SlideShare a Scribd company logo
KELOMPOK 1:
• Athaya Zaizafia
• Ayu Putri Noviyanti
• Fakhriyah Elita
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
yang Bermasalah:
KEP-gizi kurang, gizi buruk, stunting,
obesitas
Outline
 definisi
 epidemiologi determinan masalah (besaran; pengaruh; hubungan)
lingkungan, perilaku termasuk konsumsi, pelayanan kesehatan, genetik
 patofisiologi
Status gizi balita dinilai menurut 3 indeks, yaitu Berat Badan
Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U),
Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB).
 BB/U adalah berat badan anak yang dicapai pada
umur tertentu.
 TB/U adalah tinggi badan anak yang dicapai pada
umur tertentu.
 BB/TB adalah berat badan anak dibandingkan
dengan tinggi badan yang dicapai.
 Ketiga nilai indeks status gizi diatas dibandingkan dengan baku pertumbuhan WHO.
 Z-score adalah nilai simpangan BB atau TB dari nilai BB atau TB normal menurut
baku pertumbuhan WHO.
 Batasan untuk kategori status gizi balita menurut indeks BB/U, TB/U, BB/TB
menurut WHO dapat dilihat pada tabel “pengertian kategori status gizi balita”
Menurut WHO (2016), Malnutrisi mengacu pada kekurangan,
kelebihan dan ketidakseimbangan dalam asupan energi dan/
atau nutrisi seseorang. Istilah malnutrisi mencakup 2 kelompok
kondisi yang luas.
Salah satunya adalah ‘kekurangan gizi’ yang mencakup stunting
(tinggi badan rendah menurut usia), wasting (berat badan
rendah menurut tinggi badan), underweight (berat badan rendah
menurut usia) dan kekurangan zat gizi mikro atau kekurangan
(kurangnya vitamin dan mineral penting) .
Gizi Buruk
 Gizi buruk adalah keadaan gizi anak yang ditandai
dengan satu atau lebih tanda berikut, sangat kurus,
edema minimal pada kedua punggung dan kaki, BB/PB
atau BB/TB < -3 SD, LILA < 11,5 cm (untuk anak usia
6-59 bulan) (Kemenkes, 2011).
 Sebanyak 3,4% balita mempunyai status gizi buruk dan 14,4% balita
mempunyai status gizi kurang.
 Persentase underweight/ berat badan kurang/ gizikurang (gizi
buruk+ gizi kurang) pada kelompok balita (18,8%) lebih tinggi
dibandingkan kelompok baduta(14,9%).
 Sebanyak 8,5% balita mempunyai status gizi sangat pendek dan 19,0%
balita mempunyai status gizi pendek.
 Persentase stunting/ pendek (sangat pendek + pendek) pada kelompok
balita (29,0%) lebih tinggi dibandingkan kelompok baduta (21,7%).
 Sebanyak 3,1% balita mempunyai status gizi sangat kurus dan 8,0%
balita mempunyai status gizi kurus.
 Persentase wasting/ kurus (sangat kurus + kurus) pada kelompok
balita (11,1%) lebih rendah dibandingkan kelompok baduta (12,6%).
Kurang Energi Protein (KEP)
 KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam
makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi
Angka Kecukupan Gizi (AKG).
Tingkat
Kecukupan
Energi
 Tingkat kecukupan energi, yaitu persentase asupan
energi per orang per hari terhadap Angka Kecukupan
Energi (AKE) yang dianjurkan untuk setiap kelompok
umur dan jenis kelamin.
 AKE yang digunakan didasarkan pada Permenkes
Nomor 75 Tahun 2013 tentang angka kecukupan gizi
yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia.
 Klasifikasi tingkat kecukupan energi penduduk secara
nasional dan provinsi digambarkan sebagai berikut:
 Tingkat kecukupan energi minimal atau sangat kurang dari
AKG (<70% AKE) artinya mengonsumsi energi kurang dari
70% AKE
 Tingkat kecukupan energi kurang dari AKG (70 - <100%
AKE) artinya mengonsumsi energi antara 70 sampai kurang
dari 100% AKE
 Tingkat kecukupan energi sesuai AKG atau normal (100 -
<130% AKE) artinya mengonsumsi energi antara 100
sampai kurang dari 130% AKE
 Tingkat kecukupan energi lebih besar dari AKG (≥130%
AKE) artinya mengonsumsi energi sama atau lebih besar
dari 130% AKE
Menurut Survei Diet Total tahun 2014, sebagian besar penduduk di Indonesia
memiliki tingkat kecukupan energi sangat kurang dan kurang yaitu sebesar 79,6%,
Secara nasional rerata asupan energi penduduk umur 0-59 bulan di Indonesia
sebesar 1.137 Kkal, lebih tinggi dibandingkan energi yang dianjurkan (1.118 Kkal).
Sebanyak 18 provinsi (55%) memiliki rerata tingkat asupan energi penduduk umur 0-59
bulan normal. Sedangkan 15 lainnya (45%) memiliki rerata tingkat asupan energi penduduk
kurang. Tidak satu pun provinsi dengan rerata tingkat asupan energi sangat kurang
maupun lebih. Rerata tingkat asupan energi penduduk umur 0-59 bulan tertinggi yaitu DKI
Jakarta (114,4%) dan terendah Nusa Tenggara Timur (92,3%).
Sumber: Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes RI, Studi Diet Total 2014
Menurut karakteristik, tingkat kecukupan protein sangat kurang
lebih banyak terjadi pada kelompok umur 13-18 tahun
Tingkat
Kecukupan
Protein
 Tingkat kecukupan protein yaitu persentase asupan protein per
orang per hari terhadap Angka Kecukupan Protein (AKP) yang
dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin.
 AKP yang digunakan didasarkan pada Permenkes Nomor 75
Tahun 2013.
 Klasifikasi tingkat kecukupan protein penduduk secara nasional
dan provinsi sebagai berikut:
 tingkat kecukupan protein minimal atau sangat kurang dari
AKG (<80% AKP) artinya mengonsumsi protein kurang dari
80% AKP
 tingkat kecukupan protein kurang dari AKG (80 - <100% AKP)
artinya mengonsumsi protein antara 80 sampai kurang dari
100% AKP
 tingkat kecukupan protein sesuai AKG atau normal (100 -
<120% AKP) artinya mengonsumsi protein antara 100 sampai
kurang dari 120% AKP
 tingkat kecukupan protein lebih besar dari AKG (≥120% AKP)
artinya mengonsumsi protein sama atau lebih besar dari 120%
AKP
Menurut Survei Diet Total tahun 2014, lebih dari separuh penduduk di
Indonesia memiliki tingkat kecukupan protein sangat kurang dan kurang yaitu
total sebesar 53,4%.
Menurut karakteristik, tingkat kecukupan protein sangat kurang
lebih banyak terjadi pada kelompok umur 13-18 tahun
Stunting
 Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010
tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek
dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang
Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang
merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat
pendek).
 Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau
tinggi badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan standar baku WHO-
MGRS (Multicentre Growth Reference Study) tahun 2005, nilai z-scorenya kurang
dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang dari -
3SD.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) mengenai prevalensi
balita pendek di Indonesia adalah seperti berikut.
 Persentase status gizi balita pendek (pendek dan sangat pendek) di Indonesia Tahun
2013 adalah 37,2%
 Jika dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan tahun 2007 (36,8%) tidak menunjukkan
penurunan/ perbaikan yang signifikan.
 Menurut hasi PSG 2015, sebesar 29% balita Indonesia termasuk kategori pendek,
dengan persentase tertinggi juga di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi
Barat.
Determinan Epidemiologi Gizi Buruk pada
Anakc
 Hal ini menunjukkan hubungan bermakna
antara status gizi berdasarkan BB/U
dengan sanitasi lingkungan (P=0,001).
Balita yang tumbuh di lingkungan tidak
sehat berpeluang satu kali lebih besar akan
mengalami status gizi buruk, dibanding
pada anak balita yang normal atau anak
balita status gizi baik. Hal yang berbeda
terjadi pada anak balita pada klasifikasi
status gizi menurut indikator TB/U maupun
BB/TB. Seperti terlihat pada tabel 8,
masingmasing variabel dinyatakan tidak
berhubungan (P= 0,1) dan (P= 0,27).
Secara proprsional, juga terlihat berimbang
antara anak yang tinggal di lingkungan
sehat dan tidak sehat.
 Pada tabel 5 melalui uji Chi Square
diperoleh nilai p sebesar 0,002 sehingga
dinyatakan terdapat hubungan bermakna
antara perilaku ibu dengan status gizi balita.
Kemudian didapatkan nilai OR 5,467
sehingga didapatkan anak yang memiliki
ibu dengan perilaku baik berpeluang 5,467
kali memiliki status gizi normal
dibandingkan dengan anak dengan ibu
berperilaku kurang baik.
Kemudian dari tabel 6. diatas melalui uji Chi Square
diperoleh nilai p sebesar 0,012 sehingga dinyatakan
terdapat hubungan bermakna antara tingkat konsumsi
energi terhadap status gizi balita. Kemudian
didapatkan nilai OR 6,319 sehingga didapatkan anak
yang dengan tingkat konsumsi energi yang lengkap
berpeluang 6,319 kali memiliki status gizi normal
dibandingkan dengan anak dengan tingkat konsumsi
yang kurang lengkap.
Determinan Epidemiologi Stunting pada Anak
 Tabel 2 menunjukkan bahwa proporsi tingkat pendidikan ayah yang rendah pada kelompok balita stunting sedikit lebih tinggi
(47,1%) dibandingkan dengan kelompok balita normal (32,4%). Akan tetapi hasil uji Chi Square tidak menunjukkan hubungan
yang signifi kan antara pendidikan ayah dengan kejadian stunting pada balita (p=0,32). Pendidikan ibu merupakan faktor yang
berhubungan dengan kejadian stunting pada balita (p=0,029) dengan OR sebesar 3,378.
 Hal ini bisa dilihat dari distribusi data yang menunjukkan bahwa lebih dari separuh ibu balita stunting memiliki tingkat
pendidikan yang rendah (61,8%), sementara lebih dari separuh ibu pada kelompok balita normal memiliki tingkat pendidikan
