Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai berbagai jenis penyakit bula, termasuk gejala, pemeriksaan, dan penatalaksanaannya. Beberapa jenis penyakit bula yang dijelaskan antara lain pemfigus vulgaris, pemfigus foliaseus, pemfigus eritematosus, pemfigus vegetans, pemfigoid bulosa, epidermolisis bulosa, sindrom Stevens-Johnson, dan nekrolisis epidermal toksik.
Shock dan Resusitasi Cairan
Akan mendiskusikan tentang
1. Konsep cairan dan elektrolit
2. Terapi cairan
3. Macam-macam shock, penyebab, penanganan dan resusitasi cairan
4. Initial assessment pada kasus shock
5. Contoh kasus
Untuk diskusi tentang slide ini atau ingin komunikasi bisa ke eri_yanuar2004@yahoo.com
Dokumen tersebut membahas tentang edema paru, yaitu penimbunan cairan di jaringan interstisial dan alveolus paru yang disebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah paru. Edema paru dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik, perubahan permeabilitas membran alveolar-kapiler, atau gangguan sistem limfatik. Gejala klinisnya antara lain sesak napas, batuk, dan hip
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai berbagai jenis lesi primer dan sekunder pada kulit, termasuk definisi, ciri-ciri, dan contohnya. Jenis lesi primer meliputi makula, papula, pustula, plak, nodus, kista, urtikaria, vesikel, dan bula. Sedangkan jenis lesi sekunder antara lain erosi, ekskoriasi, fisura, atrofi, ulkus, scar, skuama, dan krusta. Dokumen ini juga
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis morfologi penyakit kulit primer dan sekunder beserta contoh-contohnya, seperti makula, papula, plak, urtika, nodul, vesikel, pustula, dan komedo. Jenis-jenis morfologi tersebut dibedakan berdasarkan karakteristik fisiknya seperti ukuran, konsistensi, dan isiannya. Dokumen ini berguna bagi diagnosis penyakit kulit secara
Shock dan Resusitasi Cairan
Akan mendiskusikan tentang
1. Konsep cairan dan elektrolit
2. Terapi cairan
3. Macam-macam shock, penyebab, penanganan dan resusitasi cairan
4. Initial assessment pada kasus shock
5. Contoh kasus
Untuk diskusi tentang slide ini atau ingin komunikasi bisa ke eri_yanuar2004@yahoo.com
Dokumen tersebut membahas tentang edema paru, yaitu penimbunan cairan di jaringan interstisial dan alveolus paru yang disebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah paru. Edema paru dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik, perubahan permeabilitas membran alveolar-kapiler, atau gangguan sistem limfatik. Gejala klinisnya antara lain sesak napas, batuk, dan hip
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai berbagai jenis lesi primer dan sekunder pada kulit, termasuk definisi, ciri-ciri, dan contohnya. Jenis lesi primer meliputi makula, papula, pustula, plak, nodus, kista, urtikaria, vesikel, dan bula. Sedangkan jenis lesi sekunder antara lain erosi, ekskoriasi, fisura, atrofi, ulkus, scar, skuama, dan krusta. Dokumen ini juga
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)fikri asyura
Dokumen tersebut membahas berbagai jenis morfologi penyakit kulit primer dan sekunder beserta contoh-contohnya, seperti makula, papula, plak, urtika, nodul, vesikel, pustula, dan komedo. Jenis-jenis morfologi tersebut dibedakan berdasarkan karakteristik fisiknya seperti ukuran, konsistensi, dan isiannya. Dokumen ini berguna bagi diagnosis penyakit kulit secara
Prurigo nodularis merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan munculnya benjolan gatal pada kulit dan sering kambuh. Pasien mengeluhkan rasa gatal dan benjolan pada lengan dan kaki yang semakin parah saat stres. Pemeriksaan menunjukkan benjolan merah dengan bekas luka goresan tersebar secara simetris. Diagnosis prurigo nodularis ditegakkan dan pasien mendapat pengobatan antihistamin dan kortikosteroid
Kasus pria berusia 55 tahun dengan keluhan sulit buang air kecil. Pemeriksaan fisik menunjukkan prostat membesar. Diagnosis beninga hiperplasia prostat. Pasien diobati dengan open prostatektomi.
