasis versicolor. Bahasan di dalamnya meliputi definisi, faktor risiko, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, penegakan diagnosis (anamnesis dan pemeriksaan klinis, serta pemeriksaan penunjang), prognosis, dan pencegahan Pityriasis versicolor
Definisi dan Klasifikasi dari Dermatofitosis & Non - Dermatofitosis
Etiologi & Faktor Risiko dari Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
Patogenesis Dermatofitosis & Non - Dermatofitosis
Patofisiologi dan Manifestasi Klinis Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
Diagnosis (Anamnesis,P.Fisik,P.Penunjang) dari Dermatofitosis & Non-Dermatofitosis
Penatalaksanaan [ Farmako & Non – farmako
( Edukasi, Pencegahan ) ] dari Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
7. Prognosis dari Dermatofitosis & Non-Dermatofitosis
Definisi dan Klasifikasi dari Dermatofitosis & Non - Dermatofitosis
Etiologi & Faktor Risiko dari Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
Patogenesis Dermatofitosis & Non - Dermatofitosis
Patofisiologi dan Manifestasi Klinis Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
Diagnosis (Anamnesis,P.Fisik,P.Penunjang) dari Dermatofitosis & Non-Dermatofitosis
Penatalaksanaan [ Farmako & Non – farmako
( Edukasi, Pencegahan ) ] dari Dermatofitosis & Non -Dermatofitosis
7. Prognosis dari Dermatofitosis & Non-Dermatofitosis
Pioderma umumnya disebakan oleh bakteri kokus. Referat ini akan lebih banyak membahas pioderma yang disebabkan bakteri non kokus. Saran dan masukkan akan sangat membantu. Semoga bermanfaat :)
Format Fee Klinik Umum Wera Medika (in tabel)Phil Adit R
Klinik Umum Wera Medika
Jl. Robusta Tanjakan No. 12 Pondok Kopi Jakarta Timur
JADWAL JAGA KLINIK WERA
DESEMBER 2015
• Jumat, 18 Desember 2015
• Sabtu, 19 Desember 2015
• Minggu, 20 Desember 2015
• Rabu, 30 Desember 2015
• Kamis, 31 Desember 2015
JANUARI 2016
• Selasa, 05 Januari 2016
• Rabu, 06 Januari 2016
• Minggu, 24 Januari 2016
• Sabtu, 30 Januari 2016
• Minggu, 31 januari 2016
FEBRUARI 2016
• Sabtu, 06 Februari 2016
• Minggu, 07 Februari 2016
• Sabtu, 13 Februari 2016
• Minggu, 14 Februari 2016
APRIL 2016
• Sabtu, 2 April 2016
• Minggu, 03 April 2016
• Rabu, 06 April 2016
• Jumat, 15 April 2016
• Sabtu, 16 April 2016
• Jumat, 22 April 2016
• Sabtu, 23 April 2016
• Kamis, 28 April 2016
• Sabtu, 30 April 2016
MEI 2016
• Minggu, 01 Mei 2016
• Kamis, 05 Mei 2016
• Kamis, 12 Mei 2016
JUNI 2016
• Minggu, 05 Juni 2016
• Jumat, 10 Juni 2016
• Minggu, 12 Juni 2016
• Selasa, 14 Juni 2016
• Minggu, I9 Juni 2016
AGUSTUS 2016
• Sabtu, 09 Agustus 2016
• Senin, 11 Agustus 2016
• Rabu, 13 Agustus 2016
• Kamis, 21 Agustus 2016
• Sabtu, 23 Agustus 2016
• Minggu, 24 Agustus 2016
OKTOBER 2016
• Selasa, 18 Oktober 2016
• Rabu, 19 Oktober 2016
• Jumat, 21 Oktober 2016
NOVEMBER 2016
• Rabu, 3 November 2016
• Kamis, 4 November 2016
• Minggu, 6 November 2016
• Jumat, 11 November 2016
• Minggu, 13 November 2016
• Selasa, 15 November 2016
