SlideShare a Scribd company logo
DND-2006
Fotometri Bintang
Keadaan fisis bintang dapat ditelaah baik dari
spektrumnya maupun dari kuat cahayanya.
 Pengukuran kuat cahaya bintang ini disebut
juga fotometri bintang.
DND - 2006
 Terang suatu bintang dalam astronomi dinyatakan
dalam satuan magnitudo
 Hipparchus (abad ke-2 SM) membagi terang bintang
dalam 6 (enam) kelompok berdasarkan penampakan-
nya dengan mata telanjang,
 Bintang paling terang tergolong magnitudo kesatu
 Bintang yang lebih lemah tergolong magnitudo
kedua
 Dan seterusnya hingga bintang paling lemah yang
masih bisa dilihat dengan mata termasuk
magnitudo ke-6
Terang Bintang
DND - 2006
Makin terang sebuah bintang, makin kecil
magnitudonya
magnitudo 1 2 3 4 5 6
DND - 2006
Dalam tabel bawah ini terdapat data magnitudo dari lima
buah bintang. Tentukanlah bintang nomor berapa saja
yang bisa diamati di langit malam dengan mata
telanjang? Tentukan juga bintang mana yang paling
terang dan bintang mana yang paling lemah,
jelaskanlah.
No. Magnitudo
1 6,5
2 5,2
3 7,3
4 -2,5
5 2,7
Contoh :
DND - 2006
 John Herschel mendapatkan bahwa
kepekaan mata dalam menilai terang
bintang bersifat logaritmik
 Bintang yang magnitudonya satu
ternyata 100 kali lebih terang
daripada bintang yang magnitudo-
nya enam
 Berdasarkan kenyataan ini, Pogson (
Norman Robert Pogson) pada tahun
1856 mendefinisikan skala satuan
magnitudo secara lebih tegas
John Herschel
(1792-1871)
DND - 2006
Skala Pogson didefinisikan sebagai :
m1 – m2 = - 2,5 log (E1/E2) . . . . . . . . . .(4-1)
atau . . . . . . . . . . . .(4-2)E1/E2 = 2,512
-(m1 - m2)
 Tinjau dua bintang :
m1 = magnitudo bintang ke-1
m2 = magnitudo bintang ke-2
E1 = fluks bintang ke-1
E2 = fluks bintang ke-2
DND - 2006
Dengan skala Pogson ini dapat ditunjukkan bahwa
bintang bermagnitudo 1 adalah 100 kali lebih terang
daripada bintang bermagnitudo 6.
Jika m1 = 1 dan m2 = 6, maka dari pers. (4-2),
= 2,512 = 2,512 = 100
-(1 - 6) 5
E1 = 100 E2
Secara umum rumus Pogson dapat dituliskan :
m = -2,5 log E + tetapan . . . . . . . . . (4-3)
merupakan besaran lain untuk
menyatakan fluks bintang yang
diterima di bumi per cm2
s-1
E1/E2 = 2,512
-(m1 - m2)
Jadi :
DND - 2006
 Harga tetapan ditentukan dengan mendefinisikan
suatu titik nol.
 Awalnya sebagai standar magnitudo digunakan
bintang Polaris yang tampak di semua
Observatorium yang berada di belahan langit
utara. Bintang Polaris ini diberi magnitudo 2 dan
magnitudo bintang lainnya dinyatakan relatif
terhadap magnitudo bintang polaris
 Tahun 1911, Pickering mendapatkan bahwa
bintang Polaris, cahayanya berubah-ubah
(bintang variabel) dan Pickering mengusulkan
sebagai standar magnitudo digunakan kelompok
bintang yang ada di sekitar kutub utara (North
Polar Sequence)
DND - 2006
 Cara terbaik untuk mengukur magnitudo adalah
dengan menggunakan bintang standar yang
berada di sekitar bintang yang di amati karena
perbedaan keadaan atmosfer Bumi tidak terlalu
berpengaruh dalam pengukuran.
 Pada saat ini telah banyak bintang standar yang
bisa digunakan untuk menentukan magnitudo
sebuah bintang, baik yang berada di langit
belahan utara, maupun di belahan langit selatan.
DND - 2006
Magnitudo :
 magnitudo semu magnitudo
Faktor jarak : m = -2,5 log E + tetapan
magnitudo
semu
kuat cahaya
sebenarnya
. . . . . . (4-4)E =
L
4 π d2
 merupakan ukuran terang bintang yang
kita lihat atau terang semu (ada faktor
jarak dan penyerapan yang harus
diperhitungkan)
DND - 2006
Nama
Bintang
Magnitudo
Nama
Bintang
Magnitudo
Polaris 2.00 Vega 0.00
Regulus 1.50 Capella 0.00
Pollux 1.16 Sirius -1.42
Aldebaran 1.00 Jupiter -2.50
Betelgeuse 0.80
Bulan
Purnama
-13.00
Procyon 0.50 Matahari -26.70
Dalam tabel di bawah diperlihatkan magnitudo semu
beberapa benda langit, termasuk bintang, planet Bulan
dan Matahari
DND - 2006
E’ =
L
4 π 102
Untuk menyatakan luminositas atau kuat sebenarnya
sebuah bintang, kita definisikan besaran magnitudo
mutlak :
M = -2,5 log E’ + tetapan
magnitudo
mutlak
. . . . . . . (4-5)
 Skala Pogson untuk magnitudo mutlak ini adalah,
. . . . . (4-6)
 magnitudo bintang yang diandaikan diamati
dari jarak 10 pc
M = -2,5 log + tetapanL
4 π 102
Jadi . . . . . (4-7)
DND - 2006
m = -2,5 log E + tetapanDari pers. (4-3) :
M = -2,5 log E’ + tetapanDari pers. (4-7) :
m – M = -2,5 log E/E’ . . . . . . . (4-8)
Subtitusikan pers. (4-4) :
dan pers. (4-6) :
ke pers (4-8) diperoleh,
m – M = -5 + 5 log d . . . . . . . . (4-
9)
modulus jarak d dalam pc
E =
L
4 π d2
L
4 π 102E’ =
DND - 2006
Contoh :
Magnitudo mutlak sebuah bintang adalah M = 5 dan
magnitudo semunya adalah m = 10. Jika absorpsi oleh
materi antar bintang diabaikan, berapakah jarak bintang
tersebut ?
Jawab :
m = 10 dan M = 5, dari rumus Pogson
m – M = -5 + 5 log d
diperoleh,10 – 5 = -5 + 5 log d
5 log d = 10
log d = 2 d = 100 pc
DND - 2006
Dari rumus Pogson dapat kita tentukan perbedaan
magnitudo mutlak dua bintang yang luminositasnya
masing-masing L1 dan L2, yaitu,
Dari rumus pers (4-7) : M = -2,5 log + tetapanL
4 π 102
Untuk bintang ke-1 : M1 = -2,5 log + tetapan
L1
4 π 102
Untuk bintang ke-2 :
M1 - M2 = -2,5 log L1
L2
. . . (4-10)
M2 = -2,5 log + tetapan
L2
4 π 102
DND - 2006
1. Andaikan sebuah bintang yang mirip dengan
Matahari (temperatur dan luminositasnya sama)
berjarak 100 juta kali lebih jauh dari jarak Bumi-
Matahari. Berapa kali lebih terang atau lebih
lemahkah bintang tersebut daripada Matahari?
Berapakah magnitudo semu bintang tersebut?
Apakah bintang ini bisa tampak dengan mata
telanjang atau tidak ? Jelaskan jawabanmu.
2. Bintang A mempunyai magnitudo semu 3,26, dan
bintang B magnitudo semunya 13,26. Bintang
manakah yang lebih terang ? Bagaimanakah
perbandingan energi yang kita terima dari kedua
bintang tersebut?
Soal-soal Latihan
DND - 2006
3. Jika kedua bintang dalam soal nomor 2 mempunyai
magnitudo mutlak yang sama, bintang manakah yang
lebih dekat? Berapakah perbandingan jarak kedua-
nya?
4. Andaikan magnitudo mutlak bintang dalam soal no. 2
adalah M = 8,26. Tentukanlah jarak setiap bintang
dalam parsecs.
5. Energi yang diterima dari sebuah bintang yang
berjarak 2 pc dan magnitudo semunya = 1,3 adalah
8 x 10-9
Watts/m2
. Berapakah energi yang kita terima
dari sebuah bintang yang magnitudo semunya 5,3?.
DND - 2006
6. Tabel di bawah ini memperlihatkan magnitudo mutlak
Matahari dan dua bintang yang lebih terang (bintang
A) dan yang lebih lemah (bintang B) daripada
Matahari.
Objek M
Matahari +5
Bintang A -10
Bintang B +15
a. Berapa kali lebih terangkah bintang A dibanding-
kan dengan bintang B.
b. Jika luminostas Matahari adalah 4 x 1026
watts,
tentukanlah luminositas bintang A dan B.
DND - 2006
Sebelum perkembangan fotografi, magnitudo bintang
ditentukan dengan mata.
 Kepekaan mata untuk daerah panjang gelombang
yang berbeda tidak sama
 Mata terutama peka untuk cahaya kuning hijau di
daerah λ = 5 500 Å, karena itu magnitudo yang
diukur pada daerah ini disebut magnitudo visual atau
mvis
Sistem Magnitudo
DND - 2006
 Pada awal fotografi, emulsi fotografi mempunyai
kepekaan di daerah biru-ungu pada panjang
gelombang sekitar 4 500 Å.
 Magnitudo yang diukur pada daerah ini disebut
magnitudo fotografi atau mfot
Dengan berkembangnya fotografi, magnitudo bintang
selanjutnya ditentukan secara fotografi.
Sebagai contoh kita ambil perbandingan hasil
pengukuran magnitudo visual dengan magnitudo
fotografi untuk bintang Rigel (β Orionis) dan Betelgeuse
(α Orionis) yang berada di rasi Orion. Rigel berwarna
biru sedangkan Betelgeuse berwarna merah.