Dokumen tersebut membahas lokasi dan pola gangguan pergerakan yang disebabkan oleh berbagai jenis lesi sistem saraf pusat dan perifer. Lesi pada Upper Motor Neurone, Lower Motor Neurone, Neuromuscular Junction, otot, basal ganglia dan cerebellum dapat menyebabkan kelemahan, gangguan pergerakan, dan gangguan sensasi dengan karakteristik yang berbeda untuk setiap lokasi lesi. Dokumen ini berguna untuk mendiagnosis lokasi le
This document provides an overview of corneal anatomy, functions, diseases, and infections. It discusses the layers of the cornea and their roles. Common corneal conditions described include keratitis (inflammation of the cornea), which can be caused by bacteria, viruses, fungi, or non-infectious factors. Bacterial keratitis often presents with ulcers and infiltrates in the cornea and can lead to worsening infection if not treated promptly. Viral keratitis is commonly caused by herpes simplex or zoster viruses. Allergic and neurotrophic keratitis are also summarized. The document emphasizes the importance of prompt treatment for large corneal ulcers to prevent complications like corneal perforation.
Dokumen tersebut membahas beberapa kondisi patologi kulit, di antaranya:
1. Keloid dan kista dalam keloid yang ditandai dengan penebalan jaringan ikat kolagen.
2. Verruca vulgaris atau kutil yang merupakan tumor epitel jinak jenis papiloma skuamosa.
3. Hemangioma kapiler sebagai tumor jinak pembuluh darah kapiler.
4. Nevus dan nevus pigmentosus yang ditandai oleh kandungan sel melanin berle
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi dan embriologi telinga yang terdiri dari telinga luar, tengah, dan dalam beserta struktur-struktur pentingnya seperti membran timpani, tulang pendengaran, koklea, dan vestibuler. Dokumen tersebut juga membahas tentang persarafan, pembuluh darah, dan limfatik pada telinga luar.
1. Pasien laki-laki berusia 6 tahun dengan keluhan lenting-lenting di seluruh tubuh sejak 1 hari. 2. Status general baik dengan status dermatologi menunjukkan lesi berupa makula, vesikel dan krusta di seluruh tubuh. 3. Diagnosis kerja varicella didukung anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Dokumen tersebut merupakan ringkasan tentang anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien yang mengalami epitaksis posterior akibat hipertensi. Dokumen tersebut menjelaskan tentang riwayat medis pasien, gejala utama, hasil pemeriksaan fisik, diagnosa banding, diagnosa kerja, dan penatalaksanaan epitaksis posterior pada pasien hipertensi.
The document discusses the criteria for diagnosing atopic dermatitis. It describes the Hanifin and Rajka criteria, which includes major criteria like pruritus, characteristic skin lesions, lichenification in flexural areas and facial/extensor areas in babies/children, chronic symptoms, and family history of atopy. Minor criteria include features like ichthyosis, xerosis, positive skin tests, high IgE levels, early age of onset, vulnerability to infections like Staphylococcus and herpes, tendency for nonspecific dermatitis, nipple eczema, cheilitis, and recurrent conjunctivitis. The criteria are used to systematically diagnose atopic dermatitis.
Dokumen tersebut membahas pendekatan diagnosis limfadenopati. Ada beberapa poin penting yang diangkat, yaitu: (1) penyebab limfadenopati dapat diingat dengan mnemonik MIAMI atau SHAK, (2) kunci kecurigaan kanker meliputi usia tua, karakteristik kelenjar yang keras dan terfiksasi, berlangsung lebih dari 2 minggu, serta lokasi di supraklavikula, (3) biopsi merupakan prosedur diagnostik ut
Dokumen ini membahas tentang otitis media akut pada anak, termasuk definisi, etiologi, epidemiologi, faktor risiko, gejala klinis, diagnosis, dan penatalaksanaannya. Otitis media akut adalah peradangan telinga tengah yang biasanya terjadi pada anak akibat infeksi bakteri setelah ISPA, dengan gejala utama nyeri telinga dan demam. Diagnosis didasarkan pada anamnesa dan pemeriksaan fisik telinga, sed
Anak perempuan 5 tahun datang dengan keluhan lenting berisi cairan di badan dan wajah selama sehari. Diagnosis kerjanya adalah cacar air akibat virus varicella zoster berdasarkan gejala klinis dan epidemiologinya. Pengobatan utamanya adalah asiklovir untuk mencegah komplikasi serius pada anak ini.
