SlideShare a Scribd company logo
1 of 68
Download to read offline
DIREKTORAT GIZI MASYARAKAT
UPAYA INOVASI LANGKAH – LANGKAH STRATEGIS
Dalam Pencegahan Dan Penanganan Stunting
Melalui Pendekatan Lintas Program & Lintas Sektor
PENDAHULUAN
Kampanye Nasional
Berfokus pada
pemahaman, perubahan
perilaku, komitmen politik
dan akuntabilitas
Konvergensi,
Koordinasi, dan
Konsolidasi Program
Nasional, Daerah, dan
Masyarakat
Pemantauan dan
Evaluasi
Komitmen dan
Visi Pimpinan
Tertinggi Negara
Gizi Dan Ketahanan
Pangan
PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 PILAR 4 PILAR 5
INTERVENSI GIZI
SPESIFIK
INTERVENSI GIZI
SENSITIF
5 PILAR PENANGANAN STUNTING
Setwapres/
TNP2K
Kemen Kominfo
dan Kemenkes
Setwapres/
TNP2K
Kementan dan
Kemenkes
Bappenas dan
Kemendagri
TUJUAN PENURUNAN PREVALENSI STUNTING 2018 -2024 & 2030
6
DAMPAK STUNTING BAGI KELUARGA DAN NEGARA DI INDONESIA
Sumber: Riskesdas 2007, 2010, 2013, dan 2018, *Sirkesnas 2016
STUNTING PADA
ANAK BALITA
STUNTING PADA
ANAK BADUTA
2013 2016* 2018
0
10
20
30
40
50
60
70
32.9
26.1
29.9
Prevalensi
(%)
2007 2010 2013 2016* 2018
0
10
20
30
40
50
60
70
36.8 35.6 37.2
33.6
30.8
Prevalensi
(%)
Perkembangan Otak Anak
Stunting
Perkembangan Otak Anak
Sehat
Gagal tumbuh (berat lahir rendah,
kecil, pendek, kurus)
Hambatan perkembangan kognitif dan
motorik
Gangguan metabolik pada saat dewasa
 risiko penyakit tidak menular (diabetes,
obesitas, stroke, penyakit jantung)
Sumber:
• Kakietek, Jakub, Julia Dayton Eberwein, Dylan Walters, and Meera
Shekar. 2017. Unleashing Gains in Economic Productivity with
Investments in Nutrition. Washington, DC: World Bank Group
• www.GlobalNutritionSeries.org
Potensi keuntungan
ekonomi dari investasi
penurunan stunting di Indonesia:
48 kali lipat
Hoddinott, et al, 2013
International Food Policy Research
Institute
Potensi kerugian ekonomi
setiap tahunnya: 2-3% dari GDP
The Worldbank, 2016
Jika PDB Indonesia
Rp 13.000 Triliun
Potensi Kerugian
Rp 260-390
Triliun/tahun
Rp
PREVALENSI DAMPAK KESEHATAN DAMPAK EKONOMI
Dampak Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Akibat Gangguan Gizi Pada 1000 HPK
+ 20 % IUGR* krn
PBBH rendah
+ 1/4 IUGR krn
faktor gizi Ibu
Gangguan
Perkembangan
Otak
Gangguan
Pertumbuhan
(IUGR)
Gangguan
Perkembangan
Organ Tubuh
Kemampuan
Kognitif &
Pendidikan
Stunting/
Pendek
Hipertensi
- Diabetes
- Obesitas
- PJK
- Stroke
· Ibu Pendek
· BB Ibu
Prahamil rendah
Gangguan Gizi
pada Masa Janin &
Usia Dini
(1000 HPK)
Dampak
Jangka Pendek
Dampak
Jangka Panjang
Sumber: Modifikasi E Achadi dari Rajagopalan, S, Nutrition and challenges in the next decade, Food and Bulletin vol 24 no.3, 2003; & Kramer 1987
IUGR: Intra-
uterine
restriction;
PBBH:
Pertambahan
Berat Badan
dlm kehamilan
Bagaimana dengan Fungsi Kognitif/“Kecerdasan”?
• Asesmen yang dilakukan pada tahun 2012 oleh OECD PISA
(the Organisation for Economic Co-operation and
Development - Programme for International Student
Assessment), suatu organisasi global bergengsi, terhadap
kompetensi 510.000 pelajar usia 15 tahun dari 65 negara,
termasuk Indonesia, dalam bidang membaca, matematika,
dan science :
Indonesia berada di
urutan ke 64 dari 65
negara tersebut
Posisi Singapura, Vietnam, Thailand, dan
Malaysia berturut-turut adalah pada urutan
ke 2, 17, 50, dan 52.
10
Hampir separo
(48.6%) Anak
mempunyai
Kemampuan kogntif
kurang
Kemampuan kognitif
baik
HASIL PENELITIAN DR. Feri Ahmadi
Data IFLS tahun 2000 dan 2007: 13 prov, 492 anak
Kemampuan Kognitif Anak pd Umur 7-8 Tahun
Hipotesa bahwa “Panjang badan bayi umur 0-6
bulan dan perubahannya sampai dengan umur
7-8 tahun berpengaruh terhadap kemampuan
kognitif anak umur 7-8 tahun”, terbukti
KESIMPULAN PENELITIAN:
Bayi umur 0-6 bulan yang pendek dan tetap
pendek sampai dengan umur 7-8 tahun berisiko
mempunyai kemampuan kognitif kurang
sebesar 2,8 kali.
PANDANGAN SAAT INI
STUNTING VERSUS WASTING (GIZI BURUK)
• Masalah Gizi (stunting) pada periode 1000 HPK merupakan periode
yang pengaruhnya sangat krusial terhadap kemampuan kognitif,
risiko PTM pada usia dewasa dan pertumbuhan fisik  bergeser
dari paradigma “gizi buruk” saja
• Peran masalah gizi pada 1000 HPK didukung oleh teori dan bukti
melalui penelitian dg metoda yang valid
• Di Indonesia, data mengindikasikan keterkaitan antara status gizi
pada periode 1000 HPK dengan indikator kemampuan kognitif,
PTM dan pertumbuhan fisik
• Diperlukan upaya terintegrasi antar pemangku kepentingan untuk
menghasilkan SDM berkualitas.
