Dokumen tersebut membahas tentang definisi epidemiologi menurut para ahli dan sejarah perkembangan ilmu epidemiologi. Epidemiologi didefinisikan sebagai ilmu tentang frekuensi, distribusi, dan faktor penyebab masalah kesehatan dalam masyarakat. Teori penyebab penyakit telah berkembang dari teori kontak, hipokratik, miasma hingga teori kuman modern. Tokoh-tokoh seperti John Snow dan Percival Pott dianggap sebagai b
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Epidemiologi
1. Epid
Epidemiologi
Definisi Epidemiologi :
yaitu :
“ Ilmu tentang Frekuensi , Distribusi ( Penyebaran ) dan
faktor faktor penentu ( determinan ) masalah
kesehatan dalam masyarakat yg bertujuan utk
penanggulangan masalah kesehatan .
Dr. H. Yasril Rivai
1
2. Epid
PENGERTIAN EPIDEMIOLOGI MENURUT PENDAPAT PARA AHLI
1. Greenwood ( 1934 ) Mengatakan bahwa Epidemiologi mempelajari
tentang penyakit dan segala macam kejadian yang mengenai kelompok
( herd ) penduduk. Kelebihannya adalah adanya penekanan pada
Kelompok Penduduk yang mengarah kepada Distribusi suatu penyakit.
2. Brian Mac Mahon ( 1970 ) Epidemiology is the study of the
distribution and determinants of disease frequency in man.
Epidemiologi adalah Studi tentang penyebaran dan penyebab frekwensi
penyakit pada manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu. Di
sini sudah mulai menentukan Distribusi Penyakit dan mencari Penyebab
terjadinya Distribusi dari suatu penyakit.
3. Epid
3. Wade Hampton Frost ( 1972 ) Mendefinisikan Epidemiologi sebagai
Suatu pengetahuan tentang fenomena massal ( Mass Phenomen )
penyakit infeksi atau sebagai riwayat alamiah ( Natural History ) penyakit
menular. Di sini tampak bahwa pada waktu itu perhatian epidemiologi
hanya ditujukan kepada masalah penyakit infeksi yang terjadi/mengenai
masyarakat/massa.
4. Anders Ahlbom & Staffan Norel ( 1989 ) Epidemiologi adalah
Ilmu Pengetahuan mengenai terjadinya penyakit pada populasi manusia.
4. Epid
5. Gary D. Friedman ( 1974 ) Epidemiology is the study of disease
occurance in human populations.
6. Abdel R. Omran ( 1974 ) Epidemiologi adalah suatu ilmu mengenai
terjadinya dan distribusi keadaan kesehatan, penyakit dan perubahan pada
penduduk, begitu juga determinannya serta akibat – akibat yang terjadi
pada kelompok penduduk.
7. Barbara Valanis Epidemiology is term derived from the greek languang
( epid = upon ; demos = people ; logos = science ).
8. Last ( 1988 ) Epidemiology is study of the distribution and
determinants of health – related states or events in specified population
and the application of this study to control of problems.
9. Elizabeth Barrett Epidemiology is study of the distribution and causes
of diseases.
5. Epid
10.Hirsch ( 1883 ) Epidemiologi adalah suatu gambaran kejadian,
penyebaran dari jenis – jenis penyakit pada manusia pada saat tertentu di
berbagai tempat di bumi dan mengkaitkan dengan kondisi eksternal
11.Judith S. Mausner ; Anita K. Bahn Epidemiology is concerned with the
extend and types of illness and injuries in groups of people and with the
factors which influence their distribution.
12.Robert H. Fletcher ( 1991 ) Epidemiologi adalah disiplin riset yang
membahas tentang distribusi dan determinan penyakit dalam populasi.
6. Epid
13.Lewis H. Rohf ; Beatrice J. Selwyn Epidemiology is the description
and explanation of the differences in accurence of events of medical
concern in subgroup of population, where the population has been
subdivided according to some characteristic believed to influence of the
event.
14.Lilienfeld ( 1977 ) Epidemiologi adalah suatu metode pemikiran
tentang penyakit yang berkaitan dengan penilaian biologis dan berasal dari
pengamatan suatu tingkat kesehatan populasi.
15.Moris ( 1964 ) Epidemiologi adalah suatu pengetahuan tentang sehat
dan sakit dari suatu penduduk.
7. Epid
Sejarah Epidemiologi :
Dengan terjadinya perubahan dan perkembangan dasar
berpikir para ahli kesehatan masyarakat dari masa ke
masa sesuai dg kondisi zaman maka terhadap proses
terjadinya penyakit telah dikemukakan beberapa teori :
1. Contagion Theory :
-. Utk terjadinya penyakit ada kontak antara manusia.
-. Dikembangkan berdasar pengamatan epidemi dan
penyakit lepra di Mesir.
2. Hippocratic Theory :
-. Kausa penyakit berasal dari alam : cuaca dan
lingkungan .
7
8. 3. Miasmatic Theory :
-. Hampir sama dg hippocratic theory.
-. Kausa penyakit berasal dari gas-gas busuk dari bumi.
4. Epidemic Theory :
-. Menghubungkan terjadinya penyakit dg cuaca dan
faktor geografis. Suatu zat organik dari lingkungan
dianggap sbg pembawa penyakit, misalnya air yang
tercemar menyebabkan gastroenteritis .
Epid
8
9. Epid
5. Teori Kuman ( Germ Theory ) :
-. Penyakit disebabkan oleh kuman .
-. Tetapi ternyata ada penyakit yg tidak
disebabkan kuman
6. Teori multi kausa :
-. Suatu penyakit terjadi sebagai hasil interaksi
berbagai faktor, misalnya faktor biologis ,
kimiawi dan sosial.
9
10. Epid
TOKOH-TOKOH EPIDEMIOLOGI .
1. Antonio van Leeuwenhoek ( 1632 – 1723 )
Warga negara Belanda yg menemukan Mikroskop , ke-
mudian menemukan bakteri dan parasit serta
spermatozoa .