DND - 2006
http://www.solstation.com/x-objects/orion2.jpg
DND - 2006
Rigel (berwarna biru) Betelgeuse (berwarna merah)
 Menurut Hukum Planck dan
Wien, temperatur permukaan
bintang Rigel lebih tinggi
daripada Betelgeuse
 Temperatur permukaan-
nya lebih rendah daripada
Rigel
 Akan memancarkan lebih
banyak cahaya biru daripada
cahaya kuning
 Akan memancarkan lebih
banyak cahaya kuning
daripada cahaya biru
 Diamati secara fotografi akan
tampak lebih terang daripada
diamati secara visual (mvis
besar dan mfot kecil).
 Diamati secara visual akan
tampak lebih terang
daripada diamati secara
fotografi (mvis kecil dan mfot
besar).
Perbandingan bintang Rigel dan Betelgeuse.
DND - 2006
Jadi untuk suatu bintang, mvis berbeda dari mfot. Selisih
kedua magnitudo tersebut, dinamakan indeks warna
(Color Index – CI).
 Makin panas atau makin biru suatu bintang, semakin
kecil indeks warnanya.
CI = mfot − mvis
. . . . . . . . . . .(4-11)
DND - 2006
λfot λvis
mvis besar, mfot kecil
Distribusi energi spektrum bintang Rigel
 CI kecil
mvis = 0,14
mfot = - 0,03
CI = - 0,17
mfot - mvis = indeks warna
λ
Intensitas
DND - 2006
mvis kecil, mfot besar  CI besar
Distribusi energi spektrum bintang Betelgeus
mvis = 0,70
mfot = 2,14
CI = 1,44
mfot - mvis = indeks warna
λ
Intensitas
λfot λvis
DND - 2006
λ
Intensitas
Perbandingan distribusi energi spektrum (DES)
bintang Rigel dan Betelgeus
CI Betelgeus
mfot mvis
DES Betelgeus
DES Rigel
CI Rigel
DND - 2006
Karena ada perbedaan antara mvis dan mfot , maka perlu
diadakan pembakuan titik nol kedua magnitudo tersebut.
mvis = - 2,5 log Evis + Cvis . . . . . . . . . . . . . (4-12)
mfot= - 2,5 log Efot + Cfot . . . . . . . . . . . . . (4-13)
Evis = fluks dalam daerah visuil
Efot= fluks dalam daerah fotografi
Cvis dan Cfot adalah tetapan
Tetapan Cvis dan Cfot dapat diambil sedemikian rupa
sehingga untuk bintang deret utama yang spektrumnya
termasuk kelas A0 (akan dibicarakan kemudian) harga
mvis = mfot
DND - 2006
Contoh bintang deret utama dengan kelas spektrum A0
adalah bintang Vega.
 Berdasarkan definisi indeks warna bintang Vega
adalah nol (CI = 0)
 Jadi bintang yang lebih biru atau lebih panas daripada
Vega, misalnya bintang Rigel indeks warnanya akan
negatif.
 Bintang yang lebih merah atau lebih dingin daripada
Vega, misalnya bintang Betelgeuse indeks warnanya
akan positif
Rigel : mfot = -0,03, mvis = 0,14 CI = − 0,17
Betelgeuse : mfot = 2,14, mvis = 0,70 CI = 1,44
DND - 2006
Dengan berkembangnya fotografi, selanjutnya dapat
dibuat pelat foto yang peka terhadap daerah panjang
gelombang lainnya, seperti kuning, merah bahkan
inframerah.
Pada tahun 1951, H.L. Johnson dan W.W. Morgan
mengajukan sistem magnitudo yang disebut sistem
UBV, yaitu
 U = magnitudo semu dalam daerah ultraviolet (λef =
3500 Å)
 B = magnitudo semu dalam daerah biru (λef = 4350 Å)
 V = magnitudo semu dalam daerah visual (λef = 5550 Å)
DND - 2006
Daerah kepekaan pe-ngukuran magnitudo U,
B dan V
0,0
1,0
0,8
0,6
0,4
0,2
3000 4000 5000 6000
Kepekaan
λ (Å)
U
B
V
DND - 2006
 Indeks warna adalah U-B dan B-V
 Untuk bintang panas B-V kecil.
 Harga tetapan dalam pers. (4-3)
Dalam sistem Johnson – Morgan (sistem UBV)
diambil sedemikian rupa sehingga untuk bintang
deret utama kelas A0 (misalnya bintang Vega)
m = -2,5 log E + tetapan
U = B = V CI = 0
DND - 2006
Tiga bintang diamati magnitudonya dalam λ visual (V) dan
biru (B) seperti yang diperlihatkan dalam tabel di bawah.
a. Tentukan bintang nomor berapakah yang paling terang ?
Jelaskanlah alasannya
b. Bintang yang dipilih sebagai bintang yang paling terang
itu dalam kenyataannya apakah benar-benar merupakan
bintang yang paling terang ? Jelaskanlah jawaban anda.
c. Tentukanlah bintang mana yang paling panas dan mana
yang paling dingin. Jelaskanlah alasannya.
No. B V
1 8,52 8,82
2 7,45 7,25
3 7,45 6,35
Contoh :
DND - 2006
Jawab :
a. Bintang paling terang adalah bintang yang
magnitudo visualnya paling kecil. Dari tabel tampak
bahwa bintang yang magnitudo visualnya paling kecil
adalah bintang no. 3, jadi bintang yang paling terang
adalah bintang no. 3
No. B V
1 8,52 8,82
2 7,45 7,25
3 7,45 6,35
DND - 2006
Jawab :
b. Belum tentu karena terang suatu bintang bergantung
pada jaraknya ke pengamat seperti tampak pada
rumus
E =
L
4 π d 2
dimana E adalah terang bintang, L luminositas
bintang dan d adalah jarak bintang ke pengamat.
Oleh karena itu bintang yang sangat terang bisa
tampak sangat lemah cahayanya karena jaraknya
yang jauh.
V = -2,5 log E + tetapan, dan
DND - 2006
c. Makin panas atau makin biru sebuah bintang, indeks
warnanya akan semakin kecil
No. Btg B V B-V
1 8,52 8,82 -0,30
2 7,45 7,25 0,20
3 7,45 6,35 1,10
Dari tabel di atas tampak bintang yang mempunyai
indeks warna terkecil adalah bintang no. 1. Jadi
bintang terpanas adalah bintang no. 1.
Jawab :
DND - 2006
Magnitudo Warna
λ Efektif
(Å)
Lebar Pita
(Å)
Sistem UGR
dari Becker
U Ultraviolet 3 690
500 – 700G Hijau 4 680
R Merah 6380
Sistem UBV
dari Johnson
dan Morgan
U Ultraviolet 3 500
800 – 1000B Biru 4 350
V Kuning 5 550
Sistem
Stromgren
(Sistem
ubvy)
u Ultraviolet 3 500
∼ 200
v Violet 4 100
b Biru 4 670
y Hijau 5 470
Berbagai Sistem Magnitudo
DND - 2006
Magnitudo Warna
λ Efektif (Å) Lebar Pita
(Å)
Sistem
Stebbins
dan
Withford
U Ultraviolet 3 550
600 - 1500
V Violet 4 200
B Biru 4 900
G Hijau 5 700
R Merah 7 200
I inframerah 10 300
Berbagai Sistem Magnitudo
DND - 2006
Dewasa ini pengamatan fotometri tidak lagi
menggunakan pelat film, tetapi dilakukan dengan
menggunakan kamera CCD (digital), sehingga
untuk menentukan bermacam-macam sistem
magnitudo hanya ditentukan oleh filter yang
digunakan.
!
 Sistem dengan lebar pita (band width) yang sempit
seperti sistem Stromgren dapat memberikan informasi
yang lebih cermat, tetapi sistem ini memerlukan waktu
pengamatan yang lebih lama.
 dalam suatu selang waktu, jumlah cahaya yang
ditangkap detektor lebih sempit
DND - 2006
Diagram Hertzsprung-Russel (H-R)
Ejnar Herztprung
(1873 – 1967)Henry Norris Russel
(1877 – 1957)
Pada tahun 1911, seorang astronom
Denmark bernama Eijnar Hertzsprung
membandingkan hubungan antara
magnitudo & indeks warna di dalam
gugus Pleiades dan Hyades.
Kemudian pada 1913, Henry Norris
Russell, seorang Ph.D dari Universi-
tas Princeton, membuat plot hubung-
an antara magnitudo mutlak & spektrum
bintang
DND - 2006
 Hasil yang mereka peroleh sekarang dikenal sebagai
diagram Hertzsprung-Russell atau diagram H-R.
 Diagram H-R ini menunjukkan hubungan luminositas
(atau besaran lain yang identik, seperti magnitudo
mutlak) dan temperatur efektif (atau besaran lain,
seperti indeks warna (B - V) atau kelas spektrum .
DND - 2006
L = 4 π R2
σΤef
4
Diagram H-R
http://www.phys-astro.sonoma.edu/BruceMedalists/Russell/index.html
DND - 2006
 Dari diagram H-R ini dapat kita lihat bahwa bintang-
bintang berkelompok dalam empat kelompok besar
yaitu,
 Bintang Deret Utama (Main Sequence)
 Bintang Raksasa (Giants)
 Maharaksasa (Supergiants)
 Katai Putih (White Dwarf)
 Sebagian besar bintang-bintang berada dalam deret
utama.
DND - 2006
 Dari diagram dapat kita lihat bahwa bintang yang
mempunyai temperatur sama, tetapi kelompoknya
berbeda akan mempunyai luminositas yang berbeda.
 Sebagai contoh, bintang A adalah bintang deret
utama dan bintang B adalah bintang
Maharaksasa, maka luminositas bintang A lebih
kecil daripada bintang B. Dari hubungan L = 4π
R2
σTef
4
dapat diketahui bahwa radius bintang B
lebih besar daripada radius bintang A.
DND - 2006
Lanjutkan
Kembali ke Daftar Materi

