SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Download to read offline
PENYEGARAN KADER POSYANDU DALAM
PENGUKURAN ANTROPOMETRI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SIDOMULYO PEKANBARU
FITRI*, LILY RESTUSARI*
*Dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau
ABSTRAK
Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama program
perbaikan gizi, yang menitikberatkan pada upaya pencegahan dan peningkatan
gizi anak. Disebutkan bahwa sekurangnya 80% balita disetiap kabupaten/kota di
timbang setiap bulan dan berat badannya naik sebagai indikasi bahwa balita
tersebut tumbuh sehat. Soekirman (2000) menyatakan bahwa salah satu penyebab
terjadinya kasus kurang gizi pada masyarakat karena tidak berfungsinya lembaga–
lembaga sosial dalam masyarakat seperti Posyandu. Penurunan aktivitas Posyandu
tersebut berakibat pemantauan gizi pada anak dan ibu hamil terabaikan. Salah satu
metode penilaian status gizi secara langsung yang paling popular dan dapat
diterapkan untuk populasi dengan jumlah sampel besar adalah antropometri.
Pengukuran antropometri di Posyandu biasanya dilakukan oleh kader. Hasil
penelitian Satoto dkk (2002), menunjukkan tingkat kemampuan, ketelitian dan
akurasi data yang dikumpulkan kader masih rendah, 90,3% kader tidak benar
dalam melakukan penimbangan. Kesalahan penimbangan terutama dalam
mengatur posisi bandul timbangan. Hasil penelitian tersebut juga menggambarkan
terdapat 88,9% dari kader yang dipilih sebagai sampel tidak mengetahui cara
menimbang yang benar. Akibatnya informasi status gizi anak balita menjadi tidak
akurat artinya seharusnya status gizi baik bisa menjadi gizi kurang, dan atau gizi
buruk dan sebaliknya.
Tujuan kegiatan ini yaitu untuk mengetahui penerapan pengukuran
antopometri oleh kader di posyandu. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini
yakni penyegaran (refreshing) kader dan pendampingan (bimbingan untuk kader).
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di 5 posyandu
(posyandu Lancang Kuning, Dang Merdu, Sri Mersing, Toyyibah dan Ibu Sejati)
wilayah kerja puskesmas Sidomulyo, Kota Pekanbaru. Berdasarkan hasil kegiatan
yang telah dilaksanakan terjadi peningkatan Pengetahuan dan wawasan kader
tentang pengukuran antropometri pada bayi dan balita mengalami peningkatan
setelah dilaksanakan penyegaran dengan rata-rata nilai akhir yaitu pre-test 85,41
dan post-test 96,66. Kemampuan dan keterampilan kader dalam pengukuran
antropometri di posyandu mengalami peningkatan. Skor hasil evaluasi
pengukuran berat badan (100%), tinggi badan (100%), panjang badan (100%) dan
lingkar lengan atas (100%). Perlu dilakukan lagi kegiatan yang sama di posyandu-
posyandu lainnya. Serta pihak puskesmas diharapkan untuk selalu memantau
kerja kader posyandu dengan mendampingi dan memberi edukasi tentang
pengukuran antropometri yang benar.
Kata Kunci : Kader Posyandu, Penyegaran, Antropometri
Daftar Pustaka : 26 Referensi (2000-2017)
1
2
PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015
– 2019 menetapkan 4 sasaran
pembangunan kesehatan, dimana
salah satu sasaran yang harus dicapai
adalah menurunkan prevalensi balita
stunting (pendek) 32,9% (2013)
menjadi 28% pada tahun 2019
(Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional, 2015).
Stunting (pendek) atau kurang
gizi kronik adalah suatu bentuk lain
dari kegagalan pertumbuhan. Anak
yang mengalami stunting sering
terlihat memiliki badan normal yang
proporsional, namun sebenarnya
tinggi badannya lebih pendek dari
tinggi badan normal yang dimiliki
anak seusianya. Stunting merupakan
proses kumulatif dan disebabkan
oleh asupan zat-zat gizi yang tidak
cukup atau penyakit infeksi yang
berulang, atau kedua-duanya.
Stunting dapat juga terjadi sebelum
kelahiran dan disebabkan oleh
asupan gizi yang sangat kurang saat
masa kehamilan, pola asuh makan
yang sangat kurang, rendahnya
kualitas makanan sejalan dengan
frekuensi infeksi sehingga dapat
menghambat pertumbuhan
(UNICEF, 2009).
Stunting yang terjadi pada anak
merupakan faktor risiko
meningkatnya kematian, kemampuan
kognitif, dan perkembangan motorik
yang rendah serta fungsi-fungsi
tubuh yang tidak seimbang (Allen &
Gillespie, 2001). Hasil dari beberapa
penelitian juga memperlihatkan
anak-anak yang di lahirkan dalam
keadaan BBLR dan dengan usia
kehamilan yang kurang ternyata
memiliki nilai IQ yang lebih rendah,
keterampilan berbicara yang lebih
buruk, kemampuan membaca yang
lebih rendah, dan prestasi di sekolah
yang lebih buruk (Gibney et. al
2009).
Riset Kesehatan Dasar 2013
mencatat prevalensi stunting nasional
mencapai 37,2 persen, meningkat
dari tahun 2010 (35,6%) dan 2007
(36,8%). Artinya, pertumbuhan tak
maksimal diderita oleh sekitar 8,9
juta anak Indonesia, atau satu dari
tiga anak Indonesia. Prevalensi
stunting di Indonesia lebih tinggi
daripada negara-negara lain di Asia
Tenggara, seperti Myanmar (35%),
Vietnam (23%), dan Thailand (16%).
Tinggi badan menurut umur
(TB/U) adalah indikator untuk
mengetahui seorang anak stunting
atau normal. Tinggi badan
merupakan antropometri yang
menggambarkan pertumbuhan
skeletal. Dalam keadaan normal,
tinggi badan tumbuh seiring
pertambahan umur. Pertumbuhan
tinggi badan relatif kurang sensitif
terhadap masalah kekurangan gizi
dalam waktu pendek. Indeks TB/U
menggambarkan status gizi masa
lampau serta erat kaitannya dengan
sosial ekonomi (Supariasa dkk,
2013).
Pemantauan pertumbuhan
merupakan salah satu kegiatan utama
program perbaikan gizi, yang
menitikberatkan pada upaya
pencegahan dan peningkatan gizi
anak. Disebutkan bahwa
sekurangnya 80% balita disetiap
kabupaten/kota di timbang setiap
bulan dan berat badannya naik
sebagai indikasi bahwa balita
tersebut tumbuh sehat. Soekirman
(2000) menyatakan bahwa salah satu
penyebab terjadinya kasus kurang
gizi pada masyarakat karena tidak
berfungsinya lembaga–lembaga
sosial dalam masyarakat seperti
Posyandu. Penurunan aktivitas
Posyandu tersebut berakibat
pemantauan gizi pada anak dan ibu
hamil terabaikan.
Salah satu metode penilaian
status gizi secara langsung yang
paling popular dan dapat diterapkan
untuk populasi dengan jumlah
sampel besar adalah antropometri.
Antropometri sebagai indikator
status gizi dapat dilakukan dengan
mengukur beberapa parameter,
sedangkan parameter adalah ukuran
tunggal dari ukuran tubuh manusia.
Tinggi badan merupakan parameter
yang penting bagi keadaan yang
telah lalu dan keadaan sekarang.
Pengukuran tinggi badan atau
panjang badan pada anak dapat
dilakukan dengan alat pengukur
tinggi badan/panjang badan dengan
presisi 0,1 cm (Supariasa dkk, 2013).
Pengukuran antropometri di
Posyandu biasanya dilakukan oleh
kader. Hasil penelitian Satoto dkk
(2002), menunjukkan tingkat
kemampuan, ketelitian dan akurasi
data yang dikumpulkan kader masih
rendah, 90,3% kader tidak benar
dalam melakukan penimbangan.
Kesalahan penimbangan terutama
dalam mengatur posisi bandul
timbangan. Hasil penelitian tersebut
juga menggambarkan terdapat 88,9%
dari kader yang dipilih sebagai
sampel tidak mengetahui cara
menimbang yang benar. Akibatnya
informasi status gizi anak balita
menjadi tidak akurat artinya
seharusnya status gizi baik bisa
menjadi gizi kurang, dan atau gizi
buruk dan sebaliknya.
Kegiatan Posyandu sangat
tergantung pada peran kader.
Biasanya kegiatan rutin posyandu
diselenggarakan dan dimotori oleh
kader posyandu dengan bimbingan
teknis dari petugas kesehatan.
Jumlah minimal kader untuk setiap
posyandu sebanyak 5 orang sesuai
dengan jumlah kegiatan utama yang
dilaksanakan oleh posyandu dengan
sistem layanan 5 meja atau 5 langkah
kegiatan (Depkes RI, 2006).
Peningkatan kualitas pelayanan
posyandu dapat dilakukan dari
berbagai aspek pelayanan seperti
peningkatan fasilitas sarana dan
prasarana, sumber daya manusia, dan
kegiatan pelaksanaan posyandu.
Pelayanan posyandu yang berkualitas
harus diikuti oleh tugas dan fungsi
institusi pembina posyandu secara
keseluruhan yaitu kelangsungan
posyandu sebagai unit pelayanan
kesehatan dasar masyarakat,
khususnya dari kelompok paling
rentan ibu dan anak. Meskipun
posyandu merupakan unit pelayanan
kesehatan dasar berbasis masyarakat
yang berada di desa/kelurahan,
namun karena peran posyandu sangat
menentukan terhadap gambaran
kondisi ibu dan anak secara nasional,
maka disetiap daerah perlu dilakukan
pemantauan kegiatan melalui
Revitalisasi Posyandu. Pada tingkat
operasional (desa/kelurahan,
kecamatan), pemantauan dilakukan
secara bulanan, dengan
melaksanakan kunjungan lapangan
atau dengan mempelajari laporan
yang disampaikan oleh posyandu di
wilayah kerjanya (Depkes RI, 2001).
Posyandu Lancang Kuning,
Dang Merdu, Sri Mersing, Toyyibah
dan Ibu Sejati merupakan posyandu
yang terletak diwilayah kerja
Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru.
Posyandu-posyandu tersebut
merupakan posyandu yang aktif dan
ramai dikunjungi. Dari survei yang
diperoleh di Puskesmas Sidomulyo,