Retinopati diabetik adalah komplikasi penyakit diabetes yang dapat menyebabkan kebutaan. Penyakit ini disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah halus di retina akibat hiperglikemia kronis. Gejalanya berupa mikroaneurisma, perdarahan, dan edema retina. Diagnosa didukung dengan pemeriksaan oftalmoskopi dan angiografi fluorescein. Pengobatannya meliputi kontrol gula darah, laser fotokoagulasi untuk mencegah perdarahan, serta bed
Kasus ini mendiagnosis pasien dengan sindrom nefrotik berdasarkan gejala proteinuria masif, hipoalbuminemia, dan edema. Diagnosis bandingnya adalah glomerulonefritis akut pasca streptokokus karena hasil pemeriksaan anti streptolisin reaktif. Penatalaksanaannya meliputi rawat inap, diet protein rendah, obat prednison dan transfusi albumin.
Pasien perempuan berusia 52 tahun dirujuk ke rumah sakit dengan keluhan bibir mencong ke kanan dan mata kiri tidak bisa tertutup rapat. Pemeriksaan menemukan gangguan pada saraf wajah (Nervus Facialis) sebelah kiri. Diagnosisnya adalah parese nervus facialis tipe perifer sehingga didiagnosis menderita Bell's palsy. Pengobatan yang diberikan antara lain prednison dan antivirus.
Dokumen tersebut membahas beberapa jenis penyakit bula, termasuk gejala, pemeriksaan, dan penatalaksanaannya. Jenis-jenis penyakit bula yang dijelaskan antara lain pemfigus vulgaris, foliaseus, eritematosus, vegetans, pemfigoid bulosa, epidermolisis bulosa, sindrom Stevens-Johnson, dan beberapa penyakit bula lainnya.
Prurigo nodularis merupakan penyakit kulit yang ditandai dengan munculnya benjolan gatal pada kulit dan sering kambuh. Pasien mengeluhkan rasa gatal dan benjolan pada lengan dan kaki yang semakin parah saat stres. Pemeriksaan menunjukkan benjolan merah dengan bekas luka goresan tersebar secara simetris. Diagnosis prurigo nodularis ditegakkan dan pasien mendapat pengobatan antihistamin dan kortikosteroid
Kasus pria berusia 55 tahun dengan keluhan sulit buang air kecil. Pemeriksaan fisik menunjukkan prostat membesar. Diagnosis beninga hiperplasia prostat. Pasien diobati dengan open prostatektomi.
Dokumen tersebut membahas lokasi dan pola gangguan pergerakan yang disebabkan oleh berbagai jenis lesi sistem saraf pusat dan perifer. Lesi pada Upper Motor Neurone, Lower Motor Neurone, Neuromuscular Junction, otot, basal ganglia dan cerebellum dapat menyebabkan kelemahan, gangguan pergerakan, dan gangguan sensasi dengan karakteristik yang berbeda untuk setiap lokasi lesi. Dokumen ini berguna untuk mendiagnosis lokasi le
This document provides an overview of corneal anatomy, functions, diseases, and infections. It discusses the layers of the cornea and their roles. Common corneal conditions described include keratitis (inflammation of the cornea), which can be caused by bacteria, viruses, fungi, or non-infectious factors. Bacterial keratitis often presents with ulcers and infiltrates in the cornea and can lead to worsening infection if not treated promptly. Viral keratitis is commonly caused by herpes simplex or zoster viruses. Allergic and neurotrophic keratitis are also summarized. The document emphasizes the importance of prompt treatment for large corneal ulcers to prevent complications like corneal perforation.
Dokumen tersebut membahas beberapa kondisi patologi kulit, di antaranya:
1. Keloid dan kista dalam keloid yang ditandai dengan penebalan jaringan ikat kolagen.
2. Verruca vulgaris atau kutil yang merupakan tumor epitel jinak jenis papiloma skuamosa.
3. Hemangioma kapiler sebagai tumor jinak pembuluh darah kapiler.
4. Nevus dan nevus pigmentosus yang ditandai oleh kandungan sel melanin berle
Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi dan embriologi telinga yang terdiri dari telinga luar, tengah, dan dalam beserta struktur-struktur pentingnya seperti membran timpani, tulang pendengaran, koklea, dan vestibuler. Dokumen tersebut juga membahas tentang persarafan, pembuluh darah, dan limfatik pada telinga luar.
1. Pasien laki-laki berusia 6 tahun dengan keluhan lenting-lenting di seluruh tubuh sejak 1 hari. 2. Status general baik dengan status dermatologi menunjukkan lesi berupa makula, vesikel dan krusta di seluruh tubuh. 3. Diagnosis kerja varicella didukung anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Dokumen tersebut merupakan ringkasan tentang anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien yang mengalami epitaksis posterior akibat hipertensi. Dokumen tersebut menjelaskan tentang riwayat medis pasien, gejala utama, hasil pemeriksaan fisik, diagnosa banding, diagnosa kerja, dan penatalaksanaan epitaksis posterior pada pasien hipertensi.
