SlideShare a Scribd company logo
BAHAN AJAR
MATA KULIAH BERBICARA
PRODI SASTRA INDONESIA
FBS UNIMED
Karya : Dra. ROSDIANA SIREGAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tinjauan Umum
Matakuliah Berbicara harus di kuasai oleh setiap guru bahasa Indonesia baik dalam segi
kognitif, afektif dan psikomotor, maupun segi metode pengajaran. Sebab, kedudukan
keterampilan berbahasa sangat penting dalam kurikulum. Keterampilan Berbicara adalah salah
satu aspek keterampilan berbahasa. Karena itu keterampilan Berbicara menjadi sangat penting
dalam kurikulum.
Materi matakuliah Berbicara mencakup berbagai hal. Secara garis besar materi ini
tercakup dalam empat bagian. Pertama, matakuliah berbicara meliputi rasional, tujuan dan
cakupan, fungsi dan relevansi matakuliah Berbicara. Kedua, hakikat Berbicara yang meliputi
pengertian, tujuan, dan fungsi berbicara, konsep dasar berbicara dan jenis-jenis berbicara. Ketiga,
faktor yang mempengaruhi efektivitas berbicara yang meliputi kecemasan berbicara, bahasa
tubuh, ciri-ciri pembicaraan ideal, dan perencanaan pembicaraan. Keempat, pengembangan
keterampilan berbicara yang meliputi metode pengajaran berbicara, dan praktek berbicara
dengan teman.
Berdasarkan kegiatan komunikasi lisan, daerah cakupan kegiatan berbicara sangat luas.
Daerah cakupan itu membentangi daerah kegiatan komunikasi lisan yang bersifat informal
seperti bercengkrama sampai kegiatan komunikasi lisan yang bersifat formal. Pendekatan,
semuanya kegiatan komunikasi lisan yang melibatkan pembicara dan pendengar termasuk daerah
cakupan berbicara. Faktor-faktor yang mempengaruhi berbicara secara langsung adalah:
1. Pelafalan
2. Intonasi
3. Pilihan kata
4. Struktur kata dan kalimat
5. Sistematika pembicaraan
6. Sisi pembicaraan
7. Cara memulai dan mengakhiri pembicaraan, serta
8. Penampilan (gerak-gerik, penguasaan diri, dan lain-lain)
Berdasarkan faktor-faktor di atas dapat ditelusuri relevansi matakuliah Berbicara dengan
matakuliah-matakuliah lain. Dari segi pelafalan, matakuliah Berbicara berkaitan dengan
matakuliah Fonologi Bahasa Indonesia. Dari segi intonasi, matakuliah berbicara berkaitan
dengan matakuliah Sintaksis. Dari segi pilihan kata, matakuliah Berbicara berkaitan dengan
matakuliah Semantik Bahasa Indonesia. Dari segi struktur kata, matakuliah Berbicara berkaitan
dengan matakuliah Linguistik Umum dan Morfologi Bahasa Indonesia. Dari segi sestematika
dan segi pembicaraan, matakuliah berbicara berkaitan dengan matakuliah Wacana Bahasa
Indonesia. Matakuliah Berbicara juga berkaitan dengan matakuliah Analisis Kesalahan
Berbahasa karena ketika berbicara pembicara sering salah dalam pelafalan intonasi, pilihan kata,
struktur kata dan kalimat.
Berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa, di samping keterampilan
menyimak, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan itu saling terkait satu dengan lainnya.
Keterkaitan ini sering disebut dengan istilah Catur Tunggal. Ini berarti, ada kaitan yang erat
antara berbicara dengan menyimak, berbicara dengan menulis, serta berbicara dengan membaca.
B. Kedudukan Berbicara dalam Kehidupan
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia akan dianggap manusia bila ia berinteraksi
dengan lingkungan manusia. Mereka akan selalu hidup berkelompok mulai dari kelompok kecil,
sampai kelompok yang besar seperti organisasi sosial. Dalam kelompok itu mereka saling
berinteraksi antara satu dengan lainnya.
Interaksi antar manusia ditopang dan didukung oleh alat komunikasi vital yang mereka
miliki dan pahami bersama, yakni bahasa. Setiap ada kelompok manusia, pasti digunakan
bahasa. Kenyataan ini berlaku baik pada masyarakat tradisional maupun masyarakat modern.
Jelas dalam masyarakat dibutuhkan keterampilan berkomunikasi lisan dan tulisan. Komunikasi
tulisan banyak dilakukan oleh masyarakat modern.
Komunikasi dapat dilakukan dalam berbagai cara. Secara garis besar dikenal dua cara,
yakni komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal menggunakan bahasa
sebagai sarana. Komunikasi nonverbal menggunakan sarana gerak dan sandi, seperti bunyi,
morse, warna, dan bendera. Komunikasi verbal dianggap bentuk komunikasi paling sempurna,
efisien, dan efektif. Bentuk komunikasi verbal ini sendiri dibedakan atas komunikasi lisan dan
tulisan.
Komunikasi lisan (berbicara) lebih sering terjadi dalam kehidupan manusia. Misalnya
percakapan sehari-hari dalam lingkungan keluarga; percakapan antar anggota rukun warga;
percakapan yang terjadi di pasar, debat publik pemilu, dialog melalui telepon, adu argumentasi
antar mahasiswa, dan sebagainya.
C. Hubungan Berbicara dengan Menyimak
Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda namun erat dan tak
terpisahkan. Ibarat mata uang, satu sisi ditempati kegiatan berbicara dan satu sisi lainnya
ditempati kegiatan menyimak. Kegiatan meyimak pasti dilakukan terlebih dahulu daripada
kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi
komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, tanya-jawab, dan interviuw.
Dalam komunikasi lisan, pembicara dan penyimak berpadu dalam suatu kegiatan yang
resiprokal berganti peransecara spontan, mudah, dan lancar dari pembicara menjadi penyimak,
dan dari penyimak menjadi pembicara. Pembicara cemas akan kepastian responsi pendengar.
Pembicara baru dapat memberikan responsi pendengar setelah ia mendapat responsi dari
penyimak. Pendengar baru dapat memberikan responsi yang tepat bila ia memahami pesan yang
disampaikan pembicara.
Kegiatan berbicara dan menyimak saling mengisi, saling melengkapi. Tidak ada gunanya
orang berbicara bila tidak ada orang yang menyimaknya. Tidak mungkin orang menyimak bila
tidak ada orang yang berbicara. Karena itulah maka dikatakan kegiatan berbicara dan menyimak
dua kegiatan yang kegiatan yang bersifat resiprokal. Melalui kegiatan menyimak siswa mengenal
ucapan kata, struktur kata, dan struktur kalimat. Pengenalan terhadap cara mengucapkan kata,
mengenal dan memahami struktur kalimat merupakan landasan yang kuat bagi pengembangan
keterampilan menyimak.
D. Hubungan Berbicara dengan Membaca
Berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana dan fungsi. Berbicara bersifat
produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai penyebar informasi.
Membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi.
Pengembangan ketrampilan berbicara pada kelas-kelas rendah terutama sekali di SD
menjadi dasarpengembangan keterampilan membaca. Sebaliknya, pada kelas-kelas tinggi
keterampilan membaca sangat menunjang keterampilan berbicara. Bahan pembicaraan sebagian
besar didapat melalui kegiatan membaca. Semakin sering orang membaca semakin banyak
informasi yang diperolehnya. Hal ini merupakan pendorong bagi yang bersangkutan untuk
mengekspresikan kembali informasai yang diperolehnya antara lain melalui berbicara.
E. Hubungan Berbicara dengan Menulis
Baik kegiatan berbicara maupun kegitan menulis bersifat produktif ekspresif. Kedua
kegiatan ini berfungsi penyampai informasi. Penyampaian informasi melalui kegiatan berbicara
disalurkan melalui bahasa lisan. Sedang penyampaian informasi dalamkegiatan menulis
disalurkan melalui bahasa tulis.
Bahan informasi yang digunakan dalam berbicara dan menulis didapatkan melalui
kegiatan menyimak atau kegiatan membaca. Ketrampilan menggunakan kaidah kebahasaan
dalam kegiatan berbicara menunjukkan keterampilan menulis. Keterampilan menggunakan
kaidah kebahasaan dalam kegiatanberbicara menunjukkan keterampilan menulis. Keterampilan
menggunakan kaidah kebahasaan menunjang keterampilan berbicara. Organisasi penyusunan
materi baik kegiatan berbicara dan menulis hampir sama. Dalam seminar atau diskusi
pembicaraan didasarkan kepada hasil menulis atau makalah.
BAB II
HAKIKAT BERBICARA
A. Pengertian, Peranan, dan Tujuan Berbicara
Bahasa merupakan alat komunikasi vital yang dimiliki oleh manusia dan digunakan
untuk berinteraksi antar sesamanya. Kenyataan menunjukkan bahwa setiap ada kelompok
manusia, pasti di tempat tersebut ada bahasa. Hal ini berlaku baik pada masyarakat tradisional
maupun masyarakat modern. Dengan demikian jelaslah bahwa setiap manusia sebagai anggota
masyarakat dituntut untuk memiliki keterampilan berkomunikasi baik secara lisan maupun
secara tertulis agar dapat bersosialisasi dengan baik.
Secara umum dikenal dua cara berkomunikasi, yakni :
1. Komunikasi verbal, dan
2. Komunikasi non verbal
Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarana penyampaian makna/tujuan
yang di kehendaki . Sedangkan, komunikasi non verbal memanfaatkan sarana non bahasa berupa
gerak-gerik, ekspresi wajah, air muka atau hal lain seperti bunyi bel, sandi bendahara (morse),
warna, gambar, dan sebagainya. Dari kedua car berkomunikasi tersebut komunikasi verbal
dianggap lebih sempurna, efektif, dan efesien, bila di bandingkan dengan komunikasi non verbal.
Untuk dapat berkomunikasi verbal secara lisan (berbicara) dengan baik, dibutuhkan
sejumlah persyaratan sebagai berikut.
1. Pengirim : Orang yang menyampaikan pesan
2. Pesan : Isi pembicaraan
3. Penerima : Orang yang menerima pesan
4. Media : Waktu, tempat, suasana, peralatan yang digunakan dalam penyampaian pesan
5. Interaksi : Searah, dua arah, atau mulit arah
6. Pemahaman : Ada saling pengertian
Keberlangsungan suatu peristiwa komunikasi lisan sangat ditentukan oleh syarat
terakhir, yaitu pemahaman. Artinya kemampuan si pengirim pesan sangat di tentukan oleh syarat
terakhir, yaitu pemahaman. Artinya kemampuan si pengirim pesan menyampaikan pesan secara
“sederhana”, mudah dimengerti dan kemampuan si pengirim pesan mamahami maksud si
pengirim pesan sangat penting di perhatikan pada saat peristiwa komunikasi tersebut
berlangsung. Dalam hal ini, ditinjau dari isi penerima pesan kualitas pemahamannya dapat di
bagi atas tiga kategori yaitu:
1. Baik : Pesan yang dikirim agak mendekati pesan yan diterima
2. Sedang : Pesan yang diterima agak mendekati pesan yang dikirim
3. Jelek : pesan yang diterima hanya sedikit persamaanya dengan pesan yang dikirim
Berdasarkan uraian tersebut, dapat di simpulkan bahwa berbicara adalah keterampilan
menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Pesan dan bahasa lisan merupakan dua hal yang
sangat erat kaitannya. Pesan atau isi berita disampaikan melalui media bahasa lisan kepada
pendengar : “Medium is The Message”, “The heart of a communication is the message”,
“Language is the communication” demikian ungkapan dan ucapan para ahli seperti Marrie M,
Stewart, dan Kemuth Zimmir serta Marry dan Bonomo.
Ditinjau dari sisi bahasa, menyimak dan berbicara dikategorikan sebagai keterampilan
berbahasa yang tidak terpisahkan. Artinya kegiatan berbicara selalu diikuti dengan kegiatan
menyimak atau kegiatan menyimak pasti ada di dalam kegiatan berbicara. Komunikasi lisan
tidak akan lancar bila kedua kegiatan tersebut tidak berlangsung saling melengkapi.
Para pelajar dan mahasiswa dalam proses pendidikannya dituntut untuk trampil
berbicara. Mereka harus dapat mengekspresikan pengetahuan yang telah mereka miliki secara
lisan. Mereka pun harus trampil mengajukan pertanyaan untuk menggali dan memperoleh
informasi dalam berbagai kegiatan akademik, seperti seminar, diskusi, rapat dan sebagainya.
Disamping itu mereka juga dituntut trampil, adu argumentasi, trampil menarikminat para
pendengarnya.
Begitu pula, keterampilan berbicara memang sangat diperlukan, oleh siapa saja dalam
berbagai profesi pekerjaan ataupun keahlian. Guru, karyawan, wartawan, penyiar dan sebagainya
semua membutuhkan kemampuan dan keterampilan berbicara.
Secara umum pembicara yang tampil di depan audience dapat dibedakan atas dua
golongan yaitu :
1. Golongan pembicara yang memiliki sesuatu untuk disampaikan
2. Golongan pembicara yang harus menyampaikan sesuatu kepada pendengarnya.
Oleh karena kedua golongan ini berbeda kategorinya tujuannya berbeda pula. Pembicara
golongan pertama akan merinci tujuan pembicaranya sampai pada hal yang sekecil-kecilnya.
Sedangkan pembicara golongan kedua, biasanya bertujuan sem,ata-mata memenuhi kewajiban
saja.
Bila dianalisis, tujuan berbicara dapat dibedakan atas lima golongan, yakni :
1. Menghibur
2. Menginformasikan
3. Mensimulasi
4. Meyakinkan
5. Menggerakkan
Untuk menghibur para pendengar, pembicara menarik perhatian pendengar dengan
berbagai cara, seperti humor, spontanitas, kisah-kisah jenaka, petualangan dean sebginya. Humor
yang original baik dalam gerakan, cara berbicara, maupun cara ,menggunakan kata/kalimat akan
menawan perhatian para pendengar. Biasanya berbicara dengan tujuan seperti itu dilakukan oleh
pelawak, pemain dagelan dan sebagainya.
Berbicara dengan tujuan menginformasikan, untuk melaporkan dilaksanakan bila
seseorang ingin :
1. menjelasakan suatu proses
2. Menguraikan, menfsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu
3. Memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan
4. Menjelaskan kaitan, hubungan, relasi antara benda, hal atau pristiwa
Tidak jarang di temukan seorang pembicara berupaya membangkitkan inspirasi,
kemauan, atau minat pendengarnya untuk melakukan sesuatu, misalnya seorang guru berpidato
memberikan nasehat kepad muridnya sehingga para murid tersebut berpacu mengerjakan tugas-
tugas yang di berikanoleh guru dengan sebik-baiknya. Kegiatan seperti ini dapat diketegorikan
sebagai berbicar untuk mensimulasi.
Selanjutnya, berbicara untuk meyakinkan bertujuan untuk meyakinkan pendengar
tentang sesuatu. Dengan pembicaraan yang meyakinkan, sikap dan cara pandang pendengar
dapat diubah misalnya dari sikap menolak beralih kepada sikap menerima dari tidak setuju
berubah menjadi setuju bahkan emendukung secara penuh.
Demikian halnya dengan berbicara untukmeyakinkan. Pada bagian ini, pembicara
berusaha membuat pendengar berempatik sehingga akhirnya mereka mau di buat, bertindakatau
beraksi seperti yang di kehendakinya. Oleh sebab itu pembicara hendaknya merupakan figur
yang berwenang, beribawa, panutan atau tokoh idola masyarakat.
B. Konsep Dasar Berbicara
Konsep dasar berbicara sebagai sarana komunikasi mencakup sembil;an hal, sebagai
berikut :
1. Berbicar dan menyimak adalah dua kegiatan resikvokal, maksudnya kedua kegiatan ini berbeda
tetapi berkaitan erat tak terpisahkan, bagaikan dua sisi mata uang, yang satu sebagai kegiatan
berbicara dan yang lainnya merupakan kegiatan menyimak. Kegiatan berbicara dan menyimak
saling mengisi, saling melengkapi dan saling berganti. Pada satu saat pembicara beralih peran
menjadi penyimak demikianpula ada kalnya penyimakberperan sebagai pembicara. Tidak ada
artinya seorang pembicara tanpa pinyimak atau seorang penyimak tanpa pembicara.
2. Berbicara adalah prosesindividu berkomunikasi, maksudnya berbicara digunakan sebagai sarana
mengontrol lingkungan.
3. Berbicara ekspresif yang kretif, artinya berbicara tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide,
tetapi juga sebagai alat utama untuk menciptakan dan memformulasikan ide baru atau
memanifestasikan kepribadian seseorang.
4. Berbicara adalah tingkah laku, maksudnya berbicara mampu mencerminkan (merefleksikan)
kepribadian seseorang berbicara dapat direkam kepribadiannya secar umum.
5. Berbicara adalah tingkah laku yang di pelajari, maksudnya keterampilan berbicara merupakan
keterampilan mekanitif, semakin banyak pelatihan akan semakin baik (makin dikuasai) oleh
karena itu proses pelatihan keterampilan berbicara mencakup :
a. Pelafalan
b. Pengontrolan suara
c. Pengendalian diri
d. Pengontrolan gerak-gerik tubuh
e. Pemilihan kata, kalimat dan pelafalannya
f. Pemakaian bahasa yang baik dan,
g. Pengorganisasian
6. Berbicara di simulasi oleh pengalaman, artinya kemampuan seseorang berbicar dipenuhi oleh
kualitas dan kuantitas pengalaman yang dimilikinya. Semakin kaya pengalaman
seseorangbiasanya akan semakin baik pula keterampilan berbicaranya. Sebaliknya orang yan
miskin pengetahuan dan pengalamn akan mengalami kesukaran berbicara.
7. Berbicara untuk memperluas cakrawala, maksudnya selain untuk mengekspresikan ide, perasaan
dan imajinasi, beribicara dapat pula digunakan untuk menambah pengetahuan dan menambah
cakrawala pengalamna seseorang.
8. Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat, maksudnya lingkungan yang konduktif
memberi peluang dan kesempatan pada anak untuk dilatih berbicara akan sangatmendukung
keterampilan berbicara (kemampuan linguistik) anak. Sebaliknya, lingkungan yang tidak
kondusif tidak memberikan kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk berlatih berbicara akan
mengakibatkan anak menjadi pemalu, kaku dan kurang mampu mengekspresikan diri secara
lisan.
9. Berbicara adalah pancaran kepribadian, maksudnya untuk mengidentifikasikan kepribadian
sesorangdapat digunakan berbagai cara, satu diantaranya adalah berbicara. Kualitas setara, tinggi
rendah, nada, dan kecepatan suara dapat di jadikan indikator keadaan emosional seseorang.
Kestabilan atau kelabilan emosional dan kepribadian seseorang dapat di ketahui melalui cara
bicaranya.
C. Jenis-jenis Berbicara
Pengklasifikasian berbicara beraneka ragam sesuai dengan landasan atau sudut pandang yang
dipedomani. Ada beberapa landasan yang dapat dipedomani untuk mengklasifikasikan
keterampilan berbicara, yakni :
1. Situasi
2. Tujuan
3. Metode penyampaian
4. Jumlah penyimak
5. Pristiwa khusus
Aktivitas berbicara selalu terjadi atau berlangsung dalam suasana, situasi dan lingkungan
tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal (resmi). Didalam situasi formal,
pembicara di tuntut untuk berbicara secara formal. Sedangkan situasi informal menghendaki
pembicara berbicara secara tak resmi.
Menurut Logan, dkk. (1972:116), kegiatan berbicara formal mencakup :
1. Ceramah
2. Perencanaan dan penilaian
3. Interview
4. Prosedur parlementer, dan
5. Bercerita
Selanjutnya Logan, dkk (1972:108) membedakan kegiatan berbicara informal diatas :
1. Tukar pengalaman
2. Percakapan
3. Penyampaian berita
4. Penyampaian pengumuman
5. Bertelepon
6. Pemberian petunjuk
Situasi berbicara juga berhubungan dengan tujuan berbicara. Seperti telah dikemukakan
terdahulu, ada lima tujuan berbicara, yakni :
1. Untuk menghibur
2. Untuk menginformasikan
3. Untuk menstimulasi
4. Untuk meyakinkan, dan
5. Untuk menggerakkan
Berbicara untuk menghibur biasanya bersuasana santai, rileks, dan kocak. Sedangkan
untuk memberi informasi, menstimulasi, meyakinkan, dan menggerakkan lebih tepat didukung
oleh suasana serius, tertib, hening bahkan terkadang menimbulkan kesan kaku.
Guna mencapai tujuan berbicara secara optimal, pembicara di tuntut menguasai berbagai
metode penyampaian yang di sesuaikan dengan audience dan situasi berbicara. Ada empat
metode (cara) penyampaian pesan (pembicaraan), yaitu:
1. Penyampaian secara mendadak
2. penyampaian berdasarkan catatan kecil
3. penyampaian berdasarkan hafalan
4. Penyampaian berdasarkan naskah
Berdasarkan keempat metode penyampaian tersebut, berbicara dibedakan atas empat
jenis, yakni :
1. Berbicara mendadak
2. Berbicara berdasarkan catatan kecil
3. Berbicara berdasarkan hafalan
4. Berbicara berdasarkan naskah
Selain itu ditinjau dari jumlah penyimak berbicara dapat digolongkan atas tiga jenis, yaitu
:
1. Berbicara antar pribadi (berbicara empat mata), yakni apabila dua pribadi membicrarakan,
mempersoalkan, merundingkan, atau mendiskusikan sesuatu, baik dalam suasana santai, akrab
maupun serius
2. Berbicara dalam kelompok kecil, yakni apabila seseorang pembicara menghadapi sekelompok
kecil pendengar, misalnya tiga sampai lima orang
3. berbicara dalam kelompok besar, yakni apabila seseorang pembicara menghadapi pendengar
berjumlah besar atau massa, baik homogen maupun heterogen
Pada kegiatan jenis berbicara tersebut, ada yang memiliki kekerapan mobilitas
perpindahan peran dari pembicara menjadi pendengar atau sebaliknya, seperti pada berbicara
antar pribadi dan berbicara dalam kelompok kecil, dan ada pula yang mobilitas perpindahan
perannya relatif kecil bahkan tidak pernah terjadi, seperti berbicara da;lam kelompok besar
Selanjtnya dipilih dari pristiwa khusus yang dihadapi oleh pembicara, berbicara dapat
dibedakan atas enam jenis sebagai berikut :
1. Pidato presentasi ialah pidato yang dilaksanakan dalam suasana pembagian hadiah
2. Pidato penyambutan ialah pidato yang berisi ucapan selamat datang pada tamu
3. Pidato perpisahan ialah pidato yang berisi kata-kata perpisahan/ucapan selamt jalan, selamat
tinggal
4. Pidato jamuan (makan malam) ialah pidato berupa ucapan selamat mendoakan kesehatan buat
tamu, dan sebagainya
5. Pidato perkenalan ialah pidato yang berisi penjelasan pihak yang memperkenalkan tantang nama,
jabatan, pendidikan, pengalaman kerja, keahlian yang diperkenalkankepada pendengar
6. Pidato nominasi (mengunggulkan) ialah pidato yang berisi pujian, alasan, mengapa sesuatu itu
diunggulkan (Logan, dkk. 1972:127-129)
BAB III
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGRUHI
EFEKTIVITAS BERBICARA
Keefektifan berbicara dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya: kecemasan ideal
berbicara, bahasa tubuh dalam berbicara, ciri-ciri pembicaraan ideal, dan perencanaan
pembicaraan.
Keempat faktor tersebut merupakan hal yang urgen karena efektifitas berbicara
merupakan dasar pengetahuan fungsional bagi perencanaan dan pelaksanaan pengajaran
berbicara. Selain itu pengetahuan tentang bahasa tubuh, seperti gerak-gerik, mimik, ekspresi air
muka, dan sebagainya merupakn hal yang penting untuk mengefektifkan berbicara.
A. Perwujudan Kecemasan Berbicara
Perwujudan kecemasan saat berbicara dapat dirasakan oleh pembicara yang
mengalaminya dengan gejala-gejal sebagai berikut :
a. Detak jantung cepat
b. Telapak tangan berkeringat
c. Nafas terengah-engah
d. Mulut kering dan sukar menelan
e. Otot dada, tangan, leher dan kaki tegang
f. Tangan dan kaki bergetar
g. Suara bergetar dan parau
h. Berbicara cepat dan tidak jelas
i. Tidak sanggup mendengar atau berkonsentrasi, dan
j. Lupa atau ingatan hilang
menurut para psikolog, gejala-gejala tersebut dinamakn sindrom mekanisme penyesuaian
(general adaption syndrom/GAS)(Rakhmat, 1946:66) yang merupakan reaksi alamiah makhluk
hidup (khususnya manusia) terhadap ancaman. Hal tersebut terjadi karena sistem saraf simpatetis
berguncang, adrenalin dan kadar gula dalam pembuluh darah meningkat sehingga di dalam tubuh
ada tumpukan energi. Keseluruhan reaksi tersebut merupakan wujud adaptasi (penyesuaian
diri)terhadap ancaman
GAS tidak mungkin dihilangkan tetapi dapat dikendalikan dikeluarkan kedalam
pembicaraan, sehingga suara menjadi bagus, berwibawa, dan gerakan menjadi dinamis dan
hidup.
B. Faktor Penyebab Kecemasan Berbicara
Orang mengalami kecemasan berbicara karena beberapa hal :
1. Tidak tahu hal yang harus dibicarakan/dilakukan. Pembicara tidak tahu bagaiman memulai
pembicaraan, ia tidak dapat mempercayakan hal yang diinginkan pedengar, ia menghadapi
sejumlah ketidakpastian
2. Pembicara mengetahui dan merasakan bahwa dirinya akan dinilai oleh pendengar. Memang
penilaian dapat mengangkat dan menjatuhkanharga diri. Hal yang terakhir inilah yang dapat
memunculkan kecemasan berbicar pada diri pembicara
3. pembicara berhadapan dengan situasi baru, asing dan ia tidak siap. Situasi baru dan asing yang
dimaksud dapat berupa tempat, khalayak pendengar, ataupun materi/bahan pembicaraan yang
hendak disampaikan
4. latar belakng pembicara yang kurang menguntunkan, pembicara pernah traumatis sehingga ia
tidak memiliki rasa percaya diri, nervous, pemalu dan gugup apbila berhadapan dengan orang
lain atau khalyak pendengar
C. Cara-cara Mengatasi Kecemasan Berbicara
Seperti disebutkan diatas sebab-sebab KB dapat dilacak pada tiga hal kurangnya retorika,
tidak adanya pengalaman dalam berpidato, dan sedikit atau tidak ada persiapan. Karenaitu,
menghilangkan sebab-sebab itu berarti mengendalikan KB. Tentu saja, pada praktiknya kita
tidak dapat melakukan semudah kita mengucapkannya. Kita memrlukan waktu.
Rahmat dalam bukunya “Retorika Modern” menyataka, ada dua metode mengendalikan
KK (Kecemasan Komunikasi) atau dalam hal ini KB (Kecemasan Berbicara). Pertama, metode
jangka panjang : yakni ketika kita secara berangsur-angsur mengembankan keterampiln
mengendalikan KB dengan tige sebab diatas. Kedua, metode jangka pendek : yakni ketika kita
harus segera mengendalian KB pada waktu (atau sebelum) menyampaikan pidato.yang pertama
adalh proses yang panjang, yang kedua adalah pintu darurat (emergency door) ketika pesawat
dalamkeadaan bahaya.
Dengan metode pertama, yang pertam-tama kita lakukan adalah meningkatkan
pengetahuan kita tentang retorika persiapn, penyusunan, dan penyampaian pidato. Pengetahuan
retorika mmberikan kepastiam kepada kita tentang apa yang harus di lakukan dan apa kira-kira
reaksi pendengarpada apa yang kita bicarakan. Buku Retorika Modern ini akan membantu anda
untuk memperoleh pengetahuan yang memadai tentang ihwal pidato. Anda harus melatih diri
untuk berpidato, berlatihla menulis naskah pidato. Jadilah Isocrates dahulu, sebelum menjadi
Demosthenes. Kembangkan kreativitas anda dalam memilih topik yang baik, merumuskan
kreativitas, menentukan tujuan, dan mengembangkan bahasan. Kemudian anda berlatih membuat
garis-garis besar pidato, menyusunnya secara sistematis, memeriksa kembali susunan pidato
anda dengan prinsip-prinsip komposisi, dan menyunting kata-kata dan kalimat-kalimat yang
anda pergunakan.
Seandainya anda tidak berhasil menjadi ahli pidato, melalui latihan yang pertama ini,
paling tidak anda menjadi penulis yang baik. Menulis bukan pekerjaan yang sia-sia. Karena
dalam menulis anda harus memperhatikan struktur dan sistematika pesan. Kebiasaan menulis
akan membiasakan anda berbicara secara logis dan sistematis. Menulis meluuskan cara berfikir
anda, dan akhirnya meningkatkan kualitas pembicaraan anda.
Langkah berikutnya ialah menjadi Demosthenes. Carilah tempat yan sunyi. Didalam gua
di bawah tanah, dipinggir laut, seperti Demosthenes. Tetapi sekarang tidak ada gua yang aman
(dari gigitan ular atau gangguan setan). Juga pinggir laut sudah ramai dengan wisatawan (baik
domestik maupun luar negeri) : Pilihkah kamar pribadi saja. Anda berdiri di depan cermin.
Masukkan dalam benak anda gambaran hadirin yang anda hadapi. Latihkan pidato anda dengan
berbagai cara datar, menaik, menurun, tenang, hidup, berdoa. Para aktor menyebut latihan ini
olah vokal. Lakukan olah gerak (sejenis olahraga), yang prinsip-prinsipnya dikemukakan pada
bagian berikutnya.
“Barangsiapa mengamalkan apa yang ia ketahui. Allah akan mengajarkan dia ap yang
ia tidak ketahui”, begitu tertulis dalam sebuah hadis. Melatih retorika adalah mengamalkannya.
Selain pengetahuan anda bertambah, latihan-latihan akan menambah kepercayaan diri anda.
Anda memusatkan perhatian anda pada pesan dan cara menyampaikan pesan itu. Anda berusaha
berkomunikasi dengan jelas, jernih, dan menarik. Dengan begitu anda lupa akan ketakutan dan
kecemasan anda. Bahkan, anda mulai menikmati persentasi anda. Alih-alih pengalamn yang
menakutkan, pidato menjadi kenikmatan. Seperti cinta dalam sajak Shakespeare, pidato yang
baik “bless twice” memberikan kenikmatan kepada pendengar dan juga kepada pembicara.
Tahap ini tentu saja dicapai secara berangsur-angsur. Bagaimana bila kita harus
mengatasi masalah KB sekarang juga? Hari ini, anda harus membicarakan dalam pesta
pernikahan kawan anda. Anda harus telah melihat bayangan KB menghantui pikiran anda.
Rudolf E. Busby dan Rendall E. Mayors, dalam Basic Speech Communication memberikan
“resep”, yang disebutnya metode jangka pendek:
“Pertama-tama, hadapilah gejalanya. Gunakan teknik-teknik relaksasi untuk mngendurkan
oto-otot anda. Bila nafas terasa sesak atau mulut terasa kering, ini biasanya terjadi karena anda
kurang menarik nafas. Tariklah nafas dalam-dalam. Ingatlah untuk bernafas seperti itu selam
anda berbicara. Bila diperlukan, ambilah segelas air podium, dan teguklah sekali-kali untuk
membasahi tenggorokan”.
Jantung yang berdegup, kaki yang bergetar, dan keringan seringkali merupakan reaksi
pada tarikan nafas yang dalam dan relaksasi. Tangan yang bergetar dapat ditenangkan dengan
menggoyangkannya secara perlahan-lahan dan mengendurkannya atau meletakkannya diatas
mimbar.
Ketika semua gejala yang tampak mengerikan ini terjadi di dalam diri anda, hadiran
boleh jadi sama sekali tidak memperhatikannya. Tanyalah orang-orang yang pernah berpidato
apakah mereka mengira setiap orang memperhatikan betapa nervous mereka. Semua merasa
begitu, tetapi jarang sekali hadirin melihat gejala-gejala stress. Hadirin biasanya tertarik pada
pesan dan menyaksikan gejala-gejala stress yang kecil. Karena itu, tanamkan keberanian
sejumlah pada hadirin, tarik nafas panjang sebelum berbicara, berhentilah sekali-kali selama
berbicara atau menyusun kembali pemikiran anda.
Teknik-teknik untuk mengatasi gejala KB secara cepat adalah memancing respons dari
hadirin pada permulaan berbicara. Dengan menceritakan lelucon, dengan mengajukan
pertanyaan memancing reaksi khalayak, atau dengan melibatkan hadirin dalam kegiatan, anda
dapat memutuskan perhatian pada hadirin pemahaman, pendengaran, dan reaksi mereka,
pembicara segera bertindak untuk membuat para pendengarnya senang. Fokus para hadirin ini
juga yang menjadi cara terbaik bagi pembicara untuk menikmati pristiwa pidato, yang
diciptakannya.
Tidak seorangpun berharap bahwa setiap pembicara apalagi pemula untuk berbicara
dengan sempurna. Tetapi, dengan mengetahui keterampilan berbicara dan persiapa yang baik,
para pemula pun dapat menyampaikan presentasi yang efektif dan menarik.
Sebagian gejala kecemasan akan tetap ada, tetapi tekhnik relaksasi, perhatian kepada
khalayak, dan persiapan yang baik akan mengurangi tingkat kecemasan sampai tingkat yang
tinggi dan harapan akan keberhasilan, unsur-unsur yang akan direspon oleh pendengar dengan
penuh antusiasme dan kesenangan.
Pada uraian sebelumnya telah di singgung-singgung latihan pidato dengan melakukan
olah vokal dan olah gerak.
Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan prinsip-prinsipnya secara ringkas di bawah
ini.
Ada dua ekstrem dalam memandang penyampaian pidato. Sebagian orang melihat pidato
sejenis yang diperluas (anenlarge conversation), karena itu kita tidak perlu mempelajarinya.
Asalkan kita menguasai bahan yang dipergunakan, pidato bukan lagi sebagai percakapan. Pidato
merupakan peristiwa yang khas, yang memerlukan bakat dan keterampiln khas juga. Tidak
semua orng dapat menyampaikan pidato.
Kedua pandangan ekstrem ini setengah benar, dan karena itu, setengah salah. Memang
benar, pidato itu berbeda dengan percakapan, tetapi seseorang yang menjadi kawan bercakap
yang baik belum tentu dapat berpidato dengan baik. Tidak jarang, irama suara dan gerak tubuh
yang muncul secara alamiah dalam percakapan justru hilang di mimbar, ia “membeku” seperti
patung. Tangannya terikat pada mimbar, suaranya datar, dan pandangannya kosong (seperti
melihat jauh ke ruang angkas).
Memang benar juga bahwa pidato adalah pristiwa khas. Tetapi kekhasannya sama sekali
tidak berarti bahwa hanya orang tertentu saja yang dapat menyampaikan pidato dengan baik bila
mereka mengetahui dan memperaktikan tiga prinsip penyampaian pidato (di tempat lain, kita
menyebutnya tiga rukun pidato atau trisilia pidato)
1. pelihara kontak visual dan kontak mental dengan khalayak (kontak)
2. Gunakan lambang-lambang auditif, atau usahakan agar suara anda memberikan makna yang lebih
kaya pada bahasa anda (olah vokal)
3. Berbicaralah dengan seluruh kepribadian anda, dengan wajah, tanam dan tubuh anda (olah visual)
Kontak
Sebagian pakar komunikasi menyebutnya “raport” hubungan erat dengan pendengar.
Pidato adalah komunikasi tatap muka, yang bersifat dua arah. Walaupun pembicara lebih banyak
mendominasi pembicaraan, ia harus menjalin hubungan dengan pendengarnya.
Tekhnik pertama untuk menjalin hubungan adalah melihat langsung kepada khalayak.
Anda tidak mungkin melihat mereka satu persatu. Tetapi satukan pandangan anda ke semua
hadirin. Pada titik-titik tertentu anda melihat orang-orang yang anda pilih sebagai wakil dari
salah satu bagian hadirin secara keseluruhan dengan perhatian terbagi. Lakukan seperti sopir
yang memandang semua hal yang berada di depannya. Tidak terpusat, tetapi terlihat semua.
Anda melanggar rukun pertam, bila sebagian besar waktu, anda melihat catatan anda,
atau memandang jauh ke luar ruangan atau keatas bangunan, atau kepada ruangan saja. Hadirin
tidak akan memperhatikan pembicara yang tidak memperhatiakn mereka. Inilah kontak visual.
Disamping kontak visual, and juga melakukan kontak mental. Perhatikan “feedback”
umpan balik dari mereka, dan sesuaikan pembicaraan yang menarik perhatian. Anda melihat dahi
mereka mengeryit, jelaskan pembicaraan anda yang memberikan komentar, ambil komentar itu
dan jadikan bahan pembicaraan. Ambil contoh-contoh atau ilustrasi dengan menyebut nama-
nama hadirin.
“misalkan, Bapak Jufri (ia hadir di situ) menikah lagi. Kira-kira, apa masalah utama yang
pertama kali harus diatasi...”
“(seorang ibu memberi komentar) ibu benar. Kita semua perlu hiburan. Saya ingin bertanya
kepada ibu, hiburan apa yang paling murah tetapiproduktif?”
Karekteristik Oleh Vokal
Mekanisme olah vocal mengubah bunyi menjadi kata, ungkapan, atau kalimat. Tetapi
