SlideShare a Scribd company logo
DND - 2006
Magnitudo Bolometrik
 Untuk itu didefinisikan magnitudo bolometrik (mbol)
yaitu magnitudo bintang yang diukur dalam seluruh λ.
 Berbagai magnitudo yang telah kita bicarakan belum
bisa menggambarkan sebaran energi pada spektrum
bintang, karena magnitudo ini hanya diukur pada λ
tertentu saja.
 Rumus Pogson untuk magnitudo semu bolometrik
dituliskan sebagai,
mbol = -2,5 log Ebol + Cbol
tetapanFluks bolometrik E =
L
4 π d 2
. . . . . . . . . (4-
14)
DND - 2006
 Magnitudo mutlak bolometrik mempunyai arti penting
karena kita dapat memperoleh informasi mengenai
energi total yang dipancarkan suatu bintang per detik
(luminositas) yaitu dari rumus,
Mbol – Mbol = -2,5 log L/L
Mbol : magnitudo mutlak bolometrik bintang
L : Luminositas bintang
Mbol : magnitudo mutlak bolometrik Matahari = 4,75
L : Luminositas Matahari = 3,83 x 1033
erg/det
. . . . . . . . (4-15)
Magnitudo mutlak bolometrik diberi simbol Mbol
DND - 2006
 Magnitudo bolometrik sukar ditentukan karena
beberapa panjang gelombang tidak dapat menembus
atmosfer Bumi.
 Bintang yang panas sebagian besar energinya
dipancarkan pada panjang gelombang ultraviolet,
sedangkan bintang yang dingin, sebagian besar
energinya dipancarkan pada panjang gelombang
inframerah. Keduannya tidak dapat menembus
atmosfer Bumi.
 Magnitudo bolometrik bintang-bintang panas dan
dingin ini ditentukan secara teori, atau penentuannya
dilakukan di luar atmosfer Bumi.
DND - 2006
 Cara lain adalah cara tidak langsung, yaitu dengan
memberikan koreksi pada magnitudo visualnya.
Magnitudo visual adalah, V = -2,5 log EV + CV
Magnitudo bolometrik adalah, mbol = -2,5 log Ebol + Cbol
Dari dua persamaan ini diperoleh,
V - mbol = -2,5 log EV / Ebol + C
Atau V – mbol = BC
BC disebut koreksi bolometrik (bolometric correction)
yang harganya bergantung pada temperatur atau
warna bintang
. . . . . . . . . . . . . . . . . (4-16)
DND - 2006
 Koreksi bolometrik dapat juga dituliskan sebagai,
mv – mbol = BC . . . . . . . . . . . . . . (4-17)
mv adalah magnitudo visual
 Dalam magnitudo mutlak koreksi bolometrik dituliskan
sebagai,
Mv – Mbol = BC . . . . . . . . . . . . . . (4-
18)
DND - 2006
 Untuk bintang yang sangat panas atau sangat dingin,
 sebagian besar energinya dipancarkan pada
daerah ultraviolet atau inframerah, hanya sebagian
kecil saja dipancarkan pada daerah visual.
 koreksi bolometriknya besar
 Untuk bintang yang temperaturnya sedang, seperti
Matahari,
 sebagian besar energinya dipancarkan dalam
daerah visual hingga perbedaan antara mbol dan V
kecil.
 koreksi bolometriknya mencapai harga terkecil.
Koreksi bolometrik bergantung pada warna bintang !
DND - 2006
Hubungan antara BC dengan B-V
Koreksi bolometrik yang
minimum (BC = 0) terjadi
pada harga B – V = 0,30
Untuk bintang lainnya,
apabila B – V diketahui,
maka BC dapat ditentukan
Contoh, bintang Vega harga
B – V = 0,
Jadi harga koreksi bolome-
triknya adalah BC = 0,15
Bintang Deret Utama
Bintang Maharaksasa
B - V
0,00
-0,20 0,40 0,80 1,200,00
0,00
1,00
1,50
2,00
BC
DND - 2006
B - V
Bintang
Deret Utama
Bintang
Maharaksasa
Teff BC Teff BC
-0,25 24500 2,30 26000 2,20
-0,23 21000 2,15 23500 2,05
-0,20 17700 1,80 19100 1,72
-0,15 14000 1,20 14500 1,12
-0,10 11800 0,61 12700 0,53
-0,05 10500 0,33 11000 0,14
0,00 9480 0,15 9800 -0,01
0,10 8530 0,04 8500 -0,09
0,20 7910 0 7440 -0,10
B - V
Bintang
Deret Utama
Bintang
Maharaksasa
Teff BC Teff BC
0,30 7450 0 6800 -0,100
0,40 6800 0 6370 -0,090
0,50 6310 0,03 6020 -0,070
0,60 5910 0,07 5800 -0,003
0,70 5540 0,12 5460 0,003
0,80 5330 0,19 5200 0,100
0,90 5090 0,28 4980 0,190
1,00 4840 0,40 4770 0,300
1,20 4350 0,75 4400 0,590
Tabel 4.1. Temperatur efektif dan koreksi bolometrik untuk
bintang-bintang Deret Utama dan Bintang Maharaksasa.
DND - 2006
α
L = 4 π R2
σTef
4
E =
L
4 π d 2
Temperatur Effektif Bintang
Pers. (2-29) :
E = σ Tef
4
R
d
2
R
d
E = α2
σ Tef
4
Radius sudut bintang
. . . . . . . . . . . . (4-21)
Pers. (2-30) :
α =
R
d
. . . . . . (4-
20)
. (4-19)
Subtitusikan pers. (4-20) ke pers. (4-19) diperoleh,
DND - 2006
δ
R
dα
δ = 2α
Garis tengah sudut
Untuk Matahari :
E = σ Tef
4
δ
2
2
E = σ Tef
4
δ
2
2
. . . . . . . . . . (4-24)
R
Subtitusikan pers. (4-22) ke pers. (4-21) : E = α2
σ Tef
4
diperoleh,
. . . . . . . . . . . . . . (4-
22)
. . . . . . . . . . (4-23)
DND - 2006
Bandingkan fluks bintang dengan fluks Matahari :
E = σ Tef
4
δ
2
2
δ
δ
1/2
E
E
1/4
Tef
Tef
=
Jika diambil logaritmanya, maka diperoleh,
log (Tef /Tef) = 0,25 log (E /E) + 0,5 log (δ/δ)
. . . . (4-25)
E = σ Tef
4
δ
2
2
Fluks bintang :
FluksMatahari :
DND - 2006
Dengan menggunakan rumus Pogson, didapatkan,
mbol - mbol = - 2,5 log (E/E)
log (Tef /Tef) = 0,25 log (E /E) + 0,5 log (δ/δ)
Apabila pers. ini disubtitusikan ke pers. (4-25) :
akan diperoleh,
log Tef = log Tef − 0,1 (mbol - mbol) + 0,5 (log δ − log δ)
. . . . . . . . . (4-27)
. . . . . . . . . (4-26)
DND - 2006
Untuk Matahari diketahui,
Tef = 5785 K, mbol = −26,79 dan δ = 1920”
log Tef = log Tef - 0,1(mbol − mbol ) + 0,5 (log δ − log δ)
Jika harga-harga ini dimasukan ke pers. (4-27) :
akan diperoleh,
log Tef = 2,73 – 0,10 mbol – 0,50 log δ
dinyatakan dalam
detik busur
. . (4-28)
Jadi jika δ dan mbol dapat ditentukan maka Tef dapat dicari.
DND - 2006
Jika Tef sudah dapat ditentukan, maka dengan menggu-
nakan pers. (2-29) :
L = 4 π R2
σTef
4
dapat dicari
ditentukan dari δ
Atau mana saja yang duluan bisa ditentukan, maka yang
lainnya dapat dicari.
DND - 2006
Contoh:
1. Vega adalah bintang deret utama kelas A0 dengan Mv
= 0,58. Tentukanlah Mbol dan Luminositasnya.
Jawab:
Koreksi Bolometrik Vega adalah, BC = 0,15
Dari pers. (4-18) : Mv – Mbol = BC
diperoleh, Mbol = 0,58 – 0,15 = 0,43
Dari pers. (4-15) : Mbol – Mbol = -2,5 log L/L
diperoleh,
Mbol = 4,75
Log L/L = = = 1,73
Mbol – Mbol
−2,5
0,43 – 4,75
− 2,5
Jadi, L = 53,46 L
DND - 2006
2. Dari hasil pengukuran, diameter sudut bintang Vega
adalah 3,24 x 10−3
detik busur, parallaksnya adalah p
= 0”,133 dan koreksi bolometriknya BC = 0,15. Jika
diketahui Mv = 0,58 tentukanlah,
a. Temperatur efektifnya
b. Radiusnya
c. Dari nilai yang diperoleh dari butir a dan b,
tentukan-lah Luminositasnya. Bandingkan hasilnya
dengan contoh 1.
Jawab:
δ = 3,24 x 10−3
detik busur
= 1,57 x10−8
radian
p = 0,133 detik busur,
BC = 0,15
Mv = 0,58
DND - 2006
p = 1/d d = 1/p = 1/0,133 = 7.52 pc
mv – Mv = -5 + 5 log d
Rumus modulus jarak (pers. 4-9) untuk magnitudo
bolometrik adalah,
mv = -5 + 5 log 7.52 + 0,58
= – 0,04
Dari pers. (4-17) : mv – mbol = BC mbol = – 0,19
log Tef = 2,726 – 0,1mbol – 0,5 log δ
diperoleh,
log Tef = 2,726 – 0,1(– 0,19) – 0,5 log (3,24 x 10−3
)
Tef = 9766 K
Dari pers. (4-28) :
a)
= 2,32 x 1018
cm
DND - 2006
α =
R
d
b)
δ = 2α
c) Luminositas bintang dapat ditentukan dari pers.
L = 4 p R2
σTef
4
L = 4 π (1,82 x 1011
)2
(5,67 x 10-5
) (9766)4
= 2,15 x 1035
erg/s = 56,08 L
= 1,82 x 1011
cm = 12,62 R
Dari contoh 1, L = 53,46 L
R =
δ d
2
=
(1,57 x 10 −8
) (2,32 x 1019
)
2
DND - 2006
Soal Latihan :
1. Dari pengamatan diperoleh bahwa magnitudo semu
sebuah bintang adalah mv = 10,4 dan kereksi
bolometriknya BC = 0,8. Jika parallaks bintang
tersebut adalah p = 0”,001, tentukan luminositasnya.
2. Sebuah bintang mempunyai Tef = 8700 K, Mbol = 1,6
dan mbol = 0,8. Tentukanlah jarak, radius dan
luminositas bintang tersebut.
DND - 2006
Soal Latihan :
3. Magnitudo semu visual bintang α Aql adalah 0,78,
temperatur efektifnya adalah 8400 K. Jika parallaks
bintang ini adalah 0”,198 dan diameter sudutnya 2,98
x 10-3
detik busur, tentukanlah :
a. Koreksi bolometrik dan magnitudo mutlak bolome-
trik bintang tersebut.
b. Luminositas dan radius bintang.
DND-2006
Penyerapan (Absorpsi) Cahaya Bintang Oleh
Atmosfer Bumi
Sebelum sampai ke permukaan Bumi, cahaya yang
berasal dari benda-benda langit akan melewati atmosfer
Bumi. Materi yang berada di atmosfer Bumi, akan
menyerap cahaya tersebut sehingga cahaya yang
diterima di Bumi menjadi lebih redup. Oleh karena itu
pengamatan magnitudo bintang dari permukaan Bumi
harus dikoreksi terhadap penyerapan ini.
DND-2006
ζ
Perhatikan gambar berikut :
ZenitAtmosfer
atas
Permukaan
Bumi P (pengamat)

