Rangkuman dokumen tersebut adalah: Pemerintah berkomitmen menurunkan stunting dan wasting sebagai sasaran utama 2020-2024 dengan target stunting 14% dan wasting 7% pada 2024. Upaya yang dilakukan meliputi program gizi untuk ibu hamil, menyusui, dan anak hingga usia 2 tahun serta remaja puteri, serta penguatan sistem surveilans, edukasi masyarakat, dan keterlibatan pemerintah daerah. Sasaran strategis pembinaan
4. Triple Burden of
Malnutrition
“an incongruous situation in which large
shares of their populations are either
hungry, suffering from micronutrient
deficiencies (hidden hunger), or dealing
with the consequences of overweight
and obesity — or more than one of
these conditions simultaneously “
(Pinstrup-Andersen and Watson II 2011)
5. Globally, 149 million children are stunted (too short for their
age), 50 million children are wasted (too thin for their
height), 340 million children (or 1 in 2) suffer from
deficiencies in essential vitamins and nutrients such as
vitamin A and iron, and 40 million children are overweight or
obese (Islam 2019). Overnutrition in childhood can lead to
diet-related non-communicable diseases such as diabetes
and cardiovascular disease in later life.
While undernutrition is a major contributing factor to child
illness, disability and death.
6. Situasi Gizi di Indonesia
“Ibu hamil yang mengalami anemia berisiko tinggi untuk melahirkan bayi premature, bayi
dengna berat lahir rendah juga mengalami perdarahan pada saat melahirkan bahkan
dapat mengakibatkan kematian.”
7. 3 Faktor Penyebab Tidak Langsung
Triple Burden Nutrition
Asupan/konsumsi makanan yang tidak adekuat
1
Pola penyakit, akses ke fasilitas pelayanan kesehatan,
akses air bersih dan sanitasi
2
Tidak adekuatnya praktik Pemberian Makan pada Bayi dan
Anak (PMBA), kurangnya asupan makanan bergizi pada
ibu hamil dan menyusui, serta pola asuh yang kurang
baik.
3
8. 1. Asupan/konsumsi makanan yang tidak adekuat
➢ Hampir setengah dari masyarakat Indonesia (45.7%) menkonsumsi energi kurang dari 70%
dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan, dan sekitar 36.1% masyarakat
mengkonsumsi protein kurang dari 80% AKG.
➢ 93.5% penduduk usia > 10 tahun mengkonsumsi sayur dan buah kurang dari 5 porsi per
hari (Riskesdas 2018)
➢ Pada saat yang sama, jumlah penduduk yang mengkonsumsi makanan siap saji dan
minuman berpemanis semakin meningkat dari waktu ke waktu. Sehingga konsumsi
masyarakat terhadap gula, garam dan lemak meningkat sekitar 30% dari yang
direkemendasikan oleh WHO.
➢ Rendahnya akses dan ketersediaan makanan yang sehat di tingkat rumah tangga
➢ Pengeluaran untuk makanan kemasan dan minuman yang tinggi gula garam dan lemak,
meningkat sekitar 4 kali lipat dalam kurun waktu 2007 – 2017. Kondisi ini menyebabkan
meningkatnya prevalensi overweight dan obesitas sampai lima kali lipat lebih tinggi dari
target RPJMN 2015 – 2019
➢ Obesitas pada kelompok wanita dua kali lebih tinggi dari kelompok laki-laki, yaitu masing-
masing sekitar 42% dan 24%.
➢ Tidak ada perbedaan bermakna terkait prevalensi obesitas pada kelompok sosial
ekonomi tinggi maupun rendah
9. 2. Pola penyakit, akses kefasilitas pelayanan kesehatan, akses
air bersih dan sanitasi
➢Prevalensi penyakit menular masih cukup tinggi dan sangat terkait
dengan masalah gizi, terutama gizi kurang.
➢Penyakit tidak menular meningkat sebagai akibat dari naiknya
prevalensi obesitas yang menambah beban sistem pelayanan
kesehatan.
➢Tidak semua masyarakat memiliki jaminan kesehatan, meskipun
pemerintah mencanangkan BPJS gratis untuk seluruh masyarakat
kurang mampu (masalah administrasi)
➢Akses pelayanan kesehatan yang sulit di berbagai wilayah terpencil
➢Ketersediaan air bersih dan sanitasi yang belum optimal
10. 3. PMBA, kurangnya asupan makanan bergizi pada ibu hamil dan menyusui, serta
pola asuh yang kurang baik
➢ Hampir setengah bayi di Indonesia (48%) mendapatkan makanan lebih awal dari
usia yang seharusnya (< 6 bulan) dan makanan yang diberikan tersebut tidak tepat
untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
➢ SDKI 2012 menunjukkan bahwa hanya 23% anak usia 6 – 8 bulan mengkonsumsi
makanan yang bervariasi, terdiri dari 4 – 5 kelompok pangan.