yang tinggi (67,6%).Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa ibu balita stunting (61,8%) memiliki pengetahuan gizi yang
lebih rendah daripada ibu balita normal (29,4%). Hasil analisis Chi-Square menunjukkan bahwa pengetahuan gizi ibu
merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita (p=0,015) dengan OR sebesar 3,877. Hasil ini
sejalan dengan penelitian Nasikhah dan Margawati (2012) di Semarang Timur yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu
merupakan faktor risiko kejadian stunting pada balita.
 Pada variabel pola asuh anak balita meliputi
pemberian ASI eksklusif dan umur pemberian MP-
ASI pertama kali. Pada pemberian ASI eksklusif di
desa maupun di kota sebagian besar tidak
memberikan ASI eksklusif.
 Hal tersebut dapat dilihat bahwa ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif yaitu sebesar 71% di
daerah pedesaan, sedangkan untuk di kota
sebesar 53,3%. Pada umur pemberian MP-ASI
pertama kali pada anak balita stunting yang
berada di desa sebagian besar adalah pada umur
≤ 6 bulan sebanyak 64,5%, sedangkan untuk di
wilayah perkotaan sebagian pada umur > 6 bulan
dengan persentase 60%.
 Pada hasil uji bivariat diketahui bahwa pemberian
ASI eksklusif dan umur pertama pemberian MP-
ASI merupakan faktor yang memberikan
hubungan antara pola asuh dengan kejadian
stunting pada anak balita yang baik yang berada
di wilayah pedesaan maupun perkotaan yang
ditunjukkan dengan nilai p-value pada masing-
masing variabel < α (0,05).
 Pada variabel perawatan kesehatan meliputi
status imunisasi menunjukkan sebagian besar
anak balita stunting baik yang berada di desa
maupun kota telah melakukan imunisasi.
Persentase jumlah anak balita stunting yang
telah melakukan imunisasi yaitu sebesar
90,3% di pedesaan, sedangkan untuk daerah
di kota yaitu sebesar 86,7%.
 Berdasarkan hasil uji bivariat perawatan
kesehatan dengan kejadian stunting pada
anak balita yang berada di pedesaan maupun
perkotaan tidak memiliki hubungan. Hal
tersebut disebabkan oleh nilai pvalue dari uji
keduanya yaitu > α (0,05) yaitu 0,279 untuk
daerah pedesaan dan 0,086 pada daerah
perkotaan.
Determinan Epidemiologi Obesitas Pada Anak
 Pada tabel 3 Setelah dilakukan uji statistik, didapatkan P-value 0,048 yang berarti
Pvalue (0,048) < α (0,05) sehingga hipotesa null ditolak yang berarti ada hubungan
yang bermakna antara faktor lingkungan terhadap tingkat obesitas.
 Pada tabel 4 Setelah dilakukan uji statistik, didapatkan P-value 0,004 yang berarti
Pvalue (0,004) < α (0,05) sehingga hipotesa null ditolak yang berarti ada hubungan
yang bermakna antara pola makan terhadap tingkat obesitas.
 Pada tabel 5 Setelah dilakukan uji statistik, didapatkan P-value 0,006 yang berarti Pvalue
(0,006) < α (0,05) sehingga hipotesa null ditolak yang berarti ada hubungan yang
bermakna antara aktivitas fisik terhadap tingkat obesitas.
 Pada tabel 6 Setelah dilakukan uji statistik, didapatkan P-value 0,014 yang berarti Pvalue
(0,014) < α (0,05) sehingga hipotesa null ditolak yang berarti ada hubungan antara faktor
psikologis terhadap tingkat obesitas.
 Tabel 3. menunjukkan hasil analisis bivariat antara
masing-masing kelompok status gizi orangtua, yaitu
ayah obesitas, ibu obesitas, dan kedua orangtua
obesitas dengan non obesitas.
 Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemaknaan
hubungan masing-masing kelompok status gizi
orangtua terhadap status gizi anak. Kedua orangtua
yang obesitas didapatkan p=0,001 dengan odds ratio
(OR) = 10,5 (CI 95%=3,168 sampai 34,803). Ayah
yang obesitas didapatkan p=0,393 dengan OR=1,5
(CI 95%=0,591 sampai 3,810). Ibu yang obesitas
didapatkan p=0,618 dengan OR=1,4 (CI 95%= 0,372
sampai 5,268).
Patofisiologi Gizi Kurang
 Kekurangan gizi akut berkembang secara bertahap selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan, dengan serangkaian
penyesuaian metabolik dan perilaku yang menghasilkan
penurunan kebutuhan nutrisi dan keseimbangan nutrisi yang
sejalan dengan tingkat ketersediaan nutrisi pada sel yang lebih
rendah.
 Kekurangan gizi maternal dan awal postnatal dapat menyebabkan
serangkaian fenotip hemat sebagai respons defensif janin atau
bayi yang sedang berkembang terhadap tantangan langsung.
 Misalnya, kekurangan gizi ibu mengurangi jumlah nefron pada
anak, dan ini mungkin terkait dengan ekspresi mRNA rendah yang
diakibatkan oleh mutasi gen kotak pasangan 2 (PAX2) selama
perkembangan ginjal
Patofisiologi Gizi Buruk
 Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya
kekurangan gizi menahun. Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak
faktor yang saling terkait. Secara garis besar penyebab anak
kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan yang
kurang atau anak sering sakit / terkena infeksi.
Tidak tersedianya
makanan secara
adekuat.
Anak tidak cukup
mendapat makanan
bergizi seimbang.
Pola makan yang
salah.
Sering sakit (frequent
infection).
Patofisiologi Stunting
 Stunting merupakan manifestasi dari malnutrisi
kronis, termasuk kekurangan gizi yang terjadi selama
masa perkembangan janin akibat ibu yan kekurangan
gizi.
 Buruknya gizi selama kehamilan, masa pertumbuhan
dan masa awal kehidupan anak dapat menyebabkan
anak menjadi stunting. Faktor sebelum kelahiran
seperti asupan gizi ibu selama masa gestasi dan
faktor setelah kelahiran, seperti asupan gizi anak
saat masa pertumbuhan, sosial-ekonomi, ASI
eksklusif, penyakit infeksi, pelayanan kesehatan, dan
berbagai faktor lainnya yang bepengaruh pada
tingkat tertentu sehingga menyebabkan kegagalan
pertumbuhan linier.
Patofisiologi Obesitas
Proses dalam pengaturan penyimpanan
energi terjadi melalui sinyal-sinyal
eferen (yang berpusat di hipotalamus),
setelah mendapatkan sinyal aferen dari
perifer (jaringan adipose, usus dan
jaringan otot).
Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik
(meningkatkan rasa lapar serta
menurunkan pengeluaran energi) dan
dapat pula bersifat katabolik (anoreksia,
meningkatkan pengeluaran energi) dan
dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal
pendek dan sinyal panjang.
Sinyal pendek mempengaruhi porsi
makan dan waktu makan, serta
berhubungan dengan faktor distensi
lambung dan peptida gastrointestinal
yang diperankan oleh kolesistokinin
(CCK) sebagai stimulator dalam
peningkatan rasa lapar.
Sinyal panjang diperankan oleh fat-
derived hormon leptin dan insulin yang
mengatur penyimpanan dan
keseimbangan energi.
Apabila asupan energi melebihi dari
yang dibutuhkan, maka jaringan
adiposa meningkat disertai dengan
peningkatan kadar leptin dalam
peredaran darah. Leptin kemudian
merangsang anorexigenic center di
hipotalamus agar menurunkan produksi
Neuro Peptide Y (NPY), sehingga terjadi
penurunan nafsu makan.
Demikian pula sebaliknya, bila kebutuhan
energi lebih besar dari asupan energi, maka
jaringan adiposa berkurang dan terjadi
rangsangan pada orexigenic center di
hipotalamus yang menyebabkan peningkatan
nafsu makan. Pada sebagian besar penderita
obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga
tingginya kadar leptin tidak menyebabkan
penurunan nafsu makan.
Daftar Pustaka
 Kemenkes RI. 2017. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Penjelasannya. Jakarta:
Direktorat Gizi Masyarakat Kemenkes RI
 Kemenkes RI. 2017. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta:
Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI
 Kemenkes RI. 2016. Info Datin; Situasi Balita Pendek. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI
 Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kemenkes RI
Daftar Pustaka
 A. Catharine Ross, et al. 2014. Modern Nutrition in Health & Disease (Shils)
 Cahyaningrum, A. (2015). Leptin Sebagai Indikator Obesitas. Jurnal Kesehatan Prima, 9(1).
 Dewey, KG., Begum, K., 2010. Why Stunting Matters. A&amp;T Technical Brief Issue 2, September 2010.
http://aliveandthrive.org/sites/default/files/Copy%20of%20Brief%202%20Why%20stunting%20matters_0.pdf
 Donna Spruijt-Metz. Etiology, Treatment and Prevention of Obesity in Childhood and Adolescence: A Decade in Review.
Diakses pada tanggal 04 Maret 2018 dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3102537/
 Indartanti, Dea dan Apoina Kartini. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri. Journal of
Nutrition College, Vol. 3 No. 2, halaman 33-39.
 Israr, Akhyar Yayan. 2009. Gizi Buruk (Severe Malnutrition). Riau: Universitas Riau.
 Muliawati, Siti. Faktor Penyebab Ibu Kurang Energi Kronis Di Puskesmas Sambi Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali.
Infokes, Vol. 3 No. 3 November 2013.
 Riskesdas 2013.
 WHO. 2013. Childhood Stunting: Context, Causes, and Consequences. Diunduh pada tanggal 26 Februari 2018 dari
http://www.who.int/nutrition/events/2013_ChildhoodStunting_colloquium_14Oct_ConceptualFramework_colour.pdf
 WHO. 2014. Childhood Stunting: Challenges and Opportunities. Diunduh pada tanggal 26 Februari 2018 dari
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/107026/1/WHO_NMH_NHD_GRS_14.1_eng.pdf?ua=1
 WHO. Obesity and Overweight. Diunduh pada tanggal 04 Maret 2018 dari
http://www.who.int/dietphysicalactivity/media/en/gsfs_obesity.pdf

