SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
Bab 1 dan 2 distoro
1. i
SKRIPSI
HUBUNGAN MAKANAN
TAMBAHAN PENDAMPING ASIDENGAN PERKEMBANGAN
MOTORIK
DI PUSKESMAS TANJUNG AGUNGTAHUN 2021
OLEH:
DISTORO
NIM : 200101007P
PRODI S1 KEPERAWATAN KONVERSI
UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU
TAHUN 2021
2. 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah gizi merupakan masalah yang sangat komplek karena status gizi dipengaruhi
oleh berbagai faktor baik secara langsung maupun tidak langsung. Riset Kesehatan Dasar Tahun
2018 menunjukan secara nasional di Indonesia prevalensi berat – kurang menurut BB/U pada
anak balita 5,7 % gizi buruk dan 13,9 % gizi kurang. Menurut hasil South East Asia Nutritions
Surveys (Seanuts), stunting di Indonesia berjumlah 34%, dan 22,3% gizi buruk. Apabila
dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN seperti Vietnam, Malaysia, dan Thailand, maka
Indonesia jumlah anak-anak dengan ukuran tubuh pendek diketahui lebih banyak (Seanuts,
2017).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2017) prevalensi stunting di Indonesia mencapai
37,2%, meningkat dari tahun 2020 (35,6%) dan 2018 (36,8 %). Prevalensi panjang bayi lahir
pendek di Lampung < 48 cm sebesar 28,7%. Persentase bayi lahir pendek di Indonesia menurut
panjang badan lahir < 48 cm sebesar 20,2% dan 48–52cm sebesar 76,4% sedangkan persentase
bayi lahir pendek tertinggi yaitu di Kabupaten Lampung Selatan. Menurut hasil rekapitulasi
pemantauan status gizi (PSG) diketahui bahwa persentase stunting di Puskesmas Tanjung Agung
sebesar 63,3% artinya anak di daerah pemantauan Puskesmas Tanjung Agung yg mengalami
pendek dibandingkan dengan tinggi badan yang seharusnya mereka capai pada usia 1-5 tahun.
Stunting terjadi karena kekurangan zat gizi dalam jangka waktu lama pada masa janin hingga 2
tahun pertama kehidupan seorang anak.
3. 3
Pemerintah bersama pemangku kepentingan lainnya telah melakukan kesepakatan
tentang intervensi gizi spesifik atau langsung dalam hal mencegah dan menanggulangi stunting
diantaranya promosi ASI dan makanan pendamping ASI yang bergizi, pemberian tablet zat besi
atau multivitamin dan mineral untuk ibu hamil, pemberian suplemen vitamin A untuk anak
balita, penanganan anak dengan gizi buruk, dan fortifikasi makanan dengan zat gizi (Millennium
Challenge Account, 2018).
Wiryo (2012), menyatakan bahwa status gizi kurang pada bayi 7-12 bulan disebabkan
oleh pemberian MP-ASI yang tidak tepat. Ibu-ibu kurang menyadari bahwa setelah bayi berumur
6 bulan memerlukan makanan pendamping ASI dalam jumlah yang semakin bertambah sesuai
dengan pertambahan umur bayi dan kemampuan alat cerna. Permasalahan pemberian makanan
bayi diantaranya adalah pemberian MP-ASI terlalu dini, pemberian terlambat, frekuensi dan
porsi yang tidak sesuai dengan umur.
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak.
Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan kematangan saraf dan otot anak.
Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah merupakan hasil pola interaksi yang
kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.Dan patut
diingat, perkembangan setiap anak tidak bisa sama, tergantung proses kematangan masing-
masing anak. Hal ini menjadi penting diperhatikan, agar segala keterlambatan atau gangguan
pada kemampuan motoriknya bisa segera terdeteksi dan dikoreksi. Keterlambatan yang tidak
diperhatikan bisa saja akanberpengaruh ke perkembangan motorik kasar dan halus lainnya.