• Minggu, 20 November 2016
• Minggu, 27 November 2016
DESEMBER 2016
• Minggu, 4 Desember 2016
• Minggu, 11 Desember 2016
• Jumat, 16 Desember 2016
• Minggu, 18 Desember 2016
• Minggu, 25 Desember 2016
JANUARI 2017
• Minggu, 01 Januari 2017
• Minggu, 08 Januari 2017
• Minggu, 15 Januari 2016
• Minggu, 22 Januari 2017
• Minggu, 29 Januari 2017
FEBRUARI 2017
• Minggu, 5 Februari 2017
• Minggu, 12 Februari 2017
• Sabtu, 19 Februari 2017
• Minggu, 25 Februari 2017
• Minggu, 26 Februari 2017
MARET 2017
• Rabu, 5 Maret 2017
• Sabtu, 11 Maret 2017
• Senin, 12 Maret 2017
• Minggu, 19 Maret 2017
• Sabtu, 25 Maret 2017
• Minggu, 26 Maret 2017
APRIL 2017
• Sabtu, 1 April 2017
• Minggu, 2 April 2017
• Sabtu, 8 April 2017
• Minggu, 9 April 2017
• Sabtu, 18 April 2017
• Minggu, 19 April 2017
• Sabtu, 22 April 2017
• Minggu, 23 April 2017
• Sabtu, 29 April 2017
• Minggu, 30, April 2017
MEI 2017
• Sabtu, 6 Mei 2017
• Minggu, 7 Mei 2017
• Sabtu, 13 Mei 2017
• Minggu, 14 Mei 2017
• Sabtu , 20 Mei 2017
• Minggu 21 Mei 2017
• Sabtu, 27 Mei 2017
• Minggu, 28 Mei 2017
JUNI 2017
• Sabtu, 3 Juni 2017
• Minggu, 4 Juni 2017
• Sabtu, 10 Juni 2017
• Minggu, 11 Juni 2017
• Sabtu, 17 Juni 2017
• Minggu, 18 Juni 2017
• Sabtu, 24 Juni 2017
• Minggu, 25 Juni 2017
Contoh form Asli bisa liat di PPT.
Laporan Team advance PKM Kepulauan RiauPhil Adit R
3 Hari Sebelum Melakukan Kegiatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Di Tanjung Balai Karimun, team advance dikirim untuk melakukan survey lokasi, dan Perjanjian dengan aparat pemerintah setempat mulai dari Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas, Kepolisian, Sekolah Tingkat SD sampai dengan SMA, Madrasah dan Pemuka Agama setempat, Dana dikumpulkan dari dari jualan, ngamen, dan dana sumbangan pribadi.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
2. Impetigo adalah : pioderma
superfisialis berbatas tegas
Impetigo Non
Bulosa/kontagiosa/krust
osa
Impetigo
Bulosa
Pioderma ialah penyakit kulit yang disebabkan oleh
Staphilococcus Aureus, Streptococcus B hemolyticus,
atau kedua-duanya. Ada beberapa penyakit pioderma
salah satunya:
3. Staphilococcus Aureus
Gram positif
Bentuk/morfologi seperti buah
anggur
Aerob/anaerob fakultatis
Tidak berspora, tidak bergerak
Tumbuh optimal pada suhu 35º
C
Menghasilkan pigmen kuning
Beberapa strain menghasilkan
beta laktamase
Tes koagulase positif
Pada agar darah koloni S,
hemolisis (+)
Peragi KH
Streptococcus Beta Hemolitikus
Group A
Gram Positif
Morfologi seperti kalung mutiara
Anaerob fakultatif
Tidak bergerak, tidak berspora
Tumbuh optimal pada suhu 37˚C
Susunan dinding sel sangat
komplek
Hemolisis (+)
Mempunyai fili
Mempunyai simpai
Koloni S. ukuran kecil
4. Kuman Staphiloccus areus, flora
normal pada kulit mc,saluran
pernafasan dan saluran pencernaan
Daya tahan tubuh menurun, kuman
menjadi invasif
Hemolisis, membentuk koagulasi,
membentuk pigmen kuning, emas,
mencairkan gelatin dan meragi
manitol
Berkembang biak dalam folikel
