SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 34, NO. 1, PEBRUARI 2011:7180
Didik Hariyadi adalah Dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Republik Indonesia, Pontianak
dan Ikeu Ekayanti adalah Dosen Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi IPB, Bogor.
71
ANALISIS PENGARUH PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI
TERHADAP STUNTING DI PROPINSI KALIMANTAN BARAT
Didik Hariyadi
Ikeu Ekayanti
Abstract: Influence analysis of behavior family nutrition awareness to stunting in
West Kalimantan Provence. The present study aims to analyze of influence behavior
family nutrition awareness to stunting in west Kalimantan Province. The study uses
Health Research Data Base of west Kalimantan province in Year 2007 with the
design of cross-sectional study. The total of 1992 household samples were recruited
in the study with criteria having child aged 6 to 59 months. Height for age indicators
were used to measure child nutritional status. The results showed that Logistic
multiple regression analysis showed that failure to follow the the family Nutrition
Awareness had 1.21 risk for children to become stunting than children to follow to
guindeline properly.
Abstrak: Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku keluarga sadar
gizi terhadap stunting pada anak balita di Propinsi Kalimantan Barat. Data yang
digunakan adalah data sekunder hasil RISKESDAS Propinsi Kalimantan Barat 2007,
dengan desain Cross Sectional Studi melalui metode observasional. Total rumah
tangga yang menjadi sampel adalah 1992 rumah tangga, dengan criteria mempunyai
balita berumur 6–59 bulan. Tinggi badan per umur adalah indikator status gizi yang
digunakan. Hasil penelitian dengan uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa
rumah tangga dengan perilaku kesadaran gizi (KADARZI) yang kurang baik
berpeluang untuk meningkatkan risiko kejadian stunting pada anak balita 1.22 kali
lebih besar daripada rumah tangga dengan perilaku kesadaran gizi (KADARZI) yang
baik.
Kata-kata kunci: stunting, sadar gizi
izi merupakan salah satu penentu kua-
litas sumber daya manusia (SDM).
Makanan yang diberikan sehari-hari harus
mengandung semua zat gizi sesuai kebu-
tuhan, sehingga menunjang pertumbuhan
yang optimal dan dapat mencegah penya-
kit definisi, mencegah keracunan dan juga
mencegah timbulnya penyakit yang dapat
mengganggu kelangsungan hidup anak
(Soekirman, 2000).
G
72 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 34, NO. 1, PEBRUARI 2011:7180
Masa bayi dan anak adalah masa
mereka pertumbuhan dan perkembangan
yang cepat dan sangat penting sebagai
landasan yang menentukan kualias gene-
rasi penerus bangsa (Azwar, 2000).
Status gizi balita sangat dipengaruhi
oleh lingkungan sosial terdekat. Selain itu
peran keluarga sangat besar dalam mem-
bentuk kepribadian anak. Pola pendidikan
yang tepat yang diterapkan oleh orang tua
akan sangat membantu anak dalam meng-
hadapi kondisi lingkungan pada masa
yang akan datang. Orang tua merupakan
sepenuhnya pada anak hingga remaja
Penyebab langsung status gizi yaitu
makanan anak dan penyakit infeksi yang
mungkin diderita anak. Penyebab gizi
kurang tidak hanya disebabkan makanan
yang kurang tetapi karena penyakit. Anak
yang mendapat makanan yang baik tetapi
sering menderita penyakit infeksi dapat
menderita kurang gizi. Demikian pula
pada anak yang makanannya tidak cukup
baik, maka daya tahan tubuh akan me-
lemah dan mudah terserang penyakit.
Sehingga makanan dan penyakit merupa-
kan penyebab kurang gizi (Supariasa et.
al. 2002).
Perilaku gizi yang baik dan benar pada
setiap individu dapat mengacu pada pesan
gizi seimbang dalam pedoman umum gizi
seimbang (PUGS) yang terdiri dari 13
pesan (Depkes, 2005), meskipun untuk
mendukung upaya penilaian dan peman-
tauan praktik pesan gizi seimbang perlu
penelitian lebih lanjut tentang penilaian
penerapan pesan-pesan gizi seimbang
untuk kelompok ibu hamil, anak sekolah,
remaja, dan usia lanjut (Hardinsyah 1998).
Salah satu sasaran prioritas rencana stra-
tegi departmen kesehatan dalam rangka
mencapai sasaran menurunkan prevalensi
gizi kurang adalah keluarga sadar gizi
(KADARZI) (Depkes, 2007) yang me-
rupakan penyederhanaan dari pesan gizi
seimbang (Minarto, 2009).
Penelitian tentang pengaruh perilaku
KADARZI terhadap status gizi khusus-
nya di Kalimantan Barat belum pernah
dilakukan. Hasil RISKESDAS di Propinsi
Kalimantan Barat 2007, ditemukan data
sebagai berikut: prevalensi balita dengan
gizi kurang dan buruk (underweiht) ber-
dasar berat badan menurut umur (BB/U)
sebesar 22.6% status pendek dan sangat
pendek (stunting) berdasar tinggi badan
menurut umur (TB/U) mencapai 36.8%
kurus dan sangat kurus (wasting) ber-
dasar berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB) sebanyak 17.3%, sedangkan pre-
valensi gizi lebih berdasar BB/U sebesar
5% dan berdasarkan BB/TB 14%. Pre-
vallensi stunting sangat tinggi dibanding-
kan dengan indikator status gizi balita
yang lain. Todaro & Smith (2009), me-
ngemukakan bahwa status pendek me-
rupakan salah satu faktor penting dalam
peningkatan produktifitas manusia.
Tujuan penelitian ini adalah ingin me-
ngetahui pengaruh perilaku KADARZI
rumah tangga balita terhadap stunting di
Propinsi Kalimantan Barat.
METODE
Jenis Penelitian ini adalah penelitian
observasional menggunakan data sekun-
der hasil Riskesdas 2007 dengan desain
cross sectional, dimana pengukuran out-
come dan potential predictor dilakukan
secara simultan pada waktu yang ber-
samaan (Aswin, 1997) sesuai dengan de-
sain Riskesdas 2007 di Propinsi Kaliman-
tan Barat. Wilayah penelitian di Propinsi
Kalimantan Barat yang dilaksanakan
pada bulan Januari 2010 sampai dengan
Maret 2010.
Populasi dalam Riskesdas Propinsi
Kalimantan Barat 2007 adalah seluruh
rumah tangga di wilayah Propinsi Kali-
mantan Barat. Sampel adalah rumah
tangga dan anggota rumah tangga yang
diambil dengan menggunakan metodologi
perhitungan dan cara penarikan sampel
identik dengan two stage sampling yang
digunakan dalam Susenas 2007. Setiap
Hariyadi dan Ikeu, Pengaruh Perilaku Sadar Gizi 73
kabupaten/kota yang masuk dalam ke-
rangka sampel kabupaten/kota, diambil
sejumlah blok sensus yang proposional
terhadap jumlah rumah tangga di kabupa-
ten/kota diambil dengan metode proba-
bility proportional to size. Setiap blok
sensus terpilih kemudian dipilih 16(enam
belas) rumah tangga secara acak seder-
hana.
Jumlah rumah tangga yang mempunyai
balita berdasarkan data yang diperoleh
dari Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan (Balitbangkes) Depkes RI se-
banyak 2.375 rumah tangga. Selanjutnya
ditetapkan sampel rumah tangga dengan
kriteria inklusi adalah rumah tangga yang
mempunyai balita umur 659 bulan, mem-
punyai data BB dan TB dengan cut off
point sesuai indikator z-score status gizi
BB/TB, TB/U, dan BB/U pada WHO
(World Health Organization) Abitho, 2009
dan mempunyai data sosial ekonomi dan
pendidikan orang tua, sehingga jumlah
sampel diperoleh sebanyak 1992 rumah
tangga balita (Gambar 1).
Data perilaku KADARZI rumah tangga
dikategorikan baik dan kurang baik meng-
gunakan indikator yang dipakai Depkes
(2007) dengan empat dari lima indikator
pengukuran. Data status gizi mengguna-
kan kategori buku Antopometri WHO
(2006) yang didasarkan pada nilai z-score
berdasarkan BB/TB, TBU/U, dan BB/U.
Data infeksi yang diambil adalah data
infeksi saluran pernapasan atas (ISPA),
diare, demam thupoid, malaria, campak,
dan demam berdarah. Penilaian meng-
gunakan kuesioner dengan menanyakan
pernah menderita atau pernah didiagnosa
oleh tenaga medis menderita. Selanjutnya
dikategorikan pernah atau tidak pernah
menderita satu atau lebih penyakit ISPA,
diare, demam thypoid, malaria, campak
atau demam berdarah. Data konsumsi
gizi akan didasarkan pada kelompok zat
gizi energi, protein, dan vitamin A sesuai
dihitung berdasarkan kelompok umur
menggunakan standart AKG tahun 2004.
Analisis data hasil penelitian disajikan
dalam bentuk deskriptif dan inferensial.
Analisis univariat untuk melihat distribusi
frekuensi masing-masing variabel pene-
litian. Analisis bivariat digunakan untuk
mengetahui hubungan antara masing-
masing variabel independen dan variabel
dependen. Uji kemakan digunakan metode
Chi-Square (X2
) (Selvin, 1996). Analisis
multivariate menggunakan regresi logis-
tik ganda. Kriteria kemaknaan statistik
yang dipakai adalah  < 0.05. Nilai
Confedence interval (CI) ditetapkan 95%.
Pengolahan dan analisis data masing-
masing menggunakan softwere Office
Excel 2007 dan Software SPSS (statistic
program for social science) for Windows
versi 16.0 tahun 2007. Pertemuan nilai
z-Score berdasarkan BB/TB, BB/U dan
Tb/U menggunakan software Anthro WHO
versi 3.0.1.
Jumlah total sampel