 Cahaya bintang merambat melalui atmosfer dan
membentuk sudut ζ terhadap arah zenit. ζ disebut
jarak zenit (sudut zenit pengamat)
x s
 Pada saat cahaya bin-
tang melalui atmosfer
bumi (jarak s), sebagian
cahaya tersebut diserap
dan sebagian lagi
disebarkan ke arah lain.
DND-2006
dx ds
ζ
 Proses penyerapan ini dinyatakan oleh koefisien
absorpsi κλ yang diukur per cm dan sangat ber-
gantung pada panjang gelombang.
ζ
ZenitAtmosfer
atas
Permukaan
Bumi P

x s
 Intensitas cahaya
bintang pada waktu
melewati elemen
jarak ds akan
berkurang sebesar :
DND-2006
Integrasikan pers. (4-29) dari E0λ
(fluks yang diamati di
atas atmosfer) sampai Eλ
(fluks yang diamati di bumi)
dan κλ
ds dari s sampai 0.
dEλ
= − Eλ
κλ
ds . . . . . . . . . . . . . . . . (4-
29)
Fluks yang diterima di bumi.
Tanda negatif berarti fluks berkurang
dengan bertambahnya jarak
∫ = − κλ
dsdEλ
Eλ
E0λ
Eλ
∫s
0
ln = − κλ
ds
Eλ
E0λ
∫s
0
DND-2006
∫s
0
= exp − κλ
ds
Eλ
E0λ
∫s
0
Eλ = E0λ exp − κλ
ds
Definisikan tebal
optis atmosfer bumi
sepanjang garis s.
∫s
0
τλ = κλ
ds . . . . . . . . . (4-
31)
. . . . . . . . . (4-
30)
Subtitusikan pers. (4-31) ke pers. (4-30) diperoleh,
. . . . . . . . . . . . . (4-32)Eλ = E0λ e− τλ
fluks yang diamati
di atas atmosfer
fluks yang
diamati di bumi
DND-2006
Misalkan m0λ = magnitudo yang diamati di atas atmosfer
moλ – mλ = - 2,5 log (Eoλ/Eλ) . . . . . . . . . .(4-33)
mλ = magnitudo yang diamati di bumi
Dari rumus Pogson (pers. 4-1) diperoleh,
Subtitusikan pers. (4-30) :
ke pers. (4-33) diperoleh,
moλ – mλ = - 2,5 τλ log e
atau, mλ – moλ = 1,086 τλ
. . . . . . . . . . .(4-34)
Persamaan di atas mengatakan bahwa cahaya bintang
pada waktu melewati atmosfer bumi dilemahkan sebesar
1,0856 τλ
Eλ = Eoλ e− τλ
moλ – mλ = - 2,5 log (eτ
)λ
DND-2006
 Karena ζ (jarak zenit) selalu berubah dengan
berubahnya waktu pengamatan, maka harga
ekstingsi atmosfer (pengurangan intensitas cahaya
bintang karena diserap dan disebarkan oleh atmosfer
bumi) juga berubah terhadap waktu pengamatan.
 Apabila kita menggunakan bintang standar sepanjang
waktu pengamatan, maka ekstingsi dapat ditentukan
sebagai fungsi waktu; hasilnya dapat digunakan pada
bintang yang kita amati.
 Untuk ketelitian yang tinggi, bintang standar harus
berada di dekat bintang program, dalam hal ini,
diperlukan bintang standar yang banyak.
DND-2006
Menentukan Koefisien Absorpsi
 Andaikan atmosfer bumi plan paralel sehingga
pembelokkan cahaya bintang oleh atmosfer bumi
dapat diabaikan.
 sifat-sifat atmosfer
bumi hanya ber-
gantung pada ke-
tinggian dari per-
mukaan bumi (jadi
koefisien absorpsi
di titik A akan
sama dengan di
titik B)
Permukaan
Bumi
dx ds
ζ
ζ
Zenit
Atmosfer
atas
P

x s
A
BA’
DND-2006
dx ds
ζ
ζ
Zenit
Atmosfer
atas
Permukaan
Bumi P

x s
A
B
Perhatikan gambar berikut :
dx
dsζ
ds = sec ζ dx . . . . . . . . . . . . . . . (4-
35)
Subtitusikan pers. (4-35) ke
pers. (4-29) :
∫s
0
τλ = κλ
ds
diperoleh, ∫s
0
τλ = κλ sec ζ dx = sec ζ κλ dx
∫s
0
. . . . . . . (4-36)
Pada arah zenit, ζ = 0, jadi pers. (4-36) dapat dituliskan
menjadi
∫s
0
τoλ = κλ
dx . . . . . . . . . . . . . (4-37)
DND-2006
Subtitusikan
∫s
0
τoλ = κλ
dxPers. (4-37) :
∫s
0
τλ = sec ζ κλ dxke pers. (4-36) :
τλ = τoλ sec ζ
. .(4-38)
Selanjutnya subtitusikan pers. (4 -38) ke
pers. (4-34) : mλ – moλ = 1,086 τλ
diperoleh, mλ – moλ = 1,086 τoλ sec ζ . . . . . . . . . (4-39)
DND-2006
Posisi ke-2
bintang standar
Posisi ke-1
bintang standar
Untuk menentukan τoλ, bintang standard paling sedikit
harus diamati dalam dua posisi. Biasanya sebelum
pengamatan terhadap bintang program dan sesudahnya.
Zenit
P