cara kita mengeluarkan suara memberikan makna tambahan atau bahkan membelokkan makna,
ungkapan, atau kalimat.
Berkata Stewart Tubbs dan Sylvia Moss dalam Human Communication An Interpersonal
Perpective.
Secara intuitif kita merasa bahwa kita dapat menarik kesimpulan dari suara seseorang
tentang apa yang ia komunikasikan. Mungkin anda pernah berdebat, kemudian seseorang
berkata, “Jangan jawab aku dengan nada suara seseorang di dasarkan pada penyimpulan
mengenai perasaanya. Vocal Cuess adalah berbagai macam penyimpulan, dan kebanyakan
berkaitan dengan emosi.
Tubbus dan Moss menyebutnya Vocal Cuess (petunjuk suara). Kebanyakan penulis ilmu
komunikasi menyebutnya “paralanguace”. Kita menyebutnya olah vocal, istilah ini lazim
dipergunakan di kalangan teater di Indonesia.
Pidato seperti teater, sangat bergantung kepada acting. Salah satu unsur akting adalah
olah vokal. Ada tiga hal yang harus diperhatikandalam olah vocal : kejelasan (intelligibility),
keragaman (variety), dan ritma (rhytm). Termasuk keragaman adalah hentian (pause). Untuk
menyadari pentingnya olah vokal, sebelum membahas tiga hal di atas, marilah kita lihat
perbedaan makna hanya karena perbedaan makna hanya karena perbedaan meletakkan hentian.
Ayah / saya memegang rantai anjing
Ayah saya / memegang rantai anjing
Ayah saya memegang rantai / anjing
Sekarang pilihlah kalimat pertama saja. Ucapkanlah kalimat ini sebagai kalimat Tanya.
Atau anda ucapkan dengan nada meragukan apa yang terjadi. Atau anda ucapkan kalimat itu
seakan-akan tidak mungkin peristiwa itu terjadi pada diri anda. Kalimat yang sama dapat
mengungkapkan kengerian atau rasa jijik bila anda ucapkan dengan irama tertentu.
Karekteristik olah vokal dan efek komunikasinya ditunjukkan Douglas Ehinnger, Alan H.
Monroe, dan Bruce E. Broubeck dalam Principle and Types of Speech. (lihat tabel pada halaman
berikut).
Intelligibility. Pada suatu kali anda menjawab pertanyaan dosen.
Dosen berkata, “Yang agak keras, don. Saya tidak dapat mendengar anda”. Suara anda
tidak begitu jelas terdengar. Suara anda kurang “intelligible”. Tingkat kekerasan suara bias di
ukur dari dua indicator fisiologis, pelafalan dan oleh mekanisme vokal (organ-organ bunyi),
satuan bunyi (disebut fonem) dipisahkan dengan tegas oleh bibir, lidah, dan rahang. Ketika
mengucapkan “indah”, anda harus memproduksi lima bunyi, setiap bunyi memerlukan gerakan
otot yang berbeda. Bila setiap fonem diucapakan tidak jelas, anda akankedengerannya
bergumam, artikulasi tidak baik.
Pelafalan menunjukkan cara mengucapkan setiap bunyi. “Batuk” dapat diucapkan
berbeda-beda. Orang Amerika mengucapkan “t” dan “k” seperti mereka melafalkan “time” dan
“key”.
Orang jawa boleh jadi melafalkannya “mbatu”, dengan bunyi “t” yang sangat tebal.
Pelafalan yang kurang benar dapat mengaburkan arti, tetapi juga menjatuhkan kreadibilitas
komunikator. Lagi pula, kesalahan pelafalan dapat mengalihkan perhatian pendengar dari pesan
ke bunyi, dari isi pembicaraan kepada pembicara.
KAREKTERISTIK VOKAL DAN EFFEK KOMUNIKASINYA
Karekteristik
Vokal
Efek Komunikasi
Supaya
Kedengaran
Supaya
di
pahami
Mengkomunika
sikan tujuan
Mengkomunika
sikan perasaan
Mengkomunikasikan
latar belakang
Kejelasan
Artikulasi *** * * ***
Volume *** * **
Keragaan
Pitch * *** ** *** **
Duration ** *** **
Rate *** ** *** **
Pause * ** *** ***
Ritma
Stress ** *** ** *** **
Tempo *** *** *** **
Keterangan : * = Penting
** = Sangat penting
*** = penting sekali
Erat kaitannya dengan pelafalan adalah dialek. Dialek adalah sejenis ragam bahasa,
dikembangkan oleh suatu kelompok, dan terdiri atas perbendaharaan bahasa, tata bahasa, dan
pelafalan, yang membedakannya dari kelompok pengguna bahasa yang lain. Ada dialek Jakarta,
Sunda, Padang, Medan, dan sebagainya. Penggunaan dialek dapat menyenangkan bila anda
berbicara dengan kelompok yang menggunakan dialek itu. Misalnya, “ngomong Betawi” kepada
orang Jakrta, atau “saya mah bingung” kepada orang Sunda. Tetapi penggunaan dialek dalam
pertemuan resmi dapat memberikan kesan “kampungan”.
Tingkat kekerasan bunyi (loudness) menunjukkan jumlah energy atau tekanan suara pada
gendang telinga kita. Besarnya tekanan itu dipengaruhi oleh (a) besarnya energy yang di
produksi pembicara, (b) jarak yang harus di tempuh oleh bunyi dari pembicara ke pendengar, (c)
jumlah gangguan yang harus di lewati. Jadi, bila anda mengeluarkan tenaga yang besar untuk
berteriak, dan jarak anda dengan pendengar hanya satu meter saja, pada malam sunyi, suara anda
akan terdengar keras sekali (pendengar bisa pingsan!).
Itu tingkat kekerasan yang bersifat fisiologis. Factor psikologis dapat mempengaruhi
keras atau tidaknya suara. Bila suara anda menaik pada kalimat yang tepat, tingkat kekerasan
akan menggarisbawahi ide-ide anda.
Selain itu, minat pendengar mempengaruhi keras tidaknya suara. Bila anda tertarik
kepada isi pembicaraan, walaupun suara pembicara tidak begitu keras, ia akan terdengar nyaring.
Artikulasi kekerasan jelas dan nyaring suara, menunjukkan intelegibility. Keduanya dapat
memperjelas pada telinga pendengar.
Keragaman (Variety), karakteristik vocal yang paling memperngaruhi makna adalah
keragaman. Keragaman terdiri atas pitch (nada), duration (lama), rate (kecepatan), pauses
(hentian). Pitch adalah gelombang yang dihasilkan sumber energy. Pitch naik bila Anda menjadi
berang atau agresif. Orang yang mendengarnya akan mengatakan, “Hai suara Anda mulai naik”.
Nada tinggi mengungkapkan marah, takut, atau kaget. Nada rendah, sebaliknya menunjukkan
rasa senang, tenang, atau sedih. Nada yang datar menunjukkan suara bosan, atau tidak serius.
Nada yang naik-turun secara teknis disebut inflaksi – menunjukkan antusiasme, semangat, atau
kadang-kadang rasa takut. Bacalah teks di bawah ini dengan nada datar, kemudian ulangi dengan
inflaksi yang sesuai dengan isi pesan. Mintalah komentar pendengar Anda.
Anak malang itu terduduk di sudut rumah. Tubuhnya bergetar. Matanya tidak lepas dari tubuh
besar di hadapannya. Perlahan-lahan tubuh besar itu mendekat. Setapak-setapak lagak anak itu
pun berubah, makin lama makin ketahuan. Tiba-tiba, …plak! Sepatu Boy menyambar. Anak itu
terguling. Sebuah jeritan panjang sesaat. Sesudah itu sunyi….
Alangkah bedanya dampak yang ditimbulkan. Apalagi Anda membacanya dengan
mengatur duration, rate, dan pause. Duration adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk
mengucapkan satu suku kata. Kata terakhir dalam kutipan di atas bisa diucapkan “su – nyi” atau
“suu – nyii”. Bila kita kombinasikan duration dengan rate, kita akan memperoleh efek
emosionla yang bagus. Menurut penelitian, bila seseorang mengungkapkan bahagia atau senang
bila ia mengungkapkan rate dan memindahkan duration. Ia mengungkapkan rasa sedih, kecewa,
takut, atau bosan. Bila ia melambatkan rate dan memperpanjang duration.
Rate atau kecepatan bicara, menunjukkan jumlah kata yang diucapkan dalam satu menit.
Kecepatan bicara dipengaruhi isi pesan, tingkat emosionalitas dan intelektualitas pesan, dan
besarnya ruangan. Bila Anda mengutarakan persoalan yang sulit, Anda berbicara di depan
khalayak, dalam ruangan yang luas. Tetapi para pemula sering berpidato dengan kecepatan
tinggi. Secara singkat, rate membantu Anda menyampaikan perhatian, mengungkapkan
perasaan, dan memberikan tekanan pada gagasan yang perlu ditegaskan.
Rate, dikontrol oleh pause (hentian). Seorang komunikator berhenti untuk memberikan
kesempatan kepada khalayak untuk mencerna dan memahami apa yang dikatakannya. Bagi
pembicara, hentian memberinya peluang untuk berpikir, mencari kata yang paling tepat, dan
merencanakan untuk mengatur satuan-satuan pikiran, seperti koma, titik, atau titik koma dalam
tulisan.
Kemampuan mengatur pause sama seperti kemampuan meletakkan tanda baca. Hanya
pembicara berpengalaman yang dengan mudah melakukannya. Bila Anda tidak cukup
melakukan pause, pendengar akan kecapaian. Sebelum mereka memahami pesan Anda, Anda
sudah meloncat pada pesan yang lain. Sebaliknya, bila Anda terlalu lama berhenti dan terlalu
sering, hadirin tidak akan memahami Anda. Mereka sudah lupa dengan gagasan sebelumnya.
Pause berarti menghentikan bunyi. Kadang-kadang pembicara memisahkan satuan-satuan
gagasan dengan bunyi “eh”, “anu”, “apa”, dan “apa namanya”. Yang seperti itu tidak fungsional.
Dan mengganggu. Para ahli komunikasi menyebutnya intrusions. Intrusion menunjukkan orang
yang tidak siap, ragu, kurang persiapan, atau takut. Sekurang-kurangnya, takut tidakbicara.
Ritma. Ritma adalah keteraturan dalam meletakkan tekanan pada bunyi, suku kata, kata
kalimat, atau paragrap. Tekanan pada satuan ungkapan yang kecil disebut stress atau aksen.
Tekanan pada ungkapan yang panjang (seperti paragrap) disebut tempo.
Sa – ya ti – dak ta – hu re – to – ri – ka. Bila Anda membaca kalimat dengan menekankan
(menggerakkan lodness dan meninggikan pitch) pada setiap suku kata awal, akan kedengaran
lucu. Orang akan berkata “Anda menggunakan bahasa Indonesia, tetapi dengan aksen yang
asing”. Anda berbicara dengan ritma yang salah (aritmatikal). Sekarang, rasakan perbedaan
makna dengan memberikan tekanan yang berbeda pada kalimat yang sama di bawah ini :
Aku membeli mobil itu di sini (Bukan orang lain)
Aku membeli mobil itu di sini (Bukan mencuri)
Aku membeli mobil itu di sini (Bukan sepeda atau barang lain)
Aku membeli mobil itu di sini (Mobil yang anda ketahui bukan mobil lain)
Aku membeli mobil itu di sini (Kamu kira aku membelinya di tempat lain)
Apabila anda menggunakan ritma yang berbeda pada paragraf yang berbeda, anda
menggunakan tempo. Jika anda mendengar musik klasik, anda mendengar tempo tertentu. Ketika
masuk ke bagian kedua, temponya berubah (misalnya, andate), dan kemudian berakhir pada,
misalnya, allegretto.
Perhatian tari kecak di Bali. Anda melihat tempo yang berubah-ubah. Dalam pidato,
tempo kita gunakan bukan saja untuk menunjukkan peralihan gagasan atau situasi emosi. Tempo
juga memberikan petunjuk kepada khalayak mana bagian penting (yang dititikberatkan) dan
mana yang hanya rincian saja. Anda memperlambat tempo pada kesimpulan, tetapi
mempercepatnya dalam menjelaskan rincian.
Semua yang kita bicarakan pada bagian ini intelligibillity, variety, dan ritme
membutuhkan gaya vokal kita. Kita tidak selalu sama dalam berbagai situasi: informatif,
persuasif, formal, informal. Untuk memperoleh gaya vokal yang tepat, ingat selalu untuk
memperhatikan suara anda pada awal yang tepat, ingat selalu untuk memperhatikan suara anda
pada awal pidato anda (lebih-lebih bila suara anda sudah dimanipulasi oleh alat-alat elektronik).
Olah Visual
Konon seorang artis Denmark diminta untuk membacakan nama-nama dalam buku
telepon di negerinya. Ia membacanya seperti membacakan kisah tragis yang memilukan,
suaranya menggetar, merintih dan memelas. Tubuhnya menggigiy, ekspresi wajahnya sayu. Dan
orang-orang membasahi pipinya. Sekali-sekali ia menggigit bibirnya. Kepiluan menyebar ke
seluruh ruangan. Sebelum artis itu selesai, hampir semua orang di ruangan itu menangis.
Itu bukan cerita rekan. Para ahli komunikasi sedang melakukan eksperimen tentang
pengaruh komunikasi nonverbal. Para pendengar jelas tidak memehami nama-nama itu(dan tidak
tahu bahwa ia sedang membacakan buku telepon). Orang-orang terharu hanya karena olah vokal
dan olah visual artis itu.
Sebenarnya ketika kita berbicara yang wajar, ketika kita bercakap-cakap, kita
menggunakan olah visual itu dengan tangan, wajah, dan seluruh tubuhnya. Tetapi begitu kita
tampil di muka orang banyak, kita berbicara hanya dengan kata-kata lisan saja. Kita menjadi
“mesin suara”, yang mengeluarkan bunyi saja.
Peribahasa Arab mengatakan, “lisanul hal aqwa min lisanil maqal” (lisan keadaan lebih
kuat dari lisan ucapan). Bila anda menceritakan peristiwa duka dengan wajah ceria, orang datang
kerumah kawa anda, ia berkata, “silahkan duduk!” tetapi anda melihat mukanya masam,
tubuhnya kaku, dan tangannya dilipat di atas dadanya. Ucapan sopan (silahkan duduk!), tetapi
keadaannya “buas”. Kata orang Arab, Anda akan lebih percaya pada lisan keadaan daripada lisan
ucapan.
Para sarjana komunikasi membagi lisan keadaan atas dua hal gerakan fisik (physcal
action) atau tubuh (body action) dan alat-alat visual (visual aids). Untuk kepentingan kita
sekarang, yang kedua tidak akan kita bicarakan. Diperlukan bukan tersendiri untuk menjelaskan
cara penggunaan alat-alat visual.
Fungsi gerak fisik. Dalam komunikasi, gerak fisik digunakan paling tidak untuk tiga hal:
(1) menyampaikan makna, (2) menarik perhatian, dan (3) menumbuhkan kepercayaan diri dan
semangat. Gerak fisik dapat digunakan untuk menggambarkan ukuran atau bentuk sesuatu.
Misalnya, kedua tangan Anda disusun secara vertikal – telapak tangan berdiri di bawah.
Kemudian Anda berkata “tubuhnya tinggi!”, sambil menarik tangan Anda ke atas lagi. Lazimnya
gerakan itu disebut isyarat deskriptif (deskriptif gestures). Anda juga dapat menggerakkan
bagian-bagian tubuh Anda untuk menegaskan tekad Anda untuk melawan. Gerak seperti itu
disebut isyarat empatik (emphatic gestures). Atau Anda dapat menggunakan isyarat-isyarat yang
lazim dalam kebudayaan kita. Memperlihatkan ibu jari untuk menunjukkan “hebat”.
Menghadapkan kedua telapak tangan untuk memohon atau berdoa. Menggelengkan kepala untuk
menyatakan “tidak”, dan sebagainya. Isyarat seperti itu disebut isyarat tradisional (traditional
gestures).
Tadi disebutkan “kebudayaan kita”. Ternyata, isyarat-isyarat itu tidak selalu universal. Di
Srilangka, orang menggelengkan kepala untuk menyatakan “ya”. Huruf “O” yang dibentuk
dengan mempertemukan telunjuk berarti “okey di Amerika Serikat dan bermakna kurang baik di
Amerika Latin. Begitu pula, ibu jari (jempol) jangan sekali dipergunakan untuk memberi isyarat
di Iran (disana artinya tidak baik).
Di samping menyampaikan makna, gerak fisik fisik dapat memelihara dan menarik
perhatian. Gerk (motion), kata psikolog, adalah unsur penarik perhatian. Kita tertarik pada hal-
hal yang bergerak (itulah sebabnya anda terpaksa memperhatikan huruf-huruf yang bergerak
pada iklan di pinggir jalan). Pada diri manusia ada kecendrungan untuk meniru gerak yang
dilihatnya. Lihatlah bagaiman otot-otot anda menegang ketikamenyaksikan pertandingan sepak
bola. Semuanya mengikuti gerak pemain. Boleh jadi anda ikut mendorong memasukkan bola
dari jauh. Para psikolog menyebutnya respon empatik dengan p (bukan empatik dengan f).
Jadi gerak-gerik tubuh anda dalamberpidato akan melibatkan pendengar untuk bergerak
juga. Mereka akan ikut merasakan apa yang anda rasakan. Bagi komunikator, gerak fisik dapat
menyalurkan energi tambah dalam tubuhnya. (Ingat GAS), dengan demikian ia mengurangi
kecemasan komunikator dan meningkatkan kepercayaan diri.
Sampai disini kita berbicara tentang tubuh secara umum. Ada macam-macam gerak tubuh
: (1) gerak tubuh seluruh torso-misalnya anda berjalan dari satu tempat ke tempat lain, (2) gerak
sebagian tubuh anda-misalnya gerak tangan, kaki, bahu, (3) ekspresi wajah, dan (4) posture-
posisi pembicara ketika duduk atau berdiri. Diantara semua itu, yang paling efektif untuk
mempengaruhi emosi pendengar, tetapi yang paling sulit untuk dipelajari adalah ekspresi wajah.
Nasehat kita mungkin sederhana saja, berbicaralah langsung dari hati anda. Ekspresi wajah akan
muncul dengan sendirinya. Mudah diucapkan, memang paling tidak biasakan menggunakan
isyarat yang paling baik.
Karekteristik isyarat yang baik
Kita dapat mengetahui dari tulisn Glen R. Capp dan anaknya dalam Basic Oral
Communication tentang ciri-ciri isyarat yang baik.
1. Isyarat yang baik bersifat spontan dan alamiah. Jangan membuat isyarat, anda akan kelihatan
lucu. Isyarat harus lahir karena dorongan untuk mengungkapkan gagasan atau untuk menjelaskan
berbagai pengertian.
2. Isyarat yang baik mengkoordinasi seluruh gerak tubuh. Bila anda mengungkapkan kebencian
dengan mata yang terbuka dan tangan yang mengepal, jagalah mulut anda tersenyum. Seluruh
tubuh anda harus “terkoordinasi” mengungkapkan hal yang sama.
3. Isyarat yang baik dilakukan pada wktu yang tepat. Bila anda menggeleng-gelengkan kepala
terlalu cepat (atau terlalu lambat) dari ucapan “tidak”, anda membuat lelucon. Gelengkan kepala
tepat pada waktu menyebut “tidak”. Anggukan kepala tepat pada waktu menyebut “ya”. Angkat
bahu anda sedikit tepat pada waktu menyatakan “mungkin”.
4. Isyarat yang baik dilakukan penuh, tidak sepotong-potong. Isyarat yang tidak penuh terjadi ketika
pembicara ragu, bermaksud menggunakan gerak tetapi menahannya. Anggaplah isyarat yang
penuh melewati tiga tahap awal, klimaks, dan turun. Pada praktiknya anda harus pada gagasan
yang anda sampaikan.
5. Kekuatan isyarat itu harus sesuai dengn gagasan yang dikemukakan. Anda memukul meja dengan
maksud menggebrek lawan. Anda gerakkan tangan anda yang satu secara cepat dan pukulkan
pada tangan yang lain untuk menceritakan tabrakan yang keras.
6. Isyarat yang baik harus sesuai dengan besar dan jenis khalayak. Isyarat deskriptif, misalnya, lebih
cepat dilakukan di hadpan khalayak yang kecil. Gerak tubuh yang “lebih hidup” harus dilakukan
di hadapan anak-anak muda. Sebaliknya, dalam upacara kematian sebaliknya komunikator tidak
terlalu banyak menggunakan isyarat atau gerak tubuh.
7. Isyarat yang baik bervariasi. Janganlah terlalu banyak menggunakan isyarat yang sama
digunakan untuk menegaskan, menolak, menerima, atau membenci. Gunakan seluruh
“reportoar” isyarat dan letakkan pada tempat dan waktu yang tepat.
Sebagai simpulan, ada tiga P (atau P tiga ) untuk menyingkatkan bagian ini : Poise,
Pause, dan Pose. Poise artinya kepercayaan diri, ketenangan, kredibilitas. Pause artinya hentian
yang tepat menunjukkan penggunaan suara (olah vokal) yang baik. Pose seperti dalam ucapan
anak muda “berpose” adalah penampilan. Anda dihadapan khalayak. Jadi kapan saja anda
berpidato ingat P-3
Sehubungan dengan uraian tentang cara-cara mengatasi kecemasan berbicara yang telah
dikemukakan diatas, Dale Carnegie dalam bukunya “Cara yang Paling Tepat dan Mudah
Berbicara dan Berpidato” menyatakan bahwa untuk mengatasi kecemasan berpidato, anda harus
memperoleh kecakapan dasar dan mengembangkan keyakinan.
Dalam pertemuan-pertemuan demonstrasi sebelum kursus Dale Carnegie dimulai, para
peserta diberi kesempatan untuk menceritakan mengapa mereka mendftarkan diri dan apa yang
mereka harapkan dari training itu. Jawabannya bermacam-macam, tapi anehnya mempunyai
dasarnya yang sama . pada dasarnya mereka berkata demikian : “ketika saya disuruh berdiri di
depan umum untuk berbicar, saya menjadi amat sadar akan diri sendiri, amat takut, hingga tidak
mengkonsentrasikan diri, tidak mengingat. Saya ingin memperbesar rasa kepercayaan diri
sendiri, ingin menjadi luwes dan mampu berfikir jika berdiri di depan orang banyak. Saya ingin
agar pikiran saya selaras dengan kemampuan untuk berpikir secara logis, dan ingin agar mampu
berbicara dengan jelas dan meyakinkan di hadapan suatu kelompok sosial ataupun business.
Ada empat petunjuk yang dikemukakan Carnegie untuk mengatasi kesulitan Anda
berbicara di depan umum, yaitu
1. camkanlah pengalaman orang lain
2. Pertahankanlah tujuan Anda
3. Putuskanlah terlebih dahulu tekad Anda untuk sukses
4. Carilah setiap kesempatan untuk melatih diri
Keempat petunjuk di atas merupakan syarat untuk memperoleh kecakapan dasar di depan
umum.
Emerson mengatakan, “Ketakutan merugikan lebih banyak orang dari apa pun di dunia
ini”. Carnegie telah sadar sepenuhnya akan kebenaran ucapan kebijaksanaan ini. Dan betapa
bersyukurnya karena sepanjang hidupnya telah mampu menolong orang lain dalam mengalahkan
ketakutan. Ketika dia mulai mengajarkan kursusnya di tahun 1912, hanya sedikit saja dia
menyadari bahwa latihan yang mereka berikan dalam kursus akan terbukti menjadi cara terbaik
untuk membantu orang mengalahkan rasa takut (cemas) dan perasaan rendah diri. Dia melihat
bahwa belajar belajar berbicara di depan umum merupakan cara alam untuk menghilangkan
perasaan yang terlalu sadar akan kekurangan serta rasa yakin akan diri sendiri. Mengapa
demikian? Karena berbicara di depan umum membuat kita mampu memerangi ketakutan
(kecemasan)
Dalam tahun-tahun di saat Carnagie melatih wanita dan pria untuk berbicara dengan baik
dan seimbang di hadapan umum, dia telah memetik beberapa cara untuk membantu Anda semua
agar bisa mengalahkan rasa takut menghadapi orang banyak dengan cepat serta mengembangkan
rasa yakin hanya dalam waktu beberapa minggu melatih diri. Hal ini dapat kita ketahui dari
beberapa kenyataan sebagai berikut.
Pertama: keyataan tentang rasa takut untuk berbicara di hadapan umum
Kenyataan ini dapat dirinci lagi atas empat kenyataan, yaitu
1. bukan hanya Anda sendiri yang takut untuk berbicara di depan umum
2. tingkat tertentu akan takut panggung mempunyai manfaat
3. banyak ahli dari bidang public speaking professional yang menambah keyakinan Carnegie
bahwa mereka sebenarnya tidak bisa menghilangkan perasaan takut panggung seratus persen.
4. Sebab utama dari rasa takut Anda jika berbicara di depan umum pada dasarnya hanyalah karena
Anda tidak terbiasa berbicara di depan umum
Kedua: Mempersiapkan diri dengan cara yang benar
Carnegie menyatakan bahwa “hanya pembicara yang mempersiapkan diri yang bisa
memperoleh keyakinan sepenuhnya”.
Jika Anda ingin mengembangkan keyakinan atas diri sendiri, mengapa memberikan
ketenangan Anda sebagai pembicara? Persiapan yang sempurna menghilangkan kecemasan dan
ketakutan berbicara di depan umum.
Hal di atas dapat dilaksanakan dengan beberapa cara, antara lain sebagi berikut
1. Jangan sekali-kali menghafalkan
2. Kumpulkan dan susunlah terlebih dahulu apa yang akan dibicarakan
3. Latihlah pembicaraan Anda bersama teman-teman Anda
Ketiga: Tentukan terlebih daulu pikiran Anda untuk sukses (bulatkan tekad)
Anda harus menggunakan masing-masing kesempatan untuk sukses. Terdapat tiga cara
untuk meraih sukses dalam berbicara
1. Selamilah pokok pembicaraan yang Anda pilih
2. Jangan hiraukan pengaruh negatif yang bisa membingungkan Anda
3. Berbicaralah pada diri sendiri
Keempat: Bertindak penuh keyakinan
Proffesor Willem James mengikuti psikologi Amerika menulis demikian,
“Tindakan terasa mengikuti perasaan, tetapi sebenarnya tindakan dan perasaan berjalan
seiring; dan dengan jalan mengatur tindakan, yang berada dibawah kontrol kemauan yang lebih
langsung, kita bisa mengatur perasaan kita yang tidak teratur secara tidak langsung.
Maka jalan paling mutlak menuju kegembiraan, di saat kegembiraan spontan kita hilang
adalah berdiri dengan penuh semangat dan bertindak seakan-akan kita gembira. Jika Anda
merasa gembira, maka tidak ada hal lain saat itu yang bisa membuat Anda gembira.
Maka, untuk merasa berani, bersikaplah seakan-akan kita berani, dan kemauan untuk
berani cenderung akan menggantikan tempat ketakutan.”
Terapkanlah nasihat Professor james. Untuk mengembangkan keberanian disaat akan
menghadapi para pendengar, bersikaplah seolah-olah Anda telah memperoleh atau mempunyai
keberanian itu. Tetapi yakinlah diri Anda, bahwa anda tahu apa yang akan dibicarakan. Waktu
berjalan ke atas panggung, melangkahlah dengan sepatu menghentak lantai dan tariklah nafas
panjang-panjang. Trik nafas dalam-dalam selama tiga puluh detik sebelum Anda menghadapi
sidang pendengar. Persediaan oksigen lebih banyak akan memberikan keberanian.
Berdirilah tegak-tegak dan pandanglah para pendengar dengan pandangan lurus, dan
bicaralah dengan rasa yakin, seakan-akan tiap pendengar berhutang pada Anda. Bayangkan
bahwa mereka berkumpul di sana untuk meminta perpanjangan kredit. Pengaruh kejiwaan yang
Anda alami akan menguntungkan sekali.
Jika anda meragukan cara ini, keraguan ini akan hilang setelah mendengar kisah-kisah
yang dialami oleh hampir semua pengikut kursus Carnegie yang mengikuti petunjuk dasar
berbicara di depan umum. Namun, karena Anda tidak bisa berbicara dengan mereka, bairlah
Anda memperoleh pengajaran dariseorang Amerika yang dianggap sebagai simbol keberanian.
Sebelumnya ia adalah seorang pemuda yang dianggap pemalu. Setelah melatih rasa yakin atas
dirinya, ia menjadisalah satu orang yang paling pemberani. Dia adalah Presiden Amerika
Theodore Roosevalt.
Dengan demikian jelas kepada kita bahwa Carnegie juga membahas dan mengemukakan
cara-cara mengatasi kecemasan berbicara didepan umum.
Bahasa Tubuh Dalam Berbicara
Ketika kita berbicara, kita biasanya menggunakan unsur kebahasaan dan unsur non
kebahasaan. Unsur kebahasaan dinyatakanoleh gramatika, leksis, dan pilihan-pilihan intonasi.
Sedangkan unsur non kebahasaan dinyatakan dalam gerak-gerik tubuh yang bermakna saat kita
berbicara. Misalnya perubahan air muka, anggukan kepala, kepalan lengan, gerak bibir, angkat
bahu, gerakan jari-jari tangan, dan sebagainya. Ilmu yang mempelajari gerak tubuh yang
bermakna ini di sebut kinetik.
Gerak tubuh biasa juga di sebut bahas tubuh. Gerak tubuh dan bahasa tubuh berpadanan
dengan istilah “body language” dalam bahasa Inggris. Gerak tubuh ini biasanya menyertai
penyajian pesan yang disajikan secara lisan tatap muka. Gerak tubuh dapat juga berfungsi
sebagai pelancar komunikasi lisan tatap muka.
Berdasarkan uraian diatas dapatlah di susun pengertian atau defenisi bahasa tubuh seperti
tertulis berikut. Bahasa tubuh adalah gerak tubuh yang bermakna dalam memperjelas atau
mempertegas makna pesan serta memperlancar komunikasi lisan muka.
Bahasa tubuh digunakan dalam komunikasi lisan antar orang-orang yang normal
telinganya dan alat bicaranya. Bahasa isyarat adalah salah satu sarana berkomunikasi yang
bersifat nonverbal. Sarana utama dalam menggunakan bahasa isyarat adalah gerak-gerik jari-jari
kedua tangan. Bahsa isyarat biasanya digunakan oleh mereka yang cacat telinga dan tidak dapat
berbicara atau masyarakat tuli bisu.
Suatu gerak tubuh dikatakan bermakna apabila gerak tubuh itu memenuhi syarat tertentu.
Pertama, gerak tubuh itu harus sesuai dengan isi pesan. Kalau pesan bermakna besar maka gerak
tubuh harus menggambarkan makna besar. Sebaliknya, apabila pesan bermakna kecil maka
gerak tubuh harus melukiskan makna kecil. Kedua, gerak tubuh harus komikatif, mudah dicerna,
mudah di pahami. Ketiga, gerak tubuh itu harus ilustratif, mengantar, mengarahkan, dan
mengalirkan pikiran penyimak ke arah makna peasan. Keempat, gerak tubuh itu harus sederhana,
tidak berkelit-kelit dan rumit sehingga mengalihkan perhatian penyimak dari makna pesan.
Kelima, gerak tubuh itu harus lumrah, biasa dan berterima di kalangan masyarakat pemakai
bahasa. Keenam, gerak tubuh itu harus berbicara sendiri tidak perlu lagi dijelaskan oleh
pembicara bahwa tubuh tadi bermakna luas, marah, linglung, dsb.
Dalam proses berbicara, sering kita jumpai pembicara menggunakan gerakan bagian-
bagian tubuhnya untuk memperjelas, menegaskan pesan yang dilisankan serta memperlancar
komunuikasi. Bagian-bagian tubuh yang lazim digunakan untuk mencapai tujuan itu, antara lain :
kepala, muka, bibir, tangan, jari-jari tangan, tubuh, dada, dan kaki. Pembicara yang baik dapat
memilih dan memperagakan gerak tubuh yang paling tepat untuk mendukung isi
pembicaraannya.
Sekarang mari kita perhatikan berbagai contoh gerak tubuh berikut ini. Perlu ditegaskan
bahwa gerak tubuh tersebut biasa atau lazim di peragakan pembicara dalam komunikasi lisan
tatap muka dengan media bahasa Indonesia.
1. Kepala
Kepala dapat digerakkan ke kiri, ke kanan, ke atas, atau ke bawah.
Kepala pun dapat menjadi sasaran gerakan tangan atau jari – jari tangan, misalnya, digaruk –
garuk. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan paling sedikit ada tiga gerakan kepala
yang dapat digunakan oleh pembicara untuk memperjelas, menegaskan isi pembicaraannya serta
memperlancar komunikasi antara pembicara dan pendengarnya.
a) Menggeleng – gelengkan kepala
pembicara menggeleng – gelengkan kepalanya ke kiri,ke kanan atau ke kiri berulang –
ulang. Gerak tubuh seperti ini dapat bermakna tidak setuju, tidak mau, tidak mengerti, atau
heran.
b) Mengangguk – angguk kepala
Pembicara menggerakkan kepalanya ke bawah ke atas berulang – ulang. Gerak tubuh ini
dapat bermakna setuju baik atau bagus, atau berkenan di hati.
c) Menundukkan kepala
Pembicara menggerakkan kepalanya ke bawah. Gerak tubuh seperti ini dapat
menggambarkan pengertian menyerah, kalah, takut, patuh, atau malu.
d) Menggaruk – garuk kepala
Pembicara menggaruk – garuk bagian kepalanya dengan jarinya. Gerak tubuh seperti ini
dapat bermakna kecewa atau kesal.
2. Dahi
Dahi dapat dikerut – kerutkan. Dahi pun dapat menjadi objek gerakan anggota tibuh
lainnya seperti jari – jari tangan. Mengingat kenyataannya di atas maka dapat disimpulkan paling
sedikit ada dua gerakan yang berkaitan dengan dahi yang dapat digunakan oleh pembicara untuk
memperjelas dan menegaskan isi pembicaranya serta memperlancar komunikasi lisan tatap muka
antara pembicara dan pendengar.
a) Mengerutkan diri
Pembicaramenaikkan kedua alis matanya dan memejamkan matanya. Akibatnya dahi
mengkerut. Gerak tubuh seperti ini dapat memperjelas makna bingung atau kebingungan, kusut,
kacau, tidak keruan, atau rusuh.
b.) meletakkan telujuk dengan posisi miring di dahi
Telunjuk tangan kanan atau tangan kiri diletakkan miring pada tengah dahi. Gerak tubuh
seperti ini biasanya diperagakan oleh pembicara dalam menjelaskan makna pakai otak, pikiran,
gunakan nalar, atau gunakan rasio.
c.) Menunjuk-ninjuk dahi
Ujung telunjuk bagian dalam ditekan-tekankan atau di tunjukkan ke dahi. Gerak tubuh
seperti ini biasanya diperagakan oleh pembicara dalam menjelaskan makna pakai otak, pikiran,
gunakan nalar, atau gunakan rasio.
3. Bibir
Bibir dapat ditarik ke kiri dan kekanan, ditutupkan dibika, dan di gigit. Berdasarkan
gerak, posisi, dan keadaan bibir itu maka dapat di simpulkan bahwa gerak tubuh yang berkaitan
dengan bibir dapat di gunakan oleh pembicara untuk memperjelas pesan dan memperlancar
komunikasi.
a. senyum
Kedua bibir ditarik ke kiri dan ke kanan. Kedua bibir itu saling menutupi hasil kedua
gerakan itu menghasilkan gerak tanda ekspresif yang tidak bersuara. Gerak tubuh seperti ini
dapat digunakan untuk menyatakan makna rasa senang, gembira, atau suka.
b. tertawa
Kedua bibir di tarik memnajang ke kiri dan kekanan. Kedua bibir membentuk ruangan
lonjong ke kiri dan kekanan sambil mengeluarkan suara terkekeh-kekeh atau terbahak-bahak.
Gerak tubuh seperti ini dapat digunakn oleh pembicara untuk mengatakan makna suka, geli,
kadang-kadang menghina.
c. menggigit-gigit bibir
Bibir di tekan atau di gigit oleh gigi atas dan gigi bawah. Gerak tubuh sepert ini dapat di
gunakan oleh pembicara untuk menyatakan rasa kesal, kecewa atau menahan rasa sakit
d. Mencibir
Dalam keadaan tertutup, gerak tubuh seperti ini dapat untuk menyatakan cemooh, ejekan,
atau menistakan.
4. Bahu
Kedua bahu kita hanya dapat di gerakkan keatas lalu di turunkan ke posisi semula. Hanya
satu gerak tubuh yang berkaitan dengan bahu yang dapat di gunakan oleh pembicara. Untuk
memperjelasa isi pesan yang di sajikan secara lisan.
Mengangkat bahu
Kedua bahu diangkat keatas dari posisi semula sambil mengangkat tangan dalam posisi sembilan
puluh drajat dengan siku-siku. Kedua telapak tangan terbuka menghadap ke atas. Gerak tubuh
seperti ini bermakna tidak tahu, tidak mau tahu, atau masa bodoh.
5. Tangan
Salah satu anggota tubuh manusia yang mempunyai pergerakkan yang agak bebas adalah
tangan. Tangan beserta jari-jari tangan dapat digerakkan, kedepan, kebelakang, ke kiri, ke atas
kebawah dan dapat berputar 360 drajat. Karena itu tidak mengherankan apabila pembicara sering
menggunakan gerak tangan tersebut untuk memperjelas informasi dan memperlancar
komunikasinya dengan para pendengar.
Berikut ini akan di sajikan sejumlah gerak tubuh yang berkaitan dengan tangan.
a. Mengancungkan kepalan tangan
Kepalan tangan di acungkan ke atas dengan posisi tetap. Telapak tangan yang terkepal mengarah
kepada pembicara. Gerak tubuh seperti ini dapat bermakna luas, hati-hati saya tantang, atau saya
tidak takut.
b. Mengcungkan kepalan tangan berulang-ulang
Kepalan tangan diacungkan ke atas (sedikit maju ke depan) berulang-ulang. Telapak tangan yang
terkepal menghadap ke kiri pembicara. Gerak tubuh seperti ini bermakna maju, ayo serbu, ayo
serang, atau maju terus.
c. Bertepuk sebelah tangan
Tangan kanan manepuk tangan kiri atau sebaliknya secara berulang-ulang selama beberapa detik.
Gerak tubuh seperti ini dapat berarti gembira puas, memberi salut, atau memberi selamat.
d. Mengacungkan tangan
Tangan di acungkan ke atas, jari telujuk tegak. Empat jari lainnya dikepalkan menghadap ke arah
kiri pembicara. Gerak tubuh sepert ini membayangkan tidak tahu atau mau bertanya.
e. Melambaikan tangan
Salah satu tangan ke atas. Telapak tangan terbuka dan menghadap ke depan. Kelima jari tangan
tegak lurus dan di jarangkan. Kemudian tangan dilambaikan ke kiri- ke kanan berulang-ulang.
Gerak tubuh seperti ini dapat diartikan selamat jalan, selamat berpisah, sampai berjumpa lagi.
f. Menopang dagu dengan tangan
Dagu kanan oleh telapak tangan kanan, atau sebaliknya. Kepala agak rebah ke arah tangan yang
menopang dagu. Gerak tubuh seperti ini dapat di gunakan oleh pembicara untuk menyatakan
mknabermalas-malasan, melamun, atau berfikir.