2375
Jumlah sampel
1992
Kriteria ekslusi:
0-5 bulan = 168
Data BB & TB tdk sesuai = 163
Data orang tua missing = 52
Gambar 1. Skema Jumlah dan Pengambilan Sampel
74 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 34, NO. 1, PEBRUARI 2011:7180
HASIL
Karakteristik Sampel
Rerata umur balita dalam penelitian
ini adalah 30,9 ± 14,6 bulan dengan
kelompok umur tertinggi antara 2543
bulan (37,9%) dan jenis kelamin laki-laki
52,2%. Berat badan rerata 12,1 ± 3,7 kg
dan tinggi badan 86,6 ± 12.4 cm. Pre-
valence status gizi balita (659 bulan)
yang diukur berdasarkan indeks BB/TB,
BB/U dan TB/U menunjukkan bahwa se-
bagian besar balita mempunyai status gizi
normal dan baik dibandingkan dengan
kategori status gizi yang lain, masing-
masing sebesar 70,4%, 73,2%, dan 56,5%
(Tabel 1). Berdasarkan kriteria masalah
gizi yang ditetapkan Depkes (2009) ber-
dasarkan WHO, Kalimantan Barat meng-
hadapi masalah gizi akut-kronis dengan
karakteristik masalah gizi sebagai berikut:
prevalensi balita wasting mencapai 17,0%
(> 5%), balita stunting mencapai 43,4%
(> 20%) dan balita status gizi underweight
sebesar 24,1% (>10%) dengan prevalensi
status infeksi balita di Kalimantan Barat
menyebar antara yang infeksi dan tidak
infeksi masing-masing 47,8% dan 52,2%.
Pada masa kanak-kanak yang sedang
tumbuh umumnya akan mengambil lebih
dari 100 macam infeksi sebelum mencapai
masa dewasa. Kejadian ini akan buruk
jika terjadi pada daerah miskin, sanitasi
yang buruk, dan daerah masalah gizi
(Linder, 1992).
Sebaran status infeksi berdasarkan ke-
lompok umur kejadian infeksi terjadi
pada anak umur 4459 bulan mencapai
56,8%, secara proporsional hampir sama
dengan anak umur 2543 bulan sebesar
51,2%. Data ini menunjukkan kecende-
rungan kejadian infeksi pada anak 659
bulan, semakin bertambah umur semakin
tinggi (Gambar 2). Penelitian ini sejalan
dengan laporan Riskesda Propinsi Kali-
mantan Barat 2007 yang menunjukkan
adanya peningkatan kejadian ISPA, TB
Paru, Campak, dan Tifoid pada umur 14
tahun dibanding umur < 1 tahun.
Konsumsi energi dan vitamin A balita
sebagian besar masih defisit (66,5% dan
68,2%) dibandingkan dengan konsumsi
protein yang sebagian besar (66,9%) su-
dah baik. Zat gizi protein merupakan
salah satu zat gizi penting terutama pada
masa pertumbuhan dan perkembangan
balita. Kalimantan Barat merupakan salah
satu wilayah yang kaya akan hasil laut
dan sungai, sehingga dimungkinkan kon-
sumsi protein balita lebih baik dari kon-
sumsi energi dan vitamin A.
Tabel 1 juga menunjukkan bahwa pro-
porsi tingkat pendidikan orang tua balita
baik ayah maupun ibu sebagian besar
Gambar 2. Persentase Sebaran Infeksi Balita Berdasarkan Kelompok Umur
Hariyadi dan Ikeu, Pengaruh Perilaku Sadar Gizi 75
tamat SD atau di bawahnya masing-
masing 60,9% dan 62,7%, sedangkan
pengeluaran rumah tangga rerata sebesar
Rp 925.000 ± 426.800.
Perilaku KADARZI
KADARZI adalah suatu keluarga yang
mampu mengenal, mencegah, dan meng-
Tabel 1. Sebaran Karakteristik Sampel
n(%) Mean
Balita (N = 1992)
Umur (Bulan ) 31,5 ± 14,6
624 704 (35,3)
2543 777 (39,0)
4459 511 (25,7)
Jenis kelamin
Laki-laki 1026 (51,5)
Perempuan 966 (48,5)
Berat badan(BB) 11,7 ± 3,2
Tinggi badan (TB 86,4 ± 12,4
Status gizi (BB/TB) -0,29 ± 1,97
Normal 1403 (70,4)
Kurus 170 (8,5)
Sangat kurus 169 (8,5)
Gemuk 250 (12,6)
Status gizi (BB/U) -1,09 ± 1,46
Normal 1126 (56,5)
Pendek 389 (19,5)
Sangat pendek 477 (23,9)
Status Infeksi
Infeksi 952 (47,8)
Tidak infeksi 1040 (52,2)
Konsumsi (N = 1879)
Energi 675,6 ± 676,2
Baik (≥ 100% AKG) 341 (17,1)
Sedang (8090% AKG) 129 (6,5)
Kurang (7079,9% AKG) 85 (4,3)
Defisit (< 70% AKG) 1324 (66,5)
Protein 51,1 ± 29,3
Baik (≥ 100% AKG) 1333 (66,9)
Sedang (8090% AKG) 73 (3,7)
Kurang (7079% AKG) 38 (1,9)
Defisit (< 70% AKG) 435 (21,8)
Vitamin A 250,9 ± 216,5
Baik (≥ 100% AKG) 335 (16,8)
Sedang (8090% AKG) 125 (6,3)
Kurang (7079% AKG) 61 (3,1)
Defisit (< 70% AKG) 1358 (68,2)
Orang Tua (N = 1992)
Pendidikan ayah
≥ SD 1213 (60,9)
SMP 348 (17,5)
≥ SMA 431 (21,6)
Pendidikan Ibu
≥ SD 1248 (62,7)
SMP 354 (17,8)
≥ SMA 390 (19,6)
Pengeluaran RT 925000 ± 426800
≥ Rerata 844 (42,4)
< Rerata 1148 (57,6)
76 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 34, NO. 1, PEBRUARI 2011:7180
atasi masalah gizi setiap anggotanya
(Depkes, 2007). Tabel 2 menunjukkan se-
baran perilaku KADARZI rumah tangga
dengan kriteria memenuhi dan tidak me-
menuhi. Perilaku menggunakan garam
berodium mempunyai proporsi tertinggi
(86,1%) dibanding dengan 3 perilaku lain-
nya (menimbang berat badan secara ter-
atur, makan aneka ragam makanan dan
memberikan suplemen gizi sesuai anjur-
an). Penggunaan garam berodium di Kali-
mantan Barat sudah lebih tinggi dari rerata
nasional (24,5%) meskipun belum sesuai
target Universal Salt Iodization 2010 se-
besar 90%.
Tabel 3 menunjukkan perilaku KA-
DARZI rumah tangga balita, dimana ku-
rang baik (56,9%) lebih besar dibanding-
kan dengan perilaku KADARZI baik
(43,1%). Hasil ini sejalan dengan peneliti-
an deskriptif yang telah dilakukan oleh
Nurmayati (2002) di Kelurahan Betet
Kota Kediri yang menyebutkan bahwa
implementasi KADARZI hanya dilaku-
kan oleh sebagian masyarakat dengan
kendala faktor pendidikan dan ekonomi
yang rendah.
Anaisis faktor-faktor yang mempe-
ngaruhi perilaku KADARZI terhadap
stunting menunjukkan adanya 4 variabel
secara bersama-sama berpengaruh signi-
fikan (p < 0,05) terhadap stunting yaitu
konsumsi energi, pendidikan ibu, kesehat-
an lingkungan dan perilaku KADARZI.
Nilai OR masing-masing adalah 1,36 (CI
95% 1,06–1,47), (CI 95% 1,061,67),
1,46 (CI 95% 1,10–1,93), dan 1,22 (CI
95% 1,01–1,47) (Tabel 4). Pada analisis
pengaruh variabel independen step 3 di-
peroleh hasil bahwa konsumsi energi
mempunyai nilai signifikan terbaik ( =
0,00) dibandingkan 3 variabel yang lain.
Pendidikan ibu dan kesehatan lingkungan
mempunyai nilai signifikansi yang sama
( = 0,01) sedangkan perilaku KADARZI
mempunyai nilai  = 0,04 (Tabel 5).
Analisis ini menunjukkan bahwa kon-
sumsi energi, pendidikan ibu, kesehatan
lingkungan, dan perilaku KADARZI mem-
punyai kecenderungan peluang resiko ter-
hadap kesehatan lingkungan yang kurang
baik sebesar 1,46 kali, selanjutnya ber-
turut-turut konsumsi energi kurang dari
85% AKG sebesar 1,36 kali, pendidikan
ibu di bawah SMP 1,33 kali dan perilaku
KADARZI yang kurang baik sebesar 1,22
kali. Keempat variabel ini berpengaruh
terhadap stunting sebesar 24% sedangkan
sisanya dari faktor lain. Hal ini dapat di-
lihat dari R2
Negelkerke yang hanya
mencapai 0,24.
Tabel 2. Sebaran Perilaku Kadarzi Rumah Tangga Berdasarkan Indikator Kadarzi
Indikator Kadarzi
Kriteria
Memenuhi Tidak memenuhi
n % n %
1. Menimbang berat badan secara teratur 516 25,9 1476 74,1
2. Menggunakan garam beriodium 1715 86,1 277 13,9
3. Makan aneka ragam makanan 1287 64,6 705 35,4
4. Memberikan suplemen gizi sesuai anjuran 551 27,7 1441 72,3
Tabel 3. Sebaran Perilaku Kadarzi Rumah Tangga
Perilaku Kadarzi
Jumlah
n %
Baik 859 43,1
Kurang baik 1133 56,9
Hariyadi dan Ikeu, Pengaruh Perilaku Sadar Gizi 77
PEMBAHASAN
Berbagai penelitian menunjukkan bah-
wa pendidikan ibu memainkan peranan
penting yang menentukan dalam mening-
katkan tingkat kecukupan gizi di daerah-
daerah pedesaan. Prevalensi anak-anak
yang terhambat pertumbuhannya (stunt-
ing) yang merupakan indikator dari anak
yang kurang gizi, lebih rendah pada ibu
dengan tingkat pendidikan yang lebih
tinggi dengan tingkat pendapatan berapa
pun. Penelitian alderman (Garcia (1992)
di Pakistan menemukan bukti-bukti bahwa
insiden anak stunting akan menurun dari
63,6% menjadi 47,1% jika ibunya men-
dapatkan pendidikan dasar. Mereka men-
catat bahwa kapita sebesar 10%, semen-
tara Thomas (1991) mengemukakan bah-
wa di banyak negara, pendidikan ibu
cenderung meningkatkan kesehatan anak
perempuan dari pada anak laki-laki. Ter-
Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Step 2 Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel
Dependen Status Gizi Balita Indek TB/U
Variabel independen Odds ratio exp (B)
Confidence
Interval 95%
Sig
n = 1992
Variabel dependen status gizi TB/U
Status Infeksi
Tidak infeksi (0)
Infeksi (1) 0,90 (0,74–1,08) 0,24
Konsumsi Energi
≥ 85% AKF (0)
< 85%AKG (1) 1,36 (1,06–1,74) 0,02*
Konsumsi protein
≥ 85% AKF (0)
< 85%AKG (1) 1,12 (0,90–1,41) 0,31
Konsumsi vitamin A
≥ 85% AKF (0)
< 85%AKG (1) 0,98 (0,77–1,25) 0,88
Pendidikan ayah
≥ SMP (0)
< SMP (1) 0,89 (0,72–1,11) 0,31
Pendidikan ibu
≥ SMP (0)
< SMP (1) 1,33 (1,06–1,67) 0,01*
Pengeluaran RT
≥ rata-rata (-0)
< Rata-rata (1) 1,07 (0,88–1,29) 0,50
Pemanfaatan pelayanan kesehatan
Baik (0)
Kurang baik (1) 1,13 (0,81–1,59) 0,46
Kesehatan lingkungan
Baik (0)
Kurang baik (1) 1,46 (1,10–1,93) 0,01*
Perilaku KADARZI
Baik (0)
Kurang baik (1) 1,22 (1,01–1,47) 0,04*
