SlideShare a Scribd company logo
BAB I
KERANCUAN BERPIKIR
DAN MITOS
ULIAH-kuliah ini umumnya merupakan

gagasarl saya pribadi. Tidak ada teori muluk*rtrt yrttg saya sampaikan' Muatan kuliahnya
sebatas ideas saYa yang ketika itu (sekitar tahun

1986) bersemangat mengubah pandangan para
mahasiswa supaya merencanakan perubahan
ilmuwan, saya sadar sekali
sosial. Tetapi,
".br.gai
bahwa perubahan sosial yang bergerak melalui
rekayasi sosial harus dimulai dengan perubahan
cara berpikir. Karena itu, dalam kuliah-kuliah ini'
terlebih dahulu saya akan memaparkan kesalahankesalahan berpikir yang acap kali terjadi saat kita
merencanakan Perubahan sosial.

Mustahil ada perubahan ke arah yang benar
kalau kesalahan Lrerpikir masih menjebak benak
kita. Dan itu adalah misi saya. Karena, pada saat itu
(zarrrian Orde Baru) terjadi pengacauan intelektual
yang intensif. Acapkali kita ditipu mentah-mentah'
-sampai
detih ini, pengacauan intelektual itu
sebenarnya masih te{adi dengan berbagai cara yang

,J

/
-

halus ldeLicate). Padanal, KIta sepenunnYa tanll oan
sadar bahwa pengeruhan dan pengacauan
intelektual itu merupakan keliruan' Tetapi' apa
henclak clikata, namanya saja suclah rekayasa yang
di dalamnya terdapat unsur-unslrr manipulasi'
Pada waktu kuliah-kuliah ini saya sampaikan'
sering saya dengar pernyataan pejabat yang
sebetulnya jatuh pada intellectual c'uL-de'sacs
(kesaiahan-kesalahan berpikir)'
Dalam membahas masalah sclslal. perlu juga
kita membicarakan berbagai kesalahan pemikiran
dalam memperlakukan masaiah sosial' Oleh para
ilmuwan, kesalahan seperti ini biasa disebr-rt dengan
il'Ltelle cttto:l cttl-cle- s ac, suatlt istilah dalam bahasa
Perancis untuk menunjukkan kebuntuan pemikiran. Ada dua macam kesalahan: intellecttLctL cttl-desac clan mitos. Mitos adalah sesuatu yang tidak
benar, tetapi dipercayai oleh banyak orang'
termasuk para ilmuwan.

Kesolqhqn-Kesolqhqn BerPiki r
Secara umum, inteLlecttLal cttL'de'sctc terbagi atas
instnnce. -l aLlaq o.l" retrospectiue
-fcrllctcg qf drctmatic
"cleteriinism,
post hoc er-c1o propter lrcc, -lallcLc-t1 qf
ni.s place d concretnes s . ar g tu;rte ntrtm ad u er e ct tn diam'
tlar re cts ortir rq'
I ctltctctl o-f comp o sitiion, dan circt

I.

Follocy of Dromotic lnstonce

trallacg oJ dramatlc [rustctnce berawal dari kecenclemngan orang untuk melakukan apa yang dikenal
dengan ouer-g eneralisation. Yaitu, penggunaall satu-

dua kasus untuk mendukung argumen yanq

bersifat generaL atau umum. Kerancuan berpikir
semacam ini banyak terjadi dalam berbagai telaah
sosial. Argumen yang oDergeneralized ini biasanya
agak sulit. clipatahkan. Karena, satu-dua kasus
rujukan itu seringkali diambil dari pengalaman

prib^Ai seseorang {incltuidua|'s personal expeience) '
Misalnya, suatu ketika pernah saya diskusi di
TVRI tentang dampak sosial dari clirect broadcast
satellite. Waktu itu saya membahas dampakciampak sosial )rang mungkin terjadi bila antena parabola menyebar di suatu komunitas.
Dalam diskusi itu, kebetulan hadir seorang
insinyur yang mendapat gelar doktor dari Jerman
dalam biclang teknik, bukan bidang logika. Setelah
saya menyebut beberapa efek yang mungkin terjadi

karena

sptLLouer

(informasi yang meluber) dari

Singapr-rra yang bisa mengancam kepribadian
banqsa, clia mengatakan: "Saya ini sudah lama
tinggal di Riau. Dan televisi di sana sudah lama
mengalami spiilouer dari siaran-siaran Malavsia'
Singapura ... And toh saYa masih rlerasa sangat
Pancasilais; ticlak terpengaruh oleh siaran-siaran
itu. Oleh sebab itu, saya menduga tidak bakal ada
pen$aruh sosial )ran9 besar dari direct broadcast sal
elLite itu."
5
Buktinya, orang-orang Nasrani di negera-negara

Sahabat kita ini sebetulnya sudah jatuh pada
JalLacg oJ dramatic instance. Dia menyamakan
semua orang dengan dirinya lewat pernyataan:
"Karena saya tidak mengalami apa-apa, pastilah
orang lain juga tidak bakal mengalami apa-apa."
Berikut adalah contoh Iain dari kesalahan
serupa. Sekarang ini banyak orang Indonesia yang
jatuh miskin. Dari kenyataan ini, muncul teori
bahwa kemiskinan mereka disebabkan oleh
struktur ekonomi yang timpang. Ketimpangan
struktur ekonomi sebagai pangkal kemiskinan ini
lantas disebut dengan teori'Kemiskinan Struktural'.
Teori itu lantas dibantah orang dengan contoh
seorang buruh berpenghasilan kecil yang punya
semangat kewirausahaan tinggi, tekun, clan tabah,
akhirnya menjadi pengusaha rokok yang besar.
Walhasil, menurut pembantah teori'Kemiskinan
Struktural'ini, kalau orang mau tekun dan bekeria
keras seperti pengusaha rokok itu, pasti akan
menjadi pengusaha besar atau konglomerat. Jelas,
ini kesalahan dari sebuah conLoh dramatis
pengalaman pribadi yang diovergeneralisasikan
kepada kasus-kasus lain yang bercakupan lebih

Barat umumnya bersih dan rapi.

Ironisnya, kesimpulan seperti ini bukan
diucapkan oleh orang awam, melainkan oleh
seorang profesor doktor dari sebuah lembaga

perguruan tinggi Islam di Jakarta. Saya tidak akan

menyebut namanya, karena itu "tidak ilmiah".
Profesor ini menyimpulkan bahwa orang Nasrani
lebih bersih daripada orang Islam dengan
menjadikan Inggris, Amerika, Perancis, dan
beberapa negara Eropa lain sebagai contoh untuk
negara Kristen. Indonesia dijaidkannya sebagai

contoh untuk negara Islam; itu pun tidak

mengambil daerah elite, seperti Pondok Indah atau
Kelapa Gading, atau Bintaro, tapi tempat-tempat
kumuh. Dari dua contoh itu, digeneralisasikanlah
bahwa orang Islam itu jorok-jorok dan orang
Nasrali itu bersih-bersih.

Untuk menolak asumsi yang salah itu, kita
dapat dengan mudah mengambil contoh yang
sebaliknya, dan menggeneralisasikannya, seperti
dilakukan Pak Profesor Doktor tadi. Mungkin dia

luas.

Saya ingin memberikan satu corrtoh yang
berkaitan dengan keadaan orang-orang Islam.
Pernah seseorang mengatakan bahwer orang orang
Islam itu jorok. Buktinya, Indonesia yang mavoril.as

Muslim, orang-orangnya jorok. Orang ittr lalu
nrenyinrpulkan bahwa Muslinr di mana pun -jorok.
Sebaliknya, orang-orang Nasrani itu bersih clan rapi.

i.

i

i

1,.

xi

akan terke-jut. Umpamanya, ketika dia mengatakan
orang Nasrani lebih bersih, saya katakan saja bahwa
orang Nasrani di Filipina itu jorok, orang Nasrani di
Argentina itu jorok, dan orang Nasrani di Brazil itu
juga jorok. Kesimpulannya: orang Nasrani jorokjorok. Orang Islam di Inggris itu bersih, orang Islam
di Amerika juga bersih, dan orang-orang Islam di
negara-negara Barat lain pada umumnya juga
bersih-bersih. Dengan demikian, kesimpulannya,
orang-orang Islam itu bersih dan orang-orang
Nasranl itu jorok.
Satu contoh lagi yan$ berkaitan dengan Islam'
umat
Ketika kita hendak-mengetahui apakah betul
ada orang
Islam sekaran$ ini sedang bermasalah'
y"r.g to""gatakln: "Tidak! Justm sebaliknya' Islam
'""foi."tg iedang bangkit' Lihat saja pengajian di
peJami'ul 'Anam yang biasanya sepi' kini dipadatitem-

Motor hampir tidak bisa mcnemukan
"grrr;"rrg. di sana. Iiu adalah tanda bahwa Islam
pit p^.dt
g bangkit!" Kesimpulan ini diambil dari contoh
""aot
o.t rg-o.u.rtg yang sedang datang ke mesjid itu' tidak
"Si^pu t iturrg pemerintah Orde Baru

^it..r,
mendukung umat tsiim? Lll-rat' betapa banyak
mesiid y.rig altangun selama T1t" pemerint"f-r"""yn. B"ukankah itu menurlukkan besarnya
Tentu
ferhatian Orde Baru kepada rlmat -Islam?" yang
sala, orang bisa memberikan contoh-contoh
berlolak-belakang den$an semua itu'
Contoh iain yang lebih fatal -karena mempengamhi rencana iekayasa sosial itu sendiri-

dan
adalah seseorang yang membaca sejarah Islam
satu-dua
Rasulullah Saw, dan menemr-rkan adanya
situasi clan konrlisi saat itu
kesamaan antara
J"rrgr.., saat ini, lalu dengan serta-merta' menyirnpulfa., bahwa yang lainnya pun akan sama'
terjadi'
Kesalahan serupa ini pernah benar-benar
cli pengalian Mesjid Al-Azh-ar'
Suatu harl
Jakarla, seseorang berkaia begini: "Jika kita melihat
pada
fase perjalanan Nat'i, sekarang ini kita berada
kini
lase Mekah. Mengapa? Kar-ena' kaum Muslim
B

berada pada kondisi, situasi, dan posisi yang sama
lemahnya dengan kaum Muslim pada fase Mekah.
Sebaliknya, ketika di Madinah, orang-orang Islam
sudah kuat." Karena (satu) kesamaan itu, maka
yang lain-lain juga pasti sama. Kalau begitu, artinya, pada fase Mekah, kaum Muslim tidak perlu
mengeluarkan zakat. Sebab, zakat baru diwajibkan
setelah Nabi di Madinah. Juga, haji dan sebagainya.

Akibatnya, si penanya tadi benar-benar tidak

mengeluarkant zakat. Ketika ditanya mengapa tidak
mengeiuarkan zakat, dengan enteng dia menjawab:
"Masih di fase Mekah." Penanya itu jatuh padaJaLLacg oJ dramattc instance.
Saya ingin memberikan suatu contoh dalam
kehidupan kita sehari-har:i, supaya lebih memudahkan kita memahami JaLLacg of drarnattc instance ini:
Han1r adalah mahasiswa ITB
Dimitri adalah mahasiswa ITB
Dimitri sudah punya anak
Jadi, Harry juga sudah punYa anak
(karena keduanya mahasiswa ITB).

Kadang-kadang, overgeneralisasi terjadi dalam

pemikiran kita saat memandang seseorang,

sesuatu, atau tempat. Padahal, orang itu selalu
berubah, sehingga hal yang sama tidak bisa kita
terapkal pada orang yang sama terus-menems dan
selama-lamanya. Alfred Korzybski, salah seorang
ahli linguistik dan psikiatri, menyebutkan betapa
seringnya kita tidak melihat adanya perubahan
pada sesuatu.
berjumpa dengannya. pada perjumpaan lain,
seorang Batak lain menyakiti hati Anda lagi.
Biasanya, tidak harus sepuluh orang; tiga saja
sudah cukup untuk membentuk stereotip pada diri

Contoh berikut ini betul-betul terjadi pada
seorang teman wanita saya semasa kuliah dulu.
Setelah puluhan tahun, saya ber.jumpa lagi
dengannya. Dia mengenal saya ketika masih
meniadi mahasiswa. Setelah sekian tahun tak bertemu, dia terkejut melihat saya menjadi mubalig.
Heran sekali dia. Tidak terbayangkan dalam benaknya kalau saya bisa menjacli seorang muLralig. Dia
membayangkan masa lalu saya yang setengah ateis
itu. Dulu, sewaktu di kampus, saya memang sering
membela ateisme. Jadi, hampir tidak terbayangkan
olehnya, tiba-tiLra saya bisa berdiri di mimbar
mesjid, di kampung halamannya, sebagai seorang

Anda bahwa semua orang Batak galak.

Karena

Anda bertemu dengan orang Batak, Anda harus
membuat indeks (indextng). Batak-4 tidak sama
dengan Batak-1, Batak-2, Batak-3 atau Batak-S
yang ada dalam pikiran Anda. Indextng ini persis
seperti yang dilakukan komputer. Tanpa indeks itu,
kita akan terjebak padaJallacg oJ dramattc tnstance.
Perumpamaan orang Batak di sini hanya contoh.
Dan, sekali lagi, harus dipandang secara ilmiah,

mubalig.
Sebetulnya teman saya ini teriebak padaJallacll
oJ dramatic i"nstsnce. Dia menilai saya dengan
"ukuran saya" tahun 1967-1968. Dikiranya saya
akan terus seperti itu sepanjang hidup. Dalam
daftar kategori, memori, dan storage dia, jika ada label "Jalaluddin", yang otomatis ter-retneue adalah
gambaran saya pada tahun 60-al itu. Oleh karena
itu, kata Alfred Korzybski, ada baiknya dalam
berpikir kita melakukan clating (penanggalan). Kalau
kita menilai sesuatu, tulislah hari dan tanggalnya.
Misalnya, 'Jalaluddin tahun L967', agar kita tidak
terjebak pada Jallacg oJ dramatlc instance. Ini
berlaku juga ketika kita menilai orang lain.

jangan dipolitisir.

2.

Follocy of Retrospective Determinism

Istilah yang panjang ini sebetulnya hanya untuk
menjelaskan kebiasaan orang yang menganggap
masalah sosial yang sekarang terjadi sebagai
sesuatu yang secara historis memang selalu ada,
tidak bisa dihindari, dan merupakan akibat dari
sejarah yang cukup panjang. Determinisme selalu
saja lebih memperhitungkan masa silam ketimbang

masa mendatang.