More Related Content

What's hot

85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
eli priyatna laidan
 
Astronomi fisika bab vi
Astronomi fisika bab viAstronomi fisika bab vi
Astronomi fisika bab vi
eli priyatna laidan
 
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-201056852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010
eli priyatna laidan
 
Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Materi ajar 2 (huk. pancaran)Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Annisa Khoerunnisya
 
Takor ekliptika
Takor ekliptikaTakor ekliptika
Takor ekliptika
Annisa Khoerunnisya
 
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
eli priyatna laidan
 
evolusi bintang
evolusi bintangevolusi bintang
evolusi bintang
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Astronomi waktu dan kalender
Astronomi waktu dan kalenderAstronomi waktu dan kalender
Astronomi waktu dan kalender
Ajeng Rizki Rahmawati
 
58394327 solusi-osp-astro-2011
58394327 solusi-osp-astro-201158394327 solusi-osp-astro-2011
58394327 solusi-osp-astro-2011
eli priyatna laidan
 
94876305 solusi-osn-2011
94876305 solusi-osn-201194876305 solusi-osn-2011
94876305 solusi-osn-2011
eli priyatna laidan
 
Astronomi fisika bab iii
Astronomi fisika bab iiiAstronomi fisika bab iii
Astronomi fisika bab iii
eli priyatna laidan
 
astronomi paralaks bintang
astronomi paralaks bintangastronomi paralaks bintang
astronomi paralaks bintang
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Bola langit
Bola langitBola langit
Bola langit
Annisa Wulandari
 
Mekanika benda-langit
Mekanika benda-langitMekanika benda-langit
Mekanika benda-langit
eli priyatna laidan
 
Hukum pancaran
Hukum pancaranHukum pancaran
Hukum pancaran
Laila Rusmaya
 
Astronomi fisika bab vb
Astronomi fisika bab vbAstronomi fisika bab vb
Astronomi fisika bab vb
eli priyatna laidan
 
Bab 7. gugus dan populasi bintang
Bab 7. gugus dan populasi bintangBab 7. gugus dan populasi bintang
Bab 7. gugus dan populasi bintang
eli priyatna laidan
 

What's hot (20)

85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
 
Astronomi fisika bab vi
Astronomi fisika bab viAstronomi fisika bab vi
Astronomi fisika bab vi
 
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-201056852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010
56852975 pembahasan-soal-olimpiade-astronomi-tingkat-provinsi-2010
 
Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Materi ajar 2 (huk. pancaran)Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Materi ajar 2 (huk. pancaran)
 
