Studi ini meneliti hubungan asupan makanan anak dan status ekonomi keluarga dengan status gizi anak sekolah di Kota Depok. Hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan antara asupan makanan anak dengan status gizi, tetapi tidak ada hubungan antara status ekonomi keluarga dengan status gizi. Sebagian besar anak memiliki asupan makanan yang baik namun status gizi kurang baik lebih tinggi dari rata-rata nasional. Peran
Model Pencegahan dan Penanganan Balita Gizi Buruk Melalui Pemberdayaan Masya...Triando Triando
MODEL PENCEGAHAN DAN PENANGANAN BALITA GIZI BURUK
MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI KABUPATEN KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU
Oleh: Harmiati *)
Abstrak
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam pencegahan dan penanganan balita gizi buruk antara lain; perawatan gratis di Puskesmas dan Rumah Sakit, serta Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Balita gizi buruk yang mendapat bantuan sebagian besar dapat disembuhkan, tetapi kasus-kasus baru muncul kadang kala lebih banyak, sehingga seolah-oleh pencegahan dan penanganan tidak berhasil karena jumlah kasus anak balita gizi buruk belum dapat ditekan secara berarti.
Oleh sebab itu, diperlukan pemberdayaan orang tua balita gizi buruk yang setara antar pemerintah, masyarakat dan pihak lain sebagai fasilitator, karena setiap orang mempunyai kearifan yang perlu dibangkitkan dan dihargai dalam proses pencegahan dan penanganan kasus anak balita gizi buruk, melalui kegiatan pemberian pengetahuan, wawasan, harga diri, kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kreasi orang tua balita gizi buruk tentang pengasuhan anak balita, pengolahan pangan lokal bergizi dan pemberian asupan gizi secara Beragam, Bergizi dan Berimbang (3B) sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang anak balita, maka pencegahan dan penanganan kasus anak balita gizi buruk dapat berarti.
Faktor-Faktor Penyebab Tingginya Kasus Anak Balita Gizi Buruk di Kabupaten Ke...Triando Triando
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA KASUS ANAK BALITA GIZI BURUK DI KABUPATEN KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU
Oleh: Harmiati, Ares Munandar, Subi Utama
Dosen FISIPOL
Universitas Prof DR. Hazairin, SH Bengkulu
Jln. Jend.A. Yani No.1 Bengkulu
ABSTRAK
Kabupaten Kepahiang dikenal dengan daerah subur merupakan lumbung pangan, namun kasus balita gizi buruk ralatif tinggi di daerah tersebut. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa balita gizi buruk terdapat pada keluarga miskin, dan tingkat pendidikan rendah. Kepala keluarga hanya bekerja sebagai buruh tani/petani dengan lahan pertanian yang sempit dan sebagian besar pendapatan sangat rendah serta memiliki banyak anak/tanggungan dalam keluarga.
Disamping itu pola asuh, dan pemberian asupan gizi belum memenuhi standar kesehatan. Asupan gizi berkontribusi terhadap perkembangan bayi karena semakin bertamba usia, maka asupan gizi juga semakin banyak untuk kebutuhan tumbuh kembang bayi. Asupan gizi tidak terpenuhi menyebabkan kesehatan bayi terganggu pada akhirnya bayi menderita gizi buruk.
Model Pencegahan dan Penanganan Balita Gizi Buruk Melalui Pemberdayaan Masya...Triando Triando
MODEL PENCEGAHAN DAN PENANGANAN BALITA GIZI BURUK
MELALUI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
DI KABUPATEN KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU
Oleh: Harmiati *)
Abstrak
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam pencegahan dan penanganan balita gizi buruk antara lain; perawatan gratis di Puskesmas dan Rumah Sakit, serta Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Balita gizi buruk yang mendapat bantuan sebagian besar dapat disembuhkan, tetapi kasus-kasus baru muncul kadang kala lebih banyak, sehingga seolah-oleh pencegahan dan penanganan tidak berhasil karena jumlah kasus anak balita gizi buruk belum dapat ditekan secara berarti.