Perkembangan motorik anak dibagi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik
kasar adalah gerakan tubuh si kecil yang membutuhkan koordinasi dan keseimbangan antar
anggota tubuh dengan menggunakan otot-otot besar. Contoh motorik kasar adalah berjalan,
4. 4
duduk, menendang dan berlari. Proses perkembangan motoric anak pun dipengaruhi oleh
perkembangan fisiknya, contohnya anak bisa mulai berjalan ketika sistem sarafnya sudah matang
serta kakinya sudah cukup kuat untuk menopang tubuhnya.Sementara motorik halus adalah
gerakan tubuh si kecil yang menggunakan otot-otot kecil dan melakukan gerakan yang tidak
terlalu banyak . Motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik
yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata-tangan. Saraf motorik halus ini dapat dilatih dan
dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan secara rutin, seperti bermain puzzle, menyusun
balok, memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya dan sebagainya. Perkembangan
motorik halus setiap anak berbeda-beda, baik dalam hal kekuatan maupun ketepatannya.
Pengetahuan ibu tentang gizi seimbang sangatlah penting, mengingat peran ibu dalam
keluarga sebagai pengelola makanan. Ibu yang tidak tahu gizi makanan, akan menghidangkan
makanan yang tidak seimbang gizinya. Semakin banyak pengetahuan gizinya semakin
diperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang dipilih untuk dikonsumsinya. Sedangkan untuk
yang tidak mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang paling menarik
panca indera dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makanan. Sebaliknya mereka
yang semakin banyak pengetahuan gizinya, lebih banyak mempergunakan pertimbangan rasional
dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan tersebut (Sediaoetama, 2010).
Menurut Pudjiadi (2010), pemberian MP-ASI terlalu dini dapat mengganggu pemberian
ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu, tidak ditemukan bukti
yang menyatakan bahwa pemberian MP-ASI sebelum waktunya lebih menguntungkan. Bahkan
sebaliknya, akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak
positif untuk perkembangan dan pertumbuhan bayi. Menurut Adisasmito (2018), bayi yang
terlambat mendapatkan MP-ASI akan memicu terjadinya gizi kurang.
5. 5
Masa balita merupakan periode kritis perkembangan anak terutama pada usia tiga tahun
pertama. Pada usia tersebut, rentan terjadi malnutrisi. Stunting merupakan keadaan malnutrisi
kronik yang berkaitan dengan perkembangan otak anak, hal ini disebabkan oleh adanya
keterlambatan kematangan sel–sel saraf terutama di bagian cerebellum yang merupakan pusat
koordinasi gerak motorik. Beberapa penelitian menunjukan bahwa stunting berhubungan dengan
perkembangan motorik anak. Perkembangan motorik merupakan aspek perkembangan yang
penting karena berkaitan dengan aspek perkembangan yang lain, terutama perkembangan
kognitif. Perkembangan kognitif inilah yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas
sumber daya manusia (Gamayanti, 2020). Hasil penelitian di Manado menunjukan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan orang tua tentang gizi dengan stunting pada anak usia 4 – 5 tahun
(Wellem, 2018).
Kota Kupang merupakan wilayah yg memiliki kelebihan dalam beberapa hal seperti
sumber informasi, pusat pendidikan dan keaneragaman pangan yang jauh lebih baik dan lengkap
dikarenakan sebagai wilayah ibukota Propinsi. Disamping itu Kota Kupang memiliki makanan
sumber protein hewani yang cukup banyak, namun masalah gizi pada balita dengan krisis
ekonomi yang masih berkelanjutan memberikan dampak timbulnya kasus gizi stunting pada anak
balita. Pada umumnya kasus stunting terjadi pada keluarga yang ekonomi dan pendidikannya
rendah,.Riskesdas (2018).
Makanan pendamping air susu ibu (MPASI) merupakan makanan dan minuman yang
mengandung gizi yang diberikan pada bayi usia 6 bulan sampai 24 bulan guna memenuhi
kebutuhan gizinya selain dari ASI (Usmiati, 2020). Pemberian MPASI dini dapat mengakibatkan
keterlambatan gerak motorik kasar bayi. Riskesdas (2018) mengemukakan jenis MPASI dini
yang banyak diberikan adalah susu formula, madu, kelapa muda, pisang, teh manis, kopi, air
6. 6
putih, air gula, bubur, nasi, dan air tajin. Faktor yang mempengaruh pemberian MPASI dini
antara lain adalah pekerjaan, tingkat pengetahuan, tradisi, tingkat pendidikan, dan pendapatan.
Selain pemberian MPASI dini, stimulasi yang diberikan oleh orang tua juga sangat berpengaruh
terhadap perkembangan gerak motorik kasar bayi. Stimulasi yang kurang dapat menjadi salah
satu faktor keterlambatan perkembangan motorik bayi (Lisbeth et al., 2020).
