2. BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian Epidemiologi
Epidemiologi menurut asal katanya dari bahasa Yunani, epidemiologi adalah ilmu yang
mempelajari hal-hal terjadi pada rakyat, (Epi=pada; Demos=penduduk/rakyat;
logos=ilmu).(Bambang Sutrisna: 1).
Epidemiologi merupakan studi terjadinya penyakit pada populasi manusia (Gary D.
Friedman: 1, 1986).
Epidemiologi merupakan suatu cabang ilmu kesehatan untuk menganalisis sifat dan
penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari
sebab timbulnya masalah serta gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan
maupun penanggulangannya (Noor Nasri Noor: 8, 2000).
Epidemiologi didefinisikan sebagai sebagai studi tentang distribusi dan determinan
yang berhubungan dengan kesehatan atau suatu peristiwa dalam populasi tertentu, dan
penerapan studi ini untuk mengendalikan maslah kesehatan (R.Beaglehole dkk,1993
menyadur dari Last, 1988).
Menurut buku Pengantar Epidemiologi Edisi 2 karangan Eko Budiarto dkk., pengertian
epidemiologi dapat ditinjau dari berbagai aspek sesuai dengan tujuan masing-masing yaitu:
Aspek Akademik
Secara akademik, epidemiologi berarti analisis data kesehatan, sosial ekonomi, dan
kecenderungan yang terjadi untuk mengadakan identifikasi dan interprestasi perubahan-
perubahan keadan kesehatan yang terjadi atau akan terjadi di masyarakat umuum atau
kelompok penduduk tertentu.
Aspek Praktis
Ditinjau dari segi Praktis, epidemiologi merupakan ilmu yang ditujukan pada upaya
pencegahan penyebaran penyakit yang menimpa individu, kelompok, atau masyarakat umum.
3. Dalam hal ini, penyebab penyakit tidak harus diketahui secara pasti, tetapi diutamakan
pada cara penularannya, infektivitas, menghindari agar yang diduga sebagai penyebab,
toksisn atau lingkungan, dan membentuk kekebalan untuk menjamin kesehatan masyarakat.
Aspek Klinis
Ditinjau dari aspek klinis, epidemiologi bererti suatu usaha untuk mendeteksi secara dini
perubahan insidensi atau prevalensi melalui penemuan klinis atau laboratoris pada awal
kejadian luar biasa atau timbulnya penyakit yang baru seperti, karsinoma vagina pada gadis
remaja atau AIDS yang awalnya ditemukan secara klinis.
Aspek Administratif
Epidemiologi secara administratif berarti suatu usaha untuk mengetahui status kesehatan
masyarakat disuatu wilayah atau negara agar dapat diberikan pelayanan kesehatan yang
efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Usaha ini membutuhkan data
tentang pengalaman petugas kesehatan setempat, data populasi, dan data tentang pemanfaatan
sarana pelayanaan kesehatan oleh masyarakat.
Sejarah Perkembangan Epidemiologi
Dari catatan sejarah yang dikumpul menunjukkan bahwa epidemiologi merupakan ilmu yang
telah dikenal sejak zaman dahulu bahkan berkembang bersamaan dengan ilmu kedokteran
karena kedua disiplin ilmu ini bekaitan satu dengan yang lain. Misalnya, studi epidemiologi
bertujuan mengungkapkan penyebab suatu penyakit atau program pencegahan dan
pemberantasan penyakit yang membutuhkan pengetahuan ilmu kedokteran seperti:
1.Ilmu faal,
2.Biokimia,
3.Patologi,
4.Mikrobiologi,dan
5.Genetika.
Hasil yang diperoleh dari studi epidemiologi dapt digunakan untuk menentukan
pengobatan suatu penyakit, melakukan pencegahan, atau meramalkan hasil pengobatan.