Oleh sebab itu, diperlukan pemberdayaan orang tua balita gizi buruk yang setara antar pemerintah, masyarakat dan pihak lain sebagai fasilitator, karena setiap orang mempunyai kearifan yang perlu dibangkitkan dan dihargai dalam proses pencegahan dan penanganan kasus anak balita gizi buruk, melalui kegiatan pemberian pengetahuan, wawasan, harga diri, kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kreasi orang tua balita gizi buruk tentang pengasuhan anak balita, pengolahan pangan lokal bergizi dan pemberian asupan gizi secara Beragam, Bergizi dan Berimbang (3B) sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang anak balita, maka pencegahan dan penanganan kasus anak balita gizi buruk dapat berarti.
Faktor-Faktor Penyebab Tingginya Kasus Anak Balita Gizi Buruk di Kabupaten Ke...Triando Triando
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TINGGINYA KASUS ANAK BALITA GIZI BURUK DI KABUPATEN KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU
Oleh: Harmiati, Ares Munandar, Subi Utama
Dosen FISIPOL
Universitas Prof DR. Hazairin, SH Bengkulu
Jln. Jend.A. Yani No.1 Bengkulu
ABSTRAK
Kabupaten Kepahiang dikenal dengan daerah subur merupakan lumbung pangan, namun kasus balita gizi buruk ralatif tinggi di daerah tersebut. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa balita gizi buruk terdapat pada keluarga miskin, dan tingkat pendidikan rendah. Kepala keluarga hanya bekerja sebagai buruh tani/petani dengan lahan pertanian yang sempit dan sebagian besar pendapatan sangat rendah serta memiliki banyak anak/tanggungan dalam keluarga.
Disamping itu pola asuh, dan pemberian asupan gizi belum memenuhi standar kesehatan. Asupan gizi berkontribusi terhadap perkembangan bayi karena semakin bertamba usia, maka asupan gizi juga semakin banyak untuk kebutuhan tumbuh kembang bayi. Asupan gizi tidak terpenuhi menyebabkan kesehatan bayi terganggu pada akhirnya bayi menderita gizi buruk.
Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua Anak Balita Gizi Buruk di Kabupaten ...Triando Triando
KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI ORANG TUA
ANAK BALITA GIZI BURUK
DI KABUPATEN KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU
Harmiati 1)
Dosen Fisipol Universitas Prof. DR. Hazairin, SH Bengkulu
Beberapa faktor yang menyebabkan gizi buruk pada anak balita, yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung berkaitan dengan pemberian makanan dan penyakit infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsung berasal kondisi sosial ekonomi dan lingkungan.
Karakteristik sosial ekonomi orang tua yang memiliki anak balita gizi buruk di Kabupaten Kepahiang yang diteliti adalah; usia orang tua (ibu), jumlah anak, jumlah tanggungan dalam keluarga, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, kondisi rumah, dan sanitasi lingkungan sangat memprihatinkan, karena tingkat fertilitas tinggi, jumlah tanggungan keluarga relatif banyak, pendidikan rendah bahkan angka buta hurup relatif tinggi, pekerjaan sebagai petani dengan lahan sempit serta tidak punya akses modal, penghasilan kurang dari Rp.1.000.000,- kondisi rumah sebagian lantai tanah, dinding bambu, sarana untuk MCK menggunakan air sungai yang tidak dilindungi dengan bahaya pengotoran.
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...Putri shyafira El - maryam
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas Fisik, dan Konsumsi cepat saji terhadap kejadian gizi lebih pada siswa SD.
Gizi Lebih
Selain sarana, diperlukan pendidikan kesehatan yang relevan dengan jenjang pendidikan di sekolah dasar, salah satunya terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sekarang ini adalah bagaimana memfasilitasi kegiatan menstruasi. Seiring dengan meningkatnya status gizi, maka peserta didik perempuan di sekolah dasar sudah mengalami menstruasi. Kelompok ini perlu difasilitasi supaya dapat menjalankan periode menstruasinya secara nyaman di sekolah, termasuk dengan memberikan informasi yang tepat dan benar terkait tata laksana atau Manajemen Kebersihan Menstruasi (MHM).