2
105 cm 125 cm 100 cm
7 thn 7 thn 4 thn
Stunting:
• Dilihat berdasarkan Panjang Badan per Umur
(PB/U) atau Tinggi Badan per Umur (TB/U).
• Nilai Z-score <-2,0
Usia 4 tahun
4 bulan
Usia 2 tahun
2 bulan
STUNTING TERLAMBAT DIKENALI
(BARU DAPAT DILIHAT SETELAH 2
TAHUN)
Apa yang bisa kita
lakukan?
PROSES TERJADINYA STUNTING
Jendela Kritis
Perkembangan
Janin
8 minggu
pertama
sejak
pembuahan
terjadi
pembentuka
n semua
cikal bakal
organ tubuh
Perkembangan
penting sebagian
organ berlanjut
sampai akhir
kehamilan
Perkembang
an penting
sebagian
organ
berlanjut
sampai 2
tahun
pertama
kehidupan
– Setiap organ tubuh mempunyai fase kritis pertumbuhan yang berbeda,
yang disebut “critical windows”, yaitu masa didalam perkembangan janin
terjadi diferensiasi dan proliferasi sel paling cepat.
– Pengaruh LINGKUNGAN GIZI terhadap perkembangan janin sangat
dipengaruhi oleh WAKTU ATAU KAPAN KEKURANGAN GIZI tersebut terjadi.
– sehingga pada masa ini JANIN sangat sensitif terhadap ketersediaan gizi
yang sub-optimal, dan akibatnya akan berdampak jangka Panjang.
– Pada saat janin tidak mendapatkan asupan gizi yang dibutuhkannya maka
terjadi mekanisme trade-off antara satu bagian tubuh dengan bagian
tubuh yang lainnya.
FASE KRITIS PERTUMBUHAN (CRITICAL WINDOWS)…1
FASE KRITIS PERTUMBUHAN (CRITICAL WINDOWS)…2
– SUPLAI MAKANAN JANIN, sangat tergantung pada SUPLAI MAKANAN DARI IBU,
baik makanan yang dikonsumsi, maupun yang berasal dari simpanan didalam
tubuh ibu
– Bila konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin, maka ibu akan memobilisasi
zat gizi dari simpanan didalam tubuhnya, dan sistem didalam tubuh ibu akan
melakukan adaptasi untuk memprioritaskan pemenuhan kebutuhan janinnya.
– Bila ibu tetap tidak bisa memenuhi kebutuhan gizi janin, maka JANIN akan
MELAKUKAN ADAPTASI untuk mengatasi situasi tersebut
– Fenomena ini disebut sebagai 'Fetal Origin Hypothesis,' atau Developmental
Origin of Health and Disease (DOHaD), yang dapat DIARTIKAN bahwa, penyakit-
penyakit kronis ini berakar dari respons tubuh terhadap kekurangan gizi pada
masa awal kehidupan
BUKTI EMPIRIS…1
– PENELITIAN PROF BARKER DI INGGRIS PADA TAHUN 1989, yang menemukan bahwa
prevalensi penyakit jantung lebih tinggi pada populasi yang miskin, dibandingkan pada
populasi yang lebih kaya, tidak seperti yang selama ini diperkirakan.
– PROF. BARKER, untuk mengkaji lebih lanjut, yang kemudian menemukan bahwa risiko
penyakit jantung koroner lebih tinggi pada kelompok yang lahir dengan berat badan kurang
dari 2500 gram (BBLR) dibandingkan dengan yang lahir dengan berat badan diatas 2500 gram.
– Penelitian lainnya, bayi yang lahir dengan BBLR mempunyai risiko lebih tinggi untuk terjadinya,
tidak hanya penyakit jantung koroner, tetapi juga HIPERTENSI, STROKE DAN DIABETES TIPE 2
– Ra¨ikko¨nen melakukan penelitian terhadap hampir tiga ribu (3000) anak tentang
KEMAMPUAN KOGNITIF: HASILNYA menemukan bahwa keterlambatan pertumbuhan pada
masa kanak-kanak berhubungan dengan rendahnya kemampuan verbal, visuo-spatial dan
berhitung saat usia 20 tahun
BUKTI EMPIRIS..2
POLA PENYAKIT TIDAK MENULAR BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI
DATA RISET KESEHATAN DASAR 2013
Terbawah Menengah
Bawah
Menengah Menengah Atas Teratas
0
0.5
1
1.5
2
2.5
2.1
1.6
1.4 1.3 1.2
% Jantung Koroner Menurut Status Ekonomi
Terbawah Menengah Bawah Menengah Menengah Atas Teratas
0
2
4
6
8
10
12
14 13.1 12.6 12 11.8 11.2
% Stroke Menurut Status Ekonomi
Sumber Data Riskesdas 2013
• Penyakit tidak menular terjadi
pada semua golongan, baik
kaya dan miskin,
• Prevalensi PTM lebih tinggi
pada penduduk miskin
• Penanggulangan PTM berarti
membantu manjaga
produktifitas penduduk miskin
 pengurangan kemiskinan
KAJIAN DETERMINAN STUNTING
Kajian Terhadap Determinan
Stunting di Indonesia
Beal, Tumilowicz, Sutrisna, Doddy
Izwardy, Neufeld (2018)
Cara mensitasi artikel ini:
Beal T, Tumilowicz A, Sutrisna A, Izwardy D, Neufeld L. A
review of child stunting determinants in Indonesia. Matern
Child Nutr. 2018;e12617. http://doi.org/10.1111/mcn.12617
Kerangka Konsep Determinan Stunting Berdasarkan WHO,2014
Stunting dan Pertumbuhan Terhambat
Faktor Rumah Tangga dan Keluarga
Pemberian Makanan Pendamping ASI yang Tidak
Mencukupi
Pemberian ASI Infeksi
Faktor Ibu
 Status gizi buruk selama
masa Pra kehamilan,
kehamilan dan menyusui
 Perawakan ibu pendek
 Infeksi
 Kehamilan di usia remaja
 Kesehatan mental
 Pembatasan pertumbuhan
Intrauterine (IUGR) dan
kelahiran prematur
 Jarak antara kelahiran
pendek
 Hipertensi
Lingkungan Rumah
 Kurangnya stimulasi dan aktifitas
pada anak
 Praktek pengasuhan anak yang
buruk
 Penyediaan air yang kurang
memadai
 Kerawanan pangan
 Pembagian makanan dalam keluarga
yang kurang merata
 Rendahnya Pendidikan pengasuh
 Kekayaan rumah tangga
 Perawakan ayah pendek
 Ayah dan ibu pendek
 Rumah padat penghuni
Buruknya Kualitas
Pangan
 Kandungan zat gizi
mikro rendah
 Makanan tidak
beragam dan asupan
makanan hewani
rendah
 Kandungan zat anti
nutrisi dalam makanan
 Makanan pendamping
berkalori rendah
Praktik yang tidak sesuai
 Frekuensi pemberian
 rendah
 Pemberian makanan yang