➢ Masih tingginya prevalensi ibu hamil dengan anemia yaitu 48,9% (2018)
➢ Kurangnya kepatuhan ibu dalam menyusui anaknya dan praktik “Inisiasi Menyusu
Dini (IMD)”
➢ Pola asuh anak yang kurang memahami akan pentingnya pemberian makanan
yang bergizi menjadi polemik; anak dititipkan kepada caregiver/famili, kurangnya
memotivasi anak, kurangnya perhatian orang tua kpd anak terkait makanannya
“Pemicu triple burden nutrition lainnya adalah kemiskinan dan ketimpangan
sosial, kecenderungan demografi, urbanisasi, masalah sosial dan budaya serta
situasi darurat (bencana alam, konflik sosial, krisis kesehatan, dll)”
12. Upaya yang dilakukan
➢ Pemerintah berkomitmen menetapkan stunting dan wasting sbg sasaran utama
RPJMN 2020-2024, target 2024 stunting 14% dan wasting 7%
➢ pemerintah juga melanjutkan inisiatif Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting
sebagai bagian dari kampanye anti-kemiskinan yang lebih luas
➢ Direktorat Gizi Masyarakat merancang program gizi generik dan teknis dengan
kelompok sasaran 1000 hari pertama kehidupan, ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan
baduta ditambah kelompok remaja terutama remaja puteri
➢ Program gizi yang sudah berlangsung 5 tahun terakhir:
1)Pemberian Tablet Tambah Darah untuk Remaja Putri
2. Pemberian Tablet Tambah Darah untuk Ibu Hamil
3. Pemberian Makanan Tambahan untuk Ibu Hamil KEK
4. Promosi/Konseling Pemberian Makan Bayi dan Anak (IMD, ASI Ekslusif, MPASI
dan Menyusui sampai usia 2 tahun atau lebih)
5. Pemberian Vitamin A untuk bayi dan Balita
6. Pemantauan Pertumbuhan
7. Pemberian Makanan Tambahan untuk Balita Gizi Kurang
8. Manajement Terpadu Balita Gizi Buruk
14. ARAH DAN KEBIJAKAN PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT RPJMN 2020 – 2024
1) Percepatan penurunan stunting dengan peningkatan efektivitas
intervensi spesifik, perluasan dan penajaman intervensi sensitif
secara terintegrasi
2) Peningkatan intervensi yang bersifat life saving dengan didukung
data yang kuat (evidence based policy) termasuk fortifikasi dan
pemberian multiple micronutrient;
3) Penguatan advokasi, komunikasi sosial dan perubahan perilaku
hidup sehat terutama mendorong pemenuhan gizi seimbang
berbasis konsumsi pangan (food based approach);
4) Penguatan sistem surveilans gizi;
5) Peningkatan komitmen dan pendampingan bagi daerah dalam
intervensi perbaikan gizi dengan strategi sesuai kondisi setempat;
dan respon cepat perbaikan gizi dalam kondisi darurat.
17. ➢ Berdasarkan analisa penyebab masalah seperti yang terlihat pada sasaran strategis
tersebut, diketahui bahwa intervensi gizi spesifik berkontribusi terhadap penanganan
penyebab langsung dari masalah gizi
➢ Tujuan pembinaan gizi masyarakat adalah meningkatkan cakupan kualitas pelayanan
kesehatan dan gizi terpadu untuk mengatasi masalah triple burden nutrition
➢ Pendekatan yang dilakukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut adalah “pendekatan
siklus hidup” yang mencakup ibu hamil, ibu menyusui, bayi, balita, remaja, orang dewasa
dan lansia.
18. Sasaran Strategis
Dalam rangka mencapai tujuan maka disusun sasaran strategis sebagai berikut:
1. Meningkatkan status gizi wanita usia subur usia 15 – 49 tahun, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui
2. Meningkatkan status gizi bayi dan balita
3. Mengatasi permasalahan kekurangan zat gizi mikro
4. Meningkatkan akses terhadap pelayanan manajemen terpadu tata laksana giz buruk
5. Meningkatkan kapasitas fasyankes dan tenaga kesehatan untuk pelayanan gizi yang berkualitas
6. Meningkatkan kesadaran gizi masyakarat melalui pendidikan gizi, kampanye dan komunikasi
perubahan perilaku
7. Meningkatkan respon cepat penanganan gizi pada situasi bencana
8. Meningkatkan sistem monitoring, evaluasi dan surveilans
9. Menguatkan penyusunan regulasi dan kebijakan gizi dengan dukungan bukti-bukti ilmiah terkini
(evidence-based decision making)
10. Meningkatkan advokasi, koordinasi dan kerja sama dengan lintas program dan sektor terkait
19. STRATEGI OPERASIONAL PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT
Dalam rangka mendukung implementasi dari sasaran strategis pembinaan gizi
masyarakat terutama di tingkat layanan, maka ditetapkan 4 (empat) strategi
operasional sebagai berikut:
1. Peningkatan kapasitas SDM
2. Peningkatan kualitas layanan
3. Penguatan edukasi
4. Penguatan Manajemen Intervensi Gizi di Puskesmas dan Posyandu
20. INDIKATOR KINERJA PROGRAM DAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN
PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT
Untuk mengukur tingkat keberhasilan dari implementasi strategi operasional pembinaan gizi
masyarakat maka ditetapkan indikator kinerja program (IKP) dan indikator kinerja kegiatan (IKK)
pembinaan gizi masyarakat yang sebagai berikut:
21.
22.
23.
24. KEGIATAN PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT TAHUN 2020 – 2024
Kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2020 - 2024, terbagi ke dalam
pokok kegiatan yaitu:
1. Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria (NSPK) Pembinaan Gizi
Masyarakat
2. Pelatihan dan Pendidikan
3. Sarana Bidang Kesehatan
4. Bantuan Masyarakat
5. Fasilitasi dan Pembinaan Pemerintah Daerah
6. Pemantauan Masyarakat dan Kelompok Masyarakat
7. Dukungan Layanan Manajemen
8. Koordinasi, advokasi dan sosialisasi yang mendukung percepatan
penurunan stunting dan peningkatan gizi masyarakat