Karakteristik Sosial Ekonomi Orang Tua Anak Balita Gizi Buruk di Kabupaten ...Triando Triando
KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI ORANG TUA
ANAK BALITA GIZI BURUK
DI KABUPATEN KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU
Harmiati 1)
Dosen Fisipol Universitas Prof. DR. Hazairin, SH Bengkulu
Beberapa faktor yang menyebabkan gizi buruk pada anak balita, yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung berkaitan dengan pemberian makanan dan penyakit infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsung berasal kondisi sosial ekonomi dan lingkungan.
Karakteristik sosial ekonomi orang tua yang memiliki anak balita gizi buruk di Kabupaten Kepahiang yang diteliti adalah; usia orang tua (ibu), jumlah anak, jumlah tanggungan dalam keluarga, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, kondisi rumah, dan sanitasi lingkungan sangat memprihatinkan, karena tingkat fertilitas tinggi, jumlah tanggungan keluarga relatif banyak, pendidikan rendah bahkan angka buta hurup relatif tinggi, pekerjaan sebagai petani dengan lahan sempit serta tidak punya akses modal, penghasilan kurang dari Rp.1.000.000,- kondisi rumah sebagian lantai tanah, dinding bambu, sarana untuk MCK menggunakan air sungai yang tidak dilindungi dengan bahaya pengotoran.
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...Putri shyafira El - maryam
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas Fisik, dan Konsumsi cepat saji terhadap kejadian gizi lebih pada siswa SD.
Gizi Lebih
Selain sarana, diperlukan pendidikan kesehatan yang relevan dengan jenjang pendidikan di sekolah dasar, salah satunya terkait Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sekarang ini adalah bagaimana memfasilitasi kegiatan menstruasi. Seiring dengan meningkatnya status gizi, maka peserta didik perempuan di sekolah dasar sudah mengalami menstruasi. Kelompok ini perlu difasilitasi supaya dapat menjalankan periode menstruasinya secara nyaman di sekolah, termasuk dengan memberikan informasi yang tepat dan benar terkait tata laksana atau Manajemen Kebersihan Menstruasi (MHM).
A free software implementation of second-generation onion routing that help the user to be anonymous while using the internet so it protect the user’s privacy from being monitored
Some people use it in the wrong way which lead to what is called now “The Darknet” : A black spot in the internet which involve all the criminal activities on the internet such as selling Drugs, fraud, copyright infringement and piracy and so on.
Triple Burden of Malnutrition
“an incongruous situation in which large shares of their populations are either hungry, suffering from micronutrient
deficiencies (hidden hunger), or dealing with the consequences of overweight and obesity or more than one of these conditions simultaneously
1. HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN ANAK DAN STATUS EKONOMI KELUARGA
DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA SEKOLAH DI KELURAHAN TUGU KECAMATAN
CIMANGGIS KOTA DEPOK
Rina Nur Hidayati
Prodi S1 Keperawatan STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto
Abstrak
Anak usia sekolah pada masa pertumbuhan dan perkembangannya sering mengalami masalah gizi.
Masalah gizi terutama gizi kurang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak usia
sekolah. Gizi yang optimal sangat diperlukan pada anak usia sekolah, karena dampaknya secara
langsung berkaitan dengan pencapaian sumber daya manusia yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan asupan makanan anak dan status ekonomi keluarga dengan status gizi
anak usia sekolah. Penelitian ini menggunakan deskriptif korelasional, pendekatan cross sectional
dengan 109 sampel yang diambil secara proportional cluster sampling. Uji Chi Square ditemukan
adanya hubungan yang bermakna pada asupan makanan anak (p 0,000) dengan status gizi anak usia
sekolah. Upaya penanganan masalah gizi anak usia sekolah perlu menekankan pada asupan makanan
anak usia sekolah. Peran Dinas Kesehatan sangat diperlukan dalam meningkatkan pemberdayaan
masyarakat melalui KADARZI melalui optimalisasi peran perawat dalam pembinaan keluarga. dan
advokat dengan .Dinas Pendidikan dalam pengeloaan UKS khususnya dalam pencegahan gizi kurang
pada anak usia sekolah.