R2
Nagelkerke = 0,27;-2 log like hood = 2534,49
* Signifikan  < 0,05.
78 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 34, NO. 1, PEBRUARI 2011:7180
lepas dari isu gender, jika tinggi badan
merupakan salah satu indikator penting
dalam mengukur status kesehatan secara
umum, maka orang yang lebih tinggi se-
harusnya mempunyai kesempatan mem-
peroleh penghasilan yang lebih tinggi,
sebagaimana temuan Strauss & Thomas
(1998) di Brazil bahwa pria yang lebih
tinggi dapat memperoleh penghasilan yang
lebih banyak, dimana peningkatan tinggi
badan sebanyak 1% diasosiasikan dengan
kenaikan upah sebesar 7%.
Beberapa rangkaian analisis ini mem-
pertegas apa yang dikemukakan Minarto
(2009), bahwa KADARZI merupakan pe-
nyederhanaan dari PUGS yang valid dan
reliabel serta dapat diaplikasikan dalam
rangka menanggulangi masalah gizi pada
balita terutama pada masalah gizi kronis
sebagai ciri dari indeks pengukuran status
gizi balita TB/U.
Program KADARZI cenderung lebih
aplikatif dan terukur dengan adanya indi-
kator KADARZI sebagaimana yang telah
ditetapkan dengan Kepmenkes RI No.
747/Menkes/SK/2007, meliputi menim-
bang berat badan balita secara teratur,
memberikan ASI eksklusif, makan aneka
ragam makanan, menggunakan garam ber-
iodium, dan memberikan suplemen gizi
sesuai anjuran. Hal ini juga didukung
dengan beberapa program lain seperti
posyandu yang mempunyai 5 kegiatan
utama, yaitu kesehatan Ibu dan Anak
(KIA), Keluarga Berencana (KB), imuni-
sasi, gizi dan pencegahan dan penanggu-
langan diare. Disamping itu terdapat be-
berapa kegiatan yang dapat mendukung
program KADARZI yaitu penimbangan
balita setiap bulan, pemberian makanan
tambahan dan suplementasi gizi, penyu-
luhan gizi dan kesehatan serta pelayanan
kesehatan dasar. Secara teknis kegiatan
posyandu meliputi pendaftaran, penim-
bangan, pencatatan, penyuluhan dan pe-
layanan kesehatan (Depkes 2006).
Todaro dan Smith (2009), mengemu-
kakan bahwa WHO telah menemukan
kondisi yang menyebabkan 70% kematian
balita, yaitu infeksi saluran pernapasan
akut (ISPA), diare, cacar air, malaria, dan
kurang gizi. Diperkirakan jika trend ini
berlanjut, maka pada tahun 2020 kondisi
ini akan menyebabkan 30% kematian
anak di seluruh dunia. Kekurangan gizi
adalah sebuah bentuk penyakit dan ke-
Tabel 5. Hasil analisis Regresi Step 3 Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel
Dependen Status Gizi Balita Indek TB/U
Variabel Independen Odds ratio Exp (B)
Confidence
Interval 95%
Sig
N = 1992
Variabel dependen status gizi indeks TB/U
Konsumsi Energi
≥ 85 % AKG (0)
< 85% AKG (1) 1,40 (1,12 – 1,77) 0,00**
Pendidikan Ibu
≥ SMP (0)
< AMP (1) 1,28 (1,05 – 1,56) 0,01*
Kesehatan Lingkungan
Baik (0)
Kurang baik (1) 1,45 (1,10 – 1,91) 0,01*
Perilaku kadarzi
Baik (0)
Kurang baik (1) 1.21 (1,01 – 1,46) 0,04*
R2
Nagelkerke = 0,24 Likehood = 2538,92
Signifikan  < 0,05l;** signifikan  < 0,01
Hariyadi dan Ikeu, Pengaruh Perilaku Sadar Gizi 79
beradaannya merupakan faktor penting
yang membuat seorang anak mudah ter-
tular penyakit dan meninggal dunia. Dalam
banyak hal kematian tidak akan terjadi
tanpa kekurangan gizi sebagai faktor pe-
nunjangnya. Kondisi ini menuntut adanya
penanggulangan masalah gizi yang lebih
intensif dan aplikatif, sehingga betul-betul
berdampak pada peningkatan status gizi
balita.
Perilaku KADARZI merupakan salah
satu pendekatan yang sangat penting da-
lam penanggulangan masalah gizi, tetapi
pendekatan yang menyeluruh terhadap
berbagai faktor yang mempengaruhi ma-
salah gizi sebagaimana konsep UNICEF
(1997) perlu menjadi pertimbangan.
Melihat dampak dan beberapa hasil
penelitian in serta prevalensi masalah gizi
di Kalimantan Barat, perilaku KADARZI
merupakan salah satu bagian penting da-
lam menangani masalah gizi akut-kronis
disamping perbaikan faktor lainnya seperti
pendidikan ibu, infeksi, konsumsi gizi
dan kesehatan lingkungan. Salah satu
perpaduan program antara program pen-
didikan, kesehatan dan gizi yang cukup
dikenal di Meksiko mungkin patut untuk
menjadi pertimbangan, sebagaimana di-
tulis oleh Todaro & Smith (2009), adalah
program PROGRESA yang diluncurkan
pada bulan Agustus 1997, yaitu paket ter-
padu untuk meningkatkan status pendidik-
an, kesehatan dan gizi keluarga pada
rumah tangga miskin. Tentu perlu kajian
lebih lanjut tentang aplikasi dan keber-
langsungan program dengan mempertim-
bangkan berbagai faktor, seperti sosial-
budaya, sosial-ekonomi, geografi dan de-
mografi serta kebijakan dan sumber daya
yang ada di Propinsi Kalimantan Barat.
SIMPULAN DAN SARAN
Penerapan pesan gizi seimbang yang
masih kurang terutama pada pesan kon-
sumsi lemak dan minyak ¼ dari kecukup-
an energi, makan makanan sumber karbo-
hidrat ½ dari kebutuhan energi dan makan
makanan untuk memenuhi energi masing-
masing 76,5%, 66,3%, dan 60,1% sedang-
kan paling besar terjadi pada penerapan
pesan menghindari minum minuman ber-
alkohol 88,9%, menggunakan garam ber-
iodium 86,1%, melakukan aktifitas fisik
secara teratur 76,1% dan makan aneka ra-
gam makanan 64,6%. perilaku KADARZI
menggunakan garam beriodium dalam
rumah tangga mempunyai proporsi lebih
tinggi (86,1%) dibandingkan dengan peri-
laku menimbang berat badan secara ter-
atur, makan aneka ragam makanan dan
memberikan suplemen gizi sesuai anjuran.
Secara umum terdapat 43,1% rumah
tangga dengan perilaku KADARZI ku-
rang baik dibandingkan dengan perilaku
KADARZI baik.
Ada pengaruh signifikan perilaku
KADARZI rumah tangga terhadap status
gizi balita pada indeks TB/U (ρ < 0,05) .
Rumah tangga dengan perilaku Kesadar-
an Gizi (KADARZI) yang kurang baik
berpeluang meningkatkan risiko kejadian
stunting pada anak balita 1.21 kali lebih
besar daripada rumah tangga dengan peri-
laku Kesadaran Gizi (KADARZI) yang
baik.
Perlu sosialisasi dan pengembangan
penyampaian pesan gizi seimbang yang
lebih efektif dan mudah dipahami masya-
rakat, terutama pada pesan konsumsi le-
mak dan minyak ¼ dari kecukupan energi
dan makan makanan sumber karbohidrat
setengah dari kebutuhan energi. Sosiali-
sasi dapat dilakukan dengan penyederha-
naan pesan-pesan gizi seimbang terutama
pada ukuran-ukuran porsi rumah tangga
sebagaimana lambang pesan gizi seim-
bang dalam bentuk tumpeng yang telah
dilakukan. Prioritas sasaran terhadap ibu
balita, sehingga mempunyai daya ungkit
program secara menyeluruh, baik penang-
gulangan masalah pesan gizi seimbang,
perilaku KADARZI maupun penanggu-
langan masalah status gizi balita di Pro-
pinsi Kalimantan Barat.
80 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 34, NO. 1, PEBRUARI 2011:7180
DAFTAR RUJUKAN
Azwar, A. 2000. Review Peningkatan
Penggunaan ASI dan MP-ASI. Bogor.
Aswin. Soedjono. 1997. Metodologi Pene-
litian Kedokteran. Yogyakarta: FK.
UGM.
Depkes. 2007. Keputusan Menteri Kese-
hatan Republik Indonesia Nomor:
747/Menkes/SK/VI/2007 tentang Pe-
doman Operasional Keluarga Sadar
Gizi di Desa Siaga. Jakarta: Depkes
RI.
Depkes. 2008. Laporan Hasil Riset Ke-
sehatan Dasar (Riskesdas) Propinsi
Kalimantan Barat Tahun 2007. Ja-
karta: Badan Penelitian dan Pengem-
bangan Kesehatan Departemen Ke-
sehatan RI.
Depkes. 2008. Laporan Hasil Riset Ke-
sehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia
Tahun 2007. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departe-
men Kesehatan RI. Jakarta.
Depkes. 2009. Buku Saku Gizi. Kapankah
Masalah ini Berakhir. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Ke-
sehatan.
Linder. Maria C. 1992. Biokimia Gizi dan
Metabolisme. Dengan Pemakaian Se-
cara Klinis. Jakarta: UI Press.
Minarto. 2009. Keluarga Sadar Gizi
Solusi Atasi Masalah Gizi. http://-
www.promokesehatan.com/?act=new
s&id=489 [27 Nov 2009]
Nurmayanti, Yeti. 2002. Implementasi
Program Keluarga Sadar Gizi (KA-
DARZI) Dalam Upaya Meningkatkan
Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus
Tentang Implementasi Program KA-
DARZI di Kelurahan Betet Kota
Kediri). [Abstrak]. Surakarta: Program
Pascasarjana. Universitas Sebelas
Maret.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi Dan Apli-
kasinya Untuk Keluarga Dan Masya-
rakat. Jakarta: Dirjen Pendidikan
Tinggi.
Supariasa, I., Bakri, Bachyar, Fajar, Ibnu.
2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta:
EGC.
Selvin, S. 1996. Statistical Analysis of
Epidemiologic Data. Second Edition.
Oxford: Oxford University Press.
Todaro, Michael P. & Smith, Stephen C.
2009. Economic Development. Tenth
Edition. Boston. USA: Pearson Edu-
cation. Inc.
UNICEF. 1998. The State of The World’s
Children 1998: Focus of Nutrition.
New York: Oxford Univercity Press.
UK.
Zahraini, Yuni. 2009. Hubungan Status
KADARZI dengan Status Gizi Balita
1259 Bulan di Propinsi Di Yogya-
karta dan Nusa Tenggara Timur.
Skripsi tidak dipublikasikan. Jakarta:
UI.

