SlideShare a Scribd company logo
DND - 2004
Model Struktur Dalam Bintang
Persamaan diferensial yang dapat digunakan untuk
memecahkan persoalan struktur dalam bintang adalah,
dL(r)
dr
= 4 π r2
ρ εPers. (2-33) :
Pers. (2-3) :
r 2
G M(r)
=
− ρdr
dP
Pers. (2-4) : = 4 π r 2
ρ
dr
dM(r) (kesinambungan
massa)
(kesetimbangan
hidrostatik)
(pembangkit energi)
DND - 2004
= −
dT
dr
L(r)
4 π r2
3
4 ac T 3
κ
ρPers. (2-48) :
(kesetimbangan
pancaran)
(kesetimbangan
konveksi)Pers. (2-60) : = 1 −
dP
dr
1
γ
T
P
dT
dr
P = fungsi (ρ, T, komposisi kimia)
ε = fungsi (ρ, T, komposisi kimia)
κ = fungsi (ρ, T, komposisi kimia)
Parameter P, κ, dan ε diberikan oleh
Pers. (2-32) :
Pers. (2-7) :
Pers. (1-52) :
Persamaan untuk gradient temperatur bergantung pada
keadaan apakah di tempat tersebut terjadi konveksi
atau tidak.
DND - 2004
 Ketujuh pers. di atas harus dipecahkan secara
serempak
 Harga tetapan integrasi yang dihasilkan dari
pemecahan persamaan di atas dapat ditentukan
dari syarat batas berikut:
Di permukaan (r = R) : ρ = 0 dan T = 0
Di pusat (r = 0) : M(r) = 0 dan L(r) = 0
. . . . (2-61)
(2-62)
 Syarat batas bahwa rapat massa (ρ) dan
temperatur berharga nol hanyalah merupakan
hampiran saja.
ρ dan T dipermukaan jauh lebih kecil daripada
di pusat
DND - 2004
Jadi syarat batas itu tidak memberikan informasi
yang terperinci mengenai keadaan di lapisan bintang.
Tapi umumnya radius dan luminositas bintang
yang diperoleh dengan syarat batas hampiran
tersebut tidak berbeda jauh dari yang diperoleh
dengan menggunakan syarat batas sebenarnya.
Kecuali untuk beberapa hal khusus, misalnya di
bintang yang memiliki lapisan konveksi luar yang
cukup tebal.
Pemecahan persamaan di atas memberikan harga
semua parameter P, ρ, T, M(r) dan L(r) sebagai fungsi
r.
DND - 2004
 Pemecahan pers. struktur bintang dilakukan
dengan memberikan massa bintang dan komposisi
kimianya terlebih dahulu. Komposisi kimia
ditentukan oleh parameter :
X = jumlah gram hidrogen per gram materi
Y = jumlah gram helium per gram materi
Z = jumlah gram unsur lainnya per gram materi
Kadangkala Z harus dirinci lebih lanjut dalam
komponen-komponennya.
(2-63)
DND - 2004
Di permukaan bintang yaitu pada r = R, harga ρ = 0 dan
T = 0.
 Dalam hal ini kelima persamaan struktur bintang
dapat dituliskan dalam bentuk :
= 4 π r 2
ρ
dr
dM(r)
4 π r 2
ρ
dr =
dM(r)
 Untuk memecahkan persamaan struktur bintang
harga R ini harus diketahui terlebih dahulu.
 Akan lebih mudah apabila digunakan M(r) sebagai
variabel bebas sebagai pengganti r.
DND - 2004
Sehingga,
4 π r 4
G M(r)
= −
dM(r)
dP . . . . . . . .. . . . (2-64)
4 π r 2
ρ
1dr
dM(r)
= . . . . . . . .. . . . (2-65)
dL(r)
dM(r)
=
ε
. . . . . . . .. . . . . . . . (2-66)
3 κ L(r)
64 π 2
ac r4
T4
= −
dT
dM(r)
= 1 −
1
γ
P
T
dT
dP
. . . . . . (2-67)
. . . . . . . . (2-68)
DND - 2004
Syarat batasnya sekarang menjadi :
 Di permukaan (M(r) = M) :ρ = 0, T =0 . . . . . . (2-69)
 Di pusat (M(r) = 0) :r = 0, L(r)(r) =0 . . . . . . . . (2-70)
Dalam hal ini massa bintang M ditentukan terlebih
dahulu.
 Dengan memberikan harga M dan komposisi
kimianya, maka persamaan (2-63) s/d (2-68) serta
persamaan tambahan (2-7), (1-52) dan (2-32)
dapat dipecahkan dengan menggunakan syarat
batas (2-69) dan (2-70)
 Hasilnya adalah P, ρ, T, L(r) dan r sebagai fungsi
M(r)
DND - 2004
Contoh : Model bintang bermassa 1 M dan komposisi
kimianya seperti Matahari, pada tahap deret utama
dengan umur 4,27 x 109
tahun.
X
Lr
T
ρ
r
X
0,708
Lr
1,0575 L
T
15,910 x 106
ρ
159,93
r
0,96830 R
0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0
M/M
Batas Atas
Batas bawah
untuk semua
parameter
adalah nol
DND - 2004
Dengan memecahkan persamaan struktur bintang
dapat ditentukan :
 Luminositas (L) dan radius bintang (R)
 Dengan menggunakan persamaan
L = 4 π R2
σ Te
4
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2-71)
Dapat ditentukan temperatur effektif Te, sehingga
kedudukan bintang di diagram H-R dpt ditentukan.
 Untuk setiap harga M dan komposisi kimia tertentu
diperoleh satu harga L dan R (pemecahannya unik),
tidak ada harga L dan R lain yang memenuhi
persamaan tersebut. Teorema Voght-Russell
DND - 2004
Komposisi kimia pada awalnya seragam untuk seluruh
bintang. Akibat reaksi inti yang berlangsung di pusat
bintang, komposisi kimia sedikit demi sedikit berubah
 Pada saat tahap pembakaran hidrogen di pusat
bintang, hidrogen di pusat bintang sedikit demi
sedikit akan berkurang, sedangkan helium
bertambah
 Karena perubahan komposisi kimia ini, struktur
bintang pun berubah
 L, R dan juga Te berubah
 Kedudukan bintang di diagram H-R dari waktu
ke waktu juga akan berubah
DND - 2004
Perubahan struktur bintang bermassa besar (M ≈
60 M) akibat perubahan komposisi kimia
DND - 2004
Jadi dengan memecahkan persamaan struktur bintang
untuk waktu t yang berubah-ubah dan mengikuti
perubahan komposisi kimia akibat reaksi inti, kita
dapat mengikuti jejak evolusi bintang dalam diagram
H-R.
 Setiap titik pada jejak evolusi itu dapat diperoleh
dengan memecahkan persamaan struktur bintang
dengan lengkap
 Perhitungan setiap titik merupakan perhitungan
yang sangat rumit, dan untuk memndapatkan
jejak evolusi bintang diperlukan puluhan
bahkan ratusan titik.
 Perhitungannya sangat besar dan kompleks
DND - 2004
 A kedudukan bintang di deret utama, komposisi kimia msih
seragam (X, Y dan Z sama di seluruh bintang dari pusat
sampai permukaan)
 Selama evolusi dari A ke B dan ke C, hidrogen dipusat
bintang berkurang, sedangkan helium bertambah.
 Sesudah C, bintang bergerak dengan cepat dengan tempuhan
yang hampir horizontal ke sebelah kanan diagram H-R
H
F
K
G
E
D
B
Log Te4,2 4,0 3,8 3,6
3
4Log(L/L)
A
C
 Temperatur effektif menurun dengan cepat, sedangkan
luminositas hampir konstan.
 Radius bintang membesar dengan cepat, bintang menjadi
raksasa merah
Contoh jejak evolusi bintang bermassa M = 5 M dan
komposisi kimia X = 0,602, Y = 0,354 dan Z = 0,044
DND - 2004
Pada saat memecahkan persamaan struktur bintang,
disamping tekan gas, harus diperhitungkan juga
tekanan pancaran. Jadi,
P = Pgas + Ppancaran
. . . . . . . . . . . . . . . (2-72)
Dalam hal gas berlaku sebagai gas ideal, Pgas diberikan
oleh persamaan (2-7)
Pers. (2-7) :
µH
Pgas = ρ T
k
Bagaimanakah dengan tekanan pancaran ?
DND - 2004
Pancaran energi merupakan pancaran “butir energi”
atau kuanta. Dari teori kuantum :
 Sebuah kuanta dengan frekuensi ν mempunyai energi
sebesar hν
 Kuanta ini memiliki momentum sebesar hν/c (rumus
de Broglie)
 Dengan demikian suatu pancaran dengan energi
