SlideShare a Scribd company logo
1 of 29
Download to read offline
Mandike Ginting, S.Si., M.Si., Apt.
S1 Farmasi
Institut Kesehatan Helvetia
1
10/12/2020
Pokok Bahasan
1. Definisi
2. Macam – macam sediaan steril
3. Persyaratan steril
4. Kemampuan yang dituntut untuk membuat sediaan
steril
5. Hal-hal yang perlu direncanakan
2
10/12/2020
1. DEFINISI
 Sediaan steril secara umum adalah : sediaan farmasi
yang mempunyai kekhususan sterilitas dan bebas dari
mikroorganisme vegetatif atau bentuk sporanya baik
patogen atau non patogen.
3
10/12/2020
 Penandaan obat “steril” artinya bahwa “batch”
darimana cuplikan diambil dan dilakukan
pengujian uji sterilitas (farmakope), hasil uji
sterilitas memenuhi syarat yang sudah ditetapkan
dalam buku resmi.
 Cuplikan yang diambil dan diuji harus
representatif mewakili batch yang diuji
10/12/2020 4
 Mutu setiap sediaan farmasi harus ditangani
secara dini.
- Penggunaan bahan awal yang memenuhi
spesifikasi
- Alat-alat yang digunakan harus memenuhi
syarat dalam mempersiapkan sediaan steril.
- Teknik manufaktur yang dilakukan
- Persyaratan ruangan dan personil yang bekerja
harus memahami dengan baik.
Digolongkan menjadi 2 :
1. Penggunaan untuk Parenteral.
Contoh : Infus, vial, ampul
2. Penggunaan Non Parenteral.
Contoh : Obat Tetes mata, Larutan Irigasi
Sediaan Steril
Mengapa sediaan harus steril?
 Sediaan parenteral harus steril karena : Obat yang
disuntikkan secara langsung mengikuti sirkulasi
cairan dalam tubuh.
 Penyuntikan/ pemakaian sediaan yang terkontaminasi
dengan mikroorganisme hidup (terutama patogen)
akan menimbulkan banyak masalah dan komplikasi
terutama terhadap pasien yang sedang sakit
2. Macam- macam sediaan steril
• Berdasarkan Pengemasan
a. Single dose unit  injeksi dalam ampul
b. Multiple dose  injeksi dalam vial
c. Cairan volume  besar infus intravena
• Berdasarkan Bentuk Fisik dari Produk
a. Larutan steril
b. Suspensi steril
c. Emulsi steril
d. Padat steril
8
10/12/2020
Yang termasuk Sediaan Steril :
1. SEDIAAN PARENTERAL :
a. Injeksi obat suntik (volume kecil) :
Suatu larutan obat dalam pembawa yang cocok
dengan atau tanpa bahan tambahan yang
dimaksudkan untuk penggunaan parenteral
Pemberian injeksi : single dose atau multiple
dose.
9
10/12/2020
b. Cairan Infus
Merupakan injeksi khusus karena cara pemberiannya
dan volumenya besar
Berguna untuk :
1. Nutrisi dasar  Infus dekstrosa
2.Perbaikan keseimbangan elektrolit (Mengandung
ion Na+, K+, Ca2+ dan Cl)-  Infus Ringer
3. Pengganti cairan tubuh karena dehidrasi  Infus d
Dekstrosa dan NaCl
4. Membantu diagnosis penentuan fungsi ginjal :
 Injeksi mannitol
10
10/12/2020
c. Radiopharmaceutical
Suatu injeksi yang mengandung bahan
radioaktif. Berfungsi untuk diagnosis dan
pengobatan dalam jaringan organ.
Pembuatan dan penggunaannya berbeda
dengan bahan obat biasa (non radioaktif)
11
10/12/2020
d. Zat Padat Kering Atau Larutan Pekat
Bahan yang tidak stabil dalam bentuk cair/larutan, disimpan
dalam bentuk zat padat kering yang dilarutkan pada
waktu akan digunakan.
 Jika bahan padat kering tidak mengandung dapar, pengencer
atau zat tambahan lain, maka pada etiket diberi tanda
“Sterile......”
co : Sterile Sodium Nafcilin
 Jika bahan padat kering mengandung satu/lebih dapar,
pengencer atau zat tambahan lain, sediaan diberi label obat
suntik/injeksi.