4. Perbedaan antara antara ilmu kedokteran dan epidemiologi terletak pada cara
penanganan masalah kesehatan. Ilmu kedokteran lebih menekankan pelayanan kasus demi
kasus, sedangkan epidemiologi lebih menekankan pada kelompok individu. Oleh karena itu,
pada epidemiologi, selain membutuhkan ilmu kedokteran juga membutuhkan disiplin ilmu
lain, seperti :
1.Demografi
2.Sosiologi
3.Antropologi
4.Geologi
5.Lingkungan fisik
6.Ekonomi
7.Budaya, dan
8.Statistika.
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa epidemiologi merupakan ilmu yang kompleks.
Walaupun epidemiologi telah dikenal dan dilaksanakan sejak zaman dahulu, tetapi dalam
perkembangannya mengalami banyak hambatan hingga baru pada beberapa dasawarsa terkhir
ini epidemiologi diakui sebagai suatu disiplin ilmu. Oleh karena itu, epidemiologi seolah-olah
ilmu yang baru.
Salah satu penyebab hambatan tersebut belum semua ahli bidang kedokteran pada saat
itu setuju dengan metode yang digunakan dalam epidemiologi. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan paradigma dalam menangani masalah kesehatan antara ahli pengobatan dan
metode epidemiologi, terutama pada masih berlakunya paradigma bahwa penyakit
disebabkan oleh roh jahat.
Keberhasilan menembus paradigma tersebut bekat perjuangan yang gigih dari para
serjana seperti Hippocrates, John Graunt, John Snow, William Faar, Robert Koch, James
Lind, Lord Kelvin, Kuhn, dan Francies Galton.
Para sarjana itu telah meletakan konsep epidemiologi yang masih berlaku hingga saat
ini. Konsep-konsep tersebut adalah :
1.Pengaruh lingkungan terhadap kejadian penyakit
2.Pengaruh data kuantitatif dan statistik,
3.Penularan penyakit, dan
5. 4.Eksperimen pada manusia
Ukuran-ukuran akibat:
Akibat-akibat absolut ialah perbedaan-perbedaan dalam angka baku insidensi. Insidensi
kumulatif, atau prevalensi. Akibat-akibat relatif menyangkut rasio-rasio dari ukuran-ukuran
tersebut. Suatu proporsi akibat ialah proporsi dari suatu populasi sakit dengan pemaparan
yang merupakan salah satu dari penyebab komponen dalam penyebab sufisien yang
menyebabkan penyakit tersebut (Kenneth J. Rothman: 51, 1995).
Manfaat Epidemiologi
1.Untuk mempelajari riwayat penyakit;
Epidemiologi mempelajari tren penyakit yang mungkin akan terjadi
Hasil penelitian epidemiologi dapat digunakan dalam perencanaan pelayanan
kesehatan dan kesehatan masyarakat
2.Diagnosis masyarakat;
Penyakit, kondisi, cidera, gangguan, ketidakmampuan, defek/cacat apa sajakah
yang menyebabkan kesakitan, masalah kesehatan, atau kematian di dalam
suatu komunitas atau wilayah?
3.Mengkaji risiko yang ada pada setiap individu, karena mereka dapat mempengaruhi
kelompok maupun populasi;
Faktor risiko, masalah, dan perilaku apa sajakah yang dapat mempengaruhi
kelompok atau populasi?
Setiap kelompok dikaji dengan melakukan pengkajian terhadap faktor risiko
dan menggunakan teknik pemeriksaan kesehatan, missal: skrining kesehatan,
tes kesehatan, pengkajian penyakit, dan sebagainya.
4.Pengkajian, evaluasi, dan penelitian;
Sebaik apa pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dalam
mengatasi masalaha dan memenuhi kebutuhan populasi atau kelompok
Untuk mengkaji keefektifan, efisiensi, kualitas, kuantitas, akses, ketersediaan
layanan untuk mengobati, mengendalikan atau mencegah penyakit, cidera,
ketidakmampuan, atau kematian.