More Related Content

What's hot

Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitaJurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitanrukmana rukmana
 
Kebiasaan makan remaja
Kebiasaan makan remajaKebiasaan makan remaja
Kebiasaan makan remajaBogazius08
 
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anak
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anakBab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anak
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anakBahurekso Kendal
 
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangPenelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangAna Sengga
 
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...Sii AQyuu
 
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Operator Warnet Vast Raha
 
Presentasi sidang..
Presentasi sidang..Presentasi sidang..
Presentasi sidang..piok_kuek
 
hubungan pengetahuan dan status gizi
hubungan pengetahuan dan status gizihubungan pengetahuan dan status gizi
hubungan pengetahuan dan status giziMuhammad Abu Dzar
 
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITASANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITASii AQyuu
 
Tumbuh Kembang Anak yang Bermasalah
Tumbuh Kembang Anak yang BermasalahTumbuh Kembang Anak yang Bermasalah
Tumbuh Kembang Anak yang BermasalahFakhriyah Elita
 

What's hot (20)

841 1526-1-sm
841 1526-1-sm841 1526-1-sm
841 1526-1-sm
 
Paper pak patra
Paper pak patraPaper pak patra
Paper pak patra
 
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitaJurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
 
Kebiasaan makan remaja
Kebiasaan makan remajaKebiasaan makan remaja
Kebiasaan makan remaja
 
Seminar Proposal
Seminar ProposalSeminar Proposal
Seminar Proposal
 
Prilaku sedentari
Prilaku sedentariPrilaku sedentari
Prilaku sedentari
 
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anak
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anakBab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anak
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anak
 
Plugin 9leni 19.pdf
Plugin 9leni 19.pdfPlugin 9leni 19.pdf
Plugin 9leni 19.pdf
 
faktor stunting
faktor stuntingfaktor stunting
faktor stunting
 
Ppt proposal
Ppt proposalPpt proposal
Ppt proposal
 
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangPenelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
 
3bab42
3bab423bab42
3bab42
 
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
 
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
 
Presentasi sidang..
Presentasi sidang..Presentasi sidang..
Presentasi sidang..
 
hubungan pengetahuan dan status gizi
hubungan pengetahuan dan status gizihubungan pengetahuan dan status gizi
hubungan pengetahuan dan status gizi
 
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITASANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
 
Kejadian stunting
Kejadian stuntingKejadian stunting
Kejadian stunting
 
Tumbuh Kembang Anak yang Bermasalah
Tumbuh Kembang Anak yang BermasalahTumbuh Kembang Anak yang Bermasalah
Tumbuh Kembang Anak yang Bermasalah
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 

Similar to Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi Kalimantan Barat

316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdfellyaniabadi1
 
PPT SKRIPSI-SAHARA NURLAKCMI.pptx
PPT SKRIPSI-SAHARA NURLAKCMI.pptxPPT SKRIPSI-SAHARA NURLAKCMI.pptx
PPT SKRIPSI-SAHARA NURLAKCMI.pptxsaharanurlakcmisara
 
Materi Ngopi Eps. 22 "Pemanfaatan Ulat Sagu sebagai Sumber Protein Potensial"
Materi Ngopi Eps. 22 "Pemanfaatan Ulat Sagu sebagai Sumber Protein Potensial"Materi Ngopi Eps. 22 "Pemanfaatan Ulat Sagu sebagai Sumber Protein Potensial"
Materi Ngopi Eps. 22 "Pemanfaatan Ulat Sagu sebagai Sumber Protein Potensial"Akademi Desa 4.0
 
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdf
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdfscribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdf
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdfHerman673394
 
PPT_Kristoforus Samson_291221021.pptx
PPT_Kristoforus Samson_291221021.pptxPPT_Kristoforus Samson_291221021.pptx
PPT_Kristoforus Samson_291221021.pptxKRISTOSAMSON
 
Penyegaran Kader Posyandu dalam Pengukuran Antropometri di Wilayah Kerja Pusk...
Penyegaran Kader Posyandu dalam Pengukuran Antropometri di Wilayah Kerja Pusk...Penyegaran Kader Posyandu dalam Pengukuran Antropometri di Wilayah Kerja Pusk...
Penyegaran Kader Posyandu dalam Pengukuran Antropometri di Wilayah Kerja Pusk...rose125620
 
Penyegaran kader posyandu dalam pengukuran antropometri di wilayah kerja pusk...
Penyegaran kader posyandu dalam pengukuran antropometri di wilayah kerja pusk...Penyegaran kader posyandu dalam pengukuran antropometri di wilayah kerja pusk...
Penyegaran kader posyandu dalam pengukuran antropometri di wilayah kerja pusk...RadenAnggaAnggriawan
 
makalah pos gizi 2022 nila.docx
makalah pos gizi 2022 nila.docxmakalah pos gizi 2022 nila.docx
makalah pos gizi 2022 nila.docxElsisRosari
 
Bab 1 dan 2 distoro
Bab 1 dan 2 distoroBab 1 dan 2 distoro
Bab 1 dan 2 distoroyogi859225
 
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diareJurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diarenrukmana rukmana
 
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdfellyaniabadi1
 
2. Pemberdayaan Keluarga Cegah Stunting_IPKKI_Eka M.pdf
2. Pemberdayaan Keluarga Cegah Stunting_IPKKI_Eka M.pdf2. Pemberdayaan Keluarga Cegah Stunting_IPKKI_Eka M.pdf
2. Pemberdayaan Keluarga Cegah Stunting_IPKKI_Eka M.pdfsufyanatstsauri2
 
Triple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdfTriple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdfMursidTriSusilo2
 