2. Robert Koch
Peneliti penyakit TBC dan memperkenalkan Tuberculin
pada tahun 1890 .
3. Max van Patternkofer
Warga negara Jerman ini terkenal karena upaya
identifikasi penyebab suatu penyakit .
10
11. Epid
4. John Snow, 1854
Sukses mengatasi kolera yg melanda London.
Dianggap Father of Epidemiology.
5. Percival Pott
Ahli bedah yg melakukan pendekatan epidemiologis
dalam menganalisis meningginya kejadian kanker
scrotum dikalangan pekerja pembersih cerobong
asap.
Dia dianggap sebagai Bapak Epidemiologi Modern.
11
12. Epid
6. James Lind. 1747
Meneliti hubungan kekurangan vit. C dengan
Scurvy ( Scorbut )
7. Dool dan Hill. 1950
R.Dool dan A.B.Hill adalah dua nama yg
berkaitan dg hubungan merokok dan kanker
paru.
12
13. Epid
PERAN EPIDEMIOLOGI DALAM BIDANG KEDOKTERAN
DAN KESEHATAN MASYARAKAT
Dalam bidang kesehatan masyarakat, mempunyai peran
yang sangat besar karena hasil studi epidemiologi dapat
digunakan untuk:
1. Mengadakan analisis perjalanan penyakit di
masyarakat serta perubahan-perubahan yang terjadi
akibat intervensi alam atau manusia;
2. Mendeskripsi pola penyakit pada berbagai kelompok
masyarakat;
3. Mendeskripsi hubungan antara dinamika penduduk dengan
penyebaran penyakit.
13
14. Epid
Dari faktor-faktor di atas maka hasil studi
epidemiologi dapat digunakan untuk:
a. mendiagnosis kebutuhan pelayanan kesehatan
pada masyarakat dan mengadakan prediksi
kebutuhan pelayanan kesehatan di masa yang
akan datang serta menentukan prioritas
masalah kesehatan.
b. bahan pertimbangan dalam pelaksanaan
program pelayanan kesehatan seperti
pengobatan, pencegahan, dan penanggulangan
masalah kesehatan di masy.
14
15. Epid
T U J U A N
Secara umum, dapat dikatakan bahwa
tujuan yang hendak dicapai dalam
mempelajari epidemiologi adalah “
memperoleh data frekuensi, distribusi dan
determinan penyakit atau fenomena lain
yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat “
15
16. Epid
PROSES TERJADINYA PENYAKIT
INFEKSI
Proses terjadinya penyakit disebabkan adanya
interaksi antara :
-.“agen” atau faktor penyebab penyakit,
-. manusia sebagai “pejamu” atau host,
-. faktor lingkungan yang mendukung.
Ketiga faktor tersebut dikenal sebagai Trias
Penyebab Penyakit.
16
17. Epid
FAKTOR AGEN
“Agen” sebagai faktor penyebab penyakit dapat berupa
unsur hidup atau mati yang terdapat dalam jumlah yang
berlebih atau kekurangan.
Agen berupa unsur hidup terdiri dari:
1. virus,
2. bakteri,
3. jamur,
4. parasit,
5. protozoa,
6. metazoa.
17
18. Epid
Agen berupa unsur mati:
1. fisika: sinar radioaktif;
2. kimia: karbon monoksida, obat-obatan,
pestisida, Hg, Cadmium, Arsen;
3. fisik: benturan atau tekanan.
Unsur pokok kehidupan:
1. Air
2. udara
18
19. Epid
Keadaan fisiologis: kehamilan dan persalinan.
Kebiasaan hidup: merokok, alkohol, narkotika, dll
Perubahan hormonal: diabetes melitus,
hipertiroid, dan lain-lain.
Kelainan genetika: down syndrome.
19
20. Epid
FAKTOR PEJAMU
“Pejamu” ialah keadaan manusia yang sedemikian rupa
sehingga menjadi faktor risiko untuk terjadinya penyakit. Faktor
ini disebut faktor intrinsik.
. Faktor pejamu yang merupakan faktor risiko untuk
timbulnya penyakit adalah :
1. Genetik. Misalnya, penyakit herediter seperti
hemophilia, sickle cell anemia, dll.
2. Umur. Misalnya, usia lanjut mempunyai risiko untuk
terkena karsinoma, penyakit jantung, dll.
20
21. Epid
3. Jenis Kelamin. Misalnya, penyakit kelenjar gondok,
kolesistitis, reumatoid artritis, diabetes melitus
(cenderung terjadi pada wanita), penyakit jantung
dan hipertensi (cenderung menyerang laki-laki).
4. Keadaan fisiologi. Kehamilan dan persalinan
memudahkan terjadinya berbagai penyakit, seperti
keracunan kehamilan, anemia, dan psikosis
pascapartum.
21
22. Epid
5. Kekebalan. Orang-orang yang tidak mempunyai
kekebalan terhadap suatu penyakit akan mudah
terserang penyakit tersebut.
6. Penyakit yang diderita sebelumnya. Misalnya,
reumatoid artritis yang mudah kambuh.
7. Sifat-sifat manusia. Higiene perorangan yang jelek
akan mudah terserang penyakit infeksi. Misalnya
Balanitis, Karsinoma penis bagi orang yang tidak
sirkumsisi.
22
23. Epid
FAKTOR LINGKUNGAN
“Lingkungan” merupakan faktor ketiga sebagai
penunjang terjadinya penyakit. Faktor ini disebut” faktor
ekstrinsik”. Faktor lingkungan dapat berupa :
1. lingkungan fisik,
2. lingkungan biologis,
3. lingkungan sosial ekonomi.
23
24. Epid
Selain faktor-faktor di atas, sifat-sifat
mikroorganisme sebagai agen penyebab penyakit juga
merupakan faktor penting dalam proses timbulnya
penyakit infeksi.
Sifat-sifat mikroorganisme tersebut antara lain:
1. patogenitas,
2. virulensi,
3. tropisme,
4. serangan terhadap pejamu,
............... Cont...