ke lima posyandu tersebut memiliki
angka kunjungan yang tertinggi dan
pencatatan laporan bulanan posyandu
yang rapi dan terstruktur.
4
Berdasarkan latar belakang di
atas perlu adanya suatu kegiatan
pengabdian masyarakat dalam
bidang pembinaan kader posyandu
yang diharapkan dapat digunakan
untuk meningkatkan kualitas
pelayanan posyandu di Kota
Pekanbaru. Salah satu upaya yang
dilakukan yaitu dengan memberikan
pelatihan antropometri untuk
meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan kader dalam
pengukuran antropometri. Sehingga
dapat meningkatkan peran dan
kinerja kader dalam kegiatan
posyandu.
PELAKSANAAN KEGIATAN
Waktu dan Lokasi
Kegiatan dilaksanakan pada
bulan April sampai Juli 2018. Lokasi
kegiatan pengabdian kepada
masyarakat ini dilaksanakan di 5
posyandu (posyandu Lancang
Kuning, Dang Merdu, Sri Mersing,
Toyyibah dan Ibu Sejati) wilayah
kerja puskesmas Sidomulyo, Kota
Pekanbaru.
Sarana dan Alat
Sarana yang digunakan dalam
kegiatan ini meliputi ruangan atau
aula. Alat yang digunakan adalah
kuesioner, laptop, infokus,
timbangan, mikrotoa, alat panjang
badan, pita lila dan alat tulis dan
buku saku pengukuran antropometri.
Metode Pelaksanaan
Metode yang dilaksanakan
pada kegiatan pengabdian
masyarakat ini adalah penyegaran
(refresing) kader, pendampingan
(bimbingan untuk kader) dan
evaluasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
a. Hasil Pre-Test dan Post-Test
Dari hasil kegiatan
pengabmas yang telah dilakukan,
terdapat 25 orang kader yang
mengikuti kegiatan pengabmas.
Namun, pada saat pelatihan terdapat
1 orang kader yang tidak hadir pada
saat pelatihan. Berikut hasil dari skor
pre-test dan post-test kader
posyandu.
Tabel 1. Skor Pengetahuan Kader
Setelah Pelatihan
No. Topik
Skor
Pre-test Post-Test
B S B S
1. Pengertian Posyandu 21 3 24 0
2. Program Posyandu 7 17 18 6
3. Sistem 5 meja 23 1 24 0
4. Pengertian antropometri 18 6 24 0
5. Pengukuran PB 23 1 24 0
6. Pengukuran TB 23 1 24 0
7. Alat pengukur TB 22 2 24 0
8. Alat pengukur BB 22 2 23 1
9. Alat pengukur LILA 23 1 24 0
10. KMS 23 1 24 0
Berikut hasil dari kenaikan
rata-rata nilai pre-test dan post-test
kader posyandu pada saat sebelum
dan setelah penyegaran kader.
Tabel 2. Kenaikan Rata-Rata Nilai
Pre-Test dan Post-Test Kader
Posyandu
Posyandu
Nilai Rata-
Rata
Selisih
Peningk
atan
Pre-
Test
Post-
Test
Dang Merdu 84 98 14
Lancang Kuning 94 100 6
Sri Mersing 92 100 8
Ibu Sejati 90 90 0
Toyyibah 68 94 26
Berikut hasil dari rata-rata
nilai pre-test dan post-test kader
posyandu pada saat sebelum dan
setelah penyegaran kader.
Tabel 3. Hasil Rata-Rata Pre-Test
dan Post-Test Kader Posyandu di
Wilayah Kerja Puskesmas
Sidomulyo
Variabel
Mean ± Std.
Deviation
P-Value
Nilai Pre-test 85.41 ± 16.41
0.002*
Nilai Postest 96.66 ± 5.64
Ket : Ada perbedaan yang signifikan
dalam uji paired sample t-test (
<0.05)
b. Hasil Observasi
Untuk melihat keberhasilan
dalam kegiatan ini, kader diberikan
lembaran evaluasi berupa formulir
checklist yang diisi oleh pelaksana
kegiatan pengabmas. Berikut hasil
skor lembar observasi yang
diperoleh.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hasil
Penilaian Keterampilan Pengukuran
Antropometri Berat Badan Kader
Posyandu Ibu Sejati
Bagian
Observasi
Skor
Penda
mpin
gan 1
Penda
mpin
gan 2
Evalu
asi
n % n % n %
Menyebut
tujuan
pengukuran
10 100 7 100 10 100
Mempersiapkan
alat
10 100 7 100 10 100
Meminimalisir
pakaian
responden
6 60 3 42.8 10 100
Membaca skala
pada posisi
yang benar
10 100 7 100 10 100
Mengulangi
pengukuran 3x
0 0 3 42.8 10 100
Mencatat hasil
pengukuran
10 100 7 100 10 100
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Hasil
Penilaian Keterampilan
Pengukuran Antropometri Berat
Badan Kader Posyandu Toyyibah
Bagian
Observasi
Skor
Penda
mpin
gan 1
Penda
mpin
gan 2
Evalu
asi
n % n % n %
Menyebut
tujuan
pengukuran
10 100 6 100 10 100
Mempersiapkan
alat
10 100 6 100 10 100
Meminimalisir
pakaian
responden
4 40 4 67 10 100
Membaca skala
pada posisi
yang benar
10 100 6 100 10 100
Mengulangi
pengukuran 3x
4 40 4 67 10 100
Mencatat hasil
pengukuran
10 100 6 100 10 100
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Hasil
Penilaian Keterampilan
Pengukuran Antropometri Berat
Badan Kader Posyandu Dang
Merdu
Bagian
Observasi
Skor
Penda
mpin
gan 1
Penda
mpin
gan 2
Evalu
asi
n % n % n %
Menyebut
tujuan
pengukuran
10 100 10 100 10 100
Mempersiapkan
alat
10 100 10 100 10 100
Meminimalisir
pakaian
responden
10 100 10 100 10 100
Membaca skala
pada posisi
yang benar
10 100 10 100 10 100
Mengulangi
pengukuran 3x
7 70 10 100 10 100
Mencatat hasil
pengukuran
10 100 10 100 10 100
6
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Hasil
Penilaian Keterampilan
Pengukuran Antropometri Berat
Badan Kader Posyandu Lancang
Kuning
Bagian
Observasi
Skor
Penda
mpin
gan 1
Penda
mpin
gan 2
Evalu
asi
n % n % n %
Menyebut
tujuan
pengukuran
10 100 10 100 10 100
Mempersiapkan
alat
10 100 10 100 10 100
Meminimalisir
pakaian
responden
7 70 10 100 10 100
Membaca skala
pada posisi
yang benar
10 100 10 100 10 100
Mengulangi
pengukuran 3x
7 70 10 100 10 100
Mencatat hasil
pengukuran
9 90 10 100 10 100
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Hasil
Penilaian Keterampilan
Pengukuran Antropometri Berat
Badan Kader Posyandu Sri Mersing
Bagian
Observasi
Skor
Penda
mpin
gan 1
Penda
mpin
gan 2
Evalu
asi
n % n % n %
Menyebut
tujuan
pengukuran
10 100 8 100 10 100
Mempersiapkan
alat
10 100 8 100 10 100
Meminimalisir
pakaian
responden
9 90 8 100 10 100
Membaca skala
pada posisi
yang benar
10 100 8 100 10 100
Mengulangi
pengukuran 3x
9 90 8 100 10 100
Mencatat hasil
pengukuran
10 100 8 100 10 100
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Hasil
Penilaian Keterampilan
Pengukuran Antropometri
Panjang Badan Kader Posyandu
Dang Merdu
Bagian
Observasi
Skor
Penda
mping
an 1
Penda
mping
an 2
Evalua
si
n % n % n %
Menyebut tujuan
pengukuran
10 100 8 100 10 100
Mempersiapkan
alat
10 100 8 100 10 100
Mngarahkan
asisten untuk
membantu
10 100 8 100 10 100
Meminimalisir
pakaian bayi
10 100 8 100 10 100
Meletakkan bayi
pada posisi yang
benar
10 100 8 100 10 100
Melakukan
pengukuran PB
10 100 8 100 10 100
Membaca skala
pada posisi yang
benar
10 100 8 100 10 100
Mengulangi
pengukuran 3x
7 70 8 100 10 100
Mencatat hasil
pengukuran
10 100 8 100 10 100
Tabel 10. Distribusi Frekuensi
Hasil Penilaian Keterampilan
Pengukuran Antropometri
Panjang Badan Kader Posyandu
Lancang Kuning
Bagian
Observasi
Skor
Penda
mping
an 1
Penda
mping
an 2
Evalua
si
n % n % n %
Menyebut tujuan
pengukuran
10 100 10 100 7 100
Mempersiapkan
alat
10 100 10 100 7 100
Mngarahkan
asisten untuk
membantu
10 100 10 100 7 100
Meminimalisir
pakaian bayi
10 100 10 100 7 100
Meletakkan bayi
pada posisi yang
benar
10 100 10 100 7 100
Melakukan
pengukuran PB
10 100 10 100 7 100
Membaca skala
pada posisi yang
benar
10 100 10 100 7 100
Mengulangi
pengukuran 3x
7 70 10 100 7 100
Mencatat hasil
pengukuran
10 100 10 100 7 100
Tabel 11. Distribusi Frekuensi
Hasil Penilaian Keterampilan
Pengukuran Antropometri
Panjang Badan Kader Posyandu
Sri Mersing
Bagian
Observasi
Skor
Penda
mping
an 1
Penda
mping
an 2
Evalua
si
n % n % n %
Menyebut tujuan
pengukuran
6 100 4 100 6 100
Mempersiapkan
alat
6 100 4 100 6 100
Mngarahkan
asisten untuk
membantu
6 100 4 100 6 100
Meminimalisir
pakaian bayi
5 83.3 4 100 6 100
Meletakkan bayi
pada posisi yang
benar
6 100 4 100 6 100
Melakukan
pengukuran PB
6 100 4 100 6 100
Membaca skala
pada posisi yang
benar
6 100 4 100 6 100
Mengulangi
pengukuran 3x
5 83.3 4 100 6 100
Mencatat hasil
pengukuran
6 100 4 100 6 100
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian
Keterampilan Pengukuran Antropometri Tinggi Badan
Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas
Sidomulyo
Bagian
Observasi
Posyandu
Ibu
Sejati
Dang
Merdu
Lancang
Kuning
Sri
Mersing
n % n % n % n %
Menyebut
tujuan
pengukuran
1 100 2 100 3 100 4 100
Mempersiapkan
alat
1 100 2 100 3 100 4 100
Meminimalisir
pakaian
responden
1 100 2 100 3 100 4 100
Menunjukkan
posisi kepala
yang benar
1 100 2 100 3 100 4 100
Melakukan
pengukuran
tinggi badan
1 100 2 100 3 100 4 100
Membaca skala
pada posisi
yang benar
1 100 2 100 3 100 4 100
Mengulangi
pengukuran 3x
1 100 2 100 3 100 4 100
Mencatat hasil
pengukuran
1 100 2 100 3 100 4 100
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian
Keterampilan Pengukuran Antropometri
LILA Kader Posyandu Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sidomulyo
Bagian
Observasi
Ibu Sejati Sri Mersing
Pendam
pingan
Evaluasi
Pendampi
ngan
Evaluasi
n % n % n % n %
Menyebut
tujuan
pengukuran
0 0 1 100 4 100 2 100
Mempersiapkan
alat
0 0 1 100 4 100 2 100
Meminimalisir
pakaian
responden
0 0 1 100 4 100 2 100
Menunjukkan
posisi kepala
yang benar
0 0 1 100 4 100 2 100
Melakukan
pengukuran
tinggi badan
0 0 1 100 4 100
2 100
8
Membaca skala
pada posisi
yang benar
0 0 1 100 4 100
Mengulangi
pengukuran 3x
0 0 1 100 4 100
Mencatat hasil