Similar to Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi Kalimantan Barat (20)

316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
 
PPT SKRIPSI-SAHARA NURLAKCMI.pptx
PPT SKRIPSI-SAHARA NURLAKCMI.pptxPPT SKRIPSI-SAHARA NURLAKCMI.pptx
PPT SKRIPSI-SAHARA NURLAKCMI.pptx
 
Kelompok Sasaran Intervensi
Kelompok Sasaran IntervensiKelompok Sasaran Intervensi
Kelompok Sasaran Intervensi
 
Materi Ngopi Eps. 22 "Pemanfaatan Ulat Sagu sebagai Sumber Protein Potensial"
Materi Ngopi Eps. 22 "Pemanfaatan Ulat Sagu sebagai Sumber Protein Potensial"Materi Ngopi Eps. 22 "Pemanfaatan Ulat Sagu sebagai Sumber Protein Potensial"
Materi Ngopi Eps. 22 "Pemanfaatan Ulat Sagu sebagai Sumber Protein Potensial"
 
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdf
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdfscribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdf
scribd.vdownloaders.com_upaya-inovasi-stunting-kalsel-27-juni-2019.pdf
 
BAB I gizi
BAB I giziBAB I gizi
BAB I gizi
 
PPT_Kristoforus Samson_291221021.pptx
PPT_Kristoforus Samson_291221021.pptxPPT_Kristoforus Samson_291221021.pptx
PPT_Kristoforus Samson_291221021.pptx
 
Presentation2 (1).pptx
Presentation2 (1).pptxPresentation2 (1).pptx
Presentation2 (1).pptx
 
Penyegaran Kader Posyandu dalam Pengukuran Antropometri di Wilayah Kerja Pusk...
Penyegaran Kader Posyandu dalam Pengukuran Antropometri di Wilayah Kerja Pusk...Penyegaran Kader Posyandu dalam Pengukuran Antropometri di Wilayah Kerja Pusk...
Penyegaran Kader Posyandu dalam Pengukuran Antropometri di Wilayah Kerja Pusk...
 
Penyegaran kader posyandu dalam pengukuran antropometri di wilayah kerja pusk...
Penyegaran kader posyandu dalam pengukuran antropometri di wilayah kerja pusk...Penyegaran kader posyandu dalam pengukuran antropometri di wilayah kerja pusk...
Penyegaran kader posyandu dalam pengukuran antropometri di wilayah kerja pusk...
 
Proposal &amp; thesis
Proposal &amp; thesisProposal &amp; thesis
Proposal &amp; thesis
 
makalah pos gizi 2022 nila.docx
makalah pos gizi 2022 nila.docxmakalah pos gizi 2022 nila.docx
makalah pos gizi 2022 nila.docx
 
Bab 1 dan 2 distoro
Bab 1 dan 2 distoroBab 1 dan 2 distoro
Bab 1 dan 2 distoro
 
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diareJurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
 
gizi anak sekolah.pdf
gizi anak sekolah.pdfgizi anak sekolah.pdf
gizi anak sekolah.pdf
 
7 9-1-pb (1)
7 9-1-pb (1)7 9-1-pb (1)
7 9-1-pb (1)
 
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
 
2. Pemberdayaan Keluarga Cegah Stunting_IPKKI_Eka M.pdf
2. Pemberdayaan Keluarga Cegah Stunting_IPKKI_Eka M.pdf2. Pemberdayaan Keluarga Cegah Stunting_IPKKI_Eka M.pdf
2. Pemberdayaan Keluarga Cegah Stunting_IPKKI_Eka M.pdf
 
1
11
1
 
Triple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdfTriple Burden of Malnutrition.pdf
Triple Burden of Malnutrition.pdf
 

More from Sii AQyuu

SINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIKSINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIKSii AQyuu
 
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/IGAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/ISii AQyuu
 
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN STATUS BESI REMAJA WANITA
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN  STATUS BESI REMAJA WANITAEFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN  STATUS BESI REMAJA WANITA
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN STATUS BESI REMAJA WANITASii AQyuu
 
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...Sii AQyuu
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...Sii AQyuu
 
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota DenpasarKonsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota DenpasarSii AQyuu
 
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...Sii AQyuu
 
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...Sii AQyuu
 
CARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI
CARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANICARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI
CARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANISii AQyuu
 
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...Sii AQyuu
 
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...Sii AQyuu
 
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTPHubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTPSii AQyuu
 
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...Sii AQyuu
 
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...Sii AQyuu
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...Sii AQyuu
 
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...Sii AQyuu
 
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...Sii AQyuu
 
Poltekkes malang obesitas dan fertilitas
Poltekkes malang obesitas dan fertilitasPoltekkes malang obesitas dan fertilitas
Poltekkes malang obesitas dan fertilitasSii AQyuu
 
Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...
Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...
Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...Sii AQyuu
 
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gs
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gsAnalisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gs
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gsSii AQyuu
 

More from Sii AQyuu (20)

SINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIKSINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIK
 
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/IGAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
 
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN STATUS BESI REMAJA WANITA
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN  STATUS BESI REMAJA WANITAEFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN  STATUS BESI REMAJA WANITA
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN STATUS BESI REMAJA WANITA
 
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
 
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota DenpasarKonsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar
 
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
 
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
 
CARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI
CARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANICARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI
CARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI
 
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
 
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...
 
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTPHubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP
 
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...
 
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
 
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
 
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
 
Poltekkes malang obesitas dan fertilitas
Poltekkes malang obesitas dan fertilitasPoltekkes malang obesitas dan fertilitas
Poltekkes malang obesitas dan fertilitas
 
Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...
Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...
Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...
 
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gs
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gsAnalisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gs
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gs
 

Recently uploaded

SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMhanyakaryawan1
 
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia pptMateri Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia pptParulianGultom2
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxdedyfirgiawan
 
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XIPPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XIHepySari1
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanAyuApriliyanti6
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatanSuzanDwiPutra
 
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...luqmanhakimkhairudin
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxcupulin
 
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriFarhanPerdanaRamaden1
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfTeukuEriSyahputra
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptxAksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptxTekiMulyani
 
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa  PemrogramanMateri Bab 6 Algoritma dan bahasa  Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa PemrogramanSaeranSaeran1
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxnursariheldaseptiana
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASNursKitchen
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 

Recently uploaded (20)

SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOMSISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
SISTEM SARAF OTONOM_.SISTEM SARAF OTONOM
 
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia pptMateri Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
Materi Asuransi Kesehatan di Indonesia ppt
 
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docxcontoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
contoh-kisi-kisi-bahasa-inggris-kelas-9.docx
 
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XIPPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
PPT kerajaan islam Maluku Utara PPT sejarah kelas XI
 
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan BerkelanjutanTopik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
Topik 4_Eksplorasi Konsep LK Kelompok_Pendidikan Berkelanjutan
 
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatankonsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
konsep pidato Bahaya Merokok bagi kesehatan
 
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
Asimilasi Masyarakat Cina Dengan Orang Melayu di Kelantan (Cina Peranakan Kel...
 
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
PELAKSANAAN (dgn PT SBI) + Link2 Materi Pelatihan _"Teknik Perhitungan TKDN, ...
 
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptxAKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
AKSI NYATA DISIPLIN POSITIF MEMBUAT KEYAKINAN KELAS_11zon.pptx
 
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi TrigonometriSudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
Sudut-sudut Berelasi Trigonometri - Sudut-sudut Berelasi Trigonometri
 
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdfWebinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
Webinar 1_Pendidikan Berjenjang Pendidikan Inklusif.pdf
 
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI MUSIK KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptxAksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
Aksi Nyata profil pelajar pancasila.pptx
 
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa  PemrogramanMateri Bab 6 Algoritma dan bahasa  Pemrograman
Materi Bab 6 Algoritma dan bahasa Pemrograman
 
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR SENI TARI KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMASBAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
BAB 1 BEBATAN DAN BALUTAN DALAM PERTOLONGAN CEMAS
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 5 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 

Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi Kalimantan Barat

  • 1. TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 34, NO. 1, PEBRUARI 2011:7180 Didik Hariyadi adalah Dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Republik Indonesia, Pontianak dan Ikeu Ekayanti adalah Dosen Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi IPB, Bogor. 71 ANALISIS PENGARUH PERILAKU KELUARGA SADAR GIZI TERHADAP STUNTING DI PROPINSI KALIMANTAN BARAT Didik Hariyadi Ikeu Ekayanti Abstract: Influence analysis of behavior family nutrition awareness to stunting in West Kalimantan Provence. The present study aims to analyze of influence behavior family nutrition awareness to stunting in west Kalimantan Province. The study uses Health Research Data Base of west Kalimantan province in Year 2007 with the design of cross-sectional study. The total of 1992 household samples were recruited in the study with criteria having child aged 6 to 59 months. Height for age indicators were used to measure child nutritional status. The results showed that Logistic multiple regression analysis showed that failure to follow the the family Nutrition Awareness had 1.21 risk for children to become stunting than children to follow to guindeline properly. Abstrak: Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh perilaku keluarga sadar gizi terhadap stunting pada anak balita di Propinsi Kalimantan Barat. Data yang digunakan adalah data sekunder hasil RISKESDAS Propinsi Kalimantan Barat 2007, dengan desain Cross Sectional Studi melalui metode observasional. Total rumah tangga yang menjadi sampel adalah 1992 rumah tangga, dengan criteria mempunyai balita berumur 6–59 bulan. Tinggi badan per umur adalah indikator status gizi yang digunakan. Hasil penelitian dengan uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa rumah tangga dengan perilaku kesadaran gizi (KADARZI) yang kurang baik berpeluang untuk meningkatkan risiko kejadian stunting pada anak balita 1.22 kali lebih besar daripada rumah tangga dengan perilaku kesadaran gizi (KADARZI) yang baik. Kata-kata kunci: stunting, sadar gizi izi merupakan salah satu penentu kua- litas sumber daya manusia (SDM). Makanan yang diberikan sehari-hari harus mengandung semua zat gizi sesuai kebu- tuhan, sehingga menunjang pertumbuhan yang optimal dan dapat mencegah penya- kit definisi, mencegah keracunan dan juga mencegah timbulnya penyakit yang dapat mengganggu kelangsungan hidup anak (Soekirman, 2000). G
  • 2. 72 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 34, NO. 1, PEBRUARI 2011:7180 Masa bayi dan anak adalah masa mereka pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dan sangat penting sebagai landasan yang menentukan kualias gene- rasi penerus bangsa (Azwar, 2000). Status gizi balita sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial terdekat. Selain itu peran keluarga sangat besar dalam mem- bentuk kepribadian anak. Pola pendidikan yang tepat yang diterapkan oleh orang tua akan sangat membantu anak dalam meng- hadapi kondisi lingkungan pada masa yang akan datang. Orang tua merupakan sepenuhnya pada anak hingga remaja Penyebab langsung status gizi yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang baik tetapi sering menderita penyakit infeksi dapat menderita kurang gizi. Demikian pula pada anak yang makanannya tidak cukup baik, maka daya tahan tubuh akan me- lemah dan mudah terserang penyakit. Sehingga makanan dan penyakit merupa- kan penyebab kurang gizi (Supariasa et. al. 2002). Perilaku gizi yang baik dan benar pada setiap individu dapat mengacu pada pesan gizi seimbang dalam pedoman umum gizi seimbang (PUGS) yang terdiri dari 13 pesan (Depkes, 2005), meskipun untuk mendukung upaya penilaian dan peman- tauan praktik pesan gizi seimbang perlu penelitian lebih lanjut tentang penilaian penerapan pesan-pesan gizi seimbang untuk kelompok ibu hamil, anak sekolah, remaja, dan usia lanjut (Hardinsyah 1998). Salah satu sasaran prioritas rencana stra- tegi departmen kesehatan dalam rangka mencapai sasaran menurunkan prevalensi gizi kurang adalah keluarga sadar gizi (KADARZI) (Depkes, 2007) yang me- rupakan penyederhanaan dari pesan gizi seimbang (Minarto, 2009). Penelitian tentang pengaruh perilaku KADARZI terhadap status gizi khusus- nya di Kalimantan Barat belum pernah dilakukan. Hasil RISKESDAS di Propinsi Kalimantan Barat 2007, ditemukan data sebagai berikut: prevalensi balita dengan gizi kurang dan buruk (underweiht) ber- dasar berat badan menurut umur (BB/U) sebesar 22.6% status pendek dan sangat pendek (stunting) berdasar tinggi badan menurut umur (TB/U) mencapai 36.8% kurus dan sangat kurus (wasting) ber- dasar berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) sebanyak 17.3%, sedangkan pre- valensi gizi lebih berdasar BB/U sebesar 5% dan berdasarkan BB/TB 14%. Pre- vallensi stunting sangat tinggi dibanding- kan dengan indikator status gizi balita yang lain. Todaro & Smith (2009), me- ngemukakan bahwa status pendek me- rupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan produktifitas manusia. Tujuan penelitian ini adalah ingin me- ngetahui pengaruh perilaku KADARZI rumah tangga balita terhadap stunting di Propinsi Kalimantan Barat. METODE Jenis Penelitian ini adalah penelitian observasional menggunakan data sekun- der hasil Riskesdas 2007 dengan desain cross sectional, dimana pengukuran out- come dan potential predictor dilakukan secara simultan pada waktu yang ber- samaan (Aswin, 1997) sesuai dengan de- sain Riskesdas 2007 di Propinsi Kaliman- tan Barat. Wilayah penelitian di Propinsi Kalimantan Barat yang dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai dengan Maret 2010. Populasi dalam Riskesdas Propinsi Kalimantan Barat 2007 adalah seluruh rumah tangga di wilayah Propinsi Kali- mantan Barat. Sampel adalah rumah tangga dan anggota rumah tangga yang diambil dengan menggunakan metodologi perhitungan dan cara penarikan sampel identik dengan two stage sampling yang digunakan dalam Susenas 2007. Setiap
  • 3. Hariyadi dan Ikeu, Pengaruh Perilaku Sadar Gizi 73 kabupaten/kota yang masuk dalam ke- rangka sampel kabupaten/kota, diambil sejumlah blok sensus yang proposional terhadap jumlah rumah tangga di kabupa- ten/kota diambil dengan metode proba- bility proportional to size. Setiap blok sensus terpilih kemudian dipilih 16(enam belas) rumah tangga secara acak seder- hana. Jumlah rumah tangga yang mempunyai balita berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Depkes RI se- banyak 2.375 rumah tangga. Selanjutnya ditetapkan sampel rumah tangga dengan kriteria inklusi adalah rumah tangga yang mempunyai balita umur 659 bulan, mem- punyai data BB dan TB dengan cut off point sesuai indikator z-score status gizi BB/TB, TB/U, dan BB/U pada WHO (World Health Organization) Abitho, 2009 dan mempunyai data sosial ekonomi dan pendidikan orang tua, sehingga jumlah sampel diperoleh sebanyak 1992 rumah tangga balita (Gambar 1). Data perilaku KADARZI rumah tangga dikategorikan baik dan kurang baik meng- gunakan indikator yang dipakai Depkes (2007) dengan empat dari lima indikator pengukuran. Data status gizi mengguna- kan kategori buku Antopometri WHO (2006) yang didasarkan pada nilai z-score berdasarkan BB/TB, TBU/U, dan BB/U. Data infeksi yang diambil adalah data infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), diare, demam thupoid, malaria, campak, dan demam berdarah. Penilaian meng- gunakan kuesioner dengan menanyakan pernah menderita atau pernah didiagnosa oleh tenaga medis menderita. Selanjutnya dikategorikan pernah atau tidak pernah menderita satu atau lebih penyakit ISPA, diare, demam thypoid, malaria, campak atau demam berdarah. Data konsumsi gizi akan didasarkan pada kelompok zat gizi energi, protein, dan vitamin A sesuai dihitung berdasarkan kelompok umur menggunakan standart AKG tahun 2004. Analisis data hasil penelitian disajikan dalam bentuk deskriptif dan inferensial. Analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi masing-masing variabel pene- litian. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara masing- masing variabel independen dan variabel dependen. Uji kemakan digunakan metode Chi-Square (X2 ) (Selvin, 1996). Analisis multivariate menggunakan regresi logis- tik ganda. Kriteria kemaknaan statistik yang dipakai adalah  < 0.05. Nilai Confedence interval (CI) ditetapkan 95%. Pengolahan dan analisis data masing- masing menggunakan softwere Office Excel 2007 dan Software SPSS (statistic program for social science) for Windows versi 16.0 tahun 2007. Pertemuan nilai z-Score berdasarkan BB/TB, BB/U dan Tb/U menggunakan software Anthro WHO versi 3.0.1. Jumlah total sampel 2375 Jumlah sampel 1992 Kriteria ekslusi: 0-5 bulan = 168 Data BB & TB tdk sesuai = 163 Data orang tua missing = 52 Gambar 1. Skema Jumlah dan Pengambilan Sampel