kurang selama dan
setelah sakit
 Konsistensi makanan
rendah
 Kuantitas pangan yang
kurang memadai
 Pemberian pangan yang
tidak responsive terhadap
kebutuhan
Keamanan Makanan
dan Air
• Kontaminasi air dan
makanan
• Buruknya praktik
Higiene
• Penyimpanan dan
persiapan makanan
yang kurang bersih
Praktik yang tidak
Sesuai
• Inisiasi menyusui
yang tertunda
• Pemberian ASI tidak
Eksklusif
• Penyapihan dini
Infeksi Klinis dan Sub-Klinis
• Infeksi Enterik: diare,
enteropati, lingkungan,
penyakit yang disebabkan
oleh cacing
• Infeksi saluran pernafasan
• Malaria
• Berkurangnya nafsu makan
selama infeksi
• peradangan
 Demam
 Pemberian vaksin secara
parsial atau tidak sama
sekali
Penyebab Langsung
Faktor Sosial dan Masyarakat
Ekonomi Politik
• Harga pengan dan kebijakan dagang
• Kebijakan pemasaran
• Stabilitas politik
 Kemiskinan, pendapatan dan tingkat
kesejahteraan
• Pelayanan jawa keuangan
 Pekerjaan dan mata pencaharian
Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan
• Akses menuju pusat pelayanan kesehatan
• Penyedia pelayanan kesehatan yang berkualitas
• Ketersediaan suplai fasilitas pelayanan kesehatan
• Infrastruktur
• Sistem dan kebijakan pelayanan kesehatan
Pendidikan
• Akses terhadap Pendidikan yang
berkualitas
• Tenaga pendidik yang berkualitas
• Status kesehatan pendidik yang
berkualitas
• Infrastruktur (sekolah dan
institusi pelatihan)
MAsyarakat dan
Budaya
• Kepercayaan dan norma
• Jaringan dukungan sosial
• Pengasuh (orang tua dan
non-orang tuaa)
• Status/derajat social
perempuan
Pertanian dan Sistem
Pangan
• Produksi dan
pengolahan pangan
• Ketersediaan makanan
sumber zat gizi mikro
• Keamanan dan kualitas
makanan
Air, Sanitasi dan
Lingkungan
• Infrastruktur dan
pelayanan sanitasi dan
air
• Perubahan Iklim
• Kepadatan pendududk
• Urbanisasi
Faktor Kontekstual
Faktor-faktor yang ditulis dengan HURUF TEBAL merupakan faktor yang sudah
dikaji dalam literatur yang ada. Faktor-faktor yang ditulis dengan HURUF
NORMAL adalah faktor yang belum dikaji di literatur yang ada. Sedangkan
Faktor-faktor yang ditulis dengan HURUF MIRING merupakan faktor yang tidak
secara eksplisit dijelaskan dalam kerangka konsep, tetapi teridentifikasi di
dalam literatur
FAKTOR RUMAH TANGGA DAN
KELUARGA
• Beberapa studi di Indonesia
menemukan hubungan yang moderat
hingga kuat antara IBU YANG PENDEK
dengan kejadian stunting pada anak
• Sebanyak 3 studi potong lintang
menunjukkan hubungan yang cukup
erat antara IBU YANG BERUSIA LEBIH
MUDA dan stunting pada anak
• IUGR DAN KELAHIRAN PREMATURE
sangat berhubungan dengan stunting
pada anak di Indonesia
Prevalence of maternal short stature (<145 cm)
HASIL
FAKTOR LINGKUNGAN
• Rumah tangga yang mempunyai fasilitas JAMBAN
yang lebih bersih memiliki kemungkinan lebih kecil
mengalami stunting baik di pedesaan maupun
perkotaan
• PEMBELIAN AIR MINUM YANG MURAH—
diasumsikan TIDAK LAYAK—berhubungan dengan
peningkatan stunting
• Kondisi tingkat KERAWANAN PANGAN RUMAH
TANGGA berkaitan dengan kejadian stunting
• Secara umum kemungkinan anak mengalami stunting
lebih tinggi apabila PENDIDIKAN ORANG TUA
RENDAH
• Kemampuan DAYA BELI YANG KURANG dan beberapa
indikator kesejahteraan rumah tangga lainnya sangat
berhubungan dengan stunting
• AYAH PEROKOK sedikit berkaitan dengan stunting
pada satu penelitian
Percentage Household of children under 5 with unimproved drinking water
Household with
HASIL
FAKTOR MPASI DAN INFEKSI
• Dua analisis baru-baru ini menunjukkan bahwa
anak yang DISAPIH SEBELUM USIA 6 BULAN
mempunyai kemungkinan kejadian stunting yang
lebih tinggi
• Rumah tangga di KUINTIL TERTINGGI UNTUK
PENGELUARAN MAKANAN SUMBER HEWAN,
berhubungan dengan penurunan kemungkinan
kejadian stunting pada anak-anak miskin di
perkotaan
• RUMAH TANGGA TANPA MENYEDIAKAN
MAKANAN SESUAI UMUR — TERMASUK
MAKANAN YANG TIDAK BERAGAM DAN
FREKUENSI YANG TIDAK SESUAI—berhubungan
dengan peningkatan kejadian stunting pada anak
usia 6-23 bulan
• Satu studi menemukan hubungan yang cukup
kuat antara KEJADIAN DIARE DALAM TUJUH
HARI TERAKHIR dengan kejadian stunting pada
anak-anak usia 6-59 bulan terutama di pedesaan
highest quintile food expenditure
HASIL
FAKTOR MASYARAKAT DAN
SOSIAL
• Studi di Indonesia sudah membahas
semua determinan kesehatan dan
pelayanan kesehatan kecuali
ketersediaan
• Dua studi menunjukkan hubungan
antara PENYEDIA PELAYANAN
KESEHATAN YANG TIDAK MEMADAI
dengan kejadian stunting
• Dalam sub elemen : air, sanitasi dan
lingkungan, satu-satunya komponen
yang ditemukan berhubungan dengan
stunting adalah URBANISASI
Significant OR of Stunting by District
HASIL
1. Determinan utama terjadinya stunting pada anak di Indonesia :
a. ASI tidak Eksklusif pada 6 bulan pertama,
b. status ekonomi keluarga yang rendah,
c. kelahiran prematur
d. panjang badan baru lahir yang pendek,
e. ibu yang pendek
f. tingkat pendidikan orangtua rendah
g. anak yang tinggal di daerah miskin perkotaan dan di daerah pedesaan
2. ANAK LAKI-LAKI CENDERUNG LEBIH BERISIKO mengalami stunting dari pada anak perempuan
3. Anak-anak dari keluarga DENGAN JAMBAN YANG BURUK DAN AIR MINUM TIDAK LAYAK
meningkatkan risiko terjadinya stunting.