Penelitian yang dilakukan WHO (2016) di enam negara yaitu Brazil, India, Gana,
Norwegia, AS, Oman 49,3% telah memberikan MPASI dini ( Ahmad, 2018). Hasil Riskesdas
2020 bayi yang mendapatkan ASI dan makanan cair (predominan) sebesar 4,5%, ASI dan
MPASI dini (parsial) sebesar 81,54% dan di Lampung Selatan (2018) 46% telah mendapatkan
MPASI dini. Hasil wawancara dengan staf Dinkes Kabupaten LamSel (2017) wilayah
Puskesmas Tanjung Agung 51% telah memberikan MPASI dini. Peneliti merasa perlu
melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian MPASI dini dan stimulasi terhadap
perkembangan gerak motorik pada bayi usia 0-6 bulan. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian observasional analitik, teknik pengumpulan data dengan
wawancara menggunakan kuisioner, desain penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan di
wilayah Puskesmas Tanjung Agung bulan Oktober 2021 sampai dengan selesai. Responden
penelitian 384 bayi usia 0-6 bulan, 204 responden telah mendapatkan MPASI dini dan kurang
mendapatkan stimulasi. Metode sampling dengan purposive sampling. Analisis data diolah
menggunakan uji statistik regresi logistik dengan tingkat signifikansi < 0,05. Hasil analisis
penelitian menunjukkan faktor–faktor yang berpengaruh terhadap pemberian MPASI dini adalah
tingkat pengetahuan (p value 0,000, PR 5,411), pendapatan (p value 0,001 PR 1,626) pekerjaan
ibu (p value 0,029 PR 0,820) terhadap pemberian MPASI dini pada bayi usia 0-6 bulan. Faktor
yang tidak berpengaruh adalah tradisi (p value 0,993 PR 1,0 x 10 ), pendidikan ibu (0,060 PR
7. 7
1,325. Terdapat pengaruh antara pemberian MPASI dini dan gerak motorik kasar bayi (p value
0,000 PR 1,8). Terdapat pengaruh antara stimulasi terhadap gerak motorik kasar bayi dengan
nilai (p value 0,000 PR 2,7) Terdapat pengaruh stimulasi terhadap gerak motorik kasar pada bayi
ASI eksklusif dengan nilai (p value 0,000 PR 4,3). Tingkat pengetahuan mempengaruhi orang
tua untuk memberikan MPASI dini. Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan ibu
cukup di karenakan peran bidan dan kader yang selalu rutin melakukan kunjungan dan
memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif.
Pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal akan tetapi juga bisa diperoleh
melalui pendidikan nonformal, seperti pengalaman pribadi, media, lingkungan dan penyuluhan
kesehatan (Kusmiyati, 2018). Pendapatan orang tua dalam penelitian ini di bawah UMK yang
melakukan praktek pemberian MPASI dini. Ibu memberikan MPASI dini berupa susu formula,
pisang, pisang dan nasi dengan cara bercocok tanam di lahan sendiri, sehingga meskipun
berpenghasilan rendah orang tua masih bisa memberikan makanan yang di peroleh dan di olah
sendiri tanpa harus membeli.
Pekerjaan ibu dalam penelitian ini sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga,
penyebab gagalnya pemberian ASI eksklusif adalah karena mereka masih tinggal dengan orang
tua atau mertua, jadi ibu tidak dapat mengambil keputusan karena takut menyinggung perasaan
dan di anggap melawan nasihat orang tua atau mertua, yang di sebabkan oleh tingkat
pengetahuan orang tua atau mertua masih kurang. Tradisi dalam penelitian ini tidak berpengaruh
terhadap pemberian MPASI dini, karena orang tua sudah meninggalkan tradisi karena sering
memperoleh penyuluhan dari petugas kesehatan dan para kader. Dengan adanya penyuluhan
yang sering dilakukan akan meningkatkan tingkat pengetahuan orang tua dan secara perlahan
mulai meninggalkan tradisi pemberian MPASI dini.
