Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada suatu kelompok populasi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Epidemiologi terbagi menjadi epidemiologi deskriptif yang hanya menjelaskan kondisi masalah kesehatan, dan epidemiologi analitik yang bertujuan membuktikan hipotesa penyebab masalah kesehatan melalui penelitian kasus kontrol atau kohort. Surveilans epidemiolog
3. EPIDEMIOLOGI
epi – Pada atau tentang
Demos = Penduduk
Logos = Ilmu
Ilmu yang mempelajari tentang frekwensi
dan penyebaran masalah kes pada
sekelompok manusia serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya
4. Jenis Epidemiologi
Epidemiologi Diskriptif
Mempelajari ttg frekwensi dan penyebaran
masalah kes. Tanpa memandang mencari
jawabannya terhadap faktor-faktor penyebab.
Epidemiologi Analityc
Mencakup pencarian jawaban terhadap
penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran
serta munculnya masalah kesehatan.
5. .Penelitian Epidemiologi
Diskriptif
Penelitian Epidemiologi
Analitic
1. Hanya menjelaskan
keadaan suatu
masalah kesehatan
(Who,Where,When)
2. Pengumpulan,
pengolahan, dan
interprestasi data hanya
pada satu kelp masy
saja
3. Tidak bermaksud
membuktikan suatu
hypotesa
Menjelaskan suatu
masalah kesehatan
timbul dimasyarakat
Pengumpulan,
pengolahan, dan
interprestasi data
dilakukan terhadap dua
kelp masy
Bermaksud
membuktikan hypotesa
7. Penelitian Epidemiologi Analityc
Bersifat Observasi (Non Eksperimental)
a. Penelitian Kohort
b. Penelitian Kasus Kontrol
Bersifat intertvensi (Eksperimental)
a. Penelitian eksperimen
8. A. Frekwensi Kasus
Frekw Kejadian kasus/masalah kes adalah
keterangan tentang banyaknya
masalah/kejadian kasus yang ditemukan
pada masyarakat/kelp manusia
Menemukan masalah kes.dengan
pencarian kasus (case finding)
a. Active case finding (Survailance Aktif)
b. Pasif case finding (Survailance pasif)
9. B. Penyebaran kasus/masalah Kes
Keterangan banyaknya kasus yang ditemukan
pada sekelompok manusia yang diperinci
menurut keadaan tertentu
a. Person (ciri-ciri orang/ Jenis kelamin
umur dan suku/ras)
b. Place (tempat) Kenapa kejadian kasus
banyak pada deaerah tsb, knp bukan
pada daerah lain
c.Time (waktu ) kasus tersebut banyak
ditemukan musim hujan atau pada musim
panas
10. Ruang Lingkup
Subjek & Objek Epidemiologi adalah masalah
kesehatan (Peny.Menular, Tidak Menular
masalah kesehatan masy
Masalah kesehatan dimaksud ditemukan pada
sekelompok manusia
Dalam merumuskan penyebab diperlukan data
frekwensi & penyebaran masalah kesehatan
11. Manfaat
Membantu pekerjaan administrasi kes
Dapat menerangkan penyebab suatu
masalah kesehatan
Dapat menerangkan perkembangan
alamiah penyakit
Dapat menerangkan keadaan suatu
masalah kesehatan
12. .
Angka mutlak (Jumlah penderita DBD di kota
Bukittinggi tahun 2009 adalah 171 orang.
Ratio (Perbandingan suatu kejadian dngan
kejadian/event lainnya
Ratio = Jml Pristiwa A/ Jml Pristiwa B
Contoh : Perbandingan penderita penyakit TBC
di daerah X adalah 0.33
Rate (Perbandingan suatu peristiwa dibagi
dengan jumlah penduduk yang mungkin
terkena kejadian tersebut /population at risk).