4. Faktor masyarakat dan sosial seperti AKSES YANG RENDAH TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN dan
tempat tinggal di pedesaan yang berlangsung lama berkaitan dengan kejadian stunting pada anak
KESIMPULAN
PENGUATAN KUALITAS SURVEILANS GIZI
BERDASARKAN TEKNOLOGI INFORMASI e-PPGBM
MEMBUAT
DASHBOARD
INFORMASI
STATUS GIZI
INFORMASI SURVEILANS GIZI BERBASIS TEKNOLOGI UNTUK:
REAL TIME
(Laporan Kasus wasting, stunting, obesity)
RUTIN
(Laporan Status Gizi Balita dan Kinerja Program Gizi serta Determinan yang
mempengaruhinya )
SURVEY CEPAT
(Pemantauan Status Gizi, Pemantauan Konsumsi Gizi Ibu Hamil dan Balita)
PENGUATAN KUALITAS SURVEILANS GIZI
33
KOORDINASI LP DAN LS
Mengamati secara terus menerus, tepat waktu
dan teratur
TERHADAP:
Keadaan gizi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya
UNTUK:
Tindakan Segera, Dasar Perumusan Kebijakan,
Perencanaan Program, Monitoring Dan
Evaluasi Program Gizi Masyarakat
KEGIATAN PENGAMATAN SECARA TERATUR
DAN TERUS MENERUS TERHADAP STATUS
GIZI MASYARAKAT SEBAGAI DASAR UNTUK
MEMBUAT KEPUTUSAN DALAM UPAYA
MENINGKATKAN STATUS GIZI MASYARAKAT”.
(FAO,WHO, UNICEF pada Kongres Pangan
Sedunia, Roma 1974, dan Publikasi
Metodologi Surveilans Gizi, 1976, )
1. Apa Masalah Gizi?
2. Siapa yg mangalami Masalah Gizi?
3. Dimana Lokasinya?
4. Kapan masalah terjadi?
5. Bagaimana kondisinya?
SIKLUS SURVEILANS GIZI – ASSESSMENT/PENILAIAN
Sumber : Diagram siklus 3 A menggambarkan masalah terkait gizi WHO, 2013 34
KEGIATAN
1.Pemantauan pertumbuhan balita - Posyandu
2.Skrining aktif/pelacakan dan konfirmasi kasus gizi buruk-
3.Pemberdayaan keluarga
4.Input data terutama melalui e-PPGBM
Jenis pembiayaan melalui BOK :
1.Transport petugas, kader, enumerator
2.Pencetakan penggandaan formulir capor, media KIE
3.Biaya internet
4.Operasional Posyandu – PMT dlm rangka pendidikan gizi,
transport
SIKLUS SURVEILANS GIZI – ASSESSMENT/PENGKAJIAN
Sumber : Diagram siklus 3 A menggambarkan masalah terkait gizi WHO, 2013
GRAFIK PERTUMBUHAN ANAK BERDASARKAN
BERAT BADAN MENURUT UMUR (BBU)
GRAFIK PERTUMBUHAN ANAK BERDASARKAN
TINGGI BADAN MENURUT UMUR (TBU)
Tidak ada penambahan Tinggi Badan
sejak Desember sampai April
Menuju STUNTING
Apakah Penyebab langsung dari masalah gizi ??
asupan makanan yang tidak cukup, atau penyakit infeksi.
Penyebab akar masalah kurang gizi adalah: Ketidakcukupan makanan,
Kesehatan lingkungan, akses pelayanan kesehatan (geografik), Kemiskinan,
Politik dan ekonomi
SIKLUS SURVEILANS GIZI - ANALISIS
Sumber : Diagram siklus 3 A menggambarkan masalah terkait gizi WHO, 2013 36
KEGIATAN : analisis, umpan balik, penyajian
1.Rapat/pertemuan analisis dataPPGBM sesuai
tingkatan (puskesmas, kab kota, provinsi)
ANALISIS
TREND &
PENYEBAB
MASALAH
Jenis pembiayaan :
1.Biaya rapat (transport, konsumsi)
2.Pencetakan penggandaan formulir capor, media KIE
3.Biaya internet
Apakah Penyebab langsung dari masalah gizi ??
asupan makanan yang tidak cukup, atau penyakit infeksi.