8. 8
Pendidikan orang tua tidak berpengaruh dalam pemberian MPASI dini karena apapun
tingkat pendidikannya asalkan memiliki pengetahuan yang cukup, tidak akan memberikan
MPASI dini. Pemberian stimulasi sangat berpengaruh terhadap perkembangan gerak motorik
kasar bayi. Bayi yang memperoleh MPASI dini dan kurangnya stimulasi mempunyai resiko lebih
besar mengalami keterlambatan gerak motorik kasar. Saran yang dapat diberikan kepada Institusi
kesehatan adalah perlu sosialisasi tentang pemberian MPASI dini dan stimulasi terhadap gerak
motorik kasar pada bayi untuk meningkatkan tingkat pengetahuan orang tua melalui posyandu,
sosialisasi di area pondok pesantren, karang taruna dan sosialisasi menggunakan pamflet yang di
sebarkan kepada ibu–ibu dengan bantuan kader. Saran untuk orang tua memahami kebutuhan
anak untk merangsang gerak motorik kasar, informasi ini dapat diperoleh dari posyandu media
elektronik dan media sosial.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, masalah pola pemberian MP–ASI yang
tidak tepat terjadi di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Agung yaitu 50% bayi kurang dari empat
bulan sudah diberi makanan selain ASI dan ada beberapa jenis makanan yang pantang diberikan
kepada bayi. Perbandingan data jumlah balita di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Agung pada
tahun 2019 yaitu 2.035 balita, tahun 2020 yaitu 2.130 balita, dan tahun 2021 yaitu 2.457 balita,
sedangkan jumlah balita dengan stunting pada tahun 2021 adalah 15 balita. Salah satu
penyebabnya, karena ibu tidak mempunyai pengetahuan gizi yang cukup sehingga mereka
memberikan MP – ASI terlalu dini dan tidak bervariasi. Oleh karena itu perlu penelitian tentang
hubungan makanan pendamping asi dengan perkembangan motoric pada anakdi wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Agung.
9. 9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan makanan pendamping ASI dengan perkembangan
motoric pada anak di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Agung?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan makanan pendamping ASI dengan perkembangan motoric pada
anak di Puskesmas Tanjung Agung.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui status gizi anak stunting usia 12–24 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Agung
b) Mengetahui hubungan pemberian MP–ASI dengan perkembangan motorik pada
anak stunting ( usia 12–24 bulan ) di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Agung
D. Manfaat Penelitian
1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empirik tentang adanya hubungan
pemberian makanan pendamping ASI dengan perkembangan motorik pada anak di
Puskesmas Tanjung Agung.
10. 10
2 Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi
Manfaat bagi institusi yang diharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan
rujukan bagi upaya pengembangan ilmu dalam keilmuan terkait, dan dapat
menjadi pertimbangan penelitian dengan variabel berbeda pada penelitian
selanjutnya berkaitan dengan pemberian jenis makanan pendamping ASI terhadap
perkembangan bayi.
b. Bagi Masyarakat
Diharapkan dari masyarakat dengan adanya hasil penelitian ini, orang tua,
pengasuh bayi atau keluarga bayi lebih memperhatikan kecukupan energi dan
protein dari jenis MP-ASI yang diberikan, baik itu MP-ASI lokal, pabrikan
maupun kombinasi. Selain dari kecukupan energi dan protein jenis MP-ASI yang
mempengaruhi perkembangan bayi, faktor keturunan, ekonomi dan lingkungan
bayi juga bisa mempengaruhi perkembangan bayi.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup materi pada penelitian ini meliputi ketepatan perilaku ibu tentang
pemberian MP-ASI dan perkembangan motorik pada balita usia 6-24 bulan. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan desain
penelitian kroseksional terhadap responden ibu yang mempunyai balita, pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan kwisioner dan penelitian akan dilakukan pada
bulan Januari 2021 di Puksesmas Tanjung Agung.
12. 12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. MPASI
a. Pengertian MPASI
MPASI adalah makanan atau minuman selain ASI yang mengandung nutrien
yang diberikan kepada bayi selama periode pemberian makanan peralihan
(complementary feeding) yaitu pada saat makanan atau minuman lain diberikan
bersama pemberian ASI, (WHO). Pada Global Strategy for Infant and Young
Child Feeding(GSIYCF) dinyatakan bahwa MPASI harus memenuhi syarat
berikut :
1) Tepat waktu (Timely) :
MPASI mulai diberikan saat kebutuhan energi dan nutrien melebihi yan
didapat dari ASI
2) Adekuat (Adequeate) :
MPASI harus mengandung cukup energi, protein, dan mikronutrien
3) Aman (Safe) :
Penyimpanan, penyiapan dan sewaktu diberikan, MPASI harus higienis
4) Tepat cara pemberian (Properly) :
MPASI diberikan sejalan dengan tanda lapar dan nafsu makan yang
ditunjukkan bayi serta frekuensi dan carapemberiannya sesuai dengan
usia. Setelah usia enam bulan, sejalan dengan bertambahnya usia bayi,
13. 13
kebutuhan nutrisi baik makronutrien maupun mikronutrien tidak dapat 10
terpenuhi hanya dengan ASI.