total E memiliki momentum sebesar E/c
DND - 2004
Tinjau suatu pancaran dengan rapat energi u (jumlah
energi per satuan volume)
 Misalkan pancaran jatuh tegak lurus pada
permukaan dengan luas A
 Jadi permukaan A ini setiap detiknya akan dilewati
energi sebesar u A c.
 Momentum yang diterima permukaan A setiap
detiknya adalah
u A c
c
= u A
Berarti pada permukaan
bekerja tekanan pancaran
sebesar u
DND - 2004
Apabila pancaran tidak hanya datang tegak lurus, tapi
juga dari berbagai arah dan pancarannya bersifat
isotrop, maka tekanan pancaran adalah,
1
3
Ppancaran = u . . . . . . . . . . . . . . . . . (2-73)
Dalam teori pancaran benda hitam dapat dibuktikan
bahwa rapat energi pancaran adalah,
4π
c
u = B(T) = T4
= a T4
4σ
c
. . . . . . . . . (2-74)
a = tetapan rapat pancaran = 7,568 x 10-15
(satuan cgs)
DND - 2004
Apabila di dalam bintang selain reaksi inti terjadi
pengerutan gravitasi, maka energi yang dihasilkan oleh
pengerutan gravitasi harus diperhitungkan, sehingga
persamaan (2-33)
dL(r)
dr
= 4 π r2
ρ εPers. (2-33) :
menjadi,
dL(r)
dr
= 4 π r2
ρ (εinti + εgravitasi) . . . (2-76)
Jadi,
1
3
Ppancaran = a T4 . . . . . . . . . . . . . (2-75)
Pada temperatur yang tinggi tekanan pancaran dapat
melibihi tekanan gas
DND - 2004
Materi Terdegenerasi dan Bintang Katai Putih
Materi di dalam bintang pada umumnya dapat
dianggap sebagai gas ideal, sehingga pada materi
tersebut berlaku persamaan gas ideal yaitu,
Pers. (2-7) :
µH
Pgas = ρ T
k
Persamaan ini dapat diturunkan dari teori kinetik gas
klasik. Dalam hal ini distribusi kecepatan partikel
dinyatakan oleh Hukum Maxwell-Boltzmann
DND - 2004
Menurut hukum Maxwell-Boltzmann, jumlah partikel
per cm3
yang bergerak dengan momentum linier antara
p dan p + dp adalah,
. . (2-77)
N adalah jumlah partikel per cm3
, m massa partikel dan
k tetapan Boltzmann
Np dp = exp 4 π p2
dp
N
(2 π m k T)3/2
- p2
2 m k T
DND - 2004
Pada ρ >> atau pada T << sifat gas dpt menyimpang
dari sifat yang diturunkan
dari teori gas klasik
Penyimpangan ini merupakan akibat dari prinsip larangan
Pauli
Prinsip larangan Pauli :
Keadaan suatu partikel gas pada suatu saat dapat
dinyatakan dalam koordinat enam dimensi yaitu,
 Tiga koordinat ruang x, y dan z
 Tiga koordinat momentum px, py dan pz
DND - 2004
Dalam ruang fasa, setiap saat partikel berada di suatu
titik tertentu. Titik ini menyatakan harga x, y, z, px, py
dan pz pada saat tersebut.
Hal ini benar menurut teori klasik, tetapi
menurut teori kuantum hal ini tidak benar.
Teori ketidakpastian Heisenberg menyatakan bahwa
pada setiap saat kedudukan partikel dalam ruang fasa
ternyata tidak pasti.
Ketidakpastiannya dalam setiap sumbu koordinat
∆x, ∆y, ∆z, ∆px, ∆py, dan ∆pz
DND - 2004
Dalam hal ini berlaku,
∆x ∆px, ∼ h
∆y ∆py, ∼ h
∆z ∆pz, ∼ h
Jadi setiap saat kedudukan partikel dalam ruang fasa
tidak dapat digambarkan sebagai titik melainkan
sebagai suatu daerah ketidakpastian dengan volume 6
dimensi sebesar,
∆x ∆y ∆z ∆px ∆py ∆pz ∼ h3
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2-78a)
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2-78b)
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2-78c)
. . . (2-79)
DND - 2004
Daerah ketidakpastian ini disebut sel. Sedangkan
partikel yang kita tinjau dapat berupa elektron bebas
atau ion.
 Jika kita misalkan partikel
tersebut adalah elektron
bebas, maka menurut
prinsip larangan Pauli, di
dalam setiap sel tidak dapat
ditempatkan lebih dari dua
elektron (kedua elektron itu
harus mempunyai spin
yang berlawanan).
DND - 2004
Sekarang kita tinjau elektron dalam ruang sebesar 1
cm3
∆x ∆y ∆z ∆px ∆py ∆pz ∼ h3
. . . . . . . . . . . . . . . (2-80)
1 1 1
sehingga ∆px ∆py ∆pz ∼ h3
Elektron hanya berada dalam ruang momentum saja
Dalam ruang momentum, elektron
yang mempunyai momentum
antara p dan p + dp menempati
suatu unsur kulit bola dengan
radius p dan tebal dp
p
dp
DND - 2004
p
dp
Volume unsur kulit bola ini adalah,
V = 4π p2
dp
Karena volume setiap sel adalah h3
(lihat pers. 2-80), maka di dalam
unsur kulit bola itu terdapat sel
sebanyak
h3
4π p2
dp
Karena di dalam setiap sel paling banyak hanya terdapat
dua elektron, maka jumlah elektron per cm3
yang
momentumnya antara p dan p + dp < 2 x (4π p2
dp/h3
)
DND - 2004
Jadi Np dp ≤
h3
8π p2
dp . . . . . . . . . . . . . . . (2-81)
Apabila Np dp yang dinyatakan oleh pers. (2-77)
Np dp = exp 4 π p2
dp
N
(2 π m k T)3/2
- p2
2 m k T
memenuhi ketidaksamaan (2-81), maka berlakulah
hukum Maxwell-Boltzmann, tetapi apabila tidak, maka
hukum Makwell-Boltzmann tidak berlaku karena akan
melanggar prinsip larangan Pauli.
Teori kinetik gas klasik tidak berlaku lagi dan gas
elektron dikatakan berada dlm keadaan terdegenerasi.
DND - 2004
Np dp = exp 4 π p2
dp
N
(2 π m k T)3/2
- p2
2 m k T
Dari pers. (2-77) :
Np dp ≤
h3
8π p2
dp
dan pers. (2-81) :
dapat ditunjukkan bahwa gas elektron terdegenerasi
apabila,
Ne > (2π m k T)3/2
h3
2
. . . . . . . . . . . . . . . (2-82)
Ne adalah jumlah elektron bebas per cm3
DND - 2004
Misalkan elektron bebas tersebut berada dalam gas
yang rapat massanya ρ dan berat molekul rata-rata
didefinisikan sebagai (lihat pers. 2-6),
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2-83)µe =
Ne H
ρ
H adalah massa atom Hidrogen.
Dengan memasukan pers. (2-83) ke pers. (2-82),
Pers. (2-82) : Ne > (2π m k T)3/2
h3
2
DND - 2004
ρ > (2π m k T)3/2
μe H = 8,1 x 10-9
μe T3/2
h3
2
syarat elektron terdegenerasi menjadi,
. . . (2-84)
Apabila ρ >> 8,1 x 10-9
μe T3/2
, gas akan terdegenerasi
dan kita katakan elektron dalam keadaan terdegenerasi
sempurna. Dalam hal ini jumlah elektron dengan
momentum sudut antara p dan p + dp adalah,
Np dp = dp
8 π p2
h3
Np dp = 0
untuk p ≤ po
untuk p > po
. . . . . . . (2-85)
po disebut momentum Fermi
DND - 2004
Dalam keadaan terdegenerasi sempurna pers. (2-85)
menggantikan persamaan (2-77)
Np dp = exp 4 π p2
dp
N
(2 π m k T)3/2
- p2
2 m k T
Pers. (2-77) :
Np dp = dp
8 π p2
h3
Np dp = 0
untuk p ≤ po
untuk p > po
Pers. (2-85) :
Harga po ditentukan oleh harga Ne.
 makin besar Ne (elektron makin dihimpitkan), po
juga makin besar.
DND - 2004
Hal ini dapat diperlihatkan sebagai berikut :
0
∞
Ne dp = Np dp . . . . . . . . . . . . . . . . . (2-86)
dengan memasukan per. (2-85)
ke pers (2-86) diperoleh,
Np dp = dp
8 π p2
h3
untuk p ≤ poPers. (2-85) :
po =
3 h3
Ne
8 π
1/3
. . . . . . . . . . . . . . . . . (2-87)
Buktikan !!!
DND - 2004
Berdasarkan teori kinetik gas, tekanan diberikan oleh
persamaan,
. . . . . . . . . . . . . . . . . (2-88)
0
∞
P = Np dp