Munculnya stereotip pada benak kita
merupakan salah satu akibat dari kesalahan

Misalnya, ada suatu masalah sosial yang

bernama pelacuran alias prostitusi. Sebagian orang

berpikir seperti itu. Misalnya, ada orang Batak yang
r-nenyakiti hati Anda saat pertama kali Anda

lo

itu, masih kata Korzybski, untuk

membereskan Jallacg oJ dramattc instance ini, jika

mengatakan: "Mengapa pelacuran

i]
al

,i
i:i '
fa,
*,,,;,

itu harus
1t
-

memberantas kemiskinan. Padahal, kemiskinan
tidak bisa diberantas, sudah ada sejak baheula.

dilarang? Sepanjang sejarah pelacuran itu ada dan
tidak bisa dibasmi. Oleh karer-ra itu, yang har-r-rs kita

lakukan bukan menghilangkan pelacuran,
melainkan melokalisasikannya agar terhindar dari
dampak-dampak yang tidak diinginkan. Karena,
sekali lagi, pelacuran itu sudah ada sepanjang

3.

Istilah ini berasal dari bahasa latin: post artinya
sesudah; hoc arlinya demtkian; ergo aslinya karena
itu; propter artinya dtsebabkan; dan hoc artinya

sejarah."

Dengan demikian, cara berpikir ini selalu
mengambil acuan "kembali ke belakang" atau
"historis". Karena itu, kesalahan berpikir ini disebut
restrospectrue (melihat ke belakang). Determinisme
restrospektif adalah upaya kembali pada sesuatu
yarrg seakan-akan sudah ditentukan (determined di
dalam sejarah yang telah lalu.
Orang yang punya kesalahan betpikir semacam
ini, umapamanya, melihat perpecahan umat Islam
sekaralg ini sebagai suatu yalg lumrah dan sudah
terjadi sepanjang sejarah. Bahkan, sejak zamarr
Rasulullah Saw, perpecahan di kalangan para
sahabat sudah terjadi. Seperti yang tampak pada
peristiwa Saqifah Bani Sa'idah. Karena itu, perpecahan tidak usah kita hilangkan. Malah, perpecahan
itu sebaiknya kita lestarikal saja. Paling-paling, kita
mengaturnya melalui management oJ conJTtct.
Pikiran yang begitu sebenarnya sudah terjebak pada
.falktcu o-f retrospectiue determinism.
Contoh lainnya adalah perkara kemiskinan.
Orang yang berpendirian seperti di atas, akan
mengatakan bahwa kemiskinan sudah ada
sepanjang sejarah. Dari dulu ada orang kaya dan
miskin. Mengapa orang sekarang mesti ribut-ribut

t2

Post Hoc Ergo Propter Hoc

demikiqn. Singkatnya: sesudah itu - karena itu oleh sebab itu. Jadi, apabila ada peristiwa yang

terjadi dalam urutan temporal, maka kita

menyatakar bahwa yang pertama adalah sebab dari
yang kedua. Misalnya si X datang sesudah y. Maka
X dianggap sebagai sebab dan y sebagai akibat.

Alasannya apa? Karena, urut-urutan waktunya
begitu.
Saya akan beri contoh yang paling ekstrem pada
kejadian yang sering kita alami. Pada suatu ketika,
bersarna Mas Amien Rais, saya mendapat jadwal
ceramah di Universitas Trisakti. Tetapi, ceramah itu
akhirnya gagal. Persis setelah saya kembali ke
Bandung, terjadi kecelakaan kereta api di Bintaro,
Jakarta. Lalu, orang mengambil kesimpulan trahwa

i
I

tabrakan kereta api itu terjadi karena acara

itu digagalkan. Ini adalah contoh post
hoc ergo propter hoc. Kesalahan berpikir dalam
contoh di atas memang kentara sekali.
Akan tetapi, pada sejumlah kasus lain, post.hoc
ergo propter hoc ini terjadi secara halus alias tidak
kentara. Pernah salah seorang politisi di negara
ceramah saya

lr

il
fr
fli,

l-"

il
li

Ii'

13

il
gi
fl'L
*ilr
*r,'l

Ed6

.
setelah keluarga Saudi memerintah, maka jumlah
jemaah haji bertambah terus." Contoh itu juga bisa

Antah Berantah berkata begini: "Keberhasilan
pembangunan C)rde Baru (Orba) terbukti dengan
banyaknya jumlah kendaraan bermotor yang
climiliki masyarakat. Dulu, sebelum Orba, antara
tahun sekian sampai tahun sekian, kendaraan

kita carikan kebalikannya. Misalnya, setelah

pemerintahan keluarga Saudi, jumlah jemaah haji
yang meninggal bertambah banyak. Pertambahan
ini sebetulnya bukan karena keluarga Saudi, tapi
karena hal-hal lain.
Sebenarnya, banyak dari kita yang cenderung
berpikir seperti itu. Misalnya, Anda menulis surat
dengan pulpen tertentu pada seorartg yang sangat
Anda cintai. Surat itu diterimanya. Pulpen yang
sama kemudian Anda gunakan untuk menge{akan
ujian, Anda pun lulus. Lalu. Anda minta uang pada
orangtua melalui surat yang ditulis dengan
menggunakan pulpen itu. Tak lama kemudian
orangtua Anda mengirimkan uang pada Anda.
Nanti, Anda akan sangat mencintai pulpen itu. "Ini
bukan pulpen sembarang pulpen!" kata Anda.
"Pulpen ini mendatangkan kebemntungan. "
Ada orangtua yang lebih mencintai seorang
anak dibandingkan anak yang lain hanya karena
orangtua itu kebetulan naik pangkat atau ekonominya men-jadi lebih stabil setelah memperoleh anak
kesayangannya itu. Dulu. ketika zarr'arr anak

bermotor adalah kendaraan yang langka' Seluruh
mahasiswa berangkat kuliah naik sepeda' Kini,
hampir setiap mahasiswa punya kendaraan
bermotor. Ini menunjukkan keberhasilan pemerintahan Orba."
Pejabat ini sebetulnya ter.iebak ke dalam postltoc
ergo propter hoc. Dengan mttclah kita bisa memfuttlt<an kesalahan ini dengan mengatakan: "Betul
itu. Tetapi, dulu pada tahun sekian sampai tahun

sekian. sebelum Anda memerintah, jumlah
penduduk hanya 10 juta. Sekarang, setelah Anda

memerintah, penduduk bertaurbah menjadi 2O juta'
Berarti Ancla bertanggung iawab terhadap pertambahan penduduk. Dulu jumtah orang yang miskin

sekian. Sekarang, setelah Anda memerintah'

jumlahnya bertambah sekian"' Padahal, penduduk
tertambah, otomatis orang miskin bertambah'
Tetapi, karena ini terjadi sesuda/r itu, maka
dikatakan karena itrr. Atau dalam bahasa Latinnya:
Post hoc ergo ProPter hoc.
Ada satu ulasan dari sebuah majalah: "Setelah
pemerintahan keluarga Saudi, jumlah jemaah haji

tertambah setiap tahunnl'a' Ini menunjukkan

bahwa hanya pemer'lntahan l<eluarga Saudilah yang
bisa dipercaya untr-rk menjadi khodimul hc.rc.main
(penjaga dua tempat sr-rci). FIal ini terbukti bahwa

t4

I
*l

iil

ti
$ri

f;.

r;

pertama, orangtua ini sengsara. Maklum,

kehidupan berkembang. Tapi, malangnya, yang
kena getah malah anak pertama. Orangtua itu
berkata: "Ini anak membawa sial. Dulu, zaman anak
ini saya sengsara. Nah, anak saya )rang terakhir ini
yang membawa keberuntungan." Lagi-lagi, itu
adalah contoh posthoc ergo propter hoc.

l5
-

4.

Follocy of Misploced Concretness

Mtsplaced berarti salah letak. Concretness artinya
kekonkretan. Jadi, kesalahan berpikir ini muncul
karena kita mengkonkretkan sesuatu yang pada
hakikatnya abstrak. Misalnya, mengapa orang Islam
secara ekonomi dan politik lemah? Mengapa kita
tidak bisa menjalankan syariat Islarn dengan baik?
Lalu ada orang menjawab: "Kita hancur karena kita
berada pada satu sistem jahiliyah. Kita hancur
karena ada thaghut yang berkuasa." Tetapi, sistem
jahiliyah dan thaghuf itu adalah dua hal yang
abstrak. Sehingga jika jawabannya seperti itu, lalu
apa yang bisa kita lakukan? Kita harus mengubah
sistem! Tetapi, "siapa" sistem itu? Sist-em yang
abstrak itu kita pandang sebagai sesnatu yang
konkret.
Dalam istilah logika, kesalahan seperti di atas
itu disebut reiJication. Yaitu, menganggap real
sesuatu yang sebetulnya hanya berada dalam
pikiran kita. Misalnya, dari rrrana kita bisa memulai
pembenahan kemiskinan struktural itu? Kita tidak
tahu. Yang jelas, kerniskinan disebabkan oleh
struktur, titik. Selesai pembicaraan. Oleh sebab itu,
pemikiran seperti ini kita sebut intellectuaL ctLl-desac. Cttl-de-sac, seperti telah clisebutkan, berarti
Jalan buntu'.
Termasuk ke clalam kesalahan ini adalah
ungkapan: "lni semua suclah takclir Allah." Saya
rnenrbaca perdebat.an dalarn bukn DaLail al-Sl:.ldc1.

16

Seorang ulama bernama Al-Hilly mengatakan:
"Sahabat itu tidak semlranya bagus. Bahkan, dalam
salah satu peperangan yang terkenal dengan perang
Hunain, seluruh sahabat melarikan diri, kecuali l2
orang yang berkumpul di sekitar Rasulullatr Saw.
Akhirnya turun ayat yang mengecam para sahabat
dan mengatakan: 'Kemudian kalian lari semua,.
Nah, ini menunjukkan bahwa sahabat itu tidak
semuanya baik. Bahkan, kebanyakan sahabat lari
dari pertempuran. Padahal, lari dari pertempuran
itu merupakan dosa besar."
Lawan bicara Ai-Hilly, Al-Fadhl, menjawabnya
begini: "Peristiwa itu terjadi karena sudah
dikehendaki oleh Allah Swt (ura had"ziht at-harb
qadhaullah). Perang itu ialah ketentuan Allah untuk
menunjukkan kepada Rasulullah Saw bahwa
sebetulnya kekuatan Rasulullah tidak dibantu oleh
para sahabat tetapi langsung oleh Allah Swt.
Supaya orang tahu bahwa Rasulullah langsung
dibantu oleh Allah, maka Allah menentukan agar
para sahabat itu melarikan diri." Mengatakan bahwa
"ini sudah takdir" adalah mereifikasi sesuatu ya:rg
abstrak. Pembicaraan selesai sampai di situ jika kita
mengatakan bahwa itu karena takdir Allah.

5.

Argumentum od Verecundiom

Berargumen dengan menggunakan otoritas,
walaupun otoritas itu tidak relevan atau ambigu.
Kata-kata di atas memang abstrak semua: otoritas:
t7
-

releuan: dan ambigu. Otoritcts itu sesualu atau
seseorang yang sudah diterima kebenarannya
secara mutlak, seperti Al-Qur'an dan Rasulullah
Saw.

Ada orang yang menggunakan otoritas untuk
membela paham dan kepentingannya sendiri.
Dengan mengutip suatu peristiwa dalam sirah
(perjalanan) Nabi, dia bermaksud membenarkan
paham dan kepentingannya sendiri. Padahal,
peristiwa yang dikutipnya itu belum tentu releunn
dengan masalah atau tema yang sedang
dibincangkan.

kbih dari itu, petikan peristiwa

srrah itu.juga
bisa ditafsirkal berbeda oleh orang yang berbeda.
Itulah yang kita maksudkan dengan otoritas yang
ambigu atau taksa. Dengan demikian, salah besar

Mengapa? Sebab, seringkali orang pertama
memaksa lawan bicara untuk diam, tidak membantah, bahkan mengkafirkan yang membantah
(dengan alasan membantah AI-Qur-an itu sendiri)
setelah orang pertama itu dengan enaknya mengutip
ayat dari Al-Qur'an. Padahal, andaipun lawan
bicaranya ingin membantah, maka yang ditrantahnya itu bukan Al-Qur'an, melainkan penggunaan
otoritas Al-Qur'an yang ditafsirkan seenaknya oleh
orang pertama.

6.

Follocy of Composition

jika ada orang yang hendak mernbenarkan
tindakannya dengan mengutip Sunnah Nabi.

Suatu saat, di kampung saya, Cicalengka, ada orang
yang memellhara ayam. Ayam petelor negeri itu
berhasil mendatangkan uang banyak bagi si
empunya. Melihat itu, dengan serta-merta seluruh

Pasalnya, Sunnah Nabi itr-r sendiri mengundang
pelbagai penalsiran dari kalangan lain yan€ berbeda
paham alias ambigu.
Apabila si A menyatakan bahwa ayat sekian dari
surah sekian dalam Al-Qur'an rnenielaskar-r definisi
perjuangan Qur'ani secara demikian, maka
sebenarnya si A tadi telah melahukan kesalahan
berpikir. Karena, ayat yang sama itu masih bisa
ditafsirkan secara berlainan oleh pikiran orang lain.
Saya pernah mengusulkan, jiha kita irendak
menyebut otoritas, mestinya hita segera menambahkan frasa "menurut saya". Jacli, "Beginilah cara
berjuang menurut Al-Qur'an, menurut saya."

dijadikan modal berbisnis ayam. Akibatnya, semua
penduduh kampung itu bangkrut lantaran merosotnya permintaan (demand) dan membludaknya
pasokan barang (ouersuppLg).
Masih cerita dari kampung saya, Cicalengka. Di
kampung itu, ada seorang pemuda berkreasi
mengubah motornya menjadi ojek. Kemudian,
usaharrya booming. Melihat usaha pemuda ini boom,
semua orang akhirnya membeli rnotor untuk diojek-kan. Akibatnya, karena lahan kerja ojek
menjadi rebutan semua orang kampung, terjaclilah
apa yang disebut dengan pouertg shartng, saling

IB

penduduk kampung menjual sawah untuk

19
-

berbagi kemiskinan. Semua itu karena clugaan
bahwa terapi yang berhasil untuk satu orang pasti
juga berhasil untuk semua orang. Inilah yang
disebut .,fizllacg oJ composition.
Contoh lainnya, ada seorang yang beragama
dengan baik. Ia terkenal saleh dan jacli sarjana yang
berhasil. Ia memusatkan perhatian untuk belajar

agama sejak kecil sampai dia menjadi ulama.
Sikapnya terhadap Islam ltiar biasa. Ia berjuang
untuk Islam dan jadi ulama yang baik. Kesimpulannya, kalau begitu. semua orang harus dicetak
menjadi ulama seperti dia. Padahal repot juga kalau
semua jadi ulama. Siapa yang menjadi pendengarnya? Karena ulama biasanya tidak mau mendengar.
Al-Qur'an memperingatkan agar ada segolongan
di antara kita yang mempelajari agama, dan tidak
ikut berperang. Dengan demikian, seakan-akan AlQur'an memperingatkan kita untuk tidak jatuh
p ada JaLLacy oJ comp osition.