More Related Content

What's hot

Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)
Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)
Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)Indri Wati
 
Bagan MTBS
Bagan MTBSBagan MTBS
Bagan MTBS
moharip1
 
Gizi pada anak sekolah & remaja
Gizi pada anak sekolah & remajaGizi pada anak sekolah & remaja
Gizi pada anak sekolah & remaja
Agnescia Sera
 
Ppt stunting niken
Ppt stunting nikenPpt stunting niken
Ppt stunting niken
Niken Kurniasih
 
ppt stunting des 2022.pptx
ppt stunting des 2022.pptxppt stunting des 2022.pptx
ppt stunting des 2022.pptx
sorayapost
 
Kurang Kalori Protein
Kurang Kalori ProteinKurang Kalori Protein
Kurang Kalori Protein
Donna Potter
 
Demam berdarah dengue
Demam berdarah dengueDemam berdarah dengue
Demam berdarah dengueJoni Iswanto
 
Pedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbangPedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbang
diansachio
 
Diet rendah sisa dan diet tinggi serat
Diet rendah sisa dan diet tinggi seratDiet rendah sisa dan diet tinggi serat
Diet rendah sisa dan diet tinggi serat
Fanny K. Sari
 
Diet untuk-anak
Diet untuk-anakDiet untuk-anak
Diet untuk-anak
Oni Harumonis
 
Konseling Gizi (perencanaan)
Konseling Gizi (perencanaan)Konseling Gizi (perencanaan)
Konseling Gizi (perencanaan)
Dessycis
 