The document discusses the criteria for diagnosing atopic dermatitis. It describes the Hanifin and Rajka criteria, which includes major criteria like pruritus, characteristic skin lesions, lichenification in flexural areas and facial/extensor areas in babies/children, chronic symptoms, and family history of atopy. Minor criteria include features like ichthyosis, xerosis, positive skin tests, high IgE levels, early age of onset, vulnerability to infections like Staphylococcus and herpes, tendency for nonspecific dermatitis, nipple eczema, cheilitis, and recurrent conjunctivitis. The criteria are used to systematically diagnose atopic dermatitis.
Dokumen tersebut membahas pendekatan diagnosis limfadenopati. Ada beberapa poin penting yang diangkat, yaitu: (1) penyebab limfadenopati dapat diingat dengan mnemonik MIAMI atau SHAK, (2) kunci kecurigaan kanker meliputi usia tua, karakteristik kelenjar yang keras dan terfiksasi, berlangsung lebih dari 2 minggu, serta lokasi di supraklavikula, (3) biopsi merupakan prosedur diagnostik ut
Dokumen ini membahas tentang otitis media akut pada anak, termasuk definisi, etiologi, epidemiologi, faktor risiko, gejala klinis, diagnosis, dan penatalaksanaannya. Otitis media akut adalah peradangan telinga tengah yang biasanya terjadi pada anak akibat infeksi bakteri setelah ISPA, dengan gejala utama nyeri telinga dan demam. Diagnosis didasarkan pada anamnesa dan pemeriksaan fisik telinga, sed
Anak perempuan 5 tahun datang dengan keluhan lenting berisi cairan di badan dan wajah selama sehari. Diagnosis kerjanya adalah cacar air akibat virus varicella zoster berdasarkan gejala klinis dan epidemiologinya. Pengobatan utamanya adalah asiklovir untuk mencegah komplikasi serius pada anak ini.
Retinopati diabetik adalah komplikasi penyakit diabetes yang dapat menyebabkan kebutaan. Penyakit ini disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah halus di retina akibat hiperglikemia kronis. Gejalanya berupa mikroaneurisma, perdarahan, dan edema retina. Diagnosa didukung dengan pemeriksaan oftalmoskopi dan angiografi fluorescein. Pengobatannya meliputi kontrol gula darah, laser fotokoagulasi untuk mencegah perdarahan, serta bed
Kasus ini mendiagnosis pasien dengan sindrom nefrotik berdasarkan gejala proteinuria masif, hipoalbuminemia, dan edema. Diagnosis bandingnya adalah glomerulonefritis akut pasca streptokokus karena hasil pemeriksaan anti streptolisin reaktif. Penatalaksanaannya meliputi rawat inap, diet protein rendah, obat prednison dan transfusi albumin.
Pasien perempuan berusia 52 tahun dirujuk ke rumah sakit dengan keluhan bibir mencong ke kanan dan mata kiri tidak bisa tertutup rapat. Pemeriksaan menemukan gangguan pada saraf wajah (Nervus Facialis) sebelah kiri. Diagnosisnya adalah parese nervus facialis tipe perifer sehingga didiagnosis menderita Bell's palsy. Pengobatan yang diberikan antara lain prednison dan antivirus.
Dokumen tersebut membahas beberapa jenis penyakit bula, termasuk gejala, pemeriksaan, dan penatalaksanaannya. Jenis-jenis penyakit bula yang dijelaskan antara lain pemfigus vulgaris, foliaseus, eritematosus, vegetans, pemfigoid bulosa, epidermolisis bulosa, sindrom Stevens-Johnson, dan beberapa penyakit bula lainnya.
Dokumen tersebut membahas tentang sindrom Steven Johnson, yaitu sindrom yang mengenai kulit, mukosa, dan mata dengan gejala eritema, vesikel, bula, dan purpura. Dokumen menjelaskan penyebab, manifestasi klinis, patofisiologi, dan penatalaksanaan sindrom Steven Johnson yang mencakup pemberian kortikosteroid secara sistemik, antibiotik, infus cairan dan transfusi darah, serta terapi topikal.