rambut dan menyebabkan
nekrosis jaringan
Koagulai fibrin di sekitar
lesi
Terbentuk dinding fibrin yang
membatasi proses nekrosis disusul
serbukan sel radang
Pencairan jaringan nekrotik
Bula
Pecah
Meninggalkan Jariangan
Granulasi
PATOFIOLOGI
Stafilococcus
Areus
5. Lab Staphilococcus Aureus
Gambar Kiri ke
Kanan:
Pewarnaan
Gram, Biakan
agar darah,
Biakan EYA,
Manitol (kuning)
Hasil
pengamatan
•Bentuk:
Coccus
•Susunan:
Anggur
•Sifat Gram: +
Courtesy :
Lab Mikro FK
UKI
6. Kuman Streptococcus B hemolitikus
masuk melalui kulit yang terluka
Daya tahan tubuh menurun, kuman
menjadi invasif
Menginfeksi kulit yang sangat
superficial , menghasilkan toksin,
hemolisis, fibrinolisis dan
pembentukan pigmen hijau
Pembentukan vesicapustulae di
bawah staratum korneum
Pecah
Muncul krusta yang berwarna kuning
madu yang sangat menular
Dibawah krusta terdapat
daerah erosif yang
mengeluarkan sekret
Krusta menebal dan
terlepas secara
berulang
PATOFIOLO
GIStreptococ
cus
7. Lab. Streptococcus B
Hemolitikus
Gambar Kiri ke
Kanan:
Pewarnaan
gram, Tes
Basitrasin,
Biakan pada
agar darah
Hasil
pengamatan
•Bentuk: Basil
•Susunan:
Berderet
•Sifat Gram: +
Courtesy :
Lab Mikro FK
UKI
8.
9. Padat
penduduk
Rawat RS
Trauma, luka
bakar berat
cuaca panas
lembab
Kemoterapi
Terapi radiasi,
hemodialisis
Penyakit
sistemik,
Imunodefesien
si, HIV, DM
Kortikosteroid
jangka panjang
Staphilococus
Areus dan
Streptoccus B
hemolitikus
invasif
Impetigo
Faktor – faktor resiko invasi kuman S.
Areus dan Streptococcus B Hemolitikus
Varicella,
Herpes
Simplex ,
dermafitosis
Riwayat
Atopik
Gigitan
Serangga,
pediculosis
Kebersihan/
Higiene
10. DEFENISI
Impetigo bullosa adalah
suatu bentuk impetigo
dengan gejala utama
berupa lepuh-lepuh berisi
cairan kekuningan dengan
dinding tegang, terkadang
tampak hipopion.
IMPETIGO BULOSA
12. Daerah
Lebih banyak pada daerah
tropis dengan udara panas
Musim
Musim panas dengan
banyak debu
Gizi
Lebih sering dan berat pada
keadaan kurang gizi dan
anemia
Lingkunga
n
Yang kotor dan berdebu
akan sering dan lebih
hebat
Faktor – Faktor
Yang
Mempengaruhi
13. DIAGNOSIS
Timbulnya lesi, Demam, Diare, Pruritus, Riwayat
atopik, Riwayat penyakit lain, Penggunaan
kortikosteroid, Lingkungan, Higiene dll
Melihat ruam/efloresensi; Ruam Primer dan
Sekunder, yang sesuai, Sifat efloresensi: Ukuran,
Susunan, Bentuk, dan Lokalisasi , alat bantu kaca
pembesar atau sinar wood
Bahan pemeriksaan Usapan/swab permukaan lesi,
Nanah/pus
•Sediaan langsung dengan pewarnaan Gram
•Biakan/kultur pada agar darah, dilanjutkan dengan
tes biokimia, Tes koagulasa dan tes resistensi
Anamnesis
Pemeriksaa
n
Jasmani
Pemeriksaa
n
Laboratoriu
m
14. 2. Bervariasi mulai
miliar hingga lentikular
4. Berdinding tebal
dan ada hipopion
1. Lepuh timbul
mendadak pada
kulit
3. Dapat bertahan 2 –
3 hari
5. Jika pecah
menimbulkan krusta yang
coklat datar dan tipis
Gejala singkat penyakit
16. Pada epidermis tampak vesikel subkornea berisi sel – sel
radang yaitu leukosit.