1
3
p2
m
Apabila harga Np dp yang diberikan oleh pers. Maxwell
Boltzmann (pers. 2-77) dimasukan ke pers. (2-88), maka
akan diperoleh pers. keadaan gas ideal yaitu,
P = N k T
DND - 2004
Untuk gas elektron yang terdegenerasi sempurna,
tekanan oleh elektron bebas dapat ditentukan dengan
memasukan
Np dp = dp
8 π p2
h3
untuk p ≤ poPers. (2-85) :
0
∞
P = Np dp
1
3
p2
m
ke Pers. (2-88) :
Kemudian integrasikan, dan dengan menggunakan
po =
3 h3
Ne
8 π
1/3
Pers. (2-87) :
DND - 2004
Buktikan !!!
Pe = Ne
5/3
3
π8
h2
5 m
2/3
. . . . . . . . . . . . (2-89)
akan diperoleh persamaan,
Selanjutnya subtitusikan (2-83) : ke pers.
(2-89), maka akan diperoleh,
µe =
Ne H
ρ
. . . . . . (2-90)Pe = ρ 5/3
3
π8
h2
5 m H 5/3
2/3 1
μe
5/3
Dari pers. ini dapat dilihat bahwa tekanan elektron
terdegenerasi sempurna tidak bergantung pada
temperatur. Hal ini berbeda dengan gas ideal.
DND - 2004
Dalam hal elektron tidak terdegenarasi sempurna (ρ >
8,1 x 10-9
μe T 3/2
jadi bukan ρ >> 8,1 x 10-9
μe T 3/2
),
tekanan elektron terdegenerasi adalah,
Pe =
ρ k T
μe H F1/2(ψ)
2
3
F3/2(ψ)
. . . . . . . . . . . . . . (2-91)
F3/2(ψ) dan F1/2(ψ) adalah integral Fermi-Dirac yang
merupakan fungsi yang rumit dari Ne dan T.
Untuk ψ << 0, maka
F1/2(ψ)
2
3
F3/2(ψ)
= 1
DND - 2004
Pers. (2-90) : Pe = ρ 5/3
3
π8
h2
5 m H 5/3
2/3 1
μe
5/3
Sedangkan apabila ψ >> 0, pers (2-91) menjadi pers. (2-
90)
Apabila pers. ini dimasukan ke pers. (2-91), akan
diperoleh persamaan gas ideal
Pe =
ρ k T
μe H F1/2(ψ)
2
3
F3/2(ψ)
= 1
ρ k T
μe H
=
Pe =
ρ k T
μe H F1/2(ψ)
2
3
F3/2(ψ)
Pers. (2-91) :
DND - 2004
Tekanan gas merupakan gabungan antara tekanan ion
dan tekanan elektron.
 Untuk suatu ρ dan T, ion umumnya mempunyai
momentum yang jauh lebih besar daripada eletron.
ion menempati ruang fasa yang jauh lebih besar.
jumlah sel yang terkandung di dalamnya juga
jauh lebih besar daripada elektron.
jadi ion berada dalam keadaan jauh kurang
terdegenerasi daripada elektron
DND - 2004
 Akibatnya, walaupun elektron berada dalam
keadaan sangat terdegenerasi, ion-ion masih bersifat
gas ideal. Jadi
. . . . . . . (2-92)Pgas = +
k T
H F1/2(ψ)
2
3
F3/2(ψ)1
μi
1
μe
Apabila ψ >> 0, tekanan ion dapat diabaikan
apabila kita tidak memerlukan ketelitian yang tinggi
 Dalam hal ini hampir seluruh tekanan diberikan
oleh elektron yang terdegenerasi.
DND - 2004
Masih ingatkah anda apa yang disebut dengan bintang
katai putih ?
Dalam diagram H-R, bintang katai putih ini terletak
dibagian kiri bawah.
Bintang katai putih ini
temperaturnya sangat
tinggi, tetapi luminosi-
tasnya rendah
Radius bintang kecilDari pers. L = 4 π R2
σ Te
4
DND - 2004
Salah satu contoh bintang katai putih adalah bintang
Sirius B, yang merupakan pasangan bintang ganda
Sirius A.
Sirius-A
Sirius-B
Sirius Bintang ganda dengan periode
≈ 50 tahun
Bintang Sirius yang paling terang
disebut Sirius A, sedangkan
pasangannya yang lemah disebut
Sirius-B
Dalam panjang gelombang visual, Sirius-A 10 000 kali
lebih terang daripada Sirius-B
DND - 2004
Sirius A : mv = -1,58 ; Mv = 1,3 ; Mbol = 0,97 ; M = 2,28 M ;
Sp. A1
Sirius B : mv = 8,44 ; Mv = 11,3 ; Mbol = 11,25 ; M = 0,98
M ; Sp. A5 Dilihat dari massanya, Sirius-B
merupakan bintang yang menyerupai
Matahari
Tetapi apabila kita masukan data di
atas ke pers.
Mbol - Mbol = -2,5 log L/L
Maka diperoleh bahwa luminositas
Sirius-B 409 kali lebih lemah daripada
luminositas Matahari.
DND - 2004
Jika dilihat spektrumnya,
 Sirius B : Kelas A5
 Matahari : Kelas G2
Sirius B sekitar 8 500 K
lebih panas dari Matahari
Oleh karena luminositas Sirius B = 1/409 L dan
Temperaturnya lebih panas dari Matahari, maka dari
pers.
L = 4 π R2
σ Te
4
Diperoleh bahwa radius Sirius-B lebih kecil dari
radius Matahari. Dari perhitungan diperoleh bahwa
RSirius-B = R ≈ 2,5 kali radius Bumi
1
43
DND - 2004
Karena massa Sirius-B diketahui, yaitu 0,98 M maka
kerapatannya dapat dihitung yaitu,
ρ = = 1,1 x 105
gr/cm3
3 M
4 π R3
Kerapatannya sangat menakjubkan !
Cara lain untuk menguji kemampatan bintang katai
putih adalah dengan teori gravitasi Einstein.
Karena massa bintang katai putih sangat besar dan
radiusnya kecil, maka medan gravitasi dipermukaan
bintang katai putih sangat besar.
 Seorang yang beratnya di Bumi 60 kg,
dipermukaan katai putih beratnya bisa lebih dari
3000 ton)
DND - 2004
Berdasarkan teori Einstein, pancaran dengan panjang
gelombang λ akan bergeser panjang gelombangnya
menjadi λ + ∆λ, dengan
∆λ = λ
G M
c2
R
. . . . . . . . . . . . . . . . . . (2-93)
Jadi pancaran tersebut akan tampak lebih merah dari
seharusnya. Peristiwa ini disebut sebagai pergeseran
merah gravitasi.
DND - 2004
Bintang katai putih adalah bintang yang berada dalam
tahap akhir evolusi.
 Di pusat bintang tidak ada reaksi inti yang
berlangsung.
 Sebagian besar hidrogen sudah habis, komposisi
kimianya hampir seluruhnya terdiri dari unsur
yang lebih berat.
 Karena temperaturnya yang sangat tinggi, hampir
semua gas berada dalam keadaan terionisasi.
Apabila bintang katai putih seluruhnya terdiri dari
unsur berat yang terionisasi sempurna, maka μe pada
pers. (2- 83)
µe = = 2
Ne H
ρ
DND - 2004
Apabila temperatur rata-rata bintang katai putih
adalah T = 106
K, maka menurut pers. (2-84), elektron
dalam bintang katai putih akan terionisasi sempurna
apabila,
ρ > 8,1 x 10-9
μe T3/2
= 16,2 gram/cm3
Bintang katai putih, kerapatannya jauh dari kerapatan
di atas. Contoh bintang Sirius-B, ρ = 1,1 x 105
gr/cm3.
Di dalam bintang katai putih, seluruh elektron
berada dalam keadaan terdegenerasi sempurna.
DND - 2004
Bintang katai putih berada dalam keadaan mantap,
karena tekanan elektron terdegenerasi dapat
mengimbangi tekanan akibat gaya gravitasi
 Dalam keadaan setimbang ini radius bintang katai
putih dapat ditentukan apabila massanya M
diketahui.
 Hubungan massa dengan radius bintang katai putih
ini pertama kali ditentukan oleh S. Chandrasekhar.
 Makin besar massa bintang katai putih, makin
kecil radiusnya
 Menurut Chandrasekhar, apabila massa bintang
katai putih lebih besar daripada suatu harga kritis,
yaitu
DND - 2004
Mc = 5,756 μe
-2
M . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2-94)
maka tekanan elektron terdegenerasi tidak akan
mampu lagi menahan pengerutan
 bintang tidak akan mantap dan terus mengkerut
menjadi bintang neutron atau lubang hitam
(black hole)
Batas massa yang diberikan pada pers. (2-94) disebut
batas Chandrasekhar. Untuk μe = 2, batas
Chandrasekhar adalah 1,44 M
 Dari hasil pengamatan, massa bintang katai putih
lebih kecil dari batas Chandrasekhar.