Selain itu, keterampilan makan (orromotor skills) terus berkembang dan
bayi mulai memperlihatkan minat akan makanan lain selain yang
berbentuk susu (ASI). Mulai pemberian MPASI pada saat yang tepat
sangat bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan nutrisi dan tumbuh
kembang bayi serta merupakan periode peralihan dari ASI eksklusif ke
makanan keluarga dikenal pula sebagai masa penyapihan (weaning) yang
merupakan suatu proses dimulainya pemberian makanan khusus selain
ASI secara bertahap jenis, jumlah, frekuensi maupun tekstur dan
konsistensinya sampai seluruh kebutuhan nutrisi anak dipenuhi oleh
makanan keluarga.
Masa peralihan ini yang berlangsung antara 6bulan sampai 23 bulan
merupakan masa rawan pertumbuhan anak kerana pada masa inilah awal
terjadinyamalnutrisi yang berlanjut dan kontribusi pada tingginya
prevalensi malnutrisi anak balita.
b. MPASI harus diberikan tepat waktu
Pada saat bayi berusia enam bulan, umumnya kebutuhan nutrisi tidak lagi
terpenuhi oleh ASI semata khususnya energi, protein dan beberapa mikronutrien
terutama zat besi (Fe), seng (Zn) dan vitamin A. Pemberian MPASI yang tidak
tepat waktu, terlalu dini diberikan (kurang dari empat bulan) ataupun terlambat
(sesudah usia tujuh bulan) dapat mengakibatkan hal-hal yang merugikan seperti :
14. 14
1) Terlalu dini (< 4 bulan)
a) Risiko diare, dehidrasi
b) Produksi ASI menurun
c) Sensitisasi alergi
d) Gangguan tumbuh kembang
2) Terlambat (> 7 bulan)
a) Potensial untuk terjadinya gagal tumbuh
b) Defesiensi zat besi
c) Gangguan tumbuh kembang
c. Saat yang tepat memulai pemberian MPASI yaitu :
1) Kesiapan atau kematangan saluran cerna :
Perkembangan enzim pencernaan sudah sempurna pada usia bayi 3-4
bulan
2) Perkembangan keterampilan oromotor :
Kesiapan bayi untuk menerima makanan padat bervariasi antara 4-6 bulan
3) Kebutuhan nutrisi selain dari ASI :
Tidak diperlukan sebelum usia enam bulan karena ASI masih dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, kecuali bila terbukti lain yang
ditunjukkan dengan adanya gangguan pertumbuhan atau kenaikan berat
badan yang kurang atau tanpa penyebab jelas (sakit, dll)
4) Kebutuhan akan variasi dan perubahan tekstur :
15. 15
Sejalan dengan perkembangan oromotornya dalam satu tahun pertama bayi
perlu dikenalkan dengan berbagai variasi rasa, aroma, tekstur dan
konsistensi. Selain untuk pembinaan selera, juga untuk melatih
keterampilan makan (mengunyah) yang mulai timbul pada usia enam
bulan. Usia 6-9 bulan merupakan periode kritis dalam perkembangan
keterampilan makan. Bila pada periode ini bayi tidak dilatih untuk makan
yang semakin padat dan kasar, maka diusia selanjutnya bayi hanya dapat
makan yang cair atau lembut saja dan tidak mampu menerima makanan
keluarga sehingga timbul masalah makan.
d. Faktor Risiko Memberi cairan sebelum bayi berusia enam bulan meningkatkan
risiko kekurangan gizi :
a) Mengganti ASI dengan cairan yang sedikit atau tidak bergizi berdampak
buruk pada kondisi bayi, daya tahan hidupnya, pertumbuhan dan
perkembangannya.
b) Konsumsi air putih atau cairan lain meskipun dalam jumlah sedikit akan
membuat bayi merasa kenyang sehingga tidak mau menyusu, padahal ASI
kaya dengan gizi yang sempurna untuk bayi.
c) Penelitian menunjukkan bahwa memberi air putih sebagai tambahan cairan
sebelum bayi berusia 6 bulan dapat mengurangi asupan ASI hingga 11%.
d) Pemberian air atau air manis dalam minggu pertama usia bayi
berhubungan dengan turunnya berat badan bayi yang lebih banyak dan
tinggal dirumah sakit lebih lama.