Kata Kunci: asupan makanan, status ekonomi, status gizi, anak usia sekolah
Abstract
School-age children during growth and development often experience nutritional problems. Nutritional
problems, especially malnutrition can inhibit the growth and development of school-age children.
Optimal nutrition is necessary in school age children, because the impact is directly related to the
achievement of qualified human resources. This study aimed to determine the relationship of food
intake of children and the economic status of families with the nutritional status of school-age children.
This study used a descriptive correlational, cross-sectional approach with 109 samples taken are
proportional cluster sampling. Chi Square test found a significant correlation child food intake
(p 0.000) with the nutritional status of school-age children. Efforts to address nutrition problems
school age children need on food intake of school-age children. The role of the Department of Health is
indispensable in improving community empowerment through KADARZI through the optimization of
the role of nurses in family coaching and advocates with. Department of Education in the management
of UKS particularly in prevention to malnutrition in school age children.
Keywords: food intake, economic status, nutritional status, school-age children
PENDAHULUAN Anak usia sekolah adalah kelompok anak
yang berumur 6 – 12 tahun. Anak usia sekolah
2. pada masa perkembangannya sering mengalami
masalah gizi. Masalah gizi terutama gizi kurang
dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangan anak usia sekolah (Edelman &
Mandle, 2010; Hitchock, Schubert & Thomas,
1999).
Gizi yang optimal sangat diperlukan
pada anak usia sekolah karena dampaknya
secara langsung berkaitan dengan pencapaian
sumber daya manusia yang berkualitas. Gizi
yang berkualitas sangat penting karena pada
usia tersebut anak mengalami tumbuh kembang
yang pesat. Selain itu anak usia sekolah dapat
dijadikan media pembawa perubahan (agent of
change) bagi pembentukan perilaku gizi bagi
diri sendiri dan keluarganya (Depkes, 2005).
Word Food Program/WFP dan
UNESCO (2007) menemukan anak usia
sekolah dasar di seluruh dunia sekitar 72 juta
tidak sekolah, dan 60% mengalami gizi
kurang (WFP, 2008). Gambaran status gizi
anak usia sekolah di Indonesia dapat diketahui
dari hasil Riskesdas tahun 2007, yang
mengidentifikasi prevalensi nasional gizi
kurang/anak kurus 12,1% dan prevalensi anak
kurus di provinsi Jawa Barat mencapai 11%
(Depkes RI, 2008). Sedangkan masalah gizi
anak usia sekolah di Kota Depok khususnya
Puskesmas Tugu belum ditetapkan. Hal ini
karena program gizi lebih difokuskan pada
balita (Profil Depok, 2009).
Asupan makanan yang tidak seimbang
bisa mempangaruhi status gizi anak usia
sekolah. Kebiasaan hanya menyukai satu atau
dua jenis makanan tertentu, jarang sarapan pagi,
anak menjadi lebih suka jajan, kurang konsumsi
makanan berserat seperti sayur maupun buah,
dan anak lebih cenderung mengkonsumsi
makanan cepat saji atau instan merupakan
kebiasaan tidak sehat yang sering dilakukan
oleh anak (Soekirman, 2006; Kurniasih, 2010) .
Akibatnya, anak tidak memiliki asupan
makanan dengan gizi seimbang sehingga
berdampak pada masalah kesehatan dan gizi
anak (McMurray, 2003; Hitchcock, Schubert &
Thomas, 1999).
Faktor sosial ekonomi khususnya
kemiskinan merupakan faktor terbesar yang
mempengaruhi gizi anak. Anak yang berasal
dari keluarga miskin cenderung rentan
terhadap masalah gizi. Hal ini berkaitan dengan
faktor ketersediaaan makanan, keterbatasan
akses makanan, pendidikan yang kurang dari
orang tua, pilihan gaya hidup yang tidak sehat,
dan kurangnya informasi (Hitchock, Schubert
& Thomas, 1999).