7.

Circulor Reosoning

Circttlar reasoning artinya pemikiran yang berputarputar; menggunakan konklusi (kesimpulan) untuk
mendukung asumsi yang digunakan lagi untuk
menuju konklusi semula.

Misalnya, terjadi perdebatan tentang rendahnya
prestasi intelektual umat Islam di Indonesia. Orang
pertama membuktikan konklusi tersebut. clengan
membanclingkan persentase mahasisrva Islam cli,Ln
20

non-Islam pada program 52 dan 53. Hasilnya,
makin tinggi tingkat pendidikan, makin menurun
trendkehadiran orang Islam di dalamnya. padahal,
di tingkat sekolah dasar, persentase siswa Muslim
adalah 950/o. Kesimpulannya, umat Islam di Indonesia menduduki posisi intelektual yalg rendah.
La1u, orang kedua menyatakan bahwa hal ini

terjadi lantaran orang-orang Islam diperlakukan

tidak sederajat dengan orang-orang non-lslam. Jacli,
ada perlakuan diskriminatif terhadap orang-orang
Islam. Sampai-sampai, orang-orang Islam sering
dicoret dari program-program pendidikan tinggi.
Orang pertama menjarvab lagi, "ya, orang Islam
itu dicoret karena orang meragukan kemampuan
intelektualnya." Dengan jawabal ini, kita kembali
pada pokok masalah. Akhirnya, perdebatan itu
terus-menems berputar di sekitar itu. Inilah yang
disebut circular reasontng.
Saya sering menemukan cfrcular reasoning ini
pada skripsi-skripsi mahasiswa ilmu sosial, karena
saya belum tahu skripsi mahasiswa teknik. Saya
sebetulnya tidak mau memberi contoh di Fakultas
Komunikasi, karena itu adalah almamater saya. Di
FISIP, misalnya, saya mengikuti sebuah sidalg. Ada
mahasiswa yang mengemukakan hipotesis,' Apabila
organisasi dikembangkan dengan baik, maka
program transmigrasi akan berialan lancar." Ketika
saya tanya, "Apa buktinya bahwa organisasi itu
berjalan lancar." Jawab mahasiswa itu. ..Kalau
programnya lancar, Pak." Saya tanya lagi, ..Kalau
programnya lancar, apa artinya?" Dia menjawab,
21
--'-----'--r--

"Artinya pengembangan organisasinya baik. " h-rilah
contoh ctrcuLar reasoning. Ini sama saja seperti
membuat hipotesis "apabila seorang manusia
perempuan, maka dia pasti walita."

Mitos-Mitos Sosiol

l.

Mitos Deviont

Mitos ini berawal dari pandangan bahwa
masyarakat itu stabil, statis, dan tidak berubahubah. Kalaupun terjadi perubahan, maka
perubahan itu adalah penyimpangan dari sesuatu
yang stabil. Mitos ini berkembang darl teori ilmu
sosial yang disebut structural Juncttorualism
(fungsionalisme stmktural). Menurut teori ini. kalau

mau melihat perubahan sosial. kita hartts mau
melihat struktur dan fungsi masyarakat. Pusat
perhatian dari penggagas teori ini bulian pada
dinamika sosial, tetapi pada statika sosial. Jadi,
kalau ada social dgnamtcs (dinamika sosial) , maka
harus ada socral stotlcs (statika sosial)1. Menurut
para penganut teori ini, jika ada thermodinamika,
maka harrs juga ada thermostatika.
Saya pernah menggunakan analisis lungsional
r-rntuk sebuah ceramarh tent:rnf hemiskinan di
Mesiicl Isticlarmah, Banclturg, scrvaktu ntcs.jicl ilu
nrasih l;isil clipal<ni rrr-rIrrl< "kc:Iiir1 art-ltr:.qiaIitn
ilmiah". I)lrlarl ceramah itrr srtva rtrt'trvc:lrtttl<art

bahwa kemiskinan itu fungsional, punya peran, dan
berguna. Artinya, dalam struktur masyarakat, orang
miskin itu punya satu struktur yang sangat penting.
Kira-kira delapan fungsi orang miskin yang saya
sebut waktu itu.
Di antaranya, pertama, orang miskin berfungsi
menge{akan pekerl'aal kotor. Kalau tidak ada orang
miskin, siapa yang akan mengerjakan pekerjaan
kotor itu? Kalau tidak ada orang miskin, keseluruhan masyarakat akan terkena penyakit. RedtLa,

orang miskin berfungsi untuk melakukan

pekerjaan-pekerjaan berbahaya. Orang kaya tidak

akan mau melakukan pekerjaan-pekerjaan

berbahaya. Pekerjaan seperti menggali kapur di
puncak bukit, menggali tambang dengan men1rusup
ke bawah tanah, dan serupa itu hanya bisa
dilaksanakan oleh orang-orang miskin. Kettga,
orang-orang miskin berfungsi memberikan
pekeriaan kepada kaum intelektual yang biasanya
menggunakan LSM. Sekarang ini kemiskinan jadi
komoditi yang bisa laku keras di pasaran
internasional. Saya pernah diundang ke Hotel Evergreen, di Puncak. Di sana, saya membicarakan participatorg communication untuk mengatasi
kemiskinan di pedesaan. Bujetnya ditanggung oleh
Neumann Stifting. LSM-LSM dari berbagai tempat
dikumpulkal waktu itu. Tentu, tidak seluruh t SM
ikut di situ, karena kita tidak melak:ukan.fallacy oJ
dramatic instance.
Selain tiga fungsi tersebut, pada kesempatan
ceramah di Mesjid Istiqamah itu saya sebutkan

22

)
----------'--'

beberapa fungsi lain dari kemiskinan. Pokoknya,

kemiskinan itu memiliki lungsi dalam struktur
masyarakat. Kalau tidak ada orang miskin, maka
struktur masyarakat akan rusak. Masyarakat tidak
akan mencapai titik ekuilibrium dan akan terjadi
disecluiltbitLm.
Jika menggunakan analisis fungsional seperti
ini, kita akan menjadi anti perubahan dan pro stal.us

quo. Kita akan melihat perubarhan sebagai
penyimpangan terhadap hal-hal yang sudah
seimbang. Masalah pelacuran, misalnya, akan
dikatakan memiliki Iungsi untuk mernelihara
keluarga supaya suami-suami tidak mudah
berpoligami. Kejahatan juga akan dikatakan
mempunyai fungsi. Sebab, jika tidak ada kejahatal,
apa gunanya polisi? Jadi, harus ada orang jahat,
agar polisi dapat berkerja. Orang ahli maksiat pun
akan dibiarkan saja supaya rnubalig menjadi contoh
orang yang suci. Pada gilirannya, semua disim-

pulkan mempunyai manfaat. Dari kaca mata
analisis fungsionalisme struktural ini, perubahan
dianggap sebagai fenomena deuiarrL menyimpang. 2
Pada kenyataannya, sebagai bantahan terhadap

mitos ini, para ilmuwan alam mengemukakan
bahwa tidak ada yang tidak berubah. Perubahan

adalah hukum alam yang niscaya dan paling nyata.
Dalam bahasa Alfred N. Whitehead. "Perubahan itu
inheren dalam tabiat segala sesLlatu.":' Tidak

mengenai persoalan manusia sebagai objek yang
bergerak, lebih bermanfaat dan realistis daripada
semua upaya menelaah manusia dalam kondisi
imajiner yarlg mandeg."a
Yang membedakan satu masyarakat dengan
masyarakat yang lain hanyalah rate oJ change atau
derajat perubahannya. Ada masyarakat yang
berubah secara cepat dan ada yang secara lamban.
Tetapi, seluruh masyarakat itu berubah. Ada
seorang pemikir Cina yang mengatakan, "Setiap I00
tahun, terjadi perubahan kecil di Cina. Dan setiap
10.OOO tahun terjadi perubahan besar." Pokoknya,
masyarakat Cina, walaupun terlihat lamban,
sebetulnya mengalarni perubahan. Tidak ada

sesuatu yang tetap. Seluruh masyarakat itu
mengalami perubahan. Oleh sebab itu, fungsionalisme struktural sering mandul bila digunakan
untuk menganalisis dinamika sosial.

2.

Mitos Troumo

Mitos ini mengatakan bahwa perubahan

menimbulkan krisis emosional dan stres mental.
Ada dua macam disintegrasi yang sering
dibicarakan ilmuwan pendukung mitos ini dalam
membahas rekayasa sosial; distntegrasi sosial dan
dtsirutegrasi indtuidual. Setiap disintegrasi sosial

arda

selalu menimbulkan disintegrasi individual.

masyarakat yang slatis dan ticlak pernah berubah.
Bahkan, seperti kaLa Arnolcl Toynltee . "'lelaal"r

Disintegrasi terjadi karena proses perubahan yang
tidak seimbang.

lerkecuali masyarakat.

24

Kar

ena itu, ticlah

25
William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff

mempunyai teori yang mereka sebr-rt cultural Laq
(kesenjangan budaya). Culttral la-g terjerdi apabila
perubahan pada satu aspek kebuclayaan tidak
diikuti oleh perubahan pacia aspek kebudayaan
yang lain. Dalarn kata-kata Ogburn, "Crlltttral lacl
terjadi bila satu dari dua .j zrlinan kebuclayaan
mengalami perubahan sebelum atau cialam derajat
yang lebih besar ketimbang yang teriacli pacla yang
lain, sehingga mengurangi persesua ian {aQjustment)
yang telah ada antara kedualya."S
Sebagai contoh, sebuah perusahaan melengkapi
kantornya dengan fasilitas komputer canggih.
Tetapi, pola kerja para karyawan tetap saja tidak
sistemik. Akibatnya, komputer tak terpakai dan
dipasang hanya untuk menunjukkan bonafiditas
perusahaan. Ini artinya: telah terjadi cultural lag
antara perubahan dalam bidang teknologi dan
mental.

Situasi seperti itu, menurllt Ogburn dan

Nimkoff, dapat berdampak pada "krisis". Setiap
perubahan selalu menimbulkan krisis. Dan orang
akan bereaksi terhadap krisis. Oleh sebab itu, setiap
perubahan sosial akan mengundang reaksi para
anggota masyarakat. Reaksi ini akan mengakibatkan timbulnya masalah-masalah sosi al baru.
Karena itu, menurut Ogburn dan Nimkoff,
masalah sosial justru terjadi harena perubahan
sosial. Orang berusaha melakul<an mekanisme
pertahanan untuk menghaclapi trauma pertrbzrhan
sosial. Ogburn dan Nimkoff melakul<an analisis
26

!

i

i
i

I
ii

i
I
ll

lll
11.

I;

fi

I
it
t
$l

Il'

!

[ir
ir)
i,l

li

i

korelasional antara perubahan sosial dan
peningkatan penderita penyakit jiwa. Ternyata,
menurut mereka, ketika masyarakat berubah
dengan cepat, jumlah penderita penyakit jiwa

bertambah karena menqalami suasana traumatik.6
Menariknya, mentlrut sebuah penelitian lain,
dalam sllasana perang, jumlah orang gila di rumah
sakit menurun dratis. Saya ticlak tahu, apakah itu
karena orang gilanya keburu ditembak sehingga
tidak sempat dirawat di rumah sakit atau apa?
Tetapi, menurut sebuah penelitian lain, pada situasi
perang, orang lebih bisa dan tanggap menyesuaikan
diri dengan perubahan ketimbang pada situasi
damai.
Mitos ini juga dibuktikan salah oleh beberapa
penelitian mutakhir. Argumennya: pertama. setiap
perubahan tidak an sich menimbulkan goncangan.
Ada perubahan yang disambut dengan gembira.

Banyak perubahan yang tidak menimbulkan

trauma, malah diharapkan. pembahal akan ditolak

l

oleh anggota masyarakat apabila memenuhi

beberapa persyaratan. Misalnya, apabila perubahan

itu diduga mengancam basic securttu (rasa
tenteram) yang sangat dasar. Apabila perubahan
dianggap mengancam rasa aman, maka yang
bersangkutal akan menentalg pembahan itu matimatian.
Ketika menguraikan ayat, "Kami frtntnkan pada
setiap katLm seseorang Aang memberi pertngatan,

maka selaht saja orang kaya d-ari kaum itu
mengatakan, 'Kamt kaJi"r dengan apa-apa Aang
27

L
-----7-,

dtttLrunkan Tuhan kepadantu."' (Dalam bahasa
Arabnya, irrna bima urslltum biht LakaJtrun). Ali
Syari'ati mengatakan bahwa semua orang kaya atau
"kelompok kapitalis" bakal terrrs menentang segala
bentuk perrrbahan.
Sebaliknya, Murtadha Muthahhari mer-rgatakan
bahwa penyebab penentalgan perubahan itu bukan
saja kelompok kapitalis, tetapi juga setiap orang
atau kelompok yalg menganggap pembahan akan
mengancam stabilitas dan kemapanan stat'us quo.
Jika ada kapitalis yang merasa bahwa perubahan
akan menguntungkannya, dia tidak akan menen-

tang perubahan itu. Jadi, inti masalah bukan
terletak pada kapitalis atau proletarian, seperti

analisis Karl Marx.
Singkatnya, sesuatu itu ditentang karena diduga
mengancam basic secttritg. Sekali lagi, ini bergantung persepsi individu yang bisa berbeda-beda.
Sesuatu itu mengancam rasa aman atau tidak bergantung persepsi kita. Di kalalgan ilmu sosial ada
yang disebut dengan LtJe change unit (LCU). LCU
dihitung seca-ra kuantitatif untuk mencari penyebab
stres pada orang. Seorang lelaki yang lama membujang lalu menikah akan mengalami LCU. Orang
yang punya pekerjaan lalu kehilangan pekerjaannya, juga akan mengalami LCU. Oralg yang punya
teman setia yang tiba-tiba mati, juga akan
mengalami LCU. Semua orang akan mengalami
LCU. LCU ini ada skornya yang dihitung secara
matematis untuk menentukan "kadar" stres
seseorang.

28

Anda pasti menderita stres besar apabila secara

serentak ditinggal oleh pacar, dipecat dari

pekerl'aan, diasingkal dari orangtua, atau dikeluar_
kan dari sekolah. Anda akan mengalami stres biasa
apabila masalah Anda hanya ditinggal oleh pacar.
Mungkin skor stres Anda hanya sepuluh. Tetapi,
kalau masalah Anda itu ditambah dengan diusir

dari sekolah, mungkin skor stres Anda akan
bertambah limabelas atau duapuluh lima. Jika
ditambah lagi dengan dipecat dari pekerjaan, akan
bertambah dua puluh lima lagi menjadi lima puluh
atau tujuh puluh lima. Walhasil, makin banyak LCU
seseorang, makin stres dia. Teori ini mula_mula
dikembangkan oleh I{a.ns Selye da-lam bukunya, The
Stress

oJ Life.?

