SlideShare a Scribd company logo
Bahasa dan Budaya dalam Komunikasi Lintas Budaya
Mata Kuliah: Komunikasi Lintas Budaya
Dosen: Pramono Benyamin, Drs., M.Pd
Disusun oleh:
Dinar Dina K (210110130231)
Fadly (210110130284)
Fuji Lestari (210110130215)
Irmania Nita A (210110130198)
Salsabila Fitri F (210110130249)
Ilmu Komunikasi B
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
PRODI ILMU KOMUNIKASI
2015
2 | P a g e
A. Bahasa Verbal
Secara etimologis, kata verbal berasal dari verb (bahasa Latin) yang berarti
word (kata). Word merupakan terjemahan dari bahasa Yunani, rhema, yang berarti
‘sesuatu’ yang digunakan untuk menggambarkan tindakan, eksistensi, kejadian, atau
peristiwa, atau ‘sesuatu’ yang digunakan sebagai pembantu atau penghubung sebuah
predikat. Kata ‘verbal’ sendiri berasal dari bahasa Latin, verbalis, verbum yang sering
pula dimaksudkan dengan ‘berarti’ atau ‘bermakna melalui kata-kata’, atau yang
berkaitan dengan ‘kata’ yang digunakan untuk menerangkan fakta, ide, atau tindakan
yang lebih sering berbentuk percakapan lisan daripada tulisan. Dengan demikian
dapat dijelaskan bahwa komunikasi verbal adalah bahasa – kata dengan aturan tata
bahasa, baik secara lisan maupun secara tertulis. Dan hanya manusia yang dapat
melambangkan keadaan dunia malalui bahasa.
Perilaku verbal sebenarnya adalah komunikasi verbal yang biasa kita lakukan
sehari-hari. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang menggunakan
kata-kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke
dalam kategori pesan disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk
berhubungan dengan orang lain secara lisan. Suatu system kode verbal disebut
bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai perangkat simbol, dengan aturan untuk
mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu
komunitas .
Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan
maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentatifkan berbagai
aspek realitas individu kita. Dengan kata lain, kata-kata adalah abstraksi realitas kita
yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep
yang mewakili kata-kata itu. Ketika komunikasi melibatkan orang-orang berbeda
budaya, banyak pengalaman berbeda dan akhirnya proses komunikasi juga
menyulitkan.
Fungsi bahasa dalam kehidupan manusia.
Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki
orang,objek dan peristiwa. Setiap orang mempunyai nama untuk identifikasi sosial.
Orang juga dapat menamai apa saja, objek-objek yang berlainan,termasuk perasaan
tertentu yang mereka alami. Penanaman adalah dimensi pertama bahasa dan basis
bahasa pada awalnya dilakukan manusia sesuaka mereka yang lalu menjadi konvensi
(Aubrey Fisher dan Catherine Adam,1994). Suatu objek mempunyai beberapa tingkat
abstraksi. Semakin luas kelasnya, semakin abstrak konsep tersebut. Sepanjang hidup
kita sebenarnya belajar mengabstraksikan segala sesuatu.
Menurut Larry L. Barker dalam Mulyana (2007), bahasa memiliki 3 fungsi;
penanaman (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi. Penanaman
3 | P a g e
atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang
dengan menyebut namanya, sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi
interaksi menurut barker, menekankan berbagai gagasan dan emosi yang dapat
mengundang simpati dan pengertaian atau kemarahan dan kebingungan. Melalui
bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Fungsi bahasa inilah yang
disebut fungsi transmisi. Barker berpandangan, keistimewaan bahasa sebagai
transmisi informasi yang lintas waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini
dan masa yang akan dating, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita.
Tanpa bahasa kita tidak mungkin bertukar informasi; kita tidak mungkin
menghadirkan semua objek dan tempat untuk kita rujuk dalam komunikasi kita.
Menurut Mulyana( 2007), menambahkan agar komunikasi kita berhasil,
bahasa harus memenuhi tiga fungsi yaitu: untuk mengenal dunia disekitar kita;
berhubungan dengan orang lain; dan untuk menciptakan koherensi dalam hidup kita.
Melalui fungsi pertama kita dapat mempelajari apa saja yang menarik minat kita,
mulai dari sejarah yang hidup pada masa lalu seperti Mesir Kuno. Kita juga dapat
berbagi pengalaman masa lalu dan masa kini yang kita alami, dan juga pengetahuan
yang kita dapatkan dari berbagai media. Fungsi bahasa kedua adalah sebagai sarana
untuk berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini berkaitan dengan fungsi komunikasi
khususnya fungsi sosial dan fungsi instrumental.
Secara sederhana bahasa dapat diartikan sebagai suatu sistem lambang
terorganisasikan, disepakati secara umum dan merupakan hasil belajar yang
digunakan untuk menyajikan pengalaman – pengalaman dalam suatu komunitas
geografis dan budaya. Bahasa merupakan alat utama yang digunakan budaya untuk
menyalurkan kepercayaan, nilai dan norma. Bahasa merupakan alat bagi orang-orang
untuk berinteraksi dengan orang-orang lain dan juga sebagai alat untuk alat berpikir.
Maka bahasa berfungsi sebagai suatu mekanisme untuk berkomunikasi dan sekligus
sebagai pedoman untuk melihat realitas sosial. Bahasa mempengaruhi persepsi,
menyalurkan dan turut membentuk pikiran. Kemampuan menyampaikan pesan verbal
antar budaya.
Menurut Ohoiwutun (1997) dalam Liliweri (2003), dalam berkomunikasi antar
budaya ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:
1. Kapan Orang Berbicara
Jika kita berkomunikasi antar budaya perlu diperhatikan ada kebiasaan (habits)
budaya yang mengajarkan kepatutan kapan seorang harus atau boleh berbicara.
Orang Timor, Batak, Sulawesi, Ambon, Irian, mewarisi sikap kapan saja bisa
berbicara, tanpa membedakan tua dan muda, artinya berbicara semaunya saja,
berbicara tidak mengenal batas usia. Namun orang Jawa dan Sunda mengenbal
aturan atau kebiasaan kapan orang berbicara, misalnya yang lebih muda
mendengarkan lebih banyak daripada yang tua, yang tua lebih bayak berbicara
4 | P a g e
dari yang muda. Perbedaan norma berbahasa ini dapat mengakibatkan konflik
antarbudaya hanya karena salah memberikan makna kapan orang harus berbicara.
2. Apa yang Dikatakan
Laporan penelitian Tannen (1984-an) menunjukan bahwa orang-orang New York
keturunan Yahudi lebih cenderung berceritera dibanding dengan teman-temannya
di California. Ceritera mereka (New York Yahudi) selalu terkait dengan
pengalaman dan perasaan pribadi .Masing-masing anggota kelompok kurang
tertarik pada isi ceritera yang di-kemukakan anggota kelompok lainnya .
3. Hal Memperhatikan
Konsep ini berkaitan erat dengan gaze atau pandangan mata yang diperkenankan
waktu berbicara bersama-sama. Orang-orang kulit hitam biasanya berbicara
sambil menatap mata dan wajah orang lain, hal yang sama terjadi bagi orang
Batak dan Timor. Dalam berkomunikasi ‘memperhatikan’ adalah melihat bukan
sekedar mendengarkan. Sebaliknya oran Jawa tidak mementingkan ‘melihat’
tetapi mendengarkan. Anda membayangkqan jika seorang Jawa sedang berbicara
dengan orang Timor yang terus menerus menatap mata orang Jawa ,maka si Jawa
merasa tidak enak dan bahkan menilai orang Timor itu sangat kurang ajar.
Sebaliknya orang Timor merasa dilecehkan karena si Jawa tidak melihat dia
waktu memberikan pengarahan.
4. Intonasi
Masalah intonasi cukup berpengaruh dalam berbagai bahasa yang berbeda budaya.
Orang kadang di Lembata/Flores memakai kata bua berarti melahirkan namun
kata yang sama kalau di tekan pada huruf akhir’a’-bua’(atau buaq),berarti berlayar
;kata laha berarti marah tetapi kalau disebut tekanan di akhir ‘a’-lahaq merupakan
maki yang merujuk pada alat kelamin laki-laki.
5. Gaya Kaku atau Puitis
Ohoiwutun (1997:105) menulis bahwa jika anda membandingkan bahasa
Indonesia yang diguratkan pada awal berdirinya Negara ini dengan gaya yang
dipakai dewasa ini, dekade 90-an maka anda akan dapati bahwa bahasa Indonesia
tahun 1950-an lebih kaku. Gaya bahasa sekarang lebih dinamis lebih banyak kata
dan frase dengan makna ganda, tergantung dari konteksnya. Perbedaan ini terjadi
sebagai akibat perkembangan bahasa. Tahun 1950-an bahasa Indonesia hanya
dipengaruhi secara dominan oleh bahasa Melayu.
Dewasa ini puluhan bahasa daerah, teristimewa bahaqsa Jawa dengan puluhan juta
penutur aslinya, telah ikut mempengaruhi ‘formula’ berbahasa Indonesia.
Anehnya bila berkunjung ke Yunani anda akan mengalami gaya berbahasa Yunani
seperti yang kita alami di Indonesia sekarang ini. Disebut aneh karena Yunani
5 | P a g e
tidak mengalami pengaruh berbagai bahasa dalam sejarah perkembangan
bahasanya seperti yang dialami Indonesia.
6. Bahasa Tidak Langsung
Setiap bahasa mengajarkan kepada para penuturnya mekanisme untuk menyatakan
sesuatu secara langsung atau tidak langsung. Jika anda berhadapan dengan orang
Jepang, maka anda akan menemukan bahwa mereka sering berbahasa secara tidak
langsung, baik verbal maupun non verbal. Dalam berbisnis, umumnya surat bisnis
Amerika, menyatakan maksudnya dalam empat paragraph saja.
Variasi berbahasa Antarbudaya
Dalam berkomunikasi antarbudaya kita mengenal beberapa variasi berbahasa
yang bersumber pada: Dialek, yakni variasi berbahasa di suatu daerah dengan kosa
kata yang khas. Contoh, “sampai kita berjumpa lagi” dalam bahasa Ambon
diungkapkan dalam kalimat “sampe kitorang baku dap alai.” Untuk arti yang sama
dalam bahasa Melayu Kupang diungkapkan “sampe ketong bakatemu lagi.” Aksen ,
yang menunjukkan kepemikiran pronounciation, tekanan dalam pengucapan yang
bisa kita bedakan. Misalnya berdasarkan wilayah geografi: Contoh: umumnya orang
Texas di AS menyebut “water” sama tulisannya “water” namun orang New York
menyebutnya dengan “woter”. Jargon, yaitu sebuah unit kata atau istilah yang
dibagikan atau dipertukarkan oleh mereka yang sama profesinya atau pengalamannya.
Contoh, istilah BUMIL (ibu hamil). Argot, bahasa-bahasa khusus yang digunakan
oleh suatu kelompok yang luas dalam sebuah kebudayaan untuk mendefiisikan batas-
batas kelompok mereka dengan orang lain dan juga untuk menunjukkan posisi mereka
yang kuat dalam suatu masyarakat. Komunitas anak-anak di Malang mengucapkan
sebuah kata dengan cara membalik, contoh, Malang menjadi ngalam, kasur menjadi
rusak, dan sebagainya.
Bahasa dalam Masyarakat Multikultural
Menurut Ohoiwutun dalam Liliweri (2003; 156–160) menjelaskan bahasa dalam
suatu masyarakatmultikultural (multi etnik dan multi ras) ditentukan oleh 4 (empat)
variabel utama yaitu:
a. Heterogenitas dan Homogenitas
Suatu masyarakat multikultur adalah masyarakat yang terdiri dari bergam
etnik dan ras yang berbeda, kita sebut heterogen umumnya mengggunakan
berbagai bahasa sehingga kita sebut multilingual. Sedangkan homogenitas