Masalah gizi kurang pada anak usia
sekolah akan berkelanjutan pada masa remaja,
khususnya anak perempuan yang tumbuh
menjadi remaja putri. Hal ini kalau
berlangsung sampai usia subur, maka akan
melahirkan anak dengan risiko BBLR, dan
berdampak langsung pada meningkatnya
3. angka kematian ibu dan bayi (Kurniasih,
2010).
Berdasarkan fenomena diatas, peneliti
mengajukan pertanyaan penelitian yaitu
“Apakah ada hubungan asupan makanan anak
dan penghasilan keluarga dengan status gizi
anak usia sekolah di Kelurahan Tugu
Kecamatan Cimanggis Kota Depok, Tahun
2011? ”.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian deskriptif korelasional
dengan pendekatan cross sectional. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian menggunakan
kuesioner asupan makanan dan penghasilan
keluarga yang dikembangkan peneliti sendiri.
Uji coba kuesioner dilakukan, dan instrumen
dinyatakan valid dan reliabel.
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Tugu
pada bulan Oktober – November 2010 dengan
109 sampel yang diambil secara proportional
cluster sampling. Pengumpulan data dilakukan
dengan door to door dan pada kegiatan dimana
anak usia sekolah berkumpul baik secara formal
maupun informal.
.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
status gizi anak usia sekolah, sedangkan
variabel independen adalah asupan makanan
anak dan status ekonomi keluarga. Analisa
univariat menggunakan prosentase dan
frekuensi. Uji Chi Square dilakukan untuk
analisis bivariat.
HASIL PENELITIAN
1. Status gizi anak usia sekolah
Tabel 1. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan status gizi anak usia sekolah
No Status gizi anak
usia sekolah
Frekuensi
(f)
Prosentase
1. Kurang baik 31 28,4
2. Baik 78 71,6
Jumlah 109 100
Status gizi anak usia sekolah menunjukkan
sebagian besar dengan gizi baik (-2 SD s.d 2
SD) yaitu 71,6%.
2. Asupan makanan anak
Tabel 2. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan asupan makanan anak usia
sekolah
No Asupan
makanan
Frekuensi
(f)
Prosentase
1. Kurang baik 33 30,3
2. Baik 76 69,7
Jumlah 109 100
Asupan makan anak diperoleh sebagian besar
dengan asupan makanan yang baik (69,7%).
4. 3. Status Ekonomi Keluarga
Tabel 3. Distribusi frekuensi responden
berdasarkan status ekonomi keluarga
Status ekonomi keluarga anak usia sekolah
diperoleh sebagian besar adalah tinggi (>
UMK) yaitu 76,1%
4. Hubungan asupan makanan anak dengan status gizi anak usia sekolah
Tabel 4. Hubungan asupan makanan anak dan status gizi anak usia sekolah
Hasil analisis diperoleh Hasil uji statistik
diperoleh nilai p 0,000 maka dapat disimpulkan
ada hubungan yang signifikan antara asupan
makanan anak dengan status gizi anak usia
sekolah.
5. Hubungan status ekonomi keluarga dengan status gizi anak usia sekolah
Tabel 5. Hubungan status ekonomi keluarga dengan status gizi anak usia sekolah
Hasil uji statistik diperoleh nilai p 0,582 maka
dapat disimpulkan tidak ada hubungan antara
status ekonomi keluarga dengan status gizi anak
usia sekolah.