Penyuluhan gizi pd ibu hamil
Penyuluhan gizi pd ibu hamilPenyuluhan gizi pd ibu hamil
Penyuluhan gizi pd ibu hamil
R-ny Simbolon
 
Materi iii tatalaksana gizi buruk
Materi iii tatalaksana gizi burukMateri iii tatalaksana gizi buruk
Materi iii tatalaksana gizi burukJoni Iswanto
 
3 indikator pemantau gizi
3 indikator pemantau gizi3 indikator pemantau gizi
3 indikator pemantau giziJoni Iswanto
 
Ilmu gizi 1
Ilmu gizi 1Ilmu gizi 1
Ilmu gizi 1
Risfandi Setyawan
 
SKDN
SKDNSKDN
Kebiasaan makan remaja
Kebiasaan makan remajaKebiasaan makan remaja
Kebiasaan makan remajaBogazius08
 
PENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptx
PENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptxPENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptx
PENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptx
MiraMarianaUlfah1
 

What's hot (20)

Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)
Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)
Kelompok 3 (diet pada penyakit lambung)
 
Bagan MTBS
Bagan MTBSBagan MTBS
Bagan MTBS
 
Gizi pada anak sekolah & remaja
Gizi pada anak sekolah & remajaGizi pada anak sekolah & remaja
Gizi pada anak sekolah & remaja
 
Ppt stunting niken
Ppt stunting nikenPpt stunting niken
Ppt stunting niken
 
ppt stunting des 2022.pptx
ppt stunting des 2022.pptxppt stunting des 2022.pptx
ppt stunting des 2022.pptx
 
Kurang Kalori Protein
Kurang Kalori ProteinKurang Kalori Protein
Kurang Kalori Protein
 
Demam berdarah dengue
Demam berdarah dengueDemam berdarah dengue
Demam berdarah dengue
 
Pola Makan Pada Diabetes
Pola Makan Pada DiabetesPola Makan Pada Diabetes
Pola Makan Pada Diabetes
 
Pedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbangPedoman gizi seimbang
Pedoman gizi seimbang
 
Diet rendah sisa dan diet tinggi serat
Diet rendah sisa dan diet tinggi seratDiet rendah sisa dan diet tinggi serat
Diet rendah sisa dan diet tinggi serat
 
Diet untuk-anak
Diet untuk-anakDiet untuk-anak
Diet untuk-anak
 
Kasus pjk
Kasus pjkKasus pjk
Kasus pjk
 
Konseling Gizi (perencanaan)
Konseling Gizi (perencanaan)Konseling Gizi (perencanaan)
Konseling Gizi (perencanaan)
 
Penyuluhan gizi pd ibu hamil
Penyuluhan gizi pd ibu hamilPenyuluhan gizi pd ibu hamil
Penyuluhan gizi pd ibu hamil
 
Materi iii tatalaksana gizi buruk
Materi iii tatalaksana gizi burukMateri iii tatalaksana gizi buruk
Materi iii tatalaksana gizi buruk
 
3 indikator pemantau gizi
3 indikator pemantau gizi3 indikator pemantau gizi
3 indikator pemantau gizi
 
Ilmu gizi 1
Ilmu gizi 1Ilmu gizi 1
Ilmu gizi 1
 
SKDN
SKDNSKDN
SKDN
 
Kebiasaan makan remaja
Kebiasaan makan remajaKebiasaan makan remaja
Kebiasaan makan remaja
 
PENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptx
PENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptxPENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptx
PENCEGAHAN STUNTING PADA BAYI DAN BALITA.pptx
 

Similar to Tumbuh Kembang Anak yang Bermasalah

PPT_Kristoforus Samson_291221021.pptx
PPT_Kristoforus Samson_291221021.pptxPPT_Kristoforus Samson_291221021.pptx
PPT_Kristoforus Samson_291221021.pptx
KRISTOSAMSON
 
Data gizi terbaru rikesdas 2013
Data gizi terbaru rikesdas 2013Data gizi terbaru rikesdas 2013
Data gizi terbaru rikesdas 2013
irfiandi irfiandi
 
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Sii AQyuu
 
faktor stunting
faktor stuntingfaktor stunting
faktor stunting
Muhammad Abu Dzar
 
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...Operator Warnet Vast Raha
 
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitaJurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
nrukmana rukmana
 
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
Anisa Imaniar
 
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
Sii AQyuu
 
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
Sii AQyuu
 
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diareJurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
nrukmana rukmana
 
PPT_STUNTING_PRESENTASI.pptx
PPT_STUNTING_PRESENTASI.pptxPPT_STUNTING_PRESENTASI.pptx
PPT_STUNTING_PRESENTASI.pptx
AnggiNovitaSari6
 
Tumbuh Kembang Remaja yang Bermasalah
Tumbuh Kembang Remaja yang BermasalahTumbuh Kembang Remaja yang Bermasalah
Tumbuh Kembang Remaja yang Bermasalah
Fakhriyah Elita
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
Sii AQyuu
 
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangPenelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Ana Sengga
 
PPT STUNTING.pptx
PPT STUNTING.pptxPPT STUNTING.pptx
PPT STUNTING.pptx
CindyElvinaRatnaDewa
 
05. ADELA RESA PUTRI - 1920332005 - IMPACTS OF FAMILY PLANNING ON NUTRITION.pptx
05. ADELA RESA PUTRI - 1920332005 - IMPACTS OF FAMILY PLANNING ON NUTRITION.pptx05. ADELA RESA PUTRI - 1920332005 - IMPACTS OF FAMILY PLANNING ON NUTRITION.pptx
05. ADELA RESA PUTRI - 1920332005 - IMPACTS OF FAMILY PLANNING ON NUTRITION.pptx
Adela Adiibah
 
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
ellyaniabadi1
 

Similar to Tumbuh Kembang Anak yang Bermasalah (20)

PPT_Kristoforus Samson_291221021.pptx
PPT_Kristoforus Samson_291221021.pptxPPT_Kristoforus Samson_291221021.pptx
PPT_Kristoforus Samson_291221021.pptx
 
Data gizi terbaru rikesdas 2013
Data gizi terbaru rikesdas 2013Data gizi terbaru rikesdas 2013
Data gizi terbaru rikesdas 2013
 
Metode sugeno
Metode sugenoMetode sugeno
Metode sugeno
 
300-1134-1-PB.pdf
300-1134-1-PB.pdf300-1134-1-PB.pdf
300-1134-1-PB.pdf
 
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
 
faktor stunting
faktor stuntingfaktor stunting
faktor stunting
 
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
 
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitaJurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
 
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM  DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN  DI...
KTI PENINGKATAN BERAT BADAN BALITA BGM DENGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DI...
 