g. Menutup muka dengan kedua telapak tangan
Kedua telapak tangan menutupi muka sehingga tidak ada yang terlihat. Gerak tubuh sepert ini
biasa di gunakan untuk menyatakan makna malu, takut, rasa tidak berarti.
h. Angkat tangan
Kedua tangan di angkat setinggi-tingginya di atas kepala. Gerak tubuh sepert ini biasa di
gunakan untuk menyatakan makna menyerah, kalah atau takluk.
i. Mengepalkan tangan dengan jempol mengarah ke kanan/kiri
Keempat jari selain jempol di kepalkan, jempol menunjuk satu mengarah ke kanan atau ke kiri di
sertai mimik marah. Gerak tubuh seperti ini biasanya digunakan oleh pembicara untuk
menyatakan pergi, keluar, enyah dari sini.
j. Acungkan jempol
Keempat jari selain jempo di kepalkan, jempol menunjuk satu arah ke kanan atau ke kiri di sertai
mimik marah. Gerak tubuh seperti ini biasanya digunakan oleh pembicara untuk menyatakan
makna pergi, keluar, enyah dari sini.
k. Kelingking ke bawah
Empat jari selain jari-jari kelingking di kepalkan, jari kelingking di arahkan ke bawah disertai
mimik muram. Gerak tubuh seperti ini biasa di gunakan untuk menyatakan jelek, buruk, tidak
menarik, atau tidak berarti.
l. Menunjuk-nunjuk dengan telunjuk
Selain jari telunjuk, empat jari lainnya di kepalkan jari telunjuk menunjuk-nunjuk kepada obyek
tertentu. Gerak tubuh seperti ini biasa di gunakan untuk menyatakan marah, kamu kurang ajar,
kamu salah, Kamu malas, kamu pencuri, dsb.
m. Menunjuk-nunjuk jempol ke arah pembicara
Selain jempol, empat jari lainnya di kepalkan jempol diarahkan kepada diri pembicara di sertai
sikap sombong. Gerak tubuh seperti ini biasa di gunakan untuk menyatakan makna aku yang
paling hebat, pintar, berhasil, dsb.
n. Meninju dengan kepalan tangan
Jari-jari tangan dikepalkan dan ditinjukan kepada sesuatu. Gerak tubuh seperti ini dapat di
gunakan oleh pembicara untuk menjelaskan makna marah atau berkelahi.
o. Menampar dengan tangan
Telapak tangan di tamparkan kepada suatu objek misalnya pipi, muka, atau kepala orang. Gerak
tubuh sepert ini dapat di gunakan oleh pembicara untuk menggambarkan kekesalan atau
kebencian.
p. Menyikut dengan tangan
Siku atau sikut di gerakkan ke belakang secara mendadak dan cepat sehingga sasarannya
terpelanting kesakitan. Gerak tangan atau tugub ini dapat di gunakan untuk menjelaskan
pengertian menjegal seseorang, marah, atau menyatakan kecurangan.
q. Menjentikkan ujung kuku jempol pada telunjuk
r. Telunjuk dan jempol membentuk lingkaran
Jari telunjuk dan jempol bersama-sama membentuk sebuah lingkaran kecil. Ketiga jari lainnya,
yakni jari tengah, jari manis dan kelingking tegak di samping lingkaran tadi. Gerak tubuh ini
dapat digunakan untuk menjelaskan makna nol, kosong, tidak ada, atau gagal.
Ujung kuku jari diletakkan dan ditekankan pada jari telunjuk. Kemudian di jentikkan atau
dilepaskan ke atas secara tiba-tiba dan kuat. Gerak tubuh ini dapat di gunakan untuk menjelaskan
makna kecil, tidak ada apa-apanya, atau dianggap enteng.
s. Mencocokkan jari tengah kanan ke jari tangan kiri
Jari-jari kedua tangan kecuali jari jempol, dicocok-cocokan, dimasukkan di antara dua jari,
sehingga terjadi perpaduan jari-jari kedua tangan. Kedua jari jempolberdiri tegak berada di luar
perpaduan jari-jari lainnya. Gerak tubuh ini dapat digunakan untuk menggambarkan makna
memadukan, menyelaraskan, menyatukan, atau mensinkronkan.
t. Tangan kanan dan tangan kiri membentuk lingkaran
Kedua tangan yakni tangan kanan kiri bersama-sama dengan dada membentuk sebuah lingkaran
di atas perut. Gerak tubuh ini dapat di gunakan untuk menjelasakan makna besar, luas atau
gendut.
u. Gigit jari
Jari telunjuk di tempatkan di antara gigi atas dan gigi bawah. Telujuk ini di gigit. Gerak tubuh ini
dapat di gunakan untuk menjelaskan makna kecewa, kecele atau tertipu.
v. Telunjuk menunjuk (mengenai) pelipis
Ujung jari telunjuk menempel atau menunjuk pada pelipis. Keempat jari lainnya terkepal. Gerak
tubuh ini dapat di gunakan untuk menjelaskanpengertian pakai otak, berfikirlah gunakan nalar
atau pakai akal sehat.
w. Mengaitkan kedua telujuk
Telunjuk tangan kanan dan tangan kiri saling terkait jari-jari lainnya dalam keadaan terkepal.
Gerak tubuh ini dapat digunakan untuk menjelaskan pengertian ada hubungannya, ada
persengkokolan, ada main, atau ada kolusi.
x. Berpangku tangan
Kedua tangan saling berpegangan seolah-olah memangku sesuatu, posisi tangan itu berada di
batas perut dengan dada. Gerak tubuh seperti ini dapat digunakan untuk menjelaskan pengertian
malas, tidak mau bekerja, atau tidak mau berusaha.
y. Menutup muka dengan jari-jari di jarangkan
Muka dititutupi oleh jari tangan yang di jarangkan. Gerak tubuh ini menjelaskan pengertian pura-
pura tidak tahu, pura-pura tidak melihat.
6. Dada
Pergerakkan dada sangat terbatas. Dada hanya dapta dikembang-kempiskan. Dada dapat
juga menjadi sasaran atau objek gerak tubuh lainnya terutama gerak tangan. Berdasarkan
kenyataan itu maka dapat di pastikan bahwa gerak tubuh yang berkaitan dengan dada pasti juga
terbatas jumlahnya.
a. Membusungkan dada
Dada di busungkan ke depan. Gerak ini biasa di gunakan untuk menjelaskan pengertian
menyombongkan diri, membanggakan diri, mengagungkan diri atau berani.
b. Menepuk dada
Dada di tepuk-tepuk dengan tangan. Gerak tubuh ini bisanya digunakan untuk menjelaskan
pengertian menyatakan berani, tidak takut, menantang.
c. Mengusap dada
Dada di usap-usap dengan tangan. Gerak tubuh seperti ini biasanya di gunakan untuk
menjelaskan pengertian kecewa, susah, atu prihatin.
7. Mata
Mata dapat berputar ke berbagai arah. Mata juga dapat di picingkan atau di pergunakan,
dibelalakan atau di pelototkan, di kerlingkan, dan di kerdipkan. Karena itu dapat berbagai gerak
tubuh yang erat kaitannya dengan mata untuk menjelaskan berbagai pengertian.
a. Membelalakan mata
Mata dapat di besarkan atau di buka lebar-lebar sehingga biji mata kelihatn besar.
Membelalakkan mata hampir sama dengan melototkan mata. Gerak tubuh yang berkaitan dengan
mata ini biasanya di gunakan untuk menjelaskan pengertian marah atau menghardik.
b. Memicingkan mata
Mata di picingkan dengan cara merapatkan kedua kelopak mata sehingga mat hampir-hampir
terpejam. Lama-lama mata jadi benar-benar terpejam. Gerak tubu semacam ini biasanya
digunakan untuk menjelaskan pengertian tidur, tertidur karena kelelahan.
c. Mengerlingkan mata
Pandangan mata ke sebelah kanan atau kiri tanpa menggerakkan kepala. Hanya bola mata yang
bergerak ke arah sudut kanan atau kiri. Gerak tubuh semacam ini biasanya digunakan untuk
menjelaskan pengertian melirik, menjeling, atau mengerling.
d. Mengedipkan mata
Kelopak mata digerakkan membuka dan menutup mata berganti-ganti. Gerak tubuh seperti ini
biasanya digunakan untuk menjelaskan pengertian memberi isyarat secara rahasia atau
sembunyi-sembunyi.
8. Kaki
Kaki dapat bergerak agak bebas. Kaki dapat digunakan berjalan, lari, menendang,
menyepak,menerjang dan menginjak. Kaki juga dapat bergerak kedepan, kebelakang, kekiri, dan
kekanan. Karena itu tidaklah mengherankan apabila ada sejumlah gerak tubuh yang berkaitan
dengan kaki yang sering di gunakan untuk memperjelas pengertian-pengertian tertentu.
a. Goyang kaki
Gerak tubuh yang berkaitan dengan kaki ini biasa di gunakan oleh pembicara untuk memperjelas
pengertian hidup dengan senang, tidak perlu pekerjaan atau bermalas-malasan.
b. Jalan atau lari di tempat
Berjalan atau berlari tanpa pindah tempat di sebut berjalan atau lari di tempat. Gerak tubuh ini
biasanya di gunakan untuk menjelaskan makna atau pengertian tidak ada perubahan, tidak
kemajuan, atau mandeg.
c. Menendang, menyepak, menerjang
Menendang, menyepak, menerjang berarti menyepak. Menyepak sesuatu dengan kaki. Gerak
tubuh ini lazim digunakan untuk menjelaskan makna marah, kesal, mengusir atau menjauhkan
sesuatu.
d. Menginjakkan kaki
Kaki diinjakkan kepada sesuatu objek tertentu. Gerak tubuh seperti ini biasanya digunakan untuk
menjelaskan makna sampai menginjak, menguasai, menaklukkan atau menundukkan.
D. Ciri-ciri Pembicara Ideal
Setiap manusia yang dilahirkan dalam keadaan normal sudah memiliki terampil
berbicara. Potensi tersebut akan menjadi kenyataan bila di pupuk, dibina, dan di kembangkan
melalui latihan yang sistematis, terarah dan berkesinambungan. Tanpa latihan potensi itu tetap
berupaya potensi. Kenyataan ini sudah disadari oleh para ahli pengajaran berbicara di sekolah.
Pengetahuan tentang ciri-ciri pembicara yang baik sangat bermanfaat baik bagi mereka
yang sudah tergolong pembicara yang baik, apalagi bagi mereka yang sudah tergolong
pembicara yang kurang baik dan pembicara dalam taraf belajar. Bagi golongan pertama
pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai landasan mempertahankan, menyempurnakan,
atau mengembangkan keterampilan berbicara yang sudah dimilikinya. Bagi golongan kedua hal
ini sangat pantas dipahami dan diikuti serta menghilangkan kebiasaan buruk yang selama ini
mungkin dilakukannya secara tidak sadar. Bagi golongan ketiga hal ini pengetahuan tentang
ciri0ciri penyimak yang baik itu dapat digunakan sebagai pedoman belajar berbicara.
Berikut ini disajikan ciri-ciri sejumlah pembicara yang baik untuk dikenal, dipahami, dan
dihayati, serta diterapkan dalam berbicara. Ciri-ciri tersebut antara lain
1. memilih topik tepat,
2. menguasai materi,
3. memahami pendengar,
4. memahami situasi,
5. merumuskan tujuan yang jelas,
6. menjalin kontrak dengan pendengar,
7. memiliki kemampuan linguistik,
8. menguasai pendengar,
9. memanfaatkan alat bantu,
10. meyakinkan dalam penampilan,
11. mempunyai rencana.
1. memilih Topik Tepat
Pembicara yang baik selalu dapat memilih materi atau topik pembicaraan yang menarik,
aktual dan bermanfaat bagi para pendengarnya. Dalam memilih materi pembicaraan ia selalu
mempertimbangkan minat, kemampuan, dan kebutuhan pendengarnya. Sebab dia tahu benar
apabila materi pembicaraan berkenan di hati pendengar maka perhatian mereka pun secara
otomatis akan besar pula pada penyajian materi itu.
2. Menguasai Materi
Pembicara yang baik selalu berusaha memahami materi yang akan disampaikannya. Jauh
sebelum pembicaraan berlangsung yang bersangkutan sudah mempelajari, memahami,
menghayati, dan menguasai materi pembicaraan. Ia tidak segan-segan menelaah berbagai sumber
acuan, seperti buku, majalah, dan artikel yang berkaitan dengan pembicaraan itu. Ia pun tidak
segan-segan menilik materi itu dari berbagai sudut pandang sehingga jelas kiranya dengan ilmu
yang relevan, jelas pula manfaatnya bagi pendengarnya. Jika kebetulan pembicara ahli di bidang
yang akan disampaikannya itu maka penguasaan terhadap materi semakin lebih tajam lagi.
3. Memahami Latar Belakang Pendengar
Sebelum pembicaraan berlangsung pembicara yang baik selalu berusaha mengumpulkan
informasi pendengar, misalnya tentang
a. jumlahnya,
b. jenis kelamin,
c. pekerjaannya,
d. tingkat pendidikannya,
e. minatnya,
f. nilai yang dianut,
g. serta kebiasaannya.
Bahkan perasaan pendengar kepada topik yang akan disampaikannya sudah
diramalkannya apakah simpati, antipati, atau acuh tak acuh.
Semua data mengenai pendengar beserta sikap mereka dipahami dan dihayati serta
dijadikan oleh pembicara itu sebagai landasan penyusun strategi berbicara. Penyimak yang baik
selalu berusaha memahami latar belakang pendengarnya.
4. Mengetahui Situasi
Pembicara yang baik selalu berusaha memahami dan mengetahui situasi yang menaungi
pembicaraan. Karena itu dia tidak segan-segan mengidentifikasi mengenai ruangan, waktu,
peralatan penunjang berbicara, dan suasana. Identifikasi ruangan, tempat, atau lokasi dimana
peristiwa berbicara akan berlangsung menyangkut luasnya menaj atau podium, tempat duduk,
sirkulasi udara, akustiknya, dan sebagainya. Mengenai waktu apakah pagi, siang, sore, malam
atau jam berapa. Sarana penunjang berkaitan dengan pengeras suara, penerangan, OHP, dan
sebagainya. Mengenai suasana yang perlu diketahui apakah tenang, jauh dari keramaian, bising,
atau gaduh.
5. Mempunyai Tujuan Jelas
Pembicara yang baik dapat merumuskan tujuan pembicaraannya dengan tegas, jelas dan
gamblang. Pembicara tahu persis kemana ia hendak membawa para pendengarnya apakah hanya
sekedar untuk menghibur mereka, memberi informasi, menstimulasi, meyakinkan, atau untuk
menggerakkan pendengar.
Pembicara yang baik dapat merumuskan dengan pasti respon apa yang diharapkannya
dari pendengarnya pada akhir pembicaraan. Ke arah respon diharapkan itulah pendengar
digiringnya.
6. Kontak dengan Pendengar
Pembicara yang baik selalu mempertahankan pendengarnya. Ia berusaha memahami
reaksi emosi dan perasaan mereka. Ia berusaha mengadakan kontak batin dengan pendengarnya
melalui pandangan mata, perhatian, anggukan, atau senyuman.
Pendengar yang merasa diperhatikan dan dihargai oleh pembicara akan bersikap positif
terhadap pembicara dan pembicarannya, ia juga menunjukkan sikap yang simpatik, mendukung,
dan memberi semangat pada pembicara.
7. Kemampuan Linguistik Tinggi
Pembicara yang baik dapat memilih dan menggunakan kata, ungkapan, dan kalimat yang
tepat untuk menggambarkan jalan pikirannya. Ucapannya jelas, lafalnya baik, intonasinya tepat
dalam berbahasa. Ia juga dapat memilih dan menggunakan kalimat sederhana dan efektif dalam
membicarakan materi pembicaraannya.
Pendek kata pembicara yang baik memiliki kemampuan linguistik yang tinggi sehingga
yang bersangkutan dapat menyesuaikan penggunaan bahasa dengan kemampuan pendengarnya.
Ia pun dapat menyajikan materi pembicaraannya dalam bahasa efektif, sederhana, dan mudah
dipahami. Tidak hanya itu dia fasih berbicara lancar mengkomunikasikan sesuatu.
8. Menguasai Pendengar
Salah satu pembicara yang baik adalah pandai menarik perhatian pembicara. Dengan
gaya yang menarik dia menemukan pendengar, dia mengarahkan pendengar kepada
pembicaraannya. Ia pun dapat menggerakkan penengaran ke arah tujuan pembicarannya.
Bila pendengar sudah terpusat, terarah perhatiannya kepada pembicara dan
pembicarannya maka pembicara berarti dapat menguasai, mengontrol, dan mempengaruhi
pendengarannya. Dengan situasi seperti itu dapatlah dipastikan tujuan pembicara akan berhasil.
9. Memanfaatkan Alat Bantu
Dalam menjelaskan materi pembicaraan, pembicara yang baik selalu menggunakan
bahasa yang sederhana, mudah dipahami, dan efektif. Untuk lebih memudahkan pendengar
memahami penjelasannya, dia memanfaatkan alat-alat bantu seperti skema, diagram, statistik,
gambar-gambar, dan sebagainya. Dia pun pandai mencarikan contoh ilustrasi yang mengenai dan
sesuai dengan lingkungan pendengarnya. Lebih dari itu dia pun secara tepat tahu kapan, di mana,
pemanfaatan alat-alat bantu itu.
10. Penampilan Meyakinkan
Gaya bicaranya menarik. Uraiannya meyakinkan karena ia menguasai materi
pembicaraannya.
Ia percaya diri, tampil dengan anggun dan berwibawa namun sederhana. Tingkah laku,
gerak-gerik, cara berpakaian, atau berdandan sopan serasi dengan kepribadiannya. Ia benar-benar
mengikat hati pendengarnya.
Pembicara yang baik selalu tampil meyakinkan dari segala segi. Isi pembicaraan ia
kuasai, cara penyampaian ia kuasai. Situasi dan latar belakang pendengar ia pahami. Tingkah
laku, gaya bicara, cara berpakaian, dan sebagainya tidak tercela.
11. Berencana
Pembicara yang baik selalu berencana meyakinkan kebenaran isi ungkapan; sesuatu yang
direncanakan hasilnya lebih baik dari yang tidak direncanakan. Makna ungkapan tersebut dia
terapkan dalam mempersiapkan pembicaraannya mulai dari:
a. memilih topik,
b. memahami dan menguji topik,
c. menganalisi pendengar dan situasi,
d. menyusun kerangka pembicaraan,
e. mengujicobakan,
f. meyakinkan.
Sebelum tampil berbicara di depan pendengarnya yang besangkutan sudah
mengantisipasi pelaksanaannya dalam membentuk skenario pelaksanaan. Dia juga sudah
membayang-bayangkan bila ada perubahan situasi harus berubah pelaksanaan dan bagai mana
cara mengatasinya. Walaupun rencananya sudah matang dasn pasti yang bersangkutan dapat
menyesuaikan pelaksanaan pidatonya dengan situasi yang berubah.
Pengenalan, pemahaman, dan penghayatan tentang ciri-ciri pembicara yang ideal sangat
berguna bagi mereka yang tergolong pembicara baik, pembicara yang kurang baik, dan
pembicara pemula. Bagi golongan pertama pengetahuan tersebut tidak dimanfaatkan sebgai
landasan mempertahankan, meyempurnakan, atau mengembangkan keterampilan berbicara yang
sudah dimilikinya. Bagi golongan kedua pengetahuan itu dapt pula dimanfaatkan sebagai
pedoman untuk memperbaiki keterampilan berbicaranya. Bagi golongan ketiga pengetahuan itu
dapat digunakan sebagai pedoman belajar dan berlatih berbicara.
Ciri-ciri pembicara yang ideal antara lain
a. memilih topik yang tepat,
b. menguasai materi,
c. memahami pendengar,
d. memahami situasi,
e. merumuskan tujuan yang jelas,
f. memiliki kemampuan linguistik,
g. menjalin kontak dengan pendengar,
h. menguasai pendengar,
i. memanfaatkan alat bantu,
j. meyakinkan dalam penampilan,
k. mempunyai rencana.
E. Merencanakan Pembicaraan
Dalam kehidupan ini, manusia sering dihadapkan kepada situasi yang menuntutnya
terampil berbicara. Kalau Anda bertemu dengan teman yang lama tidak berjumpa, Anda pasti
ingin menyatakan rasa rindu, pengalaman, atau keadaan diri Anda. Di samping itu Anda pun
pasti ingin mengetahui keadaan sahabat Anda itu. Apa-apa yang dikerjakannya, bagaimana
kemajuan usahanya, bagaimana keadaan keluarganya, dan sebagainya. Dalam situasi seperti itu
Anda harus pandai menyatakan diri melalui berbicara. Anda juga harus terampil mengorek
informasi melalui sejumlah pertanyaan. Kalau Anda menghadiri pertemuan, perpisahan, atau
pesta ada kemungkinan mereka akan meminta Anda menyampaikan sambutan selamat datang,
kata-kata perpisahan, atau nasihat-nasihat. Apalagi bila Anda diundang menghadiri diskusi,
seminar, lokakarya, dan sebagainya Anda pun harus terampil berbicara menyampaikan ceramah,
pendapat, pikiran, dan saran Anda.
Keterampilan berbicara di depan khalayak ramai, istilah asingnya public speaking, tidak
akan muncul begitu saja pada diri seseorang. Keterampilan itu diperoleh setelah melalui berbagai
latihan dan praktik penggunaannya. Karena itulah para ahli banyak menaruh perhatian terhadap
upaya membina dan mengembangkan keterampilan berbicara itu.
Ehninger, dkk (1979) mengajukan delapan langkah dalam mempersiapkan suatu
pembicaraan. Kedelapan langkah tersebut adalah
a. meyeleksi dan memusatkan pokok pembicaraan,
b. menentukan tujuan khusus pembicaraan,
c. menganalisis pendengar dan situasi,
d. mengumpulkan materi pembicaraan,
e. menyusun ragangan/kerangka dasar (outline) pembicaraan,
f. mengembangkan ragangan/kerangka dasar,
g. berlatih dengan suara keras, jelas, dan lancar,
h. menyajikan pembicaraan (Ehninger, dkk, 1979: 46)
Gorys Keraf (1980) mengusulkan tiga langkah pokok dalam merencanakan suatu
pembicaraan. Ketiga langkah pokok pembicaraan itu ialah:
a. meneliti masalah,
b. menysun uraian,
c. mengadakan latihan.
Langkah pokok yang masih bersifat umum itu dapat dikembangkan menjadi langkah-
langkah yang spesifik. Hasil pengembangan langkah yang bersifat umum menjadi langkah yang
bersifat khusus adalah sebagai berikut,
a. menentukan maksud,
b. menganalisis pendengar dan situasi,
c. memilih dan menyempitkan topik,
d. mengumpulkan bahan,
e. membuat kerangka uraian,
f. menguraikan secara menditail,
g. melatih dengan suara nyaring (Keraf, 1980: 317-318)
Wainright (1979) menyarankan enam langkah yang harus dilalui dan dikuasai oleh
seseorang agar dapat menjadi pembicara yang baik. Langkah-langkah yang disarankan oleh
Wainright tersebut adalah
a. memilih topik,
b. memahami dan menguji topik,
c. memanahi latar belakang pendengar dan situasi,
d. menyusun kerangka pembicaraan,
e. mengujicobakan,
f. menyajikan (Wainright, 1979: 98-69).
Bila Anda perhatikan langkah-langkah merencanakan pembicaraan yang diajukan oleh
ketiga tokoh di atas maka Anda pasti berkesimpulan bahwa hampir bersamaan pendapat mereka.
Karena itu yang mana pun yang kita pilih dan terapkan dalam penyusunan persiapan
pembicaraan sama pula baiknya.
Berikut ini penulis mencoba menguraikan lebih terinci langkah penyusunan pembicaraan
berdasarkan jalan pikiran Wainright. Silahkan Anda pahami sehingga pun Anda dapat menyusun
bahan pembicaraan dengan baik. Jika seseorang sudah dapat menyusun pembicaraan dengan baik
maka orang tersebut sudah menuju kepada pembicara yang baik.
1. Memilih Topik
Bila sekali waktu Anda diminta, diundang, atau diharapkan untuk tampil sebagai
pembicara di depan umum misalnya dalam diskusi, seminar, pertemuan ilmiah, atau ceramah
maka langkah pertama yang harus Anda lalui ialah memilih topik pembicaraan. Pilihlah topik
yang sesuai dengan permintaan atau tuntutan pertemuan dimana Anda akan tampil sebagai
pembicara. Mungkin sekali Anda disodori topik-topik yang telah ditetapkan oleh panitia
pertemuan. Dalam situasi demikian kebebasan Anda agak terbatas. Bila Anda diberi kebebasan
penuh memilih topik pembicaraan maka Anda dapat memilih topik yang menarik bagi Anda,
menarik dan berguna pula bagi pendengar.
Topik yang sudah dipilih masih perlu dikaji daerah cakupannya. Apakah terlalu luas atau
terlalu sempit. Misalnya dari topik: Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah dan
dasar, dapat dipersempit menjadi:
a. pengajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar,
b. pengajaran bahasa Indonesia di SMP,
c. pengajaran bahasa Indonesia di SMU,
Bila dirasa masih terlalu luas, butir a, b, dan c dapat lebih dipersempit menjadi
(a) Pengajaran pragmatik di Sekolah Dasar,
(b) Pengajaran membaca di SMP,
(c) Pengajaran apresiasi di SMU.
Pemilihan topik dan penyempitan topik pembicaraan sangat bergantung kepada berbagai
faktor, seperti
a. minat pembicara,
b. kemampuan pembicara,
c. minat penyimak,
d. kemampuan penyimak,
e. manfaat pembicaraan bagi pendengar,
f. waktu yang disediakan,
g. dan lain-lain.
2. Menguasai dan Menguji Topik
Topik yang dipilih disempitkan atau desesuaikan dengan tuntutan keadaan harus
dipahami, dihayati, dan dikuasai oleh pembicara. Hal ini dapat tercapai bila pembicara
mengumpulkan bahan yang relevan melalui bahan bacaan; wawancara dengan orang yang
dianggap ahli, observasi, dan dikaji, diuji dari berbagai sudut pandang sehingga jelas kaitannya
dengan ilmu yang relevan, jelas manfaatnya bagi pendengar.
Misalnya pengkajian dan pengujian topik: Pengajaran Pragmatik di SD, dapat dikaji dari
sudut:
a. ilmu jiwa/psikologi,
b. teori belajar,
c. fungsi bahasa,
d. tujuan pengajaran bahasa Indonesia di SD,
e. relevansinya denagn pengajaran pokok bahasan lainnya,
f. manfaatnya bagi guru dan orang tua.
Bila semua hal tersebut di atas sudah dilaksanakan oleh pembicara, maka dapat
dipastikan yang bersangkutan benar-benar sudah menguasai dan menguji topik pembicaraan
yang telah dipilihnya.
3. Memahami Pendengar dan Situasi
Sebelum pembicaraan berlangsung, pembicara harus menganalisis latar belakang
pendengar dan situasi. Informasi yang tepat mengenai pendengar seperti minat, nilai yang dianut,
kebiasaan, harapannya, usia, jenis kelamin, tingkat kemampuannya, dan pekerjaannya sangat
berguna bagi pembicara sebagai dasar penentuan strategi berbicara. Perlu pula diperkirakan
bagaimana sikap pendengar terhadap topik yang akan disajikan apakah apatis, simpati, atau
antipati. Hal itu pun dimasukkan ke dalam penyusunan strategi berbicara.
Disamping faktor pendengar, faktor situasi pun harus dianalisis. Informasi mengenai
situasi berhubungan dengan hal-hal yang meyertai terjadinya peristiwa berbicara. Situasi
menyangkut:
a. ruangan, tempat, lokasi,
b. suasana linkungan seperti ketenangan, kebisingan,
c. waktu apakah pagi, siang, atau malam,
d. sarana seperti pengeras suara, penerangan, podium, dan sebagainya.
Hal-hal tersebut di atas harus benar-benar dikenal dan dipahami pembicara. Lalu hal itu
dijadikan juga sebagai landasan penentuan strategi berbicara. Bila pembicara sudah tapat
menganalisis faktor pendengar dan situasi maka dapat dipastikan strategi berbicaranya sudah
baik pula.
4. Menyusun Kerangka Pembicaraan
Berdasarkan topik yang telah dipilih dan sudah dipersempit disusunlah kerangka
pembicaraan. Kerangka pembicaraan yang tersusun baik sangat bermanfaat bagi pembicara
sendiri dan juga pendengar. Bagi pembicara kerangka itu berfungsi sebagai pedoman, penuntun
arah mengisi pembicaraan. Bagi pendengar kerangka dapat berfungsi sebagai sarana
memudahkan mengikuti dan memahami isi pembicaraan.
Kerangka pembicaraan biasanya mengandung tiga komponen, yakni bagian:
a. pendahuluan,
b. isi,
c. penutup.
Bagian pendahuluan atau pengantar berisi uraian singkat mengenai tujuan pembicaraan,
isi atau apa yang ingin dibicarakan. Bagian penutup atau kesimpulan berisi uraian atau
kesimpulan dari apa yang telah dibicarakan.
Sekarang mari kita perhatikan bagaimana cara menyusun kerangka pembicaraan
berdasarkan topik yang telah dipilih. Kita misalkan topik yang dipilih sebagai pokok
pembicaraan adalah: Pengajaran Pragmatik di Sekolah Dasar.
Kerangka pembicaraan sebagai berikut.
1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Tujuan
2. Pengajaran Prakmatik di SD
2.1 Bahan Pengajaran
2.2 Metode Pengajaran
2.3 Umpan Balik dan Tindak Lanjut
3. Kesimpulan dan Saran
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Bila pembicara dituntut untuk menyerahkan paper atau makalah mengenai topik yang
akan disampaikannya maka yang bersangkutan harus mengembangkan kerangka tersebut
menjadi tulisan lengkap. Kalaupun pembicara tidak dituntut meyerahkan makalah, lebih baik
pembicara mengembangkan kerangka tersebut. Sebab dalam pengembangan kerangka itu
pembicara semakin memahami dan mendalami topik yang akan disajikan. Paling sedikit
pembicara sudah memiliki bahan pembicaraan yang lengkap dan terinci.
5. Mengujicobakan
Kerangka karangan yang sudah dikembangkan menjadi naskah perlu dikaji kembali.
Periksalah dengan teliti kalau-kalau masih ada yang perlu disempurnakan. Bila Anda sudah
yakin naskah pembicaraan itu sudah baik, maka perlu diujicobakan.
Dalam uji coba penyajian ini, Anda harus memilih metode penyampaian mana yang akan
Anda terapkan. Ada empat metode penyampaian yang dapat Anda pilih, yakni
a. secara mendadak,
b. berdasarkan catatan (butir-butir tertentu),
c. berdasarkan hafalan,
d. berdasarkan naskah.
Agaknya bagi pembicara yang terpelajar seperti Anda lebih pantas, cocok, dan bergengsi
jatuh pada metode yang kedua, berdasarkan butir-butir tertentu. Butir ini diturunkan dari naskah.
Pilih sejumlah butir yang dapat mewakili isi naskah secara keseluruhan.
Jumlah butir jangan terlalu banyak dan jangan pula terlalu sedikit. Butir yang terlalu
banyak akan membuat pendengar letih dan payah mengingatnya. Bila jumlahnya terlalu kecil
jangan-jangan belum dapat mewakili isi pembicaraan keseluruhannya. Bila Anda bertanya
berapa butir yang harus diturunkan dari suatu naskah, maka tidak ada jawaban yang pasti. Anda
sendiri yang menentukan berapa butir yang diperlukan.
Sekarang mari kita terapkan penentuan butir pembicaraan dari: Pengajaran Pragmatik di
SD tersebut di atas. Hasil penjabarannya adalah sebagai berikut.
a. permasalahan dan tujuan pembicaraan,
b. pengajaran bahasa Indonesia di SD,
c. bahan,
d. metode,
e. penilaian,
f. umpan balik dan tindak lanjut,
g. kesimpulan dan saran.
Ada tiga cara yang dapat Anda tempuh dalam mengujicobakan pidato Anda. Pertama,
mengundang beberapa teman Anda, lalu Anda bercerita dihadapan mereka berdasarkan butir-
butir yang telah dijabarkan dari naskah pembicaraan. Mintalah teman Anda mengkritik
penampilan Anda. Kedua, rekamlah pidato Anda kemudian putar kembali rekaman itu dan nilai
sendiri pidato Anda. Cara ketiga, ialah Anda berpidato di depan cermin. Amati penampilan Anda
dalam cermin tersebut.
6. Menyajikan
Dalam menyampaikan pesan, pembicara harus berpedoman kepada butir-butir yang telah
diturunkan dari naskah pembicaraan. Pembicara yang sudah berpengalaman jarang berbicara
berdasarkan atau membacakan naskah secara utuh. Biasanya yang bersangkutan menggunakan
kartu kecil yang setiap lembar berisi satu butir pembicaraan. Butir pembicaraan itu mungkin
diberi catatan singkat tentang subbutir. Misalnya, tentang butir (iv), yakni metode, hal ini tertulis
dalam kartu kecil itu sebagai berikut.
Metode
- relevan dengan CBSA,
- membina KP,
- mudah diterapkan
- dan seterusnya
Dengan melihat kartu itu sekilas, pembicara menguraikan syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh sesuatu metode pengajaran pragmatik secara lengkap, jelas, dan sistematis.
Dengan kemikian pembicara dapat memperhatikan segenap pendengarannya dan mengadakan
kontak dengan mereka melalui pandangan mata, anggukan, senyuman, dan perhatian.
Sampaikanlah butir-butir pembicaraan Anda satu persat secara wajar, tidak berlebih-
lebihan, apalagi dibuat-buat. Dalam berbicara gunakanlah bahasa yang sederhana yang sederhana
sesuai dengan taraf kemampuan pendengar Anda. Atur suasana agar tidak terlalu formal. Sekali-
kali Anda dapat menyelipkan humor dalam pembicaraan Anda agar pendengar lebih bergairah.
Sebagai pembicara Anda harus tampil rapi. Pakaian, penampilan, cara berbicara, dan
tingkah laku Anda harus wajar, sopan, tetapi menarik dan anggun. Atur suara Anda agar jelas
sehingga dapat didengar oleh pendengar yang duduk paling jauh dari Anda. Bila suara Anda
tidak dapat menjangkau pendengar yang terjauh itu gunakanlah pengeras suara. Hindari sikap-
sikap yang kurang sedap dipandang mata seperti menggaruk-garuk kepala, mencuil lubang
telinga, atau hidung, terlau banyak bergerak atau mondar-mandir, dan sebagainya.
Untuk memperjelas isi pembicaraan, Anda dapat menggunakan alat-alat bantu. Misalnya
skema, diagram, statistik, ilustrasi-ilustrasi, dan sebagainya. Tampilkan hal-hal tersebut di atas
melalui transparan atau lembar peraga.
Manusia sering dihadapkan kepada situasi yang menuntutnya terampil berbicara.
Misalnya dalam peristiwa pertemuan, perpisahan, diskusi, seminar, penceramah, dan sebagainya.
Keterampilan berbicara dapat dikuasai apabila orang telah melalui latihan dan praktik berbicara
berulang-ulang dan sistematis.
BAB IV
PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERBICARA
A. Pengantar
Pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945 menuntut agar setiap warga negara terampil
menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Bagi guru, terutama guru bahasa Indonesia,
tuntutan itu berbunyi didiklah setiap warga negara agar mereka terampil berkomunikasi dengan
bahasa baku. Bagi guru bahasa Indonesia tuntutan itu dapat dijabarkan sebagai berikut,
a. didiklah anak-anak agar terampil menggunakan bahasa Indonesia baku,
b. sadarkan mereka bila bila menggunakan bahasa daerah dan bila pula menggunakan
bahasa Indonesia,
c. pengajaran bahasa Indonesia sebagai ujung tombak keterpelajaran warga negara.
Kurikulum 2004 yang sekarang disempurnakan menjadi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, menekankan pembelajaran bahasa Indonesia dilakuka dengan menggunakan
pendekatan komunikatif.
Pendekatan komunikatif didasarkan pada pandangan bahwa bahasa adalah sarana
komunikasi. Karena itu tujuan pengajaran bahasa adalah meningkatkan keterampilan berbahasa
siswa, bukan pada pengetahuan tentang bahasa. Pengetahuan bahasa diajarkan untuk menunjang
pencapaian keterampilan berbahasa. Dengan perkataan lain bahasa bukan hanya sekadar
rangkaian bunyi, kata, dan struktur saja tetapi mempunyai makna dan mencakup penggunaan
struktur untuk memenuhi tujuan berkomunikasi dalam berbagai situasi situasi dan tujuan
berbahasa. Ketermpilan berbahasa bersifat mekanistis. Artinya keterampilan ini hanya bisa
dikuasai melalui latihan yang kontinu dan sistematis. Ini berarti bahwa siapa saja yang ingin
terampil menggunakan bahasa Indonesia maka yang bersangkutan harus sering berlatih
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Implikasi pernyataan ini bagi pengajaran bahasa
adalah siswa harus diberi kesempatan mengalami berbagai kegiatan bebahasa dalam beraneka
situasi dan tujuan berbahasa.
Pada uraian sebelumnya, sudah dikemukakan bahwa “tujuan utama pengajaran bahasa
adalah meningkatkan keterampilan berbahsa siswa, bukan kepada pengetahuan tentang
berbahasa.” Salah satu keterampilan berbahasa yang dimaksudkan di sini adalah keterampilan
berbahasa.
B. Metode Pengajaran Berbicara
Metode pengajaran tidak disajikan secara eksplisit dalam kurikulum. Hal ini dilakukan
agar guru dapat memilih metode yang dianggap tepat, sesuai dengan tujuan, bahan kajian, dan
keadaan siswa. Guru diminta menggunakan metode yang beragam agar suasana belajar menarik,
menantang, dan menggairahkan. Kegiatan belajar dapat berlangsung di dalam kelas, di luar
kelas, dengan tugas yang beragam untuk perseorangan, berpasangan, kelompok, atau seluruh
kelas.
Jika metode dikaitkan dengan pengalaman belajar, maka metode berfungsi sebagai sarana
mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang menjadi kenyataan dalam pelaksanaan
pengajaran pokok bahasan tertentu. Hal yang sama juga berlaku bagi pengajaran berbicara. Guru
harus menciptakan berbagai pengalaman belajar berbicara agar siswa dapat berlatih berbicara.
Tanpa latihan tidak mungkin keterampilan berbicara dikuasai.
Bahan ajar
Bahan ajar
Bahan ajar
Bahan ajar
Bahan ajar
Bahan ajar
Bahan ajar
Bahan ajar
Bahan ajar
Bahan ajar
Bahan ajar