mengacu pada kesamaan karakteristik kultur yang dimiliki etnik dan ras, dan
umumnya menggunakan bahasa tunggal (monolingual). Owoitun dalam
Liliweri (2003; 157), situasi multilingual di negara-negara ASEAN ternyata
memiliki dua kondisi yang berbeda, meskipun keduanya mewakili masyarakat
yang heterogen. Kelompok pertama mencakup 3 (tiga negara) yaitu Indonesia,
6 | P a g e
Filiphina dan Thailand. Mayoritas penduduk di ketiga negara ini bahasa-
bahasa yang sangat terkait erat satu sama lainnya secara genetik, sama halnya
dengan kebudayaan yang mirip satu sama lainnya. Contoh: Masyarakat bahasa
Jawa dan Madura di Indonesia. Dari sisi kebahasaan masyarakat ketiga negara
tersebut heterogen namun apabila ditinjau dari aspek etnografi masyarakat
ketiga negara tersebut bersifat homogen.
b. Bilingual atau Multilingual
Kita sebut bilingual jika seseorang atau kelompok orang menggunakan dua
bahasa dalam percakapannya dan penulisannya sehari-hari. Sebagian
masyarakat Malaysia jelas merupakan bahasa bilingual gual karena memakai
bahasa Inggris dan bahasa Melayu. Dalam masyarakat Indonesia,
penggunaaan bahasa bilingual terjadi di daerah-daerah perbatasan. Seperti
Cirebon menggunakan bahasa Jawa dan Sunda, penduduk Gilimanuk dan
Ketapang dapat berbahasa Jawa dan Bali. Yang dimaksud dengan multilingual
adalah penggunaan lebih dari dua bahasa. Seseorang atau sekelompok orang
yang dapat berbahasa daerah (Sunda atau Jawa) ditambah dengan kemampuan
berbahasa Inggris dan Jakarta, kita menyebut mereka sebagai kelompok
berbahasa multikultural.
c. Campur Kode dan Alih Kode
Di antara sesama penutur yang bilingual atau multilingual sering dijumpai
gejala yang dapat dipandang sebagai suatu kekacauan atau interfensi
berbahasa (performance Interference). Fenomena ini terlihat pada penggunaan
unsur-unsur dari suatu bahasa tertentu dalam suatu kalimat atau wacana
bahasa lain. Kita namai gejala ini sebagai gejala campur kode. Dengan
demikian canpur kode dapat didefinisikan sebagai penggunaan lebih dari satu
bahasa atau kode dalam satu wacana menurut pola-pola yang masih belum
jelas. Beberapa contoh berikut ini menunjukkan campur kode sebagaimana
yang dimaksudkan di atas:
Tanya: Hai, sampeyan mau tindak ke mana?
Jawab: Kaulo mau tindak ke saudara.
Contoh di atas menggambarkan bahwa ada campuran alih kode dari dialek
Jawa dengan bahasa Indonesia.
d. Interferensi
Hadirnya alih kode dan campur kode merupakan akibat dari kemampuan
anggota masyarakat berbahasa lebih dari satu. Selain itu bila dua atau lebih
bahasa bertemu (karena digunakan oleh penutur dari komunitas yang sama)
7 | P a g e
maka komponen-komponen tertentu dapat ditransfer dari bahasa yang satu,
yakni bahasa sumber ke bahasa lain yakni bahasa penerima. Akibatnya terjadi
pungutan bahasa atau “interference” sebagaimana diistilahkan oleh Weinrich
(1953). Proses terjadinya interferensi sejalan dengan proses terjadinya difusi
kebudayaan yang kita kenal dalam ilmu Sosiologi. Mackey dalam Aloliliweri,
2003 membedakan antara campur kode dengan interferensi bahasa. Campur
kode dikatakan sebagai interferensi, sedangkan yang kita namai interferensi
disebutnya integrasi. Gejala interferensi dapat dilihat dalam tiga dimensi
kejadian yaitu; (1) Dimensi tingkah laku berbahasa dari individu-individu di
tengah masyarakat, (2) Dimensi sistem bahasa dari kedua bahasa atau yang
lebih berbaur, dan (3) Dimensi pembelajaran bahasa.
B. Budaya
Budaya sebagai alat untuk memahami perilaku manusia atau orang lain
seringkali tidak dimaksimalkan manfaatnya. Mestinya perspektif yang obyekif harus
digunakan untuk mengimbangi subyektifitas dalam memandang perbedaan budaya.
Budaya muncul bukan karena kebetulan saja, budaya merupakan hasil proses adaptif
manusia terhadap lingkungannya baik fisik dan biologisnya. Lalu diturunkan,
diwariskan pada keturunannya terus menerus hingga tidak disadari dari mana asal
warisan kebijaksanaan tersebut. Hal ini menyebabkan individu untuk cenderung
menerima dan mempercayai apa yang dikatakan oleh budaya mereka. Mereka sering
mengabaikan makna, validitas dan objektifitas dari budaya yang mereka miliki (ini
biasanya dalam hal mitos mitos masyarakat akan tradisi yang dijalani).
Seringkali hal ini masih berlanjut pada penolakan “kebenaran” kultural yang
dirasa bertentangan dengan kulturnya sendiri yang merangsang munculnya prasangka
- prasangka dan memunculkan budaya yang etnosentrik (dengan stereotip sebagai
informasi “terbatas’’ untuk menilai sekelompok orang yang hampir tidak kita kenal).
Dalam kehidupan yang mutikultural seperti di Indonesia, perlu untuk memahami apa
yang terjadi dan mengembangkan kemampuan untuk mengatasi permasalahan
perbedaan budaya. Semakin kita mengenal budaya orang lain, semakin terampillah
kita memperkirakan ekspektasi orang lain dan memenuhi ekspektasinya tersebut. Jika
hal ini berhasil maka pencapaian tujuan dalam kehidupan akan terwujud sesuai
dengan target. Kunci pokok yang dapat mengantarkan kita ke dalam tujuan besar itu
diperlukan pemahaman akan perbedaan budaya yang ada dan mendasari latar
belakang perilaku seseorang dan pemahaman akan sebuah komunikasi antar budaya di
antara pelaku komunikasi tersebut. Untuk itu, kita akan memulai pembahasan dengan
menjelaskan apa itu budaya.
Parameter - Parameter Budaya
Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok tertentu. Bahwa setiap
kelompok masyarakat memiliki suatu bahasa, makan beserta caranya yang berbeda
sehingga bagi yang berbeda dengan kelompok lain. sehingga bagi yang bukan bagian
dari kelompok tersebut akan merasa asing dan menganggapnya unik.
8 | P a g e
Budaya merupakan pengetahuan yang dapat dikomunikasikan, sifat perilaku
dipelajari yang juga ada pada anggota kelompok sosial dan berwujud pada lembaga -
lembaga dan artefak - artefak. Pengetahuan ini menyangkut bagaimana menghadapi
dan beradaptasi dengan tantangan hidup yang ada. Misalnya kelahiran, pertumbuhan,
hubungan - hubungan sosial, dan bahkan kematian. Serta ketika orang beradaptasi
dengan hal ganjil yang ada di muka bumi ini.
Budaya membantu memahami wilayah planet atau ruang yang kita tempati.
Suatu tempat hanya asing bagi orang asing, tidak untuk oarang yang menempati.
Budaya memudahkan kehidupan dengan memberi solusi, menetapkan pola hubungan
dan cara memelihara kohesi dan konsensus kelompok.
Karakteristik Budaya
1. Komunikasi dan bahasa
Sistem komunikasi, verbal dan non- verbal, satu unsur yang membedakan satu
kelompok dengan kelompok lainnya. Ada sekitar 15 bahasa utama atau lebih
dan tiap – tiapnya terdapat dialek, logat, jargon dan ragam lainnya. Belum lagi
gerak gerik bahasa tubuh yang mingkin universal namun beda makna secara
lokal atau kultural.
2. Pakaian dan penampilan
Meliputi pakaian, perhiasan dan dandanan. Pakaian ini akan menjadi ciri yang
menandakan seseorang berasal dari daerah mana. Atau ciri lukisan pada muka
dan badan orang Papua atau orang Indian yang ada saat akan berperang
menandakan keberanian.
3. Makanan dan kebiasaan makan
Ciri ini menyangkut hal dalam pemilihan, penyajian, dan cara akan.
Dilarangnya seorang muslim untuk mengkonsumsi daging babi, tidak berlaku
bagi mereka orang Cina. Orang Sunda terkesan senang makan tanpa alat
sendok (tangan saja) akan terlihat kurang sopan bagi mereka orang – orang
barat.
4. Waktu dan kesadaran akan waktu
Hal ini menyangkut pandangan orang akan waktu. Sebagian orang tepat waktu
dan sebagian lain berpandangan merelatifkan waktu. Ada orang yang tidak
mempedulikan jam atau menit tapi hanya menandai waktunya dengan saat
matahari terbit atau saat matahari terbenam saja.
9 | P a g e
Pendekatan Sistem Terhadap Budaya
1. Sistem kekeluargaan
Ini menyangkut hubungan – hubungan kekeluargaan dan cara bagaimana
sekelompok orang memperanakkan, melatih dan mensosialisasikan anak-
anaknya.
2. Sistem pendidikan
Ini berkaitan dengan bagaiman anggota-anggota baru masyarakat memperoleh
informasi, ketrampilan, pengetahuan dan nilai-nilai. Sistem ini bisa formal dan
informal.
3. Sistem ekonomi
Menyangkut cara masyarakat menghasilakan, menyalurkan barang dan jasa-
jasa pelayanannya.
4. Sistem politik
Merupakan alat utama pemerintah untuk memelihara keteraturan dan
melaksanakan kekuasaan atau wewenang.
5. Sistem agama
Hal ini berkenaan dengan cara memberi makna dan motivasi pada kehidupan
di luar aspek material yakni spiritual atau hal-hal gaib.
6. Sistem asosiasi
Mengenai jaringan pengelompokan sosial yang dibentuk orang-orang. Meski
ada yang bersifat individualistik dan menghindari asosiasi.
7. Sistem kesehatan
Hal ini menyangkut bagaimana cara untuk menghindari dan mengobati
penyakit atau merawat orang yang sakit.
8. Sistem rekreasi
Hal ini berkaitan dengan cara dalam bergaul dan menggunakan waktu luang
atau waktu santai yang dimiliki.
10 | P a g e
Istilah Budaya yang Penting
Untuk membantu memahami perbedaan budaya perlu untuk memperhatikan hal-hal
berikut :
a. Subkultur atau mikrokultur
Dalam masyarakat besar terdapat suatu budaya besar yang dominan yang sama,
dan terdapat di dalamnya sub-kelompok yang punya ciri yang berbeda dengan sub
lainnya. Hal ini diklasifikasikan berdasarkan usia, kelas sosial, jenis kelamin, ras
atau entitas pembeda lainnya.
b. Unsur universal dan keanekaragaman
Unsur universal ini bersifat umum yang mengedepankan persamaan di antaranya.
Misal saja usia. Keanekaragaman memperlihatkan sifat yang lebih khusus karena
mengedepankan nilai perbedaannya. Misal, jenis kelamin.
c. Perilaku rasional, irrasional, nonrasional
Perilaku rasional adalah apa yang dianggap orang masuk akal untuk mencapai
tujuan-tujuannya. Perilaku irrasional menyimpang dari norma masyarakat dan
bersumber dari frustasi dalam memuaskan kebutuhannya, tanpa logika dan
mengedepankan respon emosional. Perilaku nonrasional tidak berdasarkan logika,
tidak juga bertentangan dengan ekspektasi yang masuk akal (dipengaruhi budaya
atau subkultural orang lain). Kita tidak sadar mengapa melakukan, mempercayai
dan berprasangka menurut pandangan orang di luar budaya sendiri.
d. Tradisi
Suatu hal yang dapat diekspresikan dalam kebiasaan tak tertulis, pantangan dan
sanksi-sanksi. Dan ini yang mempengaruhi akan perilaku dan prosedur suatu
budaya.
e. Keunikan budaya
Menghargai keunikan dari suatu budaya lain yang asing adalah suatu hal penting.
Tetap berkomunikasi dan menghormati budaya yang beda ini tidak membuat kita
dituduh etnoenstrik.
Maka untuk memahami perbedaan – perbedaan budaya secara lebih efektif, langkah
pertama yang harus ditempuh adalah meningkatkan kesadaran budaya seseorang
secara umum. Setiap orang harus memahami konsep budaya dan ciri-cirinya sebelum
ia memperoleh manfaat yang sebaik-baiknya dari studi tentang aspek-aspek khusus
budaya asing.