pengukuran
0 0 1 100 4 100
PEMBAHASAN
a. Penyegaran (Refresing) Kader
Kegiatan penyegaran kader
yaitu berupa pelatihan. Kegiatan
diawali dengan memberikan pre-test
sebelum menjelaskan tentang sistem
5 meja dan pengukuran antropometri
di posyandu. Setelah penjelasan
materi, para peserta diberikan post-
test dengan pertanyaan yang sama
dengan pre-test terkait dengan materi
yang telah dijelaskan. Hal ini untuk
melihat sejauh mana pemahaman
kader terhadap materi yang telah
dijelaskan.
Dapat dilihat dari tabel 1 para
peserta kurang mengetahui tentang
program posyandu. Hal ini dapat
dilihat dari hasil pre-test dan post-
test pertanyaan tentang program
posyandu masih banyak yang
menjawab salah. Namun, terlihat
perbedaan dari hasil pre-test dan
post-test. Berdasarkan hasil pre-test
sebelum pelatihan, kader banyak
yang masih belum mengetahui
tentang program posyandu,
antropometri dan alat-alat
antropometri. Sedangkan setelah
pelatihan, hasil post-test
menunjukkan bahwa pengetahuan
kader tentang program posyandu,
antropometri dan alat-alat
antropometri meningkat. Hal ini
dapat dilihat dari skor kader pada
saat post-test meningkat dari hasil
skor pre-test.
Setelah dilakukan pelatihan,
rata-rata nilai kader tiap posyandu
mengalami peningkatan. Dari tabel 2
dapat dilihat bahwa nilai rata-rata
hasil post-test yang diperoleh oleh
semua kader posyandu mengalami
peningkatan, kecuali posyandu ibu
sejati. Berdasarkan selisih
peningkatan, nilai rata-rata kader
posyandu Toyyibah memiliki
peningkatan nilai yang paling tinggi
yaitu sebesar 26. Sedangkan
posyandu Ibu Sejati tidak mengalami
peningkatan.
Berdasarkan tabel 3 dapat
dilihat bahwa rata-rata nilai kader
yaitu pre-test 85,41 dan post-test
96,66. Hasil uji statistik didapatkan
nilai 0,002 (p<0,01), artinya ada
perbedaan yang signifikan antara
hasil pre-test dan post-test yang
dilakukan oleh kader posyandu.
Maka dapat dilihat bahwa setelah
diberikan pelatihan terjadi
peningkatan pengetahuan kader.
Pelatihan merupakan salah
satu cara untuk meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan sikap
kader. Hasil ini sesuai dengan
penelitian Sukiarso (2007) yang
mendapatkan hasil terjadinya
peningkatan sebesar 63,3% pada
kader gizi yang dilakukan pelatihan
dengan metode BBM (Belajar
Berdasarkan Masalah). Pelatihan
dengan metode ceramah yang
disertai diskusi, simulasi, dan praktik
dapat meningkatkan pengetahuan
mahasiswa dalam melakukan
kegiatan penimbangan balita di
posyandu. Temuan ini juga sesuai
dengan pernyataan yang
dikemukakan Notoatmojo (2003),
bahwa pendidikan kesehatan dalam
jangka waktu pendek dapat
menghasilkan perubahan dan
peningkatan pengetahuan individu,
kelompok, dan masyarakat.
Dari hasil penyegaran yang
telah dilakukan dapat dikatakan
bahwa selama proses pelatihan para
kader sangat antusias dalam
mengikuti pelatihan. Hal ini dapat
dilihat dari respon para kader, adanya
pertanyaan mengenai materi yang
dijelaskan dan keinginan kader untuk
bisa melakukan pengukuran
antropometri yang sesuai prosedur.
Dalam pelatihan ini para peserta
diajarkan secara teori tentang tata
cara menggunakan alat antropometri
berat badan, panjang badan atau
tinggi badan dan pita lila.
Pemberian materi dan praktik
secara keseluruhan diberikan pada
kader posyandu, khusus untuk
praktik pelaksanaannya ada yang
difokuskan pada beberapa poin cara
pengukuran antropometri (berat
badan dan tinggi badan) yang
menjadi kelemahan kader posyandu.
Hasil penyegaran kader ini
menunjukan adanya peningkatan
skor pre-test ke post-test. Hal ini
dapat disimpulkan pelatihan yang
diberikan kepada kader posyandu
mengenai keterampilan kader dalam
pengukuran antropometri sudah
berhasil meningkatkan keterampilan
kader posyandu.
b. Pendampingan (Bimbingan
untuk Kader)
Kegiatan pendampingan
kader yang dilakukan berupa
kunjungan ke posyandu pada saat
hari posyandu untuk melihat
penerapan dari hasil penyegaran
kader yang telah dilakukan. Kegiatan
ini dilakukan sebanyak 2 kali, yang
pertama kader masih didampingi dan
dibimbing oleh petugas pengabmas
dalam melakukan pengukuran
antropometri. Sedangkan yang
kedua, kader hanya didampingi dan
melakukan pengukuran antropometri
secara mandiri. Setiap posyandu
diambil 10 sampel responden yang
terdiri dari bayi, balita dan ibu hamil
untuk diukur berat bada, tinggi badan
atau panjang badan dan Lila. Serta
menginterpretasikan hasil
pengukuran
1. Keterampilan Kader dalam
Pengukuran Berat Badan
Hasil pengamatan pada
pengukuran berat badan sudah cukup
baik. Sebelum menimbang, kader
terlebih dahulu sudah menjelaskan
tujuan dilakukan penimbangan berat
badan dan menyiapkan peralatan
yang akan digunakan. Timbangan
yang digunakan sudah diletakkan di
tempat yang datar dan mudah dibaca
serta sudah dikalibrasi. Untuk dacin,
digantungkan di tempat yang kokoh.
Setelah itu anak yang akan ditimbang
diminimalisir pakaian yang
digunakannya. Namun, beberapa
kader masih ada yang lupa
melepaskan atribut yang dipakai
anak pada saat menimbang dan tidak
mengulangi pengukuran sebanyak 3
kali. Selain itu, di posyandu
Toyyibah ditemukan adanya
kekurangan alat yaitu hanya tersedia
1 dacin. Sehingga penimbangan
balita di posyandu Toyyibah
memerlukan waktu yang cukup lama
dibandingkan posyandu lainnya.
Setelah data hasil penimbangan
dibaca dan dicatat, kader diminta
untuk menginterpretasikan hasilnya
kedalam status gizi. Namun sebagian
besar kader belum melakukannya.
Tindakan koreksi yang dilakukan
yaitu sebaiknya setiap kader dibekali
buku saku yang berisi pedoman
tentang antropometri dan cara
membaca status gizi.
2. Keterampilan Kader dalam
Pengukuran Panjang Badan
atau Tinggi Badan.
Hasil pengamatan pada
pengukuran panjang badan atau
tinggi badan sudah cukup baik.
Sebelum mengukur, kader terlebih
10
dahulu sudah menjelaskan tujuan
dilakukan penimbangan berat badan
dan menyiapkan peralatan yang akan
digunakan. Namun, untuk alat
pengukur tinggi atau panjang badan
di semua posyandu masih sangat
terbatas. Sebelum kegiatan
pendampingan dilakukan, posyandu
Dang Merdu, Lancang Kuning dan
Sri Mersing sudah menyiapkan
alatnya. Kader posyandu tersebut
membuat sendiri alat pengukur
panjang badan dengan menggunakan
kayu atau menggunakan meteran.
Sedangkan posyandu ibu sejati dan
toyyibah tidak menyiapkan alat
pengukur panjang badan. Sehingga
sampai akhir kegiatan pengabmas
tidak dapat dilakukan pengukuran
tinggi badan dan panjang badan.
Selain itu, pengukuran panjang atau
tinggi badan tidak diulangi 3 kali dan
tidak di interpretasikan hasil
pengukurannya. Tindakan koreksi
yang dilakukan yaitu sebaiknya
setiap kader dibekali buku saku yang
berisi pedoman tentang antropometri
dan cara membaca status gizi. Juga
diperlukan kreatifitas kader untuk
mengatasi masalah keterbatasan alat,
sehingga pengukuran tetap dapat
terlaksana.
3. Keterampilan Kader dalam
Pengukuran Lingkar Lengan
Atas (LILA)
Hasil pengukuran lingkar
lengan atas pada ibu hamil sudah
terlaksana dengan baik. Semua kader
sudah melakukan prosedur
pengukuran Lila dengan baik dan
benar. Untuk interpretasi hasil
pengkuran masih ada beberapa kader
yang masih belum bisa
melakukannya.
Berdasarkan hasil dari
seluruh kegiatan pendampingan,
dapat disimpulkan bahwa
ketrampilan kader dalam melakukan
kegiatan antropometri masih perlu
ditingkatkan lagi dan dilakukan lebih
teliti lagi. Karena masih adanya
kader yang kurang terampil pada
kegiatan penimbangan berat badan
dan pengukuran tinggi badan, seperti
tidak mengusahakan anak ditimbang
dengan pakaian yang seminimal
mungkin, pengukuran tidak
dilakukan 2 atau 3 kali. Hal ini sesuai
dengan penelitian UNICEF (2002)
bahwa tingkat ketelitian kader dalam
menimbang hanya 39% dan tingkat
akurasinya hanya 3%. Rendahnya
ketelitian dan keterampilan kader
dalam melakukan penimbangan berat
badan balita mungkin disebabkan
oleh banyak faktor, seperti :
pelaksanaan prosedur penimbangan,
pengetahuan, umur, pendidikan,
pekerjaan, jumlah pelatihan yang
diikuti dan frekuensi penimbangan
yang dilakukan (Dodinofria, 2008).
Selain itu, tindakan koreksi
lainnya yang dilakukan yaitu
sebaiknya setiap kader dibekali buku
saku yang berisi pedoman tentang
antropometri dan cara membaca
status gizi. Penggunaan media buku
saku ini dapat meningkatkan
pengetahuan kader dalam
menginterpretasikan status gizi.
c. Evaluasi Kader Posyandu
Untuk melihat keberhasilan
dalam kegiatan ini, kader diberikan
lembaran evaluasi berupa formulir
checklist tentang prosedur
pengukuran berta badan, tinggi
badan atau panjang badan dan
lingkar lengan atas. Lembar
observasi ini diisi oleh pelaksana
kegiatan pengabmas.
1. Pengukuran Berat Badan
Berdasarkan tabel 4 diketahui
bahwa keterampilan pengukuran
antropometri berat badan sebagian
besar kader di posyandu Ibu Sejati
masih banyak yang belum
melakukan minimalisirkan pakaian
atau melepaskan aksesoris responden
(42,86%) dan mengulang
pengukuran sebanyak 3 kali
(42,86%) pada saat pendampingan