Contoh : Amphotericin B Injeksi
12
10/12/2020
e. Larutan Dialisis
Untuk menghilangkan senyawa-senyawa toksis yang secara normal
disekresikan oleh ginjal.
Pada kasus keracunan atau gagal ginjal atau pada pasien yang
menunggu transplantasi ginjal, dialisis adalah prosedur darurat
untuk menyelamatkan hidup.
Dialisis adalah proses, dimana senyawa-senyawa dapat dipisahkan
satu dengan lainnya dalam larutan berdasarkan perbedaan
kemampuan berdifusi lewat membran.
Larutan yang tersedia diperdagangan mengandung dekstrosa
sebagai sumber utama kalori, vitamin, mineral, elektrolit, & asam
amino/peptida sebagai sumber nitrogen.
13
10/12/2020
f. Bahan Diagnostik
Diagnostik merupakan salah satu metode
pemeriksaan dlm ilmu pengobatan, menentukan
keadaan fungsional dari suatu organ tubuh atau untuk
membantu dokter menentukan diagnosa penyakit ,
digunakan dalam reaksi imunisasi menentukan
keadaan fungsional dari suatu organ tubuh atau untuk
membantu dokter menentukan diagnosa penyakit dan
juga digunakan dalam reaksi imunisasi
Untuk ini digunakan suntikan intrakutan diatas kulit
(imunity skin test) dg suatu antigen dgn kadar
serendah-rendahnya yang masih memungkinkan
adanya reaksi. 14
10/12/2020
 Reaksi positip dalam bentuk semacam benjolan diatas kulit,
menunjukkan bahwa tubuh sudah mengandung antibodi
tertentu.
 Hasil negatip, berarti tubuh tidak memiliki antibodi tsb, dlm
keadaan ini orang harus diberi vaksin u mengebalkan tubuh
secara aktif
CONTOH Bahan diagnostik:
 Reaksi TUBERKULIN, merupakan salah satu tes kekebalan yg
terkenal untuk mendiagnosa penyakit tuberculose (Mantoux
skin test )
 Injeksi Evans Blue, yang digunakan dalam penentuan volume
darah
15
10/12/2020
g. Pelet steril atau implantasi subkutan
Pelet atau implan steril merupakan tablet berbentuk
silindris, kecil, padat dengan diameter lebih kurang
3,2mm & panjang 8 mm, dibuat dengan mengempa dan
dimaksud untuk ditanam subkutan (paha atau perut)
untuk tujuan menghasilkan pelepasan obat terus
menerus selama jangka waktu panjang 3-5 bln. Obat
antihamil dlm bentuk implan dapat bekerja sampai 3
thn. (Implanon mengandung etonogestrel 68mg/susuk
KB)
16
10/12/2020
Menggunakan penyuntikan khusus(trocar)/dengan
sayatan digunakan untuk hormon yang kuat sampai
100x dari pemakaian biasa (oral/parenteral).
Pelet tidak boleh mengandung bahan pengikat, pengencer
atau pengisi yang ditujukan untuk memungkinkan
seluruhnya melarut dari absorbsi pelet di tempat
penanaman.
Contoh : pelet estradiol, biasanya mengandung 10 dan 25
mg estrogen estradiol (dosis lazim oral dan parenteral
250 mcg) 17
10/12/2020
h. Antikoagulan
Larutan untuk mencegah pembekuan darah, butuh syarat
seperti injeksi dan bebas pirogen.
Contoh : Larutan Natrium sitrat Steril ACDP, Heparin, ACD
i. Sediaan vaksin
Merupakan produk biologi (pembantu diagnostik)
untuktujuan mencegah penyakit dan pengobatan
18
10/12/2020
II. Sediaan Non Parenteral
a. Obat Mata (larutan, suspensi, salep)
Sediaan obat mata  sediaan steril berupa salep,
larutan atau suspensi, digunakan untuk mata dengan
jalan meneteskan, mengoleskan pada selaput lendir
mata, di sekitar kelopak mata dan bola mata.
Khusus untuk salep mata, zat aktif baik dalam bentuk
terlarut atau serbuk tersuspensi halus di masukkan
kedalam basis salep yang non iritan. Salep disterilkan
