Webinar ini membahas tentang pengelolaan stres dan kesehatan mental, termasuk definisi kesehatan mental, jenis emosi dasar, skrining stres, dan cara-cara mengelola stres secara sehat seperti relaksasi pernapasan, musik, dan support system. Topik penting lainnya adalah hubungan antara stres dengan gangguan kesehatan dan pentingnya pencegahan serta penanganan dini masalah kesehatan mental.
1. Webinar Asuransi Astra Life
Jumat, 14 Januari 2022
dr. Pangeran Erickson Arthur Siahaan, Sp.KJ
2. “Hari Ini Ku percaya”
Hari ini, ku percaya, semuanya kan baik saja..
Walau banyak rintangan menghadang..
Tersenyumlah pada dunia, lihatlah kau sangat berharga..
Lakukanlah yang terbaik, kebaikan kan datang padamu..
Ciptaan : Pangeran Erickson Arthur Siahaan
8. Apakah yang dimaksud
dengan SEHAT?
• Sehat adalah suatu keadaan yang meliputi sehat
fisik, sehat mental dan sehat sosial
• Sehat fisik yaitu memiliki badan yang sehat dan
bugar.
• Sehat sosial yaitu mampu menjalin hubungan
yang baik dengan orang lain
1
9. Definisi sehat mental menurut kriteria WHO
(Badan Organisasi Kesehatan Dunia)
-Merasa sehat dan bahagia
-Mampu menghadapi tantangan hidup dan berkontribusi terhadap
lingkungan sekitar
-Dapat menerima orang lain sebagaimana adanya (bersikap empati dan tidak
bersikap negatif terhadap orang yang berbeda)
-Bersikap positif terhadap diri sendiri dan juga orang lain
10. Apayangdimaksuddenganstres?
• Stres reaksi seseorang baik secara fisik maupun secara psikis
apabila ada perubahan dari lingkungan yang mengharuskan
seseorang menyesuaikan diri.
• Reaksi positif dari stres bisa memotivasi orang untuk berusaha
• Stres yang terlalu berat atau berlangsung lama menimbulkan
reaksi negatif dan keluhan pada seseorang.
• Sistem fight or flight
• Stress dibagi menjadi 2 :
A. Eustress (stress yang membangun ke arah lebih baik,
B. Distress(stress yang menekan yang membuat seseorang bila tidak
ditangani dengan baik akan menimbulkan masalah psikologis dan
fisik)
12. •jantung berdebar-debar, • keringat
yang berlebih, • otot-otot tegang, •
sakit kepala,
•sakit perut
nafsu makan berkurang
atau makan berlebih
Sulit
memusatkan
perhatian
(sulit kosentrasi)
Cemas berlebihan, sulit tidur dan
tidur tidak nyenyak.
13. STRESS BISA MENYEBABKAN :
• Sulit tidur atau mimpi buruk
• Memburuknya masalah kesehatan
kronis
• Memburuknya kondisi kesehatan
mental
• Peningkatan
penggunaan tembakau, alkohol, dan
zat lainnya
16. Apa yang dimaksud
dengan gangguan
jiwa?
Gangguan jiwa adalah kumpulan
gejala dari gangguan pikiran,
gangguan perasaan dan gangguan
tingkah laku yang menimbulkan
penderitaan dan
terganggunya fungsi sehari-hari dari
orang tersebut.
• Gangguan cemas(anxietas)
• Gangguandepresi
• Gangguan jiwa berat(psikosis)
7
Gangguan jiwa yang sering
Ditemukan di masyarakat
22. Healthy Ways to Cope with Stress
• Accept for the condition
• Take breaks from watching, reading, or listening to news stories, including those on social
media. It’s good to be informed, but hearing about the pandemic constantly can be
just a couple times a day and disconnecting from phone, tv, and computer screens for a
• Take care of your body.
• Take deep breaths, stretch,
• Try to eat healthy, well-balanced meals.
• Exercise regularly.
• Get plenty of sleep.
• Avoid excessive alcohol, tobacco, and substance use.
• Continue with routine preventive measures (such as vaccinations, cancer screenings, etc.) as
• Get vaccinated with a COVID-19 vaccine when available.
• Make time to unwind. Try to do some other activities you enjoy.
• Connect with others. Talk with people external icon you trust about your concerns and
how you are feeling.
• Connect with your community- or faith-based organizations. While social distancing
measures are in place, try connecting online, through social media, or by phone or mail.
23.
24. Mengelola Emosi
1. Jangan Langsung Bereaksi
2. Kenali Situasi Penyebab Emosi Tersebut
2. Temukan Lingkungan dan Aktivitas yang Sehat
3. Lihat Gambaran Besar dari Setiap Kejadian
4. Ubah Mindset
25. Relaksasi pernapasan
• Relaksasi pernapasan adalah cara yang paling cepat dan mudah
menarik napas dalam lewat hidung, lamanya sekitar 5 hitungan dalam hati
( napas perut, dalam, dan tenang) ; berlawanan dengan napas orang panik
(napas dada, dangkal dan cepat) dan keluarkan perlahan lewat mulut..