More Related Content

What's hot

Ppt.termodinamika entropi-dan-hk-kedua
Ppt.termodinamika entropi-dan-hk-keduaPpt.termodinamika entropi-dan-hk-kedua
Ppt.termodinamika entropi-dan-hk-kedua
Husain Anker
 
Astronomi fisika bab i va
Astronomi fisika bab i vaAstronomi fisika bab i va
Astronomi fisika bab i va
eli priyatna laidan
 
Ekspansi multipole
Ekspansi multipoleEkspansi multipole
Ekspansi multipole
Merah Mars HiiRo
 
Atom berelektron banyak
Atom berelektron banyakAtom berelektron banyak
Atom berelektron banyak
SMA Negeri 9 KERINCI
 
Dalil Malus
Dalil MalusDalil Malus
Dalil Malus
Gressi Dwiretno
 
Peluruhan alfa
Peluruhan alfaPeluruhan alfa
Peluruhan alfa
Samms H-Kym
 
Fismat chapter 4
Fismat chapter 4Fismat chapter 4
Fismat chapter 4
MAY NURHAYATI
 
02 listrik statis 2
02 listrik statis 202 listrik statis 2
02 listrik statis 2
Ari Yanti
 
Tokoh-Tokoh Fisika Setiap Periode Perkembangan
Tokoh-Tokoh Fisika Setiap Periode PerkembanganTokoh-Tokoh Fisika Setiap Periode Perkembangan
Tokoh-Tokoh Fisika Setiap Periode Perkembangan
Rosiana Hombing
 
Pdp jadi
Pdp jadiPdp jadi
Pdp jadi
wahyuddin S.T
 
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
eli priyatna laidan
 
Hubungan energi dan momentum relativistik
Hubungan energi dan momentum relativistikHubungan energi dan momentum relativistik
Hubungan energi dan momentum relativistik
SMA Negeri 9 KERINCI
 
4.hukum gauss
4.hukum gauss4.hukum gauss
4.hukum gauss
Muhammad Nur Fikri
 
Laporan Modulus Puntir (M4)
Laporan Modulus Puntir (M4)Laporan Modulus Puntir (M4)
Laporan Modulus Puntir (M4)
GGM Spektafest
 
Perbedaan fisika klasik dengan fisika kuantum
Perbedaan fisika klasik dengan fisika kuantumPerbedaan fisika klasik dengan fisika kuantum
Perbedaan fisika klasik dengan fisika kuantumSmile Fiz
 
Material semikonduktor
Material semikonduktor Material semikonduktor
Material semikonduktor Heru Dermawan
 
Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)
kemenag
 
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
Ridlo Wibowo
 
Elektronika Analog - Semikonduktor
Elektronika Analog - SemikonduktorElektronika Analog - Semikonduktor
Elektronika Analog - Semikonduktor
fiernadr
 
Atom hidrogen
Atom hidrogenAtom hidrogen
Atom hidrogenjacksfive
 

What's hot (20)

Ppt.termodinamika entropi-dan-hk-kedua
Ppt.termodinamika entropi-dan-hk-keduaPpt.termodinamika entropi-dan-hk-kedua
Ppt.termodinamika entropi-dan-hk-kedua
 
Astronomi fisika bab i va
Astronomi fisika bab i vaAstronomi fisika bab i va
Astronomi fisika bab i va
 
Ekspansi multipole
Ekspansi multipoleEkspansi multipole
Ekspansi multipole
 
Atom berelektron banyak
Atom berelektron banyakAtom berelektron banyak
Atom berelektron banyak
 
Dalil Malus
Dalil MalusDalil Malus
Dalil Malus
 
Peluruhan alfa
Peluruhan alfaPeluruhan alfa
Peluruhan alfa
 
Fismat chapter 4
Fismat chapter 4Fismat chapter 4
Fismat chapter 4
 
02 listrik statis 2
02 listrik statis 202 listrik statis 2
02 listrik statis 2
 
Tokoh-Tokoh Fisika Setiap Periode Perkembangan
Tokoh-Tokoh Fisika Setiap Periode PerkembanganTokoh-Tokoh Fisika Setiap Periode Perkembangan
Tokoh-Tokoh Fisika Setiap Periode Perkembangan
 
Pdp jadi
Pdp jadiPdp jadi
Pdp jadi
 
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
 
Hubungan energi dan momentum relativistik
Hubungan energi dan momentum relativistikHubungan energi dan momentum relativistik
Hubungan energi dan momentum relativistik
 
4.hukum gauss
4.hukum gauss4.hukum gauss
4.hukum gauss
 
Laporan Modulus Puntir (M4)
Laporan Modulus Puntir (M4)Laporan Modulus Puntir (M4)
Laporan Modulus Puntir (M4)
 
Perbedaan fisika klasik dengan fisika kuantum
Perbedaan fisika klasik dengan fisika kuantumPerbedaan fisika klasik dengan fisika kuantum
Perbedaan fisika klasik dengan fisika kuantum
 
Material semikonduktor
Material semikonduktor Material semikonduktor
Material semikonduktor
 
Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)Model inti atom (asti dewi n.)
Model inti atom (asti dewi n.)
 
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
Solusi Soal Olimpiade Astronomi Tingkat Provinsi 2014
 
Elektronika Analog - Semikonduktor
Elektronika Analog - SemikonduktorElektronika Analog - Semikonduktor
Elektronika Analog - Semikonduktor
 
Atom hidrogen
Atom hidrogenAtom hidrogen
Atom hidrogen
 

Viewers also liked

Bab i vb
Bab i vbBab i vb
Bab 2b. bagian dalam bintang b
Bab 2b. bagian dalam bintang bBab 2b. bagian dalam bintang b
Bab 2b. bagian dalam bintang b
eli priyatna laidan
 
Astronomi fisika bab ii
Astronomi fisika bab iiAstronomi fisika bab ii
Astronomi fisika bab ii
eli priyatna laidan
 
Astro benda langit
Astro benda langitAstro benda langit
Astro benda langit
eli priyatna laidan
 
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnyaBeberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
kipanji
 
Peredaran benda langit
Peredaran benda langitPeredaran benda langit
Peredaran benda langit
salbiyah
 
Mekanika benda langit_rinto_anugraha
Mekanika benda langit_rinto_anugrahaMekanika benda langit_rinto_anugraha
Mekanika benda langit_rinto_anugrahaSyamsud Dhuha
 
Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)
Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)
Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)
kipanji
 
Perubahan kenampakan bumi
Perubahan kenampakan bumiPerubahan kenampakan bumi
Perubahan kenampakan bumiDzuljrx
 
Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1
Maya Umami
 

Viewers also liked (10)

Bab i vb
Bab i vbBab i vb
Bab i vb
 
Bab 2b. bagian dalam bintang b
Bab 2b. bagian dalam bintang bBab 2b. bagian dalam bintang b
Bab 2b. bagian dalam bintang b
 
Astronomi fisika bab ii
Astronomi fisika bab iiAstronomi fisika bab ii
Astronomi fisika bab ii
 
Astro benda langit
Astro benda langitAstro benda langit
Astro benda langit
 
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnyaBeberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
 
Peredaran benda langit
Peredaran benda langitPeredaran benda langit
Peredaran benda langit
 
Mekanika benda langit_rinto_anugraha
Mekanika benda langit_rinto_anugrahaMekanika benda langit_rinto_anugraha
Mekanika benda langit_rinto_anugraha
 
Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)
Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)
Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)
 
Perubahan kenampakan bumi
Perubahan kenampakan bumiPerubahan kenampakan bumi
Perubahan kenampakan bumi
 
Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1
 

Similar to Bab 2c. bagian dalam bintang c

Bab 2a. bagian dalam bintang a
Bab 2a. bagian dalam bintang aBab 2a. bagian dalam bintang a
Bab 2a. bagian dalam bintang a
eli priyatna laidan
 
Materi ajar 5 (spektroskopi bintang)
Materi ajar 5 (spektroskopi bintang)Materi ajar 5 (spektroskopi bintang)
Materi ajar 5 (spektroskopi bintang)
Annisa Khoerunnisya
 
Bab ii atom hidrogen
Bab ii atom hidrogenBab ii atom hidrogen
Bab ii atom hidrogen
Dwi Karyani
 
Astronomi fisika bab va
Astronomi fisika bab vaAstronomi fisika bab va
Astronomi fisika bab va
eli priyatna laidan
 
Fotometri 1 - asal muasal garis absorbsi.pptx
Fotometri 1 - asal muasal garis absorbsi.pptxFotometri 1 - asal muasal garis absorbsi.pptx
Fotometri 1 - asal muasal garis absorbsi.pptx
IfanIfan15
 
3.ikatan kristal(kuliah 2)
3.ikatan kristal(kuliah 2)3.ikatan kristal(kuliah 2)
3.ikatan kristal(kuliah 2)
Setiabudi Bagoes
 
Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Materi ajar 2 (huk. pancaran)Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Annisa Khoerunnisya
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii hukum pancaran
Bab ii hukum pancaranBab ii hukum pancaran
Bab ii hukum pancaran
eli priyatna laidan
 
Hukum kepler
Hukum keplerHukum kepler
Hukum kepler
Annisa Khoerunnisya
 
Atom hidrogen-final-doc2
Atom hidrogen-final-doc2Atom hidrogen-final-doc2
Atom hidrogen-final-doc2
Khoirunnisa Luthfi
 
Penerapan Igt Dalam Koordinat Tabung
Penerapan Igt Dalam Koordinat TabungPenerapan Igt Dalam Koordinat Tabung
Penerapan Igt Dalam Koordinat TabungSubhan Sabar
 
1. persamaan schrodinger
1. persamaan schrodinger1. persamaan schrodinger
1. persamaan schrodinger
Kustanto Kustanto
 
koordinat tabung dan bola
koordinat tabung dan bolakoordinat tabung dan bola
koordinat tabung dan bola
linda_rosalina
 
Polar Coordinates & Polar Curves
Polar Coordinates & Polar CurvesPolar Coordinates & Polar Curves
Polar Coordinates & Polar Curves
Diponegoro University
 
Bab 7 Struktur Elektron Atom
Bab 7 Struktur Elektron AtomBab 7 Struktur Elektron Atom
Bab 7 Struktur Elektron Atom
Jajang Sulaeman
 