Mengukur masalah kesehatan
(angka mutlak, Ratio dan rate )
13. Pengukuran masalah kesehatan
Penyakit
1. Insiden (insiden
rate, attack rate)
2. Prevalence rate
Kematian
1. Crude death rate
2. Infant Mortality
rate
3. Maternal mortality
rate
4. Case Fatality rate
5. dsb
14. Insidens Rate
Jml Penderita baru suatu penyakit
dibandingkan dengan jumlah penduduk
yang mungkin terkena penyakit baru tsb
Insiden rate = Jml pend baru . x K
Population at risk
15. Attack Rate (Angka Serang)
Jml Penderita baru suatu penyakit pada suatu
saat dibandingkan dengan jumlah penduduk
yang mungkin terkena penyakit baru tsb
Sering digunakan saat terjadinya KLB
(Epidemi)
Attack = Jml pend baru pd satu saat . x 100 %
Rate Population at risk
16. APA YANG DIMAKSUD DENGAN
“KASUS BARU”
ADALAH PASIEN DATANG BEROBAT DENGAN
DIAGNOSIS PENYAKIT YANG TIDAK SAMA DENGAN
DIAGNOSA PENYAKIT PADA KUNJUNGAN
SEBELUMNYA
ATAU
PASIEN DATANG BEROBAT DENGAN DIAGNOSIS
PENYAKIT YANG SAMA DENGAN KUNJUNGAN
SEBELUMNYA TETAPI SUDAH PERNAH SEMBUH
17. Case Fatality Rate
Jumlah seluruh kematian karena
penyakit X dibandingkan dengan jumlah
kasus/ seluruh penderita penyakit
tersebut
CFR = Jml Kematian X 100 %
Jml penderita
18. .
Endemi
Suatu masalah kesehatan (umumnya
penyakit) frekuensi pada suatu wilayah
tertentu menetap pada waktu yang lama
Sporadik
Umumnya penyakit yang ada disuatu
wilayah tertentu frekuensinya berubah-
rubah menurut perubahan waktu
Pengertian Masalah Kesehatan
19. .
Epidemi (KLB)
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya)
penyakit yang ditemukan pada suatu daerah tertentu
dalam waktu yang singkat berada dalam frekuensi
yang meningkat
Pandemi
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya)
penyakit frekuensinya dlm waktu yang singkat
memperlihatkan peningkatan yg amat tinggi serta
penyebaran telah amat meluas
23. Definisi Surveilans
(SK.Menkes 1116/2003)
Pengamatan terus menerus dan dilaksanakan secara
sistematis terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya agar dapat
dilakukan tindakan perbaikan atau penelitian, melalui
kegiatan :
1. Pengumpulan data
2. Pengolahan dan analisis/ interpretasi data,
3. Desiminasi informasi dan
4. Komunikasi keberbagai pihak terkait
24. Tersedianya data, informasi epidemiologi
sebagai dasar manajemen kesehatan utk
pengambilan keputusan perencanaan,
pelaksanaan,pemantauan, evaluasi program
kes & peningkatan kewaspadaan serta respon
KLB cepat, & tepat
TUJUAN SURVEILANS
( Permenkes 1479/ 2003)
26. .
MOBILISASI MANUSIA DAN BARANG ANTAR
NEGARA DI DUNIA YG TINGGI ANCAMAN
PENULARAN
ANCAMAN PERUBAHAN IKLIM GLOBAL GLOBAL
WARMING PERUBAHAN POLA PENYAKIT
MAUPUN JENIS PENYAKIT.
ANCAMAN PENYAKIT BARU “NEW EMERGING
DESEASES” FLU BURUNG. Saat ini telah terjadi
pandemi H1N1
MASIH BANYAK JENIS PENYAKIT POTENSIAL
WABAH/ KLB DI INDONESIA MISAL: DBD, MALARIA,
CAMPAK, RABIES, ANTRAKS, DIARE, KOLERA,
DIFTERI, DISENTRI, DLL.
27. MENGAPA PERLU SISTEM
KEWASPADAAN DINI & RESPONS?
KOMITMEN GLOBAL: ERADIKASI POLIO, REDUKSI
CAMPAK, ELIMINASI TN.
IHR 2005 SUATU NEGARA HARUS
MENGEMBANGKAN, MEMPERKUAT, DAN
MEMELIHARA KEMAMPUAN UNTUK MENDETEKSI,
MENILAI, DAN MELAPORKAN KEJADIAN
SEBAGAIMANA DITETAPKAN DALAM LAMPIRAN 1
IHR (PHEIC) SEDINI MUNGKIN
28. TUJUAN SISTEM PERINGATAN DINI
& RESPONS?
Menyelenggarakan Deteksi Dini KLB bagi penyakit
menular.
Stimulasi dalam melakukan pengendalian KLB
penyakit menular.
Meminimalkan kesakitan/kematian yang
berhubungan dengan KLB.
