2. B. Teori Interaksi Simbolik (Symbolic Interaction Theory)
A. Sejarah Interaksionisme Simbolik
C. Tema dan Asumsi Interaksionisme Simbolik
D. Konsep Penting
TEORI INTERAKSI SIMBOLIK
3. A.
• Sejarah Interaksionisme Simbolik
Interaksionisme simbolik lahir pada dua universitas:
Universitas Iowa dengan tokoh Manford Kuhn dan
Universitas Chicago dengan tokoh George Herbert Mead.
Kedua universitas ini mengembangkan dua metode yang
berbeda.
Herbert Blummer (Universitas Chicago) menyatakan
bahwa studi mengenai manusia tidak dapat dilaksanakan
dengan menggunakan metode yang sama seperti yang
digunakan untuk mempelajari hal lainnya. Mahzab
Chicago mendukung penggunaan studi kasus dan sejarah
serta wawancara tidak terstruktur.
4. Sedangkan aliran dari Universitas Iowa
mengadopsi pendekatan kuantitatif dalam
studinya.
Mahzab Iowa beranggapan bahwa konsep
interaksionisme simbolik dapat
dioperasionalkan, dikuantifikasi, dan diuji,
dalam hal ini dikembangkan sebuah teknik
“kuesioner dua puluh pertanyaan sikap diri”.
5. B.
• Teori Interaksi Simbolik (Symbolic
Interaction Theory)
Simbol adalah representasi dari sebuah
fenomena, dimana simbol sebelumnya sudah
disepakati bersama dalam sebuah kelompok dan
digunakan untuk mencapai sebuah kesamaan
makna bersama.
Teori interaksi simbolik adalah hubungan antara
simbol dan interaksi. Menurut Mead, orang
bertindak berdasarkan makna simbolik yang
muncul dalam sebuah situasi tertentu.
Simbol Verbal
Simbol nonverbal
6. C.
• Tema dan Asumsi Interaksionisme
Simbolik
1. Pentingnya Makna Bagi Perilaku Manusia
Makna yang kita berikan pada simbol merupakan produk
dari hasil interaksi sosial dan menggambarkan
kesepakatan untuk menerapkan makna tertentu pada
simbol tertertu.
2. Pentingnya Konsep Mengenal Diri
Melalui interaksi dengan orang lain individu-individu akan
mengembangkan konsep dirinya sendiri. konsep diri ini
akan membentuk perilaku individu.
3. Hubungan Antara Individu Dengan Masyarakat
Manusia adalah mahkluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri, manusia senantiasa akan selalu menjalin
hubungan interaksi dengan masyarakat.
7. D.
• Konsep Penting
1. Pikiran (Mind)
Kemampuan untuk menggunakan simbol-simbol yang
signifikan untuk merespon apa yang kita lihat kemudian
untuk difikirkan dalam benak kita.
2. Diri (self )
Kemampuan untuk memahami diri sendiri dari perspektif
orang lain. Diri terbagi menjadi dua segi : • I
• Me
3. Masyarakat
Sebagai jejaring hubungan sosial yang diciptakan
manusia. Individu-individu terlibat didalam masyarakat
melalui perilaku yang mereka pilih secara aktif dan
suka rela.
8. TEORI MANAJEMEN
MAKNA TERKOORDINASI
2. Seluruh Dunia adalah Panggung Sandiwara
3. Asumsi-Asumsi Manajemen Makna Terkoordinasi
4. Hierarki dari Makna yang Terorganisasi
1. Teori Manajemen Makna Terkoordinasi
5. Koordinasi Makna: Mengartikan Urutan
6. Pengaruh terhadap Proses Komunikasi
7. Aturan dan Pola Berulang yang Tidak Diinginkan
8. Rangkaian Seimbang dan Rangkaian Tidak Seimbang
9. A.
• Teori Manajemen Makna Terkoordinasi
Manajemen makna terkoordinasi secara umum
merujuk pada bagaimana individu-individu
menetapkan aturan untuk menciptakan dan
menginterpretasikan makna, dan bagaimana
aturan-aturan tersebut terjalin dalam sebuah
percakapan di mana makna senantiasa
dikoordinasikan.
Cronen, Pearce, dan Haris menyebutkan :
“Teori CMM menggambarkan manusia sebagai
aktor yang berusaha untuk mencapai
koordinasi dengan mengelola cara-cara pesan
dimaknai.”
