SlideShare a Scribd company logo
1 of 101
.
.
. EPIDEMIOLOGI
D
E
F
I
N
I
S
I
DEFINISI
FREKUENSI
KASUS
PENYEBARAN
KASUS
FAKTOR
MEMPENGARUHI
CARA
PENANGGULANGAN
DATA
EPIDEMIOLOGI
 epi – Pada atau tentang
 Demos = Penduduk
 Logos = Ilmu
 Ilmu yang mempelajari tentang frekwensi
dan penyebaran masalah kes pada
sekelompok manusia serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya
Jenis Epidemiologi
 Epidemiologi Diskriptif
Mempelajari ttg frekwensi dan penyebaran
masalah kes. Tanpa memandang mencari
jawabannya terhadap faktor-faktor penyebab.
 Epidemiologi Analityc
Mencakup pencarian jawaban terhadap
penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran
serta munculnya masalah kesehatan.
.Penelitian Epidemiologi
Diskriptif
Penelitian Epidemiologi
Analitic
1. Hanya menjelaskan
keadaan suatu
masalah kesehatan
(Who,Where,When)
2. Pengumpulan,
pengolahan, dan
interprestasi data hanya
pada satu kelp masy
saja
3. Tidak bermaksud
membuktikan suatu
hypotesa
Menjelaskan suatu
masalah kesehatan
timbul dimasyarakat
Pengumpulan,
pengolahan, dan
interprestasi data
dilakukan terhadap dua
kelp masy
Bermaksud
membuktikan hypotesa
.
E
P
I
D
E
M
I
O
L
O
G
I
Frekwensi
Menemukan Maslah Kes
Mengukurmasalah Kes
Penyebaran
Dikelompokan menurut
Ciri-ciri man
Tempat
Waktu
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Merumuskan Hypotesa
Uji Hypotesa
Tarik kesimpulan
EPIDEMIOLOGI
DISKRIPTIF
EPIDEMIOLOGI
ANALITIK
Penelitian Epidemiologi Analityc
 Bersifat Observasi (Non Eksperimental)
a. Penelitian Kohort
b. Penelitian Kasus Kontrol
 Bersifat intertvensi (Eksperimental)
a. Penelitian eksperimen
A. Frekwensi Kasus
Frekw Kejadian kasus/masalah kes adalah
keterangan tentang banyaknya
masalah/kejadian kasus yang ditemukan
pada masyarakat/kelp manusia
Menemukan masalah kes.dengan
pencarian kasus (case finding)
a. Active case finding (Survailance Aktif)
b. Pasif case finding (Survailance pasif)
B. Penyebaran kasus/masalah Kes
 Keterangan banyaknya kasus yang ditemukan
pada sekelompok manusia yang diperinci
menurut keadaan tertentu
a. Person (ciri-ciri orang/ Jenis kelamin
umur dan suku/ras)
b. Place (tempat) Kenapa kejadian kasus
banyak pada deaerah tsb, knp bukan
pada daerah lain
c.Time (waktu ) kasus tersebut banyak
ditemukan musim hujan atau pada musim
panas
Ruang Lingkup
 Subjek & Objek Epidemiologi adalah masalah
kesehatan (Peny.Menular, Tidak Menular
masalah kesehatan masy
 Masalah kesehatan dimaksud ditemukan pada
sekelompok manusia
 Dalam merumuskan penyebab diperlukan data
frekwensi & penyebaran masalah kesehatan
Manfaat
 Membantu pekerjaan administrasi kes
 Dapat menerangkan penyebab suatu
masalah kesehatan
 Dapat menerangkan perkembangan
alamiah penyakit
 Dapat menerangkan keadaan suatu
masalah kesehatan
.
 Angka mutlak (Jumlah penderita DBD di kota
Bukittinggi tahun 2009 adalah 171 orang.
 Ratio (Perbandingan suatu kejadian dngan
kejadian/event lainnya
Ratio = Jml Pristiwa A/ Jml Pristiwa B
Contoh : Perbandingan penderita penyakit TBC
di daerah X adalah 0.33
 Rate (Perbandingan suatu peristiwa dibagi
dengan jumlah penduduk yang mungkin
terkena kejadian tersebut /population at risk).
Mengukur masalah kesehatan
(angka mutlak, Ratio dan rate )
Pengukuran masalah kesehatan
 Penyakit
1. Insiden (insiden
rate, attack rate)
2. Prevalence rate
 Kematian
1. Crude death rate
2. Infant Mortality
rate
3. Maternal mortality
rate
4. Case Fatality rate
5. dsb
Insidens Rate
 Jml Penderita baru suatu penyakit
dibandingkan dengan jumlah penduduk
yang mungkin terkena penyakit baru tsb
 Insiden rate = Jml pend baru . x K
Population at risk
Attack Rate (Angka Serang)
 Jml Penderita baru suatu penyakit pada suatu
saat dibandingkan dengan jumlah penduduk
yang mungkin terkena penyakit baru tsb
 Sering digunakan saat terjadinya KLB
(Epidemi)
 Attack = Jml pend baru pd satu saat . x 100 %
Rate Population at risk
APA YANG DIMAKSUD DENGAN
“KASUS BARU”
 ADALAH PASIEN DATANG BEROBAT DENGAN
DIAGNOSIS PENYAKIT YANG TIDAK SAMA DENGAN
DIAGNOSA PENYAKIT PADA KUNJUNGAN
SEBELUMNYA
 ATAU
 PASIEN DATANG BEROBAT DENGAN DIAGNOSIS
PENYAKIT YANG SAMA DENGAN KUNJUNGAN
SEBELUMNYA TETAPI SUDAH PERNAH SEMBUH
Case Fatality Rate
 Jumlah seluruh kematian karena
penyakit X dibandingkan dengan jumlah
kasus/ seluruh penderita penyakit
tersebut
 CFR = Jml Kematian X 100 %
Jml penderita
.
 Endemi
Suatu masalah kesehatan (umumnya
penyakit) frekuensi pada suatu wilayah
tertentu menetap pada waktu yang lama
 Sporadik
Umumnya penyakit yang ada disuatu
wilayah tertentu frekuensinya berubah-
rubah menurut perubahan waktu
Pengertian Masalah Kesehatan
.
 Epidemi (KLB)
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya)
penyakit yang ditemukan pada suatu daerah tertentu
dalam waktu yang singkat berada dalam frekuensi
yang meningkat
 Pandemi
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya)
penyakit frekuensinya dlm waktu yang singkat
memperlihatkan peningkatan yg amat tinggi serta
penyebaran telah amat meluas
Kurve Epidemi
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Week
Cases
Propagated source: kasus sekunder dan tersier (misal,
hepatitis A)
Kurve Epidemi
0
1
2
3
4
5
6
7
8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Week
Cases
Common Source: pajanan tunggal, tidak ada kasus
sekunder (misal, campak)
SURVAILANCE
EPIDEMIOLOGI
( S E )
Definisi Surveilans
(SK.Menkes 1116/2003)
Pengamatan terus menerus dan dilaksanakan secara
sistematis terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya agar dapat
dilakukan tindakan perbaikan atau penelitian, melalui
kegiatan :
1. Pengumpulan data
2. Pengolahan dan analisis/ interpretasi data,
3. Desiminasi informasi dan
4. Komunikasi keberbagai pihak terkait
Tersedianya data, informasi epidemiologi
sebagai dasar manajemen kesehatan utk
pengambilan keputusan perencanaan,
pelaksanaan,pemantauan, evaluasi program
kes & peningkatan kewaspadaan serta respon
KLB cepat, & tepat
TUJUAN SURVEILANS
( Permenkes 1479/ 2003)
Sistim Kewaspadaan Dini
( SKD KLB)
.
 MOBILISASI MANUSIA DAN BARANG ANTAR
NEGARA DI DUNIA YG TINGGI  ANCAMAN
PENULARAN
 ANCAMAN PERUBAHAN IKLIM GLOBAL  GLOBAL
WARMING  PERUBAHAN POLA PENYAKIT
MAUPUN JENIS PENYAKIT.
 ANCAMAN PENYAKIT BARU “NEW EMERGING
DESEASES”  FLU BURUNG. Saat ini telah terjadi
pandemi H1N1
 MASIH BANYAK JENIS PENYAKIT POTENSIAL
WABAH/ KLB DI INDONESIA MISAL: DBD, MALARIA,
CAMPAK, RABIES, ANTRAKS, DIARE, KOLERA,
DIFTERI, DISENTRI, DLL.
MENGAPA PERLU SISTEM
KEWASPADAAN DINI & RESPONS?
 KOMITMEN GLOBAL: ERADIKASI POLIO, REDUKSI
CAMPAK, ELIMINASI TN.
 IHR 2005  SUATU NEGARA HARUS
MENGEMBANGKAN, MEMPERKUAT, DAN
MEMELIHARA KEMAMPUAN UNTUK MENDETEKSI,
MENILAI, DAN MELAPORKAN KEJADIAN
SEBAGAIMANA DITETAPKAN DALAM LAMPIRAN 1
IHR (PHEIC) SEDINI MUNGKIN
TUJUAN SISTEM PERINGATAN DINI
& RESPONS?
 Menyelenggarakan Deteksi Dini KLB bagi penyakit
menular.
 Stimulasi dalam melakukan pengendalian KLB
penyakit menular.
 Meminimalkan kesakitan/kematian yang
berhubungan dengan KLB.
 Memonitor kecenderungan penyakit menular.
 Menilai dampak program pengendalian penyakit
yang spesifik.
APA ITU SKD DAN RESPONS?
 Sistem yang memantau perkembangan
trend suatu penyakit menular potensial
KLB/wabah dari waktu ke waktu dan
memberikan sinyal peringatan bila kasus
tersebut melebihi nilai ambang batasnya
sehingga mendorong untuk melakukan
respons
 Selama ini kita menggunakan istilah W2
(laporan mingguan)
Jejaring SE Akan Berjalan Dengan Baik
Bila
1. Kepercayaan (trust), informasi
akurat dan harus dipercaya
2. Pemahaman yang sama atas peran
unit surveilans epidemiologi
3. Kesetaraan sesama unit
surveilans epidemiologi / setiap
unit merasa tidak membawahi
atau dibawahi surveilans
epidemiologi yang lain.
.
Penyakit Menular
Gordon dan Lericht 1950
Macam Penyakit Menular
 Penyakit karantina (kholera, Pes, Poliomyelitis &
Dipteri)—UU No.1 & 2 1962.
 Penyakit menular dengan potensi wabah /KLB
tinggi (Diare, campak, DHF, pertusis, rabies,
Influenza (H5N1,H1N1).
 Penyakit potensial dengan potensi wabah/KLB
rendah ( Malaria, meningitis, Keracunan,
Tetanus, Tiphus abdomenalis
 Penyakit menular yang tidak/kurang berpotensi
wabah ( TBC, Syphilis, cacing, lepra, dsb)
Sifat yang dimilikiBibit penyakit
(Mikroorganisme)
 Patogenisti (Kemampuan bibit penyakit untuk
menimbulkan reaksi/penyakit (Diseases
stimulus)
 Virulensi (Ukuran keganasan atau derajat
kerusakan yanmg ditimbulkan oleh bibit
penyakit
 Antigenesti (kemampuan bibit penyakit
merangsang timbulnya mekanisme pertahanan
tubuh
 Infectivi (kemampuan bibit penyakit
mengadakan invansi dan menyesuaikan
diri/berkembang biak pada manusia
KLB Atau Wabah tergantung sifatnya terbagi
:
 Point Source Epidemic ( Common
Source Epidemic)
 Contagious epidemic (Propagated
epidemic
KLB Atau Wabah tergantung sifatnya terbagi
:
 Point Source Epidemic ( Common Source
Epidemic)
a. Timbul gejala penyakit yang cepat
b. Masa inkubasi pendek
c. Episode penyakit merupakan pristiwa
tunggal
d. Waktu munculnya penyakit jelas