More Related Content

What's hot

Presentation ilmu komunikasi
Presentation ilmu  komunikasiPresentation ilmu  komunikasi
Presentation ilmu komunikasi
Fanda Elvira Rosa
 
Modul11(kuliah) kemahiran komunikasi berkesan
Modul11(kuliah) kemahiran komunikasi berkesanModul11(kuliah) kemahiran komunikasi berkesan
Modul11(kuliah) kemahiran komunikasi berkesan
qamachi qusal
 
Makalah Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Tiga Keterampilan Berbahasa La...
Makalah Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Tiga Keterampilan Berbahasa La...Makalah Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Tiga Keterampilan Berbahasa La...
Makalah Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Tiga Keterampilan Berbahasa La...
FAJAR MENTARI
 
Keterampilan Berbahasa
Keterampilan BerbahasaKeterampilan Berbahasa
Keterampilan Berbahasa
Rizza Magfira
 
Tugas bhs indonesia (1)
Tugas bhs indonesia (1)Tugas bhs indonesia (1)
Tugas bhs indonesia (1)
winnarsih1
 
Hubungan Keterampilan Membaca dengan Keterampilan Bahasa yang lain
Hubungan Keterampilan Membaca dengan Keterampilan Bahasa yang lainHubungan Keterampilan Membaca dengan Keterampilan Bahasa yang lain
Hubungan Keterampilan Membaca dengan Keterampilan Bahasa yang lain
Ijal Mustofa
 
Makalah b.indo
Makalah b.indoMakalah b.indo
Makalah b.indo
Maduresvia
 
Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Diktat Komunikasi Verbal dan NonverbalDiktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Stisipol Candradimuka Palembang
 
SK-KD BAHASA INGRIS SMP K- 2006
SK-KD BAHASA INGRIS SMP K- 2006SK-KD BAHASA INGRIS SMP K- 2006
SK-KD BAHASA INGRIS SMP K- 2006MGMPBING SMPKABSER
 
Modul Pelatihan Kompetensi Komunikasi
Modul Pelatihan Kompetensi KomunikasiModul Pelatihan Kompetensi Komunikasi
Modul Pelatihan Kompetensi Komunikasi
Hegar Chataling, S.Ikom
 
Arti fungsi dan ragam bahasa
Arti fungsi dan ragam bahasaArti fungsi dan ragam bahasa
Arti fungsi dan ragam bahasaSiti Zuariyah
 
Permasalahan padanan kata dan beberapa pendekatan penerjemahan
Permasalahan padanan kata dan beberapa pendekatan penerjemahanPermasalahan padanan kata dan beberapa pendekatan penerjemahan
Permasalahan padanan kata dan beberapa pendekatan penerjemahan
fikri_muh
 
Uts keterampilan berbicara 2020 chandra adi prs-20020074022
Uts keterampilan berbicara 2020 chandra adi prs-20020074022Uts keterampilan berbicara 2020 chandra adi prs-20020074022
Uts keterampilan berbicara 2020 chandra adi prs-20020074022
ChandraPrasetiyo
 
Arti, fungsi dan ragam bahasa
Arti, fungsi dan ragam bahasaArti, fungsi dan ragam bahasa
Arti, fungsi dan ragam bahasa
Trisna Monalia
 
FUNGSI RAGAM BAHASA
FUNGSI RAGAM BAHASAFUNGSI RAGAM BAHASA
FUNGSI RAGAM BAHASA
EDIS BLOG
 
Keterampilan Berbicara
Keterampilan BerbicaraKeterampilan Berbicara
Keterampilan Berbicara
Ijal Mustofa
 

What's hot (20)

Presentation ilmu komunikasi
Presentation ilmu  komunikasiPresentation ilmu  komunikasi
Presentation ilmu komunikasi
 
Modul11(kuliah) kemahiran komunikasi berkesan
Modul11(kuliah) kemahiran komunikasi berkesanModul11(kuliah) kemahiran komunikasi berkesan
Modul11(kuliah) kemahiran komunikasi berkesan
 
Makalah Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Tiga Keterampilan Berbahasa La...
Makalah Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Tiga Keterampilan Berbahasa La...Makalah Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Tiga Keterampilan Berbahasa La...
Makalah Hubungan Keterampilan Berbicara dengan Tiga Keterampilan Berbahasa La...
 
Konsep komunikasi
Konsep komunikasiKonsep komunikasi
Konsep komunikasi
 
Keterampilan Berbahasa
Keterampilan BerbahasaKeterampilan Berbahasa
Keterampilan Berbahasa
 
Tugas bhs indonesia (1)
Tugas bhs indonesia (1)Tugas bhs indonesia (1)
Tugas bhs indonesia (1)
 
Hubungan Keterampilan Membaca dengan Keterampilan Bahasa yang lain
Hubungan Keterampilan Membaca dengan Keterampilan Bahasa yang lainHubungan Keterampilan Membaca dengan Keterampilan Bahasa yang lain
Hubungan Keterampilan Membaca dengan Keterampilan Bahasa yang lain
 
Makalah b.indo
Makalah b.indoMakalah b.indo
Makalah b.indo
 
Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Diktat Komunikasi Verbal dan NonverbalDiktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal
Diktat Komunikasi Verbal dan Nonverbal
 
SK-KD BAHASA INGRIS SMP K- 2006
SK-KD BAHASA INGRIS SMP K- 2006SK-KD BAHASA INGRIS SMP K- 2006
SK-KD BAHASA INGRIS SMP K- 2006
 
Kombis1
Kombis1Kombis1
Kombis1
 
Modul Pelatihan Kompetensi Komunikasi
Modul Pelatihan Kompetensi KomunikasiModul Pelatihan Kompetensi Komunikasi
Modul Pelatihan Kompetensi Komunikasi
 
Arti fungsi dan ragam bahasa
Arti fungsi dan ragam bahasaArti fungsi dan ragam bahasa
Arti fungsi dan ragam bahasa
 
Permasalahan padanan kata dan beberapa pendekatan penerjemahan
Permasalahan padanan kata dan beberapa pendekatan penerjemahanPermasalahan padanan kata dan beberapa pendekatan penerjemahan
Permasalahan padanan kata dan beberapa pendekatan penerjemahan
 
Uts keterampilan berbicara 2020 chandra adi prs-20020074022
Uts keterampilan berbicara 2020 chandra adi prs-20020074022Uts keterampilan berbicara 2020 chandra adi prs-20020074022
Uts keterampilan berbicara 2020 chandra adi prs-20020074022
 
Pertemuan 4
Pertemuan 4Pertemuan 4
Pertemuan 4
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Arti, fungsi dan ragam bahasa
Arti, fungsi dan ragam bahasaArti, fungsi dan ragam bahasa
Arti, fungsi dan ragam bahasa
 
FUNGSI RAGAM BAHASA
FUNGSI RAGAM BAHASAFUNGSI RAGAM BAHASA
FUNGSI RAGAM BAHASA
 
Keterampilan Berbicara
Keterampilan BerbicaraKeterampilan Berbicara
Keterampilan Berbicara
 

Viewers also liked

Soal ujian praktek mapel umum
Soal ujian praktek mapel umumSoal ujian praktek mapel umum
Soal ujian praktek mapel umum
almoon2
 
Pendidikan sopan santun
Pendidikan sopan santunPendidikan sopan santun
Pendidikan sopan santun
alex andoko
 
Contoh pidato hari pendidikan dalam bahasa jawa
Contoh pidato hari pendidikan dalam bahasa jawaContoh pidato hari pendidikan dalam bahasa jawa
Contoh pidato hari pendidikan dalam bahasa jawa
Mochamad Rofik
 
BSE BAHASA INDONESIA untuk SMP/MTs Kelas 9
BSE BAHASA INDONESIA untuk SMP/MTs Kelas 9BSE BAHASA INDONESIA untuk SMP/MTs Kelas 9
BSE BAHASA INDONESIA untuk SMP/MTs Kelas 9
Moh Hari Rusli
 
Pidato Bahasa Jawa Singkat !!
Pidato Bahasa Jawa Singkat !!Pidato Bahasa Jawa Singkat !!
Pidato Bahasa Jawa Singkat !!
Simbar2
 
Pidato perpisahan
Pidato perpisahanPidato perpisahan
Pidato perpisahan
Nita Mardiana
 
Contoh teks pembawa acara perpisahan
Contoh teks pembawa acara perpisahanContoh teks pembawa acara perpisahan
Contoh teks pembawa acara perpisahan
Masdar Ali
 

Viewers also liked (16)

Bindo kelas 6
Bindo kelas 6Bindo kelas 6
Bindo kelas 6
 
Pidato perpisahan
Pidato perpisahanPidato perpisahan
Pidato perpisahan
 
Soal ujian praktek mapel umum
Soal ujian praktek mapel umumSoal ujian praktek mapel umum
Soal ujian praktek mapel umum
 
Bhs. jawa (ptk)
Bhs. jawa (ptk)Bhs. jawa (ptk)
Bhs. jawa (ptk)
 
Pendidikan sopan santun
Pendidikan sopan santunPendidikan sopan santun
Pendidikan sopan santun
 
Contoh pidato hari pendidikan dalam bahasa jawa
Contoh pidato hari pendidikan dalam bahasa jawaContoh pidato hari pendidikan dalam bahasa jawa
Contoh pidato hari pendidikan dalam bahasa jawa
 
Pidato perpisahan kelas 6..
Pidato perpisahan kelas 6..Pidato perpisahan kelas 6..
Pidato perpisahan kelas 6..
 