SSJ merupakan kelainan kulit dan mukosa yang ditandai oleh erupsi vesikulobulosa dan erosi, yang disebabkan oleh respons imun terhadap obat atau infeksi. Gejalanya bervariasi mulai dari demam, nyeri, hingga kerusakan mata. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik dan histopatologi, sementara penatalaksanaannya meliputi terapi suportif, penghentian faktor penyebab, serta antibiotik dan imunoglobulin unt
Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) merupakan kondisi klinis yang ditandai dengan lesi kulit, mukosa, dan mata disertai demam yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti infeksi, obat-obatan, dan makanan. Penatalaksanaannya meliputi perawatan suportif, penghentian faktor penyebab, antibiotik, dan imunoglobulin intravena.
Dokumen tersebut merupakan referat mengenai pioderma non kokus. Referat ini menjelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis, dan pengobatan pioderma yang disebabkan oleh bakteri selain Staphylococcus dan Streptococcus seperti Pseudomonas, Klebsiella, E. coli, dan Proteus. Manifestasi klinis pioderma non kokus dapat berupa folikulitis, ektima, pionikia, selulitis, ulkus piogenik, dan hidradenitis suppurativa
Dokumen tersebut membahas tentang psoriasis vulgaris. Psoriasis vulgaris adalah penyakit kulit kronik yang ditandai dengan adanya bercak merah dengan sisik kulit tebal dan kasar pada beberapa bagian tubuh seperti kepala, siku, lutut, dan bagian belakang. Penyebabnya belum jelas namun dipengaruhi faktor genetik dan autoimun. Pengobatannya meliputi pengobatan topikal seperti salep ter, k
1. Sindrom Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik adalah penyakit kulit darurat yang ditandai dengan lesi kulit dan mukosa.
2. Sindrom Stevens-Johnson lebih ringan dari nekrolisis epidermal toksik, dengan angka kematian 5-15%. Nekrolisis epidermal toksik memiliki angka kematian lebih tinggi dan sering menyebabkan kematian.
3. Pengobatan harus cepat dan tepat dengan kortikosteroid, antibiotika, dan
Pasien laki-laki berumur 13 tahun datang dengan keluhan demam dan luka di mulut yang menyebabkan nyeri dan sulit makan. Luka tersebut muncul setelah menggunakan obat gentian violet dari puskesmas. Berdasarkan riwayat penyakit, lokalisasi luka, dan gejala klinis, diduga pasien mengalami dermatitis kontak alergi akibat obat gentian violet.
Ringkasan dokumen:
1. Daftar nama mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia angkatan 2011.
2. Kasus pasien wanita berusia 39 tahun dengan keluhan bintik merah di wajah dan leher selama 4 bulan terakhir yang semakin parah saat terkena matahari tanpa gatal. Pemeriksaan menemukan papula, pustula, dan eritema di sekitar hidung. Keluhan semakin parah dengan bertambahnya usia dan st
Materi ini membahas mengenai bakteri patogen yang menyebabkan terjadinya infeksi pada kulit dan jaringan yang umumnya menginfeksi manusia. Dalam materi ini juga menyertakan bagaimana cara mengidentifikasi bakteri secara konvensional.
Pendidikan inklusif merupakan sistem pendidikan yang
memberikan akses kepada semua peserta didik yang
memiliki kelainan, bakat istimewa,maupun potensi tertentu
untuk mengikuti pendidikan maupun pembelajaran dalam
satu lingkungan pendidikan yang sama dengan peserta didik
umumlainya
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
2. Macam penyakit bula
1. Pemfigus :
vulgaris
vegetan
foliaceus
eritematosa
2. Epidermolisis Bulosa
Simplek
Distrofik
Junctional
3. Bulous Pemfigoid
Toxic Epidermal Necrolysis
Steven Johnson Syndrome
Chronic Bulous Disease of Childhood
Chronic Benign Familial Pemphigus
3. 1. PEMPHIGUS VULGARIS
penyakit bula pembentukan bula di atas kulit
normal dan selaput lendir
Etiologi
belum diketahui, diduga berhubungan dengan
autoimun
DD :
Dermatitis herpetiformis, Pemfigoid
bulosa, Sindrom Steven-Johnson
4.
5. Gejala singkat penyakit :
keadaan umum biasanya buruk
60% lesi biasanya pada kepala berambut dan
mukosa mulut
Erosi dengan krusta beberapa bulan timbul
bula generalisata bula berdinding kendur
kulit sekitarnya normal pecah krusta
dapat bertahan lama.