  • 4. 74 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 34, NO. 1, PEBRUARI 2011:7180 HASIL Karakteristik Sampel Rerata umur balita dalam penelitian ini adalah 30,9 ± 14,6 bulan dengan kelompok umur tertinggi antara 2543 bulan (37,9%) dan jenis kelamin laki-laki 52,2%. Berat badan rerata 12,1 ± 3,7 kg dan tinggi badan 86,6 ± 12.4 cm. Pre- valence status gizi balita (659 bulan) yang diukur berdasarkan indeks BB/TB, BB/U dan TB/U menunjukkan bahwa se- bagian besar balita mempunyai status gizi normal dan baik dibandingkan dengan kategori status gizi yang lain, masing- masing sebesar 70,4%, 73,2%, dan 56,5% (Tabel 1). Berdasarkan kriteria masalah gizi yang ditetapkan Depkes (2009) ber- dasarkan WHO, Kalimantan Barat meng- hadapi masalah gizi akut-kronis dengan karakteristik masalah gizi sebagai berikut: prevalensi balita wasting mencapai 17,0% (> 5%), balita stunting mencapai 43,4% (> 20%) dan balita status gizi underweight sebesar 24,1% (>10%) dengan prevalensi status infeksi balita di Kalimantan Barat menyebar antara yang infeksi dan tidak infeksi masing-masing 47,8% dan 52,2%. Pada masa kanak-kanak yang sedang tumbuh umumnya akan mengambil lebih dari 100 macam infeksi sebelum mencapai masa dewasa. Kejadian ini akan buruk jika terjadi pada daerah miskin, sanitasi yang buruk, dan daerah masalah gizi (Linder, 1992). Sebaran status infeksi berdasarkan ke- lompok umur kejadian infeksi terjadi pada anak umur 4459 bulan mencapai 56,8%, secara proporsional hampir sama dengan anak umur 2543 bulan sebesar 51,2%. Data ini menunjukkan kecende- rungan kejadian infeksi pada anak 659 bulan, semakin bertambah umur semakin tinggi (Gambar 2). Penelitian ini sejalan dengan laporan Riskesda Propinsi Kali- mantan Barat 2007 yang menunjukkan adanya peningkatan kejadian ISPA, TB Paru, Campak, dan Tifoid pada umur 14 tahun dibanding umur < 1 tahun. Konsumsi energi dan vitamin A balita sebagian besar masih defisit (66,5% dan 68,2%) dibandingkan dengan konsumsi protein yang sebagian besar (66,9%) su- dah baik. Zat gizi protein merupakan salah satu zat gizi penting terutama pada masa pertumbuhan dan perkembangan balita. Kalimantan Barat merupakan salah satu wilayah yang kaya akan hasil laut dan sungai, sehingga dimungkinkan kon- sumsi protein balita lebih baik dari kon- sumsi energi dan vitamin A. Tabel 1 juga menunjukkan bahwa pro- porsi tingkat pendidikan orang tua balita baik ayah maupun ibu sebagian besar Gambar 2. Persentase Sebaran Infeksi Balita Berdasarkan Kelompok Umur
  • 5. Hariyadi dan Ikeu, Pengaruh Perilaku Sadar Gizi 75 tamat SD atau di bawahnya masing- masing 60,9% dan 62,7%, sedangkan pengeluaran rumah tangga rerata sebesar Rp 925.000 ± 426.800. Perilaku KADARZI KADARZI adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah, dan meng- Tabel 1. Sebaran Karakteristik Sampel n(%) Mean Balita (N = 1992) Umur (Bulan ) 31,5 ± 14,6 624 704 (35,3) 2543 777 (39,0) 4459 511 (25,7) Jenis kelamin Laki-laki 1026 (51,5) Perempuan 966 (48,5) Berat badan(BB) 11,7 ± 3,2 Tinggi badan (TB 86,4 ± 12,4 Status gizi (BB/TB) -0,29 ± 1,97 Normal 1403 (70,4) Kurus 170 (8,5) Sangat kurus 169 (8,5) Gemuk 250 (12,6) Status gizi (BB/U) -1,09 ± 1,46 Normal 1126 (56,5) Pendek 389 (19,5) Sangat pendek 477 (23,9) Status Infeksi Infeksi 952 (47,8) Tidak infeksi 1040 (52,2) Konsumsi (N = 1879) Energi 675,6 ± 676,2 Baik (≥ 100% AKG) 341 (17,1) Sedang (8090% AKG) 129 (6,5) Kurang (7079,9% AKG) 85 (4,3) Defisit (< 70% AKG) 1324 (66,5) Protein 51,1 ± 29,3 Baik (≥ 100% AKG) 1333 (66,9) Sedang (8090% AKG) 73 (3,7) Kurang (7079% AKG) 38 (1,9) Defisit (< 70% AKG) 435 (21,8) Vitamin A 250,9 ± 216,5 Baik (≥ 100% AKG) 335 (16,8) Sedang (8090% AKG) 125 (6,3) Kurang (7079% AKG) 61 (3,1) Defisit (< 70% AKG) 1358 (68,2) Orang Tua (N = 1992) Pendidikan ayah ≥ SD 1213 (60,9) SMP 348 (17,5) ≥ SMA 431 (21,6) Pendidikan Ibu ≥ SD 1248 (62,7) SMP 354 (17,8) ≥ SMA 390 (19,6) Pengeluaran RT 925000 ± 426800 ≥ Rerata 844 (42,4) < Rerata 1148 (57,6)
  • 6. 76 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 34, NO. 1, PEBRUARI 2011:7180 atasi masalah gizi setiap anggotanya (Depkes, 2007). Tabel 2 menunjukkan se- baran perilaku KADARZI rumah tangga dengan kriteria memenuhi dan tidak me- menuhi. Perilaku menggunakan garam berodium mempunyai proporsi tertinggi (86,1%) dibanding dengan 3 perilaku lain- nya (menimbang berat badan secara ter- atur, makan aneka ragam makanan dan memberikan suplemen gizi sesuai anjur- an). Penggunaan garam berodium di Kali- mantan Barat sudah lebih tinggi dari rerata nasional (24,5%) meskipun belum sesuai target Universal Salt Iodization 2010 se- besar 90%. Tabel 3 menunjukkan perilaku KA- DARZI rumah tangga balita, dimana ku- rang baik (56,9%) lebih besar dibanding- kan dengan perilaku KADARZI baik (43,1%). Hasil ini sejalan dengan peneliti- an deskriptif yang telah dilakukan oleh Nurmayati (2002) di Kelurahan Betet Kota Kediri yang menyebutkan bahwa implementasi KADARZI hanya dilaku- kan oleh sebagian masyarakat dengan kendala faktor pendidikan dan ekonomi yang rendah. Anaisis faktor-faktor yang mempe- ngaruhi perilaku KADARZI terhadap stunting menunjukkan adanya 4 variabel secara bersama-sama berpengaruh signi- fikan (p < 0,05) terhadap stunting yaitu konsumsi energi, pendidikan ibu, kesehat- an lingkungan dan perilaku KADARZI. Nilai OR masing-masing adalah 1,36 (CI 95% 1,06–1,47), (CI 95% 1,061,67), 1,46 (CI 95% 1,10–1,93), dan 1,22 (CI 95% 1,01–1,47) (Tabel 4). Pada analisis pengaruh variabel independen step 3 di- peroleh hasil bahwa konsumsi energi mempunyai nilai signifikan terbaik ( = 0,00) dibandingkan 3 variabel yang lain. Pendidikan ibu dan kesehatan lingkungan mempunyai nilai signifikansi yang sama ( = 0,01) sedangkan perilaku KADARZI mempunyai nilai  = 0,04 (Tabel 5). Analisis ini menunjukkan bahwa kon- sumsi energi, pendidikan ibu, kesehatan lingkungan, dan perilaku KADARZI mem- punyai kecenderungan peluang resiko ter- hadap kesehatan lingkungan yang kurang baik sebesar 1,46 kali, selanjutnya ber- turut-turut konsumsi energi kurang dari 85% AKG sebesar 1,36 kali, pendidikan ibu di bawah SMP 1,33 kali dan perilaku KADARZI yang kurang baik sebesar 1,22 kali. Keempat variabel ini berpengaruh terhadap stunting sebesar 24% sedangkan sisanya dari faktor lain. Hal ini dapat di- lihat dari R2 Negelkerke yang hanya mencapai 0,24. Tabel 2. Sebaran Perilaku Kadarzi Rumah Tangga Berdasarkan Indikator Kadarzi Indikator Kadarzi Kriteria Memenuhi Tidak memenuhi n % n % 1. Menimbang berat badan secara teratur 516 25,9 1476 74,1 2. Menggunakan garam beriodium 1715 86,1 277 13,9 3. Makan aneka ragam makanan 1287 64,6 705 35,4 4. Memberikan suplemen gizi sesuai anjuran 551 27,7 1441 72,3 Tabel 3. Sebaran Perilaku Kadarzi Rumah Tangga Perilaku Kadarzi Jumlah n % Baik 859 43,1 Kurang baik 1133 56,9
  • 7. Hariyadi dan Ikeu, Pengaruh Perilaku Sadar Gizi 77 PEMBAHASAN Berbagai penelitian menunjukkan bah- wa pendidikan ibu memainkan peranan penting yang menentukan dalam mening- katkan tingkat kecukupan gizi di daerah- daerah pedesaan. Prevalensi anak-anak yang terhambat pertumbuhannya (stunt- ing) yang merupakan indikator dari anak yang kurang gizi, lebih rendah pada ibu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dengan tingkat pendapatan berapa pun. Penelitian alderman (Garcia (1992) di Pakistan menemukan bukti-bukti bahwa insiden anak stunting akan menurun dari 63,6% menjadi 47,1% jika ibunya men- dapatkan pendidikan dasar. Mereka men- catat bahwa kapita sebesar 10%, semen- tara Thomas (1991) mengemukakan bah- wa di banyak negara, pendidikan ibu cenderung meningkatkan kesehatan anak perempuan dari pada anak laki-laki. Ter- Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Step 2 Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen Status Gizi Balita Indek TB/U Variabel independen Odds ratio exp (B) Confidence Interval 95% Sig n = 1992 Variabel dependen status gizi TB/U Status Infeksi Tidak infeksi (0) Infeksi (1) 0,90 (0,74–1,08) 0,24 Konsumsi Energi ≥ 85% AKF (0) < 85%AKG (1) 1,36 (1,06–1,74) 0,02* Konsumsi protein ≥ 85% AKF (0) < 85%AKG (1) 1,12 (0,90–1,41) 0,31 Konsumsi vitamin A ≥ 85% AKF (0) < 85%AKG (1) 0,98 (0,77–1,25) 0,88 Pendidikan ayah ≥ SMP (0) < SMP (1) 0,89 (0,72–1,11) 0,31 Pendidikan ibu ≥ SMP (0) < SMP (1) 1,33 (1,06–1,67) 0,01* Pengeluaran RT ≥ rata-rata (-0) < Rata-rata (1) 1,07 (0,88–1,29) 0,50 Pemanfaatan pelayanan kesehatan Baik (0) Kurang baik (1) 1,13 (0,81–1,59) 0,46 Kesehatan lingkungan Baik (0) Kurang baik (1) 1,46 (1,10–1,93) 0,01* Perilaku KADARZI Baik (0) Kurang baik (1) 1,22 (1,01–1,47) 0,04* R2 Nagelkerke = 0,27;-2 log like hood = 2534,49 * Signifikan  < 0,05.