Materi astronomi
Materi astronomiMateri astronomi
Materi astronomi
 
Takor ekliptika
Takor ekliptikaTakor ekliptika
Takor ekliptika
 
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-200985154197 solusi-osp-astronomi-2009
85154197 solusi-osp-astronomi-2009
 
evolusi bintang
evolusi bintangevolusi bintang
evolusi bintang
 
Astronomi waktu dan kalender
Astronomi waktu dan kalenderAstronomi waktu dan kalender
Astronomi waktu dan kalender
 
58394327 solusi-osp-astro-2011
58394327 solusi-osp-astro-201158394327 solusi-osp-astro-2011
58394327 solusi-osp-astro-2011
 
Medan magnet
Medan magnetMedan magnet
Medan magnet
 
94876305 solusi-osn-2011
94876305 solusi-osn-201194876305 solusi-osn-2011
94876305 solusi-osn-2011
 
Astronomi fisika bab iii
Astronomi fisika bab iiiAstronomi fisika bab iii
Astronomi fisika bab iii
 
astronomi paralaks bintang
astronomi paralaks bintangastronomi paralaks bintang
astronomi paralaks bintang
 
Bola langit
Bola langitBola langit
Bola langit
 
Mekanika benda-langit
Mekanika benda-langitMekanika benda-langit
Mekanika benda-langit
 
Fotometri bintang1
Fotometri bintang1Fotometri bintang1
Fotometri bintang1
 
Hukum pancaran
Hukum pancaranHukum pancaran
Hukum pancaran
 
Astronomi fisika bab vb
Astronomi fisika bab vbAstronomi fisika bab vb
Astronomi fisika bab vb
 
Bab 7. gugus dan populasi bintang
Bab 7. gugus dan populasi bintangBab 7. gugus dan populasi bintang
Bab 7. gugus dan populasi bintang
 

Viewers also liked

Astronomi fisika bab ii
Astronomi fisika bab iiAstronomi fisika bab ii
Astronomi fisika bab ii
eli priyatna laidan
 
Bab 2c. bagian dalam bintang c
Bab 2c. bagian dalam bintang cBab 2c. bagian dalam bintang c
Bab 2c. bagian dalam bintang c
eli priyatna laidan
 
Bab 2b. bagian dalam bintang b
Bab 2b. bagian dalam bintang bBab 2b. bagian dalam bintang b
Bab 2b. bagian dalam bintang b
eli priyatna laidan
 
Bab i vb
Bab i vbBab i vb
Astro benda langit
Astro benda langitAstro benda langit
Astro benda langit
eli priyatna laidan
 
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnyaBeberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
kipanji
 
Peredaran benda langit
Peredaran benda langitPeredaran benda langit
Peredaran benda langit
salbiyah
 
Mekanika benda langit_rinto_anugraha
Mekanika benda langit_rinto_anugrahaMekanika benda langit_rinto_anugraha
Mekanika benda langit_rinto_anugrahaSyamsud Dhuha
 
Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)
Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)
Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)
kipanji
 
Perubahan kenampakan bumi
Perubahan kenampakan bumiPerubahan kenampakan bumi
Perubahan kenampakan bumiDzuljrx
 
Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1
Maya Umami
 

Viewers also liked (11)

Astronomi fisika bab ii
Astronomi fisika bab iiAstronomi fisika bab ii
Astronomi fisika bab ii
 
Bab 2c. bagian dalam bintang c
Bab 2c. bagian dalam bintang cBab 2c. bagian dalam bintang c
Bab 2c. bagian dalam bintang c
 
Bab 2b. bagian dalam bintang b
Bab 2b. bagian dalam bintang bBab 2b. bagian dalam bintang b
Bab 2b. bagian dalam bintang b
 
Bab i vb
Bab i vbBab i vb
Bab i vb
 
Astro benda langit
Astro benda langitAstro benda langit
Astro benda langit
 
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnyaBeberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
 
Peredaran benda langit
Peredaran benda langitPeredaran benda langit
Peredaran benda langit
 
Mekanika benda langit_rinto_anugraha
Mekanika benda langit_rinto_anugrahaMekanika benda langit_rinto_anugraha
Mekanika benda langit_rinto_anugraha
 
Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)
Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)
Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)
 
Perubahan kenampakan bumi
Perubahan kenampakan bumiPerubahan kenampakan bumi
Perubahan kenampakan bumi
 
Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1
 

Similar to Astronomi fisika bab i va

Bab iv fotometri bintang
Bab iv fotometri bintangBab iv fotometri bintang
Bab iv fotometri bintang
eli priyatna laidan
 
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDAAstronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
nurulmtech
 
Besaran Mendasar Dalam Astrofisika
Besaran Mendasar Dalam AstrofisikaBesaran Mendasar Dalam Astrofisika
Besaran Mendasar Dalam Astrofisika
Muhamad Dzaki Albiruni
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii matahari
Bab iii matahariBab iii matahari
Bab iii matahari
eli priyatna laidan
 
astronomi fotometri bintang
astronomi fotometri bintangastronomi fotometri bintang
astronomi fotometri bintang
Ajeng Rizki Rahmawati
 
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)Annisa Khoerunnisya
 
Besaran Mendasar.ppt
Besaran Mendasar.pptBesaran Mendasar.ppt
Besaran Mendasar.ppt
ssuser9a63291
 
Sistem Magnitudo - Sulistyo Budhi.pptx
Sistem Magnitudo - Sulistyo Budhi.pptxSistem Magnitudo - Sulistyo Budhi.pptx
Sistem Magnitudo - Sulistyo Budhi.pptx
sulistyo budhi
 
Bab iv Raksasa merah dan BIntang Katai Putih
Bab iv Raksasa merah dan BIntang Katai PutihBab iv Raksasa merah dan BIntang Katai Putih
Bab iv Raksasa merah dan BIntang Katai Putih
Trisya Sukma
 
Materi ajar 7 (magnitudo)
Materi ajar 7 (magnitudo)Materi ajar 7 (magnitudo)
Materi ajar 7 (magnitudo)
Annisa Khoerunnisya
 
PPT 1.pdf
PPT 1.pdfPPT 1.pdf
PPT 1.pdf
HadisMariyo
 
Presentasi materi 4 pfba
Presentasi materi 4 pfbaPresentasi materi 4 pfba
Presentasi materi 4 pfba
Annisa Wulandari
 
Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01
Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01
Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01
Dani Ibrahim
 
Gerak Bintang
Gerak BintangGerak Bintang
Gerak Bintang
Muhamad Dzaki Albiruni
 
Analisis garis spektrum
Analisis garis spektrumAnalisis garis spektrum
Analisis garis spektrumArnoldus Tedi
 
Analisa Garis Spektrum Bintang
Analisa Garis Spektrum BintangAnalisa Garis Spektrum Bintang
Analisa Garis Spektrum Bintang
Muhamad Dzaki Albiruni
 
Astronomi fisika bab vc
Astronomi fisika bab vcAstronomi fisika bab vc
Astronomi fisika bab vc
eli priyatna laidan
 

Similar to Astronomi fisika bab i va (20)

Bab iv fotometri bintang
Bab iv fotometri bintangBab iv fotometri bintang
Bab iv fotometri bintang
 
mangitudo
mangitudomangitudo
mangitudo
 
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDAAstronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
 
Besaran Mendasar Dalam Astrofisika
Besaran Mendasar Dalam AstrofisikaBesaran Mendasar Dalam Astrofisika
Besaran Mendasar Dalam Astrofisika
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
Bab iii matahari
Bab iii matahariBab iii matahari
Bab iii matahari
 
astronomi fotometri bintang
astronomi fotometri bintangastronomi fotometri bintang
astronomi fotometri bintang
 