e. lenyapnya penyakit dalam waktu yang cepat
Contoh : Keracunan Makanan
KLB Atau Wabah tergantung sifatnya terbagi
:
 Contagious epidemic /Propagated epidemic
a. Onset penyakit yang pelan
b. Masa inkubasi penyakit yang panjang
c. Episode penyakit yang bersifat majemuk
d. Waktu munculnya penyakit tidak jalas
e. lenyapnya penayakit dalam waktu yang
lama
Faktor yang mempengaruhi KLB
 Faktor herd imunity yang terdapat pada
pejamu (host)
 Faktor patogenisiti pada bibit penyakit
 Faktor lingkungan yang buruk terdapat
pada lingkungan
1. Herd Immunity
 Herd immunity Kekebalan masyarakat
(adalah daya tahan tubuh masyarakat
terhadap penyebaran penyakit infeksi
 Berapa % cakupan imunisasi
 % Self Efficacy
 Perkiraan rentan terhadap suatu kasus
Bagan Perhitungan terbentuk
kekebalan campak berdasarkan
cakupan imunisasi
cakupan campak 80 %
Vaccine
Efficacy 85 %
340.000 Kebal 160.000 Rentan
Population Immunity. = 68 %
500.000 Bayi Lahir
400.000
divaksinasi
100.000
tidak divaksinasi
340.000 Kebal
60.000 divaksin
Tapi tdk kebal
2. Patogenisiti
 Patogenisiti adalah kemampuan bibit penyakit
untuk menimbulkan reaksi pada penjamu
sehingga timbul sakit
 Patogenisiti = Jumlah yang sakit
Jml org yang kontak
 High pathogenicity ( Small Fox/cacar) yakni
hampir setiap orang yang kontak dengan
penyakit cacar akan menjadi sakit
 Low pathogenisiti (poliovirus) tdk semua
orang kontak menjadi sakit
3. Faktor Lingkungan
 Seluruh kondisi yang terdapat disekitar
organisme yang mempengaruhi
kehidupan & perkembangan organisme
tersebut
 Lingkungan terbagi (fisik, biologis dan
sosial)
 Masih tingginya penyakit berbasis
lingkungan (umumnya penyakit menular)
Peranan faktor lingkungan dalam
menimbulkan penyakit
 Predisposing factor (Faktor predisposisi
 Penyebab penyakit secara langsung
 Medium transmisi penyakit
 Faktor yang mempengaruhi perjalanan
suatu penyakit
Faktor lingkungan sebagai
Predisporsing factor
 Rumah yang berhawa lembab cendrung
penghuninya akan menderita penyakit TBC/TB
Paru
Predispocing
Factor
Rumah yang
Berhawa
lembab
Faktor lingkungan
Penyebab penyakit secara langsung
 .
Kebisingan
Pabrik peleburan
baja
Ketulian
Kekeruhan
lensa mata
Penyebab langsung Penyakit
Fak lingkungan sbg medium transmisi
penyakit
 .
Agent/
Penyebab
Penyakit
Transmis/Perantara
Exp: Air
M
A
N
U
S
I
A
Sakit
Diare
Kholera
Typus
Dysentri
dsb
Faktor lingkungan yang
mempengaruhi perjalanan suatu
penyakit
 Telah lama diketahui bahwa udara yang
panas akan mempengaruhi
/memperberat penderita yang sakit
jantung
Penyelidikan KLB
 Penyelidikan KLB
Untuk memastikan KLB, mengetahui
penyebab, gambaran epidemiologi, sumber-
sumber penyebaran dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya
Serta menetapkan cara-cara penanggulangan
yang efektif dan efisien
KRITERIA KLB (Epidemi)
 Terjadinya peningkatan kasus secara
bermakna/Tajam (hari,minggu, bulan)
 Munculnya penyakit baru yang
sebelumnya tidak ada pada suatu daerah
W a b a h
(UU No 4/1984 ttg Wabah penyakit
menular)
 Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi keadaan
yang lazim pada waktu dan daerah tertentu
serta dapat menimbulkan malapetaka
 Yang menetapkan wilayah terjangkit
wabah adalah Menteri
.
Kriteria KLB Keracunan Pangan :
Terdapat 2 org atau lebih menderita sakit dengan
gejala yang sama atau hampir sama pada saat
yang sama atau Hampir Bersamaan setelah
mengkonsumsi bahan pangan secara
analisis epidemiologi terbukti sebagai sumber
keracunan
Pemahaman KLB Campak
Tersangka KLB
Adanya 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu
4 minggu berturut-turut yang terjadi
mengelompok dan dibuktikan dengan
hubungan epidemiologi
 Pasti KLB
Apabila minimum 2 specimen positif IgM
campak dari hasil kasus tersangka KLB
Kriteria KLB DBD:
Adanya peningkatan kasus
dikelurahan atau wilayah yang
lebih luas dua kali atau lebih
dalam kurun satu minggu/bulan
dibandingkan dengan
minggu/bulan sebelumnya
Beberapa cara dalam Penanggulangan KLB
TINDAKAN CONTOH
1. Menghilangkan
sumber penularan
 Menjauhkan sumber penularan dr
orang
 Membunuh bakteri pd sumber
penularan
 Melakukan isolasi atau
pengobatan
pada orang yg diduga sbg sumber
penularan
2. Memutus rantai
penularan
 Sterilisasi sumber penularan
 Mengendalikan vektor
 Peningkatan kigiene perorangan
3. Merubah respon orang
terhadap penyakit
 Melakukan imunisasi
 Mengadakan pengobatan
.
Kriteria KLB Keracunan Pangan :
Terdapat 2 org atau lebih menderita sakit dengan
gejala yang sama atau hampir sama pada saat
yang sama atau Hampir Bersamaan setelah
mengkonsumsi bahan pangan secara
analisis epidemiologi terbukti sebagai sumber
keracunan
KLB Keracunan Makanan
.
PENYELIDIKAN
KEJADIAN LUAR BIASA
( KLB )
KERACUNAN PANGAN
1. Pemberitahuan lisan
2. Penyelidikan awal keracunan
3. Penanganan korban keracunan
4. Pengamanan sampel pangan
5. Pelaporan awal keracunan
6. Penetapan KLB Keracunan Pangan
7. Penyelidikan KLB
8. Analisa dan interprestasi data
9. Pengambilan dan pengiriman sampel
pangan
10. Penyusunan Laporan
RANGKAIAN PROTAP
.
PEMBERITAHUAN
LISAN
1. Lokasi & Waktu Kejadian
2. Kebenaran berita keracunan
(masih berlangsung & Mengarah KLB)
3. Jml orang yang mengkonsumsi pangan
4. Jml Kasus
(Sakit, dirawat dan meninggal)
.
Penangan kasus
Keracunan
1.Pertolongan Darurat
2.Pengobatan Somtomatik & Causal
3.Rujukan Kasus
.
Pengamanan
Sampel Pangan
1.Identifikasi jenis sampel pangan terkait keracunan
( Pangan restoran, Jasa boga, Pangan industri IRTP
& Non IRTP, DLL )
2. Kelompokan sampel berdasarkan bentuknya
(Padat atau cair)
3. Amankan sampel dengan ketentuan
( sampel diambil 500 g – 1 kg, dilakukan secara aseptis
4. Beri label setiap sampel yang dikemas
5. Buat berita acara pengamanan sampel
6. Penyimpanan sementara sampel
(pada suhu – 18 o C) s/d 4 o C)
.
Pelaporan Awal
Keracunan Pangan
1. Tanggal & Tpt Kejadian
2. Ringkasan Berita Keracunan Pangan
3. Laporan W1
4. Berita Acara Pengamanan Sampel
.
Penetapan KLB Keracunan Pangan
Berdasarkan kepada
1. Pelaporan Awal
2. Ditetapkan oleh petugas berwenang
Dinkes Kab/Kota
Kriteria KLB Keracunan Pangan :
Terdapat 2 org atau lebih menderita sakit dengan gejala
yang sama atau hampir sama pada saat yang sama atau
Hampir Bersamaan setelah mengkonsumsi bahan pangan
secara analisis epidemiologi terbukti sebagai sumber
keracunan
Penentuan pangan yang dicurigai sebagai
penyebab
keracunan pangan (studi Kohort)
No Nama Pangan
Klp Mengkonsumsi Kelp Tidak Mengkonsumsi
Jml
Makan
Jml
Kasus AR
Jmh
Tdk
makan
Jml
Kasus AR RR
Ket. Studi Kohort
 Digunakan jika semua org yang mengkonsumsi pangan yang
diduga penyebab KLB dapat diwawancarai ( KLB kecil dengan
sedikit terpapar
 AR (a) = Jlml Kasus Kelp Mengkonsumsi x 100
Jumlah Yang mengkonsumsi
 AR (b) = Jlml Kasus Kelp TidakMengkonsumsi x 100
Jumlah Yang tidak mengkonsumsi
 RR (a/b) = AR (a)/ AR (b)
Contoh Kasus
No Nama Pangan
Klp Mengkonsumsi Kelp Tidak Mengkonsumsi
Jml
Makan
Jml
Kasus AR
Jmh
Tdk
makan
Jml
Kasus AR RR
1 Nasi 280 113 40 20 7 35 1,1
2 Gulai Ikan 220 100 45,4 80 20 25 1,2
3 Glulai Ayam 130 115 95,8 170 5 3,0 16,4
4 Air Minum 250 100 40 50 20 40 1,00
5 Kerupuk 22 22 100 178 98 55,0 1,4
6 Telur Goreng 50 47 94 250 73 29,2 2,1
Diduga Yang megkonsumsi Gulai Ayam
sebagai penyebab keracunan makanan
karena memilik Resiko Relatif (RR) lebih
besar
dan-------
Untuk memastikannya perlu pengujian
laboratorium
.
 Demam tinggi mendadak tanpa sebab
yang jelas berlangsung terus menerus
selama 2 – 7 hari disertyai manifestasi
pendarahan
 Uji Tourniquit positif
 Jumlah trombosit < 100.000/Ml
Demam
Berdarah
.
 Cara Penularannya :
 Seseorang yang dalam darahnya
mengandung virus dengue merupakan
sumber penularan DBD
 Penulannya melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegipty yang mengandung virus
Dengue
Demam
Berdarah
Tempat potensial bagi penularan
Demam Berdarah
 Wilayah yang banyak kasus DBD
(endemis)
 Tempat-tempat umum (berkumpulnya
orang-orang)
a. Sekolah
b. Rumah sakit/Puskesmas
c. Tempat umum lainnya (hotel
pertokoan, pasar dalainnya
 Pemukiman baru
Mengenal nyamuk penular
penyakit Demam Berdarah
 Aedes Aegypti mengalami metamorfosa
sempurna ( telur, jentik, kepompong dan
nyamuk)
 Tempat perkembangbiakannya
A. Tempat penampungan air untuk keperluan
sehari-harinya )drum, bak mandi, dsb)
b. TPA bukan untuk keperluan sehari-harinya
(tpt minum burung, vas bunga barang bekas,
c. Tempat penampungan air alamiah (lobang
batu, lobang pohon, pelepah daun, potongan
bambu dll)
Perilaku Nyamuk
 Nyamuk Aedes Aegypti jantan mengisap cairan
tumbuh-tumbuhan atau sari bunga, sedangkan
betina mengisap darah
 Aktivitas menggigit nyamuk betina mulai pagi
sampai petang hari
a. pagi puncaknya pukul 9.00 – 10.00.
b. Petang puncaknya pukul 16.00 – 17.00.
Dapat hidup sampai ketinggian 1000 meter dari
permukaan laut
Kriteria KLB DBD:
Adanya peningkatan kasus dikelurahan
atau wilayah yang lebih luas dua kali
atau lebih dalam kurun satu
minggu/bulan dibandingkan dengan
minggu/bulan sebelumnya
Setiap diketahui adanya penderita DBD,