More Related Content

What's hot

Diri dan pesan (teori interaksi simbolik)
Diri dan pesan (teori interaksi simbolik)Diri dan pesan (teori interaksi simbolik)
Diri dan pesan (teori interaksi simbolik)
Tami Amalia
 
10. komunikasi lintas budaya 2
10. komunikasi lintas budaya 210. komunikasi lintas budaya 2
10. komunikasi lintas budaya 2
Yoga Pratama
 
Teori Budaya Organisasi
Teori Budaya OrganisasiTeori Budaya Organisasi
Teori Budaya Organisasi
mankoma2012
 
Ppt model model komunikasi kelompok excellent
Ppt model model komunikasi kelompok excellentPpt model model komunikasi kelompok excellent
Ppt model model komunikasi kelompok excellent
Salma Van Licht
 
Teori Dialektika Relasional
Teori Dialektika RelasionalTeori Dialektika Relasional
Teori Dialektika Relasional
mankoma2013
 
Ppt komunikasi
Ppt komunikasiPpt komunikasi
Ppt komunikasi
putiandinis
 
Komunikasi antarbudaya
Komunikasi antarbudayaKomunikasi antarbudaya
Komunikasi antarbudaya
Lulu Luffiyah
 
7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi
Eka Kristina Dewi
 
Coordinated Management of Meaning Theory
Coordinated Management of Meaning TheoryCoordinated Management of Meaning Theory
Coordinated Management of Meaning Theorymankoma2013
 
Teori Media Ekologi
Teori Media EkologiTeori Media Ekologi
Teori Media Ekologimankoma2013
 
Dramatism Theory
Dramatism TheoryDramatism Theory
Dramatism Theory
mankoma2012
 
TEORI KOMUNIKASI PENGURANGAN KETIDAKPASTIAN
TEORI KOMUNIKASIPENGURANGAN KETIDAKPASTIANTEORI KOMUNIKASIPENGURANGAN KETIDAKPASTIAN
TEORI KOMUNIKASI PENGURANGAN KETIDAKPASTIAN
Teddy Ayomi
 
Realitas media dan konstruksi sosial media massa
Realitas media dan konstruksi sosial media massaRealitas media dan konstruksi sosial media massa
Realitas media dan konstruksi sosial media massa
University of Andalas
 
Makalah Komunikasi Massa
Makalah Komunikasi MassaMakalah Komunikasi Massa
Makalah Komunikasi Massa
Anisa Rochmiana
 
10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitian
10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitian10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitian
10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitian
pycnat
 