16. 16
e. Memberi cairan tambahan meningkatkan risiko terkena penyakit :
a) Pemeberian cairan dan makanan dapat menjadi sarana masuknya
bakteri pathogen.
b) Bayi usia dini sangat rentan terhadap bakteri penyebab diare,
terutama dilingkungan yang kurang higienis dan sanitasi buruk.
c) Di negara-negara kurang berkembang, dua diantara lima orang
tidak memiliki sarana air bersih.
d) Penelitian di Filiphina menegaskan tentang manfaat pemberian ASI
eksklusif dan dampak negatif pemberian cairan tambahan tanpa
nilai gizi terhadap timbulnya penyakit diare. Seorang bayi
(tergantung usianya) yang diberi air putih, teh, atau minuman
herbal lainnyaberesiko terkena diare 2-3 kali lebih banyak
dibanding bayi yang diberi ASI eksklusif.
f. Alasan tidak memberikan makanan sebelum enam bulan :
a) Saat bayi berumur enam bulan ke atas, sistem pencernaannya sudah
relatif sempurna dan siap menerima MPASI, beberapa enzim
pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, anzim
amilase, dan sebagainya baru akan diproduksi sempurna pada saat
ia berumur enam bulan.
b) Mengurangi risiko terkena alergi pada makanan. Saat bayi berumur
< 6 bulan 24 7) Susu sapi tidak boleh diberikan kepada bayi < 1
tahun kerena kandungan Fe rendah, tinggi Na, K, Cl dan mineral
lainnya sehingga akan membebani ginjal.
17. 17
2. Usia Ibu
Usia adalah lamanya waktu hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan
sampai berulang tahun yang terakhir. Makin tua usia seseorang maka proses-proses
perkembangan bertambah baik, akan tetapi pada usia tertentu, bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berusia belasan tahun. Semakin cukup usia,
tingkat kematangan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi
kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang
belum cukup kedewasaannya.
Usia ideal menikah untuk perempuan Indonesia seharusnya minimal dua puluh satu
tahun. Menunda menikah sampai beberapa tahun dapat semakin menghidupkan rumah tangga
yang lebih ideal dan mapan serta risiko perceraian yang lebih rendah. Di usia pertengahan 20-an,
terhitung sudah cukup dewasa. Dewasa di sini bukan cuma bertambahnya umur, tapi juga dari
segi kecerdasan emosional dan kematangan pola pikir. Sebab semakin dewasa seseorang, mereka
telah menghabiskan cukup banyak waktu untuk berpetualang mencari jati diri dan akhirnya
mengetahui pasti apa yang mereka benar-benar inginkan dalam hidup. Mereka juga mengerti apa
saja hak dan tanggung jawab yang dimilikinya demi mencapai tujuan hidup.
Semakin dewasa seseorang juga bisa menandakan bahwa ia memilliki kematangan fisik
dan stabilitas finansial yang mumpuni untuk menghidupi diri sendiri serta tanggungan lainnya.
Masa reproduksi sehat wanita dibagi menjadi 3 periode yaitu :
a. Reproduksi muda (15-19 tahun)
b. Reproduksi sehat (20-35 tahun)
c. Reproduksi tua (36-45 tahun)
18. 18
3. Tingkat Pendidikan Ibu
a. Pengertian Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan berkelanjutan, yang sudah
ditetapkan oleh lembaga terkait berdasarkan kepada tingkat perkembangan peserta
didik, tingkat kesulitan bahan pengajar, dan cara penyajian bahan pengajaran.