5.Melengkapi gambaran klinis;
6. Proses identifikasi dan diagnosis untuk menetapkan bahwa suatu kondisi
memang ada atau bahwa seseorang memang menderita penyakit tertentu
Menentuka hubungan sebab-akibat
6.Identifikasi sindrom;
Membantu menyusun dan menetapkan criteria untuk mendefinisikan sindrom
7.Menentukan penyebab dan sumber penyakit
Temuan epidemiologi memungkinkan dilakukannya pengendalian,
pencegahan, dan pemusnahan penyebab penyakit, kondisi, cidera,
ketidakmampuan, atau kematian.
7. BAB II
ISI
Ukuran Sehat dan Sakit
Definisi sakit dan sehat
Definisi sehat yang paling ambisius adalah yang diusulkan oleh WHO pada tahun
1948: sehat adalah kondisi komplit dari fisik, mental dan kesejahteraan social dan tidak hanya
bebas dari penyakit atau kelemahan (R.Beaglehole, dkk., 1993).
Batasan status sehat yang digunakan oleh ahli epidemiologi cenderung sederhana,
seperti adanya penyakit atau tidak adanya penyakit. Kriteria untuk menegakkan adanya suatu
penyakit memerlukan rumusan tentang normal dan abnormal. Namun, sering kali masih sulit
untuk merumuskan apakah yang disebut normal dan seringkali pula tidak ada batas yang jelas
antara normal dan abnormal. Kriteria diagnosa biasanya didasarkan pada gejala, tanda-tanda
dan hasil pengujian.
Mengukur frekuensi penyakit
Ukuran frekuensi penyakit didasarkan pada konsep dasar prevalens dan insidens.
Prevalens dan insidens
Prevalens suatu penyakit ialah jumlah kasus pada suatu populasi tertentu pada periode
waktu tertentu.
Insidens ialah jumlah kasus baru yang timbul dalam periode tertentu dari suatu
populasi tertentu.
8. Insidens rate kumulatif atau risk
Insiden rate kumulatif adalah suatu ukuran yang lebih sederhana tentang kejadian suatu
penyakit atau kasus kesehatan.
Case fatality
Case fatality adalah ukuran keganasan suatu penyakit dan didefinisikan sebagai proporsi
kasus penyakit tertentu atau kondisi yang fatal dalam periode waktu tertentu.
Hubungan antara berbagai ukuran
Prevalens tergantung baik pada insidens rate maupun lamanya sakit.
Perkembangan Konsep Terjadinya Penyakit
Konsep Masyarakat Primitif: Berbagai penyakit dan bencana yang menyengsarakan umat
manusia dipercayai merupakan pengaruh kekuatan supernatural, sesuatu kekuatan yang
berada di luar pemahaman dan kendali manusia.
Teori Hyppocrates: Ia adalah orang pertama yang menjelaskan konsep penyakit secara
rasional. Ia menempatkan penyakit sebagai fenomena masyarakat selain sebagai fenomena
individu. Sumbangan yang sangat berharga dalam bidang kesehatan adalah konsepnya
tentang perbedaan antara penyakit-penyakit endemik yang bervariasi dari satu tempat ke
tempat yang lain. Juga terhadap penyakit-penyakit epidemik yang memperlihatkan prevalen
yang bervariasi sepanjang masa. Menurut konsep Hyppocrates, tubuh manusia terdiri dari
empat substansi yang berbeda yang disebut sebagai “humours” atau cairan yang masing-
masing mempunyai komposisi yang sama besar. Keempat humours tersebut adalah darah
(blood), lendir (phlegm), empedu kuning (yellow bile), dan empedu hitam (black bile). Setiap
humours terdiri dari himpunan sejenis atom yang sama. Darah terdiri dari atom udara yang
bersifat panas dan basah. Lendir terdiri dari atom air yang bersifat dingin dan basah. Empedu
P = Insidens rate x Rata-rata lama sakit
9. kuning terdiri dari atom api yang panas dan kering. Empedu hitam terdiri dari atom tanah
yang bersifat dingin dan kering.