Penyebab akar masalah kurang gizi adalah: Ketidakcukupan makanan,
Kesehatan lingkungan, akses pelayanan kesehatan (geografik), Kemiskinan,
Politik dan ekonomi
SIKLUS SURVEILANS GIZI - ANALISIS
Sumber : Diagram siklus 3 A menggambarkan masalah terkait gizi WHO, 2013
37
VALIDASI DAN FAKTOR DETERMINAN DIRUMAH BALITA
STUNTING
HASIL KUNJUNGAN VALIDASI TENAGA KESEHATAN KE RUMAH
BALITA STUNTING UNTUK DAPAT FAKTOR DETERMINAN SBG
BAHAN ANALISA PENYEBAB MASALAH
• Peran setiap tingkatan
• Intervensi Spesifik Sensitif
SIKLUS SURVEILANS GIZI - AKSI
Sumber : Diagram siklus 3 A menggambarkan masalah terkait gizi WHO, 2013 38
AKSI/TINDAKAN
: perhatikan 5M
man, money,
material,
metode and
macchine
KEGIATAN TINGKAT PUSKESMAS :
1.UKM Esensial : KIA, Gizi, kesling, P2P, promkes
2.Kegiatan per siklus hidup
3.Pendidikan Gizi : sos, advks, orientasi
4.Suplementasi Gizi
Jenis pembiayaan :
1.Biaya rapat (transport, konsumsi) LP/LS :
sosialisasi, advokasi, orientasi
2.Lokakarya Mini
3.Pencetakan penggandaan formulir capor, media
KIE, ATK
4.PMT lokal
5.Operasional Posyandu
6.Transport ke masyarakat
7.Tenaga kontrak gizi, kesling, promkes
SIKLUS SURVEILANS GIZI - AKSI
Sumber : Diagram siklus 3 A menggambarkan masalah terkait gizi WHO, 2013 39
AKSI/
TINDAKAN :
perhatikan 5M
man, money,
material,
metode and
macchine
Individu yang perlu Penanganan Khusus
*data dapat berubah
245.591
Baduta
Stunting
(TB/U)
334.405
Balita
Wasting
(BB/TB)
131.765
Balita
Underweight
(BB/U)
Surveilans Gizi Melalui ePPGBM: informasi kasus
sebagai dasar intevensi konvergensi dan terintegrasi
RUJUK KE PUSKESMAS UNTUK
KONFIRMASI/VALIDASI KASUS
PAG (PROSES ASUHAN GIZI) DI
PUSKESMAS
Intervensi Spesifik :
• Tatalaksana Kasus
• Konseling: PMBA, Gizi terkait
penyakit
• Pemberian PMT (Pabrikan/berbasis
pangan lokal)
• Rujuk ke RSUD
Total JUMLAH BALITA ter-entry sebanyak
9.809.293 Balita (by name by address)
dari 23.604.923(sasaran Proyeksi BPS)
atau baru 41,6% dari sasaran Proyeksi.
(data per tanggal 9 Juni 2019*)
Jumlah Kasus Yang BELUM
Ditangani/Dikonfirmasi
REKAP JUMLAH BALITA BERDASARKAN STATUS GIZI DI KALIMANTAN SELATAN
(1 Agustus 2018 – 27 Juni 2019)
Gizi Kurang Stunting
46.455
Kurus
Kabupaten
BBU TBU BBTB
DAFTAR BALITA STUNTING DI KALIMANTAN SELATAN
Status Gizi hasil Pengukuran
1 Januari 2019 – 27 Juni 2019
Ada 46.417Balita Stunting
by name by address
SURVEILANS
AUDIT
KONFIRMASI/
VALIDASI
PUBLIC HEALTH AUDIT
 Social Determinants
of Health
 Potential Issues
CLINICAL AUDIT
CORRECTIVE
ACTION
 Spesific
 Sensitive
LANGKAH – LANGKAH PENCEGAHAN STUNTING (1):
FOKUS 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
Bayi
Anak SD
1000 hari pertama
kehidupan
Ibu bersalin,
nifas, bayi
baru lahir
SIKLUS KEHIDUPAN
Ibu Hamil
Lansia
Balita
Yankes Neonatal (KN)
IMD, ASI Eksklusif, Imunisasi
Persalinan di Faskes
PMT Balita Kurus
Tumb Kembang
Vit A Balita
Imunisasi
Penjaringan Anak Usia Sekolah, UKS,, Puskesmas PKPR , Posyandu
Remaja, TTD Remaja Puteri, Buku Rapor KesehatanKu
PMT, TTD
K4, Kelas Ibu, P4K
Skrining Kes usia> 60
Keluarga ikut KB
CPR, TFR, Unmet Need
Pos UKK, Kebugaran Jasmani
Pasangan
Usia Subur
Anak SMP/A &
Remaja
STUNTING BISA DICEGAH MELALUI 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
(MEMASTIKAN KESEHATAN YANG BAIK DAN GIZI YANG CUKUP)
2/15/2018
1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) yang Optimal
Gizi tepat + Pencegahan Penyakit = Tumbuh Kembang Optimal = Mencegah Stunting
AKAR
MASALAH
Kemiskinan
Kurangnya
pemberdayaan
perempuan
Politik, sosial dan
budaya
Rendahnya akses
terhadap
MAKANAN
dari segi jumlah
dan kualitas gizi
POLA ASUH
yang kurang baik
terutama pada
perilaku dan praktek