segera ditindaklanjuti dengan kegiatan
1. Penyelidikan Epidemiologis ( PE)
2. Penanggulangan Fokus
Bagan Penanggulangan Fokus DBD di Lapangan
Ya TIDAK
Penderita DBD
Penyelidikan Epidemiologi
Ditemukan 1 atau lebih penderita DBD lainnya dan /atau
3 orang atau lebih tersangka DBD dan ditemukan jentik _> 5 %
1. PSN
2. Larvasidasi
3. Penyuluhan
4. Pengasapan radius 200 m
PSN DBD
Larvasidasi
• Penyuluhan
Penyelidikan Epidemiologi DBD
 Dilakukan dilokasi tempat tinggal penderita dan
rumah bangunan lainnya dengan radius 100
meter (kurang lebih 20)
 Bila penderita siswa sekolah maka PE
dilakukan juga disekolah yang bersangkutan
.
.
Emerging
Infectious
Diseases
Emerging Infectious Diseases
 Berpotensi menimbulkan KLB/pandemi
 Pada umumnya disebabkan oleh virus
 Merupakan Penyakit Infeksi
 Meningkat secara tiba-tiba /mendadak
 Muncul pada area geogravis yang baru
 Pada prode tertentu bersifat Re-Emerging
Jenis Penyakit EID
 SARS
 Avian Influenza
 Japanese encephalitis
 Leptospirosis
 HIV/AIDS
 DHF
 Malaria
 dll
Historis menunjukan
 Negara-negara sedang berkembang
merupakan tempat perkembangan EID
 Dimungkinkan karena adanya faktor :
a. Faktor kemiskinan
b. Kepadatan penduduk
c. Urbanisasi
d. Kelemahan infrastruktur sistim kesehatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kerentanan penyebaran EID
 Demografi Pertumbuhan pddk dunia 77 juta/tahun,
umur harapan hidup meningkat (kan meningkatkan
kerentanan
 Perjalanan internasional (Spanish flu menyebar
kedunia < 12 bl, flu hongkong < 6 bln
 Sosio ekonomi – kemiskinan
 Lingkungan (Air bersih, Personal hygiene, hidup
bersama hewan, pemanasan global, perubahan iklim.
Catatan : Pemanasan Global akan meningkatkan suhu
1 – 4 oC (Perkembangan parasit malaria & DHF juga
meningkat)
Avian Influenza Vs Swine Flu
( H5N1 ) ( H1 N1)
 Insiden Rendah, CFR
tinggi
 CFR dunia 53,3 % dan
Indonesia > 80 %
 Diyakini bersumber
dari unggas kemanusia
 Dikhawatirkan terjadi
reasortment
 Insiden tinggi, CFR
rendah
 CFR Dunia 0,42 %
 Penularan human to
human
 Dapat menimbulkan
Pandemi Influenca
Influenza Virus Type A & B
Secara umum hanya
menyebabkan epidemi yang
tidak begitu parah (sedang)
Bisa menyebabkan epidemi
dan juga pandemi (epidemi
yang mendunia)
Hanya menjangkiti manusiaBisa berjangkit di manusia
dan juga hewan (misalnya :
unggas)
Secara umum tidak berakibat
parah (sedang) tapi terkadang
juga bisa menjadi parah
Bisa mengakibatkan
penyakit yang parah
Tipe BTipe A
VIRUS INFLUENZA
 TIPE A
 Subtipe H1 – 15, N 1 - 9
 Manusia dan hewan
 Pandemi (H1N1, H2N2, H3N2)
 TIPE B
 Epidemi pada manusia, tidak pandemi
 TIPE C
 Sakit ringan pada manusia, tidak
menimbulkan pandemi/epidemi
.
 Pandemi Influenza dapat menjangkit diseluruh
dunia termasuk Indonesia (WHO)
 Pengalaman tragis Spanish Flu, Flu Asia, Flu
Hongkong
 EPI kemungkinan terjadi disemua negara
terkena infeksi Flu Burung
 Kekhawatiran mutasi genetic (Reassorment)---
Human to Human
 IHR 2005 virus influenza pada manusia harus
dlaporkan ke WHO dlm 24 jam (dikategorikan
keadaan darurat kesmasy (PHEIC)
.
Gambaran Resiko
 Pandemi Influenza (Spanish Flu), Asian Flu, dan
Flu Hongkong
 Kasus Avian Influenza di Indonesia
(2003) 135 kasus dan 110 org meninggal
(2005) Angka konfirmasi positif flu burung pada
manusia, CFR Indonesia> 80 %). Dan Dunia relati
tinggi CFR 63, % (kisaran 33,3 – 100 %.)
Januari 2009 terdapat 139 kasus konfirmasi
dengan 113 kematian
Kekhawatiran reassoment dan penularan human
to human.
I. PENGERTIAN
 Flu Burung pada manusia adalah penyakit
menular akut yang disebabkan oleh virus
influenza type A (H5N1)yang berasal dari
unggas (penyakit zoonotik).
 Infeksi yang disebabkan oleh virus influenza (flu)
avian (burung).
 Virus flu ini terdapat secara alami pada burung.
Burung-burung liar diseluruh dunia mengandung
virus ini dalam saluran pencernaannya, tanpa
menjadi sakit.
Kasus Suspek
 Seseorang menderita demam/ panas ≥ 38°C disertai
satu atau lebih gejala : batuk, sakit tenggorokan, pilek,
nafas pendek/sesak nafas ( ILI)
Disertai satu atau lebih keadaan di bawah ini :
 pernah kontak dengan unggas (ayam, itik, burung)
sakit/mati mendadak yang belum diketahui
penyebabnya serta produk mentahnya (telor, jeroan)
dan kotorannya dalam 7 hari terakhir sebelum timbul
gejala di atas
 pernah tinggal di lokasi yang terdapat kematian
unggas yang tidak biasa dalam 7 hari terakhir
sebelum timbul gejala di atas
 pernah kontak dengan penderita AI konfirmasi dalam
7 hari terakhir sebelum timbul gejala di atas
Kasus Konfirmasi
 Kasus suspek atau probabel dengan satu atau
lebih keadaan di bawah ini :
 PCR Kultur virus Influenza A H5N1 positif
 Influenza A H5N1 positif
 Pada Imunofluorescence (IFA) test ditemukan
antibodi positif dengan menggunakan antigen
monoklonal Influenza A H5N1
 Kenaikan titer antibodi spesifik Influenza H5N1
sebanyak minimal 4 kali dalam serum sepasang
(paired serum) menggunakan microneutralization
test
90
RESIKO PADA MANUSIA
 Secara umum sangat rendah
 Meningkat selama terjadi ledakan kasus
pada ternak
 Sejauh ini belum ada BUKTI KUAT penularan
dari manusia ke manusia
 Kelompok beresiko : orang yang kontak erat
dengan unggas yang telah terinfeksi
91
HUMAN CASES OF AI
 ASIA : Hongkong 1997
 INDONESIA :
Kasus pertama : di Tangerang pada
seorang ayah & 2 anak perempuannya.
 SUMBAR :
Kasus pertama (+) Maret 2006 (dari
Jakarta) :  sehat. Sampai sekarang
hanya ada 5 kasus yang positif. (2009)
GEJALA DAN CARA PENULARAN AI
 Gejala:
- Demam >38 C°
- Batuk, pilek, sesak nafas, nyeri, lemas & dlm
waktu dekat Pneomonia
 Kontak dengan unggas sakit/mati.
 Gejala klinis mirip dengan Influenza musiman
 Pemeriksaan laboratorium untuk memastikan
penyakit
93
II. ETIOLOGI DAN SIFAT
 Etiologi penyakit ini adalah virus influenza.
 Dikenal beberapa tipe Virus influenza, yaitu;
tipe A, tipe B dan tipe C. Virus Inluenza tipe A
terdiri dari beberapa strain, yaitu; H1N 1,
H3N2, H5N1, H7N7, H9N2 dan lain-lain.
 Saat ini, penyebab flu burung adalah Highly
Pothogenic Avian Influenza Virus, strain H5N1
(H=hemagglutinin; N= neuraminidase). Hal ini
terlihat dari basil studi yang ada menunjukkan
bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus
Influenza A (H5N1) dengan jumlah besar
dalam kotorannya.
.
 Strain paling virulen penyebab Avian Influenza
adalah strain H5N1.
 Hasil studi menunjukkan bahwa unggas sakit
(oleh Influenza A H5N1) dapat mengeluarkan
virus dengan jumlah besar dalam kotorannya.
 Virus tersebut dapat bertahan hidup di air
sampai 4 hari pada suhu 22 °C dan lebih dari
30 hari pada 0ºC.
 Di dalam tinja unggas dan tubuh unggas sakit
dapat bertahan lebih lama, tetapi mati pada
pemanasan 60ºC selama 30 menit
95
III. MASA INKUBASI
 Masa inkubasi virus influenza bervariasi
antara 1 – 7 hari.
 Pada anak-anak bisa sampai 21 hari
96
IV. SUMBER PENULARAN
o Penularan Flu burung (H5N1) pada unggas terjadi
secara cepat dengan kematian tinggi.
o Penyebaran penyakit ini terjadi diantara populasi
unggas satu pertenakan, bahkan dapat menyebar
dari satu pertenakan ke peternakan daerah lain.
o Sedangkan penularan penyakit ini kepada manusia
dapat melalui udara yang tercemar virus tersebut,
baik yang berasal dari tinja atau sekreta unggas
terserang Flu Burung.
97
V. Cara Penularan
Penyakit ini menyerang manusia melalui :
o kontak langsung dengan sekreta/tinja unggas yang
terinfeksi.
o udara yang tercemar virus tersebut yang berasal
dari tinja atau sekreta unggas yang terinfeksi,
o atau kontak dengan benda yang terkontaminasi
virus Avian Influenza.
o Belum ada bukti kuat penularan dari manusia ke
manusia  namun kewaspadaan tetap terus
diupayakan.
98
VI. UPAYA PENCEGAHAN
 Upaya pencegahan penularan, :
 Setiap berhubungan dengan bahan yang berasal
dari saluran cerna unggas harus menggunakan
pelindung (masker, kacamata renang)
 Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas
seperti tinja harus ditatalaksana dengan baik (
ditanam / dibakar) agar tidak menjadi sumber
penularan.
 Alat-alat yang dipergunakan dalam peternakan
harus dicuci dengan desinfektan
 Mengkonsumsi daging ayam yang telah dimasak
pada suhu 80°C selama 1 menit, sedangkan telur
unggas perlu dipanaskan pada suhu 64°C
selama 5 menit.
 Melaksanakan kebersihan lingkungan.
 Melakukan kebersihan diri.
99
Kelompok risiko tinggi yang perlu
diwaspadai:
o Pekerja peternakan/pemrosesan unggas
(termasuk dokter hewan/Ir peternakan)
o Pekerja laboratorium yang memproses sampel
pasien/unggas terjangkit
o Pengunjung peternakan/pemrosesan unggas
(dlm 1 minggu terakhir)
o Kontak dengan penderita flu burung
100
PENCEGAHAN BAGI YANG
BERESIKO
o Cuci tangan sesering mungkin dg desinfektan
(alkohol 70%)
o APD (sarung tangan,kacamata,masker dll)
o Vaksinasi virus flu manusia
o Menghindari tempat jangkitan (peternakan unggas
dll)
o Pengamatan kesehatan secara pasif bagi yang
beresiko/terpapar dan keluarganya: tanda
gangguan sal pernapasan, demam
o Serosurvai bagi yang terpapar
o Berikan antiviral (oseltamivir 1x75 mg selama 1
minggu)
SEKIAN & TERMA KASIH