dengan cara panas atau radiasi dan sebagian di buat
secara aseptik. Sediaan ini harus di kemas dalam wadah
tertutup dan bebas partikel logam.
19
10/12/2020
b. Larutan Irigasi
 Persyaratan seperti larutan parenteral
 Dikemas dalam wadah volume besar dengan tutup
dapat berputar
 Digunakan untuk merendam luka/mencuci luka,
sayatan bedah atau jaringan/organ tubuh
 Diberi label sama seperti injeksi.
 Contoh : Sodium chlorida untuk irigasi
Ringers untuk irigasi
Steril water untuk irigasi
Label/etiket : “bukan untuk obat suntik” 20
10/12/2020
3. PERSYARATAN STERIL
Steril merupakan syarat utama yang harus dipenuhi oleh suatu
sediaan farmasi steril.
Steril adalah keadaan yang bebas dari mikroorganisme baik
vegetatif maupun spora, baik patogen maupun apatogen.
Sterilitas adalah tingkat kesterilan setelah dilakukan proses
sterilisasi
Sterilisasi adalah proses pemusnahan mikroorganisme
 Pemahaman tentang sterilisasi, proses dan caranya diperlukan
untuk membuat produk steril. Semua produk steril haruslah
dibuat pada kondisi yang terkendali dan dipantau dengan teliti.
21
10/12/2020
Jadi pemilihan metode berdasarkan pertimbangan :
1. Kondisi dari materi/objek yang disterilkan (perlu
perhatian khusus)
2. Tingkat sterilitas yang ingin dicapai (hasil)
Cara Sterilisasi :
1. Sterilisasi Aseptis
2. Sterilisasi Akhir
22
10/12/2020
Persyaratan Umum Sediaan Steril
1. Steril
2. Bebas pirogen (untuk obat suntik yang sekali
penyuntikan diberikan >10 mL)
3. Isotoni (tonisitas) Jika larutan tertentu
konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi
dalam sel darah merah sehingga tidak terjadi
pertukaran cairan diantara keduanya (ekivalen
dengan 0,9% NaCl)
4. Isohidris  pH suatu larutan zat = pH cairan
tubuh 7,45.
5. Bentuk larutan jernih (berhubungan dengan
stabilitas)
4. KEMAMPUAN YANG DITUNTUT
 Perencanaan
Mampu merencanakan semua kegiatan pembuatan, mulai
dari penerimaan bahan awal, proses, pengolahan,
pengemasan, sampai obat jadi untuk didistribusikan.
 Pengolahan
Kegiatan pembuatan mulai dari penimbangan sampai jadi
obat yang diinginkan
 Teknik Sterilisasi
Menentukan cara mensterilisasi yang cocok untuk obat/
sediaan yang dibuat
24
10/12/2020
 Pengemasan
Menentukan wadah, penandaan (etiket, brosur, label)
 Pengawasan
Upaya untuk mendapatkan obat yang bermutu, perlu
dipikirkan/direncanakan cara-cara mengontrolnya
 Penilaian/Evaluasi
Penilaian terhadap semua kegiatan dari penerimaan bahan
awal sampai obat jadi (apakah sudahmemenuhi standar
CPOB)
25
10/12/2020
 Dokumentasi
Seluruh prosedur, instruksi dan catatan tertulis yang
berhubungan dengan pembuatan obat
26
10/12/2020
5. Hal –hal yang perlu direncanakan
 Formulasi
- Bahan obat
- Pembawa
- Zat tambahan
- Bahan yang diperlukan dalam proses pembuatan
27
10/12/2020
 Pengawasan
Upaya-upaya yang dilakukan selama pembuatan untuk
menjamin agar obat yang dibuat mempunyai syarat
mutu, berupa pemeriksaan dan pengujian terhadap
pembuatan termasuk lingkungan dan peralatan
28
10/12/2020
 Pengemasan
kemasan primer dan kemasan skunder termasuk
penandaan
 Cara Sterilisasi
Cara yang sesuai yaitu tidak merusak produk dan
menjamin tercapainya sterilitas yang diinginkan.
Untuk itu perlu pengetahuan tentang sifat fisika/kimia
dari bahan yang akan disterilkan serta prinsip dan
mekanisme dari masing-masing metode.
29
10/12/2020