BSE BAHASA INDONESIA untuk SMP/MTs Kelas 9
BSE BAHASA INDONESIA untuk SMP/MTs Kelas 9BSE BAHASA INDONESIA untuk SMP/MTs Kelas 9
BSE BAHASA INDONESIA untuk SMP/MTs Kelas 9
 
Pidato Bahasa Jawa Singkat !!
Pidato Bahasa Jawa Singkat !!Pidato Bahasa Jawa Singkat !!
Pidato Bahasa Jawa Singkat !!
 
Pidato perpisahan
Pidato perpisahanPidato perpisahan
Pidato perpisahan
 
Pidato perpisahan sd kelas 6
Pidato perpisahan sd kelas 6Pidato perpisahan sd kelas 6
Pidato perpisahan sd kelas 6
 
Pidato perpisahan sekolah
Pidato perpisahan sekolahPidato perpisahan sekolah
Pidato perpisahan sekolah
 
Pidato perpisahan
Pidato perpisahanPidato perpisahan
Pidato perpisahan
 
Pidato perpisahan
Pidato perpisahanPidato perpisahan
Pidato perpisahan
 
Pidato bahasa indonesia
Pidato bahasa indonesiaPidato bahasa indonesia
Pidato bahasa indonesia
 
Contoh teks pembawa acara perpisahan
Contoh teks pembawa acara perpisahanContoh teks pembawa acara perpisahan
Contoh teks pembawa acara perpisahan
 

Similar to Bahan ajar

Sk kd smp bhs inggris
Sk  kd smp bhs inggrisSk  kd smp bhs inggris
Sk kd smp bhs inggris
tengkurafi1
 
Kemahiran insaniah (Soft skills)
Kemahiran insaniah (Soft skills)Kemahiran insaniah (Soft skills)
Kemahiran insaniah (Soft skills)
Nor Yusof
 
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...Activian Grapiter
 
Bab 1 Definisi & konsep komunikasi
Bab 1 Definisi & konsep komunikasiBab 1 Definisi & konsep komunikasi
Bab 1 Definisi & konsep komunikasizasbaruden
 
Definisi & konsep komunikasi
Definisi & konsep komunikasiDefinisi & konsep komunikasi
Definisi & konsep komunikasizasbaruden
 
Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)
Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)
Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)
roviantoelieser
 
Ragam bahasa
Ragam bahasaRagam bahasa
Ragam bahasa
yulia pratika
 
5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
5. relevansi teori-psikologi-dari-piagetuniku
 
Tik tugas ke 5
Tik   tugas ke 5Tik   tugas ke 5
Tik tugas ke 5
nabilaans
 
Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...
Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...
Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...
Rina Fadhali
 
KELOMPOK 1_BAHASA INDO.pptx
KELOMPOK 1_BAHASA INDO.pptxKELOMPOK 1_BAHASA INDO.pptx
KELOMPOK 1_BAHASA INDO.pptx
novitaauliaFatma1
 
Ilmu alamiah dasar
Ilmu alamiah dasarIlmu alamiah dasar
Ilmu alamiah dasarstia_hardi
 
Komunikasi Antar Pribadi Prilaku Pesan nonverbal
Komunikasi Antar Pribadi Prilaku Pesan nonverbalKomunikasi Antar Pribadi Prilaku Pesan nonverbal
Komunikasi Antar Pribadi Prilaku Pesan nonverbalUIN Surabaya
 
Bmm 1034 kemahiran_mendengar_dan_bertut
Bmm 1034 kemahiran_mendengar_dan_bertutBmm 1034 kemahiran_mendengar_dan_bertut
Bmm 1034 kemahiran_mendengar_dan_bertut
harisanua
 
Fungsi Bahasa dan Tata Bahasa
Fungsi Bahasa  dan Tata BahasaFungsi Bahasa  dan Tata Bahasa
Fungsi Bahasa dan Tata Bahasa
pjj_kemenkes
 
Komunikasi berkesan di dalam dan luar bilik darjah
Komunikasi berkesan di dalam dan luar bilik darjahKomunikasi berkesan di dalam dan luar bilik darjah
Komunikasi berkesan di dalam dan luar bilik darjah
Sha Amran
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesiaAmr Ali
 
Fungsi Bahasa dan Tata Bahasa
Fungsi Bahasa  dan Tata BahasaFungsi Bahasa  dan Tata Bahasa
Fungsi Bahasa dan Tata Bahasa
pjj_kemenkes
 
Modul 4 ragam bahasa.
Modul 4   ragam bahasa.Modul 4   ragam bahasa.
Modul 4 ragam bahasa.
taylorgreenville
 

Similar to Bahan ajar (20)

Sk kd smp bhs inggris
Sk  kd smp bhs inggrisSk  kd smp bhs inggris
Sk kd smp bhs inggris
 
Kemahiran insaniah (Soft skills)
Kemahiran insaniah (Soft skills)Kemahiran insaniah (Soft skills)
Kemahiran insaniah (Soft skills)
 
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
 
Bab 1 Definisi & konsep komunikasi
Bab 1 Definisi & konsep komunikasiBab 1 Definisi & konsep komunikasi
Bab 1 Definisi & konsep komunikasi
 
Definisi & konsep komunikasi
Definisi & konsep komunikasiDefinisi & konsep komunikasi
Definisi & konsep komunikasi
 
Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)
Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)
Bahasa indonesia sebagai media komunikasi baru (2)
 
Ragam bahasa
Ragam bahasaRagam bahasa
Ragam bahasa
 
5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
 
Tik tugas ke 5
Tik   tugas ke 5Tik   tugas ke 5
Tik tugas ke 5
 
Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...
Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...
Sri Lestari "Fonemik Bahasa Melayu Sambas di Sekolah Menengah Pertama Negeri ...
 
KELOMPOK 1_BAHASA INDO.pptx
KELOMPOK 1_BAHASA INDO.pptxKELOMPOK 1_BAHASA INDO.pptx
KELOMPOK 1_BAHASA INDO.pptx
 
Ilmu alamiah dasar
Ilmu alamiah dasarIlmu alamiah dasar
Ilmu alamiah dasar
 
Komunikasi Antar Pribadi Prilaku Pesan nonverbal
Komunikasi Antar Pribadi Prilaku Pesan nonverbalKomunikasi Antar Pribadi Prilaku Pesan nonverbal
Komunikasi Antar Pribadi Prilaku Pesan nonverbal
 
Bmm 1034 kemahiran_mendengar_dan_bertut
Bmm 1034 kemahiran_mendengar_dan_bertutBmm 1034 kemahiran_mendengar_dan_bertut
Bmm 1034 kemahiran_mendengar_dan_bertut
 
Fungsi Bahasa dan Tata Bahasa
Fungsi Bahasa  dan Tata BahasaFungsi Bahasa  dan Tata Bahasa
Fungsi Bahasa dan Tata Bahasa
 
Komunikasi berkesan di dalam dan luar bilik darjah
Komunikasi berkesan di dalam dan luar bilik darjahKomunikasi berkesan di dalam dan luar bilik darjah
Komunikasi berkesan di dalam dan luar bilik darjah
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesia
 
Kb 1
Kb 1Kb 1
Kb 1
 
Fungsi Bahasa dan Tata Bahasa
Fungsi Bahasa  dan Tata BahasaFungsi Bahasa  dan Tata Bahasa
Fungsi Bahasa dan Tata Bahasa
 
Modul 4 ragam bahasa.
Modul 4   ragam bahasa.Modul 4   ragam bahasa.
Modul 4 ragam bahasa.
 

Recently uploaded

ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
junarpudin36
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
OcitaDianAntari
 
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptxAKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AdeRinaMuliawati1
 
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratPendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Eldi Mardiansyah
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
akram124738
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
materi sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptx
materi sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptxmateri sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptx
materi sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptx
srihardiyanty17
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
DinaSetiawan2
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
SdyokoSusanto1
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
fadlurrahman260903
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 
POKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptx
POKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptxPOKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptx
POKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptx
KotogadangKependuduk
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
SholahuddinAslam
 
CP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docx
CP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docxCP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docx
CP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docx
HUSINKADERI
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
abdinahyan
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
NavaldiMalau
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
budimoko2
 

Recently uploaded (20)

ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdfRANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
RANCANGAN TINDAKAN UNTUK AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF.pdf
 
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdfLaporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
Laporan Pembina OSIS UNTUK PMMOK.pdf.pdf
 
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptxAKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
AKSI NYATA FASILITATOR PEMBELAJARAN.pptx
 
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa BaratPendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
Pendampingan Individu 2 Modul 1 PGP 10 Kab. Sukabumi Jawa Barat
 
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptxObservasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
Observasi-Kelas-oleh-Kepala-Sekolah.pptx
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
materi sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptx
materi sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptxmateri sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptx
materi sosialisai perencanaan visi misi satuan pendidikan.pptx
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
 
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdfPPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
PPT ELABORASI PEMAHAMAN MODUL 1.4. budaya positfpdf
 
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdfPpt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
Ppt landasan pendidikan Pai 9 _20240604_231000_0000.pdf
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 
POKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptx
POKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptxPOKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptx
POKJA 1 Kelompok Kerja 1 TPP PKK 11.pptx
 
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptxRefleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
Refleksi pembelajaran guru bahasa inggris.pptx
 
CP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docx
CP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docxCP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docx
CP SEKOLAH DASAR KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.docx
 
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024Juknis penggunaan  aplikasi ecoklit pilkada 2024
Juknis penggunaan aplikasi ecoklit pilkada 2024
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
 