Pada manusia sehat keempat atom tersebut berada dalam jumlah yang sama dan dalam
komposisi yang simbang, sesuai dengan nilai moderation dan balence dalam filsafat Yunani.
Hyppocrates berpendapat bahwa keadaan sakit akan terjadi jika pada suatu ketika terjadi
ketidakseimbangan dari komposisi dan jumlah humour tersebut. Sebagai contoh, kelebihan
darah yang basah dan panas akan mengakibatkan demam, kekeringan dan diare, sementara
kelebihan empedu hitam yang dingin dan kering akan menyebabkan menggigil dan konstipasi
(sulit buang air besar).
Teori Galen
Guna menjelaskan adanya individu yang mengalami sakit dan yang tetap sehat ketika
terpapar dengan faktor risiko yang sama, Galen menambahkan dua elemen tambahan
terhadap konsep Hyppocrates. Elemen pelengkap yang dimaksud adalah Temprament dan
Procatartic. Berbeda dengan Hyppocrates yang menganggap tubuh terdiri dari bagian elemen
dengan jumlah dan komposisi yang sama, Galen mengajukan konsep elemen yang dominan.
Konsep Miasma
Konsep Miasma muncul setelah periode Hyppocrates dan Galen. Miasma yang
dianggap bertanggung jawab terhadap penyebaran penyakit adalah suatu yang dapat
ditanggapi indra selain mata. Ketika seseorang secara tidak sengaja menghirup Miasma lewat
pernapasannya, maka miasma yang masuk itu akan mempengaruhi homourousnya dan
menyebabkannya menderita penyakit. Miasma yang dianggap sebagai biang penyakit dari air
tenang, udara kotor,angin malam ataupun tumpukan sampah. Oleh sebab itu, pencegahan
penyakit dialakukan dengan membatasi gerak dan mengeliminasi miasma.
Konsep miasma terus berkembang dan dalam periode yang panjang mendominasi
gagasan manusia tentang penyakit. Berbeda dengan konsep kantagion yang meskipun masuk
akal tetapi sulit diterima karena tidak tertangkap oleh panca indra. Sebaliknya, miasma
mampu menyakinkan orang banyak, miskipun dia tidak bisa dilihat, tetapi dia dapat
ditangkap oleh panca indra yang lain seperti penciuman dan perasaan. Istilah masuk angin
ataupun terserang angin duduk diduga merupakan peninggalan atau pengaruh dari konsep
miasma.
10. Teori Jasad Renik
Gagasan bahwa penyakit disebabkan oleh organisme penyebab penyakit telah timbul
paling tidak sejak zaman Romawi. Lucretius, Varro, dan columella adalah beberapa nama
dari dokter besar Romawi yang berspekulasi tentang adanya makluk kecil penyebab penyakit
tersebut.
Tangan Bersih Penebar Penyakit
Pada tahun 1985, Oliver Wandell Holmes, seorang dokter yang lebih terkenal sebagai
bapak pengadilan, menulis suatu artikel yang berjudul “ The contagiousness of puerperal
Favel” (penulis demam nifas). Dalam tulisan itu Holmes berpendapat bahwa demam nifas
ditularkan oleh seorang ibu ke ibu yang lain melalui dokter dan bidan. Reaksi masyarakat
terhadap pandangan tersebut beragam, mulai dari yang acuh dan tak acuh sampai
menganggapnya penghinaan.
Puncak Teori Jasad Renik
Teori jasad renik mencapai kejayaannya pada masa Lois Pastur yang hidup pada
periode tahun 1827-1912. Pastur menemukan bahwa fermentasi merupakan hasil
pertumbuhan ragi pada juice anggur. Ragi tumbuh dalam jumlah yang kecil secara alami pada
kulit anggur. Ketika anggur dihancurkan, ragi mencapai juice yang kaya gula dan
mengubahnya secara prolafikasi.