24
25. Epid
5. kecepatan berkembang biak,
6. kemampuan menembus jaringan,
7. kemampuan memproduksi toksin,
8. kemampuan menimbulkan kekebalan.
25
26. Epid
Patogenitas
Yang dimaksud dengan patogenitas adalah
kemampuan mikroorganisme untuk menimbulkan
penyakit pada pejamu. Dalam rumus dapat dituliskan
sebagai berikut.
Jumlah kasus penyakit tertentu
Patogenitas = ---------------------------------------------
Jumlah orang yg terinfeksi
26
27. Epid
Virulensi
Virulensi ialah kemampuan mikroorganisme untuk
menimbulkan penyakit yang berat atau fatal. ini berarti
jumlah suatu penyakit dengan kasus yang berat dan
fatal dibagi dengan jumlah semua kasus penyakit
tersebut. Rumusnya seperti berikut.
Jumlah kasus berat dan fatal .
Virulensi = -------------------------------------------------
jumlah semua kasus penyakit tertentu.
27
28. Epid
Tropisme
Tropisme ialah pemilihan jaringan atau organ
yang diserang. Penyerangan terhadap jaringan atau
organ yang vital seperti otak atau jantung akan
lebih mudah menimbulkan penyakit yang berat
dibandingkan dengan penyerangan terhadap jaringan
atau organ saluran napas atau saluran pencernaan
atau kulit.
28
29. Epid
Pejamu yang Diserang
Bila suatu mikroorganisme hanya menyerang
manusia, dikatakan bahwa mikroorganisme tersebut
mempunyai rentang yang pendek, seperti salmonella
typhi dan para typhi, sebaliknya bila mikroorganisme
selain menyerang manusia juga menyerang hewan
dapat dikatakan bahwa mikroorganisme tersebut
mempunyai rentang yang luas.
29
30. Epid
Kecepatan Berkembang Biak
Mikroorganisme yang mempunyai kemampuan
berkembang biak dengan cepat akan cepat
menimbulkan penyakit. Hal ini disebabkan untuk
menimbulkan gejala penyakit dibutuhkan jumlah
mikroorganisme yang cukup banyak.
30
31. Epid
Kemampuan Menembus Jaringan, Memproduksi
Toksin, dan Menimbulkan Kekebalan
Kemampuan yang tinggi dari suatu mikroorganisme
untuk menembus jaringan akan makin cepat menimbulkan
gejala penyakit. Demikian pula dengan mikroorganisme
yang memproduksi toksin baik endotoksin maupun
eksotoksin akan lebih mudah menimbulkan penyakit.
31
32. Epid
RESERVOIR
Reservoir adalah tempat hidup dan berkembang
biaknya agen penyebab penyakit.
Yang dapat bertindak sebagai reservoir adalah:
1. manusia,
2. hewan,
3. artropoda, dan lain-lain.
32
33. Epid
Siklus penularan penyakit dengan manusia sebagai reservoir
dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung.
1. Siklus penularan langsung
Siklus penularan langsung ialah penularan dari seseorang
sebagai reservoir pada orang lain yang rentan. Misalnya,
penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri streptococcus dan
staphylococcus, antara lain:
a. difteri,
b. penyakit kelamin,
c. parotitis,
d. tifus abdominalis, dan
e. amoebiasis.
33
34. Epid
2. Siklus penularan tidak langsung
Dikatakan siklus penularan tidak langsung bila manusia
yang bertindak sebagai reservoir tidak menularkan pada
manusia lain secara langsung, tetapi penularan dilakukan
melalui artropoda seperti nyamuk kemudian nyamuk yang
menularkan pada manusia yang rentan. Misalnya,
a. malaria
b. demam berdarah
c. Chikungunya
d. Filariasis.
34
35. Epid
Portal of entry and exit :
Port d’entrée : Exit :
-. Kulit -. Saluran nafas
-. Saluran nafas -. Saluran cerna
-. Saluran cerna -. Saluran kemih
-. Saluran kemih
35
36. Epid
Kejadian Penyakit dalam masyarakat :
1. Endemis :
Keadaan dimana penyakit menetap ada dalam
masyarakat pada suatu tempat atau populasi
tertentu.
2. Epidemi :
terjadinya penyakit dalam masyarakat atau daerah
tertentu sangat melebihi dari jumlah yang biasa .
36
37. Epid
3. Pandemi :
epidemi yang terjadi dalam daerah yang sangat luas
dan mencakup proporsi populasi yang banyak .
4. Kasus :
anggota masyarakat yang menderita penyakit yang
telah di diagnosa terhadapnya.
37
38. Epid
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
PENYAKIT MENULAR .
A.Eliminasi Reservoir :
1. Mengisolasi penderita .
2. Karantina .
B.Memutus mata rantai penularan :
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene
perorangan .
38
39. Epid
C. Melindungi kelompok yang rentan :
Bayi dan anak Balita adalah kelompok yang rentan
terhadap penyakit menular.
Kelompok ini perlu perlindungan khusus ( specific
protection ) dengan cara pemberian Imunisasi.
Pemberian obat-obat profilaksis tertentu juga
dapat mencegah penyakit tertentu seperti :
malaria , meningitis dan disenteri basiler .
39
40. Epid
Pada anak usia muda faktor gizi yang kurang
akan menyebabkan kerentanan pada anak
tersebut,
karena itu meningkatkan gizi anak adalah
usaha yang penting untuk mencegah penyakit .
40
41. Ukuran Morbiditas dan Mortalitas
Agar data Morbiditas dan Mortalitas dapat
digunakan utk membandingkan maka data absolut
diubah menjadi data relatif.
Dalam epidemiologi ukuran yg digunakan dalam
menentukan Morbiditas dan mortalitas adalah :
Angka, Rasio dan Proporsi .
Epid 41
42. Epid
RASIO :
Merupakan nilai relatif yg dihasilkan dari perbandingan
dua nilai kuantitatif yg pembilangnya tdk merupakan
bagian dari penyebut.
Misal :
Sebuah nilai kuantitatif : A dan nilai kuantitatif lain
adalah : B maka Rasio kedua nilai tersebut : A/B.