ζ1ζ2

Posisi bintang program
sewaktu diamati
DND-2006
Misalkan
 mλ2 magnitudo bintang standar pada waktu pengamat-
an kedua (t2), dan ζ2 jarak zenitnya.
Dari pers. (4-39) diperoleh,
mλ1 – moλ = 1,086 τoλ sec ζ1
mλ2 – moλ = 1,086 τoλ sec ζ2
mλ1 – mλ2 = 1,086 τoλ (sec ζ1 – sec ζ2). . . . . . . . . (4-
40)
 mλ1 magnitudo bintang standar pada waktu pengamat-
an pertama (t1), dan ζ1 jarak zenitnya.
DND-2006
atau τoλ =
mλ1 – mλ2
1,086 (sec ζ1 – sec ζ2)
. . . . . . . . . . . . (4-
41)
mλ1, mλ2, ζ1 dan ζ2 dapat diamati τoλ dapat ditentukan
moλ - mλ = 1,086 τoλ sec ζPers. (4-39) :
Nilai τoλ ini selanjutnya bisa digunakan ke pers. (4-39)
untuk bintang-bintang program.
dapat diamati
ditentukan dari pers. (4-41)dapat diamati
dapat dicari
DND-2006
Contoh :
1. Sebuah bintang diamati dengan sebuah teropong yang
ada di sebuah observatorium. Pada waktu bintang
tersebut berada jarak zenit 35o
, magnitudo semunya
adalah 5,8, sedangkan pada waktu jarak zenitnya 15o
,
magnitudo semunya adalah 5,5. Berapakah magnitudo
semu binatang tersebut apabila diamati di luar
atmosfer bumi.
DND-2006
Penyerapan (Absorpsi) Cahaya Bintang Oleh
Materi Antar Bintang
 Ruang antar bintang tidak hampa. tetapi dipenuhi
dengan materi antar bintang (MAB)
 Pada waktu melewati MAB ini,
cahaya bintang mengalami
pelemahan, karena sebagian
cahaya bintang tersebut diserap
oleh MAB. Oleh karena itu,
magnitudo bintang yang diamati
di Bumi, harus dikoreksi terhadap
penyerapan/absorpsi ini.
Eagle Nebula (M16)
DND-2006
 Proses penyerapan cahaya bintang oleh MAB pada
prinsipnya hampir sama dengan proses penyerapan
oleh atmosfer Bumi.
Misalkan σλ adalah koefisien absorpsi dalam cm-1
yang
bergantung pada λ.
Ketebalan optis τλ antara bumi dengan bintang pada jarak
s adalah (lihat pers. 4-31) :
∫s
0
τλ = σλ
ds . . . . . . . . . . . . . (4-42)
DND-2006
Akibat absorpsi oleh MAB ini, maka fluks yang diamati di
Bumi (di luar atmosfer Bumi) adalah (lihat penentuan
pers. 4-30)
Eλ = Eoλ e− τ λ
. . . . . . . . . . . . . (4-43)
fluks yang diamati
sebelum melewati MAB
fluks yang diamati di
luar atmosfer bumi
Akibat penyerapan oleh MAB ini, magnitudo bintang di
lemahkan sebesar (lihat penentuan pers. 4-34)
DND-2006
mλ – m0λ = 1,086 τλ
. . . . . . . . . . . . . (4-44)
magnitudo sebelum
melewati MAB
magnitudo di luar
atmosfer bumi
Δ m = mλ – m0λ = Aλ
disebut besaran absorpsi
untuk panjang gelombang visual, pers. (4-45) menjadi,
. . . . . . . . . . . . . . . . . (4-45)
Δ mv = mv – m0v = Av
. . . . . . . . . . . . . . . . . (4-
46)Dengan demikian, persamaan Pogson harus dikoreksi
terhadap absorpsi ini, sehingga persamaan Pogson
(pers. 4-9) dapat dituliskan menjadi,
m – M = -5 + 5 log d + Av
. . . . . . . . . . . . (4-47)
DND-2006
Untuk pengamatan dalam dua panjang gelombang yang
berbeda yaitu λ1 dan λ2,
mλ – moλ = AλPers. (4-45) :
(mλ – moλ ) – (mλ – moλ ) = Aλ – Aλ1 1 2 2 1 2
(mλ – mλ ) – (mλ – mλ )o = Aλ – Aλ1 2 2 1 21
disebut Ekses Warna dan diberi simbol E
Jadi :
Eλ = (mλ − mλ ) − (mλ − mλ )o = Aλ − Aλ12 1 2 1 2 1 2
. . . . (4-48)
dapat dituliskan menjadi,
atau
DND-2006
Selanjutnya definisikan perbandingan absorpsi sbb:
R =
Aλ 1
Eλ 12
. . . . . . . . . . . . . . . (4-49)
1
Aλ = R Eλ12
Maka . . . . . . . . . . . . . . (4-50)
EBV = E(B - V) = (B - V) - (B - V)o
Untuk sistem UBV , ekses warna dituliskan sebagai
. . . . . . (4-
51)
AV = R EBVdan . . . . . . . . . . . . . (4-52)
DND-2006
Untuk MAB yang normal , harga R = 3,2
 Makin besar harga R, maka absorpsi yang
disebabkan oleh MAB akan semakin besar.
sehingga : AV = 3,2 EBV
. . . . . . . . . . . . . . . (4-53)
Pada umumnya, untuk MAB :
∆mB = 1,31 ∆mV
∆mU = 1,53 ∆mV
∆mB - ∆mV = ∆(B - V) = 0,31 ∆mV
∆mU - ∆mB = ∆(U - B) = 0,22 ∆mV
DND-2006
Dari hubungan ini diperoleh,
∆(B - V)
∆(U - B)
= 0,72
E(B - V)
E(U - B)
= 0,72
EBV
EUB
=atau . . . . . . . . . . . (4-54)
dapat digunakan untuk mengoreksi absorpsi yang
disebabkan oleh MAB,
Absorpsi cahaya bintang oleh MAB disebut juga sebagai
efek pemerahan (reddening) karena akibat absorpsi,
cahaya bintang menjadi lebih merah
DND-2006
Untuk menentukan efek pemerahan suatu bintang, dapat
digunakan diagram dua warna sebagai berikut :
 Buat diagram antara (U-B) dan (B-V) untuk bintang-
bintang yang tidak mengalami absorpsi
1.20.80.40.0−0.
4
1.2
0.8
0.4
0.0
−0.4
−0.8
−1.2
(B − V)O
(U−B)O
arah pemerahan,
ditentukan dari
E(B - V)
E(U - B)
= 0,72
DND-2006
 Jika kita mempunyai indeks warna (U − B) dan (B − V)
suatu bintang hasil pengamatan, maka indeks warna
bintang tersebut kita plotkan dalam diagran dua warna
tersebut.
B
B’
B’’
B’’’
A
A’
1.20.80.40.0−0.4
1.2
0.8
0.4
0.0
−0.4
−0.8
−1.2
(B − V)O
(U−B)O
DND-2006
Tugas :
Buat diagram dua warna dg menggunakan data warna
intrinsik bintang sebanyak mungkin (Cari sendiri
datanya). Selanjutnya cari paling sedikit 5 buah bintang
hasil pengamatan, kemudian tentukan magnitudo intrinsik
bintang tersebut dengan menggunakan diagram dua
warna yang anda buat.
DND-2006
1. Dari hasil pengamatan terhadap sebuah bintang diper-
oleh, B = 4,53 dan V = 4,42, Apabila warna instrinsik
bintang ini sudah diketahui yaitu (B – V)o = −0,25, dan
magnitudo mutlaknya Mv = − 2,8 tentukanlah :
Soal Latihan
a. Magnitudo visual intrinsiknya
b. Jarak sebenarnya bintang ini
(misalkan konstanta absorpsinya R = 3,2)
Lanjut ke Bab V
Kembali ke Daftar Materi