More Related Content

What's hot

Pengantar Epidemiologi
Pengantar EpidemiologiPengantar Epidemiologi
Pengantar EpidemiologiSariana Csg
 
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologiSyahrum Syuib
 
Langkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabahLangkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabahrickygunawan84
 
Epidemiologi Dekskriptif
Epidemiologi DekskriptifEpidemiologi Dekskriptif
Epidemiologi Dekskriptifdahlia_purba
 
Materi pengantar-epidemiologi1
Materi pengantar-epidemiologi1Materi pengantar-epidemiologi1
Materi pengantar-epidemiologi1dwihelynarti78
 
Dasar2 epid jafung epid nov 2020 (1)(1)
Dasar2 epid jafung epid nov 2020 (1)(1)Dasar2 epid jafung epid nov 2020 (1)(1)
Dasar2 epid jafung epid nov 2020 (1)(1)BidangTFBBPKCiloto
 
Konsep dasar epidemiologi
Konsep dasar epidemiologiKonsep dasar epidemiologi
Konsep dasar epidemiologiAnggita Dewi
 
Penyakit penyikit potensial wabah
Penyakit penyikit potensial wabahPenyakit penyikit potensial wabah
Penyakit penyikit potensial wabahHMRojali
 
Kuliah dasar epid ( rangkuman).
Kuliah dasar epid ( rangkuman).Kuliah dasar epid ( rangkuman).
Kuliah dasar epid ( rangkuman).Junaidin Saputra
 
Prinsip prinsip epidemiologi
Prinsip prinsip epidemiologiPrinsip prinsip epidemiologi
Prinsip prinsip epidemiologiGunk Arie'sti
 
Pengantar Epidemiologi
Pengantar EpidemiologiPengantar Epidemiologi
Pengantar EpidemiologiAnis Istiqomah
 
Penyelidikan Wabah
Penyelidikan WabahPenyelidikan Wabah
Penyelidikan Wabahpie-pien
 
Bentuk Desain Penelitian Epidemiologi
Bentuk Desain Penelitian EpidemiologiBentuk Desain Penelitian Epidemiologi
Bentuk Desain Penelitian EpidemiologiWiandhariEsaBBPKCilo
 
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one healthPenerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one healthAnggita Dewi
 
Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klb
Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klbPenyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klb
Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klbHMRojali
 

What's hot (20)

Pengantar Epidemiologi
Pengantar EpidemiologiPengantar Epidemiologi
Pengantar Epidemiologi
 
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi
08. ukuran ukuran dasar dalam epidemiologi
 
Langkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabahLangkah langkah investigasi klb wabah
Langkah langkah investigasi klb wabah
 
Epidemiologi Dekskriptif
Epidemiologi DekskriptifEpidemiologi Dekskriptif
Epidemiologi Dekskriptif
 
Materi pengantar-epidemiologi1
Materi pengantar-epidemiologi1Materi pengantar-epidemiologi1
Materi pengantar-epidemiologi1
 
Dasar2 epid jafung epid nov 2020 (1)(1)
Dasar2 epid jafung epid nov 2020 (1)(1)Dasar2 epid jafung epid nov 2020 (1)(1)
Dasar2 epid jafung epid nov 2020 (1)(1)
 
Epidemiologi
EpidemiologiEpidemiologi
Epidemiologi
 
Epidemiologi
EpidemiologiEpidemiologi
Epidemiologi
 
Konsep dasar epidemiologi
Konsep dasar epidemiologiKonsep dasar epidemiologi
Konsep dasar epidemiologi
 
Penyakit penyikit potensial wabah
Penyakit penyikit potensial wabahPenyakit penyikit potensial wabah
Penyakit penyikit potensial wabah
 
Kuliah dasar epid ( rangkuman).
Kuliah dasar epid ( rangkuman).Kuliah dasar epid ( rangkuman).
Kuliah dasar epid ( rangkuman).
 
Prinsip prinsip epidemiologi
Prinsip prinsip epidemiologiPrinsip prinsip epidemiologi
Prinsip prinsip epidemiologi
 
Penyebaran penyakit ppt
Penyebaran penyakit pptPenyebaran penyakit ppt
Penyebaran penyakit ppt
 
Konsep epidemiologi
Konsep epidemiologiKonsep epidemiologi
Konsep epidemiologi
 
Pengantar Epidemiologi
Pengantar EpidemiologiPengantar Epidemiologi
Pengantar Epidemiologi
 
Epidemiologi klp1
Epidemiologi klp1Epidemiologi klp1
Epidemiologi klp1
 
Penyelidikan Wabah
Penyelidikan WabahPenyelidikan Wabah
Penyelidikan Wabah
 
Bentuk Desain Penelitian Epidemiologi
Bentuk Desain Penelitian EpidemiologiBentuk Desain Penelitian Epidemiologi
Bentuk Desain Penelitian Epidemiologi
 
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one healthPenerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
Penerapan epidemiologi berbasis pendekatan one health
 
Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klb
Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klbPenyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klb
Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan klb
 

Similar to EPIDEMI SEBAGAI ALAT PENUNJANG PENANGGULANGAN PENYAKIT

Edit pengantar epid dasar jafung epid nov 2020(1)
Edit pengantar epid dasar jafung epid nov 2020(1)Edit pengantar epid dasar jafung epid nov 2020(1)
Edit pengantar epid dasar jafung epid nov 2020(1)BidangTFBBPKCiloto
 
Pengantar epidemiologi
Pengantar epidemiologiPengantar epidemiologi
Pengantar epidemiologiNova Ci Necis
 
Dasar dasar epidemologi
Dasar dasar epidemologiDasar dasar epidemologi
Dasar dasar epidemologiFlower Flower
 
1 pengertian epid
1 pengertian epid1 pengertian epid
1 pengertian epiddesymukti
 
pengantar epidemilogi
pengantar epidemilogipengantar epidemilogi
pengantar epidemilogiRai Syifa
 