Fisika Atom
Fisika AtomFisika Atom
Fisika Atom
fahmimn21
 
147032576 makalah-scrodinger-fisika-modern-mipa-fisika
147032576 makalah-scrodinger-fisika-modern-mipa-fisika147032576 makalah-scrodinger-fisika-modern-mipa-fisika
147032576 makalah-scrodinger-fisika-modern-mipa-fisikaOperator Warnet Vast Raha
 
3 medan listrik 2
3 medan listrik 23 medan listrik 2
3 medan listrik 2
Simon Patabang
 
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDAAstronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
nurulmtech
 

Similar to Bab 2c. bagian dalam bintang c (20)

Bab 2a. bagian dalam bintang a
Bab 2a. bagian dalam bintang aBab 2a. bagian dalam bintang a
Bab 2a. bagian dalam bintang a
 
Materi ajar 5 (spektroskopi bintang)
Materi ajar 5 (spektroskopi bintang)Materi ajar 5 (spektroskopi bintang)
Materi ajar 5 (spektroskopi bintang)
 
Bab ii atom hidrogen
Bab ii atom hidrogenBab ii atom hidrogen
Bab ii atom hidrogen
 
Astronomi fisika bab va
Astronomi fisika bab vaAstronomi fisika bab va
Astronomi fisika bab va
 
Fotometri 1 - asal muasal garis absorbsi.pptx
Fotometri 1 - asal muasal garis absorbsi.pptxFotometri 1 - asal muasal garis absorbsi.pptx
Fotometri 1 - asal muasal garis absorbsi.pptx
 
3.ikatan kristal(kuliah 2)
3.ikatan kristal(kuliah 2)3.ikatan kristal(kuliah 2)
3.ikatan kristal(kuliah 2)
 
Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Materi ajar 2 (huk. pancaran)Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Materi ajar 2 (huk. pancaran)
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Bab ii hukum pancaran
Bab ii hukum pancaranBab ii hukum pancaran
Bab ii hukum pancaran
 
Hukum kepler
Hukum keplerHukum kepler
Hukum kepler
 
Atom hidrogen-final-doc2
Atom hidrogen-final-doc2Atom hidrogen-final-doc2
Atom hidrogen-final-doc2
 
Penerapan Igt Dalam Koordinat Tabung
Penerapan Igt Dalam Koordinat TabungPenerapan Igt Dalam Koordinat Tabung
Penerapan Igt Dalam Koordinat Tabung
 
1. persamaan schrodinger
1. persamaan schrodinger1. persamaan schrodinger
1. persamaan schrodinger
 
koordinat tabung dan bola
koordinat tabung dan bolakoordinat tabung dan bola
koordinat tabung dan bola
 
Polar Coordinates & Polar Curves
Polar Coordinates & Polar CurvesPolar Coordinates & Polar Curves
Polar Coordinates & Polar Curves
 
Bab 7 Struktur Elektron Atom
Bab 7 Struktur Elektron AtomBab 7 Struktur Elektron Atom
Bab 7 Struktur Elektron Atom
 
Fisika Atom
Fisika AtomFisika Atom
Fisika Atom
 
147032576 makalah-scrodinger-fisika-modern-mipa-fisika
147032576 makalah-scrodinger-fisika-modern-mipa-fisika147032576 makalah-scrodinger-fisika-modern-mipa-fisika
147032576 makalah-scrodinger-fisika-modern-mipa-fisika
 
3 medan listrik 2
3 medan listrik 23 medan listrik 2
3 medan listrik 2
 
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDAAstronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
 

More from eli priyatna laidan

Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
eli priyatna laidan
 
Soal utn plus kunci gurusd.net
Soal utn plus kunci gurusd.netSoal utn plus kunci gurusd.net
Soal utn plus kunci gurusd.net
eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 5
Soal up sosial kepribadian pendidik 5Soal up sosial kepribadian pendidik 5
Soal up sosial kepribadian pendidik 5
eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 4
Soal up sosial kepribadian pendidik 4Soal up sosial kepribadian pendidik 4
Soal up sosial kepribadian pendidik 4
eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 3
Soal up sosial kepribadian pendidik 3Soal up sosial kepribadian pendidik 3
Soal up sosial kepribadian pendidik 3
eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 2
Soal up sosial kepribadian pendidik 2Soal up sosial kepribadian pendidik 2
Soal up sosial kepribadian pendidik 2
eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 1
Soal up sosial kepribadian pendidik 1Soal up sosial kepribadian pendidik 1
Soal up sosial kepribadian pendidik 1
eli priyatna laidan
 
Soal up akmal
Soal up akmalSoal up akmal
Soal up akmal
eli priyatna laidan
 
Soal tkp serta kunci jawabannya
Soal tkp serta kunci jawabannyaSoal tkp serta kunci jawabannya
Soal tkp serta kunci jawabannya
eli priyatna laidan
 
Soal tes wawasan kebangsaan
Soal tes wawasan kebangsaanSoal tes wawasan kebangsaan
Soal tes wawasan kebangsaan
eli priyatna laidan
 
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
eli priyatna laidan
 
Soal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didikSoal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didik
eli priyatna laidan
 
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
eli priyatna laidan
 
Rekap soal kompetensi pedagogi
Rekap soal kompetensi pedagogiRekap soal kompetensi pedagogi
Rekap soal kompetensi pedagogi
eli priyatna laidan
 
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
eli priyatna laidan
 
Bank soal ppg
Bank soal ppgBank soal ppg
Bank soal ppg
eli priyatna laidan
 
Soal cpns-paket-17
Soal cpns-paket-17Soal cpns-paket-17
Soal cpns-paket-17
eli priyatna laidan
 
Soal cpns-paket-14
Soal cpns-paket-14Soal cpns-paket-14
Soal cpns-paket-14
eli priyatna laidan
 
Soal cpns-paket-13
Soal cpns-paket-13Soal cpns-paket-13
Soal cpns-paket-13
eli priyatna laidan
 
Soal cpns-paket-12
Soal cpns-paket-12Soal cpns-paket-12
Soal cpns-paket-12
eli priyatna laidan
 

More from eli priyatna laidan (20)

Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
 
Soal utn plus kunci gurusd.net
Soal utn plus kunci gurusd.netSoal utn plus kunci gurusd.net
Soal utn plus kunci gurusd.net
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 5
Soal up sosial kepribadian pendidik 5Soal up sosial kepribadian pendidik 5
Soal up sosial kepribadian pendidik 5
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 4
Soal up sosial kepribadian pendidik 4Soal up sosial kepribadian pendidik 4
Soal up sosial kepribadian pendidik 4
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 3
Soal up sosial kepribadian pendidik 3Soal up sosial kepribadian pendidik 3
Soal up sosial kepribadian pendidik 3
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 2
Soal up sosial kepribadian pendidik 2Soal up sosial kepribadian pendidik 2
Soal up sosial kepribadian pendidik 2
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 1
Soal up sosial kepribadian pendidik 1Soal up sosial kepribadian pendidik 1
Soal up sosial kepribadian pendidik 1
 
Soal up akmal
Soal up akmalSoal up akmal
Soal up akmal
 
Soal tkp serta kunci jawabannya
Soal tkp serta kunci jawabannyaSoal tkp serta kunci jawabannya
Soal tkp serta kunci jawabannya
 
Soal tes wawasan kebangsaan
Soal tes wawasan kebangsaanSoal tes wawasan kebangsaan
Soal tes wawasan kebangsaan
 
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
 
Soal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didikSoal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didik
 
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
 
Rekap soal kompetensi pedagogi
Rekap soal kompetensi pedagogiRekap soal kompetensi pedagogi
Rekap soal kompetensi pedagogi
 
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
 
Bank soal ppg
Bank soal ppgBank soal ppg
Bank soal ppg
 
Soal cpns-paket-17
Soal cpns-paket-17Soal cpns-paket-17
Soal cpns-paket-17
 
Soal cpns-paket-14
Soal cpns-paket-14Soal cpns-paket-14
Soal cpns-paket-14
 
Soal cpns-paket-13
Soal cpns-paket-13Soal cpns-paket-13
Soal cpns-paket-13
 
Soal cpns-paket-12
Soal cpns-paket-12Soal cpns-paket-12
Soal cpns-paket-12
 

Recently uploaded

PRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptx
PRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptxPRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptx
PRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptx
Hasbullah66
 
1. Sosialisasi_Serdos_2024_PSD_PTU dan Peserta.pdf
1. Sosialisasi_Serdos_2024_PSD_PTU dan Peserta.pdf1. Sosialisasi_Serdos_2024_PSD_PTU dan Peserta.pdf
1. Sosialisasi_Serdos_2024_PSD_PTU dan Peserta.pdf
denny404455
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
StevanusOkiRudySusan
 
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptxpdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
vivi211570
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdfCP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
andimagfirahwati1
 
Perangkat pembelajaran dalam kurikulum merdeka
Perangkat pembelajaran dalam kurikulum merdekaPerangkat pembelajaran dalam kurikulum merdeka
Perangkat pembelajaran dalam kurikulum merdeka
AchmadArifudin3
 
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
power point struktur data tree atau pohon
power point struktur data tree atau pohonpower point struktur data tree atau pohon
power point struktur data tree atau pohon
NoegPutra1
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
SriKuntjoro1
 
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdfPERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
MunirLuvNaAin
 
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
Arumdwikinasih
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
pristayulianabila
 