Memonitor kecenderungan penyakit menular.
Menilai dampak program pengendalian penyakit
yang spesifik.
29. APA ITU SKD DAN RESPONS?
Sistem yang memantau perkembangan
trend suatu penyakit menular potensial
KLB/wabah dari waktu ke waktu dan
memberikan sinyal peringatan bila kasus
tersebut melebihi nilai ambang batasnya
sehingga mendorong untuk melakukan
respons
Selama ini kita menggunakan istilah W2
(laporan mingguan)
30. Jejaring SE Akan Berjalan Dengan Baik
Bila
1. Kepercayaan (trust), informasi
akurat dan harus dipercaya
2. Pemahaman yang sama atas peran
unit surveilans epidemiologi
3. Kesetaraan sesama unit
surveilans epidemiologi / setiap
unit merasa tidak membawahi
atau dibawahi surveilans
epidemiologi yang lain.
33. Macam Penyakit Menular
Penyakit karantina (kholera, Pes, Poliomyelitis &
Dipteri)—UU No.1 & 2 1962.
Penyakit menular dengan potensi wabah /KLB
tinggi (Diare, campak, DHF, pertusis, rabies,
Influenza (H5N1,H1N1).
Penyakit potensial dengan potensi wabah/KLB
rendah ( Malaria, meningitis, Keracunan,
Tetanus, Tiphus abdomenalis
Penyakit menular yang tidak/kurang berpotensi
wabah ( TBC, Syphilis, cacing, lepra, dsb)
34. Sifat yang dimilikiBibit penyakit
(Mikroorganisme)
Patogenisti (Kemampuan bibit penyakit untuk
menimbulkan reaksi/penyakit (Diseases
stimulus)
Virulensi (Ukuran keganasan atau derajat
kerusakan yanmg ditimbulkan oleh bibit
penyakit
Antigenesti (kemampuan bibit penyakit
merangsang timbulnya mekanisme pertahanan
tubuh
Infectivi (kemampuan bibit penyakit
mengadakan invansi dan menyesuaikan
diri/berkembang biak pada manusia
35. KLB Atau Wabah tergantung sifatnya terbagi
:
Point Source Epidemic ( Common
Source Epidemic)
Contagious epidemic (Propagated
epidemic
36. KLB Atau Wabah tergantung sifatnya terbagi
:
Point Source Epidemic ( Common Source
Epidemic)
a. Timbul gejala penyakit yang cepat
b. Masa inkubasi pendek
c. Episode penyakit merupakan pristiwa
tunggal
d. Waktu munculnya penyakit jelas
e. lenyapnya penyakit dalam waktu yang cepat
Contoh : Keracunan Makanan
37. KLB Atau Wabah tergantung sifatnya terbagi
:
Contagious epidemic /Propagated epidemic
a. Onset penyakit yang pelan
b. Masa inkubasi penyakit yang panjang
c. Episode penyakit yang bersifat majemuk
d. Waktu munculnya penyakit tidak jalas
e. lenyapnya penayakit dalam waktu yang
lama
38. Faktor yang mempengaruhi KLB
Faktor herd imunity yang terdapat pada
pejamu (host)
Faktor patogenisiti pada bibit penyakit
Faktor lingkungan yang buruk terdapat
pada lingkungan
39. 1. Herd Immunity
Herd immunity Kekebalan masyarakat
(adalah daya tahan tubuh masyarakat
terhadap penyebaran penyakit infeksi
Berapa % cakupan imunisasi
% Self Efficacy
Perkiraan rentan terhadap suatu kasus
40. Bagan Perhitungan terbentuk
kekebalan campak berdasarkan
cakupan imunisasi
cakupan campak 80 %
Vaccine
Efficacy 85 %
340.000 Kebal 160.000 Rentan
Population Immunity. = 68 %
500.000 Bayi Lahir
400.000
divaksinasi
100.000
tidak divaksinasi
340.000 Kebal
60.000 divaksin
Tapi tdk kebal
41. 2. Patogenisiti
Patogenisiti adalah kemampuan bibit penyakit
untuk menimbulkan reaksi pada penjamu
sehingga timbul sakit
Patogenisiti = Jumlah yang sakit
Jml org yang kontak
High pathogenicity ( Small Fox/cacar) yakni
hampir setiap orang yang kontak dengan
penyakit cacar akan menjadi sakit
Low pathogenisiti (poliovirus) tdk semua
orang kontak menjadi sakit
42. 3. Faktor Lingkungan
Seluruh kondisi yang terdapat disekitar
organisme yang mempengaruhi
kehidupan & perkembangan organisme
tersebut
Lingkungan terbagi (fisik, biologis dan
sosial)
Masih tingginya penyakit berbasis
lingkungan (umumnya penyakit menular)
43. Peranan faktor lingkungan dalam
menimbulkan penyakit
Predisposing factor (Faktor predisposisi
Penyebab penyakit secara langsung
Medium transmisi penyakit
Faktor yang mempengaruhi perjalanan
suatu penyakit
44. Faktor lingkungan sebagai
Predisporsing factor
Rumah yang berhawa lembab cendrung
penghuninya akan menderita penyakit TBC/TB
Paru
Predispocing
Factor
Rumah yang
Berhawa
lembab
45. Faktor lingkungan
Penyebab penyakit secara langsung
.