KOMUNIKASI DAN BUDAYA
KOMUNIKASI DAN BUDAYA KOMUNIKASI DAN BUDAYA
KOMUNIKASI DAN BUDAYA
intankhumairoh
 
sejarah dan perkembangan bahasa indonesia
sejarah dan perkembangan bahasa indonesiasejarah dan perkembangan bahasa indonesia
sejarah dan perkembangan bahasa indonesiaElvarinna Permata
 
Model komunikasi massa
Model komunikasi massaModel komunikasi massa
Model komunikasi massa
Sari Gultom
 
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)
Alvin Agustino Saputra
 
Masyarakat cyber
Masyarakat cyberMasyarakat cyber
Masyarakat cyber
University of Andalas
 

What's hot (20)

Diri dan pesan (teori interaksi simbolik)
Diri dan pesan (teori interaksi simbolik)Diri dan pesan (teori interaksi simbolik)
Diri dan pesan (teori interaksi simbolik)
 
10. komunikasi lintas budaya 2
10. komunikasi lintas budaya 210. komunikasi lintas budaya 2
10. komunikasi lintas budaya 2
 
Teori Budaya Organisasi
Teori Budaya OrganisasiTeori Budaya Organisasi
Teori Budaya Organisasi
 
Ppt model model komunikasi kelompok excellent
Ppt model model komunikasi kelompok excellentPpt model model komunikasi kelompok excellent
Ppt model model komunikasi kelompok excellent
 
Teori Dialektika Relasional
Teori Dialektika RelasionalTeori Dialektika Relasional
Teori Dialektika Relasional
 
Ppt komunikasi
Ppt komunikasiPpt komunikasi
Ppt komunikasi
 
Komunikasi antarbudaya
Komunikasi antarbudayaKomunikasi antarbudaya
Komunikasi antarbudaya
 
7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi
 
Coordinated Management of Meaning Theory
Coordinated Management of Meaning TheoryCoordinated Management of Meaning Theory
Coordinated Management of Meaning Theory
 
Teori Media Ekologi
Teori Media EkologiTeori Media Ekologi
Teori Media Ekologi
 
Dramatism Theory
Dramatism TheoryDramatism Theory
Dramatism Theory
 
TEORI KOMUNIKASI PENGURANGAN KETIDAKPASTIAN
TEORI KOMUNIKASIPENGURANGAN KETIDAKPASTIANTEORI KOMUNIKASIPENGURANGAN KETIDAKPASTIAN
TEORI KOMUNIKASI PENGURANGAN KETIDAKPASTIAN
 
Realitas media dan konstruksi sosial media massa
Realitas media dan konstruksi sosial media massaRealitas media dan konstruksi sosial media massa
Realitas media dan konstruksi sosial media massa
 
Makalah Komunikasi Massa
Makalah Komunikasi MassaMakalah Komunikasi Massa
Makalah Komunikasi Massa
 
10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitian
10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitian10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitian
10 judul penelitian komunikasi beserta konsep penelitian
 
KOMUNIKASI DAN BUDAYA
KOMUNIKASI DAN BUDAYA KOMUNIKASI DAN BUDAYA
KOMUNIKASI DAN BUDAYA
 
sejarah dan perkembangan bahasa indonesia
sejarah dan perkembangan bahasa indonesiasejarah dan perkembangan bahasa indonesia
sejarah dan perkembangan bahasa indonesia
 
Model komunikasi massa
Model komunikasi massaModel komunikasi massa
Model komunikasi massa
 
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)
 
Masyarakat cyber
Masyarakat cyberMasyarakat cyber
Masyarakat cyber
 

Viewers also liked

Budaya, Bahasa, dan Komunikasi
Budaya, Bahasa, dan KomunikasiBudaya, Bahasa, dan Komunikasi
Budaya, Bahasa, dan Komunikasi
Muhammad Akhyar
 
Bahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budaya
Bahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budayaBahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budaya
Bahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budayaFuji Lestari
 
Komunikasi antar budaya
Komunikasi antar budayaKomunikasi antar budaya
Komunikasi antar budaya
Em Tibyan
 
Kontektual komunikasi lintas budaya
Kontektual komunikasi lintas budayaKontektual komunikasi lintas budaya
Kontektual komunikasi lintas budaya
Amin Murti
 
Budaya dan komunikasi interpersonal
Budaya dan komunikasi interpersonalBudaya dan komunikasi interpersonal
Budaya dan komunikasi interpersonal
Ratih Aini
 
Komunikasi antarbudaya
Komunikasi antarbudayaKomunikasi antarbudaya
Komunikasi antarbudaya
Ratih Aini
 
Gangguan Psikologis dari Tinjauan Psikologi Lintas
Gangguan Psikologis dari Tinjauan Psikologi LintasGangguan Psikologis dari Tinjauan Psikologi Lintas
Gangguan Psikologis dari Tinjauan Psikologi Lintas
Muhammad Akhyar
 
Hal-Hal yang Menurut Saya Anda Perlu Tahu tentang 26 Desember
Hal-Hal yang Menurut Saya Anda Perlu Tahu tentang 26 DesemberHal-Hal yang Menurut Saya Anda Perlu Tahu tentang 26 Desember
Hal-Hal yang Menurut Saya Anda Perlu Tahu tentang 26 Desember
Muhammad Akhyar
 
Humas Dalam Organisasi
Humas Dalam OrganisasiHumas Dalam Organisasi
Humas Dalam Organisasi
Gilang Communication
 
Kode etik profesi public relations
Kode etik profesi  public relationsKode etik profesi  public relations
Kode etik profesi public relationsGalih Prakoso
 
Psikologi Lintas-Budaya: Penerapannya
Psikologi Lintas-Budaya: PenerapannyaPsikologi Lintas-Budaya: Penerapannya
Psikologi Lintas-Budaya: Penerapannya
Muhammad Akhyar
 
Komunikasi Bisnis Antar Budaya dalam Era Globalisasi
Komunikasi Bisnis Antar Budaya dalam Era GlobalisasiKomunikasi Bisnis Antar Budaya dalam Era Globalisasi
Komunikasi Bisnis Antar Budaya dalam Era Globalisasi
Jurnal Go-Blog
 
INOVASI PEMBELAJARAN
INOVASI PEMBELAJARANINOVASI PEMBELAJARAN
INOVASI PEMBELAJARAN
UNIVERSITY OF ADI BUANA SURABAYA
 
KONSELING LINTAS BUDAYA
KONSELING LINTAS BUDAYAKONSELING LINTAS BUDAYA
KONSELING LINTAS BUDAYA
Sefti Rholanjiba
 
budaya dan komunikasi interpersonal
budaya dan komunikasi interpersonalbudaya dan komunikasi interpersonal
budaya dan komunikasi interpersonal
Ratih Aini
 
Komunikasi lintas budaya
Komunikasi lintas budayaKomunikasi lintas budaya
Komunikasi lintas budayadanishEPratiwi
 
BK Lintas Budaya
BK Lintas BudayaBK Lintas Budaya
BK Lintas Budaya
Reni H_dika BK
 
Komunikasi antar pribadi
Komunikasi antar pribadiKomunikasi antar pribadi
Komunikasi antar pribadi
puput_rahma
 
Makalah - Penggunaan Media Sosial Obrolan pada Aktivitas Komunikasi Mahasiswa...
Makalah - Penggunaan Media Sosial Obrolan pada Aktivitas Komunikasi Mahasiswa...Makalah - Penggunaan Media Sosial Obrolan pada Aktivitas Komunikasi Mahasiswa...
Makalah - Penggunaan Media Sosial Obrolan pada Aktivitas Komunikasi Mahasiswa...
Iqbal Abiyoga
 

Viewers also liked (20)

Budaya, Bahasa, dan Komunikasi
Budaya, Bahasa, dan KomunikasiBudaya, Bahasa, dan Komunikasi
Budaya, Bahasa, dan Komunikasi
 
Bahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budaya
Bahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budayaBahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budaya
Bahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budaya
 
Komunikasi antar budaya
Komunikasi antar budayaKomunikasi antar budaya
Komunikasi antar budaya
 
Kontektual komunikasi lintas budaya
Kontektual komunikasi lintas budayaKontektual komunikasi lintas budaya
Kontektual komunikasi lintas budaya
 
Budaya dan komunikasi interpersonal
Budaya dan komunikasi interpersonalBudaya dan komunikasi interpersonal
Budaya dan komunikasi interpersonal
 
Komunikasi antarbudaya
Komunikasi antarbudayaKomunikasi antarbudaya
Komunikasi antarbudaya
 
Gangguan Psikologis dari Tinjauan Psikologi Lintas
Gangguan Psikologis dari Tinjauan Psikologi LintasGangguan Psikologis dari Tinjauan Psikologi Lintas
Gangguan Psikologis dari Tinjauan Psikologi Lintas
 
Hal-Hal yang Menurut Saya Anda Perlu Tahu tentang 26 Desember
Hal-Hal yang Menurut Saya Anda Perlu Tahu tentang 26 DesemberHal-Hal yang Menurut Saya Anda Perlu Tahu tentang 26 Desember
Hal-Hal yang Menurut Saya Anda Perlu Tahu tentang 26 Desember
 