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Herry Prasetyo
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
AdePutraTunggali
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
MsElisazmar
 
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
RizkiArdhan
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
SDNBotoputih
 
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan marthaKoneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
johan199969
 

Recently uploaded (20)

PRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptx
PRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptxPRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptx
PRESENTASI PROGRAM KERJA TATA USAHA SMP.pptx
 
1. Sosialisasi_Serdos_2024_PSD_PTU dan Peserta.pdf
1. Sosialisasi_Serdos_2024_PSD_PTU dan Peserta.pdf1. Sosialisasi_Serdos_2024_PSD_PTU dan Peserta.pdf
1. Sosialisasi_Serdos_2024_PSD_PTU dan Peserta.pdf
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
 
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptxpdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdfCP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
CP dan ATP bahasa indonesia fase B kelas 12.pdf
 
Perangkat pembelajaran dalam kurikulum merdeka
Perangkat pembelajaran dalam kurikulum merdekaPerangkat pembelajaran dalam kurikulum merdeka
Perangkat pembelajaran dalam kurikulum merdeka
 
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
 
power point struktur data tree atau pohon
power point struktur data tree atau pohonpower point struktur data tree atau pohon
power point struktur data tree atau pohon
 
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptxPPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
PPT KRITERIA KENAIKAN KELAS & KELULUSAN.pptx
 
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdfPERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
PERSENTASI PENINGKATAN KUALITAS PRAKTIK PEMBELAJARAN.pdf
 
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
 
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
Modul AJar Rekayasa Perangkat Lunak 2024
 
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi KomunikasiMateri Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
Materi Feedback (umpan balik) kelas Psikologi Komunikasi
 
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
 
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
Menyambut Masyarakat 4.0 dan Indonesia Emas 2045
 
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputihlaporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
laporan komunitas belajar sekolah dasar negeri botoputih
 
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan marthaKoneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
 