Namun, belakangan, teori Hans Selye itu

dibantah oleh sejumlah pakar. Salah seorang yang
membantahnya adalah Barbara Brown dalam
bukurrya, Supermind. Dalam bukunya Superminditu, Barbara Brown mengungkap ca.ra-cara untuk
mengefektilkan pikiran agar betul-betul jadi
supermind (pikiran unggul). Salah satu yang
dibahas dalam buku itu adalah masa-lah stres. Carl
Rogers memuji buku ini sebagai salah satu buku

terbaik soal stres.
Menurut Barbara, stres tidak disebabkan oleh
LCU, tapi lebih banyak oleh persepsi orang tentang
LCU. Jadi, ada orang yang skor LCU-nya tinggi, bisi
saja tidak mengalami stres. Juga, ada yang skor
LCU-nya rendah, tapi menderita stres yang luar
biasa. Pada kasus kedua, kata Barbara Brown.
penderita mempersepsi skor renda}r itu sebagai satu
peristiwa yang tragis dan dranratis sehingga ia akan
merasakan perubahan itu sebagai sesuatu yang
menakutkan.

Kesimpulannya, tidah ada nrasala1t atau
keadaan yang stress-ful (ntenimbr-rlkzin stres) di
dunia ini. Yang menimbull<arn stres cii cir-rnia ini
adalah diri kita sendiri. Lingkungan tidak
menyebabkan stres; kitalah vang ntempersepsi

lingkungal secara stressstr-rl a1,au penuh tekanan .
Saya lama merenllng setelah membaca analisis
Barbara Brown itu. Akhirnya, saya teringat
pengalaman saya sendiri. Sebr-rt saja ini pengalaman
orang tain. Alkisah. ada seseorang, si A, yang
mendapat kesulitan karenar bemrusan dengan
seseorang, si B. Seharian si A ini menghablskan
seluruh waktunya untuk berumsan clengan si B,
dari pagi buta hingga larut malam. Sementara itu,
istri si A yang ada di rumah menjadi cemas luar
biasa, tidak enak makan dan ticlak enak minum.
Karena, sang istri membayangkan (mempersepsi)
bahwa dalam bemrusan dengan si B, suamir-rya (si A)
akan dipukuli, dianiaya, diteror oleh si B.
Si A kemudian pulang tanpa kurang suatu apa.
Si A 1.idak secemas istrinya yang mempersepsi
bayangan-bayangan buruk tacli. Si A pulang dan

pura-pura sakit di depan istrinya. Ketika pintu
dibuka sang istri, si A mengelus ciacla dan berjalan
terseok-seok hingga menyebabkan istrinya makin
panik. Ketika kepanikal istrinya sudah memuncak,
si A menunjukkan bahwa dirinya ticlak apa-apa.
30

I
li'
f,

ii

t
ll
i:
t.

Artinya, peristiwa yang begitu stress.,flulbagi sang

istri ini malah dianggap sebagai hiburan oleh si A,
sang suami. Ini sebuah contoh bahwa peristiwanya

boleh jacli sama, skor LCU-nya sama; tetapi akibatnya pada seseorang bisa berbeda. Sfress,fui atau
tidaknya seseorang akibat peristiwa yang sama

bergantung bagaimana orang bersangkutan

mempersepsi peristiwa itu.
Istri si A mengalami stres berat karena terlaltr
banyak menemui hal-hal yang tidak pasti. Oleh
sebab itu, perubahan juga akan ditolak kalau terlalu

banyak menunjukkan keticlakpastian. Semakin
tidak pasti suatu perubahan, semakin ditolak ia.
Tetapi, kalau per-ubatrar"r itu menunjukkan hal-hal
yang pasti, orang akan cenderung menerimanya.
Bila Anda berbicara tentang rekayasa sosial
secara tidah pasti, orang ahan cendemng menolak

Anda. Orang takut untuh menghadapi atau

menjalani sesuatu yang tidak pasti atau yang tidak
diketahui secara rinci. Mengapa, misalny2. [i1.a
sering ketakr-rtan berada di sebuah kota asing?
Karena, kita dihantui oleh berbagai ketidakpastian.
Kita tidak paham rute. tidak hapal tempat-tempat
emerqencLJ, tidak tahu arah angin, tidak memiliki
pelindung, dan sebagain5,a. Orang asing yang
menderita seperti itu bukan karena kota itu baru

baginya, tapi karena di situ banyak unsllr

keticlakpastian.
Jacii, orang atau masyarakat akan menolak perubahan apabila, muncul hal-hal berikut: pertama.
perubahan itu dlduga/dipersepsi mengancam bosrc
31
{

{

securttA. Kedua, perubahan itu tidak dipahami
dengan baik dan meliputi berbagai ketidakpastian'
Ket@a, dirasakan adanya paksaan kepada mereka'
Keempat, dianggap bertabrakan dengan nilai atau
norma yang lebih tinggi. KeLima, tidak sesuai dengan
kalkulasi rasional atau cost-beneJit ratio mereka'
Sebaliknya, kalau menurut kalkulasi mereka
perubahan itu cost-nya lebih banyak daripada benefit-nya, maka perubahan itu akal den$an mudah
ditolak orang atau masYarakat.s
Perubahan yan$ sering menimbulkan stres
sosial ternyata adalah pembahan yang terlalu cepat
atau terlalu lamban. Kalau perubahan itu terlalu
lamban, orang akan bosan. Pada gilirannya, mereka
akan jadi gelisah. Walhasil, terlalu cepat dan terlalu
lamban sama-sama tidak dikehendaki.$

Catatan

1

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Ide tentang dinamika dan statika dalam sistem sosial mula-

mula diutirakan oleh August Comte (1798-1857)' Herbert
Spencer (1820-1903) kemudian mengembangkannya
dengan menganalogikan sistem sosial dan organisme
biologis. Lebih lanjut, rujuk Piotr Sztompka, Sgstem and
.Fl-rncfion,

Academic Press, New York (N.Y.)' 1974'

tewis, Talcott, "A Functional Theory of Change," dalam 'Social Change: Sources, Patterns and Consequences" yang
,diedit oleh A. Etzioni dan Eva Etzioni-Hale'"y, edlsi kedua'
Free Press, N.Y. 1961, hlm. 3O-79.
Whitehead, Alfred N., Science and the Modern World'
Macmillan, N.Y., 1925' hlm. 179.
To1.nbee, Arnold J., "sorokin's philosophy pf history", dalam
ptiirtm A. Sorolcin in ReDieLD' yang diedit oleh P-J' Allen'
Durham NC, Duke University Press, 1963, hlm. 8l'
Ogburn, William F., On Culture and Social Changa University of Chicago Press, 1964, hlm. 86.
Nimkoff, Meyer F., "Obstacles to Innovation," dalam ?echnologg and" Social Ctwnge yang diedit oleh Francis R' Allen'
Hornell Hart, Delbert C. Miller, W.F. Ogburn, dan W'F'
Nimkoff, Appleton N.Y., 1957' hlm. 56-7L
Selye, Hans, The Stress o;l-L{fe, McGraw-Hill N.Y.' 1956'

Watson, Goodwin, "Meeting Resistence"' dala:,:r._ Creating fu'
cial Change, yang diedit oleh Ira Kaufman, Gerald ZalLrnart,

Philip Kotler: Holt, Rinehart&Winston, N.Y., 1977' hlm'
610-618.

oo

32

JrJ

{

i1

n

More Related Content

What's hot

Tanya jawab mpp
Tanya jawab mppTanya jawab mpp
Tanya jawab mpp
Aprilia Hapsari
 
PPT Metode penelitian kuantitatif
PPT Metode penelitian kuantitatifPPT Metode penelitian kuantitatif
PPT Metode penelitian kuantitatif
Nona Zesifa
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
YuliaKartika6
 
Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).
Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).
Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).
mansur p5
 
Teori Psikoanalisa (sigmund freud)
Teori Psikoanalisa (sigmund freud)Teori Psikoanalisa (sigmund freud)
Teori Psikoanalisa (sigmund freud)
Dina Haya Sufya
 
Presentasi memory kelompok 3
Presentasi memory kelompok 3Presentasi memory kelompok 3
Presentasi memory kelompok 3
Yustika iy
 
Pengantar ilmu filsafat kel 6 LOGIKA
Pengantar ilmu filsafat kel 6 LOGIKAPengantar ilmu filsafat kel 6 LOGIKA
Pengantar ilmu filsafat kel 6 LOGIKA
RezhaMiftahulHuda
 
Metode Survey (Psikologi Umum)
Metode Survey (Psikologi Umum)Metode Survey (Psikologi Umum)
Metode Survey (Psikologi Umum)atone_lotus
 
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesiaMakalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Dian Kirtley Kristi
 
Slide ppt proposal Metode Kualitatif
Slide ppt proposal Metode Kualitatif Slide ppt proposal Metode Kualitatif
Slide ppt proposal Metode Kualitatif
Rohayatiiyoh
 
Konsep, term dan definisi
Konsep, term dan definisiKonsep, term dan definisi
Konsep, term dan definisi
Swig WuNafik
 
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Mayawi Karim
 
Persepsi dan berpikir
Persepsi dan berpikirPersepsi dan berpikir
Persepsi dan berpikir
Ratih Aini
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi BaratPsikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Haristian Sahroni Putra
 
Contoh Ppt Seminar Proposal
Contoh Ppt Seminar ProposalContoh Ppt Seminar Proposal
Contoh Ppt Seminar Proposal
Agung Agung
 
Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif
Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatifPerbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif
Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif
AnNa Luph Black
 

What's hot (20)

Tanya jawab mpp
Tanya jawab mppTanya jawab mpp
Tanya jawab mpp
 
PPT Metode penelitian kuantitatif
PPT Metode penelitian kuantitatifPPT Metode penelitian kuantitatif
PPT Metode penelitian kuantitatif
 
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
Tanya Jawab Materi Pengantar Filsafat Ilmu Dari Sudut Pandang Ontologi, Epist...
 
Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).
Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).
Outline penelitian ( ikip pgri pontianak ).
 
Teori Psikoanalisa (sigmund freud)
Teori Psikoanalisa (sigmund freud)Teori Psikoanalisa (sigmund freud)
Teori Psikoanalisa (sigmund freud)
 
Presentasi memory kelompok 3
Presentasi memory kelompok 3Presentasi memory kelompok 3
Presentasi memory kelompok 3
 
Pengantar ilmu filsafat kel 6 LOGIKA
Pengantar ilmu filsafat kel 6 LOGIKAPengantar ilmu filsafat kel 6 LOGIKA
Pengantar ilmu filsafat kel 6 LOGIKA
 
Metode Survey (Psikologi Umum)
Metode Survey (Psikologi Umum)Metode Survey (Psikologi Umum)
Metode Survey (Psikologi Umum)
 
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesiaMakalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
Makalah tentang bahasa indonesia : penggunaan bahasa indonesia
 
Slide ppt proposal Metode Kualitatif
Slide ppt proposal Metode Kualitatif Slide ppt proposal Metode Kualitatif
Slide ppt proposal Metode Kualitatif
 
Makalah Metodologi Penelitian
Makalah Metodologi PenelitianMakalah Metodologi Penelitian
Makalah Metodologi Penelitian
 
Konsep, term dan definisi
Konsep, term dan definisiKonsep, term dan definisi
Konsep, term dan definisi
 
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
 
Pertanyaan presentasi
Pertanyaan presentasiPertanyaan presentasi
Pertanyaan presentasi
 
Persepsi dan berpikir
Persepsi dan berpikirPersepsi dan berpikir
Persepsi dan berpikir
 
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi BaratPsikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
Psikologi Umum dan Perkembangan - Sejarah Psikologi Barat
 
Konsep dan variabel
Konsep dan variabelKonsep dan variabel
Konsep dan variabel
 
Contoh Ppt Seminar Proposal
Contoh Ppt Seminar ProposalContoh Ppt Seminar Proposal
Contoh Ppt Seminar Proposal
 
03 jenis jenis+data
03 jenis jenis+data03 jenis jenis+data
03 jenis jenis+data
 
Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif
Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatifPerbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif
Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif
 

Similar to Logika (kesalahan berpikir)

1.1.1.22.045-Ghazwul-Fikri.ppt
1.1.1.22.045-Ghazwul-Fikri.ppt1.1.1.22.045-Ghazwul-Fikri.ppt
1.1.1.22.045-Ghazwul-Fikri.ppt
DodoAnwar2
 
Islam dalam krisis multidimensi
Islam dalam krisis multidimensiIslam dalam krisis multidimensi
Islam dalam krisis multidimensi
Fatih Aziz
 
1.1.1.22.045 Ghazwul Fikri.ppt
1.1.1.22.045 Ghazwul Fikri.ppt1.1.1.22.045 Ghazwul Fikri.ppt
1.1.1.22.045 Ghazwul Fikri.ppt
akangguru1
 
Ketika syariah dan khilafah mendekat dan lebih dekat lagi
Ketika syariah dan khilafah mendekat dan lebih dekat lagiKetika syariah dan khilafah mendekat dan lebih dekat lagi
Ketika syariah dan khilafah mendekat dan lebih dekat lagi
Muthmainnah Bantasyam
 
Ketika syariah dan khilafah mendekat dan lebih dekat lagi
Ketika syariah dan khilafah mendekat dan lebih dekat lagiKetika syariah dan khilafah mendekat dan lebih dekat lagi
Ketika syariah dan khilafah mendekat dan lebih dekat lagi
Muthmainnah Bantasyam
 
Dunia dalam-gelembung
Dunia dalam-gelembungDunia dalam-gelembung
Dunia dalam-gelembung
KuliahMandiri.org
 
Pendidikan karakter untuk memperkecil virus kkn
Pendidikan karakter untuk memperkecil virus kknPendidikan karakter untuk memperkecil virus kkn
Pendidikan karakter untuk memperkecil virus kknthehaer
 
Peradaban Barat Lawan Pemikiran Islam
Peradaban Barat Lawan Pemikiran IslamPeradaban Barat Lawan Pemikiran Islam
Peradaban Barat Lawan Pemikiran Islam
SatyaWati3
 
Clash of Civilizations - Mengapa Dunia Barat Melawan Pemikiran Islam (Ed Nove...
Clash of Civilizations - Mengapa Dunia Barat Melawan Pemikiran Islam (Ed Nove...Clash of Civilizations - Mengapa Dunia Barat Melawan Pemikiran Islam (Ed Nove...
Clash of Civilizations - Mengapa Dunia Barat Melawan Pemikiran Islam (Ed Nove...
SatyaWati3
 