Lakukan hal ini berulang-ulang sampai merasa lebih lega..
Autohipnosis : bisa dilakukan sendiri dengan afirmasi
“Setiap saat, dari waktu ke waktu, saya semakin menghayati relaksasi yang
lebih dalam sampai mencapai keadaan relaksasi yang paling sehat,
seimbang, dinamis untuk seterusnya”
26. SUPPORT SYSTEM
1. Membuat Anda merasa nyaman
2. Memengaruhi perilaku dan keputusan
3. Meminimalisir rasa stress
4. Motivasi jadi meningkat
27. MENYANYI & MENDENGARKAN MUSIK
• Musik sudah dikenal selama ribuan tahun sebagai salah satu bentuk
seni yang memiliki sifat menyembuhkan. Berbagai jenis musik
memiliki efek yang berbeda-beda. Pilihlah musik yang menenangkan
dan membuat Anda menjadi lebih bersemangat.
• Musik yang tenang dapat meredakan kecemasan, memperbaiki
suasana hati, memperlambat detak jantung, dan mengurangi tekanan
darah.
• Sebuah studi di Universitas Frankfurt,Jerman Rajin menyanyi
dengan lagu yang riang meningkatkan kadar immunoglobulin A (untuk
daya tahan tubuh)
28. KESIMPULAN
• Kesehatan mental merupakan hal yang sangat penting di dalam hidup
dan merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan
kesehatan fisik setiap individu
• Penting untuk mengenali setiap tanda dan gejala dari masalah
kesehatan mental seperti masalah pikiran, perasaan, dan perilaku
• Pencegahan dan tatalaksana sejak dini yang dilakukan secara tepat
perlu dilakukan agar fungsi dan kualitas hidup individu bisa pulih
kembali
Terutama kita yang hidup di kota besar
Setiap hari bersahabat dengan kemacetan..Sumber stress tidak harus dari cekcok dengan keluarga, teman
Tapi macet aja bisa bikin stress marah2, mengumpat, takut terlambat..
Saya juga
Tanyakan gejala yg sering terjadi dalam 1 bulan belakangan ini
Bila ada jawaban YA sebanyak 6 atau lebih, artinya ada mengalami masalah mental emosional
Beristirahatlah dari menonton, membaca, atau mendengarkan berita, termasuk yang ada di media sosial. Ada baiknya diberi tahu, tetapi mendengar tentang pandemi terus-menerus bisa membuat kesal. Pertimbangkan untuk membatasi berita hanya beberapa kali sehari dan memutuskan sambungan dari layar ponsel, tv, dan komputer untuk sementara waktu.
Jaga tubuhmu.
Tarik napas dalam-dalam, regangkan, atau meditasi ikon eksternal.
Cobalah makan makanan yang sehat dan seimbang.
Berolahraga secara teratur.
Dapatkan banyak tidur.
Hindari alkohol, tembakau, dan penggunaan narkoba secara berlebihan.
Lanjutkan dengan tindakan pencegahan rutin (seperti vaksinasi, pemeriksaan kanker, dll.) seperti yang direkomendasikan oleh penyedia layanan kesehatan Anda.
Dapatkan vaksinasi dengan vaksin COVID-19 jika tersedia.
Luangkan waktu untuk melepas lelah. Cobalah untuk melakukan beberapa aktivitas lain yang Anda sukai.
Terhubung dengan orang lain. Bicaralah dengan ikon eksternal orang yang Anda percayai tentang kekhawatiran Anda dan perasaan Anda.
Terhubung dengan komunitas atau organisasi berbasis agama Anda. Selama social distancing
Step One: Turn toward your emotions with acceptance
Once you become aware of the emotion you are feeling, notice where it is in your body. You may feel it as a stomachache, a tightening of your throat, the pounding of your heart, or tension somewhere. Sit with this anger, anxiety, depression, grief, guilt, sadness, shame, or whatever emotion you are experiencing. Become aware of it and don’t ignore it. If this is difficult, get up and walk around or get a cup of tea.
The key here is to not push the emotion away. Bottling it up inside will only cause it to bubble up and explode later, resulting in more difficult emotions or even a complete emotional shutdown. Listen to your difficult emotions. They are trying to help you wake up to what is going on before a major crisis occurs.
Step Two: Identify and label the emotion
Instead of saying, “I am angry”, say, “This is anger” or, “This is anxiety.” In this way, you’re acknowledging its presence, while simultaneously empowering you to remain detached from it.