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
 
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
 
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diareJurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
Jurnal status gizi yang berhubungan dengan kejadian diare
 
PPT_STUNTING_PRESENTASI.pptx
PPT_STUNTING_PRESENTASI.pptxPPT_STUNTING_PRESENTASI.pptx
PPT_STUNTING_PRESENTASI.pptx
 
Tumbuh Kembang Remaja yang Bermasalah
Tumbuh Kembang Remaja yang BermasalahTumbuh Kembang Remaja yang Bermasalah
Tumbuh Kembang Remaja yang Bermasalah
 
Plugin 9leni 19.pdf
Plugin 9leni 19.pdfPlugin 9leni 19.pdf
Plugin 9leni 19.pdf
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
 
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangPenelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
 
PPT STUNTING.pptx
PPT STUNTING.pptxPPT STUNTING.pptx
PPT STUNTING.pptx
 
05. ADELA RESA PUTRI - 1920332005 - IMPACTS OF FAMILY PLANNING ON NUTRITION.pptx
05. ADELA RESA PUTRI - 1920332005 - IMPACTS OF FAMILY PLANNING ON NUTRITION.pptx05. ADELA RESA PUTRI - 1920332005 - IMPACTS OF FAMILY PLANNING ON NUTRITION.pptx
05. ADELA RESA PUTRI - 1920332005 - IMPACTS OF FAMILY PLANNING ON NUTRITION.pptx
 
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
 

More from Fakhriyah Elita

Tumbuh Kembang Remaja yang Normal
Tumbuh Kembang Remaja yang NormalTumbuh Kembang Remaja yang Normal
Tumbuh Kembang Remaja yang Normal
Fakhriyah Elita
 
Tumbuh Kembang Anak yang Normal
Tumbuh Kembang Anak yang NormalTumbuh Kembang Anak yang Normal
Tumbuh Kembang Anak yang Normal
Fakhriyah Elita
 
Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Pertumbuhan dan Perkembangan RemajaPertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Fakhriyah Elita
 
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan dan Perkembangan AnakPertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Fakhriyah Elita
 
Perencanaan Menu Gizi Seimbang untuk Lansia
Perencanaan Menu Gizi Seimbang untuk LansiaPerencanaan Menu Gizi Seimbang untuk Lansia
Perencanaan Menu Gizi Seimbang untuk Lansia
Fakhriyah Elita
 
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan PenanggulangannyaMengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
Fakhriyah Elita
 
Perencanaan Menu Gizi Seimbang untuk Anak dan Remaja
Perencanaan Menu Gizi Seimbang untuk Anak dan RemajaPerencanaan Menu Gizi Seimbang untuk Anak dan Remaja
Perencanaan Menu Gizi Seimbang untuk Anak dan Remaja
Fakhriyah Elita
 
Matriks Tumbuh Kembang Anak dan Remaja serta Zat Gizi yang Mempengaruhinya
Matriks Tumbuh Kembang Anak dan Remaja serta Zat Gizi yang MempengaruhinyaMatriks Tumbuh Kembang Anak dan Remaja serta Zat Gizi yang Mempengaruhinya
Matriks Tumbuh Kembang Anak dan Remaja serta Zat Gizi yang Mempengaruhinya
Fakhriyah Elita
 
Perencanaan Menu untuk Remaja Anemia selama 7 hari
Perencanaan Menu untuk Remaja Anemia selama 7 hariPerencanaan Menu untuk Remaja Anemia selama 7 hari
Perencanaan Menu untuk Remaja Anemia selama 7 hari
Fakhriyah Elita
 
Perencanaan Menu untuk Anak Gizi Buruk Selama 7 hari
Perencanaan Menu untuk Anak Gizi Buruk Selama 7 hariPerencanaan Menu untuk Anak Gizi Buruk Selama 7 hari
Perencanaan Menu untuk Anak Gizi Buruk Selama 7 hari
Fakhriyah Elita
 
Perencanaan Menu Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis)
Perencanaan Menu Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis)Perencanaan Menu Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis)
Perencanaan Menu Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis)
Fakhriyah Elita
 
Gangguan Kehamilan dan Menyusui
Gangguan Kehamilan dan MenyusuiGangguan Kehamilan dan Menyusui
Gangguan Kehamilan dan Menyusui
Fakhriyah Elita
 
Teks Pidato: TO ACHIEVE THE YOUTH WHOSE INTELLIGENT, HEALTHY AND NOBLE CHARACTER
Teks Pidato: TO ACHIEVE THE YOUTH WHOSE INTELLIGENT, HEALTHY AND NOBLE CHARACTERTeks Pidato: TO ACHIEVE THE YOUTH WHOSE INTELLIGENT, HEALTHY AND NOBLE CHARACTER
Teks Pidato: TO ACHIEVE THE YOUTH WHOSE INTELLIGENT, HEALTHY AND NOBLE CHARACTER
Fakhriyah Elita
 
Teks Pidato: Mewujudkan Generasi Muda yang Cerdas Sehat dan Berakhlakul karimah
Teks Pidato: Mewujudkan Generasi Muda yang Cerdas Sehat dan Berakhlakul karimahTeks Pidato: Mewujudkan Generasi Muda yang Cerdas Sehat dan Berakhlakul karimah
Teks Pidato: Mewujudkan Generasi Muda yang Cerdas Sehat dan Berakhlakul karimah
Fakhriyah Elita
 
Teks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian Dunia
Teks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian DuniaTeks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian Dunia
Teks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian Dunia
Fakhriyah Elita
 
Gizi PGS dan Anemia
Gizi PGS dan AnemiaGizi PGS dan Anemia
Gizi PGS dan Anemia
Fakhriyah Elita
 
Dasar Gizi: Akar Masalah kanker payudara
Dasar Gizi: Akar Masalah kanker payudaraDasar Gizi: Akar Masalah kanker payudara
Dasar Gizi: Akar Masalah kanker payudara
Fakhriyah Elita
 
Gizi dan Kanker
Gizi dan KankerGizi dan Kanker
Gizi dan Kanker
Fakhriyah Elita
 
Renstra Kemenkes 2015-2019
Renstra Kemenkes 2015-2019Renstra Kemenkes 2015-2019
Renstra Kemenkes 2015-2019
Fakhriyah Elita
 
Fakta Kebesaran Allah dalam Otak Manusia
Fakta Kebesaran Allah dalam Otak ManusiaFakta Kebesaran Allah dalam Otak Manusia
Fakta Kebesaran Allah dalam Otak Manusia
Fakhriyah Elita
 

More from Fakhriyah Elita (20)

Tumbuh Kembang Remaja yang Normal
Tumbuh Kembang Remaja yang NormalTumbuh Kembang Remaja yang Normal
Tumbuh Kembang Remaja yang Normal
 
Tumbuh Kembang Anak yang Normal
Tumbuh Kembang Anak yang NormalTumbuh Kembang Anak yang Normal
Tumbuh Kembang Anak yang Normal
 
Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Pertumbuhan dan Perkembangan RemajaPertumbuhan dan Perkembangan Remaja
Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
 
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan dan Perkembangan AnakPertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
 
Perencanaan Menu Gizi Seimbang untuk Lansia
Perencanaan Menu Gizi Seimbang untuk LansiaPerencanaan Menu Gizi Seimbang untuk Lansia
Perencanaan Menu Gizi Seimbang untuk Lansia
 
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan PenanggulangannyaMengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
Mengenal Anemia Beserta Pencegahan dan Penanggulangannya
 
Perencanaan Menu Gizi Seimbang untuk Anak dan Remaja
Perencanaan Menu Gizi Seimbang untuk Anak dan RemajaPerencanaan Menu Gizi Seimbang untuk Anak dan Remaja
Perencanaan Menu Gizi Seimbang untuk Anak dan Remaja
 
Matriks Tumbuh Kembang Anak dan Remaja serta Zat Gizi yang Mempengaruhinya
Matriks Tumbuh Kembang Anak dan Remaja serta Zat Gizi yang MempengaruhinyaMatriks Tumbuh Kembang Anak dan Remaja serta Zat Gizi yang Mempengaruhinya
Matriks Tumbuh Kembang Anak dan Remaja serta Zat Gizi yang Mempengaruhinya
 