Kebisingan
Pabrik peleburan
baja
Ketulian
Kekeruhan
lensa mata
Penyebab langsung Penyakit
46. Fak lingkungan sbg medium transmisi
penyakit
.
Agent/
Penyebab
Penyakit
Transmis/Perantara
Exp: Air
M
A
N
U
S
I
A
Sakit
Diare
Kholera
Typus
Dysentri
dsb
47. Faktor lingkungan yang
mempengaruhi perjalanan suatu
penyakit
Telah lama diketahui bahwa udara yang
panas akan mempengaruhi
/memperberat penderita yang sakit
jantung
48. Penyelidikan KLB
Penyelidikan KLB
Untuk memastikan KLB, mengetahui
penyebab, gambaran epidemiologi, sumber-
sumber penyebaran dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya
Serta menetapkan cara-cara penanggulangan
yang efektif dan efisien
49. KRITERIA KLB (Epidemi)
Terjadinya peningkatan kasus secara
bermakna/Tajam (hari,minggu, bulan)
Munculnya penyakit baru yang
sebelumnya tidak ada pada suatu daerah
50. W a b a h
(UU No 4/1984 ttg Wabah penyakit
menular)
Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi keadaan
yang lazim pada waktu dan daerah tertentu
serta dapat menimbulkan malapetaka
Yang menetapkan wilayah terjangkit
wabah adalah Menteri
51. .
Kriteria KLB Keracunan Pangan :
Terdapat 2 org atau lebih menderita sakit dengan
gejala yang sama atau hampir sama pada saat
yang sama atau Hampir Bersamaan setelah
mengkonsumsi bahan pangan secara
analisis epidemiologi terbukti sebagai sumber
keracunan
52. Pemahaman KLB Campak
Tersangka KLB
Adanya 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu
4 minggu berturut-turut yang terjadi
mengelompok dan dibuktikan dengan
hubungan epidemiologi
Pasti KLB
Apabila minimum 2 specimen positif IgM
campak dari hasil kasus tersangka KLB
53. Kriteria KLB DBD:
Adanya peningkatan kasus
dikelurahan atau wilayah yang
lebih luas dua kali atau lebih
dalam kurun satu minggu/bulan
dibandingkan dengan
minggu/bulan sebelumnya
54. Beberapa cara dalam Penanggulangan KLB
TINDAKAN CONTOH
1. Menghilangkan
sumber penularan
Menjauhkan sumber penularan dr
orang
Membunuh bakteri pd sumber
penularan
Melakukan isolasi atau
pengobatan
pada orang yg diduga sbg sumber
penularan
2. Memutus rantai
penularan
Sterilisasi sumber penularan
Mengendalikan vektor
Peningkatan kigiene perorangan
3. Merubah respon orang
terhadap penyakit
Melakukan imunisasi
Mengadakan pengobatan
55. .
Kriteria KLB Keracunan Pangan :
Terdapat 2 org atau lebih menderita sakit dengan
gejala yang sama atau hampir sama pada saat
yang sama atau Hampir Bersamaan setelah
mengkonsumsi bahan pangan secara
analisis epidemiologi terbukti sebagai sumber
keracunan
KLB Keracunan Makanan
57. 1. Pemberitahuan lisan
2. Penyelidikan awal keracunan
3. Penanganan korban keracunan
4. Pengamanan sampel pangan
5. Pelaporan awal keracunan
6. Penetapan KLB Keracunan Pangan
7. Penyelidikan KLB
8. Analisa dan interprestasi data
9. Pengambilan dan pengiriman sampel
pangan
10. Penyusunan Laporan
RANGKAIAN PROTAP
58. .