kader. Namun, pada saat evaluasi
semua kader sudah melakukan semua
tahapan dengan benar.
Pada tabel 5 dapat kita
ketahui bahwa keterampilan
pengukuran antropometri berat badan
sebagian besar kader di posyandu
Toyyibah masih banyak yang belum
melakukan minimalisirkan pakaian
atau melepaskan aksesoris responden
(67%) dan mengulang pengukuran
sebanyak 3 kali (67%) pada saat
pendampingan kader. Namun, pada
saat evaluasi semua kader sudah
melakukan semua tahapan dengan
benar.
Pada tabel 6 dapat diketahui
bahwa keterampilan pengukuran
antropometri berat badan sebagian
besar kader di posyandu Dang Merdu
sudah baik. Tapi masih ada beberapa
kader yang tidak melakukan
pengulangan pengukuran sebanyak 3
kali (70%) pada saat pendampingan
kader. Namun, pada saat
pendampingan kedua dan evaluasi
semua kader sudah melakukan semua
tahapan dengan benar.
Pada tabel 7 dapat diketahui
bahwa keterampilan pengukuran
antropometri berat badan sebagian
besar kader di posyandu Lancang
Kuning sudah baik. Tapi masih ada
beberapa kader yang tidak
melakukan minimalisir pakaian atau
melepaskan aksesoris responden
(67%) dan mengulang pengukuran
sebanyak 3 kali (67%) pada saat
pendampingan kader. Namun, pada
saat pendampingan kedua dan
evaluasi semua kader sudah
melakukan semua tahapan dengan
benar.
Pada tabel 8 diketahui bahwa
keterampilan pengukuran
antropometri berat badan sebagian
besar kader di posyandu Sri Mersing
sudah baik. Tapi masih ada beberapa
kader yang tidak melakukan
minimalisir pakaian atau melepaskan
aksesoris responden dan mengulang
pengukuran sebanyak 3 kali pada
saat pendampingan kader pertama.
Namun, pada saat pendampingan
kedua dan evaluasi semua kader
sudah melakukan semua tahapan
dengan benar.
2. Pengukuran Panjang Badan
Pengukuran antropometri
panjang badan di posyandu Ibu Sejati
dan Toyyibah tidak dapat dilakukan
penilaian karena pengukuran tidak
dilakukan. Hal ini dikarenakan
posyandu Ibu Sejati dan Toyyibah
tidak memiliki alat pengukuran
panjang badan.
Berdasarkan tabel 9 diketahui
bahwa keterampilan pengukuran
antropometri panjang badan sebagian
besar kader di posyandu Dang Merdu
sudah baik. Tapi masih ada beberapa
kader yang tidak melakukan
pengulangan pengukuran sebanyak 3
kali pada saat pendampingan kader
pertama. Namun, pada saat
pendampingan kedua dan evaluasi
semua kader sudah melakukan semua
tahapan dengan benar.
Berdasarkan tabel 10
diketahui bahwa keterampilan
pengukuran antropometri panjang
badan sebagian besar kader di
posyandu Lancang Kuning sudah
baik. Tapi masih ada beberapa kader
yang tidak melakukan pengulangan
pengukuran sebanyak 3 kali pada
saat pendampingan kader pertama.
Namun, pada saat pendampingan
12
kedua dan evaluasi semua kader
sudah melakukan semua tahapan
dengan benar.
Berdasarkan tabel 11
diketahui bahwa keterampilan
pengukuran antropometri panjang
badan sebagian besar kader di
posyandu Sri Mersing sudah baik.
Tapi masih ada beberapa kader yang
tidak melepaskan topi responden dan
tidak mengulang pengukuran
sebanyak 3 kali pada saat
pendampingan kader pertama.
Namun, pada saat pendampingan
kedua dan evaluasi semua kader
sudah melakukan semua tahapan
dengan benar.
3. Pengukuran Tinggi Badan
Berdasarkan tabel 12
diketahui bahwa keterampilan
pengukuran antropometri tinggi
badan kader di posyandu Ibu Sejati,
Dang Merdu, Lancang Kuning dan
Sri Mersing sudah baik. Hal ini dapat
dilihat bahwa kemampuan kader
dalam melakukan semua tahapan
pengukuran sudah benar (100%).
Namun, di posyandu Toyyibah tidak
dilakukan penilaian kader, karena
tidak ada responden yang diukur
dengan alat pengukuran tinggi badan.
4. Pengukuran Lingkar Lengan
Atas
Berdasarkan tabel 13 pada
saat evaluasi dilakukan terdapat
peningkatan skor keterampilan kader
di posyandu Ibu Sejati dan Sri
Mersing pada saat pengukuran
lingkar lengan atas. Namun, di
posyandu Toyyibah, Dang Merdu
dan Lancang Kuning tidak dilakukan
penilaian kader, karena tidak ada
responden ibu hamil yang diukur
lingkar lengan atasnya.
Berdasarkan hasil evaluasi
pengukuran berat badan, tinggi
badan, panjang badan dan lingkar
lengan atas dapat dilihat peningkatan
skor kemampuan kader dalam
melakukan setiap tahapan
pengukuran. Meningkatnya hasil
evaluasi tersebut sesuai dengan
penelitian terdahulu. Peningkatan
pengetahuan dan keterampilan akan
terjadi antara sebelum dan sesudah
pelatihan. Menurut Noto atmodjo
(2005), pelatihan memiliki tujuan
penting untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan
sebagai kriteria keberhasilan
program kesehatan secara
keseluruhan. Tujuan umum pelatihan
kader posyandu adalah
meningkatkan kemampuan kader
posyandu dalam mengelola dan
menyampaikan pelayanan kepada
masyarakat.
Hasil ini juga sejalan dengan
penelitian Nurainun, Ardiani dan
Sudaryati (2015) menyatakan bahwa
ada kecenderungan semakin baik
pengetahuan kader semakin terampil
kader tersebut dalam pengukuran BB
dan TB, begitu juga sebaliknya
semakin kurang pengetahuan kader
maka semakin tidak terampil dalam
melakukan pengukuran BB dan TB.
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Pengetahuan dan wawasan kader
tentang pengukuran antropometri
pada bayi dan balita mengalami
peningkatan setelah dilaksankan
penyegaran. Rata-rata nilai akhir
yaitu pre-test 85,41 dan post-test
96,66.
2. Kemampuan dan keterampilan
kader dalam pengukuran
antropometri di posyandu
mengalami peningkatan. Skor
hasil evaluasi pengukuran berat
badan (100%), tinggi badan
(100%), panjang badan (100%)
dan lingkar lengan atas (100%).
SARAN
Perlu dilakukan lagi kegiatan
yang sama di posyandu-posyandu
lainnya. Serta pihak puskesmas
diharapkan untuk selalu memantau
kerja kader posyandu dengan
mendampingi dan memberi edukasi
tentang pengukuran antropometri
yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, L. , Gillespie, S. 2001. What
works? A review of the
efficacy and effectiveness of
nutrition intervention.
ACC/SCN. Nutrition Policy
Paper No. 15.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 2001.
Survei Kesehatan Nasional
2001. Laporan SKRT 2001:
Studi Morbiditas dan
Disabilitas.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 2013.
Riset Kesehatan Dasar
2013. Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 2010.
Riset Kesehatan Dasar
2010. Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 2007.
Riset Kesehatan Dasar
2007. Jakarta.
Cahyo Ismawati S. , 2010.
Posyandu dan Desa Siaga.
Panduan untuk Bidan dan
Kader. Bantul : Nuha Medika
Departemen Kesehatan RI. 2003.
Petunjuk Teknis Pemantauan
Status Gizi Orang Dewasa
dengan Indeks Massa Tubuh.
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2006.
Pedoman Umum
Pengelolaan Posyandu.
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2006.
Bimbingan Manajemen Pusat
Kesehatan Ibu dan Anak.
Jakarta: Departemen
Kesehatan.
Gibney, M. J. , et al. 2009. Gizi
Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC.
Gibson, R. S. 2005. Principles of
Nutritional Assessment.
Second Edition. Oxford
University Press Inc, New
York.
Harjatmo, Titus Priyo; Par’i, Holil
M. ; Wiyono, S. , 2017.
Penilaian Status Gizi, Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. 2011.
Keputusan Menteri
Kesehatan Republik
Indonesia Nomor :
1995/Menkes/SK/XII/2010
tentang Standar
Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI
Direktoral Jenderal Bina Gizi
dan Kesehatan Ibu dan Anak.
Kementerian Kesehatan RI. 2013.
Pemantauan Pertumbuhan
Balita. Jakarta: Direktorat
Gizi Masyarakat, Ditjen Bina
Kesehatan Masyarakat.
Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional.
2015. Rencana
Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2015-
2019. Jakarta.
14
Notoatmojo, Soekidjo. 2003.
Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan. Cetakan Pertama.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
Nurainun., Ardiani, F., & Sudaryati,
E. 2015. Gambaran
Keterampilan Kader dalam
Pengukuran BB dan TB
berdasarkan Karakteristik
Kader di Wilayah Kerja
Puskesmas Langsa Timur
Provinsi Aceh tahun 2015.
Jurnal Gizi. Hal 1-10.
Satoto, AB. , Jahari, dan Soekirman.
2002. Growth Data from
Posyandu in Indonesia:
Precision, Accuracy,
Reliability and Utilization.
Jurnal Gizi Indonesia. 26:
17-23.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan
Aplikasinya. Jakarta:
Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi,
Departemen Pendidikan
Nasional.
Sukiarso, Edy. 2007. Pengaruh
Pelatihan dengan Metode
Belajar Berdasarkan
Masalah terhadap
Pengetahuan dan
Keterampilan Kader Gizi
dalam Kegiatan Posyandu.
Tesis tidak diterbitkan. FKM
Universitas Diponegoro,
Semarang.
Supariasa, I. D. N. , Bakhyar, B. &
Ibnu F. 2013. Penilaian
Status Gizi (Edisi Revisi).
Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Unicef. 2009. Tracking Progress on
Child and Maternal Nutrition
a Survival and Development
Priority. New York. USA.
World Health Organization (WHO).
2012. Angka Kematian Bayi.
Amerika: WHO.