42
43. Epid
Contoh: Pada KLB keracunan makanan terdapat 32
orang penderita dimana 12 orang diantaranya adalah
anak-anak , maka rasio anak thd dewasa adalah
12
20
= 0,6
43
44. Proporsi :
Perbandingan dua nilai kuantitatif yg pembilangnya
merupakan bagian dari penyebut.
Sehingga perbandingan menjadi : A/(A + B ) .
Pada contoh diatas menjadi :
12
( 12 + 20 )
= 0,375
Epid 44
45. Angka :
Merupakan Proporsi dalam bentuk khusus,
perbandingan antara pembilang dan penyebut
dinyatakan dalam batas waktu tertentu.
Angka Insidens ( Incidence rate ) :
Insidens merupakan kasus baru suatu penyakit yg
terjadi dalam kurun waktu tertentu. Ini merupakan
cara terbaik utk menentukan risiko timbulnya
penyakit.
Epid
45
46. Batasan angka insidens yaitu proporsi kelompok
individu yg terdapat dalam penduduk suatu wilayah
yg semula tidak sakit dan menjadi sakit dalam kurun
waktu tertentu
Epid 46
47. Jumlah kasus baru
Jumlah penduduk
Yg awalnya tdk sakit
Angka insidens = x K (konstanta)
Angka Prevalens ( Prevalence rate ) :
Terdapat 2 ukuran :
Jumlah semua kasus yg dicatat
jumlah penduduk
Point prevalence = pd saat ttt
Epid 47
48. Jumlah semua kasus yg dicatat
jumlah penduduk
Periode preval. = utk 1 periode
Epid
48
49. INDEKS MORTALITAS DAN MORBIDITAS
ANGKA KEMATIAN KASAR ( Crude Death Rate = CDR )
Jumlah kematian selama 1 tahun
Jumlah pddk pd pertengahan tahun tsb.
CDR = x 1000
ANGKA KEMATIAN BAYI ( Infant Mortality Rate = IMR )
Jumlah kematian umur < 1 tahun selama 1 tahun
Jumlah lahir hidup pd tahun tsb
IMR = x 1000
Epid
49
50. ANGKA KEMATIAN IBU ( Maternal Mortality Rate = MMR )
Jumlah kematian ibu hamil,persalinan,
dan nifas selama 1 tahun.
Jumlah lahir hidup pd tahun tsb.
MMR = x 100.000.
Epid 50
51. ANGKA MORBIDITAS
ANGKA MORB = x 1000
Jumlah penderita selama 1 tahun
Jumlah pddk pd pertengahan tahun tsb.
CASE FATALITY RATIO ( CFR )
Jumlah kematian krn penyakit tertentu
Jumlah seluruh penderita penyakit tsb.
CFR =
Epid
51
X 1000
52. Epid
PENGAMATAN EPIDEMIOLOGIS ( SURVEILANS )
Surveilans penyakit menular ialah kegiatan yg teratur
mengumpulkan , mengolah, dan menganalisa data tentang
insidens penyakit menular untuk
-. mengidentifikasi kelompok penduduk dg risiko tinggi.
-. memahami cara penyebaran .
-. mengurangi atau memberantas penyebarannya.
52
53. Epid
Surveilans dapat dilakukan dg 2 cara : 1. Aktif
2. Pasif .
Surveilans aktif : pengumpulan data dilakukan secara
langsung utk mempelajari penyakit
tertentu dlm waktu relatif singkat.
Surveilans pasif : pengumpulan data yg diperoleh dari
laporan bulanan unit pelayanan kesehatan.
53
54. Epid
Pengamatan aktif dilakukan bila :
1. Ditemukan penyakit baru .
2. Penelitian ttg cara penyebaran yg baru penyakit
tertentu.
3. Risiko tinggi terjadinya penyakit musiman.
4. Penyakit tertentu yg timbul didaerah baru atau akan
menimbulkan pengaruh pd kelompok tertentu atau
penyakit dg insidens rendah mendadak terjadi
peningkatan.
54
55. Epid
Surveilans dilakukan pd :
1. Peny. Yg dpt menimbulkan wabah.
2. Peny. Kronis.
3. Peny. Endemis.
4. Peny. Baru yg dapat menimbulkan
masalah epidemiologis.
5. Peny. Yg bisa menimbulkan
epidemi ulang.
55
57. Epid
INDIVIDU :
Dilakukan pada individu yg terinfeksi dan
mempunyai potensi utk menularkan penyakit.
Yaitu :
*. Penderita.
*. Karier .
*. Orang dg risiko tinggi.
Surveilans disini dimaksudkan utk :
-. Contact person.
-. Terjadinya infeksi lebih lanjut.
-. Keberhasilan pengobatan .
-. Pengamatan lanjutan.
57
58. POPULASI LOKAL :
Yaitu kelompok penduduk yg terbatas pd orang-orang
dg risiko terkena suatu penyakit ( population at risk ).
Pengamatan dilakukan pada :
1. contact person .
2. pejamu yg rentan : bayi, anak yg belum diimunisasi
3. orang dg penyakit yg mudah relaps. Spt TBC.
4. kelompok individu yg kontak dg penderita spt
petugas kesehatan.
Populasi nasional dilakukan thd semua penduduk
setelah dilakukan program pemberantasan, mis.
Penyakit polio .
Epid
58
59. Epid
T U J U A N SURVEILANS :
1. Mengetahui distribusi geografis peny. Endemis dan
peny. Yg dapat menimbulkan epidemi .
2. Mengetahui periodisitas suatu penyakit.
3. Mengetahui situasi peny. Tertentu .
4. Mengetahui gambaran epidemiologis penyakit
tertentu.
5. Melakukan pengendalian penyakit.
59
60. Epid
HOSPITAL SURVEILLANCE :
Infeksi Nosokomial :
Rumah sakit merupakan tempat yg paling mudah
menularkan penyakit. Oleh karena itu pengamatan
epidemiologis harus dilakukan intensif oleh petugas
khusus.