PEMBERITAHUAN
LISAN
1. Lokasi & Waktu Kejadian
2. Kebenaran berita keracunan
(masih berlangsung & Mengarah KLB)
3. Jml orang yang mengkonsumsi pangan
4. Jml Kasus
(Sakit, dirawat dan meninggal)
60. .
Pengamanan
Sampel Pangan
1.Identifikasi jenis sampel pangan terkait keracunan
( Pangan restoran, Jasa boga, Pangan industri IRTP
& Non IRTP, DLL )
2. Kelompokan sampel berdasarkan bentuknya
(Padat atau cair)
3. Amankan sampel dengan ketentuan
( sampel diambil 500 g – 1 kg, dilakukan secara aseptis
4. Beri label setiap sampel yang dikemas
5. Buat berita acara pengamanan sampel
6. Penyimpanan sementara sampel
(pada suhu – 18 o C) s/d 4 o C)
61. .
Pelaporan Awal
Keracunan Pangan
1. Tanggal & Tpt Kejadian
2. Ringkasan Berita Keracunan Pangan
3. Laporan W1
4. Berita Acara Pengamanan Sampel
62. .
Penetapan KLB Keracunan Pangan
Berdasarkan kepada
1. Pelaporan Awal
2. Ditetapkan oleh petugas berwenang
Dinkes Kab/Kota
Kriteria KLB Keracunan Pangan :
Terdapat 2 org atau lebih menderita sakit dengan gejala
yang sama atau hampir sama pada saat yang sama atau
Hampir Bersamaan setelah mengkonsumsi bahan pangan
secara analisis epidemiologi terbukti sebagai sumber
keracunan
63. Penentuan pangan yang dicurigai sebagai
penyebab
keracunan pangan (studi Kohort)
No Nama Pangan
Klp Mengkonsumsi Kelp Tidak Mengkonsumsi
Jml
Makan
Jml
Kasus AR
Jmh
Tdk
makan
Jml
Kasus AR RR
64. Ket. Studi Kohort
Digunakan jika semua org yang mengkonsumsi pangan yang
diduga penyebab KLB dapat diwawancarai ( KLB kecil dengan
sedikit terpapar
AR (a) = Jlml Kasus Kelp Mengkonsumsi x 100
Jumlah Yang mengkonsumsi
AR (b) = Jlml Kasus Kelp TidakMengkonsumsi x 100
Jumlah Yang tidak mengkonsumsi
RR (a/b) = AR (a)/ AR (b)
65. Contoh Kasus
No Nama Pangan
Klp Mengkonsumsi Kelp Tidak Mengkonsumsi
Jml
Makan
Jml
Kasus AR
Jmh
Tdk
makan
Jml
Kasus AR RR
1 Nasi 280 113 40 20 7 35 1,1
2 Gulai Ikan 220 100 45,4 80 20 25 1,2
3 Glulai Ayam 130 115 95,8 170 5 3,0 16,4
4 Air Minum 250 100 40 50 20 40 1,00
5 Kerupuk 22 22 100 178 98 55,0 1,4
6 Telur Goreng 50 47 94 250 73 29,2 2,1
66. Diduga Yang megkonsumsi Gulai Ayam
sebagai penyebab keracunan makanan
karena memilik Resiko Relatif (RR) lebih
besar
dan-------
Untuk memastikannya perlu pengujian
laboratorium
67.
68.
69. .
Demam tinggi mendadak tanpa sebab
yang jelas berlangsung terus menerus
selama 2 – 7 hari disertyai manifestasi
pendarahan
Uji Tourniquit positif
Jumlah trombosit < 100.000/Ml
Demam
Berdarah
70. .