Bab 2c. bagian dalam bintang c

  • 1. DND - 2004 Model Struktur Dalam Bintang Persamaan diferensial yang dapat digunakan untuk memecahkan persoalan struktur dalam bintang adalah, dL(r) dr = 4 π r2 ρ εPers. (2-33) : Pers. (2-3) : r 2 G M(r) = − ρdr dP Pers. (2-4) : = 4 π r 2 ρ dr dM(r) (kesinambungan massa) (kesetimbangan hidrostatik) (pembangkit energi)
  • 2. DND - 2004 = − dT dr L(r) 4 π r2 3 4 ac T 3 κ ρPers. (2-48) : (kesetimbangan pancaran) (kesetimbangan konveksi)Pers. (2-60) : = 1 − dP dr 1 γ T P dT dr P = fungsi (ρ, T, komposisi kimia) ε = fungsi (ρ, T, komposisi kimia) κ = fungsi (ρ, T, komposisi kimia) Parameter P, κ, dan ε diberikan oleh Pers. (2-32) : Pers. (2-7) : Pers. (1-52) : Persamaan untuk gradient temperatur bergantung pada keadaan apakah di tempat tersebut terjadi konveksi atau tidak.
  • 3. DND - 2004  Ketujuh pers. di atas harus dipecahkan secara serempak  Harga tetapan integrasi yang dihasilkan dari pemecahan persamaan di atas dapat ditentukan dari syarat batas berikut: Di permukaan (r = R) : ρ = 0 dan T = 0 Di pusat (r = 0) : M(r) = 0 dan L(r) = 0 . . . . (2-61) (2-62)  Syarat batas bahwa rapat massa (ρ) dan temperatur berharga nol hanyalah merupakan hampiran saja. ρ dan T dipermukaan jauh lebih kecil daripada di pusat
  • 4. DND - 2004 Jadi syarat batas itu tidak memberikan informasi yang terperinci mengenai keadaan di lapisan bintang. Tapi umumnya radius dan luminositas bintang yang diperoleh dengan syarat batas hampiran tersebut tidak berbeda jauh dari yang diperoleh dengan menggunakan syarat batas sebenarnya. Kecuali untuk beberapa hal khusus, misalnya di bintang yang memiliki lapisan konveksi luar yang cukup tebal. Pemecahan persamaan di atas memberikan harga semua parameter P, ρ, T, M(r) dan L(r) sebagai fungsi r.
  • 5. DND - 2004  Pemecahan pers. struktur bintang dilakukan dengan memberikan massa bintang dan komposisi kimianya terlebih dahulu. Komposisi kimia ditentukan oleh parameter : X = jumlah gram hidrogen per gram materi Y = jumlah gram helium per gram materi Z = jumlah gram unsur lainnya per gram materi Kadangkala Z harus dirinci lebih lanjut dalam komponen-komponennya. (2-63)
  • 6. DND - 2004 Di permukaan bintang yaitu pada r = R, harga ρ = 0 dan T = 0.  Dalam hal ini kelima persamaan struktur bintang dapat dituliskan dalam bentuk : = 4 π r 2 ρ dr dM(r) 4 π r 2 ρ dr = dM(r)  Untuk memecahkan persamaan struktur bintang harga R ini harus diketahui terlebih dahulu.  Akan lebih mudah apabila digunakan M(r) sebagai variabel bebas sebagai pengganti r.
  • 7. DND - 2004 Sehingga, 4 π r 4 G M(r) = − dM(r) dP . . . . . . . .. . . . (2-64) 4 π r 2 ρ 1dr dM(r) = . . . . . . . .. . . . (2-65) dL(r) dM(r) = ε . . . . . . . .. . . . . . . . (2-66) 3 κ L(r) 64 π 2 ac r4 T4 = − dT dM(r) = 1 − 1 γ P T dT dP . . . . . . (2-67) . . . . . . . . (2-68)
  • 8. DND - 2004 Syarat batasnya sekarang menjadi :  Di permukaan (M(r) = M) :ρ = 0, T =0 . . . . . . (2-69)  Di pusat (M(r) = 0) :r = 0, L(r)(r) =0 . . . . . . . . (2-70) Dalam hal ini massa bintang M ditentukan terlebih dahulu.  Dengan memberikan harga M dan komposisi kimianya, maka persamaan (2-63) s/d (2-68) serta persamaan tambahan (2-7), (1-52) dan (2-32) dapat dipecahkan dengan menggunakan syarat batas (2-69) dan (2-70)  Hasilnya adalah P, ρ, T, L(r) dan r sebagai fungsi M(r)
  • 9. DND - 2004 Contoh : Model bintang bermassa 1 M dan komposisi kimianya seperti Matahari, pada tahap deret utama dengan umur 4,27 x 109 tahun. X Lr T ρ r X 0,708 Lr 1,0575 L T 15,910 x 106 ρ 159,93 r 0,96830 R 0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 M/M Batas Atas Batas bawah untuk semua parameter adalah nol
  • 10. DND - 2004 Dengan memecahkan persamaan struktur bintang dapat ditentukan :  Luminositas (L) dan radius bintang (R)  Dengan menggunakan persamaan L = 4 π R2 σ Te 4 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2-71) Dapat ditentukan temperatur effektif Te, sehingga kedudukan bintang di diagram H-R dpt ditentukan.  Untuk setiap harga M dan komposisi kimia tertentu diperoleh satu harga L dan R (pemecahannya unik), tidak ada harga L dan R lain yang memenuhi persamaan tersebut. Teorema Voght-Russell
  • 11. DND - 2004 Komposisi kimia pada awalnya seragam untuk seluruh bintang. Akibat reaksi inti yang berlangsung di pusat bintang, komposisi kimia sedikit demi sedikit berubah  Pada saat tahap pembakaran hidrogen di pusat bintang, hidrogen di pusat bintang sedikit demi sedikit akan berkurang, sedangkan helium bertambah  Karena perubahan komposisi kimia ini, struktur bintang pun berubah  L, R dan juga Te berubah  Kedudukan bintang di diagram H-R dari waktu ke waktu juga akan berubah
  • 12. DND - 2004 Perubahan struktur bintang bermassa besar (M ≈ 60 M) akibat perubahan komposisi kimia
  • 13. DND - 2004 Jadi dengan memecahkan persamaan struktur bintang untuk waktu t yang berubah-ubah dan mengikuti perubahan komposisi kimia akibat reaksi inti, kita dapat mengikuti jejak evolusi bintang dalam diagram H-R.  Setiap titik pada jejak evolusi itu dapat diperoleh dengan memecahkan persamaan struktur bintang dengan lengkap  Perhitungan setiap titik merupakan perhitungan yang sangat rumit, dan untuk memndapatkan jejak evolusi bintang diperlukan puluhan bahkan ratusan titik.  Perhitungannya sangat besar dan kompleks
  • 14. DND - 2004  A kedudukan bintang di deret utama, komposisi kimia msih seragam (X, Y dan Z sama di seluruh bintang dari pusat sampai permukaan)  Selama evolusi dari A ke B dan ke C, hidrogen dipusat bintang berkurang, sedangkan helium bertambah.  Sesudah C, bintang bergerak dengan cepat dengan tempuhan yang hampir horizontal ke sebelah kanan diagram H-R H F K G E D B Log Te4,2 4,0 3,8 3,6 3 4Log(L/L) A C  Temperatur effektif menurun dengan cepat, sedangkan luminositas hampir konstan.  Radius bintang membesar dengan cepat, bintang menjadi raksasa merah Contoh jejak evolusi bintang bermassa M = 5 M dan komposisi kimia X = 0,602, Y = 0,354 dan Z = 0,044
  • 15. DND - 2004 Pada saat memecahkan persamaan struktur bintang, disamping tekan gas, harus diperhitungkan juga tekanan pancaran. Jadi, P = Pgas + Ppancaran . . . . . . . . . . . . . . . (2-72) Dalam hal gas berlaku sebagai gas ideal, Pgas diberikan oleh persamaan (2-7) Pers. (2-7) : µH Pgas = ρ T k Bagaimanakah dengan tekanan pancaran ?
  • 16. DND - 2004 Pancaran energi merupakan pancaran “butir energi” atau kuanta. Dari teori kuantum :  Sebuah kuanta dengan frekuensi ν mempunyai energi sebesar hν  Kuanta ini memiliki momentum sebesar hν/c (rumus de Broglie)  Dengan demikian suatu pancaran dengan energi total E memiliki momentum sebesar E/c
  • 17. DND - 2004 Tinjau suatu pancaran dengan rapat energi u (jumlah energi per satuan volume)  Misalkan pancaran jatuh tegak lurus pada permukaan dengan luas A  Jadi permukaan A ini setiap detiknya akan dilewati energi sebesar u A c.  Momentum yang diterima permukaan A setiap detiknya adalah u A c c = u A Berarti pada permukaan bekerja tekanan pancaran sebesar u
  • 18. DND - 2004 Apabila pancaran tidak hanya datang tegak lurus, tapi juga dari berbagai arah dan pancarannya bersifat isotrop, maka tekanan pancaran adalah, 1 3 Ppancaran = u . . . . . . . . . . . . . . . . . (2-73) Dalam teori pancaran benda hitam dapat dibuktikan bahwa rapat energi pancaran adalah, 4π c u = B(T) = T4 = a T4 4σ c . . . . . . . . . (2-74) a = tetapan rapat pancaran = 7,568 x 10-15 (satuan cgs)
  • 19. DND - 2004 Apabila di dalam bintang selain reaksi inti terjadi pengerutan gravitasi, maka energi yang dihasilkan oleh pengerutan gravitasi harus diperhitungkan, sehingga persamaan (2-33) dL(r) dr = 4 π r2 ρ εPers. (2-33) : menjadi, dL(r) dr = 4 π r2 ρ (εinti + εgravitasi) . . . (2-76) Jadi, 1 3 Ppancaran = a T4 . . . . . . . . . . . . . (2-75) Pada temperatur yang tinggi tekanan pancaran dapat melibihi tekanan gas
  • 20. DND - 2004 Materi Terdegenerasi dan Bintang Katai Putih Materi di dalam bintang pada umumnya dapat dianggap sebagai gas ideal, sehingga pada materi tersebut berlaku persamaan gas ideal yaitu, Pers. (2-7) : µH Pgas = ρ T k Persamaan ini dapat diturunkan dari teori kinetik gas klasik. Dalam hal ini distribusi kecepatan partikel dinyatakan oleh Hukum Maxwell-Boltzmann
  • 21. DND - 2004 Menurut hukum Maxwell-Boltzmann, jumlah partikel per cm3 yang bergerak dengan momentum linier antara p dan p + dp adalah, . . (2-77) N adalah jumlah partikel per cm3 , m massa partikel dan k tetapan Boltzmann Np dp = exp 4 π p2 dp N (2 π m k T)3/2 - p2 2 m k T
  • 22. DND - 2004 Pada ρ >> atau pada T << sifat gas dpt menyimpang dari sifat yang diturunkan dari teori gas klasik Penyimpangan ini merupakan akibat dari prinsip larangan Pauli Prinsip larangan Pauli : Keadaan suatu partikel gas pada suatu saat dapat dinyatakan dalam koordinat enam dimensi yaitu,  Tiga koordinat ruang x, y dan z  Tiga koordinat momentum px, py dan pz
  • 23. DND - 2004 Dalam ruang fasa, setiap saat partikel berada di suatu titik tertentu. Titik ini menyatakan harga x, y, z, px, py dan pz pada saat tersebut. Hal ini benar menurut teori klasik, tetapi menurut teori kuantum hal ini tidak benar. Teori ketidakpastian Heisenberg menyatakan bahwa pada setiap saat kedudukan partikel dalam ruang fasa ternyata tidak pasti. Ketidakpastiannya dalam setiap sumbu koordinat ∆x, ∆y, ∆z, ∆px, ∆py, dan ∆pz
  • 24. DND - 2004 Dalam hal ini berlaku, ∆x ∆px, ∼ h ∆y ∆py, ∼ h ∆z ∆pz, ∼ h Jadi setiap saat kedudukan partikel dalam ruang fasa tidak dapat digambarkan sebagai titik melainkan sebagai suatu daerah ketidakpastian dengan volume 6 dimensi sebesar, ∆x ∆y ∆z ∆px ∆py ∆pz ∼ h3 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2-78a) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2-78b) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2-78c) . . . (2-79)