Tanda Nikolsky selalu (+)
gatal dan nyeri
6. Predileksi :
Generalisata
mukosa yang diserang : mata, hidung, laring,
faring, serviks, vulva, uretra
UKK :
bula berdinding kendur dengan kulit sekitarnya
normal
Krusta
Erosi
hipo/hiperpigmentasi
8. Pemeriksaan :
1. Imunologi :
tes imunofluoresensi langsung
Didapatkan antibodi intraseluler tipe IgG dan C3
tes imunoflourosensi tidak langsung
Didapatkan antibodi pemphigus pada IgG
2. Tes Nikolsky selalu (+)
3. Pemeriksaan sel Tzanck selalu (+) Giemsa
(sel akantolitik dari lapisan spinosum, agak
bulat berinti besar dikelilingi halo)
9. Penatalaksanaan :
1. Kortikosteroid
prednison 60-150 mg/hari
deksametason dosis tinggi IM atau IV
Setelah ada perbaikan, dosis diturunkan secara
logaritmik.
2. Antibiotik spektrum luas
Untuk melindungi dari terhadap infeksi
3. Alternatif
kombinasi kortikosteroid dengan imunostatik
prednison 50-100 mg/hari dengan siklofosfamid
100-500 mg/hari efek kotikosteroid tidak terlalu
tinggi, efek samping dapat dicegah.
Perhatikan keseimbangan cairan tubuh
10. 2. PEMPHIGUS FOLIACEUS
Definisi
Salah satu bentuk pemfigus yang memberi
gejala klinik berupa vesikel-vesikel
berdinding tipis yang mudah pecah.
Etiologi
belum jelas, diduga proses autoimun
DD
Eritroderma
Sindroma Stevens-Johnson
Pemfigus vulgaris
11. Predileksi : kulit kepala, wajah, dada, dan daerah
seboroik; bersifat smetris
Gejala
Vesikel atau bula berukuran kecil berdinding tipis
dan kendur pecah erosi dan eksudatif.
UKK
Eritema menyeluruh disertai skuama kasar.
Vesikel atau bula lentikuler berdinding kendur
hanya sedikit
Daerah erosif generalisata.
Khas
eritem menyeluruh dengan banyak skuama kasar
bula kendur sedikit
Penderita mengeluh gatal dan badan berbau
busuk.
12.
13. Gambaran histopatologis :
Epidermis :
ditemukan akantolisis dengan bula subkorneal
Dermis :
tampak pelebaran masing-masing pembuluh
darah disertai sebukan sel-sel radang seperti
eosinofil, limfosit dan sel plasma
Pemeriksaan Lab :
imunologi IgG
Tes Niklosky (+)
percobaan Tzanck (+)
14. Penatalaksanaan :
1. Kortikostreroid
prednison 60-120 mg/hari
kortikosteroid lain dengan dosis ekuivalen
Setelah mencapai penyembuhan klinis,
dosis diturunkan secara perlahan
2. Antibiotik spektrum luas
untuk mencegah infeksi sekunder
15. 3. PEMPHIGUS
ERITEMATOSUS
(SENEAR USHER
SYNDROME)
Definisi
bentuk pemfigus dengan gejala klinik yang lebih
jinak, serta tidak mempengaruhi keadaan umum
Penyebab
diduga berkaitan dengan proses autoimun
Predileksi
kedua sisi batang hidung dan pipi (mirip gambar
kupu-kupu)
Dada
Punggung
kulit kepala
ekstremitas
16. Gejala penyakit :
Keadaan umum : biasanya baik
Lesi mula-mula sedikit
Dapat berlangsung berbulan-bulan dan
mengalami remisi
Kelainan kulit berupa bercak eritema berbatas
tegas dengan skuama tebal
Eksudasi dan krusta di wajah menyerupai kupu-kupu,
sehingga mirip lupus erytematosus,
erysipelas dan dermatitis seboroika, kelainan
dapat juga generalisata,
Dapat berkembang menjadi pemfigus vulgaris
atau foliaseus
17. UKK
eritema berbatas tegas
skuama tebal
Eksudasi
krusta yang berwarna kuning coklat
Gambaran histopatologis :
1. Epidermis
Akantolisis
hiperkeratosis folikular
bula subkorneal
2. Dermis
papilomatosis
pelebaran pembuluh darah di ujung stratum papilare
25. 5. BULLOUS PEMPHIGOID
Definisi
penyakit kronik yang ditandai dengan
bula besar berdinding tegang di atas kulit
yang eritematosa.
Penyebab
diduga autoimun
Predileksi
ketiak, lengan bagian fleksor, lipat paha
dan mulut
26. Gejala penyakit
• KU = baik
• sakit ringan, sering disertai rasa gatal
• kelainan kulit terutama bula
• dapat bercampur dengan vesikel berdinding
tegang
• terkadang hemoragik
• daerah sekitar merah
27. UKK
1. bula numular sampai plakat berisi cairan jernih
dengan dinding tegang
2. terkadang hemoragik.