Cara Penularannya :
Seseorang yang dalam darahnya
mengandung virus dengue merupakan
sumber penularan DBD
Penulannya melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegipty yang mengandung virus
Dengue
Demam
Berdarah
71. Tempat potensial bagi penularan
Demam Berdarah
Wilayah yang banyak kasus DBD
(endemis)
Tempat-tempat umum (berkumpulnya
orang-orang)
a. Sekolah
b. Rumah sakit/Puskesmas
c. Tempat umum lainnya (hotel
pertokoan, pasar dalainnya
Pemukiman baru
72. Mengenal nyamuk penular
penyakit Demam Berdarah
Aedes Aegypti mengalami metamorfosa
sempurna ( telur, jentik, kepompong dan
nyamuk)
Tempat perkembangbiakannya
A. Tempat penampungan air untuk keperluan
sehari-harinya )drum, bak mandi, dsb)
b. TPA bukan untuk keperluan sehari-harinya
(tpt minum burung, vas bunga barang bekas,
c. Tempat penampungan air alamiah (lobang
batu, lobang pohon, pelepah daun, potongan
bambu dll)
73. Perilaku Nyamuk
Nyamuk Aedes Aegypti jantan mengisap cairan
tumbuh-tumbuhan atau sari bunga, sedangkan
betina mengisap darah
Aktivitas menggigit nyamuk betina mulai pagi
sampai petang hari
a. pagi puncaknya pukul 9.00 – 10.00.
b. Petang puncaknya pukul 16.00 – 17.00.
Dapat hidup sampai ketinggian 1000 meter dari
permukaan laut
74. Kriteria KLB DBD:
Adanya peningkatan kasus dikelurahan
atau wilayah yang lebih luas dua kali
atau lebih dalam kurun satu
minggu/bulan dibandingkan dengan
minggu/bulan sebelumnya
Setiap diketahui adanya penderita DBD,
segera ditindaklanjuti dengan kegiatan
1. Penyelidikan Epidemiologis ( PE)
2. Penanggulangan Fokus
75. Bagan Penanggulangan Fokus DBD di Lapangan
Ya TIDAK
Penderita DBD
Penyelidikan Epidemiologi
Ditemukan 1 atau lebih penderita DBD lainnya dan /atau
3 orang atau lebih tersangka DBD dan ditemukan jentik _> 5 %
1. PSN
2. Larvasidasi
3. Penyuluhan
4. Pengasapan radius 200 m
PSN DBD
Larvasidasi
• Penyuluhan
76. Penyelidikan Epidemiologi DBD
Dilakukan dilokasi tempat tinggal penderita dan
rumah bangunan lainnya dengan radius 100
meter (kurang lebih 20)
Bila penderita siswa sekolah maka PE
dilakukan juga disekolah yang bersangkutan
78. Emerging Infectious Diseases
Berpotensi menimbulkan KLB/pandemi
Pada umumnya disebabkan oleh virus
Merupakan Penyakit Infeksi
Meningkat secara tiba-tiba /mendadak
Muncul pada area geogravis yang baru
Pada prode tertentu bersifat Re-Emerging
79. Jenis Penyakit EID
SARS
Avian Influenza
Japanese encephalitis
Leptospirosis
HIV/AIDS
DHF
Malaria
dll
80. Historis menunjukan
Negara-negara sedang berkembang
merupakan tempat perkembangan EID
Dimungkinkan karena adanya faktor :
a. Faktor kemiskinan
b. Kepadatan penduduk
c. Urbanisasi
d. Kelemahan infrastruktur sistim kesehatan
81. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kerentanan penyebaran EID
Demografi Pertumbuhan pddk dunia 77 juta/tahun,
umur harapan hidup meningkat (kan meningkatkan
kerentanan
Perjalanan internasional (Spanish flu menyebar
kedunia < 12 bl, flu hongkong < 6 bln
Sosio ekonomi – kemiskinan
Lingkungan (Air bersih, Personal hygiene, hidup
bersama hewan, pemanasan global, perubahan iklim.
Catatan : Pemanasan Global akan meningkatkan suhu
1 – 4 oC (Perkembangan parasit malaria & DHF juga
meningkat)
82. Avian Influenza Vs Swine Flu
( H5N1 ) ( H1 N1)
Insiden Rendah, CFR
tinggi
CFR dunia 53,3 % dan
Indonesia > 80 %
Diyakini bersumber
dari unggas kemanusia
Dikhawatirkan terjadi
reasortment
Insiden tinggi, CFR
rendah
CFR Dunia 0,42 %
Penularan human to
human
Dapat menimbulkan
Pandemi Influenca
83. Influenza Virus Type A & B
Secara umum hanya
menyebabkan epidemi yang
tidak begitu parah (sedang)
Bisa menyebabkan epidemi
dan juga pandemi (epidemi
yang mendunia)
Hanya menjangkiti manusiaBisa berjangkit di manusia
dan juga hewan (misalnya :
unggas)
Secara umum tidak berakibat
parah (sedang) tapi terkadang
juga bisa menjadi parah
Bisa mengakibatkan
penyakit yang parah
Tipe BTipe A
84. VIRUS INFLUENZA
TIPE A
Subtipe H1 – 15, N 1 - 9
Manusia dan hewan
Pandemi (H1N1, H2N2, H3N2)
TIPE B
Epidemi pada manusia, tidak pandemi
TIPE C
Sakit ringan pada manusia, tidak
menimbulkan pandemi/epidemi
85. .