When my husband was in the hospital before he passed, I felt a deep sense of uncertainty, anxiety, and fear. I needed to acknowledge and identify the emotions and say to myself, “I know that I am experiencing anxiety and fear right now and I don’t know what will happen, but I am going to just ‘be’ with it.” Although it remained an extremely painful experience to the end, identifying and labeling my emotions in this way allowed me to take some of the pain out of what I was feeling. This, in turn, allowed me to stay in the present, versus catapulting me into the future, or trapping me in the past. Being thrust in either direction would have only caused me to blame myself. I can just imagine how that critical voice would have rung out, “If only you would have done something different, maybe there would have been a different outcome.”
Step Three: Accept your emotions
When you are feeling a certain emotion, don’t deny it. Acknowledge and accept that the emotion is present, whether it is anxiety, grief, sadness, or whatever you are experiencing in that moment. Through mindful acceptance you can embrace difficult feelings with compassion, awareness, and understanding towards yourself and your partner.
Think of a friend or a loved one who might be having a hard time. What would you say to them? Bring the scenario of what you would say to them into your mind’s eye. Now, say the same thing to yourself: “I am ok. I am not to blame. I did the best I could.” Hold these images and phrases within yourself with loving kindness and compassion. Extend this act of kindness toward yourself and become aware of what is going on within you. In this way you will gain the power to not only calm and soothe yourself, but also your partner.
You will soon come to realize that you are not your anger, fear, grief, or any other difficult emotion you are feeling. Instead you will begin to experience these emotions in a more fleeting manner, like clouds that pass by in the sky. Opening yourself up to your emotions allows you to create a space of awareness, curiosity, and expansiveness that you can then apply to your relationship, as well as any other aspect of your life.
Step Four: Realize the impermanence of your emotions
Every one of your emotions is impermanent. They arise and reside within you for a time, and then disappear. It’s easy to forget this when you’re in the midst of dealing with difficult emotions.
Allow yourself to witness and observe your emotions with kind attention and patience, giving them the latitude to morph, and in many cases, completely evaporate. To embrace this process, ask yourself:
“What and where is this feeling?”
“What do I need now?”
“How can I nurture it?”
“What can I do for my partner?”
“What can my partner do for me?”
“How can we, as a couple, turn toward one another with acts of loving-kindness?”
Asking these focused questions and responding in turn will go a long way to promote empathy, compassion, and connection within your relationship.
Step Five: Inquire and investigate
After you have calmed and soothed yourself from the impact of your emotions, take a moment to delve deeply and explore what happened. Ask yourself the following questions:
“What triggered me?”
“What is causing me to feel this way?”
“What is the discomfort I’m experiencing and where is it arising?”
“Was it as result of my critical mind, or was it in reaction to something my partner said or did?”
Perhaps you had a hard day at work or difficulty dealing with your family. Maybe you feel unappreciated, lonely, or disconnected as a result of your interactions with someone. Whatever the cause or trigger, look at it closely and ask yourself what is happening here. Consider what was said or done and compare it to your values:
What were your expectations surrounding the situation?
What reactions or judgments caused you to become angry or anxious?
Is this a pattern that keeps arising?
Asking yourself these critical questions and investigating the root of your difficult emotions will help you gain empathy and insight into what you are experiencing.
Taking yourself off autopilot and trusting your deepest, authentic self to answer these questions about your situation will create a space to see things with a different perspective. This will ultimately allow both you and your partner to be more present and connected with each other.
Step Six: Let go of the need to control your emotions
The key to mindfully dealing with your difficult emotions is to let go of your need to control them. Instead, be open to the outcome and what unfolds. Step outside of yourself and really listen to what your partner is feeling and what he or she has to say. Only then will you truly gain an in-depth understanding of your emotions and the interactions surrounding them within your relationship.
Mindfully dealing with emotions is hard and it takes time. Be kind, compassionate, and patient with yourself and your partner. You’re in this together! As Dr. John Gottman has said, “In a good relationship people get angry, but in a very different way. The Marriage Masters see a problem a bit like a soccer ball. They kick it around. It’s ‘our’ problem.”
We are fortunate that we live in a world where you and your partner can take the time to explore, discuss, and learn about mindfulness and your emotions. Take nothing for granted, for life is fragile and fleeting!
1. Jangan Langsung Bereaksi
Cara mengontrol emosi negatif yang pertama adalah dengan jangan langsung bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu hal atau kejadian. Bereaksi dengan segera terhadap pemicu emosi bisa menjadi kesalahan besar dalam hidup. Ketika sedang emosi, Anda akan dengan mudah mengatakan atau melakukan sesuatu yang nantinya akan Anda sesali.
Sebelum menyangkal pemicunya dengan argumen emosional Anda, tarik napas panjang dan stabilkan impuls yang luar biasa itu. Terus bernapas dalam-dalam selama lima menit, rasakan ketika otot-otot menegang dan detak jantung kembali normal. Ketika Anda menjadi lebih tenang, tegaskan pada diri sendiri bahwa ini semua hanyalah sementara.