Dasar_Epid_TM_3_19032020.pptx
Dasar_Epid_TM_3_19032020.pptxDasar_Epid_TM_3_19032020.pptx
Dasar_Epid_TM_3_19032020.pptxAlfrianaMargareta
 
01.pengantar-epidemiologi.pptx
01.pengantar-epidemiologi.pptx01.pengantar-epidemiologi.pptx
01.pengantar-epidemiologi.pptxRoniIrawan15
 
Dasar_Dasar_Epidemiologi.ppt
Dasar_Dasar_Epidemiologi.pptDasar_Dasar_Epidemiologi.ppt
Dasar_Dasar_Epidemiologi.pptHeppySetyaprima3
 
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdf
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdfMI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdf
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdfAsepSaefunnajat
 
Surveillans epidemiologi
Surveillans epidemiologiSurveillans epidemiologi
Surveillans epidemiologiraysa hasdi
 
MPI 1 Surveilans Penyakit Menular Potensial KLB - Wabah
MPI 1 Surveilans Penyakit Menular Potensial KLB - Wabah MPI 1 Surveilans Penyakit Menular Potensial KLB - Wabah
MPI 1 Surveilans Penyakit Menular Potensial KLB - Wabah Oktarina Permatasari
 
Materi inti 13 determinan kesehatan
Materi inti 13 determinan kesehatanMateri inti 13 determinan kesehatan
Materi inti 13 determinan kesehatanTini Wartini
 
KP 4.3.2.5 - Wabah dan KLB.pdf
KP 4.3.2.5 - Wabah dan KLB.pdfKP 4.3.2.5 - Wabah dan KLB.pdf
KP 4.3.2.5 - Wabah dan KLB.pdfandrekesuma1
 

Similar to EPIDEMI SEBAGAI ALAT PENUNJANG PENANGGULANGAN PENYAKIT (20)

Edit pengantar epid dasar jafung epid nov 2020(1)
Edit pengantar epid dasar jafung epid nov 2020(1)Edit pengantar epid dasar jafung epid nov 2020(1)
Edit pengantar epid dasar jafung epid nov 2020(1)
 
Pengantar epidemiologi
Pengantar epidemiologiPengantar epidemiologi
Pengantar epidemiologi
 
Dasar dasar epidemologi
Dasar dasar epidemologiDasar dasar epidemologi
Dasar dasar epidemologi
 
1 pengertian epid
1 pengertian epid1 pengertian epid
1 pengertian epid
 
pengantar epidemilogi
pengantar epidemilogipengantar epidemilogi
pengantar epidemilogi
 
Dasar_Epid_TM_3_19032020.pptx
Dasar_Epid_TM_3_19032020.pptxDasar_Epid_TM_3_19032020.pptx
Dasar_Epid_TM_3_19032020.pptx
 
Epidemiologi
EpidemiologiEpidemiologi
Epidemiologi
 
EPIDEMILOGI
EPIDEMILOGIEPIDEMILOGI
EPIDEMILOGI
 
MPI 2 Penyelidikan epidemiologi
MPI 2 Penyelidikan epidemiologi MPI 2 Penyelidikan epidemiologi
MPI 2 Penyelidikan epidemiologi
 
Epidemiologi HAIS.pptx
Epidemiologi HAIS.pptxEpidemiologi HAIS.pptx
Epidemiologi HAIS.pptx
 
01.pengantar-epidemiologi.pptx
01.pengantar-epidemiologi.pptx01.pengantar-epidemiologi.pptx
01.pengantar-epidemiologi.pptx
 
2 epidemiologi ikm
2 epidemiologi ikm2 epidemiologi ikm
2 epidemiologi ikm
 
13319964.ppt
13319964.ppt13319964.ppt
13319964.ppt
 
Dasar_Dasar_Epidemiologi.ppt
Dasar_Dasar_Epidemiologi.pptDasar_Dasar_Epidemiologi.ppt
Dasar_Dasar_Epidemiologi.ppt
 
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdf
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdfMI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdf
MI-1 Konsep Dasar Epidemiologi.pdf
 
Surveillans epidemiologi
Surveillans epidemiologiSurveillans epidemiologi
Surveillans epidemiologi
 
MPI 1 Surveilans Penyakit Menular Potensial KLB - Wabah
MPI 1 Surveilans Penyakit Menular Potensial KLB - Wabah MPI 1 Surveilans Penyakit Menular Potensial KLB - Wabah
MPI 1 Surveilans Penyakit Menular Potensial KLB - Wabah
 
Materi inti 13 determinan kesehatan
Materi inti 13 determinan kesehatanMateri inti 13 determinan kesehatan
Materi inti 13 determinan kesehatan
 
KP 4.3.2.5 - Wabah dan KLB.pdf
KP 4.3.2.5 - Wabah dan KLB.pdfKP 4.3.2.5 - Wabah dan KLB.pdf
KP 4.3.2.5 - Wabah dan KLB.pdf
 
Modul 2 kb 1
Modul 2 kb 1Modul 2 kb 1
Modul 2 kb 1
 

More from nesyaazzura

Dasar-Dasar Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Dasar-Dasar Administrasi dan Kebijakan KesehatanDasar-Dasar Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Dasar-Dasar Administrasi dan Kebijakan Kesehatannesyaazzura
 
Promosi Kesehatan
Promosi KesehatanPromosi Kesehatan
Promosi Kesehatannesyaazzura
 
Pengelolaan Sumber Daya Air oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Si
Pengelolaan Sumber Daya Air oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.SiPengelolaan Sumber Daya Air oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Si
Pengelolaan Sumber Daya Air oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Sinesyaazzura
 
Sanitasi Penyehatan Makanan
Sanitasi Penyehatan MakananSanitasi Penyehatan Makanan
Sanitasi Penyehatan Makanannesyaazzura
 
Pencemaran lingkungan oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Si
Pencemaran lingkungan oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.SiPencemaran lingkungan oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Si
Pencemaran lingkungan oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Sinesyaazzura
 
Penyediaan Air Bersih Masyarakat ( Pendekatan Partisipatif )
Penyediaan Air Bersih Masyarakat ( Pendekatan Partisipatif )Penyediaan Air Bersih Masyarakat ( Pendekatan Partisipatif )
Penyediaan Air Bersih Masyarakat ( Pendekatan Partisipatif )nesyaazzura
 
Penyediaan Air Bersih
Penyediaan Air BersihPenyediaan Air Bersih
Penyediaan Air Bersihnesyaazzura
 
Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan LingkunganPerencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungannesyaazzura
 

More from nesyaazzura (8)

Dasar-Dasar Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Dasar-Dasar Administrasi dan Kebijakan KesehatanDasar-Dasar Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Dasar-Dasar Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
 
Promosi Kesehatan
Promosi KesehatanPromosi Kesehatan
Promosi Kesehatan
 
Pengelolaan Sumber Daya Air oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Si
Pengelolaan Sumber Daya Air oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.SiPengelolaan Sumber Daya Air oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Si
Pengelolaan Sumber Daya Air oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Si
 
Sanitasi Penyehatan Makanan
Sanitasi Penyehatan MakananSanitasi Penyehatan Makanan
Sanitasi Penyehatan Makanan
 
Pencemaran lingkungan oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Si
Pencemaran lingkungan oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.SiPencemaran lingkungan oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Si
Pencemaran lingkungan oleh Dodi Mofiar, S.KM., M.Si
 
Penyediaan Air Bersih Masyarakat ( Pendekatan Partisipatif )
Penyediaan Air Bersih Masyarakat ( Pendekatan Partisipatif )Penyediaan Air Bersih Masyarakat ( Pendekatan Partisipatif )
Penyediaan Air Bersih Masyarakat ( Pendekatan Partisipatif )
 
Penyediaan Air Bersih
Penyediaan Air BersihPenyediaan Air Bersih
Penyediaan Air Bersih
 
Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan LingkunganPerencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
Perencanaan dan Evaluasi Program Kesehatan Lingkungan
 

Recently uploaded

Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 

Recently uploaded (20)

Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 

EPIDEMI SEBAGAI ALAT PENUNJANG PENANGGULANGAN PENYAKIT

  • 1. . .
  • 3. EPIDEMIOLOGI  epi – Pada atau tentang  Demos = Penduduk  Logos = Ilmu  Ilmu yang mempelajari tentang frekwensi dan penyebaran masalah kes pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya
  • 4. Jenis Epidemiologi  Epidemiologi Diskriptif Mempelajari ttg frekwensi dan penyebaran masalah kes. Tanpa memandang mencari jawabannya terhadap faktor-faktor penyebab.  Epidemiologi Analityc Mencakup pencarian jawaban terhadap penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran serta munculnya masalah kesehatan.
  • 5. .Penelitian Epidemiologi Diskriptif Penelitian Epidemiologi Analitic 1. Hanya menjelaskan keadaan suatu masalah kesehatan (Who,Where,When) 2. Pengumpulan, pengolahan, dan interprestasi data hanya pada satu kelp masy saja 3. Tidak bermaksud membuktikan suatu hypotesa Menjelaskan suatu masalah kesehatan timbul dimasyarakat Pengumpulan, pengolahan, dan interprestasi data dilakukan terhadap dua kelp masy Bermaksud membuktikan hypotesa
  • 6. . E P I D E M I O L O G I Frekwensi Menemukan Maslah Kes Mengukurmasalah Kes Penyebaran Dikelompokan menurut Ciri-ciri man Tempat Waktu Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Merumuskan Hypotesa Uji Hypotesa Tarik kesimpulan EPIDEMIOLOGI DISKRIPTIF EPIDEMIOLOGI ANALITIK
  • 7. Penelitian Epidemiologi Analityc  Bersifat Observasi (Non Eksperimental) a. Penelitian Kohort b. Penelitian Kasus Kontrol  Bersifat intertvensi (Eksperimental) a. Penelitian eksperimen
  • 8. A. Frekwensi Kasus Frekw Kejadian kasus/masalah kes adalah keterangan tentang banyaknya masalah/kejadian kasus yang ditemukan pada masyarakat/kelp manusia Menemukan masalah kes.dengan pencarian kasus (case finding) a. Active case finding (Survailance Aktif) b. Pasif case finding (Survailance pasif)
  • 9. B. Penyebaran kasus/masalah Kes  Keterangan banyaknya kasus yang ditemukan pada sekelompok manusia yang diperinci menurut keadaan tertentu a. Person (ciri-ciri orang/ Jenis kelamin umur dan suku/ras) b. Place (tempat) Kenapa kejadian kasus banyak pada deaerah tsb, knp bukan pada daerah lain c.Time (waktu ) kasus tersebut banyak ditemukan musim hujan atau pada musim panas
  • 10. Ruang Lingkup  Subjek & Objek Epidemiologi adalah masalah kesehatan (Peny.Menular, Tidak Menular masalah kesehatan masy  Masalah kesehatan dimaksud ditemukan pada sekelompok manusia  Dalam merumuskan penyebab diperlukan data frekwensi & penyebaran masalah kesehatan
  • 11. Manfaat  Membantu pekerjaan administrasi kes  Dapat menerangkan penyebab suatu masalah kesehatan  Dapat menerangkan perkembangan alamiah penyakit  Dapat menerangkan keadaan suatu masalah kesehatan
  • 12. .  Angka mutlak (Jumlah penderita DBD di kota Bukittinggi tahun 2009 adalah 171 orang.  Ratio (Perbandingan suatu kejadian dngan kejadian/event lainnya Ratio = Jml Pristiwa A/ Jml Pristiwa B Contoh : Perbandingan penderita penyakit TBC di daerah X adalah 0.33  Rate (Perbandingan suatu peristiwa dibagi dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena kejadian tersebut /population at risk). Mengukur masalah kesehatan (angka mutlak, Ratio dan rate )
  • 13. Pengukuran masalah kesehatan  Penyakit 1. Insiden (insiden rate, attack rate) 2. Prevalence rate  Kematian 1. Crude death rate 2. Infant Mortality rate 3. Maternal mortality rate 4. Case Fatality rate 5. dsb
  • 14. Insidens Rate  Jml Penderita baru suatu penyakit dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tsb  Insiden rate = Jml pend baru . x K Population at risk
  • 15. Attack Rate (Angka Serang)  Jml Penderita baru suatu penyakit pada suatu saat dibandingkan dengan jumlah penduduk yang mungkin terkena penyakit baru tsb  Sering digunakan saat terjadinya KLB (Epidemi)  Attack = Jml pend baru pd satu saat . x 100 % Rate Population at risk
  • 16. APA YANG DIMAKSUD DENGAN “KASUS BARU”  ADALAH PASIEN DATANG BEROBAT DENGAN DIAGNOSIS PENYAKIT YANG TIDAK SAMA DENGAN DIAGNOSA PENYAKIT PADA KUNJUNGAN SEBELUMNYA  ATAU  PASIEN DATANG BEROBAT DENGAN DIAGNOSIS PENYAKIT YANG SAMA DENGAN KUNJUNGAN SEBELUMNYA TETAPI SUDAH PERNAH SEMBUH
  • 17. Case Fatality Rate  Jumlah seluruh kematian karena penyakit X dibandingkan dengan jumlah kasus/ seluruh penderita penyakit tersebut  CFR = Jml Kematian X 100 % Jml penderita
  • 18. .  Endemi Suatu masalah kesehatan (umumnya penyakit) frekuensi pada suatu wilayah tertentu menetap pada waktu yang lama  Sporadik Umumnya penyakit yang ada disuatu wilayah tertentu frekuensinya berubah- rubah menurut perubahan waktu Pengertian Masalah Kesehatan
  • 19. .  Epidemi (KLB) Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya) penyakit yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat berada dalam frekuensi yang meningkat  Pandemi Keadaan dimana suatu masalah kesehatan (umumnya) penyakit frekuensinya dlm waktu yang singkat memperlihatkan peningkatan yg amat tinggi serta penyebaran telah amat meluas
  • 20. Kurve Epidemi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Week Cases Propagated source: kasus sekunder dan tersier (misal, hepatitis A)
  • 21. Kurve Epidemi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Week Cases Common Source: pajanan tunggal, tidak ada kasus sekunder (misal, campak)
  • 23. Definisi Surveilans (SK.Menkes 1116/2003) Pengamatan terus menerus dan dilaksanakan secara sistematis terhadap penyakit atau masalah kesehatan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya agar dapat dilakukan tindakan perbaikan atau penelitian, melalui kegiatan : 1. Pengumpulan data 2. Pengolahan dan analisis/ interpretasi data, 3. Desiminasi informasi dan 4. Komunikasi keberbagai pihak terkait
  • 24. Tersedianya data, informasi epidemiologi sebagai dasar manajemen kesehatan utk pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan,pemantauan, evaluasi program kes & peningkatan kewaspadaan serta respon KLB cepat, & tepat TUJUAN SURVEILANS ( Permenkes 1479/ 2003)
  • 26. .  MOBILISASI MANUSIA DAN BARANG ANTAR NEGARA DI DUNIA YG TINGGI  ANCAMAN PENULARAN  ANCAMAN PERUBAHAN IKLIM GLOBAL  GLOBAL WARMING  PERUBAHAN POLA PENYAKIT MAUPUN JENIS PENYAKIT.  ANCAMAN PENYAKIT BARU “NEW EMERGING DESEASES”  FLU BURUNG. Saat ini telah terjadi pandemi H1N1  MASIH BANYAK JENIS PENYAKIT POTENSIAL WABAH/ KLB DI INDONESIA MISAL: DBD, MALARIA, CAMPAK, RABIES, ANTRAKS, DIARE, KOLERA, DIFTERI, DISENTRI, DLL.
  • 27. MENGAPA PERLU SISTEM KEWASPADAAN DINI & RESPONS?  KOMITMEN GLOBAL: ERADIKASI POLIO, REDUKSI CAMPAK, ELIMINASI TN.  IHR 2005  SUATU NEGARA HARUS MENGEMBANGKAN, MEMPERKUAT, DAN MEMELIHARA KEMAMPUAN UNTUK MENDETEKSI, MENILAI, DAN MELAPORKAN KEJADIAN SEBAGAIMANA DITETAPKAN DALAM LAMPIRAN 1 IHR (PHEIC) SEDINI MUNGKIN
  • 28. TUJUAN SISTEM PERINGATAN DINI & RESPONS?  Menyelenggarakan Deteksi Dini KLB bagi penyakit menular.  Stimulasi dalam melakukan pengendalian KLB penyakit menular.  Meminimalkan kesakitan/kematian yang berhubungan dengan KLB.  Memonitor kecenderungan penyakit menular.  Menilai dampak program pengendalian penyakit yang spesifik.
  • 29. APA ITU SKD DAN RESPONS?  Sistem yang memantau perkembangan trend suatu penyakit menular potensial KLB/wabah dari waktu ke waktu dan memberikan sinyal peringatan bila kasus tersebut melebihi nilai ambang batasnya sehingga mendorong untuk melakukan respons  Selama ini kita menggunakan istilah W2 (laporan mingguan)
  • 30. Jejaring SE Akan Berjalan Dengan Baik Bila 1. Kepercayaan (trust), informasi akurat dan harus dipercaya 2. Pemahaman yang sama atas peran unit surveilans epidemiologi 3. Kesetaraan sesama unit surveilans epidemiologi / setiap unit merasa tidak membawahi atau dibawahi surveilans epidemiologi yang lain.
  • 31. .
  • 33. Macam Penyakit Menular  Penyakit karantina (kholera, Pes, Poliomyelitis & Dipteri)—UU No.1 & 2 1962.  Penyakit menular dengan potensi wabah /KLB tinggi (Diare, campak, DHF, pertusis, rabies, Influenza (H5N1,H1N1).  Penyakit potensial dengan potensi wabah/KLB rendah ( Malaria, meningitis, Keracunan, Tetanus, Tiphus abdomenalis  Penyakit menular yang tidak/kurang berpotensi wabah ( TBC, Syphilis, cacing, lepra, dsb)
  • 34. Sifat yang dimilikiBibit penyakit (Mikroorganisme)  Patogenisti (Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi/penyakit (Diseases stimulus)  Virulensi (Ukuran keganasan atau derajat kerusakan yanmg ditimbulkan oleh bibit penyakit  Antigenesti (kemampuan bibit penyakit merangsang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh  Infectivi (kemampuan bibit penyakit mengadakan invansi dan menyesuaikan diri/berkembang biak pada manusia
  • 35. KLB Atau Wabah tergantung sifatnya terbagi :  Point Source Epidemic ( Common Source Epidemic)  Contagious epidemic (Propagated epidemic
  • 36. KLB Atau Wabah tergantung sifatnya terbagi :  Point Source Epidemic ( Common Source Epidemic) a. Timbul gejala penyakit yang cepat b. Masa inkubasi pendek c. Episode penyakit merupakan pristiwa tunggal d. Waktu munculnya penyakit jelas e. lenyapnya penyakit dalam waktu yang cepat Contoh : Keracunan Makanan