3. Jika bula pecah terlihat daerah erosif numular
hingga plakat, bentuk tak teratur
28. Pemeriksaan Lab :
Imunologi
IgG dan C3 tersusun seperti pita di BMZ
(besement membran zone)
Tes Nikolsky (-)
Pemeriksaan sel Tzanck (+)
DD
pemfigus vulgaris
Sindrom Stevens-Johnson
29. Penatalaksanaan :
Prednison 40-60 mg/hari, jika sudah terdapat
perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan
Kombinasi kortikosteroid dengan imunosupresan
dapat mengurangi dosis kortikosteroid
DDS atau klorokuin memberi hasil yang baik
Prognosis
kematian jarang bila dibandingkan dengan
pemfigus vulgaris
Dapat terjadi remisi spontan
30.
31. EPIDERMOLISIS BULOSA
suatu penyakit kulit herediter, yang
ditandai dengan timbulnya bula baik
secara spontan maupun akibat trauma.
Penyebab
diturunkan secara genetik
32. Gejala penyakit
bula akan timbul pada tempat yang mengalami
tekanan mulai sejak lahir hingga dewasa
Bula berisi cairan jernih dengan dinding yang
tegang dan terkadang hemoragik
Bula juga dapat timbul di selaput lendir, pada
kuku menyebabkan distrofi kuku
Pada tipe distrofi resesif terdapat retardasi
mental dan pertumbuhan tubuh yang terhambat.
.
33. Patogenesis :
Diduga oleh karena pembentukan enzim
sitolisis dan mutasi protein yang sensitif
terhadap perubahan panas
DD
pemfigoid bulosa
pemfigus foliaceus
dermatits herpetiformis
38. Penatalaksanaan :
1. Umum
hindari trauma mekanik
jangan memakai pakaian yang kaku atau
sepatu yang keras
mengawasi anak-anak yang merangkak
agar jangan terkena trauma.
39. 2. Khusus
Sistemik
belum ada obat yang memberikan
hasil yang memuaskan. Kortikosteroid
pada beberapa kasus memberi hasil
yang baik, tetapi masih dalam
penelitian
40. STEVEN JOHNSON
SYNDROME
Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) merupakan
sindrom yang mengenai kulit, selaput lendir
di orifisium, dan mata dengan keadaan
umum bervariasi dari ringan sampai berat.
Sinonim
Eritema Multiforme Bulosus, Eritema
Exudativum Multiforme, Ectodermosis
Erosiva Pluriorificialis
41. Perjalanan penyakit
panas tinggi dan nyeri kontinuErupsi timbul
mendadak.
Gejala bermula di mukosa mulut berupa lesi
bulosa atau erosi, eritema, disusul mukosa
mata, kemudian genitalia sehingga timbul :
stomatitis, konjungtivitis, dan uretritis.
Gejala prodormal tidak spesifik, dapat
berlangsung 2 minggu. Keadaan ini dapat
sembuh dalam 3-4 minggu tanpa sisa,
beberapa pasien mengalami kerusakan mata
permanen
42. Predileksi : Biasanya generalisata, kecuali pada
kepala yang berambut.
UKK :
1. eritema berbentuk cincin (pinggir eritema,
tengah relatif hiperpigmentasi) urtikaria atau
lesi papular berbentuk target dengan pusat
ungu, atau lesi sejenis dengan vesikel kecil.
2. Purpura (petekie), vesikel dan bula, numular
sampai dengan plakat.
3. Erosi, eskoriasi, perdarahan dan krusta
berwarna merah hitam.
43. DD
TEN, pemfigus, variola hemoragika
Pemeriksaan Lab :
Pemeriksaan darah untuk menilai
penyebabnya apakah alergi atau infeksi.
Imunofluoresensi banyak membantu
membedakan Sindrom Stevens-Johnson
dengan penyakit kulit dengan lepuh
subepidermal lainnya.
44.
45. Penatalaksanaan :
Umum:
mengembalikan keseimbangan cairan dan
elektrolitdengan pemberian cairan
intravena
Jika penderita koma, lakukan tindakan
darurat terhadap keseimbangan O2 dan
CO2
46. 2. Khusus:
Sistemik
kortikosteroid dosis tinggi, prednisone 80-
200 mg (live-saving) secara parenteral/per
oral, kemudian diturunkan perlahan-lahan
Pada kasus berat diberi deksametason IV,
dosis 4x5 mg selama 3-10 hari
Jika KU membaik, penderita dapat
menelan, maka obat diganti dengan
prednisone (dosis ekivalen) pada kasus
ringan diberikan prednisone 4 x 5 mg – 4 x
20 mg/hari, dosis diturunkan secara
bertahap jika terjadi penyembuhan
47.