Pandemi Influenza dapat menjangkit diseluruh
dunia termasuk Indonesia (WHO)
Pengalaman tragis Spanish Flu, Flu Asia, Flu
Hongkong
EPI kemungkinan terjadi disemua negara
terkena infeksi Flu Burung
Kekhawatiran mutasi genetic (Reassorment)---
Human to Human
IHR 2005 virus influenza pada manusia harus
dlaporkan ke WHO dlm 24 jam (dikategorikan
keadaan darurat kesmasy (PHEIC)
86. .
Gambaran Resiko
Pandemi Influenza (Spanish Flu), Asian Flu, dan
Flu Hongkong
Kasus Avian Influenza di Indonesia
(2003) 135 kasus dan 110 org meninggal
(2005) Angka konfirmasi positif flu burung pada
manusia, CFR Indonesia> 80 %). Dan Dunia relati
tinggi CFR 63, % (kisaran 33,3 – 100 %.)
Januari 2009 terdapat 139 kasus konfirmasi
dengan 113 kematian
Kekhawatiran reassoment dan penularan human
to human.
87. I. PENGERTIAN
Flu Burung pada manusia adalah penyakit
menular akut yang disebabkan oleh virus
influenza type A (H5N1)yang berasal dari
unggas (penyakit zoonotik).
Infeksi yang disebabkan oleh virus influenza (flu)
avian (burung).
Virus flu ini terdapat secara alami pada burung.
Burung-burung liar diseluruh dunia mengandung
virus ini dalam saluran pencernaannya, tanpa
menjadi sakit.
88. Kasus Suspek
Seseorang menderita demam/ panas ≥ 38°C disertai
satu atau lebih gejala : batuk, sakit tenggorokan, pilek,
nafas pendek/sesak nafas ( ILI)
Disertai satu atau lebih keadaan di bawah ini :
pernah kontak dengan unggas (ayam, itik, burung)
sakit/mati mendadak yang belum diketahui
penyebabnya serta produk mentahnya (telor, jeroan)
dan kotorannya dalam 7 hari terakhir sebelum timbul
gejala di atas
pernah tinggal di lokasi yang terdapat kematian
unggas yang tidak biasa dalam 7 hari terakhir
sebelum timbul gejala di atas
pernah kontak dengan penderita AI konfirmasi dalam
7 hari terakhir sebelum timbul gejala di atas
89. Kasus Konfirmasi
Kasus suspek atau probabel dengan satu atau
lebih keadaan di bawah ini :
PCR Kultur virus Influenza A H5N1 positif
Influenza A H5N1 positif
Pada Imunofluorescence (IFA) test ditemukan
antibodi positif dengan menggunakan antigen
monoklonal Influenza A H5N1
Kenaikan titer antibodi spesifik Influenza H5N1
sebanyak minimal 4 kali dalam serum sepasang
(paired serum) menggunakan microneutralization
test
90. 90
RESIKO PADA MANUSIA
Secara umum sangat rendah
Meningkat selama terjadi ledakan kasus
pada ternak
Sejauh ini belum ada BUKTI KUAT penularan
dari manusia ke manusia
Kelompok beresiko : orang yang kontak erat
dengan unggas yang telah terinfeksi
91. 91
HUMAN CASES OF AI
ASIA : Hongkong 1997
INDONESIA :
Kasus pertama : di Tangerang pada
seorang ayah & 2 anak perempuannya.
SUMBAR :
Kasus pertama (+) Maret 2006 (dari
Jakarta) : sehat. Sampai sekarang
hanya ada 5 kasus yang positif. (2009)
92. GEJALA DAN CARA PENULARAN AI
Gejala:
- Demam >38 C°
- Batuk, pilek, sesak nafas, nyeri, lemas & dlm
waktu dekat Pneomonia
Kontak dengan unggas sakit/mati.