Indonesia memiliki tingkat pendidikan sekolah seperti pendidikan dasar dan
pendidikan lanjutan.
b. Pendidikan dasar
Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang
melandasi jenjang pendidikan menengah, yang diselenggarakan pada satuan
pendidikan berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain
yang sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan
pendidikan yang berbentuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah
Tsanawiyah, atau bentuk lain yang sederajat. Sekolah Menengah Pertama, yang
selanjutnya disingkat SMP, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal
yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar sebagai
lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat atau lanjutan dari hasil
belajar yang diakui sama atau setara SD atau MI.
c. Pendidikan lanjutan
Sekolah Menengah Atas, yang selanjutnya disingkat SMA, adalah salah satu
bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada
jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain
yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau setara SMP
19. 19
atau MTs. Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan
formal setelah pendidikan menengah yang dapat berupa program pendidikan
diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor, yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi.
4. Paritas
a. Pengertian Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang perempuan.
Paritas adalah keadaan melahirkan anak baik hidup ataupun mati, tetapi bukan
aborsi, tanpa melihat jumlah anaknya. Dengan demikian, kelahiran kembar hanya
dihitung sebagai satu kali paritas. Jumlah paritas merupakan salah satu komponen
dari status paritas yang sering dituliskan dengan notasi G-P-Ab, dimana G
menyatakan jumlah kehamilan (gestasi), P menyatakan jumlah paritas, dan Ab
menyatakan jumlah abortus.
Sebagai contoh, seorang perempuan dengan status paritas G3P1Ab1, berarti
perempuan tersebut telah pernah mengandung sebanyak dua kali, dengan satu kali
paritas dan satu kali abortus, dan saat ini tengah mengandung untuk yang ketiga
kalinya.
b. Klasifikasi Jumlah Paritas
Berdasarkan jumlahnya, maka paritas seorang perempuan dapat dibedakan
menjadi :
1) Nullipara
Nullipara adalah perempuan yang belum pernah melahirkan anak sama
sekali.
20. 20
2) Primipara
Primipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang anak, yang
cukup besar untuk hidup didunia luar. Primipara adalah perempuan yang
telah pernah melahirkan sebanyak satu kali.
3) Multipara
Multipara adalah perempuan yang telah melahirkan seorang anak lebih
dari satu kali. Multipara adalah perempuan yang telah melahirkan dua
hingga empat kali.
4) Grandemultipara
Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan lima orang
anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan
persalinan. Grandemultipara adalah perempuan yang telah melahirkan
lebih dari lima kali. Grandemultipara adalah perempuan yang telah
melahirkan bayi enam kali atau lebih, hidup atau mati.
5. Pekerjaan Ibu
a. Pengertian Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk
mendapatkan penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Wanita yang bekerja seharusnya diperlakukan berbeda dengan pria
dalam hal pelayanan kesehatan terutama karena wanita hamil,
melahirkan, dan menyusui. Padahal untuk meningkatkan sumber
daya manusia harus sudah sejak janin dalam kandungan sampai
dewasa. Karena itulah wanita yang bekerja mendapat perhatian
21. 21
agar tetap memberikan ASI eksklusif sampai enam bulan dan
diteruskan sampai dua tahun.
Beberapa alasan ibu memberikan makanan tambahan yang
berkaitan dengan pekerjaan dalah tempat kerja yang terlalu jauh,
tidak ada penitipan anak, dan harus kembali kerja dengan cepat
karena cuti melahirkan singkat. Sekitar 70% ibu menyusui di
Indonesia adalah wanita bekerja. Masa cuti bagi ibu hamil dan
menyusui di Indonesia berkisar antara 1 - 3 bulan. Bekerja
menuntut ibu untuk meninggalkan bayinya pada usia dini dalam
waktu yang cukup lama setiap harinya, lama waktu pisah dengan
anak memiliki pengaruh negatif terhadap kelangsungan pemberian
ASI. Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja
serta cuti yang kurang memadai bagi para ibu yang bekerja
menyebabkan turunnya kesediaan menyusui dan lamanya
menyusui. Pekerjaan bukan alasan untuk menghentikan pemberian
ASI secara eksklusif selama enam bulan. Dengan pengetahuan
yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah ASI dan
dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat tetap
mmberikan ASI secara eksklusif.
b. Hakikat Kerja
Dalam kehidupan manusia selalu mengadakan bermacam-macam
aktivitas. Salah satu aktivitas itu diwujudkan dalam gerakan-
gerakan yang dinamakan kerja. Bekerja mengandung arti
22. 22
melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya yang
dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan. Faktor
pendorong penting yang menyebabkan manusia bekerja adalah
adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Aktivitas dalam kerja
mengandung unsur suatu kegiatan sosial, menghasilkan sesuatu,
dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya.