BUDAYA ARAB VS BARAT.docx
BUDAYA ARAB VS BARAT.docxBUDAYA ARAB VS BARAT.docx
BUDAYA ARAB VS BARAT.docx
SatyaWati3
 
islamisasi ilmu1.pptx
islamisasi ilmu1.pptxislamisasi ilmu1.pptx
islamisasi ilmu1.pptx
adiabadi1
 
Barat lawan islam (Versi Terbaru)
Barat lawan islam (Versi Terbaru)Barat lawan islam (Versi Terbaru)
Barat lawan islam (Versi Terbaru)
SatyaWati3
 
Pwer point globalisasi
Pwer point globalisasiPwer point globalisasi
Pwer point globalisasiKeharuman Ku
 
Proposal TEMNAS dana
Proposal TEMNAS danaProposal TEMNAS dana
Proposal TEMNAS dana
Taruna Panatagama (San-Pi)
 
Proposal temnas dana
Proposal temnas danaProposal temnas dana
Proposal temnas dana
Taruna Panatagama (San-Pi)
 
Selamatkan Umat Islam di Malaysia
Selamatkan Umat Islam di MalaysiaSelamatkan Umat Islam di Malaysia
Selamatkan Umat Islam di Malaysia
Tengku Sani Raja Ahmad Sufian
 
Tabloid reformata edisi 141 juli 2011
Tabloid reformata edisi 141 juli 2011Tabloid reformata edisi 141 juli 2011
Tabloid reformata edisi 141 juli 2011
Reformata.com
 
Lentera perdamaian abadi rev 08
Lentera perdamaian abadi rev 08Lentera perdamaian abadi rev 08
Lentera perdamaian abadi rev 08
AbdullahAlFathih
 
Mengubah pelajaran kita - Mao Zedong
Mengubah pelajaran kita - Mao ZedongMengubah pelajaran kita - Mao Zedong
Mengubah pelajaran kita - Mao Zedong
DutaAlMursyid
 

Similar to Logika (kesalahan berpikir) (20)

1.1.1.22.045-Ghazwul-Fikri.ppt
1.1.1.22.045-Ghazwul-Fikri.ppt1.1.1.22.045-Ghazwul-Fikri.ppt
1.1.1.22.045-Ghazwul-Fikri.ppt
 
Islam dalam krisis multidimensi
Islam dalam krisis multidimensiIslam dalam krisis multidimensi
Islam dalam krisis multidimensi
 
1.1.1.22.045 Ghazwul Fikri.ppt
1.1.1.22.045 Ghazwul Fikri.ppt1.1.1.22.045 Ghazwul Fikri.ppt
1.1.1.22.045 Ghazwul Fikri.ppt
 
Ketika syariah dan khilafah mendekat dan lebih dekat lagi
Ketika syariah dan khilafah mendekat dan lebih dekat lagiKetika syariah dan khilafah mendekat dan lebih dekat lagi
Ketika syariah dan khilafah mendekat dan lebih dekat lagi
 
Ketika syariah dan khilafah mendekat dan lebih dekat lagi
Ketika syariah dan khilafah mendekat dan lebih dekat lagiKetika syariah dan khilafah mendekat dan lebih dekat lagi
Ketika syariah dan khilafah mendekat dan lebih dekat lagi
 
Dunia dalam-gelembung
Dunia dalam-gelembungDunia dalam-gelembung
Dunia dalam-gelembung
 
Pendidikan karakter untuk memperkecil virus kkn
Pendidikan karakter untuk memperkecil virus kknPendidikan karakter untuk memperkecil virus kkn
Pendidikan karakter untuk memperkecil virus kkn
 
Peradaban Barat Lawan Pemikiran Islam
Peradaban Barat Lawan Pemikiran IslamPeradaban Barat Lawan Pemikiran Islam
Peradaban Barat Lawan Pemikiran Islam
 
Clash of Civilizations - Mengapa Dunia Barat Melawan Pemikiran Islam (Ed Nove...
Clash of Civilizations - Mengapa Dunia Barat Melawan Pemikiran Islam (Ed Nove...Clash of Civilizations - Mengapa Dunia Barat Melawan Pemikiran Islam (Ed Nove...
Clash of Civilizations - Mengapa Dunia Barat Melawan Pemikiran Islam (Ed Nove...
 
BUDAYA ARAB VS BARAT.docx
BUDAYA ARAB VS BARAT.docxBUDAYA ARAB VS BARAT.docx
BUDAYA ARAB VS BARAT.docx
 
islamisasi ilmu1.pptx
islamisasi ilmu1.pptxislamisasi ilmu1.pptx
islamisasi ilmu1.pptx
 
Barat lawan islam (Versi Terbaru)
Barat lawan islam (Versi Terbaru)Barat lawan islam (Versi Terbaru)
Barat lawan islam (Versi Terbaru)
 
Pwer point globalisasi
Pwer point globalisasiPwer point globalisasi
Pwer point globalisasi
 
1946 thesis
1946 thesis1946 thesis
1946 thesis
 
Proposal TEMNAS dana
Proposal TEMNAS danaProposal TEMNAS dana
Proposal TEMNAS dana
 
Proposal temnas dana
Proposal temnas danaProposal temnas dana
Proposal temnas dana
 
Selamatkan Umat Islam di Malaysia
Selamatkan Umat Islam di MalaysiaSelamatkan Umat Islam di Malaysia
Selamatkan Umat Islam di Malaysia
 
Tabloid reformata edisi 141 juli 2011
Tabloid reformata edisi 141 juli 2011Tabloid reformata edisi 141 juli 2011
Tabloid reformata edisi 141 juli 2011
 
Lentera perdamaian abadi rev 08
Lentera perdamaian abadi rev 08Lentera perdamaian abadi rev 08
Lentera perdamaian abadi rev 08
 
Mengubah pelajaran kita - Mao Zedong
Mengubah pelajaran kita - Mao ZedongMengubah pelajaran kita - Mao Zedong
Mengubah pelajaran kita - Mao Zedong
 

More from Fuji Lestari

Bahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budaya
Bahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budayaBahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budaya
Bahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budayaFuji Lestari
 
Bahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budaya
Bahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budayaBahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budaya
Bahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budayaFuji Lestari
 
Teori teori relevan dengan komunikasi politik
Teori   teori relevan dengan komunikasi politikTeori   teori relevan dengan komunikasi politik
Teori teori relevan dengan komunikasi politik
Fuji Lestari
 
Riset formatif kampanye dan propaganda
Riset formatif kampanye dan propagandaRiset formatif kampanye dan propaganda
Riset formatif kampanye dan propaganda
Fuji Lestari
 
Permasalahan Pemilu 2009
Permasalahan Pemilu 2009Permasalahan Pemilu 2009
Permasalahan Pemilu 2009Fuji Lestari
 
Pelanggaran terhadap polstranas di bidang hukum
Pelanggaran terhadap polstranas di bidang hukumPelanggaran terhadap polstranas di bidang hukum
Pelanggaran terhadap polstranas di bidang hukumFuji Lestari
 
Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum
Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukumPelangaran terhadap polstranas di bidang hukum
Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukumFuji Lestari
 
Silogisme hipotesis
Silogisme hipotesisSilogisme hipotesis
Silogisme hipotesisFuji Lestari
 
Aktualisasi penyampaian
Aktualisasi penyampaianAktualisasi penyampaian
Aktualisasi penyampaianFuji Lestari
 
Optimalisasi persiapan berpidato
Optimalisasi persiapan berpidatoOptimalisasi persiapan berpidato
Optimalisasi persiapan berpidatoFuji Lestari
 

More from Fuji Lestari (13)

Bahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budaya
Bahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budayaBahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budaya
Bahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budaya
 
Bahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budaya
Bahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budayaBahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budaya
Bahasa dan budaya dalam komunikasi lintas budaya
 
Teori teori relevan dengan komunikasi politik
Teori   teori relevan dengan komunikasi politikTeori   teori relevan dengan komunikasi politik
Teori teori relevan dengan komunikasi politik
 
Riset formatif kampanye dan propaganda
Riset formatif kampanye dan propagandaRiset formatif kampanye dan propaganda
Riset formatif kampanye dan propaganda
 
Iklim kelompok
Iklim kelompokIklim kelompok
Iklim kelompok
 
Permasalahan Pemilu 2009
Permasalahan Pemilu 2009Permasalahan Pemilu 2009
Permasalahan Pemilu 2009
 
Pelanggaran terhadap polstranas di bidang hukum
Pelanggaran terhadap polstranas di bidang hukumPelanggaran terhadap polstranas di bidang hukum
Pelanggaran terhadap polstranas di bidang hukum
 
Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum
Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukumPelangaran terhadap polstranas di bidang hukum
Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum
 
Makalah logika
Makalah logikaMakalah logika
Makalah logika
 
Silogisme hipotesis
Silogisme hipotesisSilogisme hipotesis
Silogisme hipotesis
 
Komunikan
KomunikanKomunikan
Komunikan
 
Aktualisasi penyampaian
Aktualisasi penyampaianAktualisasi penyampaian
Aktualisasi penyampaian
 
Optimalisasi persiapan berpidato
Optimalisasi persiapan berpidatoOptimalisasi persiapan berpidato
Optimalisasi persiapan berpidato
 

Logika (kesalahan berpikir)