PEMBAHASAN
1. Status gizi anak usia sekolah
No Status ekonomi
keluarga
Frekuensi
(f)
Prosentase
1. Rendah (≤ UMK) 26 23,9
2. Tinggi (> UMK) 83 76,1
Jumlah 109 100
Asupan
makanan
anak
Status gizi
Total P
value
Kurang baik Baik
n % n % n %
Kurang baik 31 93,9 2 6,1 33 100
0,000
Baik 0 0 76 100 76 100
Jumlah 31 28,4 78 71,6 109 100
Status
ekonomi
keluarga
Status gizi
Total P
value
Kurang baik Baik
n % n % n %
Kurang baik 9 34,6 17 65,4 26 100
0,582
Baik 22 26,5 61 73,5 83 100
Jumlah 31 28,4 78 71,6 109 100
5. Proporsi status gizi kurang baik (gizi
kurang dan gizi lebih) pada anak usia
sekolah menunjukkan lebih tinggi dari
prevalensi gizi nasional berdasarkan hasil
Riskesdas 2008. Menurut peneliti, hal ini
dipengaruhi karena program gizi pada
pemerintah lebih difokuskan pada balita,
sedangkan program gizi untuk anak usia
sekolah kurang mendapatkan perhatian
khusus. Masalah gizi pada anak usia
sekolah seperti fenomena gunung es dan
sering kali tidak tercacat/terlaporkan,
karena kurangnya pendekatan multidisiplin
seperti dinas kesehatan, dinas pendidikan
dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan
pendapat Depkes RI (2008) yang
mengungkapkan dalam menghadapi
masalah gizi pada anak diperlukan
pendekatan yang komprehensif dan
multidisiplin. Peran serta seluruh
komponen seperti pemerintah,
masyarakat, tenaga profesional, media
dan keluarga sangat menentukan dalam
pencapaian keberhasilan dalam
penanganan masalah gizi.
2. Asupan makanan anak
Asupan makan anak usia sekolah diperoleh
sebagian besar dengan asupan makanan
yang baik (69,7%). Hal ini karena asupan
makanan sehari-hari pada anak usia
sekolah di Kelurahan Tugu sebagian besar
sudah bergizi seimbang dan telah
memenuhi kebutuhan gizi anak 6-12 tahun
yang terdiri dari makanan pokok, lauk
pauk, sayur, dan buah. Hitchock, Schubert
dan Thomas (1999) menyebutkan asupan
makanan yang baik merupakan dampak
dari ketersediaan makanan yang baik.
Asupan makanan secara kualitas dan
kuantitas sangat penting karena dapat
mempengaruhi status gizi anak yang
meliputi diet seimbang, perencanaan dan
pengaturan keuangan dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi.
3. Status ekonomi keluarga
Status ekonomi keluarga anak usia sekolah
diperoleh sebagian besar diatas adalah
tinggi (> UMK) yaitu 76,1%. Soekirman
(2006) mengemukakan pencegahan gizi
kurang akan sulit karena menyangkut status
ekonomi yaitu penghasilan yang kurang
(kemiskinan). Kemiskinan menyebabkan
orang tua tidak bisa memberikan makanan
yang bergizi seimbang. Hal ini didukung
oleh hasil penelitian Ariningsih (2009)
pada kelompok rumah tangga
berpendapatan rendah didapatkan konsumsi
energi dan proteinnya masih di bawah
stándar mínimum kecukupan energi
maupun protein.
6. 4. Hubungan status ekonomi keluarga
dengan status gizi anak usia sekolah
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
hubungan antara status ekonomi keluarga
dengan status gizi anak usia sekolah. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sudirman (2008)
yang mengungkapkan bahwa terkadang
faktor pendidikan dan pengetahuan gizi
menjadi lebih penting daripada masalah
pendapatan. Meskipun pendapatan relatif
rendah, tetapi bila didasari oleh pengetahuan
gizi yang memadai; bahan makanan yang
memenuhi kebutuhan gizi masih mungkin
didapatkan atau dibeli.
5. Hubungan asupan makanan anak dengan
status gizi anak usia sekolah
Hasil penelitian di peroleh ada hubungan
yang bermakna asupan makanan anak
dengan status gizi anak usia sekolah. Hal ini
sesuai dengan UNICEF (1998)
mengemukakan salah satu penyebab
langsung masalah gizi karena asupan
makanan yang tidak seimbang. Anak dengan
asupan gizi kurang akan mengalami
penurunan daya tahan tubuh, sehingga anak
rentan terhadap penyakiti dan masalah gizi.