pemberian makan
bayi dan anak
Rendahnya akses
terhadap
PELAYANAN
KESEHATAN
termasuk akses
sanitasi dan air
bersih
PERBAIKAN POLA MAKAN-POLA ASUH- PELAYANAN KESEHATAN
(PERBAIKAN AKSES SANITASI DAN AIR BERSIH) DAN PERUBAHAN PERILAKU
Degradasi
Lingkungan
3
3 KOMPONEN UTAMA
PENANGGULANGAN STUNTING -
POLA
ASUH
POLA
MAKAN
AIR
BERSIH
SANITASI
Cegah Stunting, Itu Penting
“ISI Piring Makan” bumil (survey)
Umi Fahmida - SEAMEO RECFON
karbo karbo + sayur
karbo + sayur + protein nabati
karbo + protein nabati
minus
protein
hewani
PERSENTASE KECUKUPAN ENERGI IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI, 2016
50
Nasional : 53,9% 13,1% 26,3% 6,7%
LEBIH DARI SETENGAH
IBU HAMIL DI INDONESIA
MENGALAMI DEFISIT
ENERGI
66.2
48.3
43.5
35.8
52.6
62.3
53.9
74.4
50
44.1
43.9
50.6
41.8
51.2
51.7
53.9
40
44.9
59.8
71.5
61.7
51.9
47.9
46.9
60
57.4
61.3
68.4
58.6
58.8
82.9
61
69.9
61.4
53.9
11
14.9
16
15.1
11.1
14.3
14.2
10.2
12.8
16.2
13
13.1
16.8
11.9
14
13
12.3
13.7
11.9
8.7
10.4
12.5
10
12.7
13.2
13.4
10.5
11.1
12.9
12.9
7.1
10.7
11.7
11.6
13.1
19.7
28.6
32.4
34.2
26
21.8
27.7
13.4
28.8
32.2
33
28.6
33.5
29.3
27.5
28
37.3
30.7
22.8
14.7
21.3
26.8
30.7
32.8
21.5
24.4
21.2
17.3
25.2
21.8
7.8
22.6
15.3
18.5
26.3
3.1
8.2
8.1
14.9
10.2
1.6
4.2
2
8.4
7.5
10.1
7.6
7.9
7.5
6.9
5.2
10.4
10.6
5.5
5
6.5
8.8
11.4
7.5
5.3
4.8
7
3.3
3.3
6.5
2.2
5.7
3.1
8.5
6.7
ACEH
SUMUT
SUMBAR
RI
AU
JAMBI
SUMSEL
BENGKULU
LAMPUNG
KEP
BABEL
KEP
RI
AU
DKI
JAKARTA
JABAR
JATENG
DI
Y
JATIM
BANTEN
BALI
NTB
NTT
KALBAR
KALTENG
KALSEL
KALTIM
KALTARA
SULUT
SULTENG
SULSEL
SULTRA
GORONTALO
SULBAR
MALUKU
MALUT
PAPUA
BARAT
PAPUA
I
NDONESIA
Defisit Defisit Ringan Cukup Lebih
PERSENTASE KECUKUPAN PROTEIN IBU HAMIL
MENURUT PROVINSI, 2016
51
Nasional : 51,9% 18,8% 29,3%
LEBIH DARI SETENGAH
IBU HAMIL DI INDONESIA
MENGALAMI DEFISIT
PROTEIN
60.4
45.2
47
35.1
50.6
64.9
47.2
69.4
39
41
45.2
54.7
44.2
50.6
46.3
54.4
33.8
39.8
61.4
61.9
53.1
50.6
49.3
46.7
57.3
51
54.2
49.3
45.3
50
87.4
56.4
62
70.1
51.9
20
21.4
22.1
22.7
17
19.4
19.7
16.4
19.7
22.4
20.1
17.9
21.3
20.1
18.6
20.2
19.4
19.8
16
13.6
17.1
20.1
16.1
18.3
16.7
22.1
17.6
20.2
21.2
21.5
5.6
19.4
16
11.5
18.8
19.6
33.3
31
42.2
32.5
15.7
33.1
14.1
41.3
36.6
34.7
27.4
34.5
29.3
35.1
25.4
46.8
40.4
22.5
24.4
29.8
29.3
34.6
35
26
26.9
28.2
30.5
33.5
28.5
7.1
24.2
22.1
18.4
29.3
A
CEH
S
UMUT
S
UMBA
R
RI
A
U
J
A
MBI
S
UMS
EL
BENG
K
ULU
L
A
MP
UNG
K
EP
BA
BEL
K
EP
RI
A
U
D
K
I
J
A
KA
RTA
J
A
BA
R
J
ATENG
D
I
Y
J
ATI
M
BA
NTEN
BA
L
I
NTB
NTT
K
A
L
BA
R
K
A
LTENG
K
A
L
S
EL
K
A
LTI
M
K
A
LTARA
S
UL
UT
S
ULTENG
S
UL
S
EL
S
ULTRA
G
O
RO
NTALO
S
UL
BA
R
MA
L
UK
U
MA
L
UT
PA
P
UA
BA
RAT
PA
P
UA
I
ND
ONESI
A
Defisit Defisit Ringan Cukup
Praktik Pemberian
Makanan Bayi dan Anak
(PMBA)
UPAYA yang DILAKUKAN DILUAR 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
2/15/2018
Pemeriksaan Anemia Remaja dan
Pemberian TTD pada Remaja Puteri
AKI
AKB
Stunting
Turun
STIMULASI Anak Stunting di
Keluarga dan PAUD
Pendidikan Gizi di Sekolah
STUNTING ADALAH SIKLUS YANG AKAN BERLANGSUNG TERUS-MENERUS JIKA TIDAK SEGERA DIATASI SAAT INI
ANAK STUNTING
REMAJA PUTRI KURANG GIZI
BUMIL KEK/ KURANG GIZI
BAYI BBLR
SIKLUS
STUNTING
Di Indonesia, 1 dari 9 anak perempuan menikah di
bawah usia 18 tahun (Susenas 2016)
= 375 menikah setiap harinya!
Anak perempuan di wilayah
pedesaan berpeluang 3x lebih
besar untuk menikah di usia
anak
Anak perempuan dari rumah
tangga berpendapatan rendah
berpeluang 5x lebih besar
untuk menikah di usia anak
Anak perempuan berpeluang 3x
lebih rendah untuk menikah di
usia anak jika kepala Rumah
tangga mereka telah
menyelesaikan universitas
FAKTA YANG
MEMPERHATIKAN….