Bahan ajar

  • 1. BAHAN AJAR MATA KULIAH BERBICARA PRODI SASTRA INDONESIA FBS UNIMED Karya : Dra. ROSDIANA SIREGAR BAB I PENDAHULUAN A. Tinjauan Umum Matakuliah Berbicara harus di kuasai oleh setiap guru bahasa Indonesia baik dalam segi kognitif, afektif dan psikomotor, maupun segi metode pengajaran. Sebab, kedudukan keterampilan berbahasa sangat penting dalam kurikulum. Keterampilan Berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa. Karena itu keterampilan Berbicara menjadi sangat penting dalam kurikulum. Materi matakuliah Berbicara mencakup berbagai hal. Secara garis besar materi ini tercakup dalam empat bagian. Pertama, matakuliah berbicara meliputi rasional, tujuan dan cakupan, fungsi dan relevansi matakuliah Berbicara. Kedua, hakikat Berbicara yang meliputi pengertian, tujuan, dan fungsi berbicara, konsep dasar berbicara dan jenis-jenis berbicara. Ketiga, faktor yang mempengaruhi efektivitas berbicara yang meliputi kecemasan berbicara, bahasa tubuh, ciri-ciri pembicaraan ideal, dan perencanaan pembicaraan. Keempat, pengembangan keterampilan berbicara yang meliputi metode pengajaran berbicara, dan praktek berbicara dengan teman.
  • 2. Berdasarkan kegiatan komunikasi lisan, daerah cakupan kegiatan berbicara sangat luas. Daerah cakupan itu membentangi daerah kegiatan komunikasi lisan yang bersifat informal seperti bercengkrama sampai kegiatan komunikasi lisan yang bersifat formal. Pendekatan, semuanya kegiatan komunikasi lisan yang melibatkan pembicara dan pendengar termasuk daerah cakupan berbicara. Faktor-faktor yang mempengaruhi berbicara secara langsung adalah: 1. Pelafalan 2. Intonasi 3. Pilihan kata 4. Struktur kata dan kalimat 5. Sistematika pembicaraan 6. Sisi pembicaraan 7. Cara memulai dan mengakhiri pembicaraan, serta 8. Penampilan (gerak-gerik, penguasaan diri, dan lain-lain) Berdasarkan faktor-faktor di atas dapat ditelusuri relevansi matakuliah Berbicara dengan matakuliah-matakuliah lain. Dari segi pelafalan, matakuliah Berbicara berkaitan dengan matakuliah Fonologi Bahasa Indonesia. Dari segi intonasi, matakuliah berbicara berkaitan dengan matakuliah Sintaksis. Dari segi pilihan kata, matakuliah Berbicara berkaitan dengan matakuliah Semantik Bahasa Indonesia. Dari segi struktur kata, matakuliah Berbicara berkaitan dengan matakuliah Linguistik Umum dan Morfologi Bahasa Indonesia. Dari segi sestematika dan segi pembicaraan, matakuliah berbicara berkaitan dengan matakuliah Wacana Bahasa Indonesia. Matakuliah Berbicara juga berkaitan dengan matakuliah Analisis Kesalahan Berbahasa karena ketika berbicara pembicara sering salah dalam pelafalan intonasi, pilihan kata, struktur kata dan kalimat.
  • 3. Berbicara adalah salah satu aspek keterampilan berbahasa, di samping keterampilan menyimak, membaca, dan menulis. Keempat keterampilan itu saling terkait satu dengan lainnya. Keterkaitan ini sering disebut dengan istilah Catur Tunggal. Ini berarti, ada kaitan yang erat antara berbicara dengan menyimak, berbicara dengan menulis, serta berbicara dengan membaca. B. Kedudukan Berbicara dalam Kehidupan Manusia adalah makhluk sosial. Manusia akan dianggap manusia bila ia berinteraksi dengan lingkungan manusia. Mereka akan selalu hidup berkelompok mulai dari kelompok kecil, sampai kelompok yang besar seperti organisasi sosial. Dalam kelompok itu mereka saling berinteraksi antara satu dengan lainnya. Interaksi antar manusia ditopang dan didukung oleh alat komunikasi vital yang mereka miliki dan pahami bersama, yakni bahasa. Setiap ada kelompok manusia, pasti digunakan bahasa. Kenyataan ini berlaku baik pada masyarakat tradisional maupun masyarakat modern. Jelas dalam masyarakat dibutuhkan keterampilan berkomunikasi lisan dan tulisan. Komunikasi tulisan banyak dilakukan oleh masyarakat modern. Komunikasi dapat dilakukan dalam berbagai cara. Secara garis besar dikenal dua cara, yakni komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarana. Komunikasi nonverbal menggunakan sarana gerak dan sandi, seperti bunyi, morse, warna, dan bendera. Komunikasi verbal dianggap bentuk komunikasi paling sempurna, efisien, dan efektif. Bentuk komunikasi verbal ini sendiri dibedakan atas komunikasi lisan dan tulisan. Komunikasi lisan (berbicara) lebih sering terjadi dalam kehidupan manusia. Misalnya percakapan sehari-hari dalam lingkungan keluarga; percakapan antar anggota rukun warga;
  • 4. percakapan yang terjadi di pasar, debat publik pemilu, dialog melalui telepon, adu argumentasi antar mahasiswa, dan sebagainya. C. Hubungan Berbicara dengan Menyimak Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda namun erat dan tak terpisahkan. Ibarat mata uang, satu sisi ditempati kegiatan berbicara dan satu sisi lainnya ditempati kegiatan menyimak. Kegiatan meyimak pasti dilakukan terlebih dahulu daripada kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, tanya-jawab, dan interviuw. Dalam komunikasi lisan, pembicara dan penyimak berpadu dalam suatu kegiatan yang resiprokal berganti peransecara spontan, mudah, dan lancar dari pembicara menjadi penyimak, dan dari penyimak menjadi pembicara. Pembicara cemas akan kepastian responsi pendengar. Pembicara baru dapat memberikan responsi pendengar setelah ia mendapat responsi dari penyimak. Pendengar baru dapat memberikan responsi yang tepat bila ia memahami pesan yang disampaikan pembicara. Kegiatan berbicara dan menyimak saling mengisi, saling melengkapi. Tidak ada gunanya orang berbicara bila tidak ada orang yang menyimaknya. Tidak mungkin orang menyimak bila tidak ada orang yang berbicara. Karena itulah maka dikatakan kegiatan berbicara dan menyimak dua kegiatan yang kegiatan yang bersifat resiprokal. Melalui kegiatan menyimak siswa mengenal ucapan kata, struktur kata, dan struktur kalimat. Pengenalan terhadap cara mengucapkan kata, mengenal dan memahami struktur kalimat merupakan landasan yang kuat bagi pengembangan keterampilan menyimak.
  • 5. D. Hubungan Berbicara dengan Membaca Berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana dan fungsi. Berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan berfungsi sebagai penyebar informasi. Membaca bersifat reseptif melalui sarana bahasa tulis dan berfungsi sebagai penerima informasi. Pengembangan ketrampilan berbicara pada kelas-kelas rendah terutama sekali di SD menjadi dasarpengembangan keterampilan membaca. Sebaliknya, pada kelas-kelas tinggi keterampilan membaca sangat menunjang keterampilan berbicara. Bahan pembicaraan sebagian besar didapat melalui kegiatan membaca. Semakin sering orang membaca semakin banyak informasi yang diperolehnya. Hal ini merupakan pendorong bagi yang bersangkutan untuk mengekspresikan kembali informasai yang diperolehnya antara lain melalui berbicara. E. Hubungan Berbicara dengan Menulis Baik kegiatan berbicara maupun kegitan menulis bersifat produktif ekspresif. Kedua kegiatan ini berfungsi penyampai informasi. Penyampaian informasi melalui kegiatan berbicara disalurkan melalui bahasa lisan. Sedang penyampaian informasi dalamkegiatan menulis disalurkan melalui bahasa tulis. Bahan informasi yang digunakan dalam berbicara dan menulis didapatkan melalui kegiatan menyimak atau kegiatan membaca. Ketrampilan menggunakan kaidah kebahasaan dalam kegiatan berbicara menunjukkan keterampilan menulis. Keterampilan menggunakan kaidah kebahasaan dalam kegiatanberbicara menunjukkan keterampilan menulis. Keterampilan menggunakan kaidah kebahasaan menunjang keterampilan berbicara. Organisasi penyusunan materi baik kegiatan berbicara dan menulis hampir sama. Dalam seminar atau diskusi pembicaraan didasarkan kepada hasil menulis atau makalah.
  • 6. BAB II HAKIKAT BERBICARA A. Pengertian, Peranan, dan Tujuan Berbicara Bahasa merupakan alat komunikasi vital yang dimiliki oleh manusia dan digunakan untuk berinteraksi antar sesamanya. Kenyataan menunjukkan bahwa setiap ada kelompok manusia, pasti di tempat tersebut ada bahasa. Hal ini berlaku baik pada masyarakat tradisional maupun masyarakat modern. Dengan demikian jelaslah bahwa setiap manusia sebagai anggota masyarakat dituntut untuk memiliki keterampilan berkomunikasi baik secara lisan maupun secara tertulis agar dapat bersosialisasi dengan baik. Secara umum dikenal dua cara berkomunikasi, yakni : 1. Komunikasi verbal, dan 2. Komunikasi non verbal
  • 7. Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarana penyampaian makna/tujuan yang di kehendaki . Sedangkan, komunikasi non verbal memanfaatkan sarana non bahasa berupa gerak-gerik, ekspresi wajah, air muka atau hal lain seperti bunyi bel, sandi bendahara (morse), warna, gambar, dan sebagainya. Dari kedua car berkomunikasi tersebut komunikasi verbal dianggap lebih sempurna, efektif, dan efesien, bila di bandingkan dengan komunikasi non verbal. Untuk dapat berkomunikasi verbal secara lisan (berbicara) dengan baik, dibutuhkan sejumlah persyaratan sebagai berikut. 1. Pengirim : Orang yang menyampaikan pesan 2. Pesan : Isi pembicaraan 3. Penerima : Orang yang menerima pesan 4. Media : Waktu, tempat, suasana, peralatan yang digunakan dalam penyampaian pesan 5. Interaksi : Searah, dua arah, atau mulit arah 6. Pemahaman : Ada saling pengertian Keberlangsungan suatu peristiwa komunikasi lisan sangat ditentukan oleh syarat terakhir, yaitu pemahaman. Artinya kemampuan si pengirim pesan sangat di tentukan oleh syarat terakhir, yaitu pemahaman. Artinya kemampuan si pengirim pesan menyampaikan pesan secara “sederhana”, mudah dimengerti dan kemampuan si pengirim pesan mamahami maksud si pengirim pesan sangat penting di perhatikan pada saat peristiwa komunikasi tersebut berlangsung. Dalam hal ini, ditinjau dari isi penerima pesan kualitas pemahamannya dapat di bagi atas tiga kategori yaitu: 1. Baik : Pesan yang dikirim agak mendekati pesan yan diterima 2. Sedang : Pesan yang diterima agak mendekati pesan yang dikirim
  • 8. 3. Jelek : pesan yang diterima hanya sedikit persamaanya dengan pesan yang dikirim Berdasarkan uraian tersebut, dapat di simpulkan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Pesan dan bahasa lisan merupakan dua hal yang sangat erat kaitannya. Pesan atau isi berita disampaikan melalui media bahasa lisan kepada pendengar : “Medium is The Message”, “The heart of a communication is the message”, “Language is the communication” demikian ungkapan dan ucapan para ahli seperti Marrie M, Stewart, dan Kemuth Zimmir serta Marry dan Bonomo. Ditinjau dari sisi bahasa, menyimak dan berbicara dikategorikan sebagai keterampilan berbahasa yang tidak terpisahkan. Artinya kegiatan berbicara selalu diikuti dengan kegiatan menyimak atau kegiatan menyimak pasti ada di dalam kegiatan berbicara. Komunikasi lisan tidak akan lancar bila kedua kegiatan tersebut tidak berlangsung saling melengkapi. Para pelajar dan mahasiswa dalam proses pendidikannya dituntut untuk trampil berbicara. Mereka harus dapat mengekspresikan pengetahuan yang telah mereka miliki secara lisan. Mereka pun harus trampil mengajukan pertanyaan untuk menggali dan memperoleh informasi dalam berbagai kegiatan akademik, seperti seminar, diskusi, rapat dan sebagainya. Disamping itu mereka juga dituntut trampil, adu argumentasi, trampil menarikminat para pendengarnya. Begitu pula, keterampilan berbicara memang sangat diperlukan, oleh siapa saja dalam berbagai profesi pekerjaan ataupun keahlian. Guru, karyawan, wartawan, penyiar dan sebagainya semua membutuhkan kemampuan dan keterampilan berbicara.
  • 9. Secara umum pembicara yang tampil di depan audience dapat dibedakan atas dua golongan yaitu : 1. Golongan pembicara yang memiliki sesuatu untuk disampaikan 2. Golongan pembicara yang harus menyampaikan sesuatu kepada pendengarnya. Oleh karena kedua golongan ini berbeda kategorinya tujuannya berbeda pula. Pembicara golongan pertama akan merinci tujuan pembicaranya sampai pada hal yang sekecil-kecilnya. Sedangkan pembicara golongan kedua, biasanya bertujuan sem,ata-mata memenuhi kewajiban saja. Bila dianalisis, tujuan berbicara dapat dibedakan atas lima golongan, yakni : 1. Menghibur 2. Menginformasikan 3. Mensimulasi 4. Meyakinkan 5. Menggerakkan Untuk menghibur para pendengar, pembicara menarik perhatian pendengar dengan berbagai cara, seperti humor, spontanitas, kisah-kisah jenaka, petualangan dean sebginya. Humor yang original baik dalam gerakan, cara berbicara, maupun cara ,menggunakan kata/kalimat akan menawan perhatian para pendengar. Biasanya berbicara dengan tujuan seperti itu dilakukan oleh pelawak, pemain dagelan dan sebagainya. Berbicara dengan tujuan menginformasikan, untuk melaporkan dilaksanakan bila seseorang ingin : 1. menjelasakan suatu proses
  • 10. 2. Menguraikan, menfsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu 3. Memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan 4. Menjelaskan kaitan, hubungan, relasi antara benda, hal atau pristiwa Tidak jarang di temukan seorang pembicara berupaya membangkitkan inspirasi, kemauan, atau minat pendengarnya untuk melakukan sesuatu, misalnya seorang guru berpidato memberikan nasehat kepad muridnya sehingga para murid tersebut berpacu mengerjakan tugas- tugas yang di berikanoleh guru dengan sebik-baiknya. Kegiatan seperti ini dapat diketegorikan sebagai berbicar untuk mensimulasi. Selanjutnya, berbicara untuk meyakinkan bertujuan untuk meyakinkan pendengar tentang sesuatu. Dengan pembicaraan yang meyakinkan, sikap dan cara pandang pendengar dapat diubah misalnya dari sikap menolak beralih kepada sikap menerima dari tidak setuju berubah menjadi setuju bahkan emendukung secara penuh. Demikian halnya dengan berbicara untukmeyakinkan. Pada bagian ini, pembicara berusaha membuat pendengar berempatik sehingga akhirnya mereka mau di buat, bertindakatau beraksi seperti yang di kehendakinya. Oleh sebab itu pembicara hendaknya merupakan figur yang berwenang, beribawa, panutan atau tokoh idola masyarakat. B. Konsep Dasar Berbicara Konsep dasar berbicara sebagai sarana komunikasi mencakup sembil;an hal, sebagai berikut : 1. Berbicar dan menyimak adalah dua kegiatan resikvokal, maksudnya kedua kegiatan ini berbeda tetapi berkaitan erat tak terpisahkan, bagaikan dua sisi mata uang, yang satu sebagai kegiatan berbicara dan yang lainnya merupakan kegiatan menyimak. Kegiatan berbicara dan menyimak saling mengisi, saling melengkapi dan saling berganti. Pada satu saat pembicara beralih peran
  • 11. menjadi penyimak demikianpula ada kalnya penyimakberperan sebagai pembicara. Tidak ada artinya seorang pembicara tanpa pinyimak atau seorang penyimak tanpa pembicara. 2. Berbicara adalah prosesindividu berkomunikasi, maksudnya berbicara digunakan sebagai sarana mengontrol lingkungan. 3. Berbicara ekspresif yang kretif, artinya berbicara tidak sekedar alat mengkomunikasikan ide, tetapi juga sebagai alat utama untuk menciptakan dan memformulasikan ide baru atau memanifestasikan kepribadian seseorang. 4. Berbicara adalah tingkah laku, maksudnya berbicara mampu mencerminkan (merefleksikan) kepribadian seseorang berbicara dapat direkam kepribadiannya secar umum. 5. Berbicara adalah tingkah laku yang di pelajari, maksudnya keterampilan berbicara merupakan keterampilan mekanitif, semakin banyak pelatihan akan semakin baik (makin dikuasai) oleh karena itu proses pelatihan keterampilan berbicara mencakup : a. Pelafalan b. Pengontrolan suara c. Pengendalian diri d. Pengontrolan gerak-gerik tubuh e. Pemilihan kata, kalimat dan pelafalannya f. Pemakaian bahasa yang baik dan, g. Pengorganisasian 6. Berbicara di simulasi oleh pengalaman, artinya kemampuan seseorang berbicar dipenuhi oleh kualitas dan kuantitas pengalaman yang dimilikinya. Semakin kaya pengalaman seseorangbiasanya akan semakin baik pula keterampilan berbicaranya. Sebaliknya orang yan miskin pengetahuan dan pengalamn akan mengalami kesukaran berbicara.
  • 12. 7. Berbicara untuk memperluas cakrawala, maksudnya selain untuk mengekspresikan ide, perasaan dan imajinasi, beribicara dapat pula digunakan untuk menambah pengetahuan dan menambah cakrawala pengalamna seseorang. 8. Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat, maksudnya lingkungan yang konduktif memberi peluang dan kesempatan pada anak untuk dilatih berbicara akan sangatmendukung keterampilan berbicara (kemampuan linguistik) anak. Sebaliknya, lingkungan yang tidak kondusif tidak memberikan kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk berlatih berbicara akan mengakibatkan anak menjadi pemalu, kaku dan kurang mampu mengekspresikan diri secara lisan. 9. Berbicara adalah pancaran kepribadian, maksudnya untuk mengidentifikasikan kepribadian sesorangdapat digunakan berbagai cara, satu diantaranya adalah berbicara. Kualitas setara, tinggi rendah, nada, dan kecepatan suara dapat di jadikan indikator keadaan emosional seseorang. Kestabilan atau kelabilan emosional dan kepribadian seseorang dapat di ketahui melalui cara bicaranya. C. Jenis-jenis Berbicara Pengklasifikasian berbicara beraneka ragam sesuai dengan landasan atau sudut pandang yang dipedomani. Ada beberapa landasan yang dapat dipedomani untuk mengklasifikasikan keterampilan berbicara, yakni : 1. Situasi 2. Tujuan 3. Metode penyampaian 4. Jumlah penyimak
  • 13. 5. Pristiwa khusus Aktivitas berbicara selalu terjadi atau berlangsung dalam suasana, situasi dan lingkungan tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal (resmi). Didalam situasi formal, pembicara di tuntut untuk berbicara secara formal. Sedangkan situasi informal menghendaki pembicara berbicara secara tak resmi. Menurut Logan, dkk. (1972:116), kegiatan berbicara formal mencakup : 1. Ceramah 2. Perencanaan dan penilaian 3. Interview 4. Prosedur parlementer, dan 5. Bercerita Selanjutnya Logan, dkk (1972:108) membedakan kegiatan berbicara informal diatas : 1. Tukar pengalaman 2. Percakapan 3. Penyampaian berita 4. Penyampaian pengumuman 5. Bertelepon 6. Pemberian petunjuk Situasi berbicara juga berhubungan dengan tujuan berbicara. Seperti telah dikemukakan terdahulu, ada lima tujuan berbicara, yakni : 1. Untuk menghibur 2. Untuk menginformasikan
  • 14. 3. Untuk menstimulasi 4. Untuk meyakinkan, dan 5. Untuk menggerakkan Berbicara untuk menghibur biasanya bersuasana santai, rileks, dan kocak. Sedangkan untuk memberi informasi, menstimulasi, meyakinkan, dan menggerakkan lebih tepat didukung oleh suasana serius, tertib, hening bahkan terkadang menimbulkan kesan kaku. Guna mencapai tujuan berbicara secara optimal, pembicara di tuntut menguasai berbagai metode penyampaian yang di sesuaikan dengan audience dan situasi berbicara. Ada empat metode (cara) penyampaian pesan (pembicaraan), yaitu: 1. Penyampaian secara mendadak 2. penyampaian berdasarkan catatan kecil 3. penyampaian berdasarkan hafalan 4. Penyampaian berdasarkan naskah Berdasarkan keempat metode penyampaian tersebut, berbicara dibedakan atas empat jenis, yakni : 1. Berbicara mendadak 2. Berbicara berdasarkan catatan kecil 3. Berbicara berdasarkan hafalan 4. Berbicara berdasarkan naskah Selain itu ditinjau dari jumlah penyimak berbicara dapat digolongkan atas tiga jenis, yaitu :
  • 15. 1. Berbicara antar pribadi (berbicara empat mata), yakni apabila dua pribadi membicrarakan, mempersoalkan, merundingkan, atau mendiskusikan sesuatu, baik dalam suasana santai, akrab maupun serius 2. Berbicara dalam kelompok kecil, yakni apabila seseorang pembicara menghadapi sekelompok kecil pendengar, misalnya tiga sampai lima orang 3. berbicara dalam kelompok besar, yakni apabila seseorang pembicara menghadapi pendengar berjumlah besar atau massa, baik homogen maupun heterogen Pada kegiatan jenis berbicara tersebut, ada yang memiliki kekerapan mobilitas perpindahan peran dari pembicara menjadi pendengar atau sebaliknya, seperti pada berbicara antar pribadi dan berbicara dalam kelompok kecil, dan ada pula yang mobilitas perpindahan perannya relatif kecil bahkan tidak pernah terjadi, seperti berbicara da;lam kelompok besar Selanjtnya dipilih dari pristiwa khusus yang dihadapi oleh pembicara, berbicara dapat dibedakan atas enam jenis sebagai berikut : 1. Pidato presentasi ialah pidato yang dilaksanakan dalam suasana pembagian hadiah 2. Pidato penyambutan ialah pidato yang berisi ucapan selamat datang pada tamu 3. Pidato perpisahan ialah pidato yang berisi kata-kata perpisahan/ucapan selamt jalan, selamat tinggal 4. Pidato jamuan (makan malam) ialah pidato berupa ucapan selamat mendoakan kesehatan buat tamu, dan sebagainya 5. Pidato perkenalan ialah pidato yang berisi penjelasan pihak yang memperkenalkan tantang nama, jabatan, pendidikan, pengalaman kerja, keahlian yang diperkenalkankepada pendengar 6. Pidato nominasi (mengunggulkan) ialah pidato yang berisi pujian, alasan, mengapa sesuatu itu diunggulkan (Logan, dkk. 1972:127-129)
  • 16. BAB III FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGRUHI EFEKTIVITAS BERBICARA Keefektifan berbicara dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya: kecemasan ideal berbicara, bahasa tubuh dalam berbicara, ciri-ciri pembicaraan ideal, dan perencanaan pembicaraan. Keempat faktor tersebut merupakan hal yang urgen karena efektifitas berbicara merupakan dasar pengetahuan fungsional bagi perencanaan dan pelaksanaan pengajaran berbicara. Selain itu pengetahuan tentang bahasa tubuh, seperti gerak-gerik, mimik, ekspresi air muka, dan sebagainya merupakn hal yang penting untuk mengefektifkan berbicara. A. Perwujudan Kecemasan Berbicara Perwujudan kecemasan saat berbicara dapat dirasakan oleh pembicara yang mengalaminya dengan gejala-gejal sebagai berikut : a. Detak jantung cepat b. Telapak tangan berkeringat c. Nafas terengah-engah d. Mulut kering dan sukar menelan e. Otot dada, tangan, leher dan kaki tegang f. Tangan dan kaki bergetar g. Suara bergetar dan parau
  • 17. h. Berbicara cepat dan tidak jelas i. Tidak sanggup mendengar atau berkonsentrasi, dan j. Lupa atau ingatan hilang menurut para psikolog, gejala-gejala tersebut dinamakn sindrom mekanisme penyesuaian (general adaption syndrom/GAS)(Rakhmat, 1946:66) yang merupakan reaksi alamiah makhluk hidup (khususnya manusia) terhadap ancaman. Hal tersebut terjadi karena sistem saraf simpatetis berguncang, adrenalin dan kadar gula dalam pembuluh darah meningkat sehingga di dalam tubuh ada tumpukan energi. Keseluruhan reaksi tersebut merupakan wujud adaptasi (penyesuaian diri)terhadap ancaman GAS tidak mungkin dihilangkan tetapi dapat dikendalikan dikeluarkan kedalam pembicaraan, sehingga suara menjadi bagus, berwibawa, dan gerakan menjadi dinamis dan hidup. B. Faktor Penyebab Kecemasan Berbicara Orang mengalami kecemasan berbicara karena beberapa hal : 1. Tidak tahu hal yang harus dibicarakan/dilakukan. Pembicara tidak tahu bagaiman memulai pembicaraan, ia tidak dapat mempercayakan hal yang diinginkan pedengar, ia menghadapi sejumlah ketidakpastian 2. Pembicara mengetahui dan merasakan bahwa dirinya akan dinilai oleh pendengar. Memang penilaian dapat mengangkat dan menjatuhkanharga diri. Hal yang terakhir inilah yang dapat memunculkan kecemasan berbicar pada diri pembicara
  • 18. 3. pembicara berhadapan dengan situasi baru, asing dan ia tidak siap. Situasi baru dan asing yang dimaksud dapat berupa tempat, khalayak pendengar, ataupun materi/bahan pembicaraan yang hendak disampaikan 4. latar belakng pembicara yang kurang menguntunkan, pembicara pernah traumatis sehingga ia tidak memiliki rasa percaya diri, nervous, pemalu dan gugup apbila berhadapan dengan orang lain atau khalyak pendengar C. Cara-cara Mengatasi Kecemasan Berbicara Seperti disebutkan diatas sebab-sebab KB dapat dilacak pada tiga hal kurangnya retorika, tidak adanya pengalaman dalam berpidato, dan sedikit atau tidak ada persiapan. Karenaitu, menghilangkan sebab-sebab itu berarti mengendalikan KB. Tentu saja, pada praktiknya kita tidak dapat melakukan semudah kita mengucapkannya. Kita memrlukan waktu. Rahmat dalam bukunya “Retorika Modern” menyataka, ada dua metode mengendalikan KK (Kecemasan Komunikasi) atau dalam hal ini KB (Kecemasan Berbicara). Pertama, metode jangka panjang : yakni ketika kita secara berangsur-angsur mengembankan keterampiln mengendalikan KB dengan tige sebab diatas. Kedua, metode jangka pendek : yakni ketika kita harus segera mengendalian KB pada waktu (atau sebelum) menyampaikan pidato.yang pertama adalh proses yang panjang, yang kedua adalah pintu darurat (emergency door) ketika pesawat dalamkeadaan bahaya. Dengan metode pertama, yang pertam-tama kita lakukan adalah meningkatkan pengetahuan kita tentang retorika persiapn, penyusunan, dan penyampaian pidato. Pengetahuan retorika mmberikan kepastiam kepada kita tentang apa yang harus di lakukan dan apa kira-kira reaksi pendengarpada apa yang kita bicarakan. Buku Retorika Modern ini akan membantu anda
  • 19. untuk memperoleh pengetahuan yang memadai tentang ihwal pidato. Anda harus melatih diri untuk berpidato, berlatihla menulis naskah pidato. Jadilah Isocrates dahulu, sebelum menjadi Demosthenes. Kembangkan kreativitas anda dalam memilih topik yang baik, merumuskan kreativitas, menentukan tujuan, dan mengembangkan bahasan. Kemudian anda berlatih membuat garis-garis besar pidato, menyusunnya secara sistematis, memeriksa kembali susunan pidato anda dengan prinsip-prinsip komposisi, dan menyunting kata-kata dan kalimat-kalimat yang anda pergunakan. Seandainya anda tidak berhasil menjadi ahli pidato, melalui latihan yang pertama ini, paling tidak anda menjadi penulis yang baik. Menulis bukan pekerjaan yang sia-sia. Karena dalam menulis anda harus memperhatikan struktur dan sistematika pesan. Kebiasaan menulis akan membiasakan anda berbicara secara logis dan sistematis. Menulis meluuskan cara berfikir anda, dan akhirnya meningkatkan kualitas pembicaraan anda. Langkah berikutnya ialah menjadi Demosthenes. Carilah tempat yan sunyi. Didalam gua di bawah tanah, dipinggir laut, seperti Demosthenes. Tetapi sekarang tidak ada gua yang aman (dari gigitan ular atau gangguan setan). Juga pinggir laut sudah ramai dengan wisatawan (baik domestik maupun luar negeri) : Pilihkah kamar pribadi saja. Anda berdiri di depan cermin. Masukkan dalam benak anda gambaran hadirin yang anda hadapi. Latihkan pidato anda dengan berbagai cara datar, menaik, menurun, tenang, hidup, berdoa. Para aktor menyebut latihan ini olah vokal. Lakukan olah gerak (sejenis olahraga), yang prinsip-prinsipnya dikemukakan pada bagian berikutnya. “Barangsiapa mengamalkan apa yang ia ketahui. Allah akan mengajarkan dia ap yang ia tidak ketahui”, begitu tertulis dalam sebuah hadis. Melatih retorika adalah mengamalkannya. Selain pengetahuan anda bertambah, latihan-latihan akan menambah kepercayaan diri anda.
  • 20. Anda memusatkan perhatian anda pada pesan dan cara menyampaikan pesan itu. Anda berusaha berkomunikasi dengan jelas, jernih, dan menarik. Dengan begitu anda lupa akan ketakutan dan kecemasan anda. Bahkan, anda mulai menikmati persentasi anda. Alih-alih pengalamn yang menakutkan, pidato menjadi kenikmatan. Seperti cinta dalam sajak Shakespeare, pidato yang baik “bless twice” memberikan kenikmatan kepada pendengar dan juga kepada pembicara. Tahap ini tentu saja dicapai secara berangsur-angsur. Bagaimana bila kita harus mengatasi masalah KB sekarang juga? Hari ini, anda harus membicarakan dalam pesta pernikahan kawan anda. Anda harus telah melihat bayangan KB menghantui pikiran anda. Rudolf E. Busby dan Rendall E. Mayors, dalam Basic Speech Communication memberikan “resep”, yang disebutnya metode jangka pendek: “Pertama-tama, hadapilah gejalanya. Gunakan teknik-teknik relaksasi untuk mngendurkan oto-otot anda. Bila nafas terasa sesak atau mulut terasa kering, ini biasanya terjadi karena anda kurang menarik nafas. Tariklah nafas dalam-dalam. Ingatlah untuk bernafas seperti itu selam anda berbicara. Bila diperlukan, ambilah segelas air podium, dan teguklah sekali-kali untuk membasahi tenggorokan”. Jantung yang berdegup, kaki yang bergetar, dan keringan seringkali merupakan reaksi pada tarikan nafas yang dalam dan relaksasi. Tangan yang bergetar dapat ditenangkan dengan menggoyangkannya secara perlahan-lahan dan mengendurkannya atau meletakkannya diatas mimbar. Ketika semua gejala yang tampak mengerikan ini terjadi di dalam diri anda, hadiran boleh jadi sama sekali tidak memperhatikannya. Tanyalah orang-orang yang pernah berpidato apakah mereka mengira setiap orang memperhatikan betapa nervous mereka. Semua merasa begitu, tetapi jarang sekali hadirin melihat gejala-gejala stress. Hadirin biasanya tertarik pada pesan dan menyaksikan gejala-gejala stress yang kecil. Karena itu, tanamkan keberanian
  • 21. sejumlah pada hadirin, tarik nafas panjang sebelum berbicara, berhentilah sekali-kali selama berbicara atau menyusun kembali pemikiran anda. Teknik-teknik untuk mengatasi gejala KB secara cepat adalah memancing respons dari hadirin pada permulaan berbicara. Dengan menceritakan lelucon, dengan mengajukan pertanyaan memancing reaksi khalayak, atau dengan melibatkan hadirin dalam kegiatan, anda dapat memutuskan perhatian pada hadirin pemahaman, pendengaran, dan reaksi mereka, pembicara segera bertindak untuk membuat para pendengarnya senang. Fokus para hadirin ini juga yang menjadi cara terbaik bagi pembicara untuk menikmati pristiwa pidato, yang diciptakannya. Tidak seorangpun berharap bahwa setiap pembicara apalagi pemula untuk berbicara dengan sempurna. Tetapi, dengan mengetahui keterampilan berbicara dan persiapa yang baik, para pemula pun dapat menyampaikan presentasi yang efektif dan menarik. Sebagian gejala kecemasan akan tetap ada, tetapi tekhnik relaksasi, perhatian kepada khalayak, dan persiapan yang baik akan mengurangi tingkat kecemasan sampai tingkat yang tinggi dan harapan akan keberhasilan, unsur-unsur yang akan direspon oleh pendengar dengan penuh antusiasme dan kesenangan. Pada uraian sebelumnya telah di singgung-singgung latihan pidato dengan melakukan olah vokal dan olah gerak. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan prinsip-prinsipnya secara ringkas di bawah ini. Ada dua ekstrem dalam memandang penyampaian pidato. Sebagian orang melihat pidato sejenis yang diperluas (anenlarge conversation), karena itu kita tidak perlu mempelajarinya. Asalkan kita menguasai bahan yang dipergunakan, pidato bukan lagi sebagai percakapan. Pidato
  • 22. merupakan peristiwa yang khas, yang memerlukan bakat dan keterampiln khas juga. Tidak semua orng dapat menyampaikan pidato. Kedua pandangan ekstrem ini setengah benar, dan karena itu, setengah salah. Memang benar, pidato itu berbeda dengan percakapan, tetapi seseorang yang menjadi kawan bercakap yang baik belum tentu dapat berpidato dengan baik. Tidak jarang, irama suara dan gerak tubuh yang muncul secara alamiah dalam percakapan justru hilang di mimbar, ia “membeku” seperti patung. Tangannya terikat pada mimbar, suaranya datar, dan pandangannya kosong (seperti melihat jauh ke ruang angkas). Memang benar juga bahwa pidato adalah pristiwa khas. Tetapi kekhasannya sama sekali tidak berarti bahwa hanya orang tertentu saja yang dapat menyampaikan pidato dengan baik bila mereka mengetahui dan memperaktikan tiga prinsip penyampaian pidato (di tempat lain, kita menyebutnya tiga rukun pidato atau trisilia pidato) 1. pelihara kontak visual dan kontak mental dengan khalayak (kontak) 2. Gunakan lambang-lambang auditif, atau usahakan agar suara anda memberikan makna yang lebih kaya pada bahasa anda (olah vokal) 3. Berbicaralah dengan seluruh kepribadian anda, dengan wajah, tanam dan tubuh anda (olah visual) Kontak Sebagian pakar komunikasi menyebutnya “raport” hubungan erat dengan pendengar. Pidato adalah komunikasi tatap muka, yang bersifat dua arah. Walaupun pembicara lebih banyak mendominasi pembicaraan, ia harus menjalin hubungan dengan pendengarnya. Tekhnik pertama untuk menjalin hubungan adalah melihat langsung kepada khalayak. Anda tidak mungkin melihat mereka satu persatu. Tetapi satukan pandangan anda ke semua
  • 23. hadirin. Pada titik-titik tertentu anda melihat orang-orang yang anda pilih sebagai wakil dari salah satu bagian hadirin secara keseluruhan dengan perhatian terbagi. Lakukan seperti sopir yang memandang semua hal yang berada di depannya. Tidak terpusat, tetapi terlihat semua. Anda melanggar rukun pertam, bila sebagian besar waktu, anda melihat catatan anda, atau memandang jauh ke luar ruangan atau keatas bangunan, atau kepada ruangan saja. Hadirin tidak akan memperhatikan pembicara yang tidak memperhatiakn mereka. Inilah kontak visual. Disamping kontak visual, and juga melakukan kontak mental. Perhatikan “feedback” umpan balik dari mereka, dan sesuaikan pembicaraan yang menarik perhatian. Anda melihat dahi mereka mengeryit, jelaskan pembicaraan anda yang memberikan komentar, ambil komentar itu dan jadikan bahan pembicaraan. Ambil contoh-contoh atau ilustrasi dengan menyebut nama- nama hadirin. “misalkan, Bapak Jufri (ia hadir di situ) menikah lagi. Kira-kira, apa masalah utama yang pertama kali harus diatasi...” “(seorang ibu memberi komentar) ibu benar. Kita semua perlu hiburan. Saya ingin bertanya kepada ibu, hiburan apa yang paling murah tetapiproduktif?” Karekteristik Oleh Vokal Mekanisme olah vocal mengubah bunyi menjadi kata, ungkapan, atau kalimat. Tetapi cara kita mengeluarkan suara memberikan makna tambahan atau bahkan membelokkan makna, ungkapan, atau kalimat.