10. B.
• Seluruh Dunia adalah Panggung Sandiwara
Untuk mendeskripsikan pengalaman-pengalaman hidup,
Pearce dan Cronen menggunakan metafora “teater tanpa
sutradara.” Mereka yakin bahwa di dalam hidup,
sebagaimana teater, terdapat aktor-aktor yang mengikuti
semacam perilaku dramatis dan aktor-aktor lain akan
menghasilkan “kekacauan yang memiliki titik-titik pertalian
yang terpisah”.
Para teoritikus percaya bahwa dalam dunia teaterikal
ini, tidak ada seorang sutradara utama, melainkan beberapa
orang yang menunjuk dirinya sendiri sebagai sutradara,
yang berhasil untuk menjaga agar tidak terjadi kekacauan.
11. C.
• Asumsi-Asumsi Manajemen Makna
Terkoordinasi
1. Manusia Hidup Dalam Komunikasi
2. Manusia Saling Menciptakan Realitas Sosial
3. Transaksi Informasi Bergantung Kepada Makna
Pribadi Dan Interpersonal
Pearce berpendapat bahwa “komunikasi adalah,
dan akan selalu, menjadi lebih penting bagi manusia
dari yang seharusnya”.
Kepercayaan bahwa orang-orang saling menciptakan
realitas sosial mereka dalam percakapan disebut
sebagai konstruktivisme sosial.
Makna pribadi didefinisikan sebagai makna yang
dicapai ketika seseorang berinteraksi dengan yang lain
sambil membawa pengalaman-pengalamannya yang unik
ke dalam sebuah interaksi.
12. D.
• Hierarki dari Makna yang Terorganisasi
Teoritikus CMM mengemukakan enam level makna:
1. Level Isi
2. Tindak Tutur
3. Episode
4. Level Hubungan
5. Naskah Kehidupan
6. Pola budaya (arketipe)
14. E.
• Koordinasi Makna: Mengartikan Urutan
Koordinasi ada ketika dua orang berusaha untuk
mengartikan pesan-pesan yang berurutan dalam
percakapan mereka.
Ada tiga hasil yang mungkin muncul ketika dua
orang sedang berbincang: mereka mencapai
koordinasi, mereka tidak mencapai koordinasi,
dan mereka mencapai koordinasi pada tingkat
tertentu. Atau dengan kata lain: koordinasi
sempurna, koordinasi tidak sempurna, dan
koordinasi sebagian.
15. F.
• Pengaruh terhadap Proses Komunikasi
Koordinasi dipengaruhi oleh beberapa hal,
termasuk moralitas dan ketersediaan sumber
daya.
Pertama-tama, koordinasi mengharuskan
individu untuk menganggap tingkatan moral
yang lebih tinggi sebagai suatu hal yang
lebih penting.
Kedua, para teroritikus CMM membahas
mengenai sumber daya yang merujuk pada
“cerita, simbol, dan gambar yang digunakan
oleh orang untuk memahami dunia mereka.”
16. G.
• Aturan dan Pola Berulang yang Tidak
Diinginkan
Salah satu cara yang digunakan individu dalam
mengelola dan mengoordinasikan makna adalah dengan
penggunaan aturan.
Pearce dan Cronen mendiskusikan dua tipe aturan,
yakni konstitutif dan regulatif.
Aturan regulatif merujuk pada urutan tindakan
yang dilakukan oleh seseorang, menyampaikan apa yang
akan terjadi selanjutnya dalam sebuah percakapan.
Aturan regulatif merujuk pada urutan tindakan
yang dilakukan oleh seseorang, menyampaikan apa yang
akan terjadi selanjutnya dalam sebuah percakapan.
17. H.
• Rangkaian Seimbang dan Rangkaian Tidak
Seimbang
Rangkaian adalah kemampuan suatu level dalam
hierarki makna untuk berefleksi.
Rangkaian seimbang adalah aturan makna konsisten
di seluruh bagian rangkaian atau ketika rangkaian
berjalan secara konsisten melalui tingkatan-
tingkatan yang ada dalam hierarki.
18. Pada saat-saat tertentu, beberapa episode dapat
menjadi tidak konsisten dengan level-level yang
lebih tinggi di dalam hierarki yang ada.
Hal ini disebut rangkaian tidak seimbang di mana
aturan makna berubah-ubah di keseluruhan
rangkaian.