Penularan penyakit di RS dapat terjadi melalui :
1. Penderita ke penderita.
2. Petugas kesehatan ke penderita .
3. Alat-alat yg digunakan.
4. Sumber air yg tercemar .
60
61. Epid
Penderita yg dirawat di RS merupakan Host /
pejamu yg rentan. Hal ini disebabkan :
1. Penyakitnya atau kondisinya yg lemah.
2. Pengaruh obat spt antibiotik,kemoterapi, radiasi,
operasi.
3. Infus, kateter, jarum suntik dll.
61
62. Epid
KONSEP SEHAT
1. konsep “sehat” dipandang dari sudut fisik secara
individu .
2. konsep “sehat” dipandang dari sudut ekologi.
Konsep “sehat” secara fisik dan bersifat individu
ialah “seseorang dikatakan sehat bila semua organ
tubuh dapat berfungsi dalam batas-batas normal sesuai
dengan umur dan jenis kelamin”. Kesulitan yang
dihadapi konsep ini adalah penentuan “normal” masih
belum dapat dibakukan.
62
63. Epid
Konsep “sehat” berdasarkan ekologi ialah “sehat
berarti proses penyesuaian antara individu dengan
lingkungannya. Proses penyesuaian ini berjalan terus
menerus dan berubah-ubah sesuai dengan perubahan
lingkungan yang mengubah keseimbangan ekologi dan
untuk mempertahankan kesehatannya orang dituntut
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan”
63
64. Epid
Konsep sehat yang banyak dianut oleh berbagai
negara adalah konsep “sehat” yang tercantum dalam
pembukaan konstitusi WHO (1948) yang berbunyi
sebagai berikut.
“Health is stage of complete physical, mental
and social wellbeing and not merely the absence
of disease or infirmity”
“ suatu keadaan sehat yang komplit meliputi
fisik, mental, sosial dan bukan hanya ketiadaan
dari penyakit ataupun kelemahan/kecacatan”.
64
65. Epid
Konsep “sehat” tersebut sangat ideal hingga dalam
kenyataan sulit dicapai maka timbullah beberapa kritik
terhadap konsep tersebut.
1.Sehat bukanlah suatu keadaan yang statis, tetapi
merupakan suatu proses yang dinamis dan
berubah-ubah setiap saat.
2.Batasan “sejahtera” sangat sulit ditentukan.
3.Indikator yang digunakan untuk mengukur sangat
banyak dengan validitas yang berbeda-beda.
65
66. Epid
Penilaian thd Kesehatan individu didasarkan pada :
*. Pemeriksaan Fisik.
*. Pemeriksaan Laboratorium .
*. Pemeriksaan Lain-lain.
Penilaian thd kesehatan Masyarakat didasarkan :
*. Angka kematian .
*. Angka Kelahiran .
*. Usia Harapan Hidup, Dsb.
Yang kemudian dijadikan Indikator derajat
kesehatan masyarakat.
66
67. Epid
JENIS EPIDEMIOLOGI :
1. Epidemiologi Deskriptif .
-. Apabila hanya mempelajari tentang frekuensi
dan penyebaran suatu masalah kesehatan saja,
tanpa memandang perlu mencarikan jawaban
terhadap faktor-faktor penyebab yg mem-
pengaruhi frekuensi, penyebaran dan atau
munculnya masalah kesehatan tsb.
Hasil Epidemiologi Deskriptif hanya menjawab
pertanyaan : Who , Where , When , tetapi tidak
menjawab pertanyaan Why timbulnya masalah .
67
68. Epid
2. Epidemiologi Analitik .
-. Bila telah mencakup pencarian jawaban thd
penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran
serta munculnya suatu masalah kesehatan.
Disini diupayakan adanya jawaban terhadap
faktor-faktor penyebab yg dimaksud ( WHY )
utk kemudian dianalisa hubungannya dg akibat
yg ditimbulkan.
68
69. Epid
PERJALANAN PENYAKIT ALAMIAH
Setiap orang yang menderita penyakit
tertentu mempunyai riwayat perjalanan
penyakitnya, terutama penyakit kronis yang
berlangsung bertahun-tahun.
Riwayat perjalanan penyakit alamiah
merupakan proses perkembangan suatu
penyakit tanpa adanya intervensi yang
dilakukan oleh manusia dengan sengaja dan
terencana.
69
70. Epid
Level dan Clark menggambarkan riwayat perjalanan
penyakit sebagai berikut.
Prapatogenesis Patogenesis
Infeksi Sakit 1. Sembuh
2. Kronis
3. Cacat
4. mati.
70
71. Epid
Tahap Klinis
Tahap klinis merupakan kondisi ketika telah terjadi
perubahan fungsi organ yang terkena dan menimbulkan
gejala . Untuk menemukan penderita pada tahap ini
relatif tidak sulit, terutama pada penyakit-penyakit yang
menimbulkan gejala.
Kesulitan utama untuk mendiagnosis penyakit pada
tahap ini adalah karena tidak semua penyakit
menimbulkan gejala yang jelas, bahkan setiap penyakit
tidak selalu menimbulkan gejala.
71
72. Epid
Manifestasi klinis pada tahap ini sangat
bervariasi, mulai dan yang sangat ringan dan tidak
spesifik sampai yang sangat berat atau meninggal
dunia. Variasi ini disebut Spektrum Penyakit.
Spektrum penyakit dapat digambarkan sebagai
berikut.
Infeksi
Tidak
Tampak
ringan sedang berat berat sekali mati
Subklinis klinis
72
73. Epid
Screening test disebut juga Uji Saring atau Uji Tapis.
Untuk mendeteksi tanda dan gejala penyakit secara dini
dan menemukan penyakit sebelum menimbulkan
gejala dapat dilakukan dg cara :
1. Deteksi tanda dan gejala dini .
dibutuhkan pengetahuan ttg tanda dan gejala tsb yg
dilakukan oleh tenaga kesehatan dan masyarakat.
Dengan demikian timbulnya kasus baru dapat
segera diketahui dan diberikan pengobatan.