MENGERIKAN
……………………
DISINI LAHIR GENERASI STUNTING (1)
DISINI LAHIR GENERASI STUNTING (2)
LANGKAH – LANGKAH PENCEGAHAN STUNTING (2):
PEMANFAATAN SUMBERDAYA DAN INFORMASI
SERTA PERAN LINTAS SEKTOR
Peran Lintas Sektor dalam Penurunan Stunting
Sebagai Pelaksana
Sekretariat Gerakan
Nasional Percepatan
Perbaikan Gizi (SUN)
PEMERINTA
H
Sebagai Focal
Point
PERGURUAN
TINGGI DAN
AKADEMIA
DUNIA USAHA,
SWASTA &
FILANTROPI
ORGANISASI
MASYARAKA
T SIPIL
MITRA
PEMBANGU
NAN DAN
UN SYTEM
MEDIA
17 Kementerian/Lembaga
• Integrasi & sinkronisasi
• Pelaksanaan intervensi
• Penggerakkan multistakeholder
• Pemantauan
10 Perguruan Tinggi dan 11 Org Profesi
• Pengembangan program
• Pelatihan
• Pendampingan masyarakat
28 Perusahaan
• Perbaikan gizi karyawan
• Edukasi masyarakat (pola makan sehat)
& CSR
28 Organsiasi Masyarakat
• Edukasi masyarakat
• Pelatihan
• Pemantauan
14 Mitra/Donor
• Dukungan teknis
• Studi & piloting praktik baik
Media
• Penyebarluasan Informasi dan praktik
baik pada masyarakat
68
Delapan Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting di Kabupaten/Kota
PIC:
BAPPEDA
PIC:
BAPPEDA
PIC: Sekda
PIC: BPMD
PIC:
BAPPEDA
PIC:
Dinkes
PIC: Sekda &
BAPPEDA
PIC: BPMD
Dokumen lengkap dapat diunduh pada tautan:
http://bit.ly/pedomanintegrasi
Aksi integrasi adalah instrumen dalam
bentuk kegiatan yang digunakan
untuk meningkatkan pelaksanaan
integrasi intervensi gizi dalam
penurunan stunting
PENGUKURAN DATA STUNTING DAPAT DIDUKUNG MELALUI SURVEILANS GIZI
Aksi 1 : Analisa Situasi
1. Analisis sebaran stunting (data by name by address dari ePPGBM)
2. Analisis ketersedian program/kegiatan, cakupan layanan
3. Analisis permasalahan dalam menargetkan layanan pada 1000HPK
4. Analisis kendala rumah tangga 1000HPK mengakes layanan
5. Analisis kondisi koordinasi antar institusi
1. Prioritas alokasi sumber daya dan lokasi prioritas intervensi pencegahan
stunting tahun berikutnya
2. Rekomendasi kebutuhan program/kegiatan baik melalui realokasi dan atau
penambahan alokasi program.
3. Rekomendasi tindakan perbaikan penyampaian layanan yang perlu
diprioritaskan untuk memastikan rumah tangga 1.000 HPK mengakses layanan.
4. Rekomendasi kebutuhan kegiatan untuk penguatan koordinasi, baik koordinasi
antar OPD dalam hal sinkronisasi program/kegiatan maupun koordinasi antara
kabupaten/kota dan desa dgn dukungan Kecamatan
Ruang lingkup kegiatan
output
Data-data yang digunakan dalam analisis situasi ini,
sekurang-kurangnya meliputi:
1. Data jumlah kasus dan prevalensi stunting.
2. Data program/kegiatan beserta lokasinya untuk setiap
intervensi gizi prioritas.
3. Data sumber daya penyelenggaraan layanan, sekurang-
kurangnya data jumlah dan distribusi dari:
a. sarana/prasarana pokok,
b. tenaga (SDM) inti pelaksanaan layanan, dan
c. logistik/peralatan pelaksanaan layanan.
4. Data cakupan layanan untuk setiap intervensi gizi prioritas,
yang dirinci untuk tingkat Puskesmas/Kecamatan/Desa.
5. Logistik/peralatan pelaksanaan layanan.
Aksi 2 : Rencana Kegiatan
Pelaksanaan Hasil rekomendasi dari Aksi 1
Rencana program/kegiatan untuk peningkatan cakupan dan
integrasi intervensi gizi pada tahun berjalan dan/atau satu tahun
mendatang.
Ruang lingkup kegiatan
output
TAHAPAN PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN INI SEKURANG-KURANGNYA MELIPUTI :
1. Penyusunan rancangan rencana kegiatan
a. Reviu dokumen perencanaan dan penganggaran terkait
b.Reviu hasil Musrenbang Desa dan Musrenbang Kecamatan
c. Pemetaan berbagai opsi sumber pendanaan
d.Pembahasan dan konsolidasi rancangan rencana kegiatan
2. Diskusi rancangan rencana kegiatan dengan DPRD
3. Ekspose Rancangan Rencana Kegiatan pada Rembuk Stunting Kabupaten/Kota
4. Finalisasi Rancangan Rencana Kegiatan
5. Integrasi Rencana Kegiatan ke dalam Dokumen Rencana dan Anggaran Tahunan Daerah
Aksi 3 : Rembuk Stunting
Rencana program/kegiatan dan anggaran untuk peningkatan
cakupan dan integrasi intervensi gizi pada tahun berjalan dan/atau
satu tahun mendatang
1. Komitmen penurunan stunting yang ditandatangani oleh
bupati, perwakilan DPRD, kepala desa, pimpinan OPD dan
perwakilan sektor nonpemerintah dan masyarakat.
2. Rencana kegiatan intervensi gizi terintegrasi penurunan
stunting yang telah disepakati oleh lintas sektor untuk dimuat
dalam RKPD/Renja OPD tahun berikutnya
Ruang lingkup kegiatan
output
Peserta Rembuk Stunting tingkat kabupaten/kota
adalah
1. Bupati/Wakil Bupati (Walikota/Wakil Walikota),
2. Sekretaris Daerah (Sekda), DPRD,
3. Bappeda,
4. OPD penanggung jawab layanan (terkait intervensi
gizi prioritas),
5. Badan Kantor Perwakilan Kementerian Teknis,
6. unsur PKK,
7. para Camat dan Kepala Desa,
8. pendamping dan fasilitator program terkait
(kabupaten/kota, kecamatan, desa),
9. akademisi,organisasi masyarakat sipil, akademisi,
serta unsur-unsur masyarakat lainnya.