More Related Content

What's hot

Pengantar sediaan farmasi
Pengantar sediaan farmasiPengantar sediaan farmasi
Pengantar sediaan farmasi
Sofie Via
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul
DeLas Rac
 
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Sapan Nada
 

What's hot (20)

Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
 
Salep mata (1)
Salep mata (1)Salep mata (1)
Salep mata (1)
 
ppt gel
ppt gelppt gel
ppt gel
 
Pengantar sediaan farmasi
Pengantar sediaan farmasiPengantar sediaan farmasi
Pengantar sediaan farmasi
 
Teknologi Formulasi Sediaan Steril
Teknologi Formulasi Sediaan SterilTeknologi Formulasi Sediaan Steril
Teknologi Formulasi Sediaan Steril
 
Bahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptx
Bahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptxBahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptx
Bahan Ajar 6 perhitugan isotonis.pptx
 
Contoh brosur suspensi paracetamol
Contoh brosur suspensi paracetamolContoh brosur suspensi paracetamol
Contoh brosur suspensi paracetamol
 
Biofarmasetika ( i ) new2
Biofarmasetika ( i ) new2Biofarmasetika ( i ) new2
Biofarmasetika ( i ) new2
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul
 
Emulsi Farmasi
Emulsi FarmasiEmulsi Farmasi
Emulsi Farmasi
 
Sediaan krim
Sediaan krimSediaan krim
Sediaan krim
 
Ppt CPOB Bangunan dan Fasilitas
Ppt CPOB Bangunan dan FasilitasPpt CPOB Bangunan dan Fasilitas
Ppt CPOB Bangunan dan Fasilitas
 
MATERI INJEKSI 2
MATERI INJEKSI 2MATERI INJEKSI 2
MATERI INJEKSI 2
 
Evaluasi Granul
Evaluasi GranulEvaluasi Granul
Evaluasi Granul
 
TABLET
TABLETTABLET
TABLET
 
GRANULASI BASAH
GRANULASI BASAHGRANULASI BASAH
GRANULASI BASAH
 
Laporan praktikum musrin salila pps Unnes
Laporan praktikum musrin salila pps UnnesLaporan praktikum musrin salila pps Unnes
Laporan praktikum musrin salila pps Unnes
 
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
Laporan Teknologi Sediaan Steril : Pembuatan Injeksi klorpromazin HCL.
 
Ppt bu anggun
Ppt bu anggunPpt bu anggun
Ppt bu anggun
 
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
 

Similar to 2. Steril- Ruang Lingkup Sed. Steril-S1 2020.pdf

Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
UmmilKhair2
 
Dispensing sediaan steril01
Dispensing sediaan steril01Dispensing sediaan steril01
Dispensing sediaan steril01
roywidhie
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul
DeLas Rac
 
Pengantar sitostatika mata kuliah pengantar sitostatika.ppt
Pengantar sitostatika mata kuliah pengantar sitostatika.pptPengantar sitostatika mata kuliah pengantar sitostatika.ppt
Pengantar sitostatika mata kuliah pengantar sitostatika.ppt
Nursela13
 
UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf
UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdfUJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf
UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf
PedroDaSilvaTL
 

Similar to 2. Steril- Ruang Lingkup Sed. Steril-S1 2020.pdf (20)

Bahan Ajar 1 Teknologi formulasi Steril.pptx
Bahan Ajar 1 Teknologi formulasi Steril.pptxBahan Ajar 1 Teknologi formulasi Steril.pptx
Bahan Ajar 1 Teknologi formulasi Steril.pptx
 
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
Pertemuan 1 Pengantar Teknologi Sediaan Steril MK Tekno Steril D3 STIFA Makas...
 
Dispensing sediaan steril01
Dispensing sediaan steril01Dispensing sediaan steril01
Dispensing sediaan steril01
 
La rangki injeksi intravena n subkutan
La rangki injeksi intravena n subkutanLa rangki injeksi intravena n subkutan
La rangki injeksi intravena n subkutan
 
Makalah pemberian obat melalui jaringan intrakutan (ic)
Makalah pemberian obat melalui jaringan intrakutan (ic)Makalah pemberian obat melalui jaringan intrakutan (ic)
Makalah pemberian obat melalui jaringan intrakutan (ic)
 
Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul Uji mutu sediaan kapsul
Uji mutu sediaan kapsul
 
Pengantar sitostatika mata kuliah pengantar sitostatika.ppt
Pengantar sitostatika mata kuliah pengantar sitostatika.pptPengantar sitostatika mata kuliah pengantar sitostatika.ppt
Pengantar sitostatika mata kuliah pengantar sitostatika.ppt
 
Pedoman dasar-teknik-aseptis
Pedoman dasar-teknik-aseptisPedoman dasar-teknik-aseptis
Pedoman dasar-teknik-aseptis
 
Pedoman dasar-teknik-aseptis
Pedoman dasar-teknik-aseptisPedoman dasar-teknik-aseptis
Pedoman dasar-teknik-aseptis
 
UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf
UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdfUJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf
UJI STERILITAS. Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB.pdf
 
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
 
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
 
Pemberian obat
Pemberian obatPemberian obat
Pemberian obat
 
Pemberian obat
Pemberian obatPemberian obat
Pemberian obat
 
Pemberian obat
Pemberian obatPemberian obat
Pemberian obat
 
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
Pemberian obat AKPER PEMKAB MUNA
 
Pemberian obat
Pemberian obatPemberian obat
Pemberian obat
 
PEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptx
PEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptxPEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptx
PEMBERIAN OBAT -OBATAN SESUAI STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE.pptx
 
Handling Sitotoksik.pptx
Handling Sitotoksik.pptxHandling Sitotoksik.pptx
Handling Sitotoksik.pptx
 
laporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencitlaporan singkat anfiswan mencit
laporan singkat anfiswan mencit
 

Recently uploaded

KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
kemenaghajids83
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
MuhammadAlfiannur2
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
cindyrenatasaleleuba
 

Recently uploaded (20)

PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitasDbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
Dbd analisis SOAP, tugas Farmakoterapi klinis dan komunitas
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdfPpt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
 