Triad Epidemiologi
Penyakit manusia tidak muncul dalam sebuah ruang hampa. Penyakit tersebut
dihasilkan dari interaksi host (orang), agen (contoh: bakteri), dan lingkungan (contoh: udara
yang terkontaminasi). Meskipun beberapa penyakit sebagian besar bersifat genetik pada
aslinya, hampir semua penyakit dihasilkan dari interaksi faktor genetik dan lingkungan,
dengan keseimbangan yang tepat berbeda untuk penyakit yang berbeda. Banyak dari prinsip-
prinsip dasar yang mengatur penularan penyakit paling jelas ditunjukkan menggunakan
penyakit menular sebagai model (Leon Gordis, 1996).
11. Gambar: Triad epidemiologi (diadaptasi dari Thomas C. Timmreck, 2004)
Pencegahan Penyakit
Upaya pencegahan penyakit terdiri atas tiga level, yaitu:
1. Pencegahan Primer: upaya menurunkan angka kesakitan dengan menurunkan jumlah
kejadian kasus baru.
2. Pencegahan Sekunder: upaya menurunkan angka prevalens dengan cara melakukan
diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dan segera. Hal ini dapat mengurangi
penularan penyakit dari pejamu yang satu ke pejamu lainnya dan juga mereduksi
insidens penyakit.
3. Pencegahan tersier: pencegahan jangka panjang terhadap cacat dan kematian yang
dilakukan dengan cara pengobatan dan rehabilitasi.
Masalah-Masalah Mendasar dalam Epidemiologi
1. terjadinya,
2. ukuran asosiasi,
3. pengganggu,
4. seleksi bias,
Host
Agent
Time
Environment
12. 5. informasi bias,
6. variasi acak,
7. modifikasi efek,
8. penyocokan,
9. ukuran sampel dan kekuatan studi.
Jenis-Jenis Studi Epidemiologi
Tipe Studi Nama Alternatif Unit Studi
Studi pengamatan
Studi deskriptif
Studi analitik:
Ekologi
Cross-sectional
Case-control
Cohort
Studi eksperimen
Uji terkendali acak
Uji lapangan
Uji komunitas
Korelasional
Prevalens
Case-reference
Follow up
Studi Intervensi
Trial klinik
Studi intervensi komunitas
Populasi
Individu
Individu
Individu
Pasien
Orang sehat
Komunitas
Sumber: Dasar-Dasar Epidemiologi Buku I, R.Beaglehole, dkk.,1993
Studi Epidemiologi Pengamatan
Studi deskriptif
Suatu deskripsi sederhana tentang status kesehatan suatu komunitas, berdasarkan pada data
rutin yang tersedia atau pada data yang diperoleh melalui survey khusus.
Studi ekologik
Dalam studi ekologik, unit analisis lebih berupa populasi atau kelompok orang disbanding
individu.
13. Studi cross-sectional
Mengukur prevalens penyakit dan sering kali disebut sebagai studi prevalens. Dalam studi
cross-sectional, pengukuran pemaparan dan dampak dilakukan pada saat yang sama.
Pertanyaan kunsi yang perlu ditanyakan dalam tipe studi ini adalah pemaparan mendahului
ataukah mengikuti dampak.
Studi case-control
Studi case-control merupakan studi longitudinal, berlawanan dengan studi cross-sectional.
Studi case-control disebut sebagai studi retrospektif karena peneliti melihat ke belakang,
dimulai dari penyakit ke kemungkinan sebab.
Studi cohort
Studi cohort disebut juga sebagai studi follow up atau studi insidens, dimulai dengan
kelompok orang (cohort) yang bebas dari sakit, yng digolongkan ke dalam sub kelompok
sesuai dengan pemaparan oleh suatu potensi penyebab penyakit atau outcome. Variabel yang
dipelajari, dirinci dan diukur, kemudian seluruh cohort diikuti untuk melihat perbedaan
outcome antara sub kelompok yang mendapat pemaparan dan sub kelompok yang tidak.