More Related Content

Similar to Penyegaran Kader Posyandu dalam Pengukuran Antropometri di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru.pdf

Bab 1 dan 2 distoro
Bab 1 dan 2 distoroBab 1 dan 2 distoro
Bab 1 dan 2 distoroyogi859225
 
PPT-Bid4-3-Juli-2018.pdf
PPT-Bid4-3-Juli-2018.pdfPPT-Bid4-3-Juli-2018.pdf
PPT-Bid4-3-Juli-2018.pdfthamuzfellani
 
stbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptx
stbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptxstbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptx
stbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptxekoprihantono3
 
Sikap Tenaga Kesehatan dan Pelaksanaan Metode Kangguru
Sikap Tenaga Kesehatan dan Pelaksanaan Metode KangguruSikap Tenaga Kesehatan dan Pelaksanaan Metode Kangguru
Sikap Tenaga Kesehatan dan Pelaksanaan Metode Kanggurunanikkharismaandari
 
13761-58541-1-PBJURNAL AAA.pdf
13761-58541-1-PBJURNAL AAA.pdf13761-58541-1-PBJURNAL AAA.pdf
13761-58541-1-PBJURNAL AAA.pdfDian631634
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...Sii AQyuu
 
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...Sii AQyuu
 
PPT_Kristoforus Samson_291221021.pptx
PPT_Kristoforus Samson_291221021.pptxPPT_Kristoforus Samson_291221021.pptx
PPT_Kristoforus Samson_291221021.pptxKRISTOSAMSON
 
Tugas standarisasi pelayanan kesehatan pert 11 nita sasmita erlina puspitalok...
Tugas standarisasi pelayanan kesehatan pert 11 nita sasmita erlina puspitalok...Tugas standarisasi pelayanan kesehatan pert 11 nita sasmita erlina puspitalok...
Tugas standarisasi pelayanan kesehatan pert 11 nita sasmita erlina puspitalok...nitasasmita2
 
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitaJurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitanrukmana rukmana
 
54 13-146-2-10-20190208
54 13-146-2-10-2019020854 13-146-2-10-20190208
54 13-146-2-10-20190208Yus Ani
 
Jurnal Cindra Ramadhani Sampurna
Jurnal Cindra Ramadhani SampurnaJurnal Cindra Ramadhani Sampurna
Jurnal Cindra Ramadhani Sampurnasapakademik
 
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/IGAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/ISii AQyuu
 

Similar to Penyegaran Kader Posyandu dalam Pengukuran Antropometri di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru.pdf (20)

Bab 1 dan 2 distoro
Bab 1 dan 2 distoroBab 1 dan 2 distoro
Bab 1 dan 2 distoro
 
PPT-Bid4-3-Juli-2018.pdf
PPT-Bid4-3-Juli-2018.pdfPPT-Bid4-3-Juli-2018.pdf
PPT-Bid4-3-Juli-2018.pdf
 
stbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptx
stbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptxstbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptx
stbmdanstunting-230316074652-ca2adcd4.pptx
 
Sikap Tenaga Kesehatan dan Pelaksanaan Metode Kangguru
Sikap Tenaga Kesehatan dan Pelaksanaan Metode KangguruSikap Tenaga Kesehatan dan Pelaksanaan Metode Kangguru
Sikap Tenaga Kesehatan dan Pelaksanaan Metode Kangguru
 
13761-58541-1-PBJURNAL AAA.pdf
13761-58541-1-PBJURNAL AAA.pdf13761-58541-1-PBJURNAL AAA.pdf
13761-58541-1-PBJURNAL AAA.pdf
 
BAB I
BAB IBAB I
BAB I
 
STBM dan STUNTING.ppt
STBM dan STUNTING.pptSTBM dan STUNTING.ppt
STBM dan STUNTING.ppt
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
 
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
 
BAB I gizi
BAB I giziBAB I gizi
BAB I gizi
 
443 670-1-sm
443 670-1-sm443 670-1-sm
443 670-1-sm
 
Paper pak patra
Paper pak patraPaper pak patra
Paper pak patra
 
PPT_Kristoforus Samson_291221021.pptx
PPT_Kristoforus Samson_291221021.pptxPPT_Kristoforus Samson_291221021.pptx
PPT_Kristoforus Samson_291221021.pptx
 
Tugas standarisasi pelayanan kesehatan pert 11 nita sasmita erlina puspitalok...
Tugas standarisasi pelayanan kesehatan pert 11 nita sasmita erlina puspitalok...Tugas standarisasi pelayanan kesehatan pert 11 nita sasmita erlina puspitalok...
Tugas standarisasi pelayanan kesehatan pert 11 nita sasmita erlina puspitalok...
 
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitaJurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
 
Proposal &amp; thesis
Proposal &amp; thesisProposal &amp; thesis
Proposal &amp; thesis
 
1890 3032-1-pb
1890 3032-1-pb1890 3032-1-pb
1890 3032-1-pb
 
54 13-146-2-10-20190208
54 13-146-2-10-2019020854 13-146-2-10-20190208
54 13-146-2-10-20190208
 
Jurnal Cindra Ramadhani Sampurna
Jurnal Cindra Ramadhani SampurnaJurnal Cindra Ramadhani Sampurna
Jurnal Cindra Ramadhani Sampurna
 
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/IGAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
 

Recently uploaded

penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasiantoniareong
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxCAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxPuskesmasTete
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfSeruniArdhia
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxmarodotodo
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptxAyu Rahayu
 

Recently uploaded (20)

penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa HalusinasiMateri Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
Materi Asuhan Keperawatan Jiwa Halusinasi
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docxCAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
CAPAIAN KINERJA UKM dalam peningkatan capaian .docx
 
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdfPPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
PPT Diskusi Topik - Stroke Iskemik (Rotasi G).pdf
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptxppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
ppt hipotiroid anak end tf uygu g uygug o.pptx
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
630542073-PENYULUHAN-PROLANIS-2022-HIPERTENSI-pptx-pptx.pptx
 

Penyegaran Kader Posyandu dalam Pengukuran Antropometri di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru.pdf