Etika profesi humas
Etika profesi humasEtika profesi humas
Etika profesi humas
 
Humas Dalam Organisasi
Humas Dalam OrganisasiHumas Dalam Organisasi
Humas Dalam Organisasi
 
Kode etik profesi public relations
Kode etik profesi  public relationsKode etik profesi  public relations
Kode etik profesi public relations
 
Psikologi Lintas-Budaya: Penerapannya
Psikologi Lintas-Budaya: PenerapannyaPsikologi Lintas-Budaya: Penerapannya
Psikologi Lintas-Budaya: Penerapannya
 
Komunikasi Bisnis Antar Budaya dalam Era Globalisasi
Komunikasi Bisnis Antar Budaya dalam Era GlobalisasiKomunikasi Bisnis Antar Budaya dalam Era Globalisasi
Komunikasi Bisnis Antar Budaya dalam Era Globalisasi
 
INOVASI PEMBELAJARAN
INOVASI PEMBELAJARANINOVASI PEMBELAJARAN
INOVASI PEMBELAJARAN
 
KONSELING LINTAS BUDAYA
KONSELING LINTAS BUDAYAKONSELING LINTAS BUDAYA
KONSELING LINTAS BUDAYA
 
budaya dan komunikasi interpersonal
budaya dan komunikasi interpersonalbudaya dan komunikasi interpersonal
budaya dan komunikasi interpersonal
 
Komunikasi lintas budaya
Komunikasi lintas budayaKomunikasi lintas budaya
Komunikasi lintas budaya
 
BK Lintas Budaya
BK Lintas BudayaBK Lintas Budaya
BK Lintas Budaya
 
Komunikasi antar pribadi
Komunikasi antar pribadiKomunikasi antar pribadi
Komunikasi antar pribadi
 
Makalah - Penggunaan Media Sosial Obrolan pada Aktivitas Komunikasi Mahasiswa...
Makalah - Penggunaan Media Sosial Obrolan pada Aktivitas Komunikasi Mahasiswa...Makalah - Penggunaan Media Sosial Obrolan pada Aktivitas Komunikasi Mahasiswa...
Makalah - Penggunaan Media Sosial Obrolan pada Aktivitas Komunikasi Mahasiswa...
 

Similar to Bahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budaya

Komunikasi Verbal & Non-Verbal
Komunikasi Verbal & Non-VerbalKomunikasi Verbal & Non-Verbal
Komunikasi Verbal & Non-Verbal
Lisa Ramadhanty
 
Teks 1 hakikat bahasa
Teks  1 hakikat bahasaTeks  1 hakikat bahasa
Teks 1 hakikat bahasa
Tohir Haliwaza
 
Bahasa manusia 2017
Bahasa manusia 2017Bahasa manusia 2017
Bahasa manusia 2017
Muchlis Soleiman
 
Bahasa manusia
Bahasa manusiaBahasa manusia
Bahasa manusia
Muchlis Soleiman
 
Komunikasi lintas Budaya BAB II.pdf
Komunikasi lintas Budaya BAB II.pdfKomunikasi lintas Budaya BAB II.pdf
Komunikasi lintas Budaya BAB II.pdf
RifayAbas1
 
Seful anwar
Seful anwarSeful anwar
Seful anwar
iwan Alit
 
Antropologi
Antropologi Antropologi
Antropologi
Cecilliedatala
 
Kaitan komunikasi dengan aspek paralinguistik, linguistik dan
Kaitan komunikasi dengan aspek paralinguistik, linguistik danKaitan komunikasi dengan aspek paralinguistik, linguistik dan
Kaitan komunikasi dengan aspek paralinguistik, linguistik dan
Akid Suhaimi
 
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
Ibi E
 
Hakikat Bahasa.docx
Hakikat Bahasa.docxHakikat Bahasa.docx
Hakikat Bahasa.docx
DivaSafitri7
 
Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)
Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)
Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)
roviantoelieser
 
Kedudukan dan fungsi serta unsur bahasa
Kedudukan dan fungsi serta unsur bahasaKedudukan dan fungsi serta unsur bahasa
Kedudukan dan fungsi serta unsur bahasa
Riski Hp
 
Tugas artikel bahasa indonesia
Tugas artikel bahasa indonesiaTugas artikel bahasa indonesia
Tugas artikel bahasa indonesia
Ega Arsita
 
52462393 makalah-bahasa-gaul
52462393 makalah-bahasa-gaul52462393 makalah-bahasa-gaul
52462393 makalah-bahasa-gaulKatarina Yuliana
 
Bahan ajar
Bahan ajarBahan ajar
Bahan ajar
novi igayana
 
Miskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang Budaya
Miskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang BudayaMiskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang Budaya
Miskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang Budaya
RizkiMagfirah
 
MISKOMUNIKASI DI KALANGAN MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN LATAR BELAKANG BUDAYA_IS...
MISKOMUNIKASI DI KALANGAN MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN LATAR BELAKANG BUDAYA_IS...MISKOMUNIKASI DI KALANGAN MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN LATAR BELAKANG BUDAYA_IS...
MISKOMUNIKASI DI KALANGAN MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN LATAR BELAKANG BUDAYA_IS...
Aurellia Christy
 
Makalah Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Tiga Keterampilan Berbahasa La...
Makalah Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Tiga Keterampilan Berbahasa La...Makalah Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Tiga Keterampilan Berbahasa La...
Makalah Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Tiga Keterampilan Berbahasa La...
FAJAR MENTARI
 
Bahasa indonesia softskill smt5
Bahasa indonesia softskill smt5Bahasa indonesia softskill smt5
Bahasa indonesia softskill smt5Nareswari N
 

Similar to Bahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budaya (20)

Komunikasi Verbal & Non-Verbal
Komunikasi Verbal & Non-VerbalKomunikasi Verbal & Non-Verbal
Komunikasi Verbal & Non-Verbal
 
Teks 1 hakikat bahasa
Teks  1 hakikat bahasaTeks  1 hakikat bahasa
Teks 1 hakikat bahasa
 
Bahasa manusia 2017
Bahasa manusia 2017Bahasa manusia 2017
Bahasa manusia 2017
 
Bahasa manusia
Bahasa manusiaBahasa manusia
Bahasa manusia
 
Komunikasi lintas Budaya BAB II.pdf
Komunikasi lintas Budaya BAB II.pdfKomunikasi lintas Budaya BAB II.pdf
Komunikasi lintas Budaya BAB II.pdf
 
Seful anwar
Seful anwarSeful anwar
Seful anwar
 
Tugas kelompok bahasa
Tugas kelompok bahasaTugas kelompok bahasa
Tugas kelompok bahasa
 
Antropologi
Antropologi Antropologi
Antropologi
 
Kaitan komunikasi dengan aspek paralinguistik, linguistik dan
Kaitan komunikasi dengan aspek paralinguistik, linguistik danKaitan komunikasi dengan aspek paralinguistik, linguistik dan
Kaitan komunikasi dengan aspek paralinguistik, linguistik dan
 
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
Diglosia by klp. 6 (ibi, cecep, lulu)
 
Hakikat Bahasa.docx
Hakikat Bahasa.docxHakikat Bahasa.docx
Hakikat Bahasa.docx
 
Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)
Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)
Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)
 
Kedudukan dan fungsi serta unsur bahasa
Kedudukan dan fungsi serta unsur bahasaKedudukan dan fungsi serta unsur bahasa
Kedudukan dan fungsi serta unsur bahasa
 
Tugas artikel bahasa indonesia
Tugas artikel bahasa indonesiaTugas artikel bahasa indonesia
Tugas artikel bahasa indonesia
 
52462393 makalah-bahasa-gaul
52462393 makalah-bahasa-gaul52462393 makalah-bahasa-gaul
52462393 makalah-bahasa-gaul
 
Bahan ajar
Bahan ajarBahan ajar
Bahan ajar
 
Miskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang Budaya
Miskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang BudayaMiskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang Budaya
Miskomunikasi di Kalangan Mahasiswa Akibat Perbedaan Latar Belakang Budaya
 
MISKOMUNIKASI DI KALANGAN MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN LATAR BELAKANG BUDAYA_IS...
MISKOMUNIKASI DI KALANGAN MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN LATAR BELAKANG BUDAYA_IS...MISKOMUNIKASI DI KALANGAN MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN LATAR BELAKANG BUDAYA_IS...
MISKOMUNIKASI DI KALANGAN MAHASISWA AKIBAT PERBEDAAN LATAR BELAKANG BUDAYA_IS...
 
Makalah Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Tiga Keterampilan Berbahasa La...
Makalah Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Tiga Keterampilan Berbahasa La...Makalah Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Tiga Keterampilan Berbahasa La...
Makalah Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Tiga Keterampilan Berbahasa La...
 