Gambaran
Histopatologis
Pada dermis tampak serbukan sel – sel radang ringan dan
pelebaran ujung – ujung pembuluh darah.
17. DEFENISI
Bentuk pioderma yang
paling sederhana.
Menyerang epidermis,
gambaran yang dominan
ialah krusta khas, berwarna
kuning kecoklatan seperti
madu yang berlapis – lapis.
IMPETIGO NON BULOSA
19. Bangsa Semua bangsa
Daerah
Lebih Sering pada daerah
Tropis
Musim
Musim panas atau
cuaca panas dan
lembab
Kebersiha
n/Higiene
kebersihan yang kurang dan
higiene yang buruk (anemia
malnutrisi)
Faktor – Faktor
Yang
Mempemgaruhi
20. DIAGNOSIS
Timbulnya lesi, Demam, Pruritus, diare, Riwayat
atopik, Riwayat penyakit lain, Penggunaan
kortikosteroid, riwayat di rawat, Lingkungan,
Higiene dll
Melihat ruam/efloresensi; Ruam Primer dan
Sekunder, yang sesuai, Sifat efloresensi: Ukuran,
Susunan, Bentuk, dan Lokalisasi , alat bantu kaca
pembesar atau sinar wood
BP : pus, swab lesi, eksudat di bawah krusta
Jenis pemeriksaan :
1. Sediaan langsung Gram
2. Kultur pada media agar darah; koloni S, kecil,
hemolisis (+)
3. Tes basitrasin (+)
4. Tes serologi bila diperlukan
Anamnesis
Pemeriksaa
n
Jasmani
Pemeriksaa
n
Laboratoriu
m
21. 2. Berubah menjadi bula
dan vesikel yang
berdinding tipis
4. Mengering dan membentuk
krusta yang berlapis – lapis,
dan mudah terlepas
1. Makula eritematosa
berukuran 1 – 2 mm
3. Pecah dan
mengeluarkan cairan
seropurulen atau kuning
kecoklatan
5. Dibawah krusta terdapat
daerah erosif yang
mengeluarkan sekret sehingga
krusta kembali menebal.
Gejala singkat penyakit
22. Daerah yang
terpajan terutama
wajah (sekitar
hidung dan mulut),
tangan, leher, dan
ekstremitas.
Lokalisasi
Efloresensi/sif
at-sifatnya
makula eritematosa miliar sampai lentikular,
difus, anular, sirsinar; vesikel dan bula lentikular
difus; pustula miliar sampai lentikular; krusta
kuning kecoklatan, berlapis – lapis, mudah
diangkat.
23. Gambaran
Histopatologis
Berupa peradangan superficial folikel pilobasea bagian
atas
Pada lapisan dermis didapatkan reaksi peradangan ringan
berupa dilatasi pembuluh darah, edema dan infiltrasi PMN
Terbentuk bula atau vesikopustulosa sub kornea yang
berisi kokus serta debris berupa lekosit dan sel epidermis
24. Diagnosis Banding
Impetigo Non
Bulosa
Kandidasis
Kutaneus
Kerion
Dermafitosis
inflamasi
Infeksi dermatopik
Lupus Erytematosa
Dermatosis Akut
Diagnosis Banding
Impetigo Bulosa
Dermatosis Bullosa
Reaksi Pemfigoid
Bulosa
Lupus Eritematosus
Bulosa
Skabies Bulosa
Dermatitis
Herpetiform
Bulosa karena reaksi
obat
Diagnosis Banding
Umum
Dermatitis Atopik
Luka Bakar atau Kimia
Kandidosis Berat
Dermatitits Kontak
Infeksi herpes
simpleks
Kudis
Varisela Zooster
Pemyakit Krusta
akibat staphilococcus
DIAGNOSIS BANDING
25. Epidemiologi: US Statistik
Impetigo menyumbang 10 % masalah kulit di AS
Untuk penyakit kulit pada anak menempati urutan
ke 3
Lebih sering terjadi di amerika tenggara daripada
amerika utara
Insiden puncak pada musim panas dan gugur
Tetapi untuk wilayah yang hangat dan lembab
sepanjang tahun kejadian penyakit tetap ada
26. Epidemiologi Impetigo: World Statistik
Impetigo terjadi lebih sering di negara beriklim tropis dan
di dataran rendah, mudahnya infeksi diperburuk dengan
gigitan serangga.