Perencanaan Menu untuk Remaja Anemia selama 7 hari
Perencanaan Menu untuk Remaja Anemia selama 7 hariPerencanaan Menu untuk Remaja Anemia selama 7 hari
Perencanaan Menu untuk Remaja Anemia selama 7 hari
 
Perencanaan Menu untuk Anak Gizi Buruk Selama 7 hari
Perencanaan Menu untuk Anak Gizi Buruk Selama 7 hariPerencanaan Menu untuk Anak Gizi Buruk Selama 7 hari
Perencanaan Menu untuk Anak Gizi Buruk Selama 7 hari
 
Perencanaan Menu Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis)
Perencanaan Menu Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis)Perencanaan Menu Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis)
Perencanaan Menu Ibu Hamil KEK (Kurang Energi Kronis)
 
Gangguan Kehamilan dan Menyusui
Gangguan Kehamilan dan MenyusuiGangguan Kehamilan dan Menyusui
Gangguan Kehamilan dan Menyusui
 
Teks Pidato: TO ACHIEVE THE YOUTH WHOSE INTELLIGENT, HEALTHY AND NOBLE CHARACTER
Teks Pidato: TO ACHIEVE THE YOUTH WHOSE INTELLIGENT, HEALTHY AND NOBLE CHARACTERTeks Pidato: TO ACHIEVE THE YOUTH WHOSE INTELLIGENT, HEALTHY AND NOBLE CHARACTER
Teks Pidato: TO ACHIEVE THE YOUTH WHOSE INTELLIGENT, HEALTHY AND NOBLE CHARACTER
 
Teks Pidato: Mewujudkan Generasi Muda yang Cerdas Sehat dan Berakhlakul karimah
Teks Pidato: Mewujudkan Generasi Muda yang Cerdas Sehat dan Berakhlakul karimahTeks Pidato: Mewujudkan Generasi Muda yang Cerdas Sehat dan Berakhlakul karimah
Teks Pidato: Mewujudkan Generasi Muda yang Cerdas Sehat dan Berakhlakul karimah
 
Teks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian Dunia
Teks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian DuniaTeks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian Dunia
Teks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian Dunia
 
Gizi PGS dan Anemia
Gizi PGS dan AnemiaGizi PGS dan Anemia
Gizi PGS dan Anemia
 
Dasar Gizi: Akar Masalah kanker payudara
Dasar Gizi: Akar Masalah kanker payudaraDasar Gizi: Akar Masalah kanker payudara
Dasar Gizi: Akar Masalah kanker payudara
 
Gizi dan Kanker
Gizi dan KankerGizi dan Kanker
Gizi dan Kanker
 
Renstra Kemenkes 2015-2019
Renstra Kemenkes 2015-2019Renstra Kemenkes 2015-2019
Renstra Kemenkes 2015-2019
 
Fakta Kebesaran Allah dalam Otak Manusia
Fakta Kebesaran Allah dalam Otak ManusiaFakta Kebesaran Allah dalam Otak Manusia
Fakta Kebesaran Allah dalam Otak Manusia
 

Recently uploaded

Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
johan199969
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
heridawesty4
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
AgusRahmat39
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
ferrydmn1999
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
Kurnia Fajar
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
UmyHasna1
 

Recently uploaded (20)

Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdfLaporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
Laporan pembina seni tari - www.kherysuryawan.id.pdf
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-OndelSebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondel
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdfLaporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
Laporan Kegiatan Pramuka Tugas Tambahan PMM.pdf
 