  • 1. BAB I KERANCUAN BERPIKIR DAN MITOS ULIAH-kuliah ini umumnya merupakan gagasarl saya pribadi. Tidak ada teori muluk*rtrt yrttg saya sampaikan' Muatan kuliahnya sebatas ideas saYa yang ketika itu (sekitar tahun 1986) bersemangat mengubah pandangan para mahasiswa supaya merencanakan perubahan ilmuwan, saya sadar sekali sosial. Tetapi, ".br.gai bahwa perubahan sosial yang bergerak melalui rekayasi sosial harus dimulai dengan perubahan cara berpikir. Karena itu, dalam kuliah-kuliah ini' terlebih dahulu saya akan memaparkan kesalahankesalahan berpikir yang acap kali terjadi saat kita merencanakan Perubahan sosial. Mustahil ada perubahan ke arah yang benar kalau kesalahan Lrerpikir masih menjebak benak kita. Dan itu adalah misi saya. Karena, pada saat itu (zarrrian Orde Baru) terjadi pengacauan intelektual yang intensif. Acapkali kita ditipu mentah-mentah' -sampai detih ini, pengacauan intelektual itu sebenarnya masih te{adi dengan berbagai cara yang ,J /
  • 2. - halus ldeLicate). Padanal, KIta sepenunnYa tanll oan sadar bahwa pengeruhan dan pengacauan intelektual itu merupakan keliruan' Tetapi' apa henclak clikata, namanya saja suclah rekayasa yang di dalamnya terdapat unsur-unslrr manipulasi' Pada waktu kuliah-kuliah ini saya sampaikan' sering saya dengar pernyataan pejabat yang sebetulnya jatuh pada intellectual c'uL-de'sacs (kesaiahan-kesalahan berpikir)' Dalam membahas masalah sclslal. perlu juga kita membicarakan berbagai kesalahan pemikiran dalam memperlakukan masaiah sosial' Oleh para ilmuwan, kesalahan seperti ini biasa disebr-rt dengan il'Ltelle cttto:l cttl-cle- s ac, suatlt istilah dalam bahasa Perancis untuk menunjukkan kebuntuan pemikiran. Ada dua macam kesalahan: intellecttLctL cttl-desac clan mitos. Mitos adalah sesuatu yang tidak benar, tetapi dipercayai oleh banyak orang' termasuk para ilmuwan. Kesolqhqn-Kesolqhqn BerPiki r Secara umum, inteLlecttLal cttL'de'sctc terbagi atas instnnce. -l aLlaq o.l" retrospectiue -fcrllctcg qf drctmatic "cleteriinism, post hoc er-c1o propter lrcc, -lallcLc-t1 qf ni.s place d concretnes s . ar g tu;rte ntrtm ad u er e ct tn diam' tlar re cts ortir rq' I ctltctctl o-f comp o sitiion, dan circt I. Follocy of Dromotic lnstonce trallacg oJ dramatlc [rustctnce berawal dari kecenclemngan orang untuk melakukan apa yang dikenal dengan ouer-g eneralisation. Yaitu, penggunaall satu- dua kasus untuk mendukung argumen yanq bersifat generaL atau umum. Kerancuan berpikir semacam ini banyak terjadi dalam berbagai telaah sosial. Argumen yang oDergeneralized ini biasanya agak sulit. clipatahkan. Karena, satu-dua kasus rujukan itu seringkali diambil dari pengalaman prib^Ai seseorang {incltuidua|'s personal expeience) ' Misalnya, suatu ketika pernah saya diskusi di TVRI tentang dampak sosial dari clirect broadcast satellite. Waktu itu saya membahas dampakciampak sosial )rang mungkin terjadi bila antena parabola menyebar di suatu komunitas. Dalam diskusi itu, kebetulan hadir seorang insinyur yang mendapat gelar doktor dari Jerman dalam biclang teknik, bukan bidang logika. Setelah saya menyebut beberapa efek yang mungkin terjadi karena sptLLouer (informasi yang meluber) dari Singapr-rra yang bisa mengancam kepribadian banqsa, clia mengatakan: "Saya ini sudah lama tinggal di Riau. Dan televisi di sana sudah lama mengalami spiilouer dari siaran-siaran Malavsia' Singapura ... And toh saYa masih rlerasa sangat Pancasilais; ticlak terpengaruh oleh siaran-siaran itu. Oleh sebab itu, saya menduga tidak bakal ada pen$aruh sosial )ran9 besar dari direct broadcast sal elLite itu." 5
  • 3. Buktinya, orang-orang Nasrani di negera-negara Sahabat kita ini sebetulnya sudah jatuh pada JalLacg oJ dramatic instance. Dia menyamakan semua orang dengan dirinya lewat pernyataan: "Karena saya tidak mengalami apa-apa, pastilah orang lain juga tidak bakal mengalami apa-apa." Berikut adalah contoh Iain dari kesalahan serupa. Sekarang ini banyak orang Indonesia yang jatuh miskin. Dari kenyataan ini, muncul teori bahwa kemiskinan mereka disebabkan oleh struktur ekonomi yang timpang. Ketimpangan struktur ekonomi sebagai pangkal kemiskinan ini lantas disebut dengan teori'Kemiskinan Struktural'. Teori itu lantas dibantah orang dengan contoh seorang buruh berpenghasilan kecil yang punya semangat kewirausahaan tinggi, tekun, clan tabah, akhirnya menjadi pengusaha rokok yang besar. Walhasil, menurut pembantah teori'Kemiskinan Struktural'ini, kalau orang mau tekun dan bekeria keras seperti pengusaha rokok itu, pasti akan menjadi pengusaha besar atau konglomerat. Jelas, ini kesalahan dari sebuah conLoh dramatis pengalaman pribadi yang diovergeneralisasikan kepada kasus-kasus lain yang bercakupan lebih Barat umumnya bersih dan rapi. Ironisnya, kesimpulan seperti ini bukan diucapkan oleh orang awam, melainkan oleh seorang profesor doktor dari sebuah lembaga perguruan tinggi Islam di Jakarta. Saya tidak akan menyebut namanya, karena itu "tidak ilmiah". Profesor ini menyimpulkan bahwa orang Nasrani lebih bersih daripada orang Islam dengan menjadikan Inggris, Amerika, Perancis, dan beberapa negara Eropa lain sebagai contoh untuk negara Kristen. Indonesia dijaidkannya sebagai contoh untuk negara Islam; itu pun tidak mengambil daerah elite, seperti Pondok Indah atau Kelapa Gading, atau Bintaro, tapi tempat-tempat kumuh. Dari dua contoh itu, digeneralisasikanlah bahwa orang Islam itu jorok-jorok dan orang Nasrali itu bersih-bersih. Untuk menolak asumsi yang salah itu, kita dapat dengan mudah mengambil contoh yang sebaliknya, dan menggeneralisasikannya, seperti dilakukan Pak Profesor Doktor tadi. Mungkin dia luas. Saya ingin memberikan satu corrtoh yang berkaitan dengan keadaan orang-orang Islam. Pernah seseorang mengatakan bahwer orang orang Islam itu jorok. Buktinya, Indonesia yang mavoril.as Muslim, orang-orangnya jorok. Orang ittr lalu nrenyinrpulkan bahwa Muslinr di mana pun -jorok. Sebaliknya, orang-orang Nasrani itu bersih clan rapi. i. i i 1,. xi akan terke-jut. Umpamanya, ketika dia mengatakan orang Nasrani lebih bersih, saya katakan saja bahwa orang Nasrani di Filipina itu jorok, orang Nasrani di Argentina itu jorok, dan orang Nasrani di Brazil itu juga jorok. Kesimpulannya: orang Nasrani jorokjorok. Orang Islam di Inggris itu bersih, orang Islam di Amerika juga bersih, dan orang-orang Islam di negara-negara Barat lain pada umumnya juga bersih-bersih. Dengan demikian, kesimpulannya,
  • 4. orang-orang Islam itu bersih dan orang-orang Nasranl itu jorok. Satu contoh lagi yan$ berkaitan dengan Islam' umat Ketika kita hendak-mengetahui apakah betul ada orang Islam sekaran$ ini sedang bermasalah' y"r.g to""gatakln: "Tidak! Justm sebaliknya' Islam '""foi."tg iedang bangkit' Lihat saja pengajian di peJami'ul 'Anam yang biasanya sepi' kini dipadatitem- Motor hampir tidak bisa mcnemukan "grrr;"rrg. di sana. Iiu adalah tanda bahwa Islam pit p^.dt g bangkit!" Kesimpulan ini diambil dari contoh ""aot o.t rg-o.u.rtg yang sedang datang ke mesjid itu' tidak "Si^pu t iturrg pemerintah Orde Baru ^it..r, mendukung umat tsiim? Lll-rat' betapa banyak mesiid y.rig altangun selama T1t" pemerint"f-r"""yn. B"ukankah itu menurlukkan besarnya Tentu ferhatian Orde Baru kepada rlmat -Islam?" yang sala, orang bisa memberikan contoh-contoh berlolak-belakang den$an semua itu' Contoh iain yang lebih fatal -karena mempengamhi rencana iekayasa sosial itu sendiri- dan adalah seseorang yang membaca sejarah Islam satu-dua Rasulullah Saw, dan menemr-rkan adanya situasi clan konrlisi saat itu kesamaan antara J"rrgr.., saat ini, lalu dengan serta-merta' menyirnpulfa., bahwa yang lainnya pun akan sama' terjadi' Kesalahan serupa ini pernah benar-benar cli pengalian Mesjid Al-Azh-ar' Suatu harl Jakarla, seseorang berkaia begini: "Jika kita melihat pada fase perjalanan Nat'i, sekarang ini kita berada kini lase Mekah. Mengapa? Kar-ena' kaum Muslim B berada pada kondisi, situasi, dan posisi yang sama lemahnya dengan kaum Muslim pada fase Mekah. Sebaliknya, ketika di Madinah, orang-orang Islam sudah kuat." Karena (satu) kesamaan itu, maka yang lain-lain juga pasti sama. Kalau begitu, artinya, pada fase Mekah, kaum Muslim tidak perlu mengeluarkan zakat. Sebab, zakat baru diwajibkan setelah Nabi di Madinah. Juga, haji dan sebagainya. Akibatnya, si penanya tadi benar-benar tidak mengeluarkant zakat. Ketika ditanya mengapa tidak mengeiuarkan zakat, dengan enteng dia menjawab: "Masih di fase Mekah." Penanya itu jatuh padaJaLLacg oJ dramattc instance. Saya ingin memberikan suatu contoh dalam kehidupan kita sehari-har:i, supaya lebih memudahkan kita memahami JaLLacg of drarnattc instance ini: Han1r adalah mahasiswa ITB Dimitri adalah mahasiswa ITB Dimitri sudah punya anak Jadi, Harry juga sudah punYa anak (karena keduanya mahasiswa ITB). Kadang-kadang, overgeneralisasi terjadi dalam pemikiran kita saat memandang seseorang, sesuatu, atau tempat. Padahal, orang itu selalu berubah, sehingga hal yang sama tidak bisa kita terapkal pada orang yang sama terus-menems dan selama-lamanya. Alfred Korzybski, salah seorang ahli linguistik dan psikiatri, menyebutkan betapa seringnya kita tidak melihat adanya perubahan pada sesuatu.
  • 5. berjumpa dengannya. pada perjumpaan lain, seorang Batak lain menyakiti hati Anda lagi. Biasanya, tidak harus sepuluh orang; tiga saja sudah cukup untuk membentuk stereotip pada diri Contoh berikut ini betul-betul terjadi pada seorang teman wanita saya semasa kuliah dulu. Setelah puluhan tahun, saya ber.jumpa lagi dengannya. Dia mengenal saya ketika masih meniadi mahasiswa. Setelah sekian tahun tak bertemu, dia terkejut melihat saya menjadi mubalig. Heran sekali dia. Tidak terbayangkan dalam benaknya kalau saya bisa menjacli seorang muLralig. Dia membayangkan masa lalu saya yang setengah ateis itu. Dulu, sewaktu di kampus, saya memang sering membela ateisme. Jadi, hampir tidak terbayangkan olehnya, tiba-tiLra saya bisa berdiri di mimbar mesjid, di kampung halamannya, sebagai seorang Anda bahwa semua orang Batak galak. Karena Anda bertemu dengan orang Batak, Anda harus membuat indeks (indextng). Batak-4 tidak sama dengan Batak-1, Batak-2, Batak-3 atau Batak-S yang ada dalam pikiran Anda. Indextng ini persis seperti yang dilakukan komputer. Tanpa indeks itu, kita akan terjebak padaJallacg oJ dramattc tnstance. Perumpamaan orang Batak di sini hanya contoh. Dan, sekali lagi, harus dipandang secara ilmiah, mubalig. Sebetulnya teman saya ini teriebak padaJallacll oJ dramatic i"nstsnce. Dia menilai saya dengan "ukuran saya" tahun 1967-1968. Dikiranya saya akan terus seperti itu sepanjang hidup. Dalam daftar kategori, memori, dan storage dia, jika ada label "Jalaluddin", yang otomatis ter-retneue adalah gambaran saya pada tahun 60-al itu. Oleh karena itu, kata Alfred Korzybski, ada baiknya dalam berpikir kita melakukan clating (penanggalan). Kalau kita menilai sesuatu, tulislah hari dan tanggalnya. Misalnya, 'Jalaluddin tahun L967', agar kita tidak terjebak pada Jallacg oJ dramatlc instance. Ini berlaku juga ketika kita menilai orang lain. jangan dipolitisir. 2. Follocy of Retrospective Determinism Istilah yang panjang ini sebetulnya hanya untuk menjelaskan kebiasaan orang yang menganggap masalah sosial yang sekarang terjadi sebagai sesuatu yang secara historis memang selalu ada, tidak bisa dihindari, dan merupakan akibat dari sejarah yang cukup panjang. Determinisme selalu saja lebih memperhitungkan masa silam ketimbang masa mendatang. Munculnya stereotip pada benak kita merupakan salah satu akibat dari kesalahan Misalnya, ada suatu masalah sosial yang bernama pelacuran alias prostitusi. Sebagian orang berpikir seperti itu. Misalnya, ada orang Batak yang r-nenyakiti hati Anda saat pertama kali Anda lo itu, masih kata Korzybski, untuk membereskan Jallacg oJ dramattc instance ini, jika mengatakan: "Mengapa pelacuran i] al ,i i:i ' fa, *,,,;, itu harus 1t
  • 6. - memberantas kemiskinan. Padahal, kemiskinan tidak bisa diberantas, sudah ada sejak baheula. dilarang? Sepanjang sejarah pelacuran itu ada dan tidak bisa dibasmi. Oleh karer-ra itu, yang har-r-rs kita lakukan bukan menghilangkan pelacuran, melainkan melokalisasikannya agar terhindar dari dampak-dampak yang tidak diinginkan. Karena, sekali lagi, pelacuran itu sudah ada sepanjang 3. Istilah ini berasal dari bahasa latin: post artinya sesudah; hoc arlinya demtkian; ergo aslinya karena itu; propter artinya dtsebabkan; dan hoc artinya sejarah." Dengan demikian, cara berpikir ini selalu mengambil acuan "kembali ke belakang" atau "historis". Karena itu, kesalahan berpikir ini disebut restrospectrue (melihat ke belakang). Determinisme restrospektif adalah upaya kembali pada sesuatu yarrg seakan-akan sudah ditentukan (determined di dalam sejarah yang telah lalu. Orang yang punya kesalahan betpikir semacam ini, umapamanya, melihat perpecahan umat Islam sekaralg ini sebagai suatu yalg lumrah dan sudah terjadi sepanjang sejarah. Bahkan, sejak zamarr Rasulullah Saw, perpecahan di kalangan para sahabat sudah terjadi. Seperti yang tampak pada peristiwa Saqifah Bani Sa'idah. Karena itu, perpecahan tidak usah kita hilangkan. Malah, perpecahan itu sebaiknya kita lestarikal saja. Paling-paling, kita mengaturnya melalui management oJ conJTtct. Pikiran yang begitu sebenarnya sudah terjebak pada .falktcu o-f retrospectiue determinism. Contoh lainnya adalah perkara kemiskinan. Orang yang berpendirian seperti di atas, akan mengatakan bahwa kemiskinan sudah ada sepanjang sejarah. Dari dulu ada orang kaya dan miskin. Mengapa orang sekarang mesti ribut-ribut t2 Post Hoc Ergo Propter Hoc demikiqn. Singkatnya: sesudah itu - karena itu oleh sebab itu. Jadi, apabila ada peristiwa yang terjadi dalam urutan temporal, maka kita menyatakar bahwa yang pertama adalah sebab dari yang kedua. Misalnya si X datang sesudah y. Maka X dianggap sebagai sebab dan y sebagai akibat. Alasannya apa? Karena, urut-urutan waktunya begitu. Saya akan beri contoh yang paling ekstrem pada kejadian yang sering kita alami. Pada suatu ketika, bersarna Mas Amien Rais, saya mendapat jadwal ceramah di Universitas Trisakti. Tetapi, ceramah itu akhirnya gagal. Persis setelah saya kembali ke Bandung, terjadi kecelakaan kereta api di Bintaro, Jakarta. Lalu, orang mengambil kesimpulan trahwa i I tabrakan kereta api itu terjadi karena acara itu digagalkan. Ini adalah contoh post hoc ergo propter hoc. Kesalahan berpikir dalam contoh di atas memang kentara sekali. Akan tetapi, pada sejumlah kasus lain, post.hoc ergo propter hoc ini terjadi secara halus alias tidak kentara. Pernah salah seorang politisi di negara ceramah saya lr il fr fli, l-" il li Ii' 13 il gi fl'L *ilr *r,'l Ed6 .