Cara mengontrol emosi negatif yang kedua adalah dengan segera mencari bimbingan atau bantuan yang tepat. Salah satu contohnya adalah kepada Tuhan. Iman adalah rahmat keselamatan manusia di saat-saat tergelap dalam hidupnya. Tidak peduli apa keyakinan Anda, mengembangkan hubungan yang sehat dengan Tuhan akan membantu Anda mengatasi hambatan hidup dengan jauh lebih mudah.
Ini karena ketika Anda percaya pada kekuatan yang lebih tinggi, dan juga percaya pada kekuatan intervensi ilahi untuk menunjukkan kepada Anda apa yang harus Anda lakukan, mengajari Anda mengapa ada sesuatu yang terjadi atau bahkan menyelamatkan Anda dari situasi tertentu yang tidak diinginkan. Ketika terbebani dengan emosi, tutup mata, bayangkan solusi positif untuk masalah Anda, dan minta alam semesta untuk menerangi jalan terbaik ke depan.
3. Temukan Lingkungan dan Aktivitas yang Sehat
Cara mengontrol emosi negatif yang ketiga adalah dengan menemukan dan bergabung dengan lingkungan yang sehat. Setelah Anda berhasil mengendalikan emosi, hal selanjutnya yang harus Anda lakukan adalah melepaskan emosi tersebut dengan cara yang sehat. Emosi memang tidak seharusnya dipendam.
Cara meluapkan emosi yang sehat adalah dengan pergi menemui seseorang yang Anda percayai dan menceritakan kepada mereka apa yang terjadi. Mendengar pendapat selain dari diri Anda sendiri dapat membantu memperluas kesadaran.
Selain bercerita pada orang terdekat dan terpercaya, Anda juga bisa menuliskannya di jurnal harian. Atau, ada sebagian orang yang merasa terbantu ketika melakukan latihan yang agresif, seperti kickboxing atau seni bela diri, untuk melepaskan perasaan atau emosi negatifnya.
Lakukan aktivitas apa pun yang paling cocok untuk Anda, guna membebaskan diri dari sentimen yang terpendam.
4. Lihat Gambaran Besar dari Setiap Kejadian
Cara mengontrol emosi negatif yang ke empat adalah dengan selalu berusaha melihat gambaran besar dari setiap kejadiannya. Setiap kejadian dalam hidup, baik atau buruk, pasti memiliki tujuan yang lebih tinggi. Kebijaksanaan berarti mampu melihat melampaui keadaan saat itu dan memahami makna yang lebih besar dari situasi apa pun.
Anda mungkin tidak memahami maksudnya pada awalnya, tetapi seiring berjalannya waktu, Anda akan mulai melihat gambaran yang lebih besar jatuh ke dalam urutan yang sempurna. Bahkan di tengah-tengah momen yang secara emosional mengecewakan, percayalah bahwa ada tujuan akhir yang akan segera Anda pahami.
6 dari 7 halaman
5. Ubah Mindset Anda
Cara mengontrol emosi negatif yang kelima adalah dengan mengubah mindset atau pola pikir Anda terhadap segala sesuatunya. Emosi negatif cenderung akan mengikat diri kita pada pikiran negatif yang berulang-ulang, menciptakan siklus pola negatif yang sama.
Setiap kali Anda dihadapkan dengan emosi yang membuat Anda merasa atau memikirkan sesuatu yang buruk, paksa emosi tersebut untuk keluar dari pikiran dan gantikan dengan pikiran yang berbeda.
Bayangkan resolusi ideal untuk masalah yang sedang terjadi, pikirkan tentang seseorang yang membuat Anda bahagia, atau mengingat peristiwa yang membuat Anda tersenyum.
Advertisement
7 dari 7 halaman
6. Maafkan Pemicu Emosi Anda
Cara mengontrol emosi negatif yang ke enam adalah dengan mencoba memaafkan pemicu emosional Anda. Pemicu emosional bisa jadi adalah teman baik, anggota keluarga, diri Anda sendiri atau semua yang disebutkan barusan.
Anda mungkin merasakan gelombang kemarahan tiba-tiba ketika seorang teman melakukan sesuatu yang bertentangan dengan Anda atau kebencian pada diri sendiri ketika Anda mengingat sesuatu yang bisa Anda lakukan secara berbeda. Tetapi ketika Anda memaafkan, itu artinya Anda melepaskan diri dari jeratan emosi negatif tadi.
Anda melepaskan diri dari kebencian, kecemburuan atau kemarahan yang ada dalam diri. Saat diri berhasil memaafkan, Anda akan terlepas dari perasaan keras yang melekat pada jiwa.