Bahasa indonesia softskill smt5
Bahasa indonesia softskill smt5Bahasa indonesia softskill smt5
Bahasa indonesia softskill smt5
 

More from Fuji Lestari

Teori teori relevan dengan komunikasi politik
Teori   teori relevan dengan komunikasi politikTeori   teori relevan dengan komunikasi politik
Teori teori relevan dengan komunikasi politik
Fuji Lestari
 
Riset formatif kampanye dan propaganda
Riset formatif kampanye dan propagandaRiset formatif kampanye dan propaganda
Riset formatif kampanye dan propaganda
Fuji Lestari
 
Iklim kelompok
Iklim kelompokIklim kelompok
Iklim kelompok
Fuji Lestari
 
Logika (kesalahan berpikir)
Logika (kesalahan berpikir)Logika (kesalahan berpikir)
Logika (kesalahan berpikir)Fuji Lestari
 
Permasalahan Pemilu 2009
Permasalahan Pemilu 2009Permasalahan Pemilu 2009
Permasalahan Pemilu 2009Fuji Lestari
 
Pelanggaran terhadap polstranas di bidang hukum
Pelanggaran terhadap polstranas di bidang hukumPelanggaran terhadap polstranas di bidang hukum
Pelanggaran terhadap polstranas di bidang hukumFuji Lestari
 
Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum
Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukumPelangaran terhadap polstranas di bidang hukum
Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukumFuji Lestari
 
Makalah logika
Makalah logikaMakalah logika
Makalah logika
Fuji Lestari
 
Silogisme hipotesis
Silogisme hipotesisSilogisme hipotesis
Silogisme hipotesis
Fuji Lestari
 
Aktualisasi penyampaian
Aktualisasi penyampaianAktualisasi penyampaian
Aktualisasi penyampaian
Fuji Lestari
 
Optimalisasi persiapan berpidato
Optimalisasi persiapan berpidatoOptimalisasi persiapan berpidato
Optimalisasi persiapan berpidato
Fuji Lestari
 

More from Fuji Lestari (12)

Teori teori relevan dengan komunikasi politik
Teori   teori relevan dengan komunikasi politikTeori   teori relevan dengan komunikasi politik
Teori teori relevan dengan komunikasi politik
 
Riset formatif kampanye dan propaganda
Riset formatif kampanye dan propagandaRiset formatif kampanye dan propaganda
Riset formatif kampanye dan propaganda
 
Iklim kelompok
Iklim kelompokIklim kelompok
Iklim kelompok
 
Logika (kesalahan berpikir)
Logika (kesalahan berpikir)Logika (kesalahan berpikir)
Logika (kesalahan berpikir)
 
Permasalahan Pemilu 2009
Permasalahan Pemilu 2009Permasalahan Pemilu 2009
Permasalahan Pemilu 2009
 
Pelanggaran terhadap polstranas di bidang hukum
Pelanggaran terhadap polstranas di bidang hukumPelanggaran terhadap polstranas di bidang hukum
Pelanggaran terhadap polstranas di bidang hukum
 
Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum
Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukumPelangaran terhadap polstranas di bidang hukum
Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum
 
Makalah logika
Makalah logikaMakalah logika
Makalah logika
 
Silogisme hipotesis
Silogisme hipotesisSilogisme hipotesis
Silogisme hipotesis
 
Komunikan
KomunikanKomunikan
Komunikan
 
Aktualisasi penyampaian
Aktualisasi penyampaianAktualisasi penyampaian
Aktualisasi penyampaian
 
Optimalisasi persiapan berpidato
Optimalisasi persiapan berpidatoOptimalisasi persiapan berpidato
Optimalisasi persiapan berpidato
 

Bahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budaya

  • 1. Bahasa dan Budaya dalam Komunikasi Lintas Budaya Mata Kuliah: Komunikasi Lintas Budaya Dosen: Pramono Benyamin, Drs., M.Pd Disusun oleh: Dinar Dina K (210110130231) Fadly (210110130284) Fuji Lestari (210110130215) Irmania Nita A (210110130198) Salsabila Fitri F (210110130249) Ilmu Komunikasi B UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PRODI ILMU KOMUNIKASI 2015
  • 2. 2 | P a g e A. Bahasa Verbal Secara etimologis, kata verbal berasal dari verb (bahasa Latin) yang berarti word (kata). Word merupakan terjemahan dari bahasa Yunani, rhema, yang berarti ‘sesuatu’ yang digunakan untuk menggambarkan tindakan, eksistensi, kejadian, atau peristiwa, atau ‘sesuatu’ yang digunakan sebagai pembantu atau penghubung sebuah predikat. Kata ‘verbal’ sendiri berasal dari bahasa Latin, verbalis, verbum yang sering pula dimaksudkan dengan ‘berarti’ atau ‘bermakna melalui kata-kata’, atau yang berkaitan dengan ‘kata’ yang digunakan untuk menerangkan fakta, ide, atau tindakan yang lebih sering berbentuk percakapan lisan daripada tulisan. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa komunikasi verbal adalah bahasa – kata dengan aturan tata bahasa, baik secara lisan maupun secara tertulis. Dan hanya manusia yang dapat melambangkan keadaan dunia malalui bahasa. Perilaku verbal sebenarnya adalah komunikasi verbal yang biasa kita lakukan sehari-hari. Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis symbol yang menggunakan kata-kata atau lebih. Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan orang lain secara lisan. Suatu system kode verbal disebut bahasa. Bahasa dapat didefinisikan sebagai perangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami suatu komunitas . Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentatifkan berbagai aspek realitas individu kita. Dengan kata lain, kata-kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang mewakili kata-kata itu. Ketika komunikasi melibatkan orang-orang berbeda budaya, banyak pengalaman berbeda dan akhirnya proses komunikasi juga menyulitkan. Fungsi bahasa dalam kehidupan manusia. Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang,objek dan peristiwa. Setiap orang mempunyai nama untuk identifikasi sosial. Orang juga dapat menamai apa saja, objek-objek yang berlainan,termasuk perasaan tertentu yang mereka alami. Penanaman adalah dimensi pertama bahasa dan basis bahasa pada awalnya dilakukan manusia sesuaka mereka yang lalu menjadi konvensi (Aubrey Fisher dan Catherine Adam,1994). Suatu objek mempunyai beberapa tingkat abstraksi. Semakin luas kelasnya, semakin abstrak konsep tersebut. Sepanjang hidup kita sebenarnya belajar mengabstraksikan segala sesuatu. Menurut Larry L. Barker dalam Mulyana (2007), bahasa memiliki 3 fungsi; penanaman (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi. Penanaman
  • 3. 3 | P a g e atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang dengan menyebut namanya, sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi menurut barker, menekankan berbagai gagasan dan emosi yang dapat mengundang simpati dan pengertaian atau kemarahan dan kebingungan. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Fungsi bahasa inilah yang disebut fungsi transmisi. Barker berpandangan, keistimewaan bahasa sebagai transmisi informasi yang lintas waktu, dengan menghubungkan masa lalu, masa kini dan masa yang akan dating, memungkinkan kesinambungan budaya dan tradisi kita. Tanpa bahasa kita tidak mungkin bertukar informasi; kita tidak mungkin menghadirkan semua objek dan tempat untuk kita rujuk dalam komunikasi kita. Menurut Mulyana( 2007), menambahkan agar komunikasi kita berhasil, bahasa harus memenuhi tiga fungsi yaitu: untuk mengenal dunia disekitar kita; berhubungan dengan orang lain; dan untuk menciptakan koherensi dalam hidup kita. Melalui fungsi pertama kita dapat mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah yang hidup pada masa lalu seperti Mesir Kuno. Kita juga dapat berbagi pengalaman masa lalu dan masa kini yang kita alami, dan juga pengetahuan yang kita dapatkan dari berbagai media. Fungsi bahasa kedua adalah sebagai sarana untuk berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini berkaitan dengan fungsi komunikasi khususnya fungsi sosial dan fungsi instrumental. Secara sederhana bahasa dapat diartikan sebagai suatu sistem lambang terorganisasikan, disepakati secara umum dan merupakan hasil belajar yang digunakan untuk menyajikan pengalaman – pengalaman dalam suatu komunitas geografis dan budaya. Bahasa merupakan alat utama yang digunakan budaya untuk menyalurkan kepercayaan, nilai dan norma. Bahasa merupakan alat bagi orang-orang untuk berinteraksi dengan orang-orang lain dan juga sebagai alat untuk alat berpikir. Maka bahasa berfungsi sebagai suatu mekanisme untuk berkomunikasi dan sekligus sebagai pedoman untuk melihat realitas sosial. Bahasa mempengaruhi persepsi, menyalurkan dan turut membentuk pikiran. Kemampuan menyampaikan pesan verbal antar budaya. Menurut Ohoiwutun (1997) dalam Liliweri (2003), dalam berkomunikasi antar budaya ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Kapan Orang Berbicara Jika kita berkomunikasi antar budaya perlu diperhatikan ada kebiasaan (habits) budaya yang mengajarkan kepatutan kapan seorang harus atau boleh berbicara. Orang Timor, Batak, Sulawesi, Ambon, Irian, mewarisi sikap kapan saja bisa berbicara, tanpa membedakan tua dan muda, artinya berbicara semaunya saja, berbicara tidak mengenal batas usia. Namun orang Jawa dan Sunda mengenbal aturan atau kebiasaan kapan orang berbicara, misalnya yang lebih muda mendengarkan lebih banyak daripada yang tua, yang tua lebih bayak berbicara
  • 4. 4 | P a g e dari yang muda. Perbedaan norma berbahasa ini dapat mengakibatkan konflik antarbudaya hanya karena salah memberikan makna kapan orang harus berbicara. 2. Apa yang Dikatakan Laporan penelitian Tannen (1984-an) menunjukan bahwa orang-orang New York keturunan Yahudi lebih cenderung berceritera dibanding dengan teman-temannya di California. Ceritera mereka (New York Yahudi) selalu terkait dengan pengalaman dan perasaan pribadi .Masing-masing anggota kelompok kurang tertarik pada isi ceritera yang di-kemukakan anggota kelompok lainnya . 3. Hal Memperhatikan Konsep ini berkaitan erat dengan gaze atau pandangan mata yang diperkenankan waktu berbicara bersama-sama. Orang-orang kulit hitam biasanya berbicara sambil menatap mata dan wajah orang lain, hal yang sama terjadi bagi orang Batak dan Timor. Dalam berkomunikasi ‘memperhatikan’ adalah melihat bukan sekedar mendengarkan. Sebaliknya oran Jawa tidak mementingkan ‘melihat’ tetapi mendengarkan. Anda membayangkqan jika seorang Jawa sedang berbicara dengan orang Timor yang terus menerus menatap mata orang Jawa ,maka si Jawa merasa tidak enak dan bahkan menilai orang Timor itu sangat kurang ajar. Sebaliknya orang Timor merasa dilecehkan karena si Jawa tidak melihat dia waktu memberikan pengarahan. 4. Intonasi Masalah intonasi cukup berpengaruh dalam berbagai bahasa yang berbeda budaya. Orang kadang di Lembata/Flores memakai kata bua berarti melahirkan namun kata yang sama kalau di tekan pada huruf akhir’a’-bua’(atau buaq),berarti berlayar ;kata laha berarti marah tetapi kalau disebut tekanan di akhir ‘a’-lahaq merupakan maki yang merujuk pada alat kelamin laki-laki. 5. Gaya Kaku atau Puitis Ohoiwutun (1997:105) menulis bahwa jika anda membandingkan bahasa Indonesia yang diguratkan pada awal berdirinya Negara ini dengan gaya yang dipakai dewasa ini, dekade 90-an maka anda akan dapati bahwa bahasa Indonesia tahun 1950-an lebih kaku. Gaya bahasa sekarang lebih dinamis lebih banyak kata dan frase dengan makna ganda, tergantung dari konteksnya. Perbedaan ini terjadi sebagai akibat perkembangan bahasa. Tahun 1950-an bahasa Indonesia hanya dipengaruhi secara dominan oleh bahasa Melayu. Dewasa ini puluhan bahasa daerah, teristimewa bahaqsa Jawa dengan puluhan juta penutur aslinya, telah ikut mempengaruhi ‘formula’ berbahasa Indonesia. Anehnya bila berkunjung ke Yunani anda akan mengalami gaya berbahasa Yunani seperti yang kita alami di Indonesia sekarang ini. Disebut aneh karena Yunani
  • 5. 5 | P a g e tidak mengalami pengaruh berbagai bahasa dalam sejarah perkembangan bahasanya seperti yang dialami Indonesia. 6. Bahasa Tidak Langsung Setiap bahasa mengajarkan kepada para penuturnya mekanisme untuk menyatakan sesuatu secara langsung atau tidak langsung. Jika anda berhadapan dengan orang Jepang, maka anda akan menemukan bahwa mereka sering berbahasa secara tidak langsung, baik verbal maupun non verbal. Dalam berbisnis, umumnya surat bisnis Amerika, menyatakan maksudnya dalam empat paragraph saja. Variasi berbahasa Antarbudaya Dalam berkomunikasi antarbudaya kita mengenal beberapa variasi berbahasa yang bersumber pada: Dialek, yakni variasi berbahasa di suatu daerah dengan kosa kata yang khas. Contoh, “sampai kita berjumpa lagi” dalam bahasa Ambon diungkapkan dalam kalimat “sampe kitorang baku dap alai.” Untuk arti yang sama dalam bahasa Melayu Kupang diungkapkan “sampe ketong bakatemu lagi.” Aksen , yang menunjukkan kepemikiran pronounciation, tekanan dalam pengucapan yang bisa kita bedakan. Misalnya berdasarkan wilayah geografi: Contoh: umumnya orang Texas di AS menyebut “water” sama tulisannya “water” namun orang New York menyebutnya dengan “woter”. Jargon, yaitu sebuah unit kata atau istilah yang dibagikan atau dipertukarkan oleh mereka yang sama profesinya atau pengalamannya. Contoh, istilah BUMIL (ibu hamil). Argot, bahasa-bahasa khusus yang digunakan oleh suatu kelompok yang luas dalam sebuah kebudayaan untuk mendefiisikan batas- batas kelompok mereka dengan orang lain dan juga untuk menunjukkan posisi mereka yang kuat dalam suatu masyarakat. Komunitas anak-anak di Malang mengucapkan sebuah kata dengan cara membalik, contoh, Malang menjadi ngalam, kasur menjadi rusak, dan sebagainya. Bahasa dalam Masyarakat Multikultural Menurut Ohoiwutun dalam Liliweri (2003; 156–160) menjelaskan bahasa dalam suatu masyarakatmultikultural (multi etnik dan multi ras) ditentukan oleh 4 (empat) variabel utama yaitu: a. Heterogenitas dan Homogenitas Suatu masyarakat multikultur adalah masyarakat yang terdiri dari bergam etnik dan ras yang berbeda, kita sebut heterogen umumnya mengggunakan berbagai bahasa sehingga kita sebut multilingual. Sedangkan homogenitas mengacu pada kesamaan karakteristik kultur yang dimiliki etnik dan ras, dan umumnya menggunakan bahasa tunggal (monolingual). Owoitun dalam Liliweri (2003; 157), situasi multilingual di negara-negara ASEAN ternyata memiliki dua kondisi yang berbeda, meskipun keduanya mewakili masyarakat yang heterogen. Kelompok pertama mencakup 3 (tiga negara) yaitu Indonesia,