  • 7. setelah keluarga Saudi memerintah, maka jumlah jemaah haji bertambah terus." Contoh itu juga bisa Antah Berantah berkata begini: "Keberhasilan pembangunan C)rde Baru (Orba) terbukti dengan banyaknya jumlah kendaraan bermotor yang climiliki masyarakat. Dulu, sebelum Orba, antara tahun sekian sampai tahun sekian, kendaraan kita carikan kebalikannya. Misalnya, setelah pemerintahan keluarga Saudi, jumlah jemaah haji yang meninggal bertambah banyak. Pertambahan ini sebetulnya bukan karena keluarga Saudi, tapi karena hal-hal lain. Sebenarnya, banyak dari kita yang cenderung berpikir seperti itu. Misalnya, Anda menulis surat dengan pulpen tertentu pada seorartg yang sangat Anda cintai. Surat itu diterimanya. Pulpen yang sama kemudian Anda gunakan untuk menge{akan ujian, Anda pun lulus. Lalu. Anda minta uang pada orangtua melalui surat yang ditulis dengan menggunakan pulpen itu. Tak lama kemudian orangtua Anda mengirimkan uang pada Anda. Nanti, Anda akan sangat mencintai pulpen itu. "Ini bukan pulpen sembarang pulpen!" kata Anda. "Pulpen ini mendatangkan kebemntungan. " Ada orangtua yang lebih mencintai seorang anak dibandingkan anak yang lain hanya karena orangtua itu kebetulan naik pangkat atau ekonominya men-jadi lebih stabil setelah memperoleh anak kesayangannya itu. Dulu. ketika zarr'arr anak bermotor adalah kendaraan yang langka' Seluruh mahasiswa berangkat kuliah naik sepeda' Kini, hampir setiap mahasiswa punya kendaraan bermotor. Ini menunjukkan keberhasilan pemerintahan Orba." Pejabat ini sebetulnya ter.iebak ke dalam postltoc ergo propter hoc. Dengan mttclah kita bisa memfuttlt<an kesalahan ini dengan mengatakan: "Betul itu. Tetapi, dulu pada tahun sekian sampai tahun sekian. sebelum Anda memerintah, jumlah penduduk hanya 10 juta. Sekarang, setelah Anda memerintah, penduduk bertaurbah menjadi 2O juta' Berarti Ancla bertanggung iawab terhadap pertambahan penduduk. Dulu jumtah orang yang miskin sekian. Sekarang, setelah Anda memerintah' jumlahnya bertambah sekian"' Padahal, penduduk tertambah, otomatis orang miskin bertambah' Tetapi, karena ini terjadi sesuda/r itu, maka dikatakan karena itrr. Atau dalam bahasa Latinnya: Post hoc ergo ProPter hoc. Ada satu ulasan dari sebuah majalah: "Setelah pemerintahan keluarga Saudi, jumlah jemaah haji tertambah setiap tahunnl'a' Ini menunjukkan bahwa hanya pemer'lntahan l<eluarga Saudilah yang bisa dipercaya untr-rk menjadi khodimul hc.rc.main (penjaga dua tempat sr-rci). FIal ini terbukti bahwa t4 I *l iil ti $ri f;. r; pertama, orangtua ini sengsara. Maklum, kehidupan berkembang. Tapi, malangnya, yang kena getah malah anak pertama. Orangtua itu berkata: "Ini anak membawa sial. Dulu, zaman anak ini saya sengsara. Nah, anak saya )rang terakhir ini yang membawa keberuntungan." Lagi-lagi, itu adalah contoh posthoc ergo propter hoc. l5
  • 8. - 4. Follocy of Misploced Concretness Mtsplaced berarti salah letak. Concretness artinya kekonkretan. Jadi, kesalahan berpikir ini muncul karena kita mengkonkretkan sesuatu yang pada hakikatnya abstrak. Misalnya, mengapa orang Islam secara ekonomi dan politik lemah? Mengapa kita tidak bisa menjalankan syariat Islarn dengan baik? Lalu ada orang menjawab: "Kita hancur karena kita berada pada satu sistem jahiliyah. Kita hancur karena ada thaghut yang berkuasa." Tetapi, sistem jahiliyah dan thaghuf itu adalah dua hal yang abstrak. Sehingga jika jawabannya seperti itu, lalu apa yang bisa kita lakukan? Kita harus mengubah sistem! Tetapi, "siapa" sistem itu? Sist-em yang abstrak itu kita pandang sebagai sesnatu yang konkret. Dalam istilah logika, kesalahan seperti di atas itu disebut reiJication. Yaitu, menganggap real sesuatu yang sebetulnya hanya berada dalam pikiran kita. Misalnya, dari rrrana kita bisa memulai pembenahan kemiskinan struktural itu? Kita tidak tahu. Yang jelas, kerniskinan disebabkan oleh struktur, titik. Selesai pembicaraan. Oleh sebab itu, pemikiran seperti ini kita sebut intellectuaL ctLl-desac. Cttl-de-sac, seperti telah clisebutkan, berarti Jalan buntu'. Termasuk ke clalam kesalahan ini adalah ungkapan: "lni semua suclah takclir Allah." Saya rnenrbaca perdebat.an dalarn bukn DaLail al-Sl:.ldc1. 16 Seorang ulama bernama Al-Hilly mengatakan: "Sahabat itu tidak semlranya bagus. Bahkan, dalam salah satu peperangan yang terkenal dengan perang Hunain, seluruh sahabat melarikan diri, kecuali l2 orang yang berkumpul di sekitar Rasulullatr Saw. Akhirnya turun ayat yang mengecam para sahabat dan mengatakan: 'Kemudian kalian lari semua,. Nah, ini menunjukkan bahwa sahabat itu tidak semuanya baik. Bahkan, kebanyakan sahabat lari dari pertempuran. Padahal, lari dari pertempuran itu merupakan dosa besar." Lawan bicara Ai-Hilly, Al-Fadhl, menjawabnya begini: "Peristiwa itu terjadi karena sudah dikehendaki oleh Allah Swt (ura had"ziht at-harb qadhaullah). Perang itu ialah ketentuan Allah untuk menunjukkan kepada Rasulullah Saw bahwa sebetulnya kekuatan Rasulullah tidak dibantu oleh para sahabat tetapi langsung oleh Allah Swt. Supaya orang tahu bahwa Rasulullah langsung dibantu oleh Allah, maka Allah menentukan agar para sahabat itu melarikan diri." Mengatakan bahwa "ini sudah takdir" adalah mereifikasi sesuatu ya:rg abstrak. Pembicaraan selesai sampai di situ jika kita mengatakan bahwa itu karena takdir Allah. 5. Argumentum od Verecundiom Berargumen dengan menggunakan otoritas, walaupun otoritas itu tidak relevan atau ambigu. Kata-kata di atas memang abstrak semua: otoritas: t7
  • 9. - releuan: dan ambigu. Otoritcts itu sesualu atau seseorang yang sudah diterima kebenarannya secara mutlak, seperti Al-Qur'an dan Rasulullah Saw. Ada orang yang menggunakan otoritas untuk membela paham dan kepentingannya sendiri. Dengan mengutip suatu peristiwa dalam sirah (perjalanan) Nabi, dia bermaksud membenarkan paham dan kepentingannya sendiri. Padahal, peristiwa yang dikutipnya itu belum tentu releunn dengan masalah atau tema yang sedang dibincangkan. kbih dari itu, petikan peristiwa srrah itu.juga bisa ditafsirkal berbeda oleh orang yang berbeda. Itulah yang kita maksudkan dengan otoritas yang ambigu atau taksa. Dengan demikian, salah besar Mengapa? Sebab, seringkali orang pertama memaksa lawan bicara untuk diam, tidak membantah, bahkan mengkafirkan yang membantah (dengan alasan membantah AI-Qur-an itu sendiri) setelah orang pertama itu dengan enaknya mengutip ayat dari Al-Qur'an. Padahal, andaipun lawan bicaranya ingin membantah, maka yang ditrantahnya itu bukan Al-Qur'an, melainkan penggunaan otoritas Al-Qur'an yang ditafsirkan seenaknya oleh orang pertama. 6. Follocy of Composition jika ada orang yang hendak mernbenarkan tindakannya dengan mengutip Sunnah Nabi. Suatu saat, di kampung saya, Cicalengka, ada orang yang memellhara ayam. Ayam petelor negeri itu berhasil mendatangkan uang banyak bagi si empunya. Melihat itu, dengan serta-merta seluruh Pasalnya, Sunnah Nabi itr-r sendiri mengundang pelbagai penalsiran dari kalangan lain yan€ berbeda paham alias ambigu. Apabila si A menyatakan bahwa ayat sekian dari surah sekian dalam Al-Qur'an rnenielaskar-r definisi perjuangan Qur'ani secara demikian, maka sebenarnya si A tadi telah melahukan kesalahan berpikir. Karena, ayat yang sama itu masih bisa ditafsirkan secara berlainan oleh pikiran orang lain. Saya pernah mengusulkan, jiha kita irendak menyebut otoritas, mestinya hita segera menambahkan frasa "menurut saya". Jacli, "Beginilah cara berjuang menurut Al-Qur'an, menurut saya." dijadikan modal berbisnis ayam. Akibatnya, semua penduduh kampung itu bangkrut lantaran merosotnya permintaan (demand) dan membludaknya pasokan barang (ouersuppLg). Masih cerita dari kampung saya, Cicalengka. Di kampung itu, ada seorang pemuda berkreasi mengubah motornya menjadi ojek. Kemudian, usaharrya booming. Melihat usaha pemuda ini boom, semua orang akhirnya membeli rnotor untuk diojek-kan. Akibatnya, karena lahan kerja ojek menjadi rebutan semua orang kampung, terjaclilah apa yang disebut dengan pouertg shartng, saling IB penduduk kampung menjual sawah untuk 19
  • 10. - berbagi kemiskinan. Semua itu karena clugaan bahwa terapi yang berhasil untuk satu orang pasti juga berhasil untuk semua orang. Inilah yang disebut .,fizllacg oJ composition. Contoh lainnya, ada seorang yang beragama dengan baik. Ia terkenal saleh dan jacli sarjana yang berhasil. Ia memusatkan perhatian untuk belajar agama sejak kecil sampai dia menjadi ulama. Sikapnya terhadap Islam ltiar biasa. Ia berjuang untuk Islam dan jadi ulama yang baik. Kesimpulannya, kalau begitu. semua orang harus dicetak menjadi ulama seperti dia. Padahal repot juga kalau semua jadi ulama. Siapa yang menjadi pendengarnya? Karena ulama biasanya tidak mau mendengar. Al-Qur'an memperingatkan agar ada segolongan di antara kita yang mempelajari agama, dan tidak ikut berperang. Dengan demikian, seakan-akan AlQur'an memperingatkan kita untuk tidak jatuh p ada JaLLacy oJ comp osition. 7. Circulor Reosoning Circttlar reasoning artinya pemikiran yang berputarputar; menggunakan konklusi (kesimpulan) untuk mendukung asumsi yang digunakan lagi untuk menuju konklusi semula. Misalnya, terjadi perdebatan tentang rendahnya prestasi intelektual umat Islam di Indonesia. Orang pertama membuktikan konklusi tersebut. clengan membanclingkan persentase mahasisrva Islam cli,Ln 20 non-Islam pada program 52 dan 53. Hasilnya, makin tinggi tingkat pendidikan, makin menurun trendkehadiran orang Islam di dalamnya. padahal, di tingkat sekolah dasar, persentase siswa Muslim adalah 950/o. Kesimpulannya, umat Islam di Indonesia menduduki posisi intelektual yalg rendah. La1u, orang kedua menyatakan bahwa hal ini terjadi lantaran orang-orang Islam diperlakukan tidak sederajat dengan orang-orang non-lslam. Jacli, ada perlakuan diskriminatif terhadap orang-orang Islam. Sampai-sampai, orang-orang Islam sering dicoret dari program-program pendidikan tinggi. Orang pertama menjarvab lagi, "ya, orang Islam itu dicoret karena orang meragukan kemampuan intelektualnya." Dengan jawabal ini, kita kembali pada pokok masalah. Akhirnya, perdebatan itu terus-menems berputar di sekitar itu. Inilah yang disebut circular reasontng. Saya sering menemukan cfrcular reasoning ini pada skripsi-skripsi mahasiswa ilmu sosial, karena saya belum tahu skripsi mahasiswa teknik. Saya sebetulnya tidak mau memberi contoh di Fakultas Komunikasi, karena itu adalah almamater saya. Di FISIP, misalnya, saya mengikuti sebuah sidalg. Ada mahasiswa yang mengemukakan hipotesis,' Apabila organisasi dikembangkan dengan baik, maka program transmigrasi akan berialan lancar." Ketika saya tanya, "Apa buktinya bahwa organisasi itu berjalan lancar." Jawab mahasiswa itu. ..Kalau programnya lancar, Pak." Saya tanya lagi, ..Kalau programnya lancar, apa artinya?" Dia menjawab, 21
  • 11. --'-----'--r-- "Artinya pengembangan organisasinya baik. " h-rilah contoh ctrcuLar reasoning. Ini sama saja seperti membuat hipotesis "apabila seorang manusia perempuan, maka dia pasti walita." Mitos-Mitos Sosiol l. Mitos Deviont Mitos ini berawal dari pandangan bahwa masyarakat itu stabil, statis, dan tidak berubahubah. Kalaupun terjadi perubahan, maka perubahan itu adalah penyimpangan dari sesuatu yang stabil. Mitos ini berkembang darl teori ilmu sosial yang disebut structural Juncttorualism (fungsionalisme stmktural). Menurut teori ini. kalau mau melihat perubahan sosial. kita hartts mau melihat struktur dan fungsi masyarakat. Pusat perhatian dari penggagas teori ini bulian pada dinamika sosial, tetapi pada statika sosial. Jadi, kalau ada social dgnamtcs (dinamika sosial) , maka harus ada socral stotlcs (statika sosial)1. Menurut para penganut teori ini, jika ada thermodinamika, maka harrs juga ada thermostatika. Saya pernah menggunakan analisis lungsional r-rntuk sebuah ceramarh tent:rnf hemiskinan di Mesiicl Isticlarmah, Banclturg, scrvaktu ntcs.jicl ilu nrasih l;isil clipal<ni rrr-rIrrl< "kc:Iiir1 art-ltr:.qiaIitn ilmiah". I)lrlarl ceramah itrr srtva rtrt'trvc:lrtttl<art bahwa kemiskinan itu fungsional, punya peran, dan berguna. Artinya, dalam struktur masyarakat, orang miskin itu punya satu struktur yang sangat penting. Kira-kira delapan fungsi orang miskin yang saya sebut waktu itu. Di antaranya, pertama, orang miskin berfungsi menge{akan pekerl'aal kotor. Kalau tidak ada orang miskin, siapa yang akan mengerjakan pekerjaan kotor itu? Kalau tidak ada orang miskin, keseluruhan masyarakat akan terkena penyakit. RedtLa, orang miskin berfungsi untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan berbahaya. Orang kaya tidak akan mau melakukan pekerjaan-pekerjaan berbahaya. Pekerjaan seperti menggali kapur di puncak bukit, menggali tambang dengan men1rusup ke bawah tanah, dan serupa itu hanya bisa dilaksanakan oleh orang-orang miskin. Kettga, orang-orang miskin berfungsi memberikan pekeriaan kepada kaum intelektual yang biasanya menggunakan LSM. Sekarang ini kemiskinan jadi komoditi yang bisa laku keras di pasaran internasional. Saya pernah diundang ke Hotel Evergreen, di Puncak. Di sana, saya membicarakan participatorg communication untuk mengatasi kemiskinan di pedesaan. Bujetnya ditanggung oleh Neumann Stifting. LSM-LSM dari berbagai tempat dikumpulkal waktu itu. Tentu, tidak seluruh t SM ikut di situ, karena kita tidak melak:ukan.fallacy oJ dramatic instance. Selain tiga fungsi tersebut, pada kesempatan ceramah di Mesjid Istiqamah itu saya sebutkan 22 )