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)
 
Besaran Mendasar.ppt
Besaran Mendasar.pptBesaran Mendasar.ppt
Besaran Mendasar.ppt
 
Sistem Magnitudo - Sulistyo Budhi.pptx
Sistem Magnitudo - Sulistyo Budhi.pptxSistem Magnitudo - Sulistyo Budhi.pptx
Sistem Magnitudo - Sulistyo Budhi.pptx
 
Bab iv Raksasa merah dan BIntang Katai Putih
Bab iv Raksasa merah dan BIntang Katai PutihBab iv Raksasa merah dan BIntang Katai Putih
Bab iv Raksasa merah dan BIntang Katai Putih
 
Materi ajar 7 (magnitudo)
Materi ajar 7 (magnitudo)Materi ajar 7 (magnitudo)
Materi ajar 7 (magnitudo)
 
PPT 1.pdf
PPT 1.pdfPPT 1.pdf
PPT 1.pdf
 
Presentasi materi 4 pfba
Presentasi materi 4 pfbaPresentasi materi 4 pfba
Presentasi materi 4 pfba
 
Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01
Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01
Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01
 
Gerak Bintang
Gerak BintangGerak Bintang
Gerak Bintang
 
Analisis garis spektrum
Analisis garis spektrumAnalisis garis spektrum
Analisis garis spektrum
 
Analisa Garis Spektrum Bintang
Analisa Garis Spektrum BintangAnalisa Garis Spektrum Bintang
Analisa Garis Spektrum Bintang
 
Astronomi fisika bab vc
Astronomi fisika bab vcAstronomi fisika bab vc
Astronomi fisika bab vc
 
Evolusi bintang01
Evolusi bintang01Evolusi bintang01
Evolusi bintang01
 

More from eli priyatna laidan

Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
eli priyatna laidan
 
Soal utn plus kunci gurusd.net
Soal utn plus kunci gurusd.netSoal utn plus kunci gurusd.net
Soal utn plus kunci gurusd.net
eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 5
Soal up sosial kepribadian pendidik 5Soal up sosial kepribadian pendidik 5
Soal up sosial kepribadian pendidik 5
eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 4
Soal up sosial kepribadian pendidik 4Soal up sosial kepribadian pendidik 4
Soal up sosial kepribadian pendidik 4
eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 3
Soal up sosial kepribadian pendidik 3Soal up sosial kepribadian pendidik 3
Soal up sosial kepribadian pendidik 3
eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 2
Soal up sosial kepribadian pendidik 2Soal up sosial kepribadian pendidik 2
Soal up sosial kepribadian pendidik 2
eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 1
Soal up sosial kepribadian pendidik 1Soal up sosial kepribadian pendidik 1
Soal up sosial kepribadian pendidik 1
eli priyatna laidan
 
Soal up akmal
Soal up akmalSoal up akmal
Soal up akmal
eli priyatna laidan
 
Soal tkp serta kunci jawabannya
Soal tkp serta kunci jawabannyaSoal tkp serta kunci jawabannya
Soal tkp serta kunci jawabannya
eli priyatna laidan
 
Soal tes wawasan kebangsaan
Soal tes wawasan kebangsaanSoal tes wawasan kebangsaan
Soal tes wawasan kebangsaan
eli priyatna laidan
 
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
eli priyatna laidan
 
Soal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didikSoal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didik
eli priyatna laidan
 
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
eli priyatna laidan
 
Rekap soal kompetensi pedagogi
Rekap soal kompetensi pedagogiRekap soal kompetensi pedagogi
Rekap soal kompetensi pedagogi
eli priyatna laidan
 
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
eli priyatna laidan
 
Bank soal ppg
Bank soal ppgBank soal ppg
Bank soal ppg
eli priyatna laidan
 
Soal cpns-paket-17
Soal cpns-paket-17Soal cpns-paket-17
Soal cpns-paket-17
eli priyatna laidan
 
Soal cpns-paket-14
Soal cpns-paket-14Soal cpns-paket-14
Soal cpns-paket-14
eli priyatna laidan
 
Soal cpns-paket-13
Soal cpns-paket-13Soal cpns-paket-13
Soal cpns-paket-13
eli priyatna laidan
 
Soal cpns-paket-12
Soal cpns-paket-12Soal cpns-paket-12
Soal cpns-paket-12
eli priyatna laidan
 

More from eli priyatna laidan (20)

Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
 
Soal utn plus kunci gurusd.net
Soal utn plus kunci gurusd.netSoal utn plus kunci gurusd.net
Soal utn plus kunci gurusd.net
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 5
Soal up sosial kepribadian pendidik 5Soal up sosial kepribadian pendidik 5
Soal up sosial kepribadian pendidik 5
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 4
Soal up sosial kepribadian pendidik 4Soal up sosial kepribadian pendidik 4
Soal up sosial kepribadian pendidik 4
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 3
Soal up sosial kepribadian pendidik 3Soal up sosial kepribadian pendidik 3
Soal up sosial kepribadian pendidik 3
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 2
Soal up sosial kepribadian pendidik 2Soal up sosial kepribadian pendidik 2
Soal up sosial kepribadian pendidik 2
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 1
Soal up sosial kepribadian pendidik 1Soal up sosial kepribadian pendidik 1
Soal up sosial kepribadian pendidik 1
 
Soal up akmal
Soal up akmalSoal up akmal
Soal up akmal
 
Soal tkp serta kunci jawabannya
Soal tkp serta kunci jawabannyaSoal tkp serta kunci jawabannya
Soal tkp serta kunci jawabannya
 
Soal tes wawasan kebangsaan
Soal tes wawasan kebangsaanSoal tes wawasan kebangsaan
Soal tes wawasan kebangsaan
 
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
 
Soal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didikSoal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didik
 
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
 
Rekap soal kompetensi pedagogi
Rekap soal kompetensi pedagogiRekap soal kompetensi pedagogi
Rekap soal kompetensi pedagogi
 
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
 
Bank soal ppg
Bank soal ppgBank soal ppg
Bank soal ppg
 
Soal cpns-paket-17
Soal cpns-paket-17Soal cpns-paket-17
Soal cpns-paket-17
 
Soal cpns-paket-14
Soal cpns-paket-14Soal cpns-paket-14
Soal cpns-paket-14
 
Soal cpns-paket-13
Soal cpns-paket-13Soal cpns-paket-13
Soal cpns-paket-13
 
Soal cpns-paket-12
Soal cpns-paket-12Soal cpns-paket-12
Soal cpns-paket-12
 

Recently uploaded

Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptxAksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
dhenisarlini86
 
SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)
SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)
SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)
SABDA
 
Materi MATSAMA Pengenalan Kurikulum.pptx
Materi MATSAMA  Pengenalan Kurikulum.pptxMateri MATSAMA  Pengenalan Kurikulum.pptx
Materi MATSAMA Pengenalan Kurikulum.pptx
ssuseraf5f2e
 
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdfKONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdf
SriWahyuni58535
 
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kedirijuknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
DaraAOi
 
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan marthaKoneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
johan199969
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
juliafnita47
 
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
TitisNindiasariAnggr
 
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdfTugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
SafaAgrita1
 
Integrasi Isu Prioritas dalam Capaian Pembelajaran
Integrasi Isu Prioritas dalam Capaian PembelajaranIntegrasi Isu Prioritas dalam Capaian Pembelajaran
Integrasi Isu Prioritas dalam Capaian Pembelajaran
walidumar
 
Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral .pptx
Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral  .pptxBab 7Korupsi sebagai persoalan moral  .pptx
Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral .pptx
Habibatut Tijani
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Kanaidi ken
 