More Related Content

What's hot

Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)Annisa Khoerunnisya
 
Besaran Mendasar Dalam Astrofisika
Besaran Mendasar Dalam AstrofisikaBesaran Mendasar Dalam Astrofisika
Besaran Mendasar Dalam Astrofisika
Muhamad Dzaki Albiruni
 
Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Materi ajar 2 (huk. pancaran)Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Annisa Khoerunnisya
 
Bab i
Bab iBab i
Bab iii matahari
Bab iii matahariBab iii matahari
Bab iii matahari
eli priyatna laidan
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab i va
Bab i vaBab i va
Fotometri Bintang
Fotometri BintangFotometri Bintang
Fotometri Bintang
Hanny Kruisdiarti
 
Hukum pancaran
Hukum pancaranHukum pancaran
Hukum pancaran
eli priyatna laidan
 
Hukum pancaran
Hukum pancaranHukum pancaran
Hukum pancaran
Laila Rusmaya
 
Bintang Ganda
Bintang GandaBintang Ganda
Bintang Ganda
Muhamad Dzaki Albiruni
 
Astronomi fisika bab vii
Astronomi fisika bab viiAstronomi fisika bab vii
Astronomi fisika bab vii
eli priyatna laidan
 
Gerak Bintang
Gerak BintangGerak Bintang
Gerak Bintang
Muhamad Dzaki Albiruni
 
Astronomi fisika bab vi
Astronomi fisika bab viAstronomi fisika bab vi
Astronomi fisika bab vi
eli priyatna laidan
 
Bab ii
Bab iiBab ii

What's hot (17)

Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)
Materi ajar 3 (besaran di astrofisika)
 
Besaran Mendasar Dalam Astrofisika
Besaran Mendasar Dalam AstrofisikaBesaran Mendasar Dalam Astrofisika
Besaran Mendasar Dalam Astrofisika
 
Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Materi ajar 2 (huk. pancaran)Materi ajar 2 (huk. pancaran)
Materi ajar 2 (huk. pancaran)
 
Fotometri bintang1
Fotometri bintang1Fotometri bintang1
Fotometri bintang1
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab iii matahari
Bab iii matahariBab iii matahari
Bab iii matahari
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
Bab i va
Bab i vaBab i va
Bab i va
 
Fotometri Bintang
Fotometri BintangFotometri Bintang
Fotometri Bintang
 
Hukum pancaran
Hukum pancaranHukum pancaran
Hukum pancaran
 
Hukum pancaran
Hukum pancaranHukum pancaran
Hukum pancaran
 
mangitudo
mangitudomangitudo
mangitudo
 
Bintang Ganda
Bintang GandaBintang Ganda
Bintang Ganda
 
Astronomi fisika bab vii
Astronomi fisika bab viiAstronomi fisika bab vii
Astronomi fisika bab vii
 
Gerak Bintang
Gerak BintangGerak Bintang
Gerak Bintang
 
Astronomi fisika bab vi
Astronomi fisika bab viAstronomi fisika bab vi
Astronomi fisika bab vi
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 

Viewers also liked

Astronomi fisika bab i va
Astronomi fisika bab i vaAstronomi fisika bab i va
Astronomi fisika bab i va
eli priyatna laidan
 
Astronomi fisika bab ii
Astronomi fisika bab iiAstronomi fisika bab ii
Astronomi fisika bab ii
eli priyatna laidan
 
Bab 2c. bagian dalam bintang c
Bab 2c. bagian dalam bintang cBab 2c. bagian dalam bintang c
Bab 2c. bagian dalam bintang c
eli priyatna laidan
 
Bab 2b. bagian dalam bintang b
Bab 2b. bagian dalam bintang bBab 2b. bagian dalam bintang b
Bab 2b. bagian dalam bintang b
eli priyatna laidan
 
Astro benda langit
Astro benda langitAstro benda langit
Astro benda langit
eli priyatna laidan
 
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnyaBeberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
kipanji
 
Peredaran benda langit
Peredaran benda langitPeredaran benda langit
Peredaran benda langit
salbiyah
 
Mekanika benda langit_rinto_anugraha
Mekanika benda langit_rinto_anugrahaMekanika benda langit_rinto_anugraha
Mekanika benda langit_rinto_anugrahaSyamsud Dhuha
 
Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)
Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)
Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)
kipanji
 
Perubahan kenampakan bumi
Perubahan kenampakan bumiPerubahan kenampakan bumi
Perubahan kenampakan bumiDzuljrx
 
Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1
Maya Umami
 

Viewers also liked (11)

Astronomi fisika bab i va
Astronomi fisika bab i vaAstronomi fisika bab i va
Astronomi fisika bab i va
 
Astronomi fisika bab ii
Astronomi fisika bab iiAstronomi fisika bab ii
Astronomi fisika bab ii
 
Bab 2c. bagian dalam bintang c
Bab 2c. bagian dalam bintang cBab 2c. bagian dalam bintang c
Bab 2c. bagian dalam bintang c
 
Bab 2b. bagian dalam bintang b
Bab 2b. bagian dalam bintang bBab 2b. bagian dalam bintang b
Bab 2b. bagian dalam bintang b
 
Astro benda langit
Astro benda langitAstro benda langit
Astro benda langit
 
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnyaBeberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
Beberapa metode pengukuran arah kiblat dan plus minusnya
 
Peredaran benda langit
Peredaran benda langitPeredaran benda langit
Peredaran benda langit
 
Mekanika benda langit_rinto_anugraha
Mekanika benda langit_rinto_anugrahaMekanika benda langit_rinto_anugraha
Mekanika benda langit_rinto_anugraha
 
Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)
Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)
Buku Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam (Kumpulan Makalah Perkuliahan)
 
Perubahan kenampakan bumi
Perubahan kenampakan bumiPerubahan kenampakan bumi
Perubahan kenampakan bumi
 
Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1Modul persamaan diferensial 1
Modul persamaan diferensial 1
 

Similar to Bab i vb

Astronomi fisika bab va
Astronomi fisika bab vaAstronomi fisika bab va
Astronomi fisika bab va
eli priyatna laidan
 
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDAAstronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
nurulmtech
 
Astronomi fisika bab iii
Astronomi fisika bab iiiAstronomi fisika bab iii
Astronomi fisika bab iii
eli priyatna laidan
 
Besaran Mendasar.ppt
Besaran Mendasar.pptBesaran Mendasar.ppt
Besaran Mendasar.ppt
ssuser9a63291
 
Fotometri 1 - asal muasal garis absorbsi.pptx
Fotometri 1 - asal muasal garis absorbsi.pptxFotometri 1 - asal muasal garis absorbsi.pptx
Fotometri 1 - asal muasal garis absorbsi.pptx
IfanIfan15
 
Bab 2a. bagian dalam bintang a
Bab 2a. bagian dalam bintang aBab 2a. bagian dalam bintang a
Bab 2a. bagian dalam bintang a
eli priyatna laidan
 
Bab ii hukum pancaran
Bab ii hukum pancaranBab ii hukum pancaran
Bab ii hukum pancaran
eli priyatna laidan
 
Balok gerber
Balok gerberBalok gerber
Balok gerber
Dony Saputra
 
Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01
Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01
Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01
Dani Ibrahim
 
Astronomi fisika bab vc
Astronomi fisika bab vcAstronomi fisika bab vc
Astronomi fisika bab vc
eli priyatna laidan
 
Penjumlahan vektor
Penjumlahan vektorPenjumlahan vektor
Penjumlahan vektor
KLOTILDAJENIRITA
 
Diktat fisika dasar ii
Diktat fisika dasar iiDiktat fisika dasar ii
Diktat fisika dasar iipinkycantik
 
Polar Coordinates & Polar Curves
Polar Coordinates & Polar CurvesPolar Coordinates & Polar Curves
Polar Coordinates & Polar Curves
Diponegoro University
 
Analisa Garis Spektrum Bintang
Analisa Garis Spektrum BintangAnalisa Garis Spektrum Bintang
Analisa Garis Spektrum Bintang
Muhamad Dzaki Albiruni
 
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
SMA Negeri 9 KERINCI
 

Similar to Bab i vb (15)

Astronomi fisika bab va
Astronomi fisika bab vaAstronomi fisika bab va
Astronomi fisika bab va
 