Tumbuh Kembang Anak yang Bermasalah

  • 1. KELOMPOK 1: • Athaya Zaizafia • Ayu Putri Noviyanti • Fakhriyah Elita Pertumbuhan dan Perkembangan Anak yang Bermasalah: KEP-gizi kurang, gizi buruk, stunting, obesitas
  • 2. Outline  definisi  epidemiologi determinan masalah (besaran; pengaruh; hubungan) lingkungan, perilaku termasuk konsumsi, pelayanan kesehatan, genetik  patofisiologi
  • 3. Status gizi balita dinilai menurut 3 indeks, yaitu Berat Badan Menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB).  BB/U adalah berat badan anak yang dicapai pada umur tertentu.  TB/U adalah tinggi badan anak yang dicapai pada umur tertentu.  BB/TB adalah berat badan anak dibandingkan dengan tinggi badan yang dicapai.
  • 4.  Ketiga nilai indeks status gizi diatas dibandingkan dengan baku pertumbuhan WHO.  Z-score adalah nilai simpangan BB atau TB dari nilai BB atau TB normal menurut baku pertumbuhan WHO.  Batasan untuk kategori status gizi balita menurut indeks BB/U, TB/U, BB/TB menurut WHO dapat dilihat pada tabel “pengertian kategori status gizi balita”
  • 5. Menurut WHO (2016), Malnutrisi mengacu pada kekurangan, kelebihan dan ketidakseimbangan dalam asupan energi dan/ atau nutrisi seseorang. Istilah malnutrisi mencakup 2 kelompok kondisi yang luas. Salah satunya adalah ‘kekurangan gizi’ yang mencakup stunting (tinggi badan rendah menurut usia), wasting (berat badan rendah menurut tinggi badan), underweight (berat badan rendah menurut usia) dan kekurangan zat gizi mikro atau kekurangan (kurangnya vitamin dan mineral penting) .
  • 6. Gizi Buruk  Gizi buruk adalah keadaan gizi anak yang ditandai dengan satu atau lebih tanda berikut, sangat kurus, edema minimal pada kedua punggung dan kaki, BB/PB atau BB/TB < -3 SD, LILA < 11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan) (Kemenkes, 2011).
  • 7.  Sebanyak 3,4% balita mempunyai status gizi buruk dan 14,4% balita mempunyai status gizi kurang.  Persentase underweight/ berat badan kurang/ gizikurang (gizi buruk+ gizi kurang) pada kelompok balita (18,8%) lebih tinggi dibandingkan kelompok baduta(14,9%).
  • 8.  Sebanyak 8,5% balita mempunyai status gizi sangat pendek dan 19,0% balita mempunyai status gizi pendek.  Persentase stunting/ pendek (sangat pendek + pendek) pada kelompok balita (29,0%) lebih tinggi dibandingkan kelompok baduta (21,7%).
  • 9.  Sebanyak 3,1% balita mempunyai status gizi sangat kurus dan 8,0% balita mempunyai status gizi kurus.  Persentase wasting/ kurus (sangat kurus + kurus) pada kelompok balita (11,1%) lebih rendah dibandingkan kelompok baduta (12,6%).
  • 10.
  • 11.
  • 12.
  • 13.
  • 14. Kurang Energi Protein (KEP)  KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG).
  • 15. Tingkat Kecukupan Energi  Tingkat kecukupan energi, yaitu persentase asupan energi per orang per hari terhadap Angka Kecukupan Energi (AKE) yang dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin.  AKE yang digunakan didasarkan pada Permenkes Nomor 75 Tahun 2013 tentang angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi bangsa Indonesia.  Klasifikasi tingkat kecukupan energi penduduk secara nasional dan provinsi digambarkan sebagai berikut:  Tingkat kecukupan energi minimal atau sangat kurang dari AKG (<70% AKE) artinya mengonsumsi energi kurang dari 70% AKE  Tingkat kecukupan energi kurang dari AKG (70 - <100% AKE) artinya mengonsumsi energi antara 70 sampai kurang dari 100% AKE  Tingkat kecukupan energi sesuai AKG atau normal (100 - <130% AKE) artinya mengonsumsi energi antara 100 sampai kurang dari 130% AKE  Tingkat kecukupan energi lebih besar dari AKG (≥130% AKE) artinya mengonsumsi energi sama atau lebih besar dari 130% AKE
  • 16. Menurut Survei Diet Total tahun 2014, sebagian besar penduduk di Indonesia memiliki tingkat kecukupan energi sangat kurang dan kurang yaitu sebesar 79,6%, Secara nasional rerata asupan energi penduduk umur 0-59 bulan di Indonesia sebesar 1.137 Kkal, lebih tinggi dibandingkan energi yang dianjurkan (1.118 Kkal).
  • 17. Sebanyak 18 provinsi (55%) memiliki rerata tingkat asupan energi penduduk umur 0-59 bulan normal. Sedangkan 15 lainnya (45%) memiliki rerata tingkat asupan energi penduduk kurang. Tidak satu pun provinsi dengan rerata tingkat asupan energi sangat kurang maupun lebih. Rerata tingkat asupan energi penduduk umur 0-59 bulan tertinggi yaitu DKI Jakarta (114,4%) dan terendah Nusa Tenggara Timur (92,3%).
  • 18. Sumber: Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes RI, Studi Diet Total 2014 Menurut karakteristik, tingkat kecukupan protein sangat kurang lebih banyak terjadi pada kelompok umur 13-18 tahun
  • 19. Tingkat Kecukupan Protein  Tingkat kecukupan protein yaitu persentase asupan protein per orang per hari terhadap Angka Kecukupan Protein (AKP) yang dianjurkan untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin.  AKP yang digunakan didasarkan pada Permenkes Nomor 75 Tahun 2013.  Klasifikasi tingkat kecukupan protein penduduk secara nasional dan provinsi sebagai berikut:  tingkat kecukupan protein minimal atau sangat kurang dari AKG (<80% AKP) artinya mengonsumsi protein kurang dari 80% AKP  tingkat kecukupan protein kurang dari AKG (80 - <100% AKP) artinya mengonsumsi protein antara 80 sampai kurang dari 100% AKP  tingkat kecukupan protein sesuai AKG atau normal (100 - <120% AKP) artinya mengonsumsi protein antara 100 sampai kurang dari 120% AKP  tingkat kecukupan protein lebih besar dari AKG (≥120% AKP) artinya mengonsumsi protein sama atau lebih besar dari 120% AKP
  • 20. Menurut Survei Diet Total tahun 2014, lebih dari separuh penduduk di Indonesia memiliki tingkat kecukupan protein sangat kurang dan kurang yaitu total sebesar 53,4%.
  • 21.
  • 22. Menurut karakteristik, tingkat kecukupan protein sangat kurang lebih banyak terjadi pada kelompok umur 13-18 tahun
  • 23. Stunting  Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek).  Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umurnya bila dibandingkan dengan standar baku WHO- MGRS (Multicentre Growth Reference Study) tahun 2005, nilai z-scorenya kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang dari - 3SD.
  • 24. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) mengenai prevalensi balita pendek di Indonesia adalah seperti berikut.  Persentase status gizi balita pendek (pendek dan sangat pendek) di Indonesia Tahun 2013 adalah 37,2%  Jika dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan tahun 2007 (36,8%) tidak menunjukkan penurunan/ perbaikan yang signifikan.
  • 25.  Menurut hasi PSG 2015, sebesar 29% balita Indonesia termasuk kategori pendek, dengan persentase tertinggi juga di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Barat.
  • 26. Determinan Epidemiologi Gizi Buruk pada Anakc  Hal ini menunjukkan hubungan bermakna antara status gizi berdasarkan BB/U dengan sanitasi lingkungan (P=0,001). Balita yang tumbuh di lingkungan tidak sehat berpeluang satu kali lebih besar akan mengalami status gizi buruk, dibanding pada anak balita yang normal atau anak balita status gizi baik. Hal yang berbeda terjadi pada anak balita pada klasifikasi status gizi menurut indikator TB/U maupun BB/TB. Seperti terlihat pada tabel 8, masingmasing variabel dinyatakan tidak berhubungan (P= 0,1) dan (P= 0,27). Secara proprsional, juga terlihat berimbang antara anak yang tinggal di lingkungan sehat dan tidak sehat.
  • 27.  Pada tabel 5 melalui uji Chi Square diperoleh nilai p sebesar 0,002 sehingga dinyatakan terdapat hubungan bermakna antara perilaku ibu dengan status gizi balita. Kemudian didapatkan nilai OR 5,467 sehingga didapatkan anak yang memiliki ibu dengan perilaku baik berpeluang 5,467 kali memiliki status gizi normal dibandingkan dengan anak dengan ibu berperilaku kurang baik. Kemudian dari tabel 6. diatas melalui uji Chi Square diperoleh nilai p sebesar 0,012 sehingga dinyatakan terdapat hubungan bermakna antara tingkat konsumsi energi terhadap status gizi balita. Kemudian didapatkan nilai OR 6,319 sehingga didapatkan anak yang dengan tingkat konsumsi energi yang lengkap berpeluang 6,319 kali memiliki status gizi normal dibandingkan dengan anak dengan tingkat konsumsi yang kurang lengkap.