Padatnya penduduk dan kurangnya kebersihan juga
meningkatkan insiden impetigo
Statistik di inggris tahun 1995: 2,8 % pada anak usia ≤ 4
tahun dan 1,69% pada anak usia 5 – 15 tahun per
tahun.
Di belanda impetigo menempati urutan ke 3 penyakit
kulit pada anak. Kejadian rata – rata 10,8 – 22,2
kasus/1000anak/tahun, tergantung wilayah geografis
Penelitian di belanda: anak usia 18: 1,65% pada tahun
1987 menjadi 2,06% pada tahun 2001.
Di australia : di diagnosis 22 dari 60 pasien (37%) pada
usia 19 tahun dan 38% pada pasien laki - laki
27. Prognosis Impetigo Komplikasi impetigo
Bahkan tanpa pengobatan,
impetigo biasanya sembuh
dalam waktu 2-3 minggu .
Namun, pengobatan
menghasilkan angka
kesembuhan yang lebih tinggi
dan mengurangi penyebaran
infeksi ke bagian lain dari
tubuh (melalui inokulasi) atau
untuk orang lain
Dengan pengobatan yang
tepat, lesi ini biasanya hilang
setelah 7-10 hari
Scarlet demam
Erisipelas
Guttate psoriasis
Pneumonia
Osteomielitis
Septic arthritis
bakteri endokarditis
Glomeronefritis post
coccal
28. Pengobatan Umum Untuk
Impetigo
Membersihkan dengan lembut krusta dengan lap atau
sabun antibiotik.
Antibiotik topikal, antibiotik sistemik, atau kombinasi
dari keduanya adalah terapi yang efektif untuk
impetigo.
Empiris cakupan bakteri bertujuan untuk memberantas
Staphylococcus aureus dan kelompok A beta-hemolitik
streptokokus (GABHS, juga dikenal sebagai
Streptococcus pyogenes).
Antihistamin dapat diresepkan untuk mengurangi
gejala-gejala pada pasien dengan pruritus.
Resusitasi cairan intravena dan rawat inap diperlukan
untuk kegawatdaruratan semisal impetgo dengan lesi
seluruh tubuh dan sepsis pada bayi.
29. Pengobatan Topical
Keuntungan dari antibiotik topikal
terdiri dari:
Kelemahan dari antibiotik topikal
terdiri dari:
Rendahnya risiko efek samping
sistemik
Potensi produksi iritan dan
dermatitis kontak alergi
Tinggi konsentrasi antibiotik bila
diterapkan pada daerah yang
terkena
Penurunan penetrasi di daerah yang
terkena
jumlah kecil obat yang digunakan Reaksi yang cepat potensi
resistensi bakteri
Kurangnya efek pada flora usus Potensial gangguan flora kulit
Biaya rendah Potensi penyerapan sistemik dan
konsekuensi efek racun
Mudah dipakaikan ke anak
30. Selain Antibiotik topikal di atas, ada beberapa antibiotik topikal lain
yang dipertimbangkan bagi pengobatan impetigo antara lain
klindamisin, gentamisin, hidrogen peroksida, tetrasiklin,
sulfanilamide, dan nitrofurazone perak
Obat Dosis
Mupirosin Oles 2% di kulit yang infeksi, jikaa tidak ada
respon perbaikan 3 – 5 hari, evealuasi lagi
Retapamulin Oles di kulit yang infeksi, 3 – 5 hari tidak ada
perbaikan evaluasi
Obat Fungsi
Mupirosin Antibiotik alami, Diproduki Pseudomanas
Fluorescens . Menghambat sintesis bakteri.