  • 25. DND - 2004 Daerah ketidakpastian ini disebut sel. Sedangkan partikel yang kita tinjau dapat berupa elektron bebas atau ion.  Jika kita misalkan partikel tersebut adalah elektron bebas, maka menurut prinsip larangan Pauli, di dalam setiap sel tidak dapat ditempatkan lebih dari dua elektron (kedua elektron itu harus mempunyai spin yang berlawanan).
  • 26. DND - 2004 Sekarang kita tinjau elektron dalam ruang sebesar 1 cm3 ∆x ∆y ∆z ∆px ∆py ∆pz ∼ h3 . . . . . . . . . . . . . . . (2-80) 1 1 1 sehingga ∆px ∆py ∆pz ∼ h3 Elektron hanya berada dalam ruang momentum saja Dalam ruang momentum, elektron yang mempunyai momentum antara p dan p + dp menempati suatu unsur kulit bola dengan radius p dan tebal dp p dp
  • 27. DND - 2004 p dp Volume unsur kulit bola ini adalah, V = 4π p2 dp Karena volume setiap sel adalah h3 (lihat pers. 2-80), maka di dalam unsur kulit bola itu terdapat sel sebanyak h3 4π p2 dp Karena di dalam setiap sel paling banyak hanya terdapat dua elektron, maka jumlah elektron per cm3 yang momentumnya antara p dan p + dp < 2 x (4π p2 dp/h3 )
  • 28. DND - 2004 Jadi Np dp ≤ h3 8π p2 dp . . . . . . . . . . . . . . . (2-81) Apabila Np dp yang dinyatakan oleh pers. (2-77) Np dp = exp 4 π p2 dp N (2 π m k T)3/2 - p2 2 m k T memenuhi ketidaksamaan (2-81), maka berlakulah hukum Maxwell-Boltzmann, tetapi apabila tidak, maka hukum Makwell-Boltzmann tidak berlaku karena akan melanggar prinsip larangan Pauli. Teori kinetik gas klasik tidak berlaku lagi dan gas elektron dikatakan berada dlm keadaan terdegenerasi.
  • 29. DND - 2004 Np dp = exp 4 π p2 dp N (2 π m k T)3/2 - p2 2 m k T Dari pers. (2-77) : Np dp ≤ h3 8π p2 dp dan pers. (2-81) : dapat ditunjukkan bahwa gas elektron terdegenerasi apabila, Ne > (2π m k T)3/2 h3 2 . . . . . . . . . . . . . . . (2-82) Ne adalah jumlah elektron bebas per cm3
  • 30. DND - 2004 Misalkan elektron bebas tersebut berada dalam gas yang rapat massanya ρ dan berat molekul rata-rata didefinisikan sebagai (lihat pers. 2-6), . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2-83)µe = Ne H ρ H adalah massa atom Hidrogen. Dengan memasukan pers. (2-83) ke pers. (2-82), Pers. (2-82) : Ne > (2π m k T)3/2 h3 2
  • 31. DND - 2004 ρ > (2π m k T)3/2 μe H = 8,1 x 10-9 μe T3/2 h3 2 syarat elektron terdegenerasi menjadi, . . . (2-84) Apabila ρ >> 8,1 x 10-9 μe T3/2 , gas akan terdegenerasi dan kita katakan elektron dalam keadaan terdegenerasi sempurna. Dalam hal ini jumlah elektron dengan momentum sudut antara p dan p + dp adalah, Np dp = dp 8 π p2 h3 Np dp = 0 untuk p ≤ po untuk p > po . . . . . . . (2-85) po disebut momentum Fermi
  • 32. DND - 2004 Dalam keadaan terdegenerasi sempurna pers. (2-85) menggantikan persamaan (2-77) Np dp = exp 4 π p2 dp N (2 π m k T)3/2 - p2 2 m k T Pers. (2-77) : Np dp = dp 8 π p2 h3 Np dp = 0 untuk p ≤ po untuk p > po Pers. (2-85) : Harga po ditentukan oleh harga Ne.  makin besar Ne (elektron makin dihimpitkan), po juga makin besar.
  • 33. DND - 2004 Hal ini dapat diperlihatkan sebagai berikut : 0 ∞ Ne dp = Np dp . . . . . . . . . . . . . . . . . (2-86) dengan memasukan per. (2-85) ke pers (2-86) diperoleh, Np dp = dp 8 π p2 h3 untuk p ≤ poPers. (2-85) : po = 3 h3 Ne 8 π 1/3 . . . . . . . . . . . . . . . . . (2-87) Buktikan !!!
  • 34. DND - 2004 Berdasarkan teori kinetik gas, tekanan diberikan oleh persamaan, . . . . . . . . . . . . . . . . . (2-88) 0 ∞ P = Np dp 1 3 p2 m Apabila harga Np dp yang diberikan oleh pers. Maxwell Boltzmann (pers. 2-77) dimasukan ke pers. (2-88), maka akan diperoleh pers. keadaan gas ideal yaitu, P = N k T
  • 35. DND - 2004 Untuk gas elektron yang terdegenerasi sempurna, tekanan oleh elektron bebas dapat ditentukan dengan memasukan Np dp = dp 8 π p2 h3 untuk p ≤ poPers. (2-85) : 0 ∞ P = Np dp 1 3 p2 m ke Pers. (2-88) : Kemudian integrasikan, dan dengan menggunakan po = 3 h3 Ne 8 π 1/3 Pers. (2-87) :
  • 36. DND - 2004 Buktikan !!! Pe = Ne 5/3 3 π8 h2 5 m 2/3 . . . . . . . . . . . . (2-89) akan diperoleh persamaan, Selanjutnya subtitusikan (2-83) : ke pers. (2-89), maka akan diperoleh, µe = Ne H ρ . . . . . . (2-90)Pe = ρ 5/3 3 π8 h2 5 m H 5/3 2/3 1 μe 5/3 Dari pers. ini dapat dilihat bahwa tekanan elektron terdegenerasi sempurna tidak bergantung pada temperatur. Hal ini berbeda dengan gas ideal.
  • 37. DND - 2004 Dalam hal elektron tidak terdegenarasi sempurna (ρ > 8,1 x 10-9 μe T 3/2 jadi bukan ρ >> 8,1 x 10-9 μe T 3/2 ), tekanan elektron terdegenerasi adalah, Pe = ρ k T μe H F1/2(ψ) 2 3 F3/2(ψ) . . . . . . . . . . . . . . (2-91) F3/2(ψ) dan F1/2(ψ) adalah integral Fermi-Dirac yang merupakan fungsi yang rumit dari Ne dan T. Untuk ψ << 0, maka F1/2(ψ) 2 3 F3/2(ψ) = 1
  • 38. DND - 2004 Pers. (2-90) : Pe = ρ 5/3 3 π8 h2 5 m H 5/3 2/3 1 μe 5/3 Sedangkan apabila ψ >> 0, pers (2-91) menjadi pers. (2- 90) Apabila pers. ini dimasukan ke pers. (2-91), akan diperoleh persamaan gas ideal Pe = ρ k T μe H F1/2(ψ) 2 3 F3/2(ψ) = 1 ρ k T μe H = Pe = ρ k T μe H F1/2(ψ) 2 3 F3/2(ψ) Pers. (2-91) :
  • 39. DND - 2004 Tekanan gas merupakan gabungan antara tekanan ion dan tekanan elektron.  Untuk suatu ρ dan T, ion umumnya mempunyai momentum yang jauh lebih besar daripada eletron. ion menempati ruang fasa yang jauh lebih besar. jumlah sel yang terkandung di dalamnya juga jauh lebih besar daripada elektron. jadi ion berada dalam keadaan jauh kurang terdegenerasi daripada elektron
  • 40. DND - 2004  Akibatnya, walaupun elektron berada dalam keadaan sangat terdegenerasi, ion-ion masih bersifat gas ideal. Jadi . . . . . . . (2-92)Pgas = + k T H F1/2(ψ) 2 3 F3/2(ψ)1 μi 1 μe Apabila ψ >> 0, tekanan ion dapat diabaikan apabila kita tidak memerlukan ketelitian yang tinggi  Dalam hal ini hampir seluruh tekanan diberikan oleh elektron yang terdegenerasi.
  • 41. DND - 2004 Masih ingatkah anda apa yang disebut dengan bintang katai putih ? Dalam diagram H-R, bintang katai putih ini terletak dibagian kiri bawah. Bintang katai putih ini temperaturnya sangat tinggi, tetapi luminosi- tasnya rendah Radius bintang kecilDari pers. L = 4 π R2 σ Te 4
  • 42. DND - 2004 Salah satu contoh bintang katai putih adalah bintang Sirius B, yang merupakan pasangan bintang ganda Sirius A. Sirius-A Sirius-B Sirius Bintang ganda dengan periode ≈ 50 tahun Bintang Sirius yang paling terang disebut Sirius A, sedangkan pasangannya yang lemah disebut Sirius-B Dalam panjang gelombang visual, Sirius-A 10 000 kali lebih terang daripada Sirius-B
  • 43. DND - 2004 Sirius A : mv = -1,58 ; Mv = 1,3 ; Mbol = 0,97 ; M = 2,28 M ; Sp. A1 Sirius B : mv = 8,44 ; Mv = 11,3 ; Mbol = 11,25 ; M = 0,98 M ; Sp. A5 Dilihat dari massanya, Sirius-B merupakan bintang yang menyerupai Matahari Tetapi apabila kita masukan data di atas ke pers. Mbol - Mbol = -2,5 log L/L Maka diperoleh bahwa luminositas Sirius-B 409 kali lebih lemah daripada luminositas Matahari.
  • 44. DND - 2004 Jika dilihat spektrumnya,  Sirius B : Kelas A5  Matahari : Kelas G2 Sirius B sekitar 8 500 K lebih panas dari Matahari Oleh karena luminositas Sirius B = 1/409 L dan Temperaturnya lebih panas dari Matahari, maka dari pers. L = 4 π R2 σ Te 4 Diperoleh bahwa radius Sirius-B lebih kecil dari radius Matahari. Dari perhitungan diperoleh bahwa RSirius-B = R ≈ 2,5 kali radius Bumi 1 43
  • 45. DND - 2004 Karena massa Sirius-B diketahui, yaitu 0,98 M maka kerapatannya dapat dihitung yaitu, ρ = = 1,1 x 105 gr/cm3 3 M 4 π R3 Kerapatannya sangat menakjubkan ! Cara lain untuk menguji kemampatan bintang katai putih adalah dengan teori gravitasi Einstein. Karena massa bintang katai putih sangat besar dan radiusnya kecil, maka medan gravitasi dipermukaan bintang katai putih sangat besar.  Seorang yang beratnya di Bumi 60 kg, dipermukaan katai putih beratnya bisa lebih dari 3000 ton)
  • 46. DND - 2004 Berdasarkan teori Einstein, pancaran dengan panjang gelombang λ akan bergeser panjang gelombangnya menjadi λ + ∆λ, dengan ∆λ = λ G M c2 R . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2-93) Jadi pancaran tersebut akan tampak lebih merah dari seharusnya. Peristiwa ini disebut sebagai pergeseran merah gravitasi.
  • 47. DND - 2004 Bintang katai putih adalah bintang yang berada dalam tahap akhir evolusi.  Di pusat bintang tidak ada reaksi inti yang berlangsung.  Sebagian besar hidrogen sudah habis, komposisi kimianya hampir seluruhnya terdiri dari unsur yang lebih berat.  Karena temperaturnya yang sangat tinggi, hampir semua gas berada dalam keadaan terionisasi. Apabila bintang katai putih seluruhnya terdiri dari unsur berat yang terionisasi sempurna, maka μe pada pers. (2- 83) µe = = 2 Ne H ρ
  • 48. DND - 2004 Apabila temperatur rata-rata bintang katai putih adalah T = 106 K, maka menurut pers. (2-84), elektron dalam bintang katai putih akan terionisasi sempurna apabila, ρ > 8,1 x 10-9 μe T3/2 = 16,2 gram/cm3 Bintang katai putih, kerapatannya jauh dari kerapatan di atas. Contoh bintang Sirius-B, ρ = 1,1 x 105 gr/cm3. Di dalam bintang katai putih, seluruh elektron berada dalam keadaan terdegenerasi sempurna.
  • 49. DND - 2004 Bintang katai putih berada dalam keadaan mantap, karena tekanan elektron terdegenerasi dapat mengimbangi tekanan akibat gaya gravitasi  Dalam keadaan setimbang ini radius bintang katai putih dapat ditentukan apabila massanya M diketahui.  Hubungan massa dengan radius bintang katai putih ini pertama kali ditentukan oleh S. Chandrasekhar.  Makin besar massa bintang katai putih, makin kecil radiusnya  Menurut Chandrasekhar, apabila massa bintang katai putih lebih besar daripada suatu harga kritis, yaitu
  • 50. DND - 2004 Mc = 5,756 μe -2 M . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2-94) maka tekanan elektron terdegenerasi tidak akan mampu lagi menahan pengerutan  bintang tidak akan mantap dan terus mengkerut menjadi bintang neutron atau lubang hitam (black hole) Batas massa yang diberikan pada pers. (2-94) disebut batas Chandrasekhar. Untuk μe = 2, batas Chandrasekhar adalah 1,44 M  Dari hasil pengamatan, massa bintang katai putih lebih kecil dari batas Chandrasekhar.