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDAAstronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
Astronomi Olimpiade SMA SMK IPA SAINS BINTANG GANDA
 
Astronomi fisika bab iii
Astronomi fisika bab iiiAstronomi fisika bab iii
Astronomi fisika bab iii
 
Besaran Mendasar.ppt
Besaran Mendasar.pptBesaran Mendasar.ppt
Besaran Mendasar.ppt
 
Fotometri 1 - asal muasal garis absorbsi.pptx
Fotometri 1 - asal muasal garis absorbsi.pptxFotometri 1 - asal muasal garis absorbsi.pptx
Fotometri 1 - asal muasal garis absorbsi.pptx
 
Bab 2a. bagian dalam bintang a
Bab 2a. bagian dalam bintang aBab 2a. bagian dalam bintang a
Bab 2a. bagian dalam bintang a
 
Bab ii hukum pancaran
Bab ii hukum pancaranBab ii hukum pancaran
Bab ii hukum pancaran
 
Balok gerber
Balok gerberBalok gerber
Balok gerber
 
Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01
Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01
Analisisgarisspektrum 131018123556-phpapp01
 
Astronomi fisika bab vc
Astronomi fisika bab vcAstronomi fisika bab vc
Astronomi fisika bab vc
 
Penjumlahan vektor
Penjumlahan vektorPenjumlahan vektor
Penjumlahan vektor
 
Diktat fisika dasar ii
Diktat fisika dasar iiDiktat fisika dasar ii
Diktat fisika dasar ii
 
Polar Coordinates & Polar Curves
Polar Coordinates & Polar CurvesPolar Coordinates & Polar Curves
Polar Coordinates & Polar Curves
 
Analisa Garis Spektrum Bintang
Analisa Garis Spektrum BintangAnalisa Garis Spektrum Bintang
Analisa Garis Spektrum Bintang
 
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
UMPTN Fisika 2003 regional II Kode 120
 

More from eli priyatna laidan

Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
eli priyatna laidan
 
Soal utn plus kunci gurusd.net
Soal utn plus kunci gurusd.netSoal utn plus kunci gurusd.net
Soal utn plus kunci gurusd.net
eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 5
Soal up sosial kepribadian pendidik 5Soal up sosial kepribadian pendidik 5
Soal up sosial kepribadian pendidik 5
eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 4
Soal up sosial kepribadian pendidik 4Soal up sosial kepribadian pendidik 4
Soal up sosial kepribadian pendidik 4
eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 3
Soal up sosial kepribadian pendidik 3Soal up sosial kepribadian pendidik 3
Soal up sosial kepribadian pendidik 3
eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 2
Soal up sosial kepribadian pendidik 2Soal up sosial kepribadian pendidik 2
Soal up sosial kepribadian pendidik 2
eli priyatna laidan
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 1
Soal up sosial kepribadian pendidik 1Soal up sosial kepribadian pendidik 1
Soal up sosial kepribadian pendidik 1
eli priyatna laidan
 
Soal up akmal
Soal up akmalSoal up akmal
Soal up akmal
eli priyatna laidan
 
Soal tkp serta kunci jawabannya
Soal tkp serta kunci jawabannyaSoal tkp serta kunci jawabannya
Soal tkp serta kunci jawabannya
eli priyatna laidan
 
Soal tes wawasan kebangsaan
Soal tes wawasan kebangsaanSoal tes wawasan kebangsaan
Soal tes wawasan kebangsaan
eli priyatna laidan
 
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
eli priyatna laidan
 
Soal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didikSoal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didik
eli priyatna laidan
 
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
eli priyatna laidan
 
Rekap soal kompetensi pedagogi
Rekap soal kompetensi pedagogiRekap soal kompetensi pedagogi
Rekap soal kompetensi pedagogi
eli priyatna laidan
 
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
eli priyatna laidan
 
Bank soal ppg
Bank soal ppgBank soal ppg
Bank soal ppg
eli priyatna laidan
 
Soal cpns-paket-17
Soal cpns-paket-17Soal cpns-paket-17
Soal cpns-paket-17
eli priyatna laidan
 
Soal cpns-paket-14
Soal cpns-paket-14Soal cpns-paket-14
Soal cpns-paket-14
eli priyatna laidan
 
Soal cpns-paket-13
Soal cpns-paket-13Soal cpns-paket-13
Soal cpns-paket-13
eli priyatna laidan
 
Soal cpns-paket-12
Soal cpns-paket-12Soal cpns-paket-12
Soal cpns-paket-12
eli priyatna laidan
 

More from eli priyatna laidan (20)

Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
Up ppg daljab latihan soal-pgsd-set-2
 
Soal utn plus kunci gurusd.net
Soal utn plus kunci gurusd.netSoal utn plus kunci gurusd.net
Soal utn plus kunci gurusd.net
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 5
Soal up sosial kepribadian pendidik 5Soal up sosial kepribadian pendidik 5
Soal up sosial kepribadian pendidik 5
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 4
Soal up sosial kepribadian pendidik 4Soal up sosial kepribadian pendidik 4
Soal up sosial kepribadian pendidik 4
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 3
Soal up sosial kepribadian pendidik 3Soal up sosial kepribadian pendidik 3
Soal up sosial kepribadian pendidik 3
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 2
Soal up sosial kepribadian pendidik 2Soal up sosial kepribadian pendidik 2
Soal up sosial kepribadian pendidik 2
 
Soal up sosial kepribadian pendidik 1
Soal up sosial kepribadian pendidik 1Soal up sosial kepribadian pendidik 1
Soal up sosial kepribadian pendidik 1
 
Soal up akmal
Soal up akmalSoal up akmal
Soal up akmal
 
Soal tkp serta kunci jawabannya
Soal tkp serta kunci jawabannyaSoal tkp serta kunci jawabannya
Soal tkp serta kunci jawabannya
 
Soal tes wawasan kebangsaan
Soal tes wawasan kebangsaanSoal tes wawasan kebangsaan
Soal tes wawasan kebangsaan
 
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
Soal sospri ukm ulang i 2017 1 (1)
 
Soal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didikSoal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didik
 
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
Soal latihan utn pedagogik plpg 2017
 
Rekap soal kompetensi pedagogi
Rekap soal kompetensi pedagogiRekap soal kompetensi pedagogi
Rekap soal kompetensi pedagogi
 
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
Bank soal pedagogik terbaru 175 soal-v2
 
Bank soal ppg
Bank soal ppgBank soal ppg
Bank soal ppg
 
Soal cpns-paket-17
Soal cpns-paket-17Soal cpns-paket-17
Soal cpns-paket-17
 
Soal cpns-paket-14
Soal cpns-paket-14Soal cpns-paket-14
Soal cpns-paket-14
 
Soal cpns-paket-13
Soal cpns-paket-13Soal cpns-paket-13
Soal cpns-paket-13
 
Soal cpns-paket-12
Soal cpns-paket-12Soal cpns-paket-12
Soal cpns-paket-12
 

Recently uploaded

Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
MsElisazmar
 
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
niswati10
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
pristayulianabila
 
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docxLAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
moh3315
 
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayespeluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
ayyurah2004
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
Arumdwikinasih
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
StevanusOkiRudySusan
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
NirmalaJane
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
Kanaidi ken
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Kanaidi ken
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
nasrudienaulia
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdfLAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
RosidaAini3
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
SABDA
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
opkcibungbulang
 

Recently uploaded (20)

Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase eAlur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
Alur tujuan pembelajaran bahasa inggris kelas x fase e
 
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
Pembelajaran Ekosistem Kelas 5 Semester 1
 
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdfBiografi Presiden Republik Indonesia.pdf
Biografi Presiden Republik Indonesia.pdf
 
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docxLAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
LAPORAN WALI KELAS Wahyu Widayati, S.Pd.docx
 
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayespeluang kejadian total dan kaidah nbayes
peluang kejadian total dan kaidah nbayes
 
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
PPT RENCANA AKSI 2 modul ajar matematika berdiferensiasi kelas 1
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
5. Rangkuman Kehadiran Guru di Kelas_SDN 8n Kranji.docx
 
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptxNovel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
Novel - PERISTIWA YANG MEMBERIKAN TELADAN.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan  Regulasi  Terbaru P...
PELAKSANAAN + Link2 Materi WORKSHOP Nasional _"Penerapan Regulasi Terbaru P...
 