Studi cohort bersifat longitudinal.
Studi Epideniologi Eksperimental
Percobaan terkendali acak
Adalah eksperimen epidemiologic untuk mempelajari prosedur pencegahan atau pengobatan.
Percobaan lapangan
Adalah kebalikan percobaan klinik, melibatkan orang-orang yang bebas dari sakit tetapi
dianggap memiliki risiko; pengumpulan data dilakukan di lapangan, biasanya di antara orang-
orang awam dalam populasi.
Percobaan komunitas
Adalah eksperimen yang kelompok perlakuannya ialah masyarakat, bukan individu.
14. Tujuan Studi Epidemiologi
Menurut Lilienfeld dan Lilienfeld yang dikutip dari buku Epidemiolgi Suatu Pengantar Edisi
2 karangan Thomas C. Timmreck, tujuan umum studi epidemiologi ada 3, yaitu:
1. Untuk menjelaskan etiologi (studi tentang penyebab penyakit) satu penyakit atau
sekelompok penyakit, kondisi, gangguan, defek, ketidakmampuan, sindrom, atau
kematian melalui analisis terhadap data medis dan epidemiologi dengan
menggunakan manajemen informasi sekaligus informasi yang berasal dari setiap
bidang atau disiplin ilmu yang tepat, termasuk ilmu social/perilaku;
2. Untuk menentukan apakah data epidemiologi yang ada memang konsisten dengan
hipotesis yang diajukan dan dengan ilmu pengetahuan, ilmu pperilaku, dan ilmu
biomedis yang terbaru;
3. Untuk memberikan dasar bagi pengembangan langkah-langkah pengendalian dan
prosedur pencegahan bagi kelompok dan populasi yang berisiko, dan untuk
pengembangan langkah-langkah dan kegiatan kesehatan masyarakat yang diperlukan;
yang kesemuanya itu akan digunakan untuk mnegevaluasi keberhasilan langkah-
langkah, kegiatan, dan program intervensi.
15. BAB III
KESIMPULAN
Epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang penyakit beserta distribusi
dan determinannya pada populasi tertentu dan pada waktu tertentu.
Manfaat epidemiologi yaitu: untuk mempelajari riwayat penyakit; diagnosis
masyarakat; mengkaji risiko yang ada pada setiap individu, karena mereka dapat
mempengaruhi kelompok maupun populasi; pengkajian, evaluasi, dan penelitian; melengkapi
gambaran klinis; identifikasi sindrom; menentukan penyebab dan sumber penyakit
Epidemiologi bergantung dan berhubungan dengan beberapa disiplin ilmu lainnya, di
antaranya yaitu:
Ilmu faal,
Biokimia,
Patologi,
Mikrobiologi,dan
Genetika.
Demografi
Sosiologi
Antropologi
Geologi
Lingkungan fisik
Ekonomi
Budaya, dan
Statistika.
16. DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni.2003.Pengantar Epidemiologi Edisi 2.Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Noor, Nasri Noor.2000.Dasar-Dasar Epidemiologi.Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
T.Kjellstrom, dkk.1993.Dasar-Dasar Epidemiologi Buku I.Ganeva: World Health
Organization.
Timmreck, Thomas C.2004.Epidemiologi: Suatu Pengantar Edisi 2.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Friedman, Gary D.1986.Prinsip-Prinsip Epidemiologi.Yogyakarta: Yayasan Essentia
Medica.
Rothman, Kenneth J.1995.Epidemiologi Modern.Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama
dan Yayasan Essentia Medica.
Zheng, Thongzhang.1998.Principles of Epidemiology.Yale University School of public
Health.
Gordis, Leon.1996.Epidemiology.Philadelphia: W.B. Sounders Company.
Sutrisna, Bambang.1996.Pengantar Metode Epidemiologi.PT DIAN RAKYAT.
Kodim, Nasrin, dkk. Himpunan Bahan Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.Jakarta:
Jurusan Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.