Penelitian Daryono (2003) pada anak
sekolah dasar juga mengemukakan faktor
dominan yang mempengaruhi prevalensi gizi
lebih (39,3%) berhubungan dengan pola
makan.
PENUTUP
SIMPULAN
1. Proporsi masalah gizi (gizi kurang dan gizi
lebih) pada anak usia sekolah di Kelurahan
Tugu melebihi prevalensi nasional.
2. Asupan makanan anak usia sekolah
sebagian besar adalah baik
3. Status ekonomi keluarga sebagian besar
adalah tinggi (diatas UMK)
4. Tidak ada hubungan antara status ekonomi
keluarga dengan status gizi anak usia
sekolah.
5. Ada hubungan yang signifikan antara
asupan makanan anak dengan status gizi
anak usia sekolah.
SARAN
1. Dinas Kesehatan Kota Depok hendaknya
meningkatkan jumlah tenaga kesehatan
terlatih dan alokasi pendanaan serta
meningkatkan pemberdayaan masyarakat
melalui KADARZI dalam pencegahan dan
penanggulangan masalah gizi anak usia
sekolah. Selain itu Dinas Kesehatan Kota
Depok hendaknya melakukan advokasi
dengan Dinas Pendidikan dalam
pengelolaan UKS dan pemberdayaaan
kader kesehatan sekolah/dokter kecil
khususnya dalam pengelolaan gizi kurang
pada anak usia sekolah.
7. 2. Pihak puskesmas/perawat perlu
mengoptimalkan pembinaan keluarga anak
usia sekolah yang berisiko masalah gizi
secara rutin dan berkelanjutan, serta
melibatkan institusi pendidikan
keperawatan.
3. Keluarga hendaknya memberikan makanan
yang bervariasi setiap harinya pada anak
sesuai prinsip gizi seimbang.
DAFTAR RUJUKAN
Allender & Spradley. (2005). Commmunity
health nursing: Concept and practice. (5
th
ed). Philadelhia: Lippincott.
Ariningsih. (2009). Konsumsi dan kecukupan
energi dan protein rumah tangga di
Indonesia: analisis data Susenas 1999,
2002, 2007. Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Journal Info Pangan dan Gizi. Volume
XIX. No 2: 23-29. 2010
Daryono. (2003). Hubungan antara konsumsi
makanan, kebiasaan makan dan faktor
lain dengan status gizi pada anak sekolah
di Kota Jambi. Tesis. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Indonesia.
Depkes, RI.(2008). Laporan nasional riset
kesehatan dasar tahun 2007.
http://www.litbang.depkes.go.id/.
Dinkes Kota Depok. (2010). Profil kesehatan
kota Depok 2009. Depok: Tidak
dipublikasikan.
Edelman.C., & Mandle, C. (2006). Health
promotion thoughout the life span. (6 th
rd). St Louis. Missoury: Mosby.
Hitchock, J., Schubert, P., & Thomas,S.,
(1999). Community health nursing:
caring in action. Delmar Publishers.
International Thomson Publishing
Company.
Kurniasih, dkk. (2010). Sehat dan bugar berkat
gizi seimbang. Jakarta: PT Gramedia.
McMurray, A. (2003). Community health and
wellness: a socioecological approach. (2
th
ed). St. Louis USA: Mosby Year
Company.
Muhammad, A., Hadi, H., dan Boediman, D.
(2009). Pola asuh, asupan zat gizi dan
hubungannya dengan status gizi anak
balita masyarakat Suku Nuaulu di
Kecamatan Amahai Kabupaten Maluku
Tengah Provinsi Maluku. Jurnal Gizi
Klinik Indonesia, 2009, 6 (2): 84-94.
Soekirman, et.al (2006). Hidup sehat gizi
seimbang dalam siklus kehidupan
manusia. Jakarta: PT. Gramedia pustaka.
UNICEF. (1998). The world children. .
http://www.unicef.org/publications/files
/pub_sowc98_en.pdf