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada AnakDefenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
Defenisi Anak serta Usia Anak dan Kekerasan yang mungki terjadi pada Anak
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28  Juni 2024
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024
 
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...
 
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdfLAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS TRANSISI PAUD - SD.pdf
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Bagaimana memakai AI?
 
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdfAKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
AKSI NYATA PENDIDIKAN INKLUSIF_Baedlawi.pdf
 

Bab i vb

  • 1. DND - 2006 Magnitudo Bolometrik  Untuk itu didefinisikan magnitudo bolometrik (mbol) yaitu magnitudo bintang yang diukur dalam seluruh λ.  Berbagai magnitudo yang telah kita bicarakan belum bisa menggambarkan sebaran energi pada spektrum bintang, karena magnitudo ini hanya diukur pada λ tertentu saja.  Rumus Pogson untuk magnitudo semu bolometrik dituliskan sebagai, mbol = -2,5 log Ebol + Cbol tetapanFluks bolometrik E = L 4 π d 2 . . . . . . . . . (4- 14)
  • 2. DND - 2006  Magnitudo mutlak bolometrik mempunyai arti penting karena kita dapat memperoleh informasi mengenai energi total yang dipancarkan suatu bintang per detik (luminositas) yaitu dari rumus, Mbol – Mbol = -2,5 log L/L Mbol : magnitudo mutlak bolometrik bintang L : Luminositas bintang Mbol : magnitudo mutlak bolometrik Matahari = 4,75 L : Luminositas Matahari = 3,83 x 1033 erg/det . . . . . . . . (4-15) Magnitudo mutlak bolometrik diberi simbol Mbol
  • 3. DND - 2006  Magnitudo bolometrik sukar ditentukan karena beberapa panjang gelombang tidak dapat menembus atmosfer Bumi.  Bintang yang panas sebagian besar energinya dipancarkan pada panjang gelombang ultraviolet, sedangkan bintang yang dingin, sebagian besar energinya dipancarkan pada panjang gelombang inframerah. Keduannya tidak dapat menembus atmosfer Bumi.  Magnitudo bolometrik bintang-bintang panas dan dingin ini ditentukan secara teori, atau penentuannya dilakukan di luar atmosfer Bumi.
  • 4. DND - 2006  Cara lain adalah cara tidak langsung, yaitu dengan memberikan koreksi pada magnitudo visualnya. Magnitudo visual adalah, V = -2,5 log EV + CV Magnitudo bolometrik adalah, mbol = -2,5 log Ebol + Cbol Dari dua persamaan ini diperoleh, V - mbol = -2,5 log EV / Ebol + C Atau V – mbol = BC BC disebut koreksi bolometrik (bolometric correction) yang harganya bergantung pada temperatur atau warna bintang . . . . . . . . . . . . . . . . . (4-16)
  • 5. DND - 2006  Koreksi bolometrik dapat juga dituliskan sebagai, mv – mbol = BC . . . . . . . . . . . . . . (4-17) mv adalah magnitudo visual  Dalam magnitudo mutlak koreksi bolometrik dituliskan sebagai, Mv – Mbol = BC . . . . . . . . . . . . . . (4- 18)
  • 6. DND - 2006  Untuk bintang yang sangat panas atau sangat dingin,  sebagian besar energinya dipancarkan pada daerah ultraviolet atau inframerah, hanya sebagian kecil saja dipancarkan pada daerah visual.  koreksi bolometriknya besar  Untuk bintang yang temperaturnya sedang, seperti Matahari,  sebagian besar energinya dipancarkan dalam daerah visual hingga perbedaan antara mbol dan V kecil.  koreksi bolometriknya mencapai harga terkecil. Koreksi bolometrik bergantung pada warna bintang !
  • 7. DND - 2006 Hubungan antara BC dengan B-V Koreksi bolometrik yang minimum (BC = 0) terjadi pada harga B – V = 0,30 Untuk bintang lainnya, apabila B – V diketahui, maka BC dapat ditentukan Contoh, bintang Vega harga B – V = 0, Jadi harga koreksi bolome- triknya adalah BC = 0,15 Bintang Deret Utama Bintang Maharaksasa B - V 0,00 -0,20 0,40 0,80 1,200,00 0,00 1,00 1,50 2,00 BC
  • 8. DND - 2006 B - V Bintang Deret Utama Bintang Maharaksasa Teff BC Teff BC -0,25 24500 2,30 26000 2,20 -0,23 21000 2,15 23500 2,05 -0,20 17700 1,80 19100 1,72 -0,15 14000 1,20 14500 1,12 -0,10 11800 0,61 12700 0,53 -0,05 10500 0,33 11000 0,14 0,00 9480 0,15 9800 -0,01 0,10 8530 0,04 8500 -0,09 0,20 7910 0 7440 -0,10 B - V Bintang Deret Utama Bintang Maharaksasa Teff BC Teff BC 0,30 7450 0 6800 -0,100 0,40 6800 0 6370 -0,090 0,50 6310 0,03 6020 -0,070 0,60 5910 0,07 5800 -0,003 0,70 5540 0,12 5460 0,003 0,80 5330 0,19 5200 0,100 0,90 5090 0,28 4980 0,190 1,00 4840 0,40 4770 0,300 1,20 4350 0,75 4400 0,590 Tabel 4.1. Temperatur efektif dan koreksi bolometrik untuk bintang-bintang Deret Utama dan Bintang Maharaksasa.
  • 9. DND - 2006 α L = 4 π R2 σTef 4 E = L 4 π d 2 Temperatur Effektif Bintang Pers. (2-29) : E = σ Tef 4 R d 2 R d E = α2 σ Tef 4 Radius sudut bintang . . . . . . . . . . . . (4-21) Pers. (2-30) : α = R d . . . . . . (4- 20) . (4-19) Subtitusikan pers. (4-20) ke pers. (4-19) diperoleh,
  • 10. DND - 2006 δ R dα δ = 2α Garis tengah sudut Untuk Matahari : E = σ Tef 4 δ 2 2 E = σ Tef 4 δ 2 2 . . . . . . . . . . (4-24) R Subtitusikan pers. (4-22) ke pers. (4-21) : E = α2 σ Tef 4 diperoleh, . . . . . . . . . . . . . . (4- 22) . . . . . . . . . . (4-23)
  • 11. DND - 2006 Bandingkan fluks bintang dengan fluks Matahari : E = σ Tef 4 δ 2 2 δ δ 1/2 E E 1/4 Tef Tef = Jika diambil logaritmanya, maka diperoleh, log (Tef /Tef) = 0,25 log (E /E) + 0,5 log (δ/δ) . . . . (4-25) E = σ Tef 4 δ 2 2 Fluks bintang : FluksMatahari :
  • 12. DND - 2006 Dengan menggunakan rumus Pogson, didapatkan, mbol - mbol = - 2,5 log (E/E) log (Tef /Tef) = 0,25 log (E /E) + 0,5 log (δ/δ) Apabila pers. ini disubtitusikan ke pers. (4-25) : akan diperoleh, log Tef = log Tef − 0,1 (mbol - mbol) + 0,5 (log δ − log δ) . . . . . . . . . (4-27) . . . . . . . . . (4-26)
  • 13. DND - 2006 Untuk Matahari diketahui, Tef = 5785 K, mbol = −26,79 dan δ = 1920” log Tef = log Tef - 0,1(mbol − mbol ) + 0,5 (log δ − log δ) Jika harga-harga ini dimasukan ke pers. (4-27) : akan diperoleh, log Tef = 2,73 – 0,10 mbol – 0,50 log δ dinyatakan dalam detik busur . . (4-28) Jadi jika δ dan mbol dapat ditentukan maka Tef dapat dicari.