SCREENING TEST UNTUK DETEKSI PENYAKIT
73
74. Epid
2. Penemuan kasus sebelum menimbulkan gejala.
Dapat dilakukan dg mengadakan Uji tapis terhadap
penduduk yg tampaknya sehat, tetapi mungkin
menderita penyakit.
74
75. Epid
Uji tapis ialah cara utk mengidentifikasi penyakit yg
belum tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan atau
prosedur lain yg dapat dengan cepat memisahkan antara
orang yg mungkin menderita penyakit dg orang yg tidak
menderita .
Orang dg hasil uji tapis yg positif harus dilanjutkan dg
pemeriksaan lanjutan apakah ybs memang sakit atau
tidak, utk kemudian diteruskan dg pengobatan intensif
agar tidak membahayakan, khususnya utk penyakit
menular.
BATASAN UJI TAPIS :
75
76. Epid
Sifat pemeriksaan uji tapis :
1. Cepat dapat memilah sasaran.
2. Tidak mahal.
3. Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan.
4. Tidak membahayakan petugas atau penderita .
76
77. Epid
Tujuan Uji Tapis :
1. Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dg
gejala tidak khas thd orang yg tampak
sehat, tetapi mungkin menderita penyakit
( population at risk )
2. Dengan ditemukan penderita tanpa gejala
dapat dilakukan pengobatan secara tuntas
hingga mudah disembuhkan dan tidak
menjadi sumber penularan .
77
79. Epid
Uji tapis selektif / spesifik:
Dilakukan terhadap orang-orang yg mepunyai
risiko atau yg kemudian dapat meningkatkan
risiko terkena penyakit tertentu seperti :
*. Penyakit jantung koroner .
*. Karsinoma serviks.
*. Karsinoma prostat .
*. HIV / AIDS .
79
80. Epid
Pada dasarnya semua jenis penelitian dilakukan krn
adanya masalah. Dalam epidemiologi tidak semua
masalah dilakukan penelitian .
Masalah yg akan diteliti harus diidentifikasi krn
masalah epidemiologi sangat banyak.
PENELITIAN EPIDEMIOLOGIS
80
81. Epid
Utk menentukan suatu masalah penelitian ada 3
ketentuan :
1. Terdapat kesenjangan antara apa yg seharusnya dg
kenyataan yg ada .
2. Adanya pertanyaan kenapa kesenjangan tsb
terjadi.
3. Minimal terdapat dua alternatif jawaban utk
menjawab pertanyaan penelitian.
81
82. Epid
Berdasarkan tujuan :
1. Penelitian Eksploratif --> mengadakan penelusuran
mendalam utk menggali berbagai faktor yg berkaitan dg
timbulnya penyakit.
Hasil penelitian ini berupa hipotesis yg digunakan utk
penelitian lanjutan .
2. Penelitian deskriptif --> menguraikan ciri-ciri subjek studi
dalam populasi utk mencari prevalensi suatu penyakit.
Hasil penelitian ini berupa hipotesis spesifik yg perlu diuji dg
penelitian analitis.
MACAM-MACAM PENELITIAN
82
83. Epid
3. Penelitian analitis --> bertujuan menguji
hipotesis spesifik utk menentukan adanya
hubungan sebab akibat.
4. Penelitian eksperimental --> menentukan
adanya hubungan sebab akibat timbulnya suatu
penyakit atau mencari efektifitas dan efisiensi obat
.
83
84. Epid
Berdasarkan pendekatan :
1. Cross Sectional --> pengamatan dilakukan dalam satu saat
/ periode dg ciri setiap subjek studi hanya diamati satu kali
2. Longitudinal --> dilakukan dg mengikuti proses perjalanan
penyakit alamiah.
Kalau perjalanan penyakit kedepan --> Penelitian Prospektif
( kohort ).
Kalau perjalanan peny.kebelakang --> Penelitian Retrospektif
atau kasus kontrol .
84
85. Epid
BERDASARKAN KETERLIBATAN PENELITI :
1.Penelitian Observasional --> bila peneliti tdk terlibat secara
aktif dalam melakukan intervensi
dan hanya secara pasif
mengadakan pengamatan thd
perjalanan penyakit
2.Penelitian Intervensional --> bila peneliti terlibat secara aktif
dan terencana serta mengendalikan
intervensi.
Penelitian ini dapat dilakukan dg cara
Field trial atau clinical trial .
85
86. Epid
Adalah penelitian yg bersifat longitudinal dg mengikuti
proses perjalanan peny. kedepan berdasar urutan
waktu.
Penelitian ini dimaksudkan utk menemukan insidens
penyakit pd kelompok yg mempunyai faktor risiko
maupun yg tidak, kemudian insidens pada kedua
kelompok tsb dibandingkan apakah terdapat hubungan
sebab akibat antara faktor risiko dan penyakit pada
kelompok yg mempunyai dan kelompok yg tidak
mempunyai.
Penelitian prospektif ( penelitiankohort )
86
87. Epid
Kelompok yang diteliti tersebut dinamakan KOHORT .
Penelitian Kohort ini mengikuti paradigma Sebab
Akibat .
87
88. Epid
Kelompok yg punya
faktor risiko
Kelompok tdk punya
faktor risiko
Positif
negatif
Positif
negatif
bandingkan
Keadaan awal Insidens penyakitprospektif
88
89. Epid
Faktor Risiko :
Yaitu faktor-faktor yg mempengaruhi perkembangan suatu
penyakit atau status kesehatan tertentu.
Ada 2 macam :
1. Faktor risiko intrinsik :
a. Jenis kelamin dan usia .
b. Faktor anatomi atau konstitusi tertentu.
c. faktor nutrisi .
89
90. Epid
2. Faktor risiko ekstrinsik :
-. Berupa keadaan fisik, kimiawi, biologik, psikologik
maupun sosial budaya dan perilaku.
Faktor risiko berbeda dg Agen ( penyebab penyakit ).
Agen penyakit adalah mikro organisme atau kondisi
lingkungan yg bereaksi secara langsung pada Host .