Namun demikian di balik tujuan yang tidak langsung tersebut
orang bekerja untuk mendapatkan imbalan yang berupa upah atau
gaji dari hasil kerjanya itu. Jadi pada hakikatnya orang bekerja,
tidak saja untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, tetapi
juga bertujuan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik.
c. Analisis Pekerjaan
Analisis pekerjaan adalah informasi tertulis mengenai pekerjaan
apa saja yang harus dikerjakan dalam suatu perusahaan agar tujuan
tercapai. Manfaat analisis pekerjaan akan memberikan informasi
tentang aktivitas pekerjaan, standar pekerjaan, konteks pekerjaan,
persyaratan personalia, perilaku manusia dan alat-alat yang
dipergunakan. Proses dalam menganalisis pekerjaan melalui
langkah-langkah sebagai berikut :
1) Menentukan penggunaan hasil informasi analisis pekerjaan.
2) Mengumpulkan informasi tentang latar belakang.
3) Menyeleksi wuwakal (orang yang akan diserahi) jabatan
yang akan dianalisis.
23. 23
4) Mengumpulkan informasi analisis pekerjaan.
5) Meninjau informasi dengan pihak yang berkepentingan.
6) Menyusuan uraian pekerjaan dan spesifikasi pekerjaan
7) Meramalkan atau memperhitungkan perkembangan
perusahaan.
d. Tuntutan Pekerjaan
Berbicara mengenai bekerja dan pekerjaan, seorang karyawan
memiliki tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya.
Hal ini berarti karyawan harus dapat menyelesaikan pekerjaannya
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan perusahaan. Secara
kualitas, hasil kerja karyawan dari waktu ke waktu harus lebih baik,
semakin variatif dan dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang
lebih singkat. Sedangkan secara kuantitas, hasil kerja karyawan
harus dapat meningkat dalam hal jumlah.
Peningkatan kinerja karyawan dari sisi kualitas maupun kuantitas
merupakan suatu hal yang harus dipenuhi oleh seorang karyawan
sesuai dengan target yang ditetapkan perusahaan. Kondisi ini
merupakan salah satu bentuk dari tuntutan tugas yang harus dapat
dilakukan oleh seorang karyawan. Kemampuan seorang karyawan
untuk memenuhi tuntutan tugas. Sikap dan perilaku tenaga
kesehatan :
Faktor pendorong : (Reinforcing factors)
24. 24
Sikap dan perilaku tokoh masyarakat Faktor pendukung :
(Enabling factors)
Ketersediaan sumber informasi tentang MPASI
Ketersediaan bahan MPASI Faktor predisposisi :
(Predisposing factors)
Pengetahuan
Sikap
Budaya
Faktor ekonomi
Pekerjaan ibu
Pemberian MP-ASI merupakan salah satu ukuran dari
keberhasilan atau prestasi kerja karyawan.
25. 25
B. Kerangka Teori
Kerangka teori berdasarkan modifikasi Teori Lawrence Green (dalam Notoatmodjo, 2017)
Faktor Predisposisi:
Pengetahuan
Sikap
Budaya
Factor ekonomi
Pekerjaanibu
Faktor Pendukung :
Ketersediaan
sumberinformasi
tentangMPASI
Ketersediaan
bahan MPASI
Faktor Pendorong :
sikapdan
perilakutokoh
masyarakat
sikapdan
perilakutenaga
kesehatan
Pemberian MPASI
26. 26
C. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
D. Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian
Ada hubungan usia, tingkat pendidikan, paritas dan pekerjaan ibu dengan ketepatan pemberian
MPASI pada balita usia 6-24 bulan yang mempengaruhi perkembangan motorik balita di
wilayah kerja Puskesmas Tanjung Agung tahun 2021.
Usia :
1. 20-35 tahun
2. < 20 tahundan
> 35 tahun
Tingkat pendidikan :
1. SD dan SMP
2. SMA dan PT
Paritas :
1. Primipara
2. multipara
Status pekerjaan ibu :
1. Tidakbekerja
2. Bekerja
Ketepatan waktu
memberikanMPASI:
1. Sesuai
2. Tidaksesuai