  • 14. DND - 2006 Jika Tef sudah dapat ditentukan, maka dengan menggu- nakan pers. (2-29) : L = 4 π R2 σTef 4 dapat dicari ditentukan dari δ Atau mana saja yang duluan bisa ditentukan, maka yang lainnya dapat dicari.
  • 15. DND - 2006 Contoh: 1. Vega adalah bintang deret utama kelas A0 dengan Mv = 0,58. Tentukanlah Mbol dan Luminositasnya. Jawab: Koreksi Bolometrik Vega adalah, BC = 0,15 Dari pers. (4-18) : Mv – Mbol = BC diperoleh, Mbol = 0,58 – 0,15 = 0,43 Dari pers. (4-15) : Mbol – Mbol = -2,5 log L/L diperoleh, Mbol = 4,75 Log L/L = = = 1,73 Mbol – Mbol −2,5 0,43 – 4,75 − 2,5 Jadi, L = 53,46 L
  • 16. DND - 2006 2. Dari hasil pengukuran, diameter sudut bintang Vega adalah 3,24 x 10−3 detik busur, parallaksnya adalah p = 0”,133 dan koreksi bolometriknya BC = 0,15. Jika diketahui Mv = 0,58 tentukanlah, a. Temperatur efektifnya b. Radiusnya c. Dari nilai yang diperoleh dari butir a dan b, tentukan-lah Luminositasnya. Bandingkan hasilnya dengan contoh 1. Jawab: δ = 3,24 x 10−3 detik busur = 1,57 x10−8 radian p = 0,133 detik busur, BC = 0,15 Mv = 0,58
  • 17. DND - 2006 p = 1/d d = 1/p = 1/0,133 = 7.52 pc mv – Mv = -5 + 5 log d Rumus modulus jarak (pers. 4-9) untuk magnitudo bolometrik adalah, mv = -5 + 5 log 7.52 + 0,58 = – 0,04 Dari pers. (4-17) : mv – mbol = BC mbol = – 0,19 log Tef = 2,726 – 0,1mbol – 0,5 log δ diperoleh, log Tef = 2,726 – 0,1(– 0,19) – 0,5 log (3,24 x 10−3 ) Tef = 9766 K Dari pers. (4-28) : a) = 2,32 x 1018 cm
  • 18. DND - 2006 α = R d b) δ = 2α c) Luminositas bintang dapat ditentukan dari pers. L = 4 p R2 σTef 4 L = 4 π (1,82 x 1011 )2 (5,67 x 10-5 ) (9766)4 = 2,15 x 1035 erg/s = 56,08 L = 1,82 x 1011 cm = 12,62 R Dari contoh 1, L = 53,46 L R = δ d 2 = (1,57 x 10 −8 ) (2,32 x 1019 ) 2
  • 19. DND - 2006 Soal Latihan : 1. Dari pengamatan diperoleh bahwa magnitudo semu sebuah bintang adalah mv = 10,4 dan kereksi bolometriknya BC = 0,8. Jika parallaks bintang tersebut adalah p = 0”,001, tentukan luminositasnya. 2. Sebuah bintang mempunyai Tef = 8700 K, Mbol = 1,6 dan mbol = 0,8. Tentukanlah jarak, radius dan luminositas bintang tersebut.
  • 20. DND - 2006 Soal Latihan : 3. Magnitudo semu visual bintang α Aql adalah 0,78, temperatur efektifnya adalah 8400 K. Jika parallaks bintang ini adalah 0”,198 dan diameter sudutnya 2,98 x 10-3 detik busur, tentukanlah : a. Koreksi bolometrik dan magnitudo mutlak bolome- trik bintang tersebut. b. Luminositas dan radius bintang.
  • 21. DND-2006 Penyerapan (Absorpsi) Cahaya Bintang Oleh Atmosfer Bumi Sebelum sampai ke permukaan Bumi, cahaya yang berasal dari benda-benda langit akan melewati atmosfer Bumi. Materi yang berada di atmosfer Bumi, akan menyerap cahaya tersebut sehingga cahaya yang diterima di Bumi menjadi lebih redup. Oleh karena itu pengamatan magnitudo bintang dari permukaan Bumi harus dikoreksi terhadap penyerapan ini.
  • 22. DND-2006 ζ Perhatikan gambar berikut : ZenitAtmosfer atas Permukaan Bumi P (pengamat)   Cahaya bintang merambat melalui atmosfer dan membentuk sudut ζ terhadap arah zenit. ζ disebut jarak zenit (sudut zenit pengamat) x s  Pada saat cahaya bin- tang melalui atmosfer bumi (jarak s), sebagian cahaya tersebut diserap dan sebagian lagi disebarkan ke arah lain.
  • 23. DND-2006 dx ds ζ  Proses penyerapan ini dinyatakan oleh koefisien absorpsi κλ yang diukur per cm dan sangat ber- gantung pada panjang gelombang. ζ ZenitAtmosfer atas Permukaan Bumi P  x s  Intensitas cahaya bintang pada waktu melewati elemen jarak ds akan berkurang sebesar :
  • 24. DND-2006 Integrasikan pers. (4-29) dari E0λ (fluks yang diamati di atas atmosfer) sampai Eλ (fluks yang diamati di bumi) dan κλ ds dari s sampai 0. dEλ = − Eλ κλ ds . . . . . . . . . . . . . . . . (4- 29) Fluks yang diterima di bumi. Tanda negatif berarti fluks berkurang dengan bertambahnya jarak ∫ = − κλ dsdEλ Eλ E0λ Eλ ∫s 0 ln = − κλ ds Eλ E0λ ∫s 0
  • 25. DND-2006 ∫s 0 = exp − κλ ds Eλ E0λ ∫s 0 Eλ = E0λ exp − κλ ds Definisikan tebal optis atmosfer bumi sepanjang garis s. ∫s 0 τλ = κλ ds . . . . . . . . . (4- 31) . . . . . . . . . (4- 30) Subtitusikan pers. (4-31) ke pers. (4-30) diperoleh, . . . . . . . . . . . . . (4-32)Eλ = E0λ e− τλ fluks yang diamati di atas atmosfer fluks yang diamati di bumi
  • 26. DND-2006 Misalkan m0λ = magnitudo yang diamati di atas atmosfer moλ – mλ = - 2,5 log (Eoλ/Eλ) . . . . . . . . . .(4-33) mλ = magnitudo yang diamati di bumi Dari rumus Pogson (pers. 4-1) diperoleh, Subtitusikan pers. (4-30) : ke pers. (4-33) diperoleh, moλ – mλ = - 2,5 τλ log e atau, mλ – moλ = 1,086 τλ . . . . . . . . . . .(4-34) Persamaan di atas mengatakan bahwa cahaya bintang pada waktu melewati atmosfer bumi dilemahkan sebesar 1,0856 τλ Eλ = Eoλ e− τλ moλ – mλ = - 2,5 log (eτ )λ
  • 27. DND-2006  Karena ζ (jarak zenit) selalu berubah dengan berubahnya waktu pengamatan, maka harga ekstingsi atmosfer (pengurangan intensitas cahaya bintang karena diserap dan disebarkan oleh atmosfer bumi) juga berubah terhadap waktu pengamatan.  Apabila kita menggunakan bintang standar sepanjang waktu pengamatan, maka ekstingsi dapat ditentukan sebagai fungsi waktu; hasilnya dapat digunakan pada bintang yang kita amati.  Untuk ketelitian yang tinggi, bintang standar harus berada di dekat bintang program, dalam hal ini, diperlukan bintang standar yang banyak.
  • 28. DND-2006 Menentukan Koefisien Absorpsi  Andaikan atmosfer bumi plan paralel sehingga pembelokkan cahaya bintang oleh atmosfer bumi dapat diabaikan.  sifat-sifat atmosfer bumi hanya ber- gantung pada ke- tinggian dari per- mukaan bumi (jadi koefisien absorpsi di titik A akan sama dengan di titik B) Permukaan Bumi dx ds ζ ζ Zenit Atmosfer atas P  x s A BA’
  • 29. DND-2006 dx ds ζ ζ Zenit Atmosfer atas Permukaan Bumi P  x s A B Perhatikan gambar berikut : dx dsζ ds = sec ζ dx . . . . . . . . . . . . . . . (4- 35) Subtitusikan pers. (4-35) ke pers. (4-29) : ∫s 0 τλ = κλ ds diperoleh, ∫s 0 τλ = κλ sec ζ dx = sec ζ κλ dx ∫s 0 . . . . . . . (4-36) Pada arah zenit, ζ = 0, jadi pers. (4-36) dapat dituliskan menjadi ∫s 0 τoλ = κλ dx . . . . . . . . . . . . . (4-37)