Gejala klinis mirip dengan Influenza musiman
Pemeriksaan laboratorium untuk memastikan
penyakit
93. 93
II. ETIOLOGI DAN SIFAT
Etiologi penyakit ini adalah virus influenza.
Dikenal beberapa tipe Virus influenza, yaitu;
tipe A, tipe B dan tipe C. Virus Inluenza tipe A
terdiri dari beberapa strain, yaitu; H1N 1,
H3N2, H5N1, H7N7, H9N2 dan lain-lain.
Saat ini, penyebab flu burung adalah Highly
Pothogenic Avian Influenza Virus, strain H5N1
(H=hemagglutinin; N= neuraminidase). Hal ini
terlihat dari basil studi yang ada menunjukkan
bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus
Influenza A (H5N1) dengan jumlah besar
dalam kotorannya.
94. .
Strain paling virulen penyebab Avian Influenza
adalah strain H5N1.
Hasil studi menunjukkan bahwa unggas sakit
(oleh Influenza A H5N1) dapat mengeluarkan
virus dengan jumlah besar dalam kotorannya.
Virus tersebut dapat bertahan hidup di air
sampai 4 hari pada suhu 22 °C dan lebih dari
30 hari pada 0ºC.
Di dalam tinja unggas dan tubuh unggas sakit
dapat bertahan lebih lama, tetapi mati pada
pemanasan 60ºC selama 30 menit
95. 95
III. MASA INKUBASI
Masa inkubasi virus influenza bervariasi
antara 1 – 7 hari.
Pada anak-anak bisa sampai 21 hari
96. 96
IV. SUMBER PENULARAN
o Penularan Flu burung (H5N1) pada unggas terjadi
secara cepat dengan kematian tinggi.
o Penyebaran penyakit ini terjadi diantara populasi
unggas satu pertenakan, bahkan dapat menyebar
dari satu pertenakan ke peternakan daerah lain.
o Sedangkan penularan penyakit ini kepada manusia
dapat melalui udara yang tercemar virus tersebut,
baik yang berasal dari tinja atau sekreta unggas
terserang Flu Burung.
97. 97
V. Cara Penularan
Penyakit ini menyerang manusia melalui :
o kontak langsung dengan sekreta/tinja unggas yang
terinfeksi.
o udara yang tercemar virus tersebut yang berasal
dari tinja atau sekreta unggas yang terinfeksi,
o atau kontak dengan benda yang terkontaminasi
virus Avian Influenza.
o Belum ada bukti kuat penularan dari manusia ke
manusia namun kewaspadaan tetap terus
diupayakan.
98. 98
VI. UPAYA PENCEGAHAN
Upaya pencegahan penularan, :
Setiap berhubungan dengan bahan yang berasal
dari saluran cerna unggas harus menggunakan
pelindung (masker, kacamata renang)
Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas
seperti tinja harus ditatalaksana dengan baik (
ditanam / dibakar) agar tidak menjadi sumber
penularan.
Alat-alat yang dipergunakan dalam peternakan
harus dicuci dengan desinfektan
Mengkonsumsi daging ayam yang telah dimasak
pada suhu 80°C selama 1 menit, sedangkan telur
unggas perlu dipanaskan pada suhu 64°C
selama 5 menit.
Melaksanakan kebersihan lingkungan.
Melakukan kebersihan diri.
99. 99
Kelompok risiko tinggi yang perlu
diwaspadai:
o Pekerja peternakan/pemrosesan unggas
(termasuk dokter hewan/Ir peternakan)
o Pekerja laboratorium yang memproses sampel
pasien/unggas terjangkit
o Pengunjung peternakan/pemrosesan unggas
(dlm 1 minggu terakhir)
o Kontak dengan penderita flu burung
100. 100
PENCEGAHAN BAGI YANG
BERESIKO
o Cuci tangan sesering mungkin dg desinfektan
(alkohol 70%)
o APD (sarung tangan,kacamata,masker dll)
o Vaksinasi virus flu manusia
o Menghindari tempat jangkitan (peternakan unggas
dll)
o Pengamatan kesehatan secara pasif bagi yang
beresiko/terpapar dan keluarganya: tanda
gangguan sal pernapasan, demam
o Serosurvai bagi yang terpapar
o Berikan antiviral (oseltamivir 1x75 mg selama 1
minggu)