  • 37. KLB Atau Wabah tergantung sifatnya terbagi :  Contagious epidemic /Propagated epidemic a. Onset penyakit yang pelan b. Masa inkubasi penyakit yang panjang c. Episode penyakit yang bersifat majemuk d. Waktu munculnya penyakit tidak jalas e. lenyapnya penayakit dalam waktu yang lama
  • 38. Faktor yang mempengaruhi KLB  Faktor herd imunity yang terdapat pada pejamu (host)  Faktor patogenisiti pada bibit penyakit  Faktor lingkungan yang buruk terdapat pada lingkungan
  • 39. 1. Herd Immunity  Herd immunity Kekebalan masyarakat (adalah daya tahan tubuh masyarakat terhadap penyebaran penyakit infeksi  Berapa % cakupan imunisasi  % Self Efficacy  Perkiraan rentan terhadap suatu kasus
  • 40. Bagan Perhitungan terbentuk kekebalan campak berdasarkan cakupan imunisasi cakupan campak 80 % Vaccine Efficacy 85 % 340.000 Kebal 160.000 Rentan Population Immunity. = 68 % 500.000 Bayi Lahir 400.000 divaksinasi 100.000 tidak divaksinasi 340.000 Kebal 60.000 divaksin Tapi tdk kebal
  • 41. 2. Patogenisiti  Patogenisiti adalah kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada penjamu sehingga timbul sakit  Patogenisiti = Jumlah yang sakit Jml org yang kontak  High pathogenicity ( Small Fox/cacar) yakni hampir setiap orang yang kontak dengan penyakit cacar akan menjadi sakit  Low pathogenisiti (poliovirus) tdk semua orang kontak menjadi sakit
  • 42. 3. Faktor Lingkungan  Seluruh kondisi yang terdapat disekitar organisme yang mempengaruhi kehidupan & perkembangan organisme tersebut  Lingkungan terbagi (fisik, biologis dan sosial)  Masih tingginya penyakit berbasis lingkungan (umumnya penyakit menular)
  • 43. Peranan faktor lingkungan dalam menimbulkan penyakit  Predisposing factor (Faktor predisposisi  Penyebab penyakit secara langsung  Medium transmisi penyakit  Faktor yang mempengaruhi perjalanan suatu penyakit
  • 44. Faktor lingkungan sebagai Predisporsing factor  Rumah yang berhawa lembab cendrung penghuninya akan menderita penyakit TBC/TB Paru Predispocing Factor Rumah yang Berhawa lembab
  • 45. Faktor lingkungan Penyebab penyakit secara langsung  . Kebisingan Pabrik peleburan baja Ketulian Kekeruhan lensa mata Penyebab langsung Penyakit
  • 46. Fak lingkungan sbg medium transmisi penyakit  . Agent/ Penyebab Penyakit Transmis/Perantara Exp: Air M A N U S I A Sakit Diare Kholera Typus Dysentri dsb
  • 47. Faktor lingkungan yang mempengaruhi perjalanan suatu penyakit  Telah lama diketahui bahwa udara yang panas akan mempengaruhi /memperberat penderita yang sakit jantung
  • 48. Penyelidikan KLB  Penyelidikan KLB Untuk memastikan KLB, mengetahui penyebab, gambaran epidemiologi, sumber- sumber penyebaran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya Serta menetapkan cara-cara penanggulangan yang efektif dan efisien
  • 49. KRITERIA KLB (Epidemi)  Terjadinya peningkatan kasus secara bermakna/Tajam (hari,minggu, bulan)  Munculnya penyakit baru yang sebelumnya tidak ada pada suatu daerah
  • 50. W a b a h (UU No 4/1984 ttg Wabah penyakit menular)  Kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka  Yang menetapkan wilayah terjangkit wabah adalah Menteri
  • 51. . Kriteria KLB Keracunan Pangan : Terdapat 2 org atau lebih menderita sakit dengan gejala yang sama atau hampir sama pada saat yang sama atau Hampir Bersamaan setelah mengkonsumsi bahan pangan secara analisis epidemiologi terbukti sebagai sumber keracunan
  • 52. Pemahaman KLB Campak Tersangka KLB Adanya 5 atau lebih kasus klinis dalam waktu 4 minggu berturut-turut yang terjadi mengelompok dan dibuktikan dengan hubungan epidemiologi  Pasti KLB Apabila minimum 2 specimen positif IgM campak dari hasil kasus tersangka KLB
  • 53. Kriteria KLB DBD: Adanya peningkatan kasus dikelurahan atau wilayah yang lebih luas dua kali atau lebih dalam kurun satu minggu/bulan dibandingkan dengan minggu/bulan sebelumnya
  • 54. Beberapa cara dalam Penanggulangan KLB TINDAKAN CONTOH 1. Menghilangkan sumber penularan  Menjauhkan sumber penularan dr orang  Membunuh bakteri pd sumber penularan  Melakukan isolasi atau pengobatan pada orang yg diduga sbg sumber penularan 2. Memutus rantai penularan  Sterilisasi sumber penularan  Mengendalikan vektor  Peningkatan kigiene perorangan 3. Merubah respon orang terhadap penyakit  Melakukan imunisasi  Mengadakan pengobatan
  • 55. . Kriteria KLB Keracunan Pangan : Terdapat 2 org atau lebih menderita sakit dengan gejala yang sama atau hampir sama pada saat yang sama atau Hampir Bersamaan setelah mengkonsumsi bahan pangan secara analisis epidemiologi terbukti sebagai sumber keracunan KLB Keracunan Makanan
  • 56. . PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA ( KLB ) KERACUNAN PANGAN
  • 57. 1. Pemberitahuan lisan 2. Penyelidikan awal keracunan 3. Penanganan korban keracunan 4. Pengamanan sampel pangan 5. Pelaporan awal keracunan 6. Penetapan KLB Keracunan Pangan 7. Penyelidikan KLB 8. Analisa dan interprestasi data 9. Pengambilan dan pengiriman sampel pangan 10. Penyusunan Laporan RANGKAIAN PROTAP
  • 58. . PEMBERITAHUAN LISAN 1. Lokasi & Waktu Kejadian 2. Kebenaran berita keracunan (masih berlangsung & Mengarah KLB) 3. Jml orang yang mengkonsumsi pangan 4. Jml Kasus (Sakit, dirawat dan meninggal)
  • 60. . Pengamanan Sampel Pangan 1.Identifikasi jenis sampel pangan terkait keracunan ( Pangan restoran, Jasa boga, Pangan industri IRTP & Non IRTP, DLL ) 2. Kelompokan sampel berdasarkan bentuknya (Padat atau cair) 3. Amankan sampel dengan ketentuan ( sampel diambil 500 g – 1 kg, dilakukan secara aseptis 4. Beri label setiap sampel yang dikemas 5. Buat berita acara pengamanan sampel 6. Penyimpanan sementara sampel (pada suhu – 18 o C) s/d 4 o C)
  • 61. . Pelaporan Awal Keracunan Pangan 1. Tanggal & Tpt Kejadian 2. Ringkasan Berita Keracunan Pangan 3. Laporan W1 4. Berita Acara Pengamanan Sampel
  • 62. . Penetapan KLB Keracunan Pangan Berdasarkan kepada 1. Pelaporan Awal 2. Ditetapkan oleh petugas berwenang Dinkes Kab/Kota Kriteria KLB Keracunan Pangan : Terdapat 2 org atau lebih menderita sakit dengan gejala yang sama atau hampir sama pada saat yang sama atau Hampir Bersamaan setelah mengkonsumsi bahan pangan secara analisis epidemiologi terbukti sebagai sumber keracunan
  • 63. Penentuan pangan yang dicurigai sebagai penyebab keracunan pangan (studi Kohort) No Nama Pangan Klp Mengkonsumsi Kelp Tidak Mengkonsumsi Jml Makan Jml Kasus AR Jmh Tdk makan Jml Kasus AR RR
  • 64. Ket. Studi Kohort  Digunakan jika semua org yang mengkonsumsi pangan yang diduga penyebab KLB dapat diwawancarai ( KLB kecil dengan sedikit terpapar  AR (a) = Jlml Kasus Kelp Mengkonsumsi x 100 Jumlah Yang mengkonsumsi  AR (b) = Jlml Kasus Kelp TidakMengkonsumsi x 100 Jumlah Yang tidak mengkonsumsi  RR (a/b) = AR (a)/ AR (b)
  • 65. Contoh Kasus No Nama Pangan Klp Mengkonsumsi Kelp Tidak Mengkonsumsi Jml Makan Jml Kasus AR Jmh Tdk makan Jml Kasus AR RR 1 Nasi 280 113 40 20 7 35 1,1 2 Gulai Ikan 220 100 45,4 80 20 25 1,2 3 Glulai Ayam 130 115 95,8 170 5 3,0 16,4 4 Air Minum 250 100 40 50 20 40 1,00 5 Kerupuk 22 22 100 178 98 55,0 1,4 6 Telur Goreng 50 47 94 250 73 29,2 2,1
  • 66. Diduga Yang megkonsumsi Gulai Ayam sebagai penyebab keracunan makanan karena memilik Resiko Relatif (RR) lebih besar dan------- Untuk memastikannya perlu pengujian laboratorium
  • 67.
  • 68.
  • 69. .  Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas berlangsung terus menerus selama 2 – 7 hari disertyai manifestasi pendarahan  Uji Tourniquit positif  Jumlah trombosit < 100.000/Ml Demam Berdarah
  • 70. .  Cara Penularannya :  Seseorang yang dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penularan DBD  Penulannya melalui gigitan nyamuk Aedes Aegipty yang mengandung virus Dengue Demam Berdarah
  • 71. Tempat potensial bagi penularan Demam Berdarah  Wilayah yang banyak kasus DBD (endemis)  Tempat-tempat umum (berkumpulnya orang-orang) a. Sekolah b. Rumah sakit/Puskesmas c. Tempat umum lainnya (hotel pertokoan, pasar dalainnya  Pemukiman baru
  • 72. Mengenal nyamuk penular penyakit Demam Berdarah  Aedes Aegypti mengalami metamorfosa sempurna ( telur, jentik, kepompong dan nyamuk)  Tempat perkembangbiakannya A. Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-harinya )drum, bak mandi, dsb) b. TPA bukan untuk keperluan sehari-harinya (tpt minum burung, vas bunga barang bekas, c. Tempat penampungan air alamiah (lobang batu, lobang pohon, pelepah daun, potongan bambu dll)
  • 73. Perilaku Nyamuk  Nyamuk Aedes Aegypti jantan mengisap cairan tumbuh-tumbuhan atau sari bunga, sedangkan betina mengisap darah  Aktivitas menggigit nyamuk betina mulai pagi sampai petang hari a. pagi puncaknya pukul 9.00 – 10.00. b. Petang puncaknya pukul 16.00 – 17.00. Dapat hidup sampai ketinggian 1000 meter dari permukaan laut
  • 74. Kriteria KLB DBD: Adanya peningkatan kasus dikelurahan atau wilayah yang lebih luas dua kali atau lebih dalam kurun satu minggu/bulan dibandingkan dengan minggu/bulan sebelumnya Setiap diketahui adanya penderita DBD, segera ditindaklanjuti dengan kegiatan 1. Penyelidikan Epidemiologis ( PE) 2. Penanggulangan Fokus