  • 30. DND-2006 Subtitusikan ∫s 0 τoλ = κλ dxPers. (4-37) : ∫s 0 τλ = sec ζ κλ dxke pers. (4-36) : τλ = τoλ sec ζ . .(4-38) Selanjutnya subtitusikan pers. (4 -38) ke pers. (4-34) : mλ – moλ = 1,086 τλ diperoleh, mλ – moλ = 1,086 τoλ sec ζ . . . . . . . . . (4-39)
  • 31. DND-2006 Posisi ke-2 bintang standar Posisi ke-1 bintang standar Untuk menentukan τoλ, bintang standard paling sedikit harus diamati dalam dua posisi. Biasanya sebelum pengamatan terhadap bintang program dan sesudahnya. Zenit P  ζ1ζ2  Posisi bintang program sewaktu diamati
  • 32. DND-2006 Misalkan  mλ2 magnitudo bintang standar pada waktu pengamat- an kedua (t2), dan ζ2 jarak zenitnya. Dari pers. (4-39) diperoleh, mλ1 – moλ = 1,086 τoλ sec ζ1 mλ2 – moλ = 1,086 τoλ sec ζ2 mλ1 – mλ2 = 1,086 τoλ (sec ζ1 – sec ζ2). . . . . . . . . (4- 40)  mλ1 magnitudo bintang standar pada waktu pengamat- an pertama (t1), dan ζ1 jarak zenitnya.
  • 33. DND-2006 atau τoλ = mλ1 – mλ2 1,086 (sec ζ1 – sec ζ2) . . . . . . . . . . . . (4- 41) mλ1, mλ2, ζ1 dan ζ2 dapat diamati τoλ dapat ditentukan moλ - mλ = 1,086 τoλ sec ζPers. (4-39) : Nilai τoλ ini selanjutnya bisa digunakan ke pers. (4-39) untuk bintang-bintang program. dapat diamati ditentukan dari pers. (4-41)dapat diamati dapat dicari
  • 34. DND-2006 Contoh : 1. Sebuah bintang diamati dengan sebuah teropong yang ada di sebuah observatorium. Pada waktu bintang tersebut berada jarak zenit 35o , magnitudo semunya adalah 5,8, sedangkan pada waktu jarak zenitnya 15o , magnitudo semunya adalah 5,5. Berapakah magnitudo semu binatang tersebut apabila diamati di luar atmosfer bumi.
  • 35. DND-2006 Penyerapan (Absorpsi) Cahaya Bintang Oleh Materi Antar Bintang  Ruang antar bintang tidak hampa. tetapi dipenuhi dengan materi antar bintang (MAB)  Pada waktu melewati MAB ini, cahaya bintang mengalami pelemahan, karena sebagian cahaya bintang tersebut diserap oleh MAB. Oleh karena itu, magnitudo bintang yang diamati di Bumi, harus dikoreksi terhadap penyerapan/absorpsi ini. Eagle Nebula (M16)
  • 36. DND-2006  Proses penyerapan cahaya bintang oleh MAB pada prinsipnya hampir sama dengan proses penyerapan oleh atmosfer Bumi. Misalkan σλ adalah koefisien absorpsi dalam cm-1 yang bergantung pada λ. Ketebalan optis τλ antara bumi dengan bintang pada jarak s adalah (lihat pers. 4-31) : ∫s 0 τλ = σλ ds . . . . . . . . . . . . . (4-42)
  • 37. DND-2006 Akibat absorpsi oleh MAB ini, maka fluks yang diamati di Bumi (di luar atmosfer Bumi) adalah (lihat penentuan pers. 4-30) Eλ = Eoλ e− τ λ . . . . . . . . . . . . . (4-43) fluks yang diamati sebelum melewati MAB fluks yang diamati di luar atmosfer bumi Akibat penyerapan oleh MAB ini, magnitudo bintang di lemahkan sebesar (lihat penentuan pers. 4-34)
  • 38. DND-2006 mλ – m0λ = 1,086 τλ . . . . . . . . . . . . . (4-44) magnitudo sebelum melewati MAB magnitudo di luar atmosfer bumi Δ m = mλ – m0λ = Aλ disebut besaran absorpsi untuk panjang gelombang visual, pers. (4-45) menjadi, . . . . . . . . . . . . . . . . . (4-45) Δ mv = mv – m0v = Av . . . . . . . . . . . . . . . . . (4- 46)Dengan demikian, persamaan Pogson harus dikoreksi terhadap absorpsi ini, sehingga persamaan Pogson (pers. 4-9) dapat dituliskan menjadi, m – M = -5 + 5 log d + Av . . . . . . . . . . . . (4-47)
  • 39. DND-2006 Untuk pengamatan dalam dua panjang gelombang yang berbeda yaitu λ1 dan λ2, mλ – moλ = AλPers. (4-45) : (mλ – moλ ) – (mλ – moλ ) = Aλ – Aλ1 1 2 2 1 2 (mλ – mλ ) – (mλ – mλ )o = Aλ – Aλ1 2 2 1 21 disebut Ekses Warna dan diberi simbol E Jadi : Eλ = (mλ − mλ ) − (mλ − mλ )o = Aλ − Aλ12 1 2 1 2 1 2 . . . . (4-48) dapat dituliskan menjadi, atau
  • 40. DND-2006 Selanjutnya definisikan perbandingan absorpsi sbb: R = Aλ 1 Eλ 12 . . . . . . . . . . . . . . . (4-49) 1 Aλ = R Eλ12 Maka . . . . . . . . . . . . . . (4-50) EBV = E(B - V) = (B - V) - (B - V)o Untuk sistem UBV , ekses warna dituliskan sebagai . . . . . . (4- 51) AV = R EBVdan . . . . . . . . . . . . . (4-52)
  • 41. DND-2006 Untuk MAB yang normal , harga R = 3,2  Makin besar harga R, maka absorpsi yang disebabkan oleh MAB akan semakin besar. sehingga : AV = 3,2 EBV . . . . . . . . . . . . . . . (4-53) Pada umumnya, untuk MAB : ∆mB = 1,31 ∆mV ∆mU = 1,53 ∆mV ∆mB - ∆mV = ∆(B - V) = 0,31 ∆mV ∆mU - ∆mB = ∆(U - B) = 0,22 ∆mV
  • 42. DND-2006 Dari hubungan ini diperoleh, ∆(B - V) ∆(U - B) = 0,72 E(B - V) E(U - B) = 0,72 EBV EUB =atau . . . . . . . . . . . (4-54) dapat digunakan untuk mengoreksi absorpsi yang disebabkan oleh MAB, Absorpsi cahaya bintang oleh MAB disebut juga sebagai efek pemerahan (reddening) karena akibat absorpsi, cahaya bintang menjadi lebih merah
  • 43. DND-2006 Untuk menentukan efek pemerahan suatu bintang, dapat digunakan diagram dua warna sebagai berikut :  Buat diagram antara (U-B) dan (B-V) untuk bintang- bintang yang tidak mengalami absorpsi 1.20.80.40.0−0. 4 1.2 0.8 0.4 0.0 −0.4 −0.8 −1.2 (B − V)O (U−B)O arah pemerahan, ditentukan dari E(B - V) E(U - B) = 0,72
  • 44. DND-2006  Jika kita mempunyai indeks warna (U − B) dan (B − V) suatu bintang hasil pengamatan, maka indeks warna bintang tersebut kita plotkan dalam diagran dua warna tersebut. B B’ B’’ B’’’ A A’ 1.20.80.40.0−0.4 1.2 0.8 0.4 0.0 −0.4 −0.8 −1.2 (B − V)O (U−B)O
  • 45. DND-2006 Tugas : Buat diagram dua warna dg menggunakan data warna intrinsik bintang sebanyak mungkin (Cari sendiri datanya). Selanjutnya cari paling sedikit 5 buah bintang hasil pengamatan, kemudian tentukan magnitudo intrinsik bintang tersebut dengan menggunakan diagram dua warna yang anda buat.
  • 46. DND-2006 1. Dari hasil pengamatan terhadap sebuah bintang diper- oleh, B = 4,53 dan V = 4,42, Apabila warna instrinsik bintang ini sudah diketahui yaitu (B – V)o = −0,25, dan magnitudo mutlaknya Mv = − 2,8 tentukanlah : Soal Latihan a. Magnitudo visual intrinsiknya b. Jarak sebenarnya bintang ini (misalkan konstanta absorpsinya R = 3,2) Lanjut ke Bab V Kembali ke Daftar Materi