Materi Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah Minggu
Materi Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah MingguMateri Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah Minggu
Materi Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah Minggu
BOWLNChannel
 
Epidemiologi Deskriptif dan Analitik.ppt
Epidemiologi Deskriptif dan Analitik.pptEpidemiologi Deskriptif dan Analitik.ppt
Epidemiologi Deskriptif dan Analitik.ppt
yuanitaclara1
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
d2spdpnd9185
 
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
MATERI Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptx
MATERI  Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptxMATERI  Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptx
MATERI Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptx
NindiBeautyandHealth
 
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptxpdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
vivi211570
 
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 

Recently uploaded (20)

Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptxAksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
Aksi Nyata Topik Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah_Dhenis.pptx
 
SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)
SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)
SABDA MLC - Kelas Bedah Kitab Wahyu (BKW)
 
Materi MATSAMA Pengenalan Kurikulum.pptx
Materi MATSAMA  Pengenalan Kurikulum.pptxMateri MATSAMA  Pengenalan Kurikulum.pptx
Materi MATSAMA Pengenalan Kurikulum.pptx
 
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdfKONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdf
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 SRI WAHYUNI.pdf
 
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kedirijuknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
juknis_2024_new pendaftaran ppdb kota kediri
 
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan marthaKoneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
Koneksi Antar Materi modul 2.1.pptx Johan martha
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF (perubahan kecil dengan dampak besar)
 
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1. Pendidikan Guru Penggerak
 
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdfTugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
Tugas 3.1_BAB II_Kelompok 2 Tahap Inquiry .pdf
 
Integrasi Isu Prioritas dalam Capaian Pembelajaran
Integrasi Isu Prioritas dalam Capaian PembelajaranIntegrasi Isu Prioritas dalam Capaian Pembelajaran
Integrasi Isu Prioritas dalam Capaian Pembelajaran
 
Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral .pptx
Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral  .pptxBab 7Korupsi sebagai persoalan moral  .pptx
Bab 7Korupsi sebagai persoalan moral .pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
Selamat "Hari Raya_Idul Adha 1445H / 2024H".
 
Materi Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah Minggu
Materi Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah MingguMateri Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah Minggu
Materi Khotbah Bercerita Untuk Anak Sekolah Minggu
 
Epidemiologi Deskriptif dan Analitik.ppt
Epidemiologi Deskriptif dan Analitik.pptEpidemiologi Deskriptif dan Analitik.ppt
Epidemiologi Deskriptif dan Analitik.ppt
 
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdfDemonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
Demonstrasi Konseptual Modul 2.1 - RPP Berdiferensiasi.pdf
 
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 4 Fase B Kurikulum Merdeka
 
MATERI Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptx
MATERI  Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptxMATERI  Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptx
MATERI Penguatan Kelembagaan BKK SMK PGRI 2.pptx
 
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptxpdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
pdf-powerpoint-kesehatan-reproduksi-remaja-ppt-kespro-remaja-_compress (1).pptx
 
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PJOK Kelas 1 Fase A Kurikulum Merdeka
 