  • 75. Bagan Penanggulangan Fokus DBD di Lapangan Ya TIDAK Penderita DBD Penyelidikan Epidemiologi Ditemukan 1 atau lebih penderita DBD lainnya dan /atau 3 orang atau lebih tersangka DBD dan ditemukan jentik _> 5 % 1. PSN 2. Larvasidasi 3. Penyuluhan 4. Pengasapan radius 200 m PSN DBD Larvasidasi • Penyuluhan
  • 76. Penyelidikan Epidemiologi DBD  Dilakukan dilokasi tempat tinggal penderita dan rumah bangunan lainnya dengan radius 100 meter (kurang lebih 20)  Bila penderita siswa sekolah maka PE dilakukan juga disekolah yang bersangkutan
  • 78. Emerging Infectious Diseases  Berpotensi menimbulkan KLB/pandemi  Pada umumnya disebabkan oleh virus  Merupakan Penyakit Infeksi  Meningkat secara tiba-tiba /mendadak  Muncul pada area geogravis yang baru  Pada prode tertentu bersifat Re-Emerging
  • 79. Jenis Penyakit EID  SARS  Avian Influenza  Japanese encephalitis  Leptospirosis  HIV/AIDS  DHF  Malaria  dll
  • 80. Historis menunjukan  Negara-negara sedang berkembang merupakan tempat perkembangan EID  Dimungkinkan karena adanya faktor : a. Faktor kemiskinan b. Kepadatan penduduk c. Urbanisasi d. Kelemahan infrastruktur sistim kesehatan
  • 81. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerentanan penyebaran EID  Demografi Pertumbuhan pddk dunia 77 juta/tahun, umur harapan hidup meningkat (kan meningkatkan kerentanan  Perjalanan internasional (Spanish flu menyebar kedunia < 12 bl, flu hongkong < 6 bln  Sosio ekonomi – kemiskinan  Lingkungan (Air bersih, Personal hygiene, hidup bersama hewan, pemanasan global, perubahan iklim. Catatan : Pemanasan Global akan meningkatkan suhu 1 – 4 oC (Perkembangan parasit malaria & DHF juga meningkat)
  • 82. Avian Influenza Vs Swine Flu ( H5N1 ) ( H1 N1)  Insiden Rendah, CFR tinggi  CFR dunia 53,3 % dan Indonesia > 80 %  Diyakini bersumber dari unggas kemanusia  Dikhawatirkan terjadi reasortment  Insiden tinggi, CFR rendah  CFR Dunia 0,42 %  Penularan human to human  Dapat menimbulkan Pandemi Influenca
  • 83. Influenza Virus Type A & B Secara umum hanya menyebabkan epidemi yang tidak begitu parah (sedang) Bisa menyebabkan epidemi dan juga pandemi (epidemi yang mendunia) Hanya menjangkiti manusiaBisa berjangkit di manusia dan juga hewan (misalnya : unggas) Secara umum tidak berakibat parah (sedang) tapi terkadang juga bisa menjadi parah Bisa mengakibatkan penyakit yang parah Tipe BTipe A
  • 84. VIRUS INFLUENZA  TIPE A  Subtipe H1 – 15, N 1 - 9  Manusia dan hewan  Pandemi (H1N1, H2N2, H3N2)  TIPE B  Epidemi pada manusia, tidak pandemi  TIPE C  Sakit ringan pada manusia, tidak menimbulkan pandemi/epidemi
  • 85. .  Pandemi Influenza dapat menjangkit diseluruh dunia termasuk Indonesia (WHO)  Pengalaman tragis Spanish Flu, Flu Asia, Flu Hongkong  EPI kemungkinan terjadi disemua negara terkena infeksi Flu Burung  Kekhawatiran mutasi genetic (Reassorment)--- Human to Human  IHR 2005 virus influenza pada manusia harus dlaporkan ke WHO dlm 24 jam (dikategorikan keadaan darurat kesmasy (PHEIC)
  • 86. . Gambaran Resiko  Pandemi Influenza (Spanish Flu), Asian Flu, dan Flu Hongkong  Kasus Avian Influenza di Indonesia (2003) 135 kasus dan 110 org meninggal (2005) Angka konfirmasi positif flu burung pada manusia, CFR Indonesia> 80 %). Dan Dunia relati tinggi CFR 63, % (kisaran 33,3 – 100 %.) Januari 2009 terdapat 139 kasus konfirmasi dengan 113 kematian Kekhawatiran reassoment dan penularan human to human.
  • 87. I. PENGERTIAN  Flu Burung pada manusia adalah penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus influenza type A (H5N1)yang berasal dari unggas (penyakit zoonotik).  Infeksi yang disebabkan oleh virus influenza (flu) avian (burung).  Virus flu ini terdapat secara alami pada burung. Burung-burung liar diseluruh dunia mengandung virus ini dalam saluran pencernaannya, tanpa menjadi sakit.
  • 88. Kasus Suspek  Seseorang menderita demam/ panas ≥ 38°C disertai satu atau lebih gejala : batuk, sakit tenggorokan, pilek, nafas pendek/sesak nafas ( ILI) Disertai satu atau lebih keadaan di bawah ini :  pernah kontak dengan unggas (ayam, itik, burung) sakit/mati mendadak yang belum diketahui penyebabnya serta produk mentahnya (telor, jeroan) dan kotorannya dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala di atas  pernah tinggal di lokasi yang terdapat kematian unggas yang tidak biasa dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala di atas  pernah kontak dengan penderita AI konfirmasi dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala di atas
  • 89. Kasus Konfirmasi  Kasus suspek atau probabel dengan satu atau lebih keadaan di bawah ini :  PCR Kultur virus Influenza A H5N1 positif  Influenza A H5N1 positif  Pada Imunofluorescence (IFA) test ditemukan antibodi positif dengan menggunakan antigen monoklonal Influenza A H5N1  Kenaikan titer antibodi spesifik Influenza H5N1 sebanyak minimal 4 kali dalam serum sepasang (paired serum) menggunakan microneutralization test
  • 90. 90 RESIKO PADA MANUSIA  Secara umum sangat rendah  Meningkat selama terjadi ledakan kasus pada ternak  Sejauh ini belum ada BUKTI KUAT penularan dari manusia ke manusia  Kelompok beresiko : orang yang kontak erat dengan unggas yang telah terinfeksi
  • 91. 91 HUMAN CASES OF AI  ASIA : Hongkong 1997  INDONESIA : Kasus pertama : di Tangerang pada seorang ayah & 2 anak perempuannya.  SUMBAR : Kasus pertama (+) Maret 2006 (dari Jakarta) :  sehat. Sampai sekarang hanya ada 5 kasus yang positif. (2009)
  • 92. GEJALA DAN CARA PENULARAN AI  Gejala: - Demam >38 C° - Batuk, pilek, sesak nafas, nyeri, lemas & dlm waktu dekat Pneomonia  Kontak dengan unggas sakit/mati.  Gejala klinis mirip dengan Influenza musiman  Pemeriksaan laboratorium untuk memastikan penyakit
  • 93. 93 II. ETIOLOGI DAN SIFAT  Etiologi penyakit ini adalah virus influenza.  Dikenal beberapa tipe Virus influenza, yaitu; tipe A, tipe B dan tipe C. Virus Inluenza tipe A terdiri dari beberapa strain, yaitu; H1N 1, H3N2, H5N1, H7N7, H9N2 dan lain-lain.  Saat ini, penyebab flu burung adalah Highly Pothogenic Avian Influenza Virus, strain H5N1 (H=hemagglutinin; N= neuraminidase). Hal ini terlihat dari basil studi yang ada menunjukkan bahwa unggas yang sakit mengeluarkan virus Influenza A (H5N1) dengan jumlah besar dalam kotorannya.
  • 94. .  Strain paling virulen penyebab Avian Influenza adalah strain H5N1.  Hasil studi menunjukkan bahwa unggas sakit (oleh Influenza A H5N1) dapat mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam kotorannya.  Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 °C dan lebih dari 30 hari pada 0ºC.  Di dalam tinja unggas dan tubuh unggas sakit dapat bertahan lebih lama, tetapi mati pada pemanasan 60ºC selama 30 menit
  • 95. 95 III. MASA INKUBASI  Masa inkubasi virus influenza bervariasi antara 1 – 7 hari.  Pada anak-anak bisa sampai 21 hari
  • 96. 96 IV. SUMBER PENULARAN o Penularan Flu burung (H5N1) pada unggas terjadi secara cepat dengan kematian tinggi. o Penyebaran penyakit ini terjadi diantara populasi unggas satu pertenakan, bahkan dapat menyebar dari satu pertenakan ke peternakan daerah lain. o Sedangkan penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui udara yang tercemar virus tersebut, baik yang berasal dari tinja atau sekreta unggas terserang Flu Burung.
  • 97. 97 V. Cara Penularan Penyakit ini menyerang manusia melalui : o kontak langsung dengan sekreta/tinja unggas yang terinfeksi. o udara yang tercemar virus tersebut yang berasal dari tinja atau sekreta unggas yang terinfeksi, o atau kontak dengan benda yang terkontaminasi virus Avian Influenza. o Belum ada bukti kuat penularan dari manusia ke manusia  namun kewaspadaan tetap terus diupayakan.
  • 98. 98 VI. UPAYA PENCEGAHAN  Upaya pencegahan penularan, :  Setiap berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran cerna unggas harus menggunakan pelindung (masker, kacamata renang)  Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas seperti tinja harus ditatalaksana dengan baik ( ditanam / dibakar) agar tidak menjadi sumber penularan.  Alat-alat yang dipergunakan dalam peternakan harus dicuci dengan desinfektan  Mengkonsumsi daging ayam yang telah dimasak pada suhu 80°C selama 1 menit, sedangkan telur unggas perlu dipanaskan pada suhu 64°C selama 5 menit.  Melaksanakan kebersihan lingkungan.  Melakukan kebersihan diri.
  • 99. 99 Kelompok risiko tinggi yang perlu diwaspadai: o Pekerja peternakan/pemrosesan unggas (termasuk dokter hewan/Ir peternakan) o Pekerja laboratorium yang memproses sampel pasien/unggas terjangkit o Pengunjung peternakan/pemrosesan unggas (dlm 1 minggu terakhir) o Kontak dengan penderita flu burung
  • 100. 100 PENCEGAHAN BAGI YANG BERESIKO o Cuci tangan sesering mungkin dg desinfektan (alkohol 70%) o APD (sarung tangan,kacamata,masker dll) o Vaksinasi virus flu manusia o Menghindari tempat jangkitan (peternakan unggas dll) o Pengamatan kesehatan secara pasif bagi yang beresiko/terpapar dan keluarganya: tanda gangguan sal pernapasan, demam o Serosurvai bagi yang terpapar o Berikan antiviral (oseltamivir 1x75 mg selama 1 minggu)
  • 101. SEKIAN & TERMA KASIH