  • 1. PENYEGARAN KADER POSYANDU DALAM PENGUKURAN ANTROPOMETRI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIDOMULYO PEKANBARU FITRI*, LILY RESTUSARI* *Dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau ABSTRAK Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama program perbaikan gizi, yang menitikberatkan pada upaya pencegahan dan peningkatan gizi anak. Disebutkan bahwa sekurangnya 80% balita disetiap kabupaten/kota di timbang setiap bulan dan berat badannya naik sebagai indikasi bahwa balita tersebut tumbuh sehat. Soekirman (2000) menyatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya kasus kurang gizi pada masyarakat karena tidak berfungsinya lembaga– lembaga sosial dalam masyarakat seperti Posyandu. Penurunan aktivitas Posyandu tersebut berakibat pemantauan gizi pada anak dan ibu hamil terabaikan. Salah satu metode penilaian status gizi secara langsung yang paling popular dan dapat diterapkan untuk populasi dengan jumlah sampel besar adalah antropometri. Pengukuran antropometri di Posyandu biasanya dilakukan oleh kader. Hasil penelitian Satoto dkk (2002), menunjukkan tingkat kemampuan, ketelitian dan akurasi data yang dikumpulkan kader masih rendah, 90,3% kader tidak benar dalam melakukan penimbangan. Kesalahan penimbangan terutama dalam mengatur posisi bandul timbangan. Hasil penelitian tersebut juga menggambarkan terdapat 88,9% dari kader yang dipilih sebagai sampel tidak mengetahui cara menimbang yang benar. Akibatnya informasi status gizi anak balita menjadi tidak akurat artinya seharusnya status gizi baik bisa menjadi gizi kurang, dan atau gizi buruk dan sebaliknya. Tujuan kegiatan ini yaitu untuk mengetahui penerapan pengukuran antopometri oleh kader di posyandu. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini yakni penyegaran (refreshing) kader dan pendampingan (bimbingan untuk kader). Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di 5 posyandu (posyandu Lancang Kuning, Dang Merdu, Sri Mersing, Toyyibah dan Ibu Sejati) wilayah kerja puskesmas Sidomulyo, Kota Pekanbaru. Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan terjadi peningkatan Pengetahuan dan wawasan kader tentang pengukuran antropometri pada bayi dan balita mengalami peningkatan setelah dilaksanakan penyegaran dengan rata-rata nilai akhir yaitu pre-test 85,41 dan post-test 96,66. Kemampuan dan keterampilan kader dalam pengukuran antropometri di posyandu mengalami peningkatan. Skor hasil evaluasi pengukuran berat badan (100%), tinggi badan (100%), panjang badan (100%) dan lingkar lengan atas (100%). Perlu dilakukan lagi kegiatan yang sama di posyandu- posyandu lainnya. Serta pihak puskesmas diharapkan untuk selalu memantau kerja kader posyandu dengan mendampingi dan memberi edukasi tentang pengukuran antropometri yang benar. Kata Kunci : Kader Posyandu, Penyegaran, Antropometri Daftar Pustaka : 26 Referensi (2000-2017) 1
  • 2. 2 PENDAHULUAN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019 menetapkan 4 sasaran pembangunan kesehatan, dimana salah satu sasaran yang harus dicapai adalah menurunkan prevalensi balita stunting (pendek) 32,9% (2013) menjadi 28% pada tahun 2019 (Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional, 2015). Stunting (pendek) atau kurang gizi kronik adalah suatu bentuk lain dari kegagalan pertumbuhan. Anak yang mengalami stunting sering terlihat memiliki badan normal yang proporsional, namun sebenarnya tinggi badannya lebih pendek dari tinggi badan normal yang dimiliki anak seusianya. Stunting merupakan proses kumulatif dan disebabkan oleh asupan zat-zat gizi yang tidak cukup atau penyakit infeksi yang berulang, atau kedua-duanya. Stunting dapat juga terjadi sebelum kelahiran dan disebabkan oleh asupan gizi yang sangat kurang saat masa kehamilan, pola asuh makan yang sangat kurang, rendahnya kualitas makanan sejalan dengan frekuensi infeksi sehingga dapat menghambat pertumbuhan (UNICEF, 2009). Stunting yang terjadi pada anak merupakan faktor risiko meningkatnya kematian, kemampuan kognitif, dan perkembangan motorik yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang (Allen & Gillespie, 2001). Hasil dari beberapa penelitian juga memperlihatkan anak-anak yang di lahirkan dalam keadaan BBLR dan dengan usia kehamilan yang kurang ternyata memiliki nilai IQ yang lebih rendah, keterampilan berbicara yang lebih buruk, kemampuan membaca yang lebih rendah, dan prestasi di sekolah yang lebih buruk (Gibney et. al 2009). Riset Kesehatan Dasar 2013 mencatat prevalensi stunting nasional mencapai 37,2 persen, meningkat dari tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%). Artinya, pertumbuhan tak maksimal diderita oleh sekitar 8,9 juta anak Indonesia, atau satu dari tiga anak Indonesia. Prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi daripada negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan Thailand (16%). Tinggi badan menurut umur (TB/U) adalah indikator untuk mengetahui seorang anak stunting atau normal. Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Indeks TB/U menggambarkan status gizi masa lampau serta erat kaitannya dengan sosial ekonomi (Supariasa dkk, 2013). Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama program perbaikan gizi, yang menitikberatkan pada upaya pencegahan dan peningkatan gizi anak. Disebutkan bahwa sekurangnya 80% balita disetiap kabupaten/kota di timbang setiap bulan dan berat badannya naik sebagai indikasi bahwa balita tersebut tumbuh sehat. Soekirman (2000) menyatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya kasus kurang gizi pada masyarakat karena tidak berfungsinya lembaga–lembaga sosial dalam masyarakat seperti Posyandu. Penurunan aktivitas Posyandu tersebut berakibat
  • 3. pemantauan gizi pada anak dan ibu hamil terabaikan. Salah satu metode penilaian status gizi secara langsung yang paling popular dan dapat diterapkan untuk populasi dengan jumlah sampel besar adalah antropometri. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter, sedangkan parameter adalah ukuran tunggal dari ukuran tubuh manusia. Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang. Pengukuran tinggi badan atau panjang badan pada anak dapat dilakukan dengan alat pengukur tinggi badan/panjang badan dengan presisi 0,1 cm (Supariasa dkk, 2013). Pengukuran antropometri di Posyandu biasanya dilakukan oleh kader. Hasil penelitian Satoto dkk (2002), menunjukkan tingkat kemampuan, ketelitian dan akurasi data yang dikumpulkan kader masih rendah, 90,3% kader tidak benar dalam melakukan penimbangan. Kesalahan penimbangan terutama dalam mengatur posisi bandul timbangan. Hasil penelitian tersebut juga menggambarkan terdapat 88,9% dari kader yang dipilih sebagai sampel tidak mengetahui cara menimbang yang benar. Akibatnya informasi status gizi anak balita menjadi tidak akurat artinya seharusnya status gizi baik bisa menjadi gizi kurang, dan atau gizi buruk dan sebaliknya. Kegiatan Posyandu sangat tergantung pada peran kader. Biasanya kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan dimotori oleh kader posyandu dengan bimbingan teknis dari petugas kesehatan. Jumlah minimal kader untuk setiap posyandu sebanyak 5 orang sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilaksanakan oleh posyandu dengan sistem layanan 5 meja atau 5 langkah kegiatan (Depkes RI, 2006). Peningkatan kualitas pelayanan posyandu dapat dilakukan dari berbagai aspek pelayanan seperti peningkatan fasilitas sarana dan prasarana, sumber daya manusia, dan kegiatan pelaksanaan posyandu. Pelayanan posyandu yang berkualitas harus diikuti oleh tugas dan fungsi institusi pembina posyandu secara keseluruhan yaitu kelangsungan posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat, khususnya dari kelompok paling rentan ibu dan anak. Meskipun posyandu merupakan unit pelayanan kesehatan dasar berbasis masyarakat yang berada di desa/kelurahan, namun karena peran posyandu sangat menentukan terhadap gambaran kondisi ibu dan anak secara nasional, maka disetiap daerah perlu dilakukan pemantauan kegiatan melalui Revitalisasi Posyandu. Pada tingkat operasional (desa/kelurahan, kecamatan), pemantauan dilakukan secara bulanan, dengan melaksanakan kunjungan lapangan atau dengan mempelajari laporan yang disampaikan oleh posyandu di wilayah kerjanya (Depkes RI, 2001). Posyandu Lancang Kuning, Dang Merdu, Sri Mersing, Toyyibah dan Ibu Sejati merupakan posyandu yang terletak diwilayah kerja Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru. Posyandu-posyandu tersebut merupakan posyandu yang aktif dan ramai dikunjungi. Dari survei yang diperoleh di Puskesmas Sidomulyo, ke lima posyandu tersebut memiliki angka kunjungan yang tertinggi dan pencatatan laporan bulanan posyandu yang rapi dan terstruktur.
  • 4. 4 Berdasarkan latar belakang di atas perlu adanya suatu kegiatan pengabdian masyarakat dalam bidang pembinaan kader posyandu yang diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pelayanan posyandu di Kota Pekanbaru. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan memberikan pelatihan antropometri untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan kader dalam pengukuran antropometri. Sehingga dapat meningkatkan peran dan kinerja kader dalam kegiatan posyandu. PELAKSANAAN KEGIATAN Waktu dan Lokasi Kegiatan dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2018. Lokasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di 5 posyandu (posyandu Lancang Kuning, Dang Merdu, Sri Mersing, Toyyibah dan Ibu Sejati) wilayah kerja puskesmas Sidomulyo, Kota Pekanbaru. Sarana dan Alat Sarana yang digunakan dalam kegiatan ini meliputi ruangan atau aula. Alat yang digunakan adalah kuesioner, laptop, infokus, timbangan, mikrotoa, alat panjang badan, pita lila dan alat tulis dan buku saku pengukuran antropometri. Metode Pelaksanaan Metode yang dilaksanakan pada kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah penyegaran (refresing) kader, pendampingan (bimbingan untuk kader) dan evaluasi. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL a. Hasil Pre-Test dan Post-Test Dari hasil kegiatan pengabmas yang telah dilakukan, terdapat 25 orang kader yang mengikuti kegiatan pengabmas. Namun, pada saat pelatihan terdapat 1 orang kader yang tidak hadir pada saat pelatihan. Berikut hasil dari skor pre-test dan post-test kader posyandu. Tabel 1. Skor Pengetahuan Kader Setelah Pelatihan No. Topik Skor Pre-test Post-Test B S B S 1. Pengertian Posyandu 21 3 24 0 2. Program Posyandu 7 17 18 6 3. Sistem 5 meja 23 1 24 0 4. Pengertian antropometri 18 6 24 0 5. Pengukuran PB 23 1 24 0 6. Pengukuran TB 23 1 24 0 7. Alat pengukur TB 22 2 24 0 8. Alat pengukur BB 22 2 23 1 9. Alat pengukur LILA 23 1 24 0 10. KMS 23 1 24 0 Berikut hasil dari kenaikan rata-rata nilai pre-test dan post-test kader posyandu pada saat sebelum dan setelah penyegaran kader. Tabel 2. Kenaikan Rata-Rata Nilai Pre-Test dan Post-Test Kader Posyandu Posyandu Nilai Rata- Rata Selisih Peningk atan Pre- Test Post- Test Dang Merdu 84 98 14 Lancang Kuning 94 100 6 Sri Mersing 92 100 8 Ibu Sejati 90 90 0 Toyyibah 68 94 26 Berikut hasil dari rata-rata nilai pre-test dan post-test kader