Astronomi fisika bab i va

  • 1. DND-2006 Fotometri Bintang Keadaan fisis bintang dapat ditelaah baik dari spektrumnya maupun dari kuat cahayanya.  Pengukuran kuat cahaya bintang ini disebut juga fotometri bintang.
  • 2. DND - 2006  Terang suatu bintang dalam astronomi dinyatakan dalam satuan magnitudo  Hipparchus (abad ke-2 SM) membagi terang bintang dalam 6 (enam) kelompok berdasarkan penampakan- nya dengan mata telanjang,  Bintang paling terang tergolong magnitudo kesatu  Bintang yang lebih lemah tergolong magnitudo kedua  Dan seterusnya hingga bintang paling lemah yang masih bisa dilihat dengan mata termasuk magnitudo ke-6 Terang Bintang
  • 3. DND - 2006 Makin terang sebuah bintang, makin kecil magnitudonya magnitudo 1 2 3 4 5 6
  • 4. DND - 2006 Dalam tabel bawah ini terdapat data magnitudo dari lima buah bintang. Tentukanlah bintang nomor berapa saja yang bisa diamati di langit malam dengan mata telanjang? Tentukan juga bintang mana yang paling terang dan bintang mana yang paling lemah, jelaskanlah. No. Magnitudo 1 6,5 2 5,2 3 7,3 4 -2,5 5 2,7 Contoh :
  • 5. DND - 2006  John Herschel mendapatkan bahwa kepekaan mata dalam menilai terang bintang bersifat logaritmik  Bintang yang magnitudonya satu ternyata 100 kali lebih terang daripada bintang yang magnitudo- nya enam  Berdasarkan kenyataan ini, Pogson ( Norman Robert Pogson) pada tahun 1856 mendefinisikan skala satuan magnitudo secara lebih tegas John Herschel (1792-1871)
  • 6. DND - 2006 Skala Pogson didefinisikan sebagai : m1 – m2 = - 2,5 log (E1/E2) . . . . . . . . . .(4-1) atau . . . . . . . . . . . .(4-2)E1/E2 = 2,512 -(m1 - m2)  Tinjau dua bintang : m1 = magnitudo bintang ke-1 m2 = magnitudo bintang ke-2 E1 = fluks bintang ke-1 E2 = fluks bintang ke-2
  • 7. DND - 2006 Dengan skala Pogson ini dapat ditunjukkan bahwa bintang bermagnitudo 1 adalah 100 kali lebih terang daripada bintang bermagnitudo 6. Jika m1 = 1 dan m2 = 6, maka dari pers. (4-2), = 2,512 = 2,512 = 100 -(1 - 6) 5 E1 = 100 E2 Secara umum rumus Pogson dapat dituliskan : m = -2,5 log E + tetapan . . . . . . . . . (4-3) merupakan besaran lain untuk menyatakan fluks bintang yang diterima di bumi per cm2 s-1 E1/E2 = 2,512 -(m1 - m2) Jadi :
  • 8. DND - 2006  Harga tetapan ditentukan dengan mendefinisikan suatu titik nol.  Awalnya sebagai standar magnitudo digunakan bintang Polaris yang tampak di semua Observatorium yang berada di belahan langit utara. Bintang Polaris ini diberi magnitudo 2 dan magnitudo bintang lainnya dinyatakan relatif terhadap magnitudo bintang polaris  Tahun 1911, Pickering mendapatkan bahwa bintang Polaris, cahayanya berubah-ubah (bintang variabel) dan Pickering mengusulkan sebagai standar magnitudo digunakan kelompok bintang yang ada di sekitar kutub utara (North Polar Sequence)
  • 9. DND - 2006  Cara terbaik untuk mengukur magnitudo adalah dengan menggunakan bintang standar yang berada di sekitar bintang yang di amati karena perbedaan keadaan atmosfer Bumi tidak terlalu berpengaruh dalam pengukuran.  Pada saat ini telah banyak bintang standar yang bisa digunakan untuk menentukan magnitudo sebuah bintang, baik yang berada di langit belahan utara, maupun di belahan langit selatan.
  • 10. DND - 2006 Magnitudo :  magnitudo semu magnitudo Faktor jarak : m = -2,5 log E + tetapan magnitudo semu kuat cahaya sebenarnya . . . . . . (4-4)E = L 4 π d2  merupakan ukuran terang bintang yang kita lihat atau terang semu (ada faktor jarak dan penyerapan yang harus diperhitungkan)
  • 11. DND - 2006 Nama Bintang Magnitudo Nama Bintang Magnitudo Polaris 2.00 Vega 0.00 Regulus 1.50 Capella 0.00 Pollux 1.16 Sirius -1.42 Aldebaran 1.00 Jupiter -2.50 Betelgeuse 0.80 Bulan Purnama -13.00 Procyon 0.50 Matahari -26.70 Dalam tabel di bawah diperlihatkan magnitudo semu beberapa benda langit, termasuk bintang, planet Bulan dan Matahari
  • 12. DND - 2006 E’ = L 4 π 102 Untuk menyatakan luminositas atau kuat sebenarnya sebuah bintang, kita definisikan besaran magnitudo mutlak : M = -2,5 log E’ + tetapan magnitudo mutlak . . . . . . . (4-5)  Skala Pogson untuk magnitudo mutlak ini adalah, . . . . . (4-6)  magnitudo bintang yang diandaikan diamati dari jarak 10 pc M = -2,5 log + tetapanL 4 π 102 Jadi . . . . . (4-7)
  • 13. DND - 2006 m = -2,5 log E + tetapanDari pers. (4-3) : M = -2,5 log E’ + tetapanDari pers. (4-7) : m – M = -2,5 log E/E’ . . . . . . . (4-8) Subtitusikan pers. (4-4) : dan pers. (4-6) : ke pers (4-8) diperoleh, m – M = -5 + 5 log d . . . . . . . . (4- 9) modulus jarak d dalam pc E = L 4 π d2 L 4 π 102E’ =
  • 14. DND - 2006 Contoh : Magnitudo mutlak sebuah bintang adalah M = 5 dan magnitudo semunya adalah m = 10. Jika absorpsi oleh materi antar bintang diabaikan, berapakah jarak bintang tersebut ? Jawab : m = 10 dan M = 5, dari rumus Pogson m – M = -5 + 5 log d diperoleh,10 – 5 = -5 + 5 log d 5 log d = 10 log d = 2 d = 100 pc
  • 15. DND - 2006 Dari rumus Pogson dapat kita tentukan perbedaan magnitudo mutlak dua bintang yang luminositasnya masing-masing L1 dan L2, yaitu, Dari rumus pers (4-7) : M = -2,5 log + tetapanL 4 π 102 Untuk bintang ke-1 : M1 = -2,5 log + tetapan L1 4 π 102 Untuk bintang ke-2 : M1 - M2 = -2,5 log L1 L2 . . . (4-10) M2 = -2,5 log + tetapan L2 4 π 102
  • 16. DND - 2006 1. Andaikan sebuah bintang yang mirip dengan Matahari (temperatur dan luminositasnya sama) berjarak 100 juta kali lebih jauh dari jarak Bumi- Matahari. Berapa kali lebih terang atau lebih lemahkah bintang tersebut daripada Matahari? Berapakah magnitudo semu bintang tersebut? Apakah bintang ini bisa tampak dengan mata telanjang atau tidak ? Jelaskan jawabanmu. 2. Bintang A mempunyai magnitudo semu 3,26, dan bintang B magnitudo semunya 13,26. Bintang manakah yang lebih terang ? Bagaimanakah perbandingan energi yang kita terima dari kedua bintang tersebut? Soal-soal Latihan
  • 17. DND - 2006 3. Jika kedua bintang dalam soal nomor 2 mempunyai magnitudo mutlak yang sama, bintang manakah yang lebih dekat? Berapakah perbandingan jarak kedua- nya? 4. Andaikan magnitudo mutlak bintang dalam soal no. 2 adalah M = 8,26. Tentukanlah jarak setiap bintang dalam parsecs. 5. Energi yang diterima dari sebuah bintang yang berjarak 2 pc dan magnitudo semunya = 1,3 adalah 8 x 10-9 Watts/m2 . Berapakah energi yang kita terima dari sebuah bintang yang magnitudo semunya 5,3?.
  • 18. DND - 2006 6. Tabel di bawah ini memperlihatkan magnitudo mutlak Matahari dan dua bintang yang lebih terang (bintang A) dan yang lebih lemah (bintang B) daripada Matahari. Objek M Matahari +5 Bintang A -10 Bintang B +15 a. Berapa kali lebih terangkah bintang A dibanding- kan dengan bintang B. b. Jika luminostas Matahari adalah 4 x 1026 watts, tentukanlah luminositas bintang A dan B.
  • 19. DND - 2006 Sebelum perkembangan fotografi, magnitudo bintang ditentukan dengan mata.  Kepekaan mata untuk daerah panjang gelombang yang berbeda tidak sama  Mata terutama peka untuk cahaya kuning hijau di daerah λ = 5 500 Å, karena itu magnitudo yang diukur pada daerah ini disebut magnitudo visual atau mvis Sistem Magnitudo
  • 20. DND - 2006  Pada awal fotografi, emulsi fotografi mempunyai kepekaan di daerah biru-ungu pada panjang gelombang sekitar 4 500 Å.  Magnitudo yang diukur pada daerah ini disebut magnitudo fotografi atau mfot Dengan berkembangnya fotografi, magnitudo bintang selanjutnya ditentukan secara fotografi. Sebagai contoh kita ambil perbandingan hasil pengukuran magnitudo visual dengan magnitudo fotografi untuk bintang Rigel (β Orionis) dan Betelgeuse (α Orionis) yang berada di rasi Orion. Rigel berwarna biru sedangkan Betelgeuse berwarna merah.