90
92. Epid
Berlawanan dg faktor risiko ada yang disebut faktor Protektif
yaitu faktor yang melindungi terhadap timbulnya penyakit .
Contoh :
Ca Lambung : Risiko : -. Smoke foods, salt canned
foods, nitrate or nitrite
preserved foods.
Protektif : -. Milk, green and yellow
vegetables, Vit. C
containing foods.
Ca Esophagus :
Risiko : -. Alkohol, Minuman sangat
panas .
Protektif : -. Fresh fruit and vegetables.
92
93. Epid
Jenis penelitian kohort :
Penelitian satu kohort :
Pada dasarnya bersifat deskriptif, karena pada
awal penelitian tidak dibedakan antara kelompok
yg terpapar faktor risiko dengan yg tidak
terpapar faktor risiko.
Penelitian dua kohort :
Sejak awal penelitian sudah dipisahkan menjadi 2
kelompok, yaitu kelompok yang terpapar faktor
risiko dan kelompok yg tidak terpapar faktor
risiko .
93
94. Epid
Keuntungan penelitian kohort :
1. Dapat digunakan utk mengetahui perkembangan
normal ( ontogenik ) yg terjadi dengan
berjalannya waktu .
2. Dapat mempelajari timbulnya penyakit secara
alamiah akibat faktor penyebab yg dilakukan
oleh orang secara sengaja, mis. merokok .
3. Dapat digunakan utk mempelajari perjalanan
klinis suatu penyakit .
4. Dapat digunakan utk mempelajari hubungan
sebab akibat.
94
95. Epid
5. Dapat digunakan utk mempelajari insidens
penyakit .
6. Tidak mempunyai hambatan masalah etika.
7. Dapat dilakukan perhitungan statistik utk
menguji hipotesis.
8. Dapat diketahui lebih dari satu outcome thd
satu pemaparan, mis. Hubungan rokok dg
karsinoma paru ternyata juga ada hubungan dg
penyakit jantung dll.
95
96. Epid
Kerugian :
1. Penelitian ini membutuhkan sampel yg besar
dan waktu yg lama sehingga sulit utk
mempertahankan subjek studi agar tetap dapat
mengikuti proses.
2. Membutuhkan biaya yg besar.
3. Sulit dilakukan pada penyakit yg jarang
terjadi .
4. Tidak efisien utk penelitian penyakit dg fase
laten yg lama.
96
97. Epid
Penelitian retrospektif disebut juga penelitian
kasus kontrol , kadang-kadang dipergunakan
istilah Trohok yaitu kohort yg dibaca dari belakang
sesuai dg proses perjalanan penyakit yg diikuti.
Denganperkataan lain mengikuti perjalanan
penyakit dari akibat ke sebab .
PENELITIAN RETROSPEKTIF ( KASUS KONTROL )
97
98. Epid
Macam penelitian Retrospektif :
a. Merupakan penelitian analitis .
b. Dapat juga berupa penelitian eksploratif, kalau :
-. Data yg berhubungan dg sifat-sifat penting
kelompok tidak diketahui .
-. Perjalanan penyakit alamiah tidak
diketahui jelas.
-. Tidak dapat dibuat hipotesis spesifik .
Penelitian dapat dilakukan pada :
1. Rumah sakit ( hospital based ).
2. Di masyarakat ( community based ).
98
99. Epid
Ciri-ciri penelitian Retrospektif :
1. Merupakan penelitian yg bersifat observational .
2. Diawali dg kelompok penderita dan bukan penderita .
3. Terdapat kelompok kontrol.
4. Kelompok kontrol harus memiliki risiko terpapar oleh faktor
risiko yg sama dg kelompok kasus.
5. Membandingkan besarnya paparan oleh faktor risiko antara
kedua kelompok.
6. Tidak mengukur insidens.
99
100. Epid
KEUNTUNGAN :
1. Sangat sesuai utk penelitian penyakit yg jarang terjadi, mis.
-. Hubungan kelainan kongenital dan kelainan genetika.
-. Hubungan rokok dg kanker paru-paru.
-. Terdapatnya adenokarsinoma vagina pd gadis remaja.
2. Pelaksanaannya relatif lebih cepat dari penelitian prospektif.
3. Sampel yg dibutuhkan lebih kecil.
4. Biaya penelitian relatif lebih kecil.
5. Tidak dipengaruhi faktor etika, spt pada eksperimental.
6. Data yg ada dapat dimanfaatkan terutama bila penelitian di RS.
100
101. Epid
KERUGIAN :
1. Kesalahan kasus yg disebabkan salah diagnosa.
2. Informasi pemaparan diperoleh dg mengingat kembali masa
lalu yg cukup lama shg ada potensi timbulnya bias.
3. Validasi thd data yg diperoleh tidak dapat dilakukan.
4. Tidak dapat dilakukan utk penelitian evaluasi pengobatan.
101
102. Epid
PENELITIAN EKSPERIMENTAL .
-. Merupakan metode yg paling kuat utk mengungkap
hubungan sebab akibat.
-. Hambatan utama pd manusia adalah faktor etika,
disamping itu ada faktor hukum, sosial budaya dll,
tetapi penelitian eksperimen telah banyak dilakukan
t.u. utk menemukan obat dalam terapi.
102
103. Epid
UJI KLINIS ( CLINICAL TRIAL ).
Umumnya dimaksudkan mencari efektifitas dan
efisiensi obat utk menyembuhkan penyakit.
Jadi dimaksudkan utk mengubah perjalanan
penyakit dg tujuan pengobatan dan pencegahan
( kuratif dan prefentif ).
103
104. Epid
KONSEP DASAR :
Uji klinis ditujukan utk mencari obat yg
efisien atau menentukan efektifitas obat
jenis baru yang telah dicoba pada hewan.
Penelitian ini dilakukan dg membandingkan
kelompok penderita yg diberi obat tertentu
dengan kelompok yg diberi obat lain atau
plasebo.
104
105. Epid
CIRI-CIRI :
1.Uji klinis merupakan studi kasus .
2.Dilakukan dg metoda eksperimental.
3.Menguji hipotesis spesifik.