2. Steril- Ruang Lingkup Sed. Steril-S1 2020.pdf

  • 1. Mandike Ginting, S.Si., M.Si., Apt. S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia 1 10/12/2020
  • 2. Pokok Bahasan 1. Definisi 2. Macam – macam sediaan steril 3. Persyaratan steril 4. Kemampuan yang dituntut untuk membuat sediaan steril 5. Hal-hal yang perlu direncanakan 2 10/12/2020
  • 3. 1. DEFINISI  Sediaan steril secara umum adalah : sediaan farmasi yang mempunyai kekhususan sterilitas dan bebas dari mikroorganisme vegetatif atau bentuk sporanya baik patogen atau non patogen. 3 10/12/2020
  • 4.  Penandaan obat “steril” artinya bahwa “batch” darimana cuplikan diambil dan dilakukan pengujian uji sterilitas (farmakope), hasil uji sterilitas memenuhi syarat yang sudah ditetapkan dalam buku resmi.  Cuplikan yang diambil dan diuji harus representatif mewakili batch yang diuji 10/12/2020 4
  • 5.  Mutu setiap sediaan farmasi harus ditangani secara dini. - Penggunaan bahan awal yang memenuhi spesifikasi - Alat-alat yang digunakan harus memenuhi syarat dalam mempersiapkan sediaan steril. - Teknik manufaktur yang dilakukan - Persyaratan ruangan dan personil yang bekerja harus memahami dengan baik.
  • 6. Digolongkan menjadi 2 : 1. Penggunaan untuk Parenteral. Contoh : Infus, vial, ampul 2. Penggunaan Non Parenteral. Contoh : Obat Tetes mata, Larutan Irigasi Sediaan Steril
  • 7. Mengapa sediaan harus steril?  Sediaan parenteral harus steril karena : Obat yang disuntikkan secara langsung mengikuti sirkulasi cairan dalam tubuh.  Penyuntikan/ pemakaian sediaan yang terkontaminasi dengan mikroorganisme hidup (terutama patogen) akan menimbulkan banyak masalah dan komplikasi terutama terhadap pasien yang sedang sakit
  • 8. 2. Macam- macam sediaan steril • Berdasarkan Pengemasan a. Single dose unit  injeksi dalam ampul b. Multiple dose  injeksi dalam vial c. Cairan volume  besar infus intravena • Berdasarkan Bentuk Fisik dari Produk a. Larutan steril b. Suspensi steril c. Emulsi steril d. Padat steril 8 10/12/2020
  • 9. Yang termasuk Sediaan Steril : 1. SEDIAAN PARENTERAL : a. Injeksi obat suntik (volume kecil) : Suatu larutan obat dalam pembawa yang cocok dengan atau tanpa bahan tambahan yang dimaksudkan untuk penggunaan parenteral Pemberian injeksi : single dose atau multiple dose. 9 10/12/2020
  • 10. b. Cairan Infus Merupakan injeksi khusus karena cara pemberiannya dan volumenya besar Berguna untuk : 1. Nutrisi dasar  Infus dekstrosa 2.Perbaikan keseimbangan elektrolit (Mengandung ion Na+, K+, Ca2+ dan Cl)-  Infus Ringer 3. Pengganti cairan tubuh karena dehidrasi  Infus d Dekstrosa dan NaCl 4. Membantu diagnosis penentuan fungsi ginjal :  Injeksi mannitol 10 10/12/2020
  • 11. c. Radiopharmaceutical Suatu injeksi yang mengandung bahan radioaktif. Berfungsi untuk diagnosis dan pengobatan dalam jaringan organ. Pembuatan dan penggunaannya berbeda dengan bahan obat biasa (non radioaktif) 11 10/12/2020
  • 12. d. Zat Padat Kering Atau Larutan Pekat Bahan yang tidak stabil dalam bentuk cair/larutan, disimpan dalam bentuk zat padat kering yang dilarutkan pada waktu akan digunakan.  Jika bahan padat kering tidak mengandung dapar, pengencer atau zat tambahan lain, maka pada etiket diberi tanda “Sterile......” co : Sterile Sodium Nafcilin  Jika bahan padat kering mengandung satu/lebih dapar, pengencer atau zat tambahan lain, sediaan diberi label obat suntik/injeksi. Contoh : Amphotericin B Injeksi 12 10/12/2020