  • 22. DND - 2006 Rigel (berwarna biru) Betelgeuse (berwarna merah)  Menurut Hukum Planck dan Wien, temperatur permukaan bintang Rigel lebih tinggi daripada Betelgeuse  Temperatur permukaan- nya lebih rendah daripada Rigel  Akan memancarkan lebih banyak cahaya biru daripada cahaya kuning  Akan memancarkan lebih banyak cahaya kuning daripada cahaya biru  Diamati secara fotografi akan tampak lebih terang daripada diamati secara visual (mvis besar dan mfot kecil).  Diamati secara visual akan tampak lebih terang daripada diamati secara fotografi (mvis kecil dan mfot besar). Perbandingan bintang Rigel dan Betelgeuse.
  • 23. DND - 2006 Jadi untuk suatu bintang, mvis berbeda dari mfot. Selisih kedua magnitudo tersebut, dinamakan indeks warna (Color Index – CI).  Makin panas atau makin biru suatu bintang, semakin kecil indeks warnanya. CI = mfot − mvis . . . . . . . . . . .(4-11)
  • 24. DND - 2006 λfot λvis mvis besar, mfot kecil Distribusi energi spektrum bintang Rigel  CI kecil mvis = 0,14 mfot = - 0,03 CI = - 0,17 mfot - mvis = indeks warna λ Intensitas
  • 25. DND - 2006 mvis kecil, mfot besar  CI besar Distribusi energi spektrum bintang Betelgeus mvis = 0,70 mfot = 2,14 CI = 1,44 mfot - mvis = indeks warna λ Intensitas λfot λvis
  • 26. DND - 2006 λ Intensitas Perbandingan distribusi energi spektrum (DES) bintang Rigel dan Betelgeus CI Betelgeus mfot mvis DES Betelgeus DES Rigel CI Rigel
  • 27. DND - 2006 Karena ada perbedaan antara mvis dan mfot , maka perlu diadakan pembakuan titik nol kedua magnitudo tersebut. mvis = - 2,5 log Evis + Cvis . . . . . . . . . . . . . (4-12) mfot= - 2,5 log Efot + Cfot . . . . . . . . . . . . . (4-13) Evis = fluks dalam daerah visuil Efot= fluks dalam daerah fotografi Cvis dan Cfot adalah tetapan Tetapan Cvis dan Cfot dapat diambil sedemikian rupa sehingga untuk bintang deret utama yang spektrumnya termasuk kelas A0 (akan dibicarakan kemudian) harga mvis = mfot
  • 28. DND - 2006 Contoh bintang deret utama dengan kelas spektrum A0 adalah bintang Vega.  Berdasarkan definisi indeks warna bintang Vega adalah nol (CI = 0)  Jadi bintang yang lebih biru atau lebih panas daripada Vega, misalnya bintang Rigel indeks warnanya akan negatif.  Bintang yang lebih merah atau lebih dingin daripada Vega, misalnya bintang Betelgeuse indeks warnanya akan positif Rigel : mfot = -0,03, mvis = 0,14 CI = − 0,17 Betelgeuse : mfot = 2,14, mvis = 0,70 CI = 1,44
  • 29. DND - 2006 Dengan berkembangnya fotografi, selanjutnya dapat dibuat pelat foto yang peka terhadap daerah panjang gelombang lainnya, seperti kuning, merah bahkan inframerah. Pada tahun 1951, H.L. Johnson dan W.W. Morgan mengajukan sistem magnitudo yang disebut sistem UBV, yaitu  U = magnitudo semu dalam daerah ultraviolet (λef = 3500 Å)  B = magnitudo semu dalam daerah biru (λef = 4350 Å)  V = magnitudo semu dalam daerah visual (λef = 5550 Å)
  • 30. DND - 2006 Daerah kepekaan pe-ngukuran magnitudo U, B dan V 0,0 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 3000 4000 5000 6000 Kepekaan λ (Å) U B V
  • 31. DND - 2006  Indeks warna adalah U-B dan B-V  Untuk bintang panas B-V kecil.  Harga tetapan dalam pers. (4-3) Dalam sistem Johnson – Morgan (sistem UBV) diambil sedemikian rupa sehingga untuk bintang deret utama kelas A0 (misalnya bintang Vega) m = -2,5 log E + tetapan U = B = V CI = 0
  • 32. DND - 2006 Tiga bintang diamati magnitudonya dalam λ visual (V) dan biru (B) seperti yang diperlihatkan dalam tabel di bawah. a. Tentukan bintang nomor berapakah yang paling terang ? Jelaskanlah alasannya b. Bintang yang dipilih sebagai bintang yang paling terang itu dalam kenyataannya apakah benar-benar merupakan bintang yang paling terang ? Jelaskanlah jawaban anda. c. Tentukanlah bintang mana yang paling panas dan mana yang paling dingin. Jelaskanlah alasannya. No. B V 1 8,52 8,82 2 7,45 7,25 3 7,45 6,35 Contoh :
  • 33. DND - 2006 Jawab : a. Bintang paling terang adalah bintang yang magnitudo visualnya paling kecil. Dari tabel tampak bahwa bintang yang magnitudo visualnya paling kecil adalah bintang no. 3, jadi bintang yang paling terang adalah bintang no. 3 No. B V 1 8,52 8,82 2 7,45 7,25 3 7,45 6,35
  • 34. DND - 2006 Jawab : b. Belum tentu karena terang suatu bintang bergantung pada jaraknya ke pengamat seperti tampak pada rumus E = L 4 π d 2 dimana E adalah terang bintang, L luminositas bintang dan d adalah jarak bintang ke pengamat. Oleh karena itu bintang yang sangat terang bisa tampak sangat lemah cahayanya karena jaraknya yang jauh. V = -2,5 log E + tetapan, dan
  • 35. DND - 2006 c. Makin panas atau makin biru sebuah bintang, indeks warnanya akan semakin kecil No. Btg B V B-V 1 8,52 8,82 -0,30 2 7,45 7,25 0,20 3 7,45 6,35 1,10 Dari tabel di atas tampak bintang yang mempunyai indeks warna terkecil adalah bintang no. 1. Jadi bintang terpanas adalah bintang no. 1. Jawab :
  • 36. DND - 2006 Magnitudo Warna λ Efektif (Å) Lebar Pita (Å) Sistem UGR dari Becker U Ultraviolet 3 690 500 – 700G Hijau 4 680 R Merah 6380 Sistem UBV dari Johnson dan Morgan U Ultraviolet 3 500 800 – 1000B Biru 4 350 V Kuning 5 550 Sistem Stromgren (Sistem ubvy) u Ultraviolet 3 500 ∼ 200 v Violet 4 100 b Biru 4 670 y Hijau 5 470 Berbagai Sistem Magnitudo
  • 37. DND - 2006 Magnitudo Warna λ Efektif (Å) Lebar Pita (Å) Sistem Stebbins dan Withford U Ultraviolet 3 550 600 - 1500 V Violet 4 200 B Biru 4 900 G Hijau 5 700 R Merah 7 200 I inframerah 10 300 Berbagai Sistem Magnitudo
  • 38. DND - 2006 Dewasa ini pengamatan fotometri tidak lagi menggunakan pelat film, tetapi dilakukan dengan menggunakan kamera CCD (digital), sehingga untuk menentukan bermacam-macam sistem magnitudo hanya ditentukan oleh filter yang digunakan. !  Sistem dengan lebar pita (band width) yang sempit seperti sistem Stromgren dapat memberikan informasi yang lebih cermat, tetapi sistem ini memerlukan waktu pengamatan yang lebih lama.  dalam suatu selang waktu, jumlah cahaya yang ditangkap detektor lebih sempit
  • 39. DND - 2006 Diagram Hertzsprung-Russel (H-R) Ejnar Herztprung (1873 – 1967)Henry Norris Russel (1877 – 1957) Pada tahun 1911, seorang astronom Denmark bernama Eijnar Hertzsprung membandingkan hubungan antara magnitudo & indeks warna di dalam gugus Pleiades dan Hyades. Kemudian pada 1913, Henry Norris Russell, seorang Ph.D dari Universi- tas Princeton, membuat plot hubung- an antara magnitudo mutlak & spektrum bintang
  • 40. DND - 2006  Hasil yang mereka peroleh sekarang dikenal sebagai diagram Hertzsprung-Russell atau diagram H-R.  Diagram H-R ini menunjukkan hubungan luminositas (atau besaran lain yang identik, seperti magnitudo mutlak) dan temperatur efektif (atau besaran lain, seperti indeks warna (B - V) atau kelas spektrum .
  • 41. DND - 2006 L = 4 π R2 σΤef 4 Diagram H-R http://www.phys-astro.sonoma.edu/BruceMedalists/Russell/index.html
  • 42. DND - 2006  Dari diagram H-R ini dapat kita lihat bahwa bintang- bintang berkelompok dalam empat kelompok besar yaitu,  Bintang Deret Utama (Main Sequence)  Bintang Raksasa (Giants)  Maharaksasa (Supergiants)  Katai Putih (White Dwarf)  Sebagian besar bintang-bintang berada dalam deret utama.
  • 43. DND - 2006  Dari diagram dapat kita lihat bahwa bintang yang mempunyai temperatur sama, tetapi kelompoknya berbeda akan mempunyai luminositas yang berbeda.  Sebagai contoh, bintang A adalah bintang deret utama dan bintang B adalah bintang Maharaksasa, maka luminositas bintang A lebih kecil daripada bintang B. Dari hubungan L = 4π R2 σTef 4 dapat diketahui bahwa radius bintang B lebih besar daripada radius bintang A.
  • 44. DND - 2006 Lanjutkan Kembali ke Daftar Materi