  • 24. Berkata Stewart Tubbs dan Sylvia Moss dalam Human Communication An Interpersonal Perpective. Secara intuitif kita merasa bahwa kita dapat menarik kesimpulan dari suara seseorang tentang apa yang ia komunikasikan. Mungkin anda pernah berdebat, kemudian seseorang berkata, “Jangan jawab aku dengan nada suara seseorang di dasarkan pada penyimpulan mengenai perasaanya. Vocal Cuess adalah berbagai macam penyimpulan, dan kebanyakan berkaitan dengan emosi. Tubbus dan Moss menyebutnya Vocal Cuess (petunjuk suara). Kebanyakan penulis ilmu komunikasi menyebutnya “paralanguace”. Kita menyebutnya olah vocal, istilah ini lazim dipergunakan di kalangan teater di Indonesia. Pidato seperti teater, sangat bergantung kepada acting. Salah satu unsur akting adalah olah vokal. Ada tiga hal yang harus diperhatikandalam olah vocal : kejelasan (intelligibility), keragaman (variety), dan ritma (rhytm). Termasuk keragaman adalah hentian (pause). Untuk menyadari pentingnya olah vokal, sebelum membahas tiga hal di atas, marilah kita lihat perbedaan makna hanya karena perbedaan makna hanya karena perbedaan meletakkan hentian. Ayah / saya memegang rantai anjing Ayah saya / memegang rantai anjing Ayah saya memegang rantai / anjing Sekarang pilihlah kalimat pertama saja. Ucapkanlah kalimat ini sebagai kalimat Tanya. Atau anda ucapkan dengan nada meragukan apa yang terjadi. Atau anda ucapkan kalimat itu seakan-akan tidak mungkin peristiwa itu terjadi pada diri anda. Kalimat yang sama dapat mengungkapkan kengerian atau rasa jijik bila anda ucapkan dengan irama tertentu.
  • 25. Karekteristik olah vokal dan efek komunikasinya ditunjukkan Douglas Ehinnger, Alan H. Monroe, dan Bruce E. Broubeck dalam Principle and Types of Speech. (lihat tabel pada halaman berikut). Intelligibility. Pada suatu kali anda menjawab pertanyaan dosen. Dosen berkata, “Yang agak keras, don. Saya tidak dapat mendengar anda”. Suara anda tidak begitu jelas terdengar. Suara anda kurang “intelligible”. Tingkat kekerasan suara bias di ukur dari dua indicator fisiologis, pelafalan dan oleh mekanisme vokal (organ-organ bunyi), satuan bunyi (disebut fonem) dipisahkan dengan tegas oleh bibir, lidah, dan rahang. Ketika mengucapkan “indah”, anda harus memproduksi lima bunyi, setiap bunyi memerlukan gerakan otot yang berbeda. Bila setiap fonem diucapakan tidak jelas, anda akankedengerannya bergumam, artikulasi tidak baik. Pelafalan menunjukkan cara mengucapkan setiap bunyi. “Batuk” dapat diucapkan berbeda-beda. Orang Amerika mengucapkan “t” dan “k” seperti mereka melafalkan “time” dan “key”. Orang jawa boleh jadi melafalkannya “mbatu”, dengan bunyi “t” yang sangat tebal. Pelafalan yang kurang benar dapat mengaburkan arti, tetapi juga menjatuhkan kreadibilitas komunikator. Lagi pula, kesalahan pelafalan dapat mengalihkan perhatian pendengar dari pesan ke bunyi, dari isi pembicaraan kepada pembicara.
  • 26. KAREKTERISTIK VOKAL DAN EFFEK KOMUNIKASINYA Karekteristik Vokal Efek Komunikasi Supaya Kedengaran Supaya di pahami Mengkomunika sikan tujuan Mengkomunika sikan perasaan Mengkomunikasikan latar belakang Kejelasan Artikulasi *** * * *** Volume *** * ** Keragaan
  • 27. Pitch * *** ** *** ** Duration ** *** ** Rate *** ** *** ** Pause * ** *** *** Ritma Stress ** *** ** *** ** Tempo *** *** *** ** Keterangan : * = Penting ** = Sangat penting *** = penting sekali Erat kaitannya dengan pelafalan adalah dialek. Dialek adalah sejenis ragam bahasa, dikembangkan oleh suatu kelompok, dan terdiri atas perbendaharaan bahasa, tata bahasa, dan pelafalan, yang membedakannya dari kelompok pengguna bahasa yang lain. Ada dialek Jakarta, Sunda, Padang, Medan, dan sebagainya. Penggunaan dialek dapat menyenangkan bila anda berbicara dengan kelompok yang menggunakan dialek itu. Misalnya, “ngomong Betawi” kepada orang Jakrta, atau “saya mah bingung” kepada orang Sunda. Tetapi penggunaan dialek dalam pertemuan resmi dapat memberikan kesan “kampungan”. Tingkat kekerasan bunyi (loudness) menunjukkan jumlah energy atau tekanan suara pada gendang telinga kita. Besarnya tekanan itu dipengaruhi oleh (a) besarnya energy yang di produksi pembicara, (b) jarak yang harus di tempuh oleh bunyi dari pembicara ke pendengar, (c) jumlah gangguan yang harus di lewati. Jadi, bila anda mengeluarkan tenaga yang besar untuk
  • 28. berteriak, dan jarak anda dengan pendengar hanya satu meter saja, pada malam sunyi, suara anda akan terdengar keras sekali (pendengar bisa pingsan!). Itu tingkat kekerasan yang bersifat fisiologis. Factor psikologis dapat mempengaruhi keras atau tidaknya suara. Bila suara anda menaik pada kalimat yang tepat, tingkat kekerasan akan menggarisbawahi ide-ide anda. Selain itu, minat pendengar mempengaruhi keras tidaknya suara. Bila anda tertarik kepada isi pembicaraan, walaupun suara pembicara tidak begitu keras, ia akan terdengar nyaring. Artikulasi kekerasan jelas dan nyaring suara, menunjukkan intelegibility. Keduanya dapat memperjelas pada telinga pendengar. Keragaman (Variety), karakteristik vocal yang paling memperngaruhi makna adalah keragaman. Keragaman terdiri atas pitch (nada), duration (lama), rate (kecepatan), pauses (hentian). Pitch adalah gelombang yang dihasilkan sumber energy. Pitch naik bila Anda menjadi berang atau agresif. Orang yang mendengarnya akan mengatakan, “Hai suara Anda mulai naik”. Nada tinggi mengungkapkan marah, takut, atau kaget. Nada rendah, sebaliknya menunjukkan rasa senang, tenang, atau sedih. Nada yang datar menunjukkan suara bosan, atau tidak serius. Nada yang naik-turun secara teknis disebut inflaksi – menunjukkan antusiasme, semangat, atau kadang-kadang rasa takut. Bacalah teks di bawah ini dengan nada datar, kemudian ulangi dengan inflaksi yang sesuai dengan isi pesan. Mintalah komentar pendengar Anda. Anak malang itu terduduk di sudut rumah. Tubuhnya bergetar. Matanya tidak lepas dari tubuh besar di hadapannya. Perlahan-lahan tubuh besar itu mendekat. Setapak-setapak lagak anak itu pun berubah, makin lama makin ketahuan. Tiba-tiba, …plak! Sepatu Boy menyambar. Anak itu terguling. Sebuah jeritan panjang sesaat. Sesudah itu sunyi….
  • 29. Alangkah bedanya dampak yang ditimbulkan. Apalagi Anda membacanya dengan mengatur duration, rate, dan pause. Duration adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk mengucapkan satu suku kata. Kata terakhir dalam kutipan di atas bisa diucapkan “su – nyi” atau “suu – nyii”. Bila kita kombinasikan duration dengan rate, kita akan memperoleh efek emosionla yang bagus. Menurut penelitian, bila seseorang mengungkapkan bahagia atau senang bila ia mengungkapkan rate dan memindahkan duration. Ia mengungkapkan rasa sedih, kecewa, takut, atau bosan. Bila ia melambatkan rate dan memperpanjang duration. Rate atau kecepatan bicara, menunjukkan jumlah kata yang diucapkan dalam satu menit. Kecepatan bicara dipengaruhi isi pesan, tingkat emosionalitas dan intelektualitas pesan, dan besarnya ruangan. Bila Anda mengutarakan persoalan yang sulit, Anda berbicara di depan khalayak, dalam ruangan yang luas. Tetapi para pemula sering berpidato dengan kecepatan tinggi. Secara singkat, rate membantu Anda menyampaikan perhatian, mengungkapkan perasaan, dan memberikan tekanan pada gagasan yang perlu ditegaskan. Rate, dikontrol oleh pause (hentian). Seorang komunikator berhenti untuk memberikan kesempatan kepada khalayak untuk mencerna dan memahami apa yang dikatakannya. Bagi pembicara, hentian memberinya peluang untuk berpikir, mencari kata yang paling tepat, dan merencanakan untuk mengatur satuan-satuan pikiran, seperti koma, titik, atau titik koma dalam tulisan. Kemampuan mengatur pause sama seperti kemampuan meletakkan tanda baca. Hanya pembicara berpengalaman yang dengan mudah melakukannya. Bila Anda tidak cukup melakukan pause, pendengar akan kecapaian. Sebelum mereka memahami pesan Anda, Anda sudah meloncat pada pesan yang lain. Sebaliknya, bila Anda terlalu lama berhenti dan terlalu sering, hadirin tidak akan memahami Anda. Mereka sudah lupa dengan gagasan sebelumnya.
  • 30. Pause berarti menghentikan bunyi. Kadang-kadang pembicara memisahkan satuan-satuan gagasan dengan bunyi “eh”, “anu”, “apa”, dan “apa namanya”. Yang seperti itu tidak fungsional. Dan mengganggu. Para ahli komunikasi menyebutnya intrusions. Intrusion menunjukkan orang yang tidak siap, ragu, kurang persiapan, atau takut. Sekurang-kurangnya, takut tidakbicara. Ritma. Ritma adalah keteraturan dalam meletakkan tekanan pada bunyi, suku kata, kata kalimat, atau paragrap. Tekanan pada satuan ungkapan yang kecil disebut stress atau aksen. Tekanan pada ungkapan yang panjang (seperti paragrap) disebut tempo. Sa – ya ti – dak ta – hu re – to – ri – ka. Bila Anda membaca kalimat dengan menekankan (menggerakkan lodness dan meninggikan pitch) pada setiap suku kata awal, akan kedengaran lucu. Orang akan berkata “Anda menggunakan bahasa Indonesia, tetapi dengan aksen yang asing”. Anda berbicara dengan ritma yang salah (aritmatikal). Sekarang, rasakan perbedaan makna dengan memberikan tekanan yang berbeda pada kalimat yang sama di bawah ini : Aku membeli mobil itu di sini (Bukan orang lain) Aku membeli mobil itu di sini (Bukan mencuri) Aku membeli mobil itu di sini (Bukan sepeda atau barang lain) Aku membeli mobil itu di sini (Mobil yang anda ketahui bukan mobil lain) Aku membeli mobil itu di sini (Kamu kira aku membelinya di tempat lain) Apabila anda menggunakan ritma yang berbeda pada paragraf yang berbeda, anda menggunakan tempo. Jika anda mendengar musik klasik, anda mendengar tempo tertentu. Ketika masuk ke bagian kedua, temponya berubah (misalnya, andate), dan kemudian berakhir pada, misalnya, allegretto. Perhatian tari kecak di Bali. Anda melihat tempo yang berubah-ubah. Dalam pidato, tempo kita gunakan bukan saja untuk menunjukkan peralihan gagasan atau situasi emosi. Tempo
  • 31. juga memberikan petunjuk kepada khalayak mana bagian penting (yang dititikberatkan) dan mana yang hanya rincian saja. Anda memperlambat tempo pada kesimpulan, tetapi mempercepatnya dalam menjelaskan rincian. Semua yang kita bicarakan pada bagian ini intelligibillity, variety, dan ritme membutuhkan gaya vokal kita. Kita tidak selalu sama dalam berbagai situasi: informatif, persuasif, formal, informal. Untuk memperoleh gaya vokal yang tepat, ingat selalu untuk memperhatikan suara anda pada awal yang tepat, ingat selalu untuk memperhatikan suara anda pada awal pidato anda (lebih-lebih bila suara anda sudah dimanipulasi oleh alat-alat elektronik). Olah Visual Konon seorang artis Denmark diminta untuk membacakan nama-nama dalam buku telepon di negerinya. Ia membacanya seperti membacakan kisah tragis yang memilukan, suaranya menggetar, merintih dan memelas. Tubuhnya menggigiy, ekspresi wajahnya sayu. Dan orang-orang membasahi pipinya. Sekali-sekali ia menggigit bibirnya. Kepiluan menyebar ke seluruh ruangan. Sebelum artis itu selesai, hampir semua orang di ruangan itu menangis. Itu bukan cerita rekan. Para ahli komunikasi sedang melakukan eksperimen tentang pengaruh komunikasi nonverbal. Para pendengar jelas tidak memehami nama-nama itu(dan tidak tahu bahwa ia sedang membacakan buku telepon). Orang-orang terharu hanya karena olah vokal dan olah visual artis itu. Sebenarnya ketika kita berbicara yang wajar, ketika kita bercakap-cakap, kita menggunakan olah visual itu dengan tangan, wajah, dan seluruh tubuhnya. Tetapi begitu kita tampil di muka orang banyak, kita berbicara hanya dengan kata-kata lisan saja. Kita menjadi “mesin suara”, yang mengeluarkan bunyi saja.
  • 32. Peribahasa Arab mengatakan, “lisanul hal aqwa min lisanil maqal” (lisan keadaan lebih kuat dari lisan ucapan). Bila anda menceritakan peristiwa duka dengan wajah ceria, orang datang kerumah kawa anda, ia berkata, “silahkan duduk!” tetapi anda melihat mukanya masam, tubuhnya kaku, dan tangannya dilipat di atas dadanya. Ucapan sopan (silahkan duduk!), tetapi keadaannya “buas”. Kata orang Arab, Anda akan lebih percaya pada lisan keadaan daripada lisan ucapan. Para sarjana komunikasi membagi lisan keadaan atas dua hal gerakan fisik (physcal action) atau tubuh (body action) dan alat-alat visual (visual aids). Untuk kepentingan kita sekarang, yang kedua tidak akan kita bicarakan. Diperlukan bukan tersendiri untuk menjelaskan cara penggunaan alat-alat visual. Fungsi gerak fisik. Dalam komunikasi, gerak fisik digunakan paling tidak untuk tiga hal: (1) menyampaikan makna, (2) menarik perhatian, dan (3) menumbuhkan kepercayaan diri dan semangat. Gerak fisik dapat digunakan untuk menggambarkan ukuran atau bentuk sesuatu. Misalnya, kedua tangan Anda disusun secara vertikal – telapak tangan berdiri di bawah. Kemudian Anda berkata “tubuhnya tinggi!”, sambil menarik tangan Anda ke atas lagi. Lazimnya gerakan itu disebut isyarat deskriptif (deskriptif gestures). Anda juga dapat menggerakkan bagian-bagian tubuh Anda untuk menegaskan tekad Anda untuk melawan. Gerak seperti itu disebut isyarat empatik (emphatic gestures). Atau Anda dapat menggunakan isyarat-isyarat yang lazim dalam kebudayaan kita. Memperlihatkan ibu jari untuk menunjukkan “hebat”. Menghadapkan kedua telapak tangan untuk memohon atau berdoa. Menggelengkan kepala untuk menyatakan “tidak”, dan sebagainya. Isyarat seperti itu disebut isyarat tradisional (traditional gestures).
  • 33. Tadi disebutkan “kebudayaan kita”. Ternyata, isyarat-isyarat itu tidak selalu universal. Di Srilangka, orang menggelengkan kepala untuk menyatakan “ya”. Huruf “O” yang dibentuk dengan mempertemukan telunjuk berarti “okey di Amerika Serikat dan bermakna kurang baik di Amerika Latin. Begitu pula, ibu jari (jempol) jangan sekali dipergunakan untuk memberi isyarat di Iran (disana artinya tidak baik). Di samping menyampaikan makna, gerak fisik fisik dapat memelihara dan menarik perhatian. Gerk (motion), kata psikolog, adalah unsur penarik perhatian. Kita tertarik pada hal- hal yang bergerak (itulah sebabnya anda terpaksa memperhatikan huruf-huruf yang bergerak pada iklan di pinggir jalan). Pada diri manusia ada kecendrungan untuk meniru gerak yang dilihatnya. Lihatlah bagaiman otot-otot anda menegang ketikamenyaksikan pertandingan sepak bola. Semuanya mengikuti gerak pemain. Boleh jadi anda ikut mendorong memasukkan bola dari jauh. Para psikolog menyebutnya respon empatik dengan p (bukan empatik dengan f). Jadi gerak-gerik tubuh anda dalamberpidato akan melibatkan pendengar untuk bergerak juga. Mereka akan ikut merasakan apa yang anda rasakan. Bagi komunikator, gerak fisik dapat menyalurkan energi tambah dalam tubuhnya. (Ingat GAS), dengan demikian ia mengurangi kecemasan komunikator dan meningkatkan kepercayaan diri. Sampai disini kita berbicara tentang tubuh secara umum. Ada macam-macam gerak tubuh : (1) gerak tubuh seluruh torso-misalnya anda berjalan dari satu tempat ke tempat lain, (2) gerak sebagian tubuh anda-misalnya gerak tangan, kaki, bahu, (3) ekspresi wajah, dan (4) posture- posisi pembicara ketika duduk atau berdiri. Diantara semua itu, yang paling efektif untuk mempengaruhi emosi pendengar, tetapi yang paling sulit untuk dipelajari adalah ekspresi wajah. Nasehat kita mungkin sederhana saja, berbicaralah langsung dari hati anda. Ekspresi wajah akan
  • 34. muncul dengan sendirinya. Mudah diucapkan, memang paling tidak biasakan menggunakan isyarat yang paling baik. Karekteristik isyarat yang baik Kita dapat mengetahui dari tulisn Glen R. Capp dan anaknya dalam Basic Oral Communication tentang ciri-ciri isyarat yang baik. 1. Isyarat yang baik bersifat spontan dan alamiah. Jangan membuat isyarat, anda akan kelihatan lucu. Isyarat harus lahir karena dorongan untuk mengungkapkan gagasan atau untuk menjelaskan berbagai pengertian. 2. Isyarat yang baik mengkoordinasi seluruh gerak tubuh. Bila anda mengungkapkan kebencian dengan mata yang terbuka dan tangan yang mengepal, jagalah mulut anda tersenyum. Seluruh tubuh anda harus “terkoordinasi” mengungkapkan hal yang sama. 3. Isyarat yang baik dilakukan pada wktu yang tepat. Bila anda menggeleng-gelengkan kepala terlalu cepat (atau terlalu lambat) dari ucapan “tidak”, anda membuat lelucon. Gelengkan kepala tepat pada waktu menyebut “tidak”. Anggukan kepala tepat pada waktu menyebut “ya”. Angkat bahu anda sedikit tepat pada waktu menyatakan “mungkin”. 4. Isyarat yang baik dilakukan penuh, tidak sepotong-potong. Isyarat yang tidak penuh terjadi ketika pembicara ragu, bermaksud menggunakan gerak tetapi menahannya. Anggaplah isyarat yang penuh melewati tiga tahap awal, klimaks, dan turun. Pada praktiknya anda harus pada gagasan yang anda sampaikan. 5. Kekuatan isyarat itu harus sesuai dengn gagasan yang dikemukakan. Anda memukul meja dengan maksud menggebrek lawan. Anda gerakkan tangan anda yang satu secara cepat dan pukulkan pada tangan yang lain untuk menceritakan tabrakan yang keras.
  • 35. 6. Isyarat yang baik harus sesuai dengan besar dan jenis khalayak. Isyarat deskriptif, misalnya, lebih cepat dilakukan di hadpan khalayak yang kecil. Gerak tubuh yang “lebih hidup” harus dilakukan di hadapan anak-anak muda. Sebaliknya, dalam upacara kematian sebaliknya komunikator tidak terlalu banyak menggunakan isyarat atau gerak tubuh. 7. Isyarat yang baik bervariasi. Janganlah terlalu banyak menggunakan isyarat yang sama digunakan untuk menegaskan, menolak, menerima, atau membenci. Gunakan seluruh “reportoar” isyarat dan letakkan pada tempat dan waktu yang tepat. Sebagai simpulan, ada tiga P (atau P tiga ) untuk menyingkatkan bagian ini : Poise, Pause, dan Pose. Poise artinya kepercayaan diri, ketenangan, kredibilitas. Pause artinya hentian yang tepat menunjukkan penggunaan suara (olah vokal) yang baik. Pose seperti dalam ucapan anak muda “berpose” adalah penampilan. Anda dihadapan khalayak. Jadi kapan saja anda berpidato ingat P-3 Sehubungan dengan uraian tentang cara-cara mengatasi kecemasan berbicara yang telah dikemukakan diatas, Dale Carnegie dalam bukunya “Cara yang Paling Tepat dan Mudah Berbicara dan Berpidato” menyatakan bahwa untuk mengatasi kecemasan berpidato, anda harus memperoleh kecakapan dasar dan mengembangkan keyakinan. Dalam pertemuan-pertemuan demonstrasi sebelum kursus Dale Carnegie dimulai, para peserta diberi kesempatan untuk menceritakan mengapa mereka mendftarkan diri dan apa yang mereka harapkan dari training itu. Jawabannya bermacam-macam, tapi anehnya mempunyai dasarnya yang sama . pada dasarnya mereka berkata demikian : “ketika saya disuruh berdiri di depan umum untuk berbicar, saya menjadi amat sadar akan diri sendiri, amat takut, hingga tidak mengkonsentrasikan diri, tidak mengingat. Saya ingin memperbesar rasa kepercayaan diri sendiri, ingin menjadi luwes dan mampu berfikir jika berdiri di depan orang banyak. Saya ingin
  • 36. agar pikiran saya selaras dengan kemampuan untuk berpikir secara logis, dan ingin agar mampu berbicara dengan jelas dan meyakinkan di hadapan suatu kelompok sosial ataupun business. Ada empat petunjuk yang dikemukakan Carnegie untuk mengatasi kesulitan Anda berbicara di depan umum, yaitu 1. camkanlah pengalaman orang lain 2. Pertahankanlah tujuan Anda 3. Putuskanlah terlebih dahulu tekad Anda untuk sukses 4. Carilah setiap kesempatan untuk melatih diri Keempat petunjuk di atas merupakan syarat untuk memperoleh kecakapan dasar di depan umum. Emerson mengatakan, “Ketakutan merugikan lebih banyak orang dari apa pun di dunia ini”. Carnegie telah sadar sepenuhnya akan kebenaran ucapan kebijaksanaan ini. Dan betapa bersyukurnya karena sepanjang hidupnya telah mampu menolong orang lain dalam mengalahkan ketakutan. Ketika dia mulai mengajarkan kursusnya di tahun 1912, hanya sedikit saja dia menyadari bahwa latihan yang mereka berikan dalam kursus akan terbukti menjadi cara terbaik untuk membantu orang mengalahkan rasa takut (cemas) dan perasaan rendah diri. Dia melihat bahwa belajar belajar berbicara di depan umum merupakan cara alam untuk menghilangkan perasaan yang terlalu sadar akan kekurangan serta rasa yakin akan diri sendiri. Mengapa demikian? Karena berbicara di depan umum membuat kita mampu memerangi ketakutan (kecemasan) Dalam tahun-tahun di saat Carnagie melatih wanita dan pria untuk berbicara dengan baik dan seimbang di hadapan umum, dia telah memetik beberapa cara untuk membantu Anda semua agar bisa mengalahkan rasa takut menghadapi orang banyak dengan cepat serta mengembangkan
  • 37. rasa yakin hanya dalam waktu beberapa minggu melatih diri. Hal ini dapat kita ketahui dari beberapa kenyataan sebagai berikut. Pertama: keyataan tentang rasa takut untuk berbicara di hadapan umum Kenyataan ini dapat dirinci lagi atas empat kenyataan, yaitu 1. bukan hanya Anda sendiri yang takut untuk berbicara di depan umum 2. tingkat tertentu akan takut panggung mempunyai manfaat 3. banyak ahli dari bidang public speaking professional yang menambah keyakinan Carnegie bahwa mereka sebenarnya tidak bisa menghilangkan perasaan takut panggung seratus persen. 4. Sebab utama dari rasa takut Anda jika berbicara di depan umum pada dasarnya hanyalah karena Anda tidak terbiasa berbicara di depan umum Kedua: Mempersiapkan diri dengan cara yang benar Carnegie menyatakan bahwa “hanya pembicara yang mempersiapkan diri yang bisa memperoleh keyakinan sepenuhnya”. Jika Anda ingin mengembangkan keyakinan atas diri sendiri, mengapa memberikan ketenangan Anda sebagai pembicara? Persiapan yang sempurna menghilangkan kecemasan dan ketakutan berbicara di depan umum. Hal di atas dapat dilaksanakan dengan beberapa cara, antara lain sebagi berikut 1. Jangan sekali-kali menghafalkan 2. Kumpulkan dan susunlah terlebih dahulu apa yang akan dibicarakan 3. Latihlah pembicaraan Anda bersama teman-teman Anda
  • 38. Ketiga: Tentukan terlebih daulu pikiran Anda untuk sukses (bulatkan tekad) Anda harus menggunakan masing-masing kesempatan untuk sukses. Terdapat tiga cara untuk meraih sukses dalam berbicara 1. Selamilah pokok pembicaraan yang Anda pilih 2. Jangan hiraukan pengaruh negatif yang bisa membingungkan Anda 3. Berbicaralah pada diri sendiri Keempat: Bertindak penuh keyakinan Proffesor Willem James mengikuti psikologi Amerika menulis demikian, “Tindakan terasa mengikuti perasaan, tetapi sebenarnya tindakan dan perasaan berjalan seiring; dan dengan jalan mengatur tindakan, yang berada dibawah kontrol kemauan yang lebih langsung, kita bisa mengatur perasaan kita yang tidak teratur secara tidak langsung. Maka jalan paling mutlak menuju kegembiraan, di saat kegembiraan spontan kita hilang adalah berdiri dengan penuh semangat dan bertindak seakan-akan kita gembira. Jika Anda merasa gembira, maka tidak ada hal lain saat itu yang bisa membuat Anda gembira. Maka, untuk merasa berani, bersikaplah seakan-akan kita berani, dan kemauan untuk berani cenderung akan menggantikan tempat ketakutan.” Terapkanlah nasihat Professor james. Untuk mengembangkan keberanian disaat akan menghadapi para pendengar, bersikaplah seolah-olah Anda telah memperoleh atau mempunyai keberanian itu. Tetapi yakinlah diri Anda, bahwa anda tahu apa yang akan dibicarakan. Waktu berjalan ke atas panggung, melangkahlah dengan sepatu menghentak lantai dan tariklah nafas panjang-panjang. Trik nafas dalam-dalam selama tiga puluh detik sebelum Anda menghadapi sidang pendengar. Persediaan oksigen lebih banyak akan memberikan keberanian.
  • 39. Berdirilah tegak-tegak dan pandanglah para pendengar dengan pandangan lurus, dan bicaralah dengan rasa yakin, seakan-akan tiap pendengar berhutang pada Anda. Bayangkan bahwa mereka berkumpul di sana untuk meminta perpanjangan kredit. Pengaruh kejiwaan yang Anda alami akan menguntungkan sekali. Jika anda meragukan cara ini, keraguan ini akan hilang setelah mendengar kisah-kisah yang dialami oleh hampir semua pengikut kursus Carnegie yang mengikuti petunjuk dasar berbicara di depan umum. Namun, karena Anda tidak bisa berbicara dengan mereka, bairlah Anda memperoleh pengajaran dariseorang Amerika yang dianggap sebagai simbol keberanian. Sebelumnya ia adalah seorang pemuda yang dianggap pemalu. Setelah melatih rasa yakin atas dirinya, ia menjadisalah satu orang yang paling pemberani. Dia adalah Presiden Amerika Theodore Roosevalt. Dengan demikian jelas kepada kita bahwa Carnegie juga membahas dan mengemukakan cara-cara mengatasi kecemasan berbicara didepan umum. Bahasa Tubuh Dalam Berbicara Ketika kita berbicara, kita biasanya menggunakan unsur kebahasaan dan unsur non kebahasaan. Unsur kebahasaan dinyatakanoleh gramatika, leksis, dan pilihan-pilihan intonasi. Sedangkan unsur non kebahasaan dinyatakan dalam gerak-gerik tubuh yang bermakna saat kita berbicara. Misalnya perubahan air muka, anggukan kepala, kepalan lengan, gerak bibir, angkat bahu, gerakan jari-jari tangan, dan sebagainya. Ilmu yang mempelajari gerak tubuh yang bermakna ini di sebut kinetik. Gerak tubuh biasa juga di sebut bahas tubuh. Gerak tubuh dan bahasa tubuh berpadanan dengan istilah “body language” dalam bahasa Inggris. Gerak tubuh ini biasanya menyertai
  • 40. penyajian pesan yang disajikan secara lisan tatap muka. Gerak tubuh dapat juga berfungsi sebagai pelancar komunikasi lisan tatap muka. Berdasarkan uraian diatas dapatlah di susun pengertian atau defenisi bahasa tubuh seperti tertulis berikut. Bahasa tubuh adalah gerak tubuh yang bermakna dalam memperjelas atau mempertegas makna pesan serta memperlancar komunikasi lisan muka. Bahasa tubuh digunakan dalam komunikasi lisan antar orang-orang yang normal telinganya dan alat bicaranya. Bahasa isyarat adalah salah satu sarana berkomunikasi yang bersifat nonverbal. Sarana utama dalam menggunakan bahasa isyarat adalah gerak-gerik jari-jari kedua tangan. Bahsa isyarat biasanya digunakan oleh mereka yang cacat telinga dan tidak dapat berbicara atau masyarakat tuli bisu. Suatu gerak tubuh dikatakan bermakna apabila gerak tubuh itu memenuhi syarat tertentu. Pertama, gerak tubuh itu harus sesuai dengan isi pesan. Kalau pesan bermakna besar maka gerak tubuh harus menggambarkan makna besar. Sebaliknya, apabila pesan bermakna kecil maka gerak tubuh harus melukiskan makna kecil. Kedua, gerak tubuh harus komikatif, mudah dicerna, mudah di pahami. Ketiga, gerak tubuh itu harus ilustratif, mengantar, mengarahkan, dan mengalirkan pikiran penyimak ke arah makna peasan. Keempat, gerak tubuh itu harus sederhana, tidak berkelit-kelit dan rumit sehingga mengalihkan perhatian penyimak dari makna pesan. Kelima, gerak tubuh itu harus lumrah, biasa dan berterima di kalangan masyarakat pemakai bahasa. Keenam, gerak tubuh itu harus berbicara sendiri tidak perlu lagi dijelaskan oleh pembicara bahwa tubuh tadi bermakna luas, marah, linglung, dsb. Dalam proses berbicara, sering kita jumpai pembicara menggunakan gerakan bagian- bagian tubuhnya untuk memperjelas, menegaskan pesan yang dilisankan serta memperlancar komunuikasi. Bagian-bagian tubuh yang lazim digunakan untuk mencapai tujuan itu, antara lain :
  • 41. kepala, muka, bibir, tangan, jari-jari tangan, tubuh, dada, dan kaki. Pembicara yang baik dapat memilih dan memperagakan gerak tubuh yang paling tepat untuk mendukung isi pembicaraannya. Sekarang mari kita perhatikan berbagai contoh gerak tubuh berikut ini. Perlu ditegaskan bahwa gerak tubuh tersebut biasa atau lazim di peragakan pembicara dalam komunikasi lisan tatap muka dengan media bahasa Indonesia. 1. Kepala Kepala dapat digerakkan ke kiri, ke kanan, ke atas, atau ke bawah. Kepala pun dapat menjadi sasaran gerakan tangan atau jari – jari tangan, misalnya, digaruk – garuk. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan paling sedikit ada tiga gerakan kepala yang dapat digunakan oleh pembicara untuk memperjelas, menegaskan isi pembicaraannya serta memperlancar komunikasi antara pembicara dan pendengarnya. a) Menggeleng – gelengkan kepala pembicara menggeleng – gelengkan kepalanya ke kiri,ke kanan atau ke kiri berulang – ulang. Gerak tubuh seperti ini dapat bermakna tidak setuju, tidak mau, tidak mengerti, atau heran. b) Mengangguk – angguk kepala Pembicara menggerakkan kepalanya ke bawah ke atas berulang – ulang. Gerak tubuh ini dapat bermakna setuju baik atau bagus, atau berkenan di hati. c) Menundukkan kepala
  • 42. Pembicara menggerakkan kepalanya ke bawah. Gerak tubuh seperti ini dapat menggambarkan pengertian menyerah, kalah, takut, patuh, atau malu. d) Menggaruk – garuk kepala Pembicara menggaruk – garuk bagian kepalanya dengan jarinya. Gerak tubuh seperti ini dapat bermakna kecewa atau kesal. 2. Dahi Dahi dapat dikerut – kerutkan. Dahi pun dapat menjadi objek gerakan anggota tibuh lainnya seperti jari – jari tangan. Mengingat kenyataannya di atas maka dapat disimpulkan paling sedikit ada dua gerakan yang berkaitan dengan dahi yang dapat digunakan oleh pembicara untuk memperjelas dan menegaskan isi pembicaranya serta memperlancar komunikasi lisan tatap muka antara pembicara dan pendengar. a) Mengerutkan diri Pembicaramenaikkan kedua alis matanya dan memejamkan matanya. Akibatnya dahi mengkerut. Gerak tubuh seperti ini dapat memperjelas makna bingung atau kebingungan, kusut, kacau, tidak keruan, atau rusuh. b.) meletakkan telujuk dengan posisi miring di dahi Telunjuk tangan kanan atau tangan kiri diletakkan miring pada tengah dahi. Gerak tubuh seperti ini biasanya diperagakan oleh pembicara dalam menjelaskan makna pakai otak, pikiran, gunakan nalar, atau gunakan rasio. c.) Menunjuk-ninjuk dahi
  • 43. Ujung telunjuk bagian dalam ditekan-tekankan atau di tunjukkan ke dahi. Gerak tubuh seperti ini biasanya diperagakan oleh pembicara dalam menjelaskan makna pakai otak, pikiran, gunakan nalar, atau gunakan rasio. 3. Bibir Bibir dapat ditarik ke kiri dan kekanan, ditutupkan dibika, dan di gigit. Berdasarkan gerak, posisi, dan keadaan bibir itu maka dapat di simpulkan bahwa gerak tubuh yang berkaitan dengan bibir dapat di gunakan oleh pembicara untuk memperjelas pesan dan memperlancar komunikasi. a. senyum Kedua bibir ditarik ke kiri dan ke kanan. Kedua bibir itu saling menutupi hasil kedua gerakan itu menghasilkan gerak tanda ekspresif yang tidak bersuara. Gerak tubuh seperti ini dapat digunakan untuk menyatakan makna rasa senang, gembira, atau suka. b. tertawa Kedua bibir di tarik memnajang ke kiri dan kekanan. Kedua bibir membentuk ruangan lonjong ke kiri dan kekanan sambil mengeluarkan suara terkekeh-kekeh atau terbahak-bahak. Gerak tubuh seperti ini dapat digunakn oleh pembicara untuk mengatakan makna suka, geli, kadang-kadang menghina. c. menggigit-gigit bibir Bibir di tekan atau di gigit oleh gigi atas dan gigi bawah. Gerak tubuh sepert ini dapat di gunakan oleh pembicara untuk menyatakan rasa kesal, kecewa atau menahan rasa sakit
  • 44. d. Mencibir Dalam keadaan tertutup, gerak tubuh seperti ini dapat untuk menyatakan cemooh, ejekan, atau menistakan. 4. Bahu Kedua bahu kita hanya dapat di gerakkan keatas lalu di turunkan ke posisi semula. Hanya satu gerak tubuh yang berkaitan dengan bahu yang dapat di gunakan oleh pembicara. Untuk memperjelasa isi pesan yang di sajikan secara lisan. Mengangkat bahu Kedua bahu diangkat keatas dari posisi semula sambil mengangkat tangan dalam posisi sembilan puluh drajat dengan siku-siku. Kedua telapak tangan terbuka menghadap ke atas. Gerak tubuh seperti ini bermakna tidak tahu, tidak mau tahu, atau masa bodoh. 5. Tangan Salah satu anggota tubuh manusia yang mempunyai pergerakkan yang agak bebas adalah tangan. Tangan beserta jari-jari tangan dapat digerakkan, kedepan, kebelakang, ke kiri, ke atas kebawah dan dapat berputar 360 drajat. Karena itu tidak mengherankan apabila pembicara sering menggunakan gerak tangan tersebut untuk memperjelas informasi dan memperlancar komunikasinya dengan para pendengar. Berikut ini akan di sajikan sejumlah gerak tubuh yang berkaitan dengan tangan. a. Mengancungkan kepalan tangan
  • 45. Kepalan tangan di acungkan ke atas dengan posisi tetap. Telapak tangan yang terkepal mengarah kepada pembicara. Gerak tubuh seperti ini dapat bermakna luas, hati-hati saya tantang, atau saya tidak takut. b. Mengcungkan kepalan tangan berulang-ulang Kepalan tangan diacungkan ke atas (sedikit maju ke depan) berulang-ulang. Telapak tangan yang terkepal menghadap ke kiri pembicara. Gerak tubuh seperti ini bermakna maju, ayo serbu, ayo serang, atau maju terus. c. Bertepuk sebelah tangan Tangan kanan manepuk tangan kiri atau sebaliknya secara berulang-ulang selama beberapa detik. Gerak tubuh seperti ini dapat berarti gembira puas, memberi salut, atau memberi selamat. d. Mengacungkan tangan Tangan di acungkan ke atas, jari telujuk tegak. Empat jari lainnya dikepalkan menghadap ke arah kiri pembicara. Gerak tubuh sepert ini membayangkan tidak tahu atau mau bertanya. e. Melambaikan tangan Salah satu tangan ke atas. Telapak tangan terbuka dan menghadap ke depan. Kelima jari tangan tegak lurus dan di jarangkan. Kemudian tangan dilambaikan ke kiri- ke kanan berulang-ulang. Gerak tubuh seperti ini dapat diartikan selamat jalan, selamat berpisah, sampai berjumpa lagi. f. Menopang dagu dengan tangan Dagu kanan oleh telapak tangan kanan, atau sebaliknya. Kepala agak rebah ke arah tangan yang menopang dagu. Gerak tubuh seperti ini dapat di gunakan oleh pembicara untuk menyatakan mknabermalas-malasan, melamun, atau berfikir. g. Menutup muka dengan kedua telapak tangan