48. TOXIC EPIDERMAL
NECROLYSIS
suatu penyakit epidermal akut yang ditandai
dengan epidermolisis menyeluruh
Sinonim
LYELL disease
Penyebab
tidak diketahui, diduga ada hubungan dengan
alergi obat
49. Gejala penyakit
penderita tampak sakit berat disertai
demam tinggi dengan kesadaran menurun
Lesi kulit berupa eritema menyeluruh yang
diikuti vesikel dan bula dalam jumlah
banyak
Pada wajah timbul erosi dan ekskoriasi.
50. Predileksi
Seluruh tubuh (generalisata)
UKK
Eritema
vesikel, dan bula generalisata
Erosi dan ekskoriasi mukosa
Epidermolisis numular sampai plakat, dan
purpura yang tersebar di seluruh tubuh.
51. DD
sidrom Stevens Johnson,
dermatitis kontak toksik,
Staphilococcus scalded skin syndrome
(Ritter Disease)
Pemeriksaan Lab
kimia darah untuk melihat keseimbangan
cairan tubuh
Prognosis
tergantung luas kelainan
Jika meliputi > 50%, prognosis buruk.
52. Penatalaksanaan
Umum :
keseimbangan cairan dan elektrolit
Diet rendah garam tinggi protein.
Khusus :
Kortiosteroid
deksametason 4-6x5 mg/hari selama 3-5 hari kemudian
diturunkan secara cepat
Antibiotik
gentamisin 2 x 80 mg/hari, eritromisin 20-40
mg/kgBB/hari selama 7-14 hari
Topikal Gentamisin 1% contohnya Rogensin
Cream, Sagestam Cream, Saltisin Cream,
Garamicyn Cream
KCL 3x500 mg
53.
54. CHRONIC BULLOUS DISEASE
OF CHILDHOOD
CBDC ialah dermatosis autoimun yang biasany
mengenai anak-anak usia <5 tahun yang
ditandai dengan adanya bula dan terdapat
deposit IgA linier yang homogen pada epidermal
basement membrane
Etiologi
faktor pencetusnya infeksi dan antibiotik
(penisilin)
55. UKK
Vesikel-bula berdinding tegang diatas kulit yang
normal/ eritematosa,cenderung bergerombol dan
generalisata
Umumnya tidak didapatkan enteropati
Gambaran Histopatologi
bula subepidermal berisi neutrofil/eosinofil/bisa
keduanya.
Pemeriksaan Imunologi
Deposit IgA dan C3sepanjang membran basalis
dari kulit di paralesi
56. Penatalaksanaan:
- Sulfapiridin dosis 150 mg/KgBB/hari
Kombinasi kortikosteroid dengan
imunosupresan dapat mengurangi dosis
kortikosteroid
DDS atau klorokuin memberi hasil yang baik
57.
58. CHRONIC BENINGN
FAMILIAL PEMPHIGUS
Adalah penyakit kulit berlepuh yang
berhubungan dengan autosomal dominan.
Hampir 2/3 pasien dengan penyakit ini
mempunyai riwayat keluarga dengan
penyakit serupa
Sinonim:
(HAILEY AND HAILEY DISEASE)
59. DIAGNOSIS:
Sejarah keluarga dengan penyakit serupa (+).
Umumnya, pasien mungkin tidak memiliki
gejala sampai usia 30-49 tahun.
UKK: vesikel dan plak eritematosa dengan
krusta di atasnya.
Biasanya terjadi di daerah kelamin, serta
dada, leher, dan daerah ketiak
60.
61. Penatalaksanaan
Kompres (aluminium asetat 1:40 pengenceran) diikuti
dengan
Antibiotik topikal (klindamisin/ Clinium, mediklin,
Clidacor, opiclam atau eritromisin)
Pada pasien dengan refrakter, dapson, kortikosteroid
sistemik, metotreksat (MTX), retinoid (isotretinoin atau
acitretin), dan etretinate telah dicoba dan telah
dilaporkan bermanfaat dalam beberapa laporan.
62. Salep topikal tacrolimus telah ditemukan untuk
membantu dalam pemphigus jinak
kekeluargaan, dan terapi photodynamic
dengan-aminolevulinic asam 5 telah digunakan
untuk kasus-kasus bandel.
Dosis rendah injeksi toksin botulinum tipe A