Retapamulin Antibiotik baru, (karena S. Areus resisten terhadap
Mupirocin meningkat). Menghambat sintesis
protein bakteri.
Topical antimikroba
31. Antibiotik Sistemik
Pengobatan antibiotik sistemik diindikasikan utk pioderma spektrum
luas atau rumit.
Obat Fungsi
Amoksisilin dan
klavulanat
Amoksilin menghanbat sintesis dinding sel bakteri, klavunat
menghambat produksi B laktamase bakteri
Dicloxacillin Menghambat sintesis dinding sel bakteri Staphilococcus
Penisilinase
Eritromisin Menghambat pertumbuhan bakteri untuk infeksi
staphilococcal dan streptococcus digunakan untuk pasien
resistensi penisilin.
Klindamisin Menghambat pertumbuhan bakteri, digunakan untuk pasien
resisten penisilin, untuk Staphilococcal dan Streptococcal
aerob dan anaerob
Kloksasilin Digunakan untuk staphilococcal penisilinase (resisten
penisilin)
Trimetoprim-
sulfametoksazol
Menghambat sintesis bakteri
Levofloksasin Efek bakterisidal, untuk Staphilococcus Areus Meticilin
Resisten
32. Antibiotik Sistemik
Obat Dosis Obat
Amoksisilin dan
klavulanat
Dewasa dan anak – anak dengan BB > 20 kg 250 -
500 mg /8 jam, anak – anak < 20 kg: 20 – 40
mg/kg/BB/hari dosis bagi tiap 8 jam.
Dicloxacillin Untuk anak <40 kg: 12,5-25 mg/kg/hari/6 jam per
oral, Infeksi berat: 50-100 mg/kg/hari setiap 6 jam per
oral, BB: 40 kg atau lebih: untuk dewasa; 125-500 mg
/6 jam diminum saat perut kosong.
Eritromisin Dewasa per oral 400 mg /6 jam dapat ditinggkatkan
menjadi 4 g/hari tergantung berat infeksi
Klindamisin Per oral 150 - 450 mg 6-8 jam; tidak melebihi 1,8 g /
hari
1,2-2,7 g /hari IV/IM tiap 6-12 jam; tidak melebihi 4,8
g / hari
Kloksasilin Dewasa dan anak dengan BB >20 kg: 250-500 mg
per oral tiap 6 jam, anak > 1 bulan BB <20 kg 50 –
100/ hari setiap 6 jam 1 atau 2 jam sebelum makan.
34. Anti Histamin, Generasi 2
Jika pruritus signifikan, antihistamin dapat diresepkan
untuk membantu meminimalkan kemungkinan
menggaruk. Menghindari trauma pada kulit dapat
mencegah atau membatasi penyebaran impetigo oleh
autoinokulasi. Agen ini selektif menghambat kerja
histamin perifer dengan memblok H1 reseptor untuk
histamin. Obat
Desloratadine
Cetirizine
Loratadine
35. Anti Histamin, Generasi Pertama
Agen ini selektif menghambat reseptor H1
histamin perifer untuk histamin.
Obat
Hidroksizin
36. Menghindari kontak langsung dengan penderita
impetigo misalnya di sekolah dan tempat – tempat
umum lainnya
Mengevaluasi pekerja RS, Anggota keluarga, dan populasi yang
terkena impetigo agar segera di obati untuk menghambat
penularan lebih lanjut
Segera mengobati penyakit kulit
Menjaga kebersihan diri dengan rajin mencuci tangan, potong
kuku dll.
Penggunaan anti histamin dapat mencegah lesi semakin
parah.
Edukasi pasien RS carang perwatan dan pembersihan
luka serta terapi antibiotik topikal untuk trauma kulit
minor.
PENCEGAHAN IMPETIGO
37. Referensi
http//:www.medscape.com/impetigo
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima.
Jakarta; Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2007. Hal 57 - 59
Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit
Edisi 2. Jakarta; Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2007. Hal 45 - 49
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Indonesia. Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta; Binarupa Aksara,
1994. Hal 103 - 122