  • 5. posyandu pada saat sebelum dan setelah penyegaran kader. Tabel 3. Hasil Rata-Rata Pre-Test dan Post-Test Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Variabel Mean ± Std. Deviation P-Value Nilai Pre-test 85.41 ± 16.41 0.002* Nilai Postest 96.66 ± 5.64 Ket : Ada perbedaan yang signifikan dalam uji paired sample t-test ( <0.05) b. Hasil Observasi Untuk melihat keberhasilan dalam kegiatan ini, kader diberikan lembaran evaluasi berupa formulir checklist yang diisi oleh pelaksana kegiatan pengabmas. Berikut hasil skor lembar observasi yang diperoleh. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Keterampilan Pengukuran Antropometri Berat Badan Kader Posyandu Ibu Sejati Bagian Observasi Skor Penda mpin gan 1 Penda mpin gan 2 Evalu asi n % n % n % Menyebut tujuan pengukuran 10 100 7 100 10 100 Mempersiapkan alat 10 100 7 100 10 100 Meminimalisir pakaian responden 6 60 3 42.8 10 100 Membaca skala pada posisi yang benar 10 100 7 100 10 100 Mengulangi pengukuran 3x 0 0 3 42.8 10 100 Mencatat hasil pengukuran 10 100 7 100 10 100 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Keterampilan Pengukuran Antropometri Berat Badan Kader Posyandu Toyyibah Bagian Observasi Skor Penda mpin gan 1 Penda mpin gan 2 Evalu asi n % n % n % Menyebut tujuan pengukuran 10 100 6 100 10 100 Mempersiapkan alat 10 100 6 100 10 100 Meminimalisir pakaian responden 4 40 4 67 10 100 Membaca skala pada posisi yang benar 10 100 6 100 10 100 Mengulangi pengukuran 3x 4 40 4 67 10 100 Mencatat hasil pengukuran 10 100 6 100 10 100 Tabel 6. Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Keterampilan Pengukuran Antropometri Berat Badan Kader Posyandu Dang Merdu Bagian Observasi Skor Penda mpin gan 1 Penda mpin gan 2 Evalu asi n % n % n % Menyebut tujuan pengukuran 10 100 10 100 10 100 Mempersiapkan alat 10 100 10 100 10 100 Meminimalisir pakaian responden 10 100 10 100 10 100 Membaca skala pada posisi yang benar 10 100 10 100 10 100 Mengulangi pengukuran 3x 7 70 10 100 10 100 Mencatat hasil pengukuran 10 100 10 100 10 100
  • 6. 6 Tabel 7. Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Keterampilan Pengukuran Antropometri Berat Badan Kader Posyandu Lancang Kuning Bagian Observasi Skor Penda mpin gan 1 Penda mpin gan 2 Evalu asi n % n % n % Menyebut tujuan pengukuran 10 100 10 100 10 100 Mempersiapkan alat 10 100 10 100 10 100 Meminimalisir pakaian responden 7 70 10 100 10 100 Membaca skala pada posisi yang benar 10 100 10 100 10 100 Mengulangi pengukuran 3x 7 70 10 100 10 100 Mencatat hasil pengukuran 9 90 10 100 10 100 Tabel 8. Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Keterampilan Pengukuran Antropometri Berat Badan Kader Posyandu Sri Mersing Bagian Observasi Skor Penda mpin gan 1 Penda mpin gan 2 Evalu asi n % n % n % Menyebut tujuan pengukuran 10 100 8 100 10 100 Mempersiapkan alat 10 100 8 100 10 100 Meminimalisir pakaian responden 9 90 8 100 10 100 Membaca skala pada posisi yang benar 10 100 8 100 10 100 Mengulangi pengukuran 3x 9 90 8 100 10 100 Mencatat hasil pengukuran 10 100 8 100 10 100 Tabel 9. Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Keterampilan Pengukuran Antropometri Panjang Badan Kader Posyandu Dang Merdu Bagian Observasi Skor Penda mping an 1 Penda mping an 2 Evalua si n % n % n % Menyebut tujuan pengukuran 10 100 8 100 10 100 Mempersiapkan alat 10 100 8 100 10 100 Mngarahkan asisten untuk membantu 10 100 8 100 10 100 Meminimalisir pakaian bayi 10 100 8 100 10 100 Meletakkan bayi pada posisi yang benar 10 100 8 100 10 100 Melakukan pengukuran PB 10 100 8 100 10 100 Membaca skala pada posisi yang benar 10 100 8 100 10 100 Mengulangi pengukuran 3x 7 70 8 100 10 100 Mencatat hasil pengukuran 10 100 8 100 10 100 Tabel 10. Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Keterampilan Pengukuran Antropometri Panjang Badan Kader Posyandu Lancang Kuning Bagian Observasi Skor Penda mping an 1 Penda mping an 2 Evalua si n % n % n % Menyebut tujuan pengukuran 10 100 10 100 7 100 Mempersiapkan alat 10 100 10 100 7 100 Mngarahkan asisten untuk membantu 10 100 10 100 7 100 Meminimalisir pakaian bayi 10 100 10 100 7 100
  • 7. Meletakkan bayi pada posisi yang benar 10 100 10 100 7 100 Melakukan pengukuran PB 10 100 10 100 7 100 Membaca skala pada posisi yang benar 10 100 10 100 7 100 Mengulangi pengukuran 3x 7 70 10 100 7 100 Mencatat hasil pengukuran 10 100 10 100 7 100 Tabel 11. Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Keterampilan Pengukuran Antropometri Panjang Badan Kader Posyandu Sri Mersing Bagian Observasi Skor Penda mping an 1 Penda mping an 2 Evalua si n % n % n % Menyebut tujuan pengukuran 6 100 4 100 6 100 Mempersiapkan alat 6 100 4 100 6 100 Mngarahkan asisten untuk membantu 6 100 4 100 6 100 Meminimalisir pakaian bayi 5 83.3 4 100 6 100 Meletakkan bayi pada posisi yang benar 6 100 4 100 6 100 Melakukan pengukuran PB 6 100 4 100 6 100 Membaca skala pada posisi yang benar 6 100 4 100 6 100 Mengulangi pengukuran 3x 5 83.3 4 100 6 100 Mencatat hasil pengukuran 6 100 4 100 6 100 Tabel 12. Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Keterampilan Pengukuran Antropometri Tinggi Badan Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Bagian Observasi Posyandu Ibu Sejati Dang Merdu Lancang Kuning Sri Mersing n % n % n % n % Menyebut tujuan pengukuran 1 100 2 100 3 100 4 100 Mempersiapkan alat 1 100 2 100 3 100 4 100 Meminimalisir pakaian responden 1 100 2 100 3 100 4 100 Menunjukkan posisi kepala yang benar 1 100 2 100 3 100 4 100 Melakukan pengukuran tinggi badan 1 100 2 100 3 100 4 100 Membaca skala pada posisi yang benar 1 100 2 100 3 100 4 100 Mengulangi pengukuran 3x 1 100 2 100 3 100 4 100 Mencatat hasil pengukuran 1 100 2 100 3 100 4 100 Tabel 13. Distribusi Frekuensi Hasil Penilaian Keterampilan Pengukuran Antropometri LILA Kader Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidomulyo Bagian Observasi Ibu Sejati Sri Mersing Pendam pingan Evaluasi Pendampi ngan Evaluasi n % n % n % n % Menyebut tujuan pengukuran 0 0 1 100 4 100 2 100 Mempersiapkan alat 0 0 1 100 4 100 2 100 Meminimalisir pakaian responden 0 0 1 100 4 100 2 100 Menunjukkan posisi kepala yang benar 0 0 1 100 4 100 2 100 Melakukan pengukuran tinggi badan 0 0 1 100 4 100 2 100
  • 8. 8 Membaca skala pada posisi yang benar 0 0 1 100 4 100 Mengulangi pengukuran 3x 0 0 1 100 4 100 Mencatat hasil pengukuran 0 0 1 100 4 100 PEMBAHASAN a. Penyegaran (Refresing) Kader Kegiatan penyegaran kader yaitu berupa pelatihan. Kegiatan diawali dengan memberikan pre-test sebelum menjelaskan tentang sistem 5 meja dan pengukuran antropometri di posyandu. Setelah penjelasan materi, para peserta diberikan post- test dengan pertanyaan yang sama dengan pre-test terkait dengan materi yang telah dijelaskan. Hal ini untuk melihat sejauh mana pemahaman kader terhadap materi yang telah dijelaskan. Dapat dilihat dari tabel 1 para peserta kurang mengetahui tentang program posyandu. Hal ini dapat dilihat dari hasil pre-test dan post- test pertanyaan tentang program posyandu masih banyak yang menjawab salah. Namun, terlihat perbedaan dari hasil pre-test dan post-test. Berdasarkan hasil pre-test sebelum pelatihan, kader banyak yang masih belum mengetahui tentang program posyandu, antropometri dan alat-alat antropometri. Sedangkan setelah pelatihan, hasil post-test menunjukkan bahwa pengetahuan kader tentang program posyandu, antropometri dan alat-alat antropometri meningkat. Hal ini dapat dilihat dari skor kader pada saat post-test meningkat dari hasil skor pre-test. Setelah dilakukan pelatihan, rata-rata nilai kader tiap posyandu mengalami peningkatan. Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil post-test yang diperoleh oleh semua kader posyandu mengalami peningkatan, kecuali posyandu ibu sejati. Berdasarkan selisih peningkatan, nilai rata-rata kader posyandu Toyyibah memiliki peningkatan nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 26. Sedangkan posyandu Ibu Sejati tidak mengalami peningkatan. Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai kader yaitu pre-test 85,41 dan post-test 96,66. Hasil uji statistik didapatkan nilai 0,002 (p<0,01), artinya ada perbedaan yang signifikan antara hasil pre-test dan post-test yang dilakukan oleh kader posyandu. Maka dapat dilihat bahwa setelah diberikan pelatihan terjadi peningkatan pengetahuan kader. Pelatihan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap kader. Hasil ini sesuai dengan penelitian Sukiarso (2007) yang mendapatkan hasil terjadinya peningkatan sebesar 63,3% pada kader gizi yang dilakukan pelatihan dengan metode BBM (Belajar Berdasarkan Masalah). Pelatihan dengan metode ceramah yang disertai diskusi, simulasi, dan praktik dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam melakukan kegiatan penimbangan balita di posyandu. Temuan ini juga sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan Notoatmojo (2003), bahwa pendidikan kesehatan dalam jangka waktu pendek dapat menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan individu, kelompok, dan masyarakat. Dari hasil penyegaran yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa selama proses pelatihan para kader sangat antusias dalam
  • 9. mengikuti pelatihan. Hal ini dapat dilihat dari respon para kader, adanya pertanyaan mengenai materi yang dijelaskan dan keinginan kader untuk bisa melakukan pengukuran antropometri yang sesuai prosedur. Dalam pelatihan ini para peserta diajarkan secara teori tentang tata cara menggunakan alat antropometri berat badan, panjang badan atau tinggi badan dan pita lila. Pemberian materi dan praktik secara keseluruhan diberikan pada kader posyandu, khusus untuk praktik pelaksanaannya ada yang difokuskan pada beberapa poin cara pengukuran antropometri (berat badan dan tinggi badan) yang menjadi kelemahan kader posyandu. Hasil penyegaran kader ini menunjukan adanya peningkatan skor pre-test ke post-test. Hal ini dapat disimpulkan pelatihan yang diberikan kepada kader posyandu mengenai keterampilan kader dalam pengukuran antropometri sudah berhasil meningkatkan keterampilan kader posyandu. b. Pendampingan (Bimbingan untuk Kader) Kegiatan pendampingan kader yang dilakukan berupa kunjungan ke posyandu pada saat hari posyandu untuk melihat penerapan dari hasil penyegaran kader yang telah dilakukan. Kegiatan ini dilakukan sebanyak 2 kali, yang pertama kader masih didampingi dan dibimbing oleh petugas pengabmas dalam melakukan pengukuran antropometri. Sedangkan yang kedua, kader hanya didampingi dan melakukan pengukuran antropometri secara mandiri. Setiap posyandu diambil 10 sampel responden yang terdiri dari bayi, balita dan ibu hamil untuk diukur berat bada, tinggi badan atau panjang badan dan Lila. Serta menginterpretasikan hasil pengukuran 1. Keterampilan Kader dalam Pengukuran Berat Badan Hasil pengamatan pada pengukuran berat badan sudah cukup baik. Sebelum menimbang, kader terlebih dahulu sudah menjelaskan tujuan dilakukan penimbangan berat badan dan menyiapkan peralatan yang akan digunakan. Timbangan yang digunakan sudah diletakkan di tempat yang datar dan mudah dibaca serta sudah dikalibrasi. Untuk dacin, digantungkan di tempat yang kokoh. Setelah itu anak yang akan ditimbang diminimalisir pakaian yang digunakannya. Namun, beberapa kader masih ada yang lupa melepaskan atribut yang dipakai anak pada saat menimbang dan tidak mengulangi pengukuran sebanyak 3 kali. Selain itu, di posyandu Toyyibah ditemukan adanya kekurangan alat yaitu hanya tersedia 1 dacin. Sehingga penimbangan balita di posyandu Toyyibah memerlukan waktu yang cukup lama dibandingkan posyandu lainnya. Setelah data hasil penimbangan dibaca dan dicatat, kader diminta untuk menginterpretasikan hasilnya kedalam status gizi. Namun sebagian besar kader belum melakukannya. Tindakan koreksi yang dilakukan yaitu sebaiknya setiap kader dibekali buku saku yang berisi pedoman tentang antropometri dan cara membaca status gizi. 2. Keterampilan Kader dalam Pengukuran Panjang Badan atau Tinggi Badan. Hasil pengamatan pada pengukuran panjang badan atau tinggi badan sudah cukup baik. Sebelum mengukur, kader terlebih