  • 13. e. Larutan Dialisis Untuk menghilangkan senyawa-senyawa toksis yang secara normal disekresikan oleh ginjal. Pada kasus keracunan atau gagal ginjal atau pada pasien yang menunggu transplantasi ginjal, dialisis adalah prosedur darurat untuk menyelamatkan hidup. Dialisis adalah proses, dimana senyawa-senyawa dapat dipisahkan satu dengan lainnya dalam larutan berdasarkan perbedaan kemampuan berdifusi lewat membran. Larutan yang tersedia diperdagangan mengandung dekstrosa sebagai sumber utama kalori, vitamin, mineral, elektrolit, & asam amino/peptida sebagai sumber nitrogen. 13 10/12/2020
  • 14. f. Bahan Diagnostik Diagnostik merupakan salah satu metode pemeriksaan dlm ilmu pengobatan, menentukan keadaan fungsional dari suatu organ tubuh atau untuk membantu dokter menentukan diagnosa penyakit , digunakan dalam reaksi imunisasi menentukan keadaan fungsional dari suatu organ tubuh atau untuk membantu dokter menentukan diagnosa penyakit dan juga digunakan dalam reaksi imunisasi Untuk ini digunakan suntikan intrakutan diatas kulit (imunity skin test) dg suatu antigen dgn kadar serendah-rendahnya yang masih memungkinkan adanya reaksi. 14 10/12/2020
  • 15.  Reaksi positip dalam bentuk semacam benjolan diatas kulit, menunjukkan bahwa tubuh sudah mengandung antibodi tertentu.  Hasil negatip, berarti tubuh tidak memiliki antibodi tsb, dlm keadaan ini orang harus diberi vaksin u mengebalkan tubuh secara aktif CONTOH Bahan diagnostik:  Reaksi TUBERKULIN, merupakan salah satu tes kekebalan yg terkenal untuk mendiagnosa penyakit tuberculose (Mantoux skin test )  Injeksi Evans Blue, yang digunakan dalam penentuan volume darah 15 10/12/2020
  • 16. g. Pelet steril atau implantasi subkutan Pelet atau implan steril merupakan tablet berbentuk silindris, kecil, padat dengan diameter lebih kurang 3,2mm & panjang 8 mm, dibuat dengan mengempa dan dimaksud untuk ditanam subkutan (paha atau perut) untuk tujuan menghasilkan pelepasan obat terus menerus selama jangka waktu panjang 3-5 bln. Obat antihamil dlm bentuk implan dapat bekerja sampai 3 thn. (Implanon mengandung etonogestrel 68mg/susuk KB) 16 10/12/2020
  • 17. Menggunakan penyuntikan khusus(trocar)/dengan sayatan digunakan untuk hormon yang kuat sampai 100x dari pemakaian biasa (oral/parenteral). Pelet tidak boleh mengandung bahan pengikat, pengencer atau pengisi yang ditujukan untuk memungkinkan seluruhnya melarut dari absorbsi pelet di tempat penanaman. Contoh : pelet estradiol, biasanya mengandung 10 dan 25 mg estrogen estradiol (dosis lazim oral dan parenteral 250 mcg) 17 10/12/2020
  • 18. h. Antikoagulan Larutan untuk mencegah pembekuan darah, butuh syarat seperti injeksi dan bebas pirogen. Contoh : Larutan Natrium sitrat Steril ACDP, Heparin, ACD i. Sediaan vaksin Merupakan produk biologi (pembantu diagnostik) untuktujuan mencegah penyakit dan pengobatan 18 10/12/2020
  • 19. II. Sediaan Non Parenteral a. Obat Mata (larutan, suspensi, salep) Sediaan obat mata  sediaan steril berupa salep, larutan atau suspensi, digunakan untuk mata dengan jalan meneteskan, mengoleskan pada selaput lendir mata, di sekitar kelopak mata dan bola mata. Khusus untuk salep mata, zat aktif baik dalam bentuk terlarut atau serbuk tersuspensi halus di masukkan kedalam basis salep yang non iritan. Salep disterilkan dengan cara panas atau radiasi dan sebagian di buat secara aseptik. Sediaan ini harus di kemas dalam wadah tertutup dan bebas partikel logam. 19 10/12/2020