  • 12. ----------'--' beberapa fungsi lain dari kemiskinan. Pokoknya, kemiskinan itu memiliki lungsi dalam struktur masyarakat. Kalau tidak ada orang miskin, maka struktur masyarakat akan rusak. Masyarakat tidak akan mencapai titik ekuilibrium dan akan terjadi disecluiltbitLm. Jika menggunakan analisis fungsional seperti ini, kita akan menjadi anti perubahan dan pro stal.us quo. Kita akan melihat perubarhan sebagai penyimpangan terhadap hal-hal yang sudah seimbang. Masalah pelacuran, misalnya, akan dikatakan memiliki Iungsi untuk mernelihara keluarga supaya suami-suami tidak mudah berpoligami. Kejahatan juga akan dikatakan mempunyai fungsi. Sebab, jika tidak ada kejahatal, apa gunanya polisi? Jadi, harus ada orang jahat, agar polisi dapat berkerja. Orang ahli maksiat pun akan dibiarkan saja supaya rnubalig menjadi contoh orang yang suci. Pada gilirannya, semua disim- pulkan mempunyai manfaat. Dari kaca mata analisis fungsionalisme struktural ini, perubahan dianggap sebagai fenomena deuiarrL menyimpang. 2 Pada kenyataannya, sebagai bantahan terhadap mitos ini, para ilmuwan alam mengemukakan bahwa tidak ada yang tidak berubah. Perubahan adalah hukum alam yang niscaya dan paling nyata. Dalam bahasa Alfred N. Whitehead. "Perubahan itu inheren dalam tabiat segala sesLlatu.":' Tidak mengenai persoalan manusia sebagai objek yang bergerak, lebih bermanfaat dan realistis daripada semua upaya menelaah manusia dalam kondisi imajiner yarlg mandeg."a Yang membedakan satu masyarakat dengan masyarakat yang lain hanyalah rate oJ change atau derajat perubahannya. Ada masyarakat yang berubah secara cepat dan ada yang secara lamban. Tetapi, seluruh masyarakat itu berubah. Ada seorang pemikir Cina yang mengatakan, "Setiap I00 tahun, terjadi perubahan kecil di Cina. Dan setiap 10.OOO tahun terjadi perubahan besar." Pokoknya, masyarakat Cina, walaupun terlihat lamban, sebetulnya mengalarni perubahan. Tidak ada sesuatu yang tetap. Seluruh masyarakat itu mengalami perubahan. Oleh sebab itu, fungsionalisme struktural sering mandul bila digunakan untuk menganalisis dinamika sosial. 2. Mitos Troumo Mitos ini mengatakan bahwa perubahan menimbulkan krisis emosional dan stres mental. Ada dua macam disintegrasi yang sering dibicarakan ilmuwan pendukung mitos ini dalam membahas rekayasa sosial; distntegrasi sosial dan dtsirutegrasi indtuidual. Setiap disintegrasi sosial arda selalu menimbulkan disintegrasi individual. masyarakat yang slatis dan ticlak pernah berubah. Bahkan, seperti kaLa Arnolcl Toynltee . "'lelaal"r Disintegrasi terjadi karena proses perubahan yang tidak seimbang. lerkecuali masyarakat. 24 Kar ena itu, ticlah 25
  • 13. William F. Ogburn dan Meyer F. Nimkoff mempunyai teori yang mereka sebr-rt cultural Laq (kesenjangan budaya). Culttral la-g terjerdi apabila perubahan pada satu aspek kebuclayaan tidak diikuti oleh perubahan pacia aspek kebudayaan yang lain. Dalarn kata-kata Ogburn, "Crlltttral lacl terjadi bila satu dari dua .j zrlinan kebuclayaan mengalami perubahan sebelum atau cialam derajat yang lebih besar ketimbang yang teriacli pacla yang lain, sehingga mengurangi persesua ian {aQjustment) yang telah ada antara kedualya."S Sebagai contoh, sebuah perusahaan melengkapi kantornya dengan fasilitas komputer canggih. Tetapi, pola kerja para karyawan tetap saja tidak sistemik. Akibatnya, komputer tak terpakai dan dipasang hanya untuk menunjukkan bonafiditas perusahaan. Ini artinya: telah terjadi cultural lag antara perubahan dalam bidang teknologi dan mental. Situasi seperti itu, menurllt Ogburn dan Nimkoff, dapat berdampak pada "krisis". Setiap perubahan selalu menimbulkan krisis. Dan orang akan bereaksi terhadap krisis. Oleh sebab itu, setiap perubahan sosial akan mengundang reaksi para anggota masyarakat. Reaksi ini akan mengakibatkan timbulnya masalah-masalah sosi al baru. Karena itu, menurut Ogburn dan Nimkoff, masalah sosial justru terjadi harena perubahan sosial. Orang berusaha melakul<an mekanisme pertahanan untuk menghaclapi trauma pertrbzrhan sosial. Ogburn dan Nimkoff melakul<an analisis 26 ! i i i I ii i I ll lll 11. I; fi I it t $l Il' ! [ir ir) i,l li i korelasional antara perubahan sosial dan peningkatan penderita penyakit jiwa. Ternyata, menurut mereka, ketika masyarakat berubah dengan cepat, jumlah penderita penyakit jiwa bertambah karena menqalami suasana traumatik.6 Menariknya, mentlrut sebuah penelitian lain, dalam sllasana perang, jumlah orang gila di rumah sakit menurun dratis. Saya ticlak tahu, apakah itu karena orang gilanya keburu ditembak sehingga tidak sempat dirawat di rumah sakit atau apa? Tetapi, menurut sebuah penelitian lain, pada situasi perang, orang lebih bisa dan tanggap menyesuaikan diri dengan perubahan ketimbang pada situasi damai. Mitos ini juga dibuktikan salah oleh beberapa penelitian mutakhir. Argumennya: pertama. setiap perubahan tidak an sich menimbulkan goncangan. Ada perubahan yang disambut dengan gembira. Banyak perubahan yang tidak menimbulkan trauma, malah diharapkan. pembahal akan ditolak l oleh anggota masyarakat apabila memenuhi beberapa persyaratan. Misalnya, apabila perubahan itu diduga mengancam basic securttu (rasa tenteram) yang sangat dasar. Apabila perubahan dianggap mengancam rasa aman, maka yang bersangkutal akan menentalg pembahan itu matimatian. Ketika menguraikan ayat, "Kami frtntnkan pada setiap katLm seseorang Aang memberi pertngatan, maka selaht saja orang kaya d-ari kaum itu mengatakan, 'Kamt kaJi"r dengan apa-apa Aang 27 L
  • 14. -----7-, dtttLrunkan Tuhan kepadantu."' (Dalam bahasa Arabnya, irrna bima urslltum biht LakaJtrun). Ali Syari'ati mengatakan bahwa semua orang kaya atau "kelompok kapitalis" bakal terrrs menentang segala bentuk perrrbahan. Sebaliknya, Murtadha Muthahhari mer-rgatakan bahwa penyebab penentalgan perubahan itu bukan saja kelompok kapitalis, tetapi juga setiap orang atau kelompok yalg menganggap pembahan akan mengancam stabilitas dan kemapanan stat'us quo. Jika ada kapitalis yang merasa bahwa perubahan akan menguntungkannya, dia tidak akan menen- tang perubahan itu. Jadi, inti masalah bukan terletak pada kapitalis atau proletarian, seperti analisis Karl Marx. Singkatnya, sesuatu itu ditentang karena diduga mengancam basic secttritg. Sekali lagi, ini bergantung persepsi individu yang bisa berbeda-beda. Sesuatu itu mengancam rasa aman atau tidak bergantung persepsi kita. Di kalalgan ilmu sosial ada yang disebut dengan LtJe change unit (LCU). LCU dihitung seca-ra kuantitatif untuk mencari penyebab stres pada orang. Seorang lelaki yang lama membujang lalu menikah akan mengalami LCU. Orang yang punya pekerjaan lalu kehilangan pekerjaannya, juga akan mengalami LCU. Oralg yang punya teman setia yang tiba-tiba mati, juga akan mengalami LCU. Semua orang akan mengalami LCU. LCU ini ada skornya yang dihitung secara matematis untuk menentukan "kadar" stres seseorang. 28 Anda pasti menderita stres besar apabila secara serentak ditinggal oleh pacar, dipecat dari pekerl'aan, diasingkal dari orangtua, atau dikeluar_ kan dari sekolah. Anda akan mengalami stres biasa apabila masalah Anda hanya ditinggal oleh pacar. Mungkin skor stres Anda hanya sepuluh. Tetapi, kalau masalah Anda itu ditambah dengan diusir dari sekolah, mungkin skor stres Anda akan bertambah limabelas atau duapuluh lima. Jika ditambah lagi dengan dipecat dari pekerjaan, akan bertambah dua puluh lima lagi menjadi lima puluh atau tujuh puluh lima. Walhasil, makin banyak LCU seseorang, makin stres dia. Teori ini mula_mula dikembangkan oleh I{a.ns Selye da-lam bukunya, The Stress oJ Life.? Namun, belakangan, teori Hans Selye itu dibantah oleh sejumlah pakar. Salah seorang yang membantahnya adalah Barbara Brown dalam bukurrya, Supermind. Dalam bukunya Superminditu, Barbara Brown mengungkap ca.ra-cara untuk mengefektilkan pikiran agar betul-betul jadi supermind (pikiran unggul). Salah satu yang dibahas dalam buku itu adalah masa-lah stres. Carl Rogers memuji buku ini sebagai salah satu buku terbaik soal stres. Menurut Barbara, stres tidak disebabkan oleh LCU, tapi lebih banyak oleh persepsi orang tentang LCU. Jadi, ada orang yang skor LCU-nya tinggi, bisi saja tidak mengalami stres. Juga, ada yang skor LCU-nya rendah, tapi menderita stres yang luar biasa. Pada kasus kedua, kata Barbara Brown.
  • 15. penderita mempersepsi skor renda}r itu sebagai satu peristiwa yang tragis dan dranratis sehingga ia akan merasakan perubahan itu sebagai sesuatu yang menakutkan. Kesimpulannya, tidah ada nrasala1t atau keadaan yang stress-ful (ntenimbr-rlkzin stres) di dunia ini. Yang menimbull<arn stres cii cir-rnia ini adalah diri kita sendiri. Lingkungan tidak menyebabkan stres; kitalah vang ntempersepsi lingkungal secara stressstr-rl a1,au penuh tekanan . Saya lama merenllng setelah membaca analisis Barbara Brown itu. Akhirnya, saya teringat pengalaman saya sendiri. Sebr-rt saja ini pengalaman orang tain. Alkisah. ada seseorang, si A, yang mendapat kesulitan karenar bemrusan dengan seseorang, si B. Seharian si A ini menghablskan seluruh waktunya untuk berumsan clengan si B, dari pagi buta hingga larut malam. Sementara itu, istri si A yang ada di rumah menjadi cemas luar biasa, tidak enak makan dan ticlak enak minum. Karena, sang istri membayangkan (mempersepsi) bahwa dalam bemrusan dengan si B, suamir-rya (si A) akan dipukuli, dianiaya, diteror oleh si B. Si A kemudian pulang tanpa kurang suatu apa. Si A 1.idak secemas istrinya yang mempersepsi bayangan-bayangan buruk tacli. Si A pulang dan pura-pura sakit di depan istrinya. Ketika pintu dibuka sang istri, si A mengelus ciacla dan berjalan terseok-seok hingga menyebabkan istrinya makin panik. Ketika kepanikal istrinya sudah memuncak, si A menunjukkan bahwa dirinya ticlak apa-apa. 30 I li' f, ii t ll i: t. Artinya, peristiwa yang begitu stress.,flulbagi sang istri ini malah dianggap sebagai hiburan oleh si A, sang suami. Ini sebuah contoh bahwa peristiwanya boleh jacli sama, skor LCU-nya sama; tetapi akibatnya pada seseorang bisa berbeda. Sfress,fui atau tidaknya seseorang akibat peristiwa yang sama bergantung bagaimana orang bersangkutan mempersepsi peristiwa itu. Istri si A mengalami stres berat karena terlaltr banyak menemui hal-hal yang tidak pasti. Oleh sebab itu, perubahan juga akan ditolak kalau terlalu banyak menunjukkan keticlakpastian. Semakin tidak pasti suatu perubahan, semakin ditolak ia. Tetapi, kalau per-ubatrar"r itu menunjukkan hal-hal yang pasti, orang akan cenderung menerimanya. Bila Anda berbicara tentang rekayasa sosial secara tidah pasti, orang ahan cendemng menolak Anda. Orang takut untuh menghadapi atau menjalani sesuatu yang tidak pasti atau yang tidak diketahui secara rinci. Mengapa, misalny2. [i1.a sering ketakr-rtan berada di sebuah kota asing? Karena, kita dihantui oleh berbagai ketidakpastian. Kita tidak paham rute. tidak hapal tempat-tempat emerqencLJ, tidak tahu arah angin, tidak memiliki pelindung, dan sebagain5,a. Orang asing yang menderita seperti itu bukan karena kota itu baru baginya, tapi karena di situ banyak unsllr keticlakpastian. Jacii, orang atau masyarakat akan menolak perubahan apabila, muncul hal-hal berikut: pertama. perubahan itu dlduga/dipersepsi mengancam bosrc 31
  • 16. { { securttA. Kedua, perubahan itu tidak dipahami dengan baik dan meliputi berbagai ketidakpastian' Ket@a, dirasakan adanya paksaan kepada mereka' Keempat, dianggap bertabrakan dengan nilai atau norma yang lebih tinggi. KeLima, tidak sesuai dengan kalkulasi rasional atau cost-beneJit ratio mereka' Sebaliknya, kalau menurut kalkulasi mereka perubahan itu cost-nya lebih banyak daripada benefit-nya, maka perubahan itu akal den$an mudah ditolak orang atau masYarakat.s Perubahan yan$ sering menimbulkan stres sosial ternyata adalah pembahan yang terlalu cepat atau terlalu lamban. Kalau perubahan itu terlalu lamban, orang akan bosan. Pada gilirannya, mereka akan jadi gelisah. Walhasil, terlalu cepat dan terlalu lamban sama-sama tidak dikehendaki.$ Catatan 1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Ide tentang dinamika dan statika dalam sistem sosial mula- mula diutirakan oleh August Comte (1798-1857)' Herbert Spencer (1820-1903) kemudian mengembangkannya dengan menganalogikan sistem sosial dan organisme biologis. Lebih lanjut, rujuk Piotr Sztompka, Sgstem and .Fl-rncfion, Academic Press, New York (N.Y.)' 1974' tewis, Talcott, "A Functional Theory of Change," dalam 'Social Change: Sources, Patterns and Consequences" yang ,diedit oleh A. Etzioni dan Eva Etzioni-Hale'"y, edlsi kedua' Free Press, N.Y. 1961, hlm. 3O-79. Whitehead, Alfred N., Science and the Modern World' Macmillan, N.Y., 1925' hlm. 179. To1.nbee, Arnold J., "sorokin's philosophy pf history", dalam ptiirtm A. Sorolcin in ReDieLD' yang diedit oleh P-J' Allen' Durham NC, Duke University Press, 1963, hlm. 8l' Ogburn, William F., On Culture and Social Changa University of Chicago Press, 1964, hlm. 86. Nimkoff, Meyer F., "Obstacles to Innovation," dalam ?echnologg and" Social Ctwnge yang diedit oleh Francis R' Allen' Hornell Hart, Delbert C. Miller, W.F. Ogburn, dan W'F' Nimkoff, Appleton N.Y., 1957' hlm. 56-7L Selye, Hans, The Stress o;l-L{fe, McGraw-Hill N.Y.' 1956' Watson, Goodwin, "Meeting Resistence"' dala:,:r._ Creating fu' cial Change, yang diedit oleh Ira Kaufman, Gerald ZalLrnart, Philip Kotler: Holt, Rinehart&Winston, N.Y., 1977' hlm' 610-618. oo 32 JrJ { i1 n