4.Intervensi dilakukan secara aktif dan
terencana oleh peneliti.
5.Menggunakan kelompok kontrol.
6.Alokasi kelompok dipilih secara random .
105
106. Epid
Keuntungan :
1.Dapat digunakan utk mencari efisiensi dan
efektifitas obat atau prosedur pengobatan .
2.Penelitian dg eksperimen digunakan sbg
penelitian lanjutan setelah keberhasilan pada
percobaan hewan.
3.Dengan uji klinis peneliti dapat mengendalikan
intervensi yg diberikan.
106
107. Epid
Kelemahan :
1.Tidak semua masalah dapat dilakukan
uji klinis , karena ada hambatan faktor
etika .
2.Sering ditemukan kesulitan dalam
menentukan waktu yg tepat utk
melakukan uji klinis .
Bila suatu obat telah dipasarkan
secara luas maka uji klinis tidak dapat
dilakukan , sebaliknya bila obat masih
dalam penelitian pada percobaan hewan
maka uji klinis tidak etis utk dilakukan.
107
108. Epid
Langkah Penelitian :
1.Tentukan latar belakang masalah .
2.Tentukan kuesioner dan rumuskan tujuan
penelitian dg jelas.
3.Rumuskan hipotesis penelitian tentang
variabel independen dan variabel dependen .
4.Tentukan pemeriksaan hasil yg dikehendaki.
5.Tentukan populasi studi dan kriteria subjek.
6.Tentukan cara dan perkiraan besarnya
sampel yg digunakan.
7.Apakah diperlukan penyamaran atau tidak,
kalau perlu apakah samar tunggal, ganda
atau tripel.
108
109. Epid
Pilihan antara penelitian Prospektif dan Retrospektif
Penelitian kohort Kasus kontrol
1. Apabila yg diketahui adalah penyebab
dan yg ingin diketahui adalah
akibat.
2. Apabila akibat yg ingin diketahui
banyak ditemukan .
3. Apabila jarak waktu antara adanya
penyebab dan timbulnya akibat
relatif singkat.
4. Apabila ingin lebih mengetahui
hubungan sebab akibat.
5. Apabila angka Drop Out diperkirakan
rendah .
1. Apabila yg diketahui adalah akibat
dan yg ingin diketahui adalah
penyebab.
2. Apabila akibat yg telah diketahui
sedikit ditemukan .
3. Apabila jarak waktu antara adanya
penyebab dan timbulnya akibat
terlalu lama.
4. Apabila ingin mengetahui hubungan
awal sebab akibat.
5. Apabila angka Drop Out diperkirakan
tinggi .
109
110. Epid
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR
Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat
industri banyak memberi andil terhadap perubahan pola
fertilitas, gaya hidup, sosial ekonomi yang pada gilirannya
dapat memacu semakin meningkatnya PTM. Di Indonesia,
keadaan perubahan pola dari penyakit menular ke penyakit
tidak menular lebih dikenal dalam sebutan transisi
epidemiologi.
Pembahasan epidemiologi PTM tidak dapat melepaskan diri
dari konsep epidemiologi sendiri dalam menangani masalah
penyakit. Akan dibicarakan konsep PTM sebagai penyakit dari
segi epidemiologi, frekuensi sebagai masalah dalam
masyarakat, pengetahuan tentang faktor penyebab/faktor
risikonya dan upaya pencegahan serta perencanaan terkait.
110
111. Epid
Penyakit Tidak Menular
1. Beberapa Pengertian
Istilah PTM kurang lebih mempunyai kesamaan dengan
sebutan:
a. Penyakit kronik.
b. Penyakit non-infeksi.
c New communicable disease.
d. Penyakit degeneratif.
Kesamaan penyebutan ini tidaklah sepenuhnya
memberi kesamaan penuh antara satu dengan lainnya.
Penyakit kronik dapat dipakai untuk PTM karena
kelangsungan PTM biasanya bersifat kronik
111
112. Epid
2. Karakteristik Penyakit Tidak Menular
Berbeda dengan penyakit menular, PTM mempunyai
beberapa karakteristik tersendiri seperti:
a. Penularan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan
tertentu.
b. Masa inkubasi yang panjang.
c. Perlangsungan penyakit yang berlarut-larut (kronik).
d. Banyak menghadapi kesulitan diagnosis.
e. Mempunyai variasi yang luas.
f. Memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya pencegahan
maupun penanggulangannya.
g. Faktor penyebabnya bermacam-macam (multikausal),
bahkan tidak jelas.
112
113. Epid
Perbandingan PTM dengan penyakit menular,
dapat dilihat sebagai berikut:
Penyakit Menular Penyakit Tidak Menular
1. Banyak ditemui di negara 1. Ditemui di negara industri
berkembang
2. Rantai penularan yg jelas. 2. Tidak ada rantai penularan
3. Perlangsungan akut 3. Perlangsungan kronik
4. Etiologi mikroorganisme jelas. 4. Etiologi tidak jelas
5. Bersifat single-kausa 5. Biasanya multiple-kausa
6. Diagnosis mudah 6. Diagnosis sulit
7. Agak mudah mencari penye 7. Sulit mencari penyebabnya
babnya
8. Biaya relatif murah 8. Biaya mahal
9. Jelas muncul di permukaan 9. Ada iceberg phenomen
lO.Morbiditas dan mortalitas lO.Morbiditas dan mortalitas
cenderung menurun cenderung meningkat.
113
114. Epid
Beberapa kesulitan dapat dihadapi dalam menentukan
hubungan antara keterpaparan dengan terjadinya
penyakit,
Situasi-situasi di mana pengamatan perorangan
dianggap kurang cukup untuk menetapkan hubungan
antara paparan dengan penyakit dapat disebabkan oleh
faktor-faktor berikut :
l. Masa laten yang panjang antara exposure dengan
penyakit.
2. Frekuensi paparan faktor risiko yang tidak teratur.
3. Insiden penyakit yang rendah.
4. Risiko paparan yang kecil.
5. Penyebab penyakit yang multikompleks.
114