  • 28. Determinan Epidemiologi Stunting pada Anak  Tabel 2 menunjukkan bahwa proporsi tingkat pendidikan ayah yang rendah pada kelompok balita stunting sedikit lebih tinggi (47,1%) dibandingkan dengan kelompok balita normal (32,4%). Akan tetapi hasil uji Chi Square tidak menunjukkan hubungan yang signifi kan antara pendidikan ayah dengan kejadian stunting pada balita (p=0,32). Pendidikan ibu merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita (p=0,029) dengan OR sebesar 3,378.  Hal ini bisa dilihat dari distribusi data yang menunjukkan bahwa lebih dari separuh ibu balita stunting memiliki tingkat pendidikan yang rendah (61,8%), sementara lebih dari separuh ibu pada kelompok balita normal memiliki tingkat pendidikan yang tinggi (67,6%).Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa ibu balita stunting (61,8%) memiliki pengetahuan gizi yang lebih rendah daripada ibu balita normal (29,4%). Hasil analisis Chi-Square menunjukkan bahwa pengetahuan gizi ibu merupakan faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita (p=0,015) dengan OR sebesar 3,877. Hasil ini sejalan dengan penelitian Nasikhah dan Margawati (2012) di Semarang Timur yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu merupakan faktor risiko kejadian stunting pada balita.
  • 29.  Pada variabel pola asuh anak balita meliputi pemberian ASI eksklusif dan umur pemberian MP- ASI pertama kali. Pada pemberian ASI eksklusif di desa maupun di kota sebagian besar tidak memberikan ASI eksklusif.  Hal tersebut dapat dilihat bahwa ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu sebesar 71% di daerah pedesaan, sedangkan untuk di kota sebesar 53,3%. Pada umur pemberian MP-ASI pertama kali pada anak balita stunting yang berada di desa sebagian besar adalah pada umur ≤ 6 bulan sebanyak 64,5%, sedangkan untuk di wilayah perkotaan sebagian pada umur > 6 bulan dengan persentase 60%.  Pada hasil uji bivariat diketahui bahwa pemberian ASI eksklusif dan umur pertama pemberian MP- ASI merupakan faktor yang memberikan hubungan antara pola asuh dengan kejadian stunting pada anak balita yang baik yang berada di wilayah pedesaan maupun perkotaan yang ditunjukkan dengan nilai p-value pada masing- masing variabel < α (0,05).  Pada variabel perawatan kesehatan meliputi status imunisasi menunjukkan sebagian besar anak balita stunting baik yang berada di desa maupun kota telah melakukan imunisasi. Persentase jumlah anak balita stunting yang telah melakukan imunisasi yaitu sebesar 90,3% di pedesaan, sedangkan untuk daerah di kota yaitu sebesar 86,7%.  Berdasarkan hasil uji bivariat perawatan kesehatan dengan kejadian stunting pada anak balita yang berada di pedesaan maupun perkotaan tidak memiliki hubungan. Hal tersebut disebabkan oleh nilai pvalue dari uji keduanya yaitu > α (0,05) yaitu 0,279 untuk daerah pedesaan dan 0,086 pada daerah perkotaan.
  • 30. Determinan Epidemiologi Obesitas Pada Anak  Pada tabel 3 Setelah dilakukan uji statistik, didapatkan P-value 0,048 yang berarti Pvalue (0,048) < α (0,05) sehingga hipotesa null ditolak yang berarti ada hubungan yang bermakna antara faktor lingkungan terhadap tingkat obesitas.  Pada tabel 4 Setelah dilakukan uji statistik, didapatkan P-value 0,004 yang berarti Pvalue (0,004) < α (0,05) sehingga hipotesa null ditolak yang berarti ada hubungan yang bermakna antara pola makan terhadap tingkat obesitas.
  • 31.  Pada tabel 5 Setelah dilakukan uji statistik, didapatkan P-value 0,006 yang berarti Pvalue (0,006) < α (0,05) sehingga hipotesa null ditolak yang berarti ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik terhadap tingkat obesitas.  Pada tabel 6 Setelah dilakukan uji statistik, didapatkan P-value 0,014 yang berarti Pvalue (0,014) < α (0,05) sehingga hipotesa null ditolak yang berarti ada hubungan antara faktor psikologis terhadap tingkat obesitas.
  • 32.  Tabel 3. menunjukkan hasil analisis bivariat antara masing-masing kelompok status gizi orangtua, yaitu ayah obesitas, ibu obesitas, dan kedua orangtua obesitas dengan non obesitas.  Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemaknaan hubungan masing-masing kelompok status gizi orangtua terhadap status gizi anak. Kedua orangtua yang obesitas didapatkan p=0,001 dengan odds ratio (OR) = 10,5 (CI 95%=3,168 sampai 34,803). Ayah yang obesitas didapatkan p=0,393 dengan OR=1,5 (CI 95%=0,591 sampai 3,810). Ibu yang obesitas didapatkan p=0,618 dengan OR=1,4 (CI 95%= 0,372 sampai 5,268).
  • 33. Patofisiologi Gizi Kurang  Kekurangan gizi akut berkembang secara bertahap selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan, dengan serangkaian penyesuaian metabolik dan perilaku yang menghasilkan penurunan kebutuhan nutrisi dan keseimbangan nutrisi yang sejalan dengan tingkat ketersediaan nutrisi pada sel yang lebih rendah.  Kekurangan gizi maternal dan awal postnatal dapat menyebabkan serangkaian fenotip hemat sebagai respons defensif janin atau bayi yang sedang berkembang terhadap tantangan langsung.  Misalnya, kekurangan gizi ibu mengurangi jumlah nefron pada anak, dan ini mungkin terkait dengan ekspresi mRNA rendah yang diakibatkan oleh mutasi gen kotak pasangan 2 (PAX2) selama perkembangan ginjal
  • 34. Patofisiologi Gizi Buruk  Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Secara garis besar penyebab anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan yang kurang atau anak sering sakit / terkena infeksi. Tidak tersedianya makanan secara adekuat. Anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang. Pola makan yang salah. Sering sakit (frequent infection).
  • 35. Patofisiologi Stunting  Stunting merupakan manifestasi dari malnutrisi kronis, termasuk kekurangan gizi yang terjadi selama masa perkembangan janin akibat ibu yan kekurangan gizi.  Buruknya gizi selama kehamilan, masa pertumbuhan dan masa awal kehidupan anak dapat menyebabkan anak menjadi stunting. Faktor sebelum kelahiran seperti asupan gizi ibu selama masa gestasi dan faktor setelah kelahiran, seperti asupan gizi anak saat masa pertumbuhan, sosial-ekonomi, ASI eksklusif, penyakit infeksi, pelayanan kesehatan, dan berbagai faktor lainnya yang bepengaruh pada tingkat tertentu sehingga menyebabkan kegagalan pertumbuhan linier.
  • 36. Patofisiologi Obesitas Proses dalam pengaturan penyimpanan energi terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus), setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi lambung dan peptida gastrointestinal yang diperankan oleh kolesistokinin (CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan oleh fat- derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan keseimbangan energi. Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya, bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak menyebabkan penurunan nafsu makan.
  • 37. Daftar Pustaka  Kemenkes RI. 2017. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) dan Penjelasannya. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat Kemenkes RI  Kemenkes RI. 2017. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI  Kemenkes RI. 2016. Info Datin; Situasi Balita Pendek. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI  Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kemenkes RI
  • 38. Daftar Pustaka  A. Catharine Ross, et al. 2014. Modern Nutrition in Health & Disease (Shils)  Cahyaningrum, A. (2015). Leptin Sebagai Indikator Obesitas. Jurnal Kesehatan Prima, 9(1).  Dewey, KG., Begum, K., 2010. Why Stunting Matters. A&amp;T Technical Brief Issue 2, September 2010. http://aliveandthrive.org/sites/default/files/Copy%20of%20Brief%202%20Why%20stunting%20matters_0.pdf  Donna Spruijt-Metz. Etiology, Treatment and Prevention of Obesity in Childhood and Adolescence: A Decade in Review. Diakses pada tanggal 04 Maret 2018 dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3102537/  Indartanti, Dea dan Apoina Kartini. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri. Journal of Nutrition College, Vol. 3 No. 2, halaman 33-39.  Israr, Akhyar Yayan. 2009. Gizi Buruk (Severe Malnutrition). Riau: Universitas Riau.  Muliawati, Siti. Faktor Penyebab Ibu Kurang Energi Kronis Di Puskesmas Sambi Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali. Infokes, Vol. 3 No. 3 November 2013.  Riskesdas 2013.  WHO. 2013. Childhood Stunting: Context, Causes, and Consequences. Diunduh pada tanggal 26 Februari 2018 dari http://www.who.int/nutrition/events/2013_ChildhoodStunting_colloquium_14Oct_ConceptualFramework_colour.pdf  WHO. 2014. Childhood Stunting: Challenges and Opportunities. Diunduh pada tanggal 26 Februari 2018 dari http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/107026/1/WHO_NMH_NHD_GRS_14.1_eng.pdf?ua=1  WHO. Obesity and Overweight. Diunduh pada tanggal 04 Maret 2018 dari http://www.who.int/dietphysicalactivity/media/en/gsfs_obesity.pdf