  • 20. b. Larutan Irigasi  Persyaratan seperti larutan parenteral  Dikemas dalam wadah volume besar dengan tutup dapat berputar  Digunakan untuk merendam luka/mencuci luka, sayatan bedah atau jaringan/organ tubuh  Diberi label sama seperti injeksi.  Contoh : Sodium chlorida untuk irigasi Ringers untuk irigasi Steril water untuk irigasi Label/etiket : “bukan untuk obat suntik” 20 10/12/2020
  • 21. 3. PERSYARATAN STERIL Steril merupakan syarat utama yang harus dipenuhi oleh suatu sediaan farmasi steril. Steril adalah keadaan yang bebas dari mikroorganisme baik vegetatif maupun spora, baik patogen maupun apatogen. Sterilitas adalah tingkat kesterilan setelah dilakukan proses sterilisasi Sterilisasi adalah proses pemusnahan mikroorganisme  Pemahaman tentang sterilisasi, proses dan caranya diperlukan untuk membuat produk steril. Semua produk steril haruslah dibuat pada kondisi yang terkendali dan dipantau dengan teliti. 21 10/12/2020
  • 22. Jadi pemilihan metode berdasarkan pertimbangan : 1. Kondisi dari materi/objek yang disterilkan (perlu perhatian khusus) 2. Tingkat sterilitas yang ingin dicapai (hasil) Cara Sterilisasi : 1. Sterilisasi Aseptis 2. Sterilisasi Akhir 22 10/12/2020
  • 23. Persyaratan Umum Sediaan Steril 1. Steril 2. Bebas pirogen (untuk obat suntik yang sekali penyuntikan diberikan >10 mL) 3. Isotoni (tonisitas) Jika larutan tertentu konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel darah merah sehingga tidak terjadi pertukaran cairan diantara keduanya (ekivalen dengan 0,9% NaCl) 4. Isohidris  pH suatu larutan zat = pH cairan tubuh 7,45. 5. Bentuk larutan jernih (berhubungan dengan stabilitas)
  • 24. 4. KEMAMPUAN YANG DITUNTUT  Perencanaan Mampu merencanakan semua kegiatan pembuatan, mulai dari penerimaan bahan awal, proses, pengolahan, pengemasan, sampai obat jadi untuk didistribusikan.  Pengolahan Kegiatan pembuatan mulai dari penimbangan sampai jadi obat yang diinginkan  Teknik Sterilisasi Menentukan cara mensterilisasi yang cocok untuk obat/ sediaan yang dibuat 24 10/12/2020
  • 25.  Pengemasan Menentukan wadah, penandaan (etiket, brosur, label)  Pengawasan Upaya untuk mendapatkan obat yang bermutu, perlu dipikirkan/direncanakan cara-cara mengontrolnya  Penilaian/Evaluasi Penilaian terhadap semua kegiatan dari penerimaan bahan awal sampai obat jadi (apakah sudahmemenuhi standar CPOB) 25 10/12/2020
  • 26.  Dokumentasi Seluruh prosedur, instruksi dan catatan tertulis yang berhubungan dengan pembuatan obat 26 10/12/2020
  • 27. 5. Hal –hal yang perlu direncanakan  Formulasi - Bahan obat - Pembawa - Zat tambahan - Bahan yang diperlukan dalam proses pembuatan 27 10/12/2020
  • 28.  Pengawasan Upaya-upaya yang dilakukan selama pembuatan untuk menjamin agar obat yang dibuat mempunyai syarat mutu, berupa pemeriksaan dan pengujian terhadap pembuatan termasuk lingkungan dan peralatan 28 10/12/2020
  • 29.  Pengemasan kemasan primer dan kemasan skunder termasuk penandaan  Cara Sterilisasi Cara yang sesuai yaitu tidak merusak produk dan menjamin tercapainya sterilitas yang diinginkan. Untuk itu perlu pengetahuan tentang sifat fisika/kimia dari bahan yang akan disterilkan serta prinsip dan mekanisme dari masing-masing metode. 29 10/12/2020