  • 46. Kedua telapak tangan menutupi muka sehingga tidak ada yang terlihat. Gerak tubuh sepert ini biasa di gunakan untuk menyatakan makna malu, takut, rasa tidak berarti. h. Angkat tangan Kedua tangan di angkat setinggi-tingginya di atas kepala. Gerak tubuh sepert ini biasa di gunakan untuk menyatakan makna menyerah, kalah atau takluk. i. Mengepalkan tangan dengan jempol mengarah ke kanan/kiri Keempat jari selain jempol di kepalkan, jempol menunjuk satu mengarah ke kanan atau ke kiri di sertai mimik marah. Gerak tubuh seperti ini biasanya digunakan oleh pembicara untuk menyatakan pergi, keluar, enyah dari sini. j. Acungkan jempol Keempat jari selain jempo di kepalkan, jempol menunjuk satu arah ke kanan atau ke kiri di sertai mimik marah. Gerak tubuh seperti ini biasanya digunakan oleh pembicara untuk menyatakan makna pergi, keluar, enyah dari sini. k. Kelingking ke bawah Empat jari selain jari-jari kelingking di kepalkan, jari kelingking di arahkan ke bawah disertai mimik muram. Gerak tubuh seperti ini biasa di gunakan untuk menyatakan jelek, buruk, tidak menarik, atau tidak berarti. l. Menunjuk-nunjuk dengan telunjuk Selain jari telunjuk, empat jari lainnya di kepalkan jari telunjuk menunjuk-nunjuk kepada obyek tertentu. Gerak tubuh seperti ini biasa di gunakan untuk menyatakan marah, kamu kurang ajar, kamu salah, Kamu malas, kamu pencuri, dsb. m. Menunjuk-nunjuk jempol ke arah pembicara
  • 47. Selain jempol, empat jari lainnya di kepalkan jempol diarahkan kepada diri pembicara di sertai sikap sombong. Gerak tubuh seperti ini biasa di gunakan untuk menyatakan makna aku yang paling hebat, pintar, berhasil, dsb. n. Meninju dengan kepalan tangan Jari-jari tangan dikepalkan dan ditinjukan kepada sesuatu. Gerak tubuh seperti ini dapat di gunakan oleh pembicara untuk menjelaskan makna marah atau berkelahi. o. Menampar dengan tangan Telapak tangan di tamparkan kepada suatu objek misalnya pipi, muka, atau kepala orang. Gerak tubuh sepert ini dapat di gunakan oleh pembicara untuk menggambarkan kekesalan atau kebencian. p. Menyikut dengan tangan Siku atau sikut di gerakkan ke belakang secara mendadak dan cepat sehingga sasarannya terpelanting kesakitan. Gerak tangan atau tugub ini dapat di gunakan untuk menjelaskan pengertian menjegal seseorang, marah, atau menyatakan kecurangan. q. Menjentikkan ujung kuku jempol pada telunjuk r. Telunjuk dan jempol membentuk lingkaran Jari telunjuk dan jempol bersama-sama membentuk sebuah lingkaran kecil. Ketiga jari lainnya, yakni jari tengah, jari manis dan kelingking tegak di samping lingkaran tadi. Gerak tubuh ini dapat digunakan untuk menjelaskan makna nol, kosong, tidak ada, atau gagal.
  • 48. Ujung kuku jari diletakkan dan ditekankan pada jari telunjuk. Kemudian di jentikkan atau dilepaskan ke atas secara tiba-tiba dan kuat. Gerak tubuh ini dapat di gunakan untuk menjelaskan makna kecil, tidak ada apa-apanya, atau dianggap enteng. s. Mencocokkan jari tengah kanan ke jari tangan kiri Jari-jari kedua tangan kecuali jari jempol, dicocok-cocokan, dimasukkan di antara dua jari, sehingga terjadi perpaduan jari-jari kedua tangan. Kedua jari jempolberdiri tegak berada di luar perpaduan jari-jari lainnya. Gerak tubuh ini dapat digunakan untuk menggambarkan makna memadukan, menyelaraskan, menyatukan, atau mensinkronkan. t. Tangan kanan dan tangan kiri membentuk lingkaran Kedua tangan yakni tangan kanan kiri bersama-sama dengan dada membentuk sebuah lingkaran di atas perut. Gerak tubuh ini dapat di gunakan untuk menjelasakan makna besar, luas atau gendut. u. Gigit jari Jari telunjuk di tempatkan di antara gigi atas dan gigi bawah. Telujuk ini di gigit. Gerak tubuh ini dapat di gunakan untuk menjelaskan makna kecewa, kecele atau tertipu. v. Telunjuk menunjuk (mengenai) pelipis Ujung jari telunjuk menempel atau menunjuk pada pelipis. Keempat jari lainnya terkepal. Gerak tubuh ini dapat di gunakan untuk menjelaskanpengertian pakai otak, berfikirlah gunakan nalar atau pakai akal sehat. w. Mengaitkan kedua telujuk
  • 49. Telunjuk tangan kanan dan tangan kiri saling terkait jari-jari lainnya dalam keadaan terkepal. Gerak tubuh ini dapat digunakan untuk menjelaskan pengertian ada hubungannya, ada persengkokolan, ada main, atau ada kolusi. x. Berpangku tangan Kedua tangan saling berpegangan seolah-olah memangku sesuatu, posisi tangan itu berada di batas perut dengan dada. Gerak tubuh seperti ini dapat digunakan untuk menjelaskan pengertian malas, tidak mau bekerja, atau tidak mau berusaha. y. Menutup muka dengan jari-jari di jarangkan Muka dititutupi oleh jari tangan yang di jarangkan. Gerak tubuh ini menjelaskan pengertian pura- pura tidak tahu, pura-pura tidak melihat. 6. Dada Pergerakkan dada sangat terbatas. Dada hanya dapta dikembang-kempiskan. Dada dapat juga menjadi sasaran atau objek gerak tubuh lainnya terutama gerak tangan. Berdasarkan kenyataan itu maka dapat di pastikan bahwa gerak tubuh yang berkaitan dengan dada pasti juga terbatas jumlahnya. a. Membusungkan dada Dada di busungkan ke depan. Gerak ini biasa di gunakan untuk menjelaskan pengertian menyombongkan diri, membanggakan diri, mengagungkan diri atau berani. b. Menepuk dada
  • 50. Dada di tepuk-tepuk dengan tangan. Gerak tubuh ini bisanya digunakan untuk menjelaskan pengertian menyatakan berani, tidak takut, menantang. c. Mengusap dada Dada di usap-usap dengan tangan. Gerak tubuh seperti ini biasanya di gunakan untuk menjelaskan pengertian kecewa, susah, atu prihatin. 7. Mata Mata dapat berputar ke berbagai arah. Mata juga dapat di picingkan atau di pergunakan, dibelalakan atau di pelototkan, di kerlingkan, dan di kerdipkan. Karena itu dapat berbagai gerak tubuh yang erat kaitannya dengan mata untuk menjelaskan berbagai pengertian. a. Membelalakan mata Mata dapat di besarkan atau di buka lebar-lebar sehingga biji mata kelihatn besar. Membelalakkan mata hampir sama dengan melototkan mata. Gerak tubuh yang berkaitan dengan mata ini biasanya di gunakan untuk menjelaskan pengertian marah atau menghardik. b. Memicingkan mata Mata di picingkan dengan cara merapatkan kedua kelopak mata sehingga mat hampir-hampir terpejam. Lama-lama mata jadi benar-benar terpejam. Gerak tubu semacam ini biasanya digunakan untuk menjelaskan pengertian tidur, tertidur karena kelelahan. c. Mengerlingkan mata
  • 51. Pandangan mata ke sebelah kanan atau kiri tanpa menggerakkan kepala. Hanya bola mata yang bergerak ke arah sudut kanan atau kiri. Gerak tubuh semacam ini biasanya digunakan untuk menjelaskan pengertian melirik, menjeling, atau mengerling. d. Mengedipkan mata Kelopak mata digerakkan membuka dan menutup mata berganti-ganti. Gerak tubuh seperti ini biasanya digunakan untuk menjelaskan pengertian memberi isyarat secara rahasia atau sembunyi-sembunyi. 8. Kaki Kaki dapat bergerak agak bebas. Kaki dapat digunakan berjalan, lari, menendang, menyepak,menerjang dan menginjak. Kaki juga dapat bergerak kedepan, kebelakang, kekiri, dan kekanan. Karena itu tidaklah mengherankan apabila ada sejumlah gerak tubuh yang berkaitan dengan kaki yang sering di gunakan untuk memperjelas pengertian-pengertian tertentu. a. Goyang kaki Gerak tubuh yang berkaitan dengan kaki ini biasa di gunakan oleh pembicara untuk memperjelas pengertian hidup dengan senang, tidak perlu pekerjaan atau bermalas-malasan. b. Jalan atau lari di tempat Berjalan atau berlari tanpa pindah tempat di sebut berjalan atau lari di tempat. Gerak tubuh ini biasanya di gunakan untuk menjelaskan makna atau pengertian tidak ada perubahan, tidak kemajuan, atau mandeg. c. Menendang, menyepak, menerjang
  • 52. Menendang, menyepak, menerjang berarti menyepak. Menyepak sesuatu dengan kaki. Gerak tubuh ini lazim digunakan untuk menjelaskan makna marah, kesal, mengusir atau menjauhkan sesuatu. d. Menginjakkan kaki Kaki diinjakkan kepada sesuatu objek tertentu. Gerak tubuh seperti ini biasanya digunakan untuk menjelaskan makna sampai menginjak, menguasai, menaklukkan atau menundukkan. D. Ciri-ciri Pembicara Ideal Setiap manusia yang dilahirkan dalam keadaan normal sudah memiliki terampil berbicara. Potensi tersebut akan menjadi kenyataan bila di pupuk, dibina, dan di kembangkan melalui latihan yang sistematis, terarah dan berkesinambungan. Tanpa latihan potensi itu tetap berupaya potensi. Kenyataan ini sudah disadari oleh para ahli pengajaran berbicara di sekolah. Pengetahuan tentang ciri-ciri pembicara yang baik sangat bermanfaat baik bagi mereka yang sudah tergolong pembicara yang baik, apalagi bagi mereka yang sudah tergolong pembicara yang kurang baik dan pembicara dalam taraf belajar. Bagi golongan pertama pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai landasan mempertahankan, menyempurnakan, atau mengembangkan keterampilan berbicara yang sudah dimilikinya. Bagi golongan kedua hal ini sangat pantas dipahami dan diikuti serta menghilangkan kebiasaan buruk yang selama ini mungkin dilakukannya secara tidak sadar. Bagi golongan ketiga hal ini pengetahuan tentang ciri0ciri penyimak yang baik itu dapat digunakan sebagai pedoman belajar berbicara. Berikut ini disajikan ciri-ciri sejumlah pembicara yang baik untuk dikenal, dipahami, dan dihayati, serta diterapkan dalam berbicara. Ciri-ciri tersebut antara lain
  • 53. 1. memilih topik tepat, 2. menguasai materi, 3. memahami pendengar, 4. memahami situasi, 5. merumuskan tujuan yang jelas, 6. menjalin kontrak dengan pendengar, 7. memiliki kemampuan linguistik, 8. menguasai pendengar, 9. memanfaatkan alat bantu, 10. meyakinkan dalam penampilan, 11. mempunyai rencana. 1. memilih Topik Tepat Pembicara yang baik selalu dapat memilih materi atau topik pembicaraan yang menarik, aktual dan bermanfaat bagi para pendengarnya. Dalam memilih materi pembicaraan ia selalu mempertimbangkan minat, kemampuan, dan kebutuhan pendengarnya. Sebab dia tahu benar apabila materi pembicaraan berkenan di hati pendengar maka perhatian mereka pun secara otomatis akan besar pula pada penyajian materi itu. 2. Menguasai Materi Pembicara yang baik selalu berusaha memahami materi yang akan disampaikannya. Jauh sebelum pembicaraan berlangsung yang bersangkutan sudah mempelajari, memahami, menghayati, dan menguasai materi pembicaraan. Ia tidak segan-segan menelaah berbagai sumber
  • 54. acuan, seperti buku, majalah, dan artikel yang berkaitan dengan pembicaraan itu. Ia pun tidak segan-segan menilik materi itu dari berbagai sudut pandang sehingga jelas kiranya dengan ilmu yang relevan, jelas pula manfaatnya bagi pendengarnya. Jika kebetulan pembicara ahli di bidang yang akan disampaikannya itu maka penguasaan terhadap materi semakin lebih tajam lagi. 3. Memahami Latar Belakang Pendengar Sebelum pembicaraan berlangsung pembicara yang baik selalu berusaha mengumpulkan informasi pendengar, misalnya tentang a. jumlahnya, b. jenis kelamin, c. pekerjaannya, d. tingkat pendidikannya, e. minatnya, f. nilai yang dianut, g. serta kebiasaannya. Bahkan perasaan pendengar kepada topik yang akan disampaikannya sudah diramalkannya apakah simpati, antipati, atau acuh tak acuh. Semua data mengenai pendengar beserta sikap mereka dipahami dan dihayati serta dijadikan oleh pembicara itu sebagai landasan penyusun strategi berbicara. Penyimak yang baik selalu berusaha memahami latar belakang pendengarnya. 4. Mengetahui Situasi
  • 55. Pembicara yang baik selalu berusaha memahami dan mengetahui situasi yang menaungi pembicaraan. Karena itu dia tidak segan-segan mengidentifikasi mengenai ruangan, waktu, peralatan penunjang berbicara, dan suasana. Identifikasi ruangan, tempat, atau lokasi dimana peristiwa berbicara akan berlangsung menyangkut luasnya menaj atau podium, tempat duduk, sirkulasi udara, akustiknya, dan sebagainya. Mengenai waktu apakah pagi, siang, sore, malam atau jam berapa. Sarana penunjang berkaitan dengan pengeras suara, penerangan, OHP, dan sebagainya. Mengenai suasana yang perlu diketahui apakah tenang, jauh dari keramaian, bising, atau gaduh. 5. Mempunyai Tujuan Jelas Pembicara yang baik dapat merumuskan tujuan pembicaraannya dengan tegas, jelas dan gamblang. Pembicara tahu persis kemana ia hendak membawa para pendengarnya apakah hanya sekedar untuk menghibur mereka, memberi informasi, menstimulasi, meyakinkan, atau untuk menggerakkan pendengar. Pembicara yang baik dapat merumuskan dengan pasti respon apa yang diharapkannya dari pendengarnya pada akhir pembicaraan. Ke arah respon diharapkan itulah pendengar digiringnya. 6. Kontak dengan Pendengar Pembicara yang baik selalu mempertahankan pendengarnya. Ia berusaha memahami reaksi emosi dan perasaan mereka. Ia berusaha mengadakan kontak batin dengan pendengarnya melalui pandangan mata, perhatian, anggukan, atau senyuman.
  • 56. Pendengar yang merasa diperhatikan dan dihargai oleh pembicara akan bersikap positif terhadap pembicara dan pembicarannya, ia juga menunjukkan sikap yang simpatik, mendukung, dan memberi semangat pada pembicara. 7. Kemampuan Linguistik Tinggi Pembicara yang baik dapat memilih dan menggunakan kata, ungkapan, dan kalimat yang tepat untuk menggambarkan jalan pikirannya. Ucapannya jelas, lafalnya baik, intonasinya tepat dalam berbahasa. Ia juga dapat memilih dan menggunakan kalimat sederhana dan efektif dalam membicarakan materi pembicaraannya. Pendek kata pembicara yang baik memiliki kemampuan linguistik yang tinggi sehingga yang bersangkutan dapat menyesuaikan penggunaan bahasa dengan kemampuan pendengarnya. Ia pun dapat menyajikan materi pembicaraannya dalam bahasa efektif, sederhana, dan mudah dipahami. Tidak hanya itu dia fasih berbicara lancar mengkomunikasikan sesuatu. 8. Menguasai Pendengar Salah satu pembicara yang baik adalah pandai menarik perhatian pembicara. Dengan gaya yang menarik dia menemukan pendengar, dia mengarahkan pendengar kepada pembicaraannya. Ia pun dapat menggerakkan penengaran ke arah tujuan pembicarannya. Bila pendengar sudah terpusat, terarah perhatiannya kepada pembicara dan pembicarannya maka pembicara berarti dapat menguasai, mengontrol, dan mempengaruhi pendengarannya. Dengan situasi seperti itu dapatlah dipastikan tujuan pembicara akan berhasil. 9. Memanfaatkan Alat Bantu
  • 57. Dalam menjelaskan materi pembicaraan, pembicara yang baik selalu menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dipahami, dan efektif. Untuk lebih memudahkan pendengar memahami penjelasannya, dia memanfaatkan alat-alat bantu seperti skema, diagram, statistik, gambar-gambar, dan sebagainya. Dia pun pandai mencarikan contoh ilustrasi yang mengenai dan sesuai dengan lingkungan pendengarnya. Lebih dari itu dia pun secara tepat tahu kapan, di mana, pemanfaatan alat-alat bantu itu. 10. Penampilan Meyakinkan Gaya bicaranya menarik. Uraiannya meyakinkan karena ia menguasai materi pembicaraannya. Ia percaya diri, tampil dengan anggun dan berwibawa namun sederhana. Tingkah laku, gerak-gerik, cara berpakaian, atau berdandan sopan serasi dengan kepribadiannya. Ia benar-benar mengikat hati pendengarnya. Pembicara yang baik selalu tampil meyakinkan dari segala segi. Isi pembicaraan ia kuasai, cara penyampaian ia kuasai. Situasi dan latar belakang pendengar ia pahami. Tingkah laku, gaya bicara, cara berpakaian, dan sebagainya tidak tercela. 11. Berencana Pembicara yang baik selalu berencana meyakinkan kebenaran isi ungkapan; sesuatu yang direncanakan hasilnya lebih baik dari yang tidak direncanakan. Makna ungkapan tersebut dia terapkan dalam mempersiapkan pembicaraannya mulai dari: a. memilih topik, b. memahami dan menguji topik,
  • 58. c. menganalisi pendengar dan situasi, d. menyusun kerangka pembicaraan, e. mengujicobakan, f. meyakinkan. Sebelum tampil berbicara di depan pendengarnya yang besangkutan sudah mengantisipasi pelaksanaannya dalam membentuk skenario pelaksanaan. Dia juga sudah membayang-bayangkan bila ada perubahan situasi harus berubah pelaksanaan dan bagai mana cara mengatasinya. Walaupun rencananya sudah matang dasn pasti yang bersangkutan dapat menyesuaikan pelaksanaan pidatonya dengan situasi yang berubah. Pengenalan, pemahaman, dan penghayatan tentang ciri-ciri pembicara yang ideal sangat berguna bagi mereka yang tergolong pembicara baik, pembicara yang kurang baik, dan pembicara pemula. Bagi golongan pertama pengetahuan tersebut tidak dimanfaatkan sebgai landasan mempertahankan, meyempurnakan, atau mengembangkan keterampilan berbicara yang sudah dimilikinya. Bagi golongan kedua pengetahuan itu dapt pula dimanfaatkan sebagai pedoman untuk memperbaiki keterampilan berbicaranya. Bagi golongan ketiga pengetahuan itu dapat digunakan sebagai pedoman belajar dan berlatih berbicara. Ciri-ciri pembicara yang ideal antara lain a. memilih topik yang tepat, b. menguasai materi, c. memahami pendengar, d. memahami situasi, e. merumuskan tujuan yang jelas, f. memiliki kemampuan linguistik,
  • 59. g. menjalin kontak dengan pendengar, h. menguasai pendengar, i. memanfaatkan alat bantu, j. meyakinkan dalam penampilan, k. mempunyai rencana. E. Merencanakan Pembicaraan Dalam kehidupan ini, manusia sering dihadapkan kepada situasi yang menuntutnya terampil berbicara. Kalau Anda bertemu dengan teman yang lama tidak berjumpa, Anda pasti ingin menyatakan rasa rindu, pengalaman, atau keadaan diri Anda. Di samping itu Anda pun pasti ingin mengetahui keadaan sahabat Anda itu. Apa-apa yang dikerjakannya, bagaimana kemajuan usahanya, bagaimana keadaan keluarganya, dan sebagainya. Dalam situasi seperti itu Anda harus pandai menyatakan diri melalui berbicara. Anda juga harus terampil mengorek informasi melalui sejumlah pertanyaan. Kalau Anda menghadiri pertemuan, perpisahan, atau pesta ada kemungkinan mereka akan meminta Anda menyampaikan sambutan selamat datang, kata-kata perpisahan, atau nasihat-nasihat. Apalagi bila Anda diundang menghadiri diskusi, seminar, lokakarya, dan sebagainya Anda pun harus terampil berbicara menyampaikan ceramah, pendapat, pikiran, dan saran Anda. Keterampilan berbicara di depan khalayak ramai, istilah asingnya public speaking, tidak akan muncul begitu saja pada diri seseorang. Keterampilan itu diperoleh setelah melalui berbagai latihan dan praktik penggunaannya. Karena itulah para ahli banyak menaruh perhatian terhadap upaya membina dan mengembangkan keterampilan berbicara itu. Ehninger, dkk (1979) mengajukan delapan langkah dalam mempersiapkan suatu pembicaraan. Kedelapan langkah tersebut adalah
  • 60. a. meyeleksi dan memusatkan pokok pembicaraan, b. menentukan tujuan khusus pembicaraan, c. menganalisis pendengar dan situasi, d. mengumpulkan materi pembicaraan, e. menyusun ragangan/kerangka dasar (outline) pembicaraan, f. mengembangkan ragangan/kerangka dasar, g. berlatih dengan suara keras, jelas, dan lancar, h. menyajikan pembicaraan (Ehninger, dkk, 1979: 46) Gorys Keraf (1980) mengusulkan tiga langkah pokok dalam merencanakan suatu pembicaraan. Ketiga langkah pokok pembicaraan itu ialah: a. meneliti masalah, b. menysun uraian, c. mengadakan latihan. Langkah pokok yang masih bersifat umum itu dapat dikembangkan menjadi langkah- langkah yang spesifik. Hasil pengembangan langkah yang bersifat umum menjadi langkah yang bersifat khusus adalah sebagai berikut, a. menentukan maksud, b. menganalisis pendengar dan situasi, c. memilih dan menyempitkan topik, d. mengumpulkan bahan, e. membuat kerangka uraian, f. menguraikan secara menditail, g. melatih dengan suara nyaring (Keraf, 1980: 317-318)
  • 61. Wainright (1979) menyarankan enam langkah yang harus dilalui dan dikuasai oleh seseorang agar dapat menjadi pembicara yang baik. Langkah-langkah yang disarankan oleh Wainright tersebut adalah a. memilih topik, b. memahami dan menguji topik, c. memanahi latar belakang pendengar dan situasi, d. menyusun kerangka pembicaraan, e. mengujicobakan, f. menyajikan (Wainright, 1979: 98-69). Bila Anda perhatikan langkah-langkah merencanakan pembicaraan yang diajukan oleh ketiga tokoh di atas maka Anda pasti berkesimpulan bahwa hampir bersamaan pendapat mereka. Karena itu yang mana pun yang kita pilih dan terapkan dalam penyusunan persiapan pembicaraan sama pula baiknya. Berikut ini penulis mencoba menguraikan lebih terinci langkah penyusunan pembicaraan berdasarkan jalan pikiran Wainright. Silahkan Anda pahami sehingga pun Anda dapat menyusun bahan pembicaraan dengan baik. Jika seseorang sudah dapat menyusun pembicaraan dengan baik maka orang tersebut sudah menuju kepada pembicara yang baik. 1. Memilih Topik Bila sekali waktu Anda diminta, diundang, atau diharapkan untuk tampil sebagai pembicara di depan umum misalnya dalam diskusi, seminar, pertemuan ilmiah, atau ceramah maka langkah pertama yang harus Anda lalui ialah memilih topik pembicaraan. Pilihlah topik yang sesuai dengan permintaan atau tuntutan pertemuan dimana Anda akan tampil sebagai pembicara. Mungkin sekali Anda disodori topik-topik yang telah ditetapkan oleh panitia
  • 62. pertemuan. Dalam situasi demikian kebebasan Anda agak terbatas. Bila Anda diberi kebebasan penuh memilih topik pembicaraan maka Anda dapat memilih topik yang menarik bagi Anda, menarik dan berguna pula bagi pendengar. Topik yang sudah dipilih masih perlu dikaji daerah cakupannya. Apakah terlalu luas atau terlalu sempit. Misalnya dari topik: Pengajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah dan dasar, dapat dipersempit menjadi: a. pengajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, b. pengajaran bahasa Indonesia di SMP, c. pengajaran bahasa Indonesia di SMU, Bila dirasa masih terlalu luas, butir a, b, dan c dapat lebih dipersempit menjadi (a) Pengajaran pragmatik di Sekolah Dasar, (b) Pengajaran membaca di SMP, (c) Pengajaran apresiasi di SMU. Pemilihan topik dan penyempitan topik pembicaraan sangat bergantung kepada berbagai faktor, seperti a. minat pembicara, b. kemampuan pembicara, c. minat penyimak, d. kemampuan penyimak, e. manfaat pembicaraan bagi pendengar, f. waktu yang disediakan, g. dan lain-lain.
  • 63. 2. Menguasai dan Menguji Topik Topik yang dipilih disempitkan atau desesuaikan dengan tuntutan keadaan harus dipahami, dihayati, dan dikuasai oleh pembicara. Hal ini dapat tercapai bila pembicara mengumpulkan bahan yang relevan melalui bahan bacaan; wawancara dengan orang yang dianggap ahli, observasi, dan dikaji, diuji dari berbagai sudut pandang sehingga jelas kaitannya dengan ilmu yang relevan, jelas manfaatnya bagi pendengar. Misalnya pengkajian dan pengujian topik: Pengajaran Pragmatik di SD, dapat dikaji dari sudut: a. ilmu jiwa/psikologi, b. teori belajar, c. fungsi bahasa, d. tujuan pengajaran bahasa Indonesia di SD, e. relevansinya denagn pengajaran pokok bahasan lainnya, f. manfaatnya bagi guru dan orang tua. Bila semua hal tersebut di atas sudah dilaksanakan oleh pembicara, maka dapat dipastikan yang bersangkutan benar-benar sudah menguasai dan menguji topik pembicaraan yang telah dipilihnya. 3. Memahami Pendengar dan Situasi Sebelum pembicaraan berlangsung, pembicara harus menganalisis latar belakang pendengar dan situasi. Informasi yang tepat mengenai pendengar seperti minat, nilai yang dianut, kebiasaan, harapannya, usia, jenis kelamin, tingkat kemampuannya, dan pekerjaannya sangat berguna bagi pembicara sebagai dasar penentuan strategi berbicara. Perlu pula diperkirakan
  • 64. bagaimana sikap pendengar terhadap topik yang akan disajikan apakah apatis, simpati, atau antipati. Hal itu pun dimasukkan ke dalam penyusunan strategi berbicara. Disamping faktor pendengar, faktor situasi pun harus dianalisis. Informasi mengenai situasi berhubungan dengan hal-hal yang meyertai terjadinya peristiwa berbicara. Situasi menyangkut: a. ruangan, tempat, lokasi, b. suasana linkungan seperti ketenangan, kebisingan, c. waktu apakah pagi, siang, atau malam, d. sarana seperti pengeras suara, penerangan, podium, dan sebagainya. Hal-hal tersebut di atas harus benar-benar dikenal dan dipahami pembicara. Lalu hal itu dijadikan juga sebagai landasan penentuan strategi berbicara. Bila pembicara sudah tapat menganalisis faktor pendengar dan situasi maka dapat dipastikan strategi berbicaranya sudah baik pula. 4. Menyusun Kerangka Pembicaraan Berdasarkan topik yang telah dipilih dan sudah dipersempit disusunlah kerangka pembicaraan. Kerangka pembicaraan yang tersusun baik sangat bermanfaat bagi pembicara sendiri dan juga pendengar. Bagi pembicara kerangka itu berfungsi sebagai pedoman, penuntun arah mengisi pembicaraan. Bagi pendengar kerangka dapat berfungsi sebagai sarana memudahkan mengikuti dan memahami isi pembicaraan. Kerangka pembicaraan biasanya mengandung tiga komponen, yakni bagian:
  • 65. a. pendahuluan, b. isi, c. penutup. Bagian pendahuluan atau pengantar berisi uraian singkat mengenai tujuan pembicaraan, isi atau apa yang ingin dibicarakan. Bagian penutup atau kesimpulan berisi uraian atau kesimpulan dari apa yang telah dibicarakan. Sekarang mari kita perhatikan bagaimana cara menyusun kerangka pembicaraan berdasarkan topik yang telah dipilih. Kita misalkan topik yang dipilih sebagai pokok pembicaraan adalah: Pengajaran Pragmatik di Sekolah Dasar. Kerangka pembicaraan sebagai berikut. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Tujuan 2. Pengajaran Prakmatik di SD 2.1 Bahan Pengajaran 2.2 Metode Pengajaran 2.3 Umpan Balik dan Tindak Lanjut 3. Kesimpulan dan Saran
  • 66. 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran Bila pembicara dituntut untuk menyerahkan paper atau makalah mengenai topik yang akan disampaikannya maka yang bersangkutan harus mengembangkan kerangka tersebut menjadi tulisan lengkap. Kalaupun pembicara tidak dituntut meyerahkan makalah, lebih baik pembicara mengembangkan kerangka tersebut. Sebab dalam pengembangan kerangka itu pembicara semakin memahami dan mendalami topik yang akan disajikan. Paling sedikit pembicara sudah memiliki bahan pembicaraan yang lengkap dan terinci. 5. Mengujicobakan Kerangka karangan yang sudah dikembangkan menjadi naskah perlu dikaji kembali. Periksalah dengan teliti kalau-kalau masih ada yang perlu disempurnakan. Bila Anda sudah yakin naskah pembicaraan itu sudah baik, maka perlu diujicobakan. Dalam uji coba penyajian ini, Anda harus memilih metode penyampaian mana yang akan Anda terapkan. Ada empat metode penyampaian yang dapat Anda pilih, yakni a. secara mendadak, b. berdasarkan catatan (butir-butir tertentu), c. berdasarkan hafalan, d. berdasarkan naskah.
  • 67. Agaknya bagi pembicara yang terpelajar seperti Anda lebih pantas, cocok, dan bergengsi jatuh pada metode yang kedua, berdasarkan butir-butir tertentu. Butir ini diturunkan dari naskah. Pilih sejumlah butir yang dapat mewakili isi naskah secara keseluruhan. Jumlah butir jangan terlalu banyak dan jangan pula terlalu sedikit. Butir yang terlalu banyak akan membuat pendengar letih dan payah mengingatnya. Bila jumlahnya terlalu kecil jangan-jangan belum dapat mewakili isi pembicaraan keseluruhannya. Bila Anda bertanya berapa butir yang harus diturunkan dari suatu naskah, maka tidak ada jawaban yang pasti. Anda sendiri yang menentukan berapa butir yang diperlukan. Sekarang mari kita terapkan penentuan butir pembicaraan dari: Pengajaran Pragmatik di SD tersebut di atas. Hasil penjabarannya adalah sebagai berikut. a. permasalahan dan tujuan pembicaraan, b. pengajaran bahasa Indonesia di SD, c. bahan, d. metode, e. penilaian, f. umpan balik dan tindak lanjut, g. kesimpulan dan saran. Ada tiga cara yang dapat Anda tempuh dalam mengujicobakan pidato Anda. Pertama, mengundang beberapa teman Anda, lalu Anda bercerita dihadapan mereka berdasarkan butir- butir yang telah dijabarkan dari naskah pembicaraan. Mintalah teman Anda mengkritik penampilan Anda. Kedua, rekamlah pidato Anda kemudian putar kembali rekaman itu dan nilai sendiri pidato Anda. Cara ketiga, ialah Anda berpidato di depan cermin. Amati penampilan Anda dalam cermin tersebut.
  • 68. 6. Menyajikan Dalam menyampaikan pesan, pembicara harus berpedoman kepada butir-butir yang telah diturunkan dari naskah pembicaraan. Pembicara yang sudah berpengalaman jarang berbicara berdasarkan atau membacakan naskah secara utuh. Biasanya yang bersangkutan menggunakan kartu kecil yang setiap lembar berisi satu butir pembicaraan. Butir pembicaraan itu mungkin diberi catatan singkat tentang subbutir. Misalnya, tentang butir (iv), yakni metode, hal ini tertulis dalam kartu kecil itu sebagai berikut. Metode - relevan dengan CBSA, - membina KP, - mudah diterapkan - dan seterusnya Dengan melihat kartu itu sekilas, pembicara menguraikan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh sesuatu metode pengajaran pragmatik secara lengkap, jelas, dan sistematis. Dengan kemikian pembicara dapat memperhatikan segenap pendengarannya dan mengadakan kontak dengan mereka melalui pandangan mata, anggukan, senyuman, dan perhatian. Sampaikanlah butir-butir pembicaraan Anda satu persat secara wajar, tidak berlebih- lebihan, apalagi dibuat-buat. Dalam berbicara gunakanlah bahasa yang sederhana yang sederhana sesuai dengan taraf kemampuan pendengar Anda. Atur suasana agar tidak terlalu formal. Sekali- kali Anda dapat menyelipkan humor dalam pembicaraan Anda agar pendengar lebih bergairah. Sebagai pembicara Anda harus tampil rapi. Pakaian, penampilan, cara berbicara, dan tingkah laku Anda harus wajar, sopan, tetapi menarik dan anggun. Atur suara Anda agar jelas
  • 69. sehingga dapat didengar oleh pendengar yang duduk paling jauh dari Anda. Bila suara Anda tidak dapat menjangkau pendengar yang terjauh itu gunakanlah pengeras suara. Hindari sikap- sikap yang kurang sedap dipandang mata seperti menggaruk-garuk kepala, mencuil lubang telinga, atau hidung, terlau banyak bergerak atau mondar-mandir, dan sebagainya. Untuk memperjelas isi pembicaraan, Anda dapat menggunakan alat-alat bantu. Misalnya skema, diagram, statistik, ilustrasi-ilustrasi, dan sebagainya. Tampilkan hal-hal tersebut di atas melalui transparan atau lembar peraga. Manusia sering dihadapkan kepada situasi yang menuntutnya terampil berbicara. Misalnya dalam peristiwa pertemuan, perpisahan, diskusi, seminar, penceramah, dan sebagainya. Keterampilan berbicara dapat dikuasai apabila orang telah melalui latihan dan praktik berbicara berulang-ulang dan sistematis.
  • 70. BAB IV PENGEMBANGAN KETERAMPILAN BERBICARA A. Pengantar Pasal 36 Undang-Undang Dasar 1945 menuntut agar setiap warga negara terampil menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Bagi guru, terutama guru bahasa Indonesia, tuntutan itu berbunyi didiklah setiap warga negara agar mereka terampil berkomunikasi dengan bahasa baku. Bagi guru bahasa Indonesia tuntutan itu dapat dijabarkan sebagai berikut, a. didiklah anak-anak agar terampil menggunakan bahasa Indonesia baku, b. sadarkan mereka bila bila menggunakan bahasa daerah dan bila pula menggunakan bahasa Indonesia, c. pengajaran bahasa Indonesia sebagai ujung tombak keterpelajaran warga negara. Kurikulum 2004 yang sekarang disempurnakan menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi, menekankan pembelajaran bahasa Indonesia dilakuka dengan menggunakan pendekatan komunikatif. Pendekatan komunikatif didasarkan pada pandangan bahwa bahasa adalah sarana komunikasi. Karena itu tujuan pengajaran bahasa adalah meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, bukan pada pengetahuan tentang bahasa. Pengetahuan bahasa diajarkan untuk menunjang pencapaian keterampilan berbahasa. Dengan perkataan lain bahasa bukan hanya sekadar rangkaian bunyi, kata, dan struktur saja tetapi mempunyai makna dan mencakup penggunaan struktur untuk memenuhi tujuan berkomunikasi dalam berbagai situasi situasi dan tujuan berbahasa. Ketermpilan berbahasa bersifat mekanistis. Artinya keterampilan ini hanya bisa
  • 71. dikuasai melalui latihan yang kontinu dan sistematis. Ini berarti bahwa siapa saja yang ingin terampil menggunakan bahasa Indonesia maka yang bersangkutan harus sering berlatih menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Implikasi pernyataan ini bagi pengajaran bahasa adalah siswa harus diberi kesempatan mengalami berbagai kegiatan bebahasa dalam beraneka situasi dan tujuan berbahasa. Pada uraian sebelumnya, sudah dikemukakan bahwa “tujuan utama pengajaran bahasa adalah meningkatkan keterampilan berbahsa siswa, bukan kepada pengetahuan tentang berbahasa.” Salah satu keterampilan berbahasa yang dimaksudkan di sini adalah keterampilan berbahasa. B. Metode Pengajaran Berbicara Metode pengajaran tidak disajikan secara eksplisit dalam kurikulum. Hal ini dilakukan agar guru dapat memilih metode yang dianggap tepat, sesuai dengan tujuan, bahan kajian, dan keadaan siswa. Guru diminta menggunakan metode yang beragam agar suasana belajar menarik, menantang, dan menggairahkan. Kegiatan belajar dapat berlangsung di dalam kelas, di luar kelas, dengan tugas yang beragam untuk perseorangan, berpasangan, kelompok, atau seluruh kelas. Jika metode dikaitkan dengan pengalaman belajar, maka metode berfungsi sebagai sarana mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang menjadi kenyataan dalam pelaksanaan pengajaran pokok bahasan tertentu. Hal yang sama juga berlaku bagi pengajaran berbicara. Guru harus menciptakan berbagai pengalaman belajar berbicara agar siswa dapat berlatih berbicara. Tanpa latihan tidak mungkin keterampilan berbicara dikuasai.