  • 8. 78 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 34, NO. 1, PEBRUARI 2011:7180 lepas dari isu gender, jika tinggi badan merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur status kesehatan secara umum, maka orang yang lebih tinggi se- harusnya mempunyai kesempatan mem- peroleh penghasilan yang lebih tinggi, sebagaimana temuan Strauss & Thomas (1998) di Brazil bahwa pria yang lebih tinggi dapat memperoleh penghasilan yang lebih banyak, dimana peningkatan tinggi badan sebanyak 1% diasosiasikan dengan kenaikan upah sebesar 7%. Beberapa rangkaian analisis ini mem- pertegas apa yang dikemukakan Minarto (2009), bahwa KADARZI merupakan pe- nyederhanaan dari PUGS yang valid dan reliabel serta dapat diaplikasikan dalam rangka menanggulangi masalah gizi pada balita terutama pada masalah gizi kronis sebagai ciri dari indeks pengukuran status gizi balita TB/U. Program KADARZI cenderung lebih aplikatif dan terukur dengan adanya indi- kator KADARZI sebagaimana yang telah ditetapkan dengan Kepmenkes RI No. 747/Menkes/SK/2007, meliputi menim- bang berat badan balita secara teratur, memberikan ASI eksklusif, makan aneka ragam makanan, menggunakan garam ber- iodium, dan memberikan suplemen gizi sesuai anjuran. Hal ini juga didukung dengan beberapa program lain seperti posyandu yang mempunyai 5 kegiatan utama, yaitu kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencana (KB), imuni- sasi, gizi dan pencegahan dan penanggu- langan diare. Disamping itu terdapat be- berapa kegiatan yang dapat mendukung program KADARZI yaitu penimbangan balita setiap bulan, pemberian makanan tambahan dan suplementasi gizi, penyu- luhan gizi dan kesehatan serta pelayanan kesehatan dasar. Secara teknis kegiatan posyandu meliputi pendaftaran, penim- bangan, pencatatan, penyuluhan dan pe- layanan kesehatan (Depkes 2006). Todaro dan Smith (2009), mengemu- kakan bahwa WHO telah menemukan kondisi yang menyebabkan 70% kematian balita, yaitu infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), diare, cacar air, malaria, dan kurang gizi. Diperkirakan jika trend ini berlanjut, maka pada tahun 2020 kondisi ini akan menyebabkan 30% kematian anak di seluruh dunia. Kekurangan gizi adalah sebuah bentuk penyakit dan ke- Tabel 5. Hasil analisis Regresi Step 3 Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen Status Gizi Balita Indek TB/U Variabel Independen Odds ratio Exp (B) Confidence Interval 95% Sig N = 1992 Variabel dependen status gizi indeks TB/U Konsumsi Energi ≥ 85 % AKG (0) < 85% AKG (1) 1,40 (1,12 – 1,77) 0,00** Pendidikan Ibu ≥ SMP (0) < AMP (1) 1,28 (1,05 – 1,56) 0,01* Kesehatan Lingkungan Baik (0) Kurang baik (1) 1,45 (1,10 – 1,91) 0,01* Perilaku kadarzi Baik (0) Kurang baik (1) 1.21 (1,01 – 1,46) 0,04* R2 Nagelkerke = 0,24 Likehood = 2538,92 Signifikan  < 0,05l;** signifikan  < 0,01
  • 9. Hariyadi dan Ikeu, Pengaruh Perilaku Sadar Gizi 79 beradaannya merupakan faktor penting yang membuat seorang anak mudah ter- tular penyakit dan meninggal dunia. Dalam banyak hal kematian tidak akan terjadi tanpa kekurangan gizi sebagai faktor pe- nunjangnya. Kondisi ini menuntut adanya penanggulangan masalah gizi yang lebih intensif dan aplikatif, sehingga betul-betul berdampak pada peningkatan status gizi balita. Perilaku KADARZI merupakan salah satu pendekatan yang sangat penting da- lam penanggulangan masalah gizi, tetapi pendekatan yang menyeluruh terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi ma- salah gizi sebagaimana konsep UNICEF (1997) perlu menjadi pertimbangan. Melihat dampak dan beberapa hasil penelitian in serta prevalensi masalah gizi di Kalimantan Barat, perilaku KADARZI merupakan salah satu bagian penting da- lam menangani masalah gizi akut-kronis disamping perbaikan faktor lainnya seperti pendidikan ibu, infeksi, konsumsi gizi dan kesehatan lingkungan. Salah satu perpaduan program antara program pen- didikan, kesehatan dan gizi yang cukup dikenal di Meksiko mungkin patut untuk menjadi pertimbangan, sebagaimana di- tulis oleh Todaro & Smith (2009), adalah program PROGRESA yang diluncurkan pada bulan Agustus 1997, yaitu paket ter- padu untuk meningkatkan status pendidik- an, kesehatan dan gizi keluarga pada rumah tangga miskin. Tentu perlu kajian lebih lanjut tentang aplikasi dan keber- langsungan program dengan mempertim- bangkan berbagai faktor, seperti sosial- budaya, sosial-ekonomi, geografi dan de- mografi serta kebijakan dan sumber daya yang ada di Propinsi Kalimantan Barat. SIMPULAN DAN SARAN Penerapan pesan gizi seimbang yang masih kurang terutama pada pesan kon- sumsi lemak dan minyak ¼ dari kecukup- an energi, makan makanan sumber karbo- hidrat ½ dari kebutuhan energi dan makan makanan untuk memenuhi energi masing- masing 76,5%, 66,3%, dan 60,1% sedang- kan paling besar terjadi pada penerapan pesan menghindari minum minuman ber- alkohol 88,9%, menggunakan garam ber- iodium 86,1%, melakukan aktifitas fisik secara teratur 76,1% dan makan aneka ra- gam makanan 64,6%. perilaku KADARZI menggunakan garam beriodium dalam rumah tangga mempunyai proporsi lebih tinggi (86,1%) dibandingkan dengan peri- laku menimbang berat badan secara ter- atur, makan aneka ragam makanan dan memberikan suplemen gizi sesuai anjuran. Secara umum terdapat 43,1% rumah tangga dengan perilaku KADARZI ku- rang baik dibandingkan dengan perilaku KADARZI baik. Ada pengaruh signifikan perilaku KADARZI rumah tangga terhadap status gizi balita pada indeks TB/U (ρ < 0,05) . Rumah tangga dengan perilaku Kesadar- an Gizi (KADARZI) yang kurang baik berpeluang meningkatkan risiko kejadian stunting pada anak balita 1.21 kali lebih besar daripada rumah tangga dengan peri- laku Kesadaran Gizi (KADARZI) yang baik. Perlu sosialisasi dan pengembangan penyampaian pesan gizi seimbang yang lebih efektif dan mudah dipahami masya- rakat, terutama pada pesan konsumsi le- mak dan minyak ¼ dari kecukupan energi dan makan makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi. Sosiali- sasi dapat dilakukan dengan penyederha- naan pesan-pesan gizi seimbang terutama pada ukuran-ukuran porsi rumah tangga sebagaimana lambang pesan gizi seim- bang dalam bentuk tumpeng yang telah dilakukan. Prioritas sasaran terhadap ibu balita, sehingga mempunyai daya ungkit program secara menyeluruh, baik penang- gulangan masalah pesan gizi seimbang, perilaku KADARZI maupun penanggu- langan masalah status gizi balita di Pro- pinsi Kalimantan Barat.
  • 10. 80 TEKNOLOGI DAN KEJURUAN, VOL. 34, NO. 1, PEBRUARI 2011:7180 DAFTAR RUJUKAN Azwar, A. 2000. Review Peningkatan Penggunaan ASI dan MP-ASI. Bogor. Aswin. Soedjono. 1997. Metodologi Pene- litian Kedokteran. Yogyakarta: FK. UGM. Depkes. 2007. Keputusan Menteri Kese- hatan Republik Indonesia Nomor: 747/Menkes/SK/VI/2007 tentang Pe- doman Operasional Keluarga Sadar Gizi di Desa Siaga. Jakarta: Depkes RI. Depkes. 2008. Laporan Hasil Riset Ke- sehatan Dasar (Riskesdas) Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2007. Ja- karta: Badan Penelitian dan Pengem- bangan Kesehatan Departemen Ke- sehatan RI. Depkes. 2008. Laporan Hasil Riset Ke- sehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departe- men Kesehatan RI. Jakarta. Depkes. 2009. Buku Saku Gizi. Kapankah Masalah ini Berakhir. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Ke- sehatan. Linder. Maria C. 1992. Biokimia Gizi dan Metabolisme. Dengan Pemakaian Se- cara Klinis. Jakarta: UI Press. Minarto. 2009. Keluarga Sadar Gizi Solusi Atasi Masalah Gizi. http://- www.promokesehatan.com/?act=new s&id=489 [27 Nov 2009] Nurmayanti, Yeti. 2002. Implementasi Program Keluarga Sadar Gizi (KA- DARZI) Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus Tentang Implementasi Program KA- DARZI di Kelurahan Betet Kota Kediri). [Abstrak]. Surakarta: Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi Dan Apli- kasinya Untuk Keluarga Dan Masya- rakat. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi. Supariasa, I., Bakri, Bachyar, Fajar, Ibnu. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Selvin, S. 1996. Statistical Analysis of Epidemiologic Data. Second Edition. Oxford: Oxford University Press. Todaro, Michael P. & Smith, Stephen C. 2009. Economic Development. Tenth Edition. Boston. USA: Pearson Edu- cation. Inc. UNICEF. 1998. The State of The World’s Children 1998: Focus of Nutrition. New York: Oxford Univercity Press. UK. Zahraini, Yuni. 2009. Hubungan Status KADARZI dengan Status Gizi Balita 1259 Bulan di Propinsi Di Yogya- karta dan Nusa Tenggara Timur. Skripsi tidak dipublikasikan. Jakarta: UI.