  • 6. 6 | P a g e Filiphina dan Thailand. Mayoritas penduduk di ketiga negara ini bahasa- bahasa yang sangat terkait erat satu sama lainnya secara genetik, sama halnya dengan kebudayaan yang mirip satu sama lainnya. Contoh: Masyarakat bahasa Jawa dan Madura di Indonesia. Dari sisi kebahasaan masyarakat ketiga negara tersebut heterogen namun apabila ditinjau dari aspek etnografi masyarakat ketiga negara tersebut bersifat homogen. b. Bilingual atau Multilingual Kita sebut bilingual jika seseorang atau kelompok orang menggunakan dua bahasa dalam percakapannya dan penulisannya sehari-hari. Sebagian masyarakat Malaysia jelas merupakan bahasa bilingual gual karena memakai bahasa Inggris dan bahasa Melayu. Dalam masyarakat Indonesia, penggunaaan bahasa bilingual terjadi di daerah-daerah perbatasan. Seperti Cirebon menggunakan bahasa Jawa dan Sunda, penduduk Gilimanuk dan Ketapang dapat berbahasa Jawa dan Bali. Yang dimaksud dengan multilingual adalah penggunaan lebih dari dua bahasa. Seseorang atau sekelompok orang yang dapat berbahasa daerah (Sunda atau Jawa) ditambah dengan kemampuan berbahasa Inggris dan Jakarta, kita menyebut mereka sebagai kelompok berbahasa multikultural. c. Campur Kode dan Alih Kode Di antara sesama penutur yang bilingual atau multilingual sering dijumpai gejala yang dapat dipandang sebagai suatu kekacauan atau interfensi berbahasa (performance Interference). Fenomena ini terlihat pada penggunaan unsur-unsur dari suatu bahasa tertentu dalam suatu kalimat atau wacana bahasa lain. Kita namai gejala ini sebagai gejala campur kode. Dengan demikian canpur kode dapat didefinisikan sebagai penggunaan lebih dari satu bahasa atau kode dalam satu wacana menurut pola-pola yang masih belum jelas. Beberapa contoh berikut ini menunjukkan campur kode sebagaimana yang dimaksudkan di atas: Tanya: Hai, sampeyan mau tindak ke mana? Jawab: Kaulo mau tindak ke saudara. Contoh di atas menggambarkan bahwa ada campuran alih kode dari dialek Jawa dengan bahasa Indonesia. d. Interferensi Hadirnya alih kode dan campur kode merupakan akibat dari kemampuan anggota masyarakat berbahasa lebih dari satu. Selain itu bila dua atau lebih bahasa bertemu (karena digunakan oleh penutur dari komunitas yang sama)
  • 7. 7 | P a g e maka komponen-komponen tertentu dapat ditransfer dari bahasa yang satu, yakni bahasa sumber ke bahasa lain yakni bahasa penerima. Akibatnya terjadi pungutan bahasa atau “interference” sebagaimana diistilahkan oleh Weinrich (1953). Proses terjadinya interferensi sejalan dengan proses terjadinya difusi kebudayaan yang kita kenal dalam ilmu Sosiologi. Mackey dalam Aloliliweri, 2003 membedakan antara campur kode dengan interferensi bahasa. Campur kode dikatakan sebagai interferensi, sedangkan yang kita namai interferensi disebutnya integrasi. Gejala interferensi dapat dilihat dalam tiga dimensi kejadian yaitu; (1) Dimensi tingkah laku berbahasa dari individu-individu di tengah masyarakat, (2) Dimensi sistem bahasa dari kedua bahasa atau yang lebih berbaur, dan (3) Dimensi pembelajaran bahasa. B. Budaya Budaya sebagai alat untuk memahami perilaku manusia atau orang lain seringkali tidak dimaksimalkan manfaatnya. Mestinya perspektif yang obyekif harus digunakan untuk mengimbangi subyektifitas dalam memandang perbedaan budaya. Budaya muncul bukan karena kebetulan saja, budaya merupakan hasil proses adaptif manusia terhadap lingkungannya baik fisik dan biologisnya. Lalu diturunkan, diwariskan pada keturunannya terus menerus hingga tidak disadari dari mana asal warisan kebijaksanaan tersebut. Hal ini menyebabkan individu untuk cenderung menerima dan mempercayai apa yang dikatakan oleh budaya mereka. Mereka sering mengabaikan makna, validitas dan objektifitas dari budaya yang mereka miliki (ini biasanya dalam hal mitos mitos masyarakat akan tradisi yang dijalani). Seringkali hal ini masih berlanjut pada penolakan “kebenaran” kultural yang dirasa bertentangan dengan kulturnya sendiri yang merangsang munculnya prasangka - prasangka dan memunculkan budaya yang etnosentrik (dengan stereotip sebagai informasi “terbatas’’ untuk menilai sekelompok orang yang hampir tidak kita kenal). Dalam kehidupan yang mutikultural seperti di Indonesia, perlu untuk memahami apa yang terjadi dan mengembangkan kemampuan untuk mengatasi permasalahan perbedaan budaya. Semakin kita mengenal budaya orang lain, semakin terampillah kita memperkirakan ekspektasi orang lain dan memenuhi ekspektasinya tersebut. Jika hal ini berhasil maka pencapaian tujuan dalam kehidupan akan terwujud sesuai dengan target. Kunci pokok yang dapat mengantarkan kita ke dalam tujuan besar itu diperlukan pemahaman akan perbedaan budaya yang ada dan mendasari latar belakang perilaku seseorang dan pemahaman akan sebuah komunikasi antar budaya di antara pelaku komunikasi tersebut. Untuk itu, kita akan memulai pembahasan dengan menjelaskan apa itu budaya. Parameter - Parameter Budaya Budaya adalah gaya hidup unik suatu kelompok tertentu. Bahwa setiap kelompok masyarakat memiliki suatu bahasa, makan beserta caranya yang berbeda sehingga bagi yang berbeda dengan kelompok lain. sehingga bagi yang bukan bagian dari kelompok tersebut akan merasa asing dan menganggapnya unik.
  • 8. 8 | P a g e Budaya merupakan pengetahuan yang dapat dikomunikasikan, sifat perilaku dipelajari yang juga ada pada anggota kelompok sosial dan berwujud pada lembaga - lembaga dan artefak - artefak. Pengetahuan ini menyangkut bagaimana menghadapi dan beradaptasi dengan tantangan hidup yang ada. Misalnya kelahiran, pertumbuhan, hubungan - hubungan sosial, dan bahkan kematian. Serta ketika orang beradaptasi dengan hal ganjil yang ada di muka bumi ini. Budaya membantu memahami wilayah planet atau ruang yang kita tempati. Suatu tempat hanya asing bagi orang asing, tidak untuk oarang yang menempati. Budaya memudahkan kehidupan dengan memberi solusi, menetapkan pola hubungan dan cara memelihara kohesi dan konsensus kelompok. Karakteristik Budaya 1. Komunikasi dan bahasa Sistem komunikasi, verbal dan non- verbal, satu unsur yang membedakan satu kelompok dengan kelompok lainnya. Ada sekitar 15 bahasa utama atau lebih dan tiap – tiapnya terdapat dialek, logat, jargon dan ragam lainnya. Belum lagi gerak gerik bahasa tubuh yang mingkin universal namun beda makna secara lokal atau kultural. 2. Pakaian dan penampilan Meliputi pakaian, perhiasan dan dandanan. Pakaian ini akan menjadi ciri yang menandakan seseorang berasal dari daerah mana. Atau ciri lukisan pada muka dan badan orang Papua atau orang Indian yang ada saat akan berperang menandakan keberanian. 3. Makanan dan kebiasaan makan Ciri ini menyangkut hal dalam pemilihan, penyajian, dan cara akan. Dilarangnya seorang muslim untuk mengkonsumsi daging babi, tidak berlaku bagi mereka orang Cina. Orang Sunda terkesan senang makan tanpa alat sendok (tangan saja) akan terlihat kurang sopan bagi mereka orang – orang barat. 4. Waktu dan kesadaran akan waktu Hal ini menyangkut pandangan orang akan waktu. Sebagian orang tepat waktu dan sebagian lain berpandangan merelatifkan waktu. Ada orang yang tidak mempedulikan jam atau menit tapi hanya menandai waktunya dengan saat matahari terbit atau saat matahari terbenam saja.
  • 9. 9 | P a g e Pendekatan Sistem Terhadap Budaya 1. Sistem kekeluargaan Ini menyangkut hubungan – hubungan kekeluargaan dan cara bagaimana sekelompok orang memperanakkan, melatih dan mensosialisasikan anak- anaknya. 2. Sistem pendidikan Ini berkaitan dengan bagaiman anggota-anggota baru masyarakat memperoleh informasi, ketrampilan, pengetahuan dan nilai-nilai. Sistem ini bisa formal dan informal. 3. Sistem ekonomi Menyangkut cara masyarakat menghasilakan, menyalurkan barang dan jasa- jasa pelayanannya. 4. Sistem politik Merupakan alat utama pemerintah untuk memelihara keteraturan dan melaksanakan kekuasaan atau wewenang. 5. Sistem agama Hal ini berkenaan dengan cara memberi makna dan motivasi pada kehidupan di luar aspek material yakni spiritual atau hal-hal gaib. 6. Sistem asosiasi Mengenai jaringan pengelompokan sosial yang dibentuk orang-orang. Meski ada yang bersifat individualistik dan menghindari asosiasi. 7. Sistem kesehatan Hal ini menyangkut bagaimana cara untuk menghindari dan mengobati penyakit atau merawat orang yang sakit. 8. Sistem rekreasi Hal ini berkaitan dengan cara dalam bergaul dan menggunakan waktu luang atau waktu santai yang dimiliki.
  • 10. 10 | P a g e Istilah Budaya yang Penting Untuk membantu memahami perbedaan budaya perlu untuk memperhatikan hal-hal berikut : a. Subkultur atau mikrokultur Dalam masyarakat besar terdapat suatu budaya besar yang dominan yang sama, dan terdapat di dalamnya sub-kelompok yang punya ciri yang berbeda dengan sub lainnya. Hal ini diklasifikasikan berdasarkan usia, kelas sosial, jenis kelamin, ras atau entitas pembeda lainnya. b. Unsur universal dan keanekaragaman Unsur universal ini bersifat umum yang mengedepankan persamaan di antaranya. Misal saja usia. Keanekaragaman memperlihatkan sifat yang lebih khusus karena mengedepankan nilai perbedaannya. Misal, jenis kelamin. c. Perilaku rasional, irrasional, nonrasional Perilaku rasional adalah apa yang dianggap orang masuk akal untuk mencapai tujuan-tujuannya. Perilaku irrasional menyimpang dari norma masyarakat dan bersumber dari frustasi dalam memuaskan kebutuhannya, tanpa logika dan mengedepankan respon emosional. Perilaku nonrasional tidak berdasarkan logika, tidak juga bertentangan dengan ekspektasi yang masuk akal (dipengaruhi budaya atau subkultural orang lain). Kita tidak sadar mengapa melakukan, mempercayai dan berprasangka menurut pandangan orang di luar budaya sendiri. d. Tradisi Suatu hal yang dapat diekspresikan dalam kebiasaan tak tertulis, pantangan dan sanksi-sanksi. Dan ini yang mempengaruhi akan perilaku dan prosedur suatu budaya. e. Keunikan budaya Menghargai keunikan dari suatu budaya lain yang asing adalah suatu hal penting. Tetap berkomunikasi dan menghormati budaya yang beda ini tidak membuat kita dituduh etnoenstrik. Maka untuk memahami perbedaan – perbedaan budaya secara lebih efektif, langkah pertama yang harus ditempuh adalah meningkatkan kesadaran budaya seseorang secara umum. Setiap orang harus memahami konsep budaya dan ciri-cirinya sebelum ia memperoleh manfaat yang sebaik-baiknya dari studi tentang aspek-aspek khusus budaya asing.