  • 10. 10 dahulu sudah menjelaskan tujuan dilakukan penimbangan berat badan dan menyiapkan peralatan yang akan digunakan. Namun, untuk alat pengukur tinggi atau panjang badan di semua posyandu masih sangat terbatas. Sebelum kegiatan pendampingan dilakukan, posyandu Dang Merdu, Lancang Kuning dan Sri Mersing sudah menyiapkan alatnya. Kader posyandu tersebut membuat sendiri alat pengukur panjang badan dengan menggunakan kayu atau menggunakan meteran. Sedangkan posyandu ibu sejati dan toyyibah tidak menyiapkan alat pengukur panjang badan. Sehingga sampai akhir kegiatan pengabmas tidak dapat dilakukan pengukuran tinggi badan dan panjang badan. Selain itu, pengukuran panjang atau tinggi badan tidak diulangi 3 kali dan tidak di interpretasikan hasil pengukurannya. Tindakan koreksi yang dilakukan yaitu sebaiknya setiap kader dibekali buku saku yang berisi pedoman tentang antropometri dan cara membaca status gizi. Juga diperlukan kreatifitas kader untuk mengatasi masalah keterbatasan alat, sehingga pengukuran tetap dapat terlaksana. 3. Keterampilan Kader dalam Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) Hasil pengukuran lingkar lengan atas pada ibu hamil sudah terlaksana dengan baik. Semua kader sudah melakukan prosedur pengukuran Lila dengan baik dan benar. Untuk interpretasi hasil pengkuran masih ada beberapa kader yang masih belum bisa melakukannya. Berdasarkan hasil dari seluruh kegiatan pendampingan, dapat disimpulkan bahwa ketrampilan kader dalam melakukan kegiatan antropometri masih perlu ditingkatkan lagi dan dilakukan lebih teliti lagi. Karena masih adanya kader yang kurang terampil pada kegiatan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, seperti tidak mengusahakan anak ditimbang dengan pakaian yang seminimal mungkin, pengukuran tidak dilakukan 2 atau 3 kali. Hal ini sesuai dengan penelitian UNICEF (2002) bahwa tingkat ketelitian kader dalam menimbang hanya 39% dan tingkat akurasinya hanya 3%. Rendahnya ketelitian dan keterampilan kader dalam melakukan penimbangan berat badan balita mungkin disebabkan oleh banyak faktor, seperti : pelaksanaan prosedur penimbangan, pengetahuan, umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah pelatihan yang diikuti dan frekuensi penimbangan yang dilakukan (Dodinofria, 2008). Selain itu, tindakan koreksi lainnya yang dilakukan yaitu sebaiknya setiap kader dibekali buku saku yang berisi pedoman tentang antropometri dan cara membaca status gizi. Penggunaan media buku saku ini dapat meningkatkan pengetahuan kader dalam menginterpretasikan status gizi. c. Evaluasi Kader Posyandu Untuk melihat keberhasilan dalam kegiatan ini, kader diberikan lembaran evaluasi berupa formulir checklist tentang prosedur pengukuran berta badan, tinggi badan atau panjang badan dan lingkar lengan atas. Lembar observasi ini diisi oleh pelaksana kegiatan pengabmas. 1. Pengukuran Berat Badan Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa keterampilan pengukuran antropometri berat badan sebagian
  • 11. besar kader di posyandu Ibu Sejati masih banyak yang belum melakukan minimalisirkan pakaian atau melepaskan aksesoris responden (42,86%) dan mengulang pengukuran sebanyak 3 kali (42,86%) pada saat pendampingan kader. Namun, pada saat evaluasi semua kader sudah melakukan semua tahapan dengan benar. Pada tabel 5 dapat kita ketahui bahwa keterampilan pengukuran antropometri berat badan sebagian besar kader di posyandu Toyyibah masih banyak yang belum melakukan minimalisirkan pakaian atau melepaskan aksesoris responden (67%) dan mengulang pengukuran sebanyak 3 kali (67%) pada saat pendampingan kader. Namun, pada saat evaluasi semua kader sudah melakukan semua tahapan dengan benar. Pada tabel 6 dapat diketahui bahwa keterampilan pengukuran antropometri berat badan sebagian besar kader di posyandu Dang Merdu sudah baik. Tapi masih ada beberapa kader yang tidak melakukan pengulangan pengukuran sebanyak 3 kali (70%) pada saat pendampingan kader. Namun, pada saat pendampingan kedua dan evaluasi semua kader sudah melakukan semua tahapan dengan benar. Pada tabel 7 dapat diketahui bahwa keterampilan pengukuran antropometri berat badan sebagian besar kader di posyandu Lancang Kuning sudah baik. Tapi masih ada beberapa kader yang tidak melakukan minimalisir pakaian atau melepaskan aksesoris responden (67%) dan mengulang pengukuran sebanyak 3 kali (67%) pada saat pendampingan kader. Namun, pada saat pendampingan kedua dan evaluasi semua kader sudah melakukan semua tahapan dengan benar. Pada tabel 8 diketahui bahwa keterampilan pengukuran antropometri berat badan sebagian besar kader di posyandu Sri Mersing sudah baik. Tapi masih ada beberapa kader yang tidak melakukan minimalisir pakaian atau melepaskan aksesoris responden dan mengulang pengukuran sebanyak 3 kali pada saat pendampingan kader pertama. Namun, pada saat pendampingan kedua dan evaluasi semua kader sudah melakukan semua tahapan dengan benar. 2. Pengukuran Panjang Badan Pengukuran antropometri panjang badan di posyandu Ibu Sejati dan Toyyibah tidak dapat dilakukan penilaian karena pengukuran tidak dilakukan. Hal ini dikarenakan posyandu Ibu Sejati dan Toyyibah tidak memiliki alat pengukuran panjang badan. Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa keterampilan pengukuran antropometri panjang badan sebagian besar kader di posyandu Dang Merdu sudah baik. Tapi masih ada beberapa kader yang tidak melakukan pengulangan pengukuran sebanyak 3 kali pada saat pendampingan kader pertama. Namun, pada saat pendampingan kedua dan evaluasi semua kader sudah melakukan semua tahapan dengan benar. Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa keterampilan pengukuran antropometri panjang badan sebagian besar kader di posyandu Lancang Kuning sudah baik. Tapi masih ada beberapa kader yang tidak melakukan pengulangan pengukuran sebanyak 3 kali pada saat pendampingan kader pertama. Namun, pada saat pendampingan
  • 12. 12 kedua dan evaluasi semua kader sudah melakukan semua tahapan dengan benar. Berdasarkan tabel 11 diketahui bahwa keterampilan pengukuran antropometri panjang badan sebagian besar kader di posyandu Sri Mersing sudah baik. Tapi masih ada beberapa kader yang tidak melepaskan topi responden dan tidak mengulang pengukuran sebanyak 3 kali pada saat pendampingan kader pertama. Namun, pada saat pendampingan kedua dan evaluasi semua kader sudah melakukan semua tahapan dengan benar. 3. Pengukuran Tinggi Badan Berdasarkan tabel 12 diketahui bahwa keterampilan pengukuran antropometri tinggi badan kader di posyandu Ibu Sejati, Dang Merdu, Lancang Kuning dan Sri Mersing sudah baik. Hal ini dapat dilihat bahwa kemampuan kader dalam melakukan semua tahapan pengukuran sudah benar (100%). Namun, di posyandu Toyyibah tidak dilakukan penilaian kader, karena tidak ada responden yang diukur dengan alat pengukuran tinggi badan. 4. Pengukuran Lingkar Lengan Atas Berdasarkan tabel 13 pada saat evaluasi dilakukan terdapat peningkatan skor keterampilan kader di posyandu Ibu Sejati dan Sri Mersing pada saat pengukuran lingkar lengan atas. Namun, di posyandu Toyyibah, Dang Merdu dan Lancang Kuning tidak dilakukan penilaian kader, karena tidak ada responden ibu hamil yang diukur lingkar lengan atasnya. Berdasarkan hasil evaluasi pengukuran berat badan, tinggi badan, panjang badan dan lingkar lengan atas dapat dilihat peningkatan skor kemampuan kader dalam melakukan setiap tahapan pengukuran. Meningkatnya hasil evaluasi tersebut sesuai dengan penelitian terdahulu. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan akan terjadi antara sebelum dan sesudah pelatihan. Menurut Noto atmodjo (2005), pelatihan memiliki tujuan penting untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sebagai kriteria keberhasilan program kesehatan secara keseluruhan. Tujuan umum pelatihan kader posyandu adalah meningkatkan kemampuan kader posyandu dalam mengelola dan menyampaikan pelayanan kepada masyarakat. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Nurainun, Ardiani dan Sudaryati (2015) menyatakan bahwa ada kecenderungan semakin baik pengetahuan kader semakin terampil kader tersebut dalam pengukuran BB dan TB, begitu juga sebaliknya semakin kurang pengetahuan kader maka semakin tidak terampil dalam melakukan pengukuran BB dan TB. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1. Pengetahuan dan wawasan kader tentang pengukuran antropometri pada bayi dan balita mengalami peningkatan setelah dilaksankan penyegaran. Rata-rata nilai akhir yaitu pre-test 85,41 dan post-test 96,66. 2. Kemampuan dan keterampilan kader dalam pengukuran antropometri di posyandu mengalami peningkatan. Skor hasil evaluasi pengukuran berat badan (100%), tinggi badan
  • 13. (100%), panjang badan (100%) dan lingkar lengan atas (100%). SARAN Perlu dilakukan lagi kegiatan yang sama di posyandu-posyandu lainnya. Serta pihak puskesmas diharapkan untuk selalu memantau kerja kader posyandu dengan mendampingi dan memberi edukasi tentang pengukuran antropometri yang benar. DAFTAR PUSTAKA Allen, L. , Gillespie, S. 2001. What works? A review of the efficacy and effectiveness of nutrition intervention. ACC/SCN. Nutrition Policy Paper No. 15. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2001. Survei Kesehatan Nasional 2001. Laporan SKRT 2001: Studi Morbiditas dan Disabilitas. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta. Cahyo Ismawati S. , 2010. Posyandu dan Desa Siaga. Panduan untuk Bidan dan Kader. Bantul : Nuha Medika Departemen Kesehatan RI. 2003. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa dengan Indeks Massa Tubuh. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta. Departemen Kesehatan RI. 2006. Bimbingan Manajemen Pusat Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Departemen Kesehatan. Gibney, M. J. , et al. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Gibson, R. S. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Second Edition. Oxford University Press Inc, New York. Harjatmo, Titus Priyo; Par’i, Holil M. ; Wiyono, S. , 2017. Penilaian Status Gizi, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kementrian Kesehatan RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Direktoral Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. Kementerian Kesehatan RI. 2013. Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat, Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. 2015. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015- 2019. Jakarta.
  • 14. 14 Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Cetakan Pertama. Jakarta : PT Rineka Cipta. Nurainun., Ardiani, F., & Sudaryati, E. 2015. Gambaran Keterampilan Kader dalam Pengukuran BB dan TB berdasarkan Karakteristik Kader di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Timur Provinsi Aceh tahun 2015. Jurnal Gizi. Hal 1-10. Satoto, AB. , Jahari, dan Soekirman. 2002. Growth Data from Posyandu in Indonesia: Precision, Accuracy, Reliability and Utilization. Jurnal Gizi Indonesia. 26: 17-23. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Sukiarso, Edy. 2007. Pengaruh Pelatihan dengan Metode Belajar Berdasarkan Masalah terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Kader Gizi dalam Kegiatan Posyandu. Tesis tidak diterbitkan. FKM Universitas Diponegoro, Semarang. Supariasa, I. D. N. , Bakhyar, B. & Ibnu F. 2013. Penilaian Status Gizi (Edisi Revisi). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Unicef. 2009. Tracking Progress on Child and Maternal Nutrition a Survival and Development Priority. New York. USA. World Health Organization (WHO). 2012. Angka Kematian Bayi. Amerika: WHO.