Aksi 4 : Perbup / Perwali tentang
Peran/Kewewenangan Desa
Landasan hukum terkait
peran desa dalam menurunan stunting
(Peraturan Bupati/Walikota tentang peran desa)
1. Menetapkan kewenangan desa dalam mendukung integrasi
intervensi penurunan stunting
2. Meningkatkan alokasi penggunaan APBDes terutama
penggunaan Dana Desa untuk kegiatan yang dapat
mendukung penurunan stunting
3. Menyediakan kader pembangunan manusia (KPM) untuk
memfasilitasi pelaksanaan intervensi penurunan stunting
terintegrasi di tingkat desa
4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas penyediaan layanan
penurunan stunting
5. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk memanfaatkan
layanan penurunan stunting
Ruang lingkup kegiatan
output
Peraturan Bupati/Walikota terkait peran desa dalam
penurunan stunting terintegrasi dapat meliputi hal-hal
berikut:
1. Kewenangan desa dalam menentukan prioritas alokasi
pendanaan dalam APBDes
2. Peran kecamatan dalam mendukung pemerintah desa
3. Koordinasi pemerintah desa dengan OPD terkait dan
fasilitator atau pendamping program
4. Peran kelembagaan masyarakat (Posyandu, PAUD,
PKK, lainnya)
5. Dukungan untuk mobilisasi dan penyediaan insentif
bagi kader pembangunan manusia
6. Dukungan untuk kampanye publik dan komunikasi
perubahan perilaku di tingkat desa
K A W A L T A H A P A N P E L A K S A N A A N
I N T E R V E N S I P E N U R U N A N S T U N T I N G T E R I N T E G R A S I
• Musrenbang desa
• Musrenbang kecamatan
• Rancangan Awal RKPD
Januari
• Pagu Anggaran Indikatif
• Rancangan Renja OPD
• Forum OPD/Lintas PD
Februari
• Rancangan RKPD
• Musrenbang Kabupaten/Kota
Rancangan Perbup/Perwali RKPD
Rancangan akhir RKPD kab/kota
Perbup/Perwali RKPD
Maret
April
Mei
Juni
Penyusunan KUA-PPAS
Juli
Pembahasan KUA-PPAS dengan DPRD
Penyusunan RKA OPD
Penyusunan APBD
Pembahasan APBD dengan DPRD
Penetapan APBD
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jan-Feb
tahun n+1
Aksi #1: Bappeda (PIC) dan OPD
Aksi #2: Bappeda (PIC) dan OPD
Aksi #3: Sekda dan/atau Bappeda
Aksi #4: BPMD
Aksi #5: BPMD
Aksi #6: Bappeda (PIC) dan OPD
Aksi #7 Dinas Kesehatan
Aksi #8: Sekda dan Bappeda (PIC) dan
OPD
Bulan
Jadwal Reguler Perencanaan
dan Penganggaran Daerah
Jadwal Pelaksanaan
8 Aksi Integrasi
Penanggung Jawab
Tahap Perencanaan dan Penganggaran Tahap Pelaksanaan Tahap Pemantauan dan Evaluasi
Aksi #1
Analisis
Situasi Aksi #2
Rencana
Kegiatan
Aksi #3
Rembuk
Stunting
Aksi #4 Perbup/
Perwali tentang
Peran Desa
Aksi #5
Pembinaan
Kader
Pembangunan
Manusia (KPM)
Aksi
#6
Sistem
Manajemen
Data
Aksi
#7
Pengukuran
dan
Publikasi
Data
Stunting
Aksi #8
Reviu Kinerja Tahunan
PERENCANAAN TAHUN BERIKUTNYA
PERLU INPUT DARI KESEHATAN Aksi #7 Dinas Kesehatan
PENUTUP
REGULASI GERAKAN PEKAN SAYANG IBU ANAK
Gerakan
PSIA
DIKBUD
Ketahanan
Pangan
BP4K
RS
TIM G-Gas
Kader
Posyandu
TP.PKK
Camat/
Kades
PP&KB
PEMBELAJARAN PRAKTIK BAIK KABUPATEN GORONTALO
PROVINSI GORONTALO
76
JENIS KEGIATAN
Pemberian Tablet Fe Bagi Remaja Putri
dan WUS
Wisuda bagi Balita yang telah
mendapat Imunisasi Dasar
Lengkap.
Pemeriksaan Bumil & Anak
Sweeping / Kunjungan
Rumah
Pelayanan Skrening dan Konseling oleh dr. Sp.Keb dr.
Sp. Anak, dr. Sp.PD
PEKAN SAYANG IBU ANAK (PSIA)
TAHUN 2015 DI INISIASI:
PEKAN SAYANG IBU DAN ANAK (PSIA)
DILAKUKAN SETIAP BULAN PADA MINGGU KE-3
DENGAN KEGIATAN:
1. SENIN – SELASA: Posyandu ( ada pemeriksaan
ibu hamil, pelayanan imunisasi dan wisuda
balita yang sudah Imunisasi Dasar Lengkap
(IDL)
2. RABU – KAMIS : Skrining dokter anak dan
dokter kandungan di Puskesmas
3. JUMAT – SABTU : Kunjungan rumah
pemeriksaan kepada ibu hamil dan anak
balita apabila tidak hadir di Posyandu oleh
Tenaga kesehatan Puskesmas
TAHUN 2016 DI INISASI:
PENDAMPINGAN MAHASISWA POLTEKES DAN
PERGURUAN TINGGI KESEHATAN PADA IBU HAMIL
RISIKO (DARI AWAL HAMIL MELAHIRKAN) DAN ARISAN
DONOR DARAH (SI DORA)
ANALISIS PREVALENSI STUNTING (TB/U)
BALITA (0-59 BULAN) PROVINSI GORONTALO
(PEMANTAUAN STATUS GIZI 2015-2017)
KAB. POHUWATO : Penurunan prevalensi stunting
tidak signifikan secara statistik dengan kedua uji
statistik.
KAB. GORONTALO: Ratio odds prevalensi
stunting 2017 SIGNIFIKAN secara statistik
lebih rendah dari 2015
Kab/kota yang mengalami penurunan
prevalensi selama 3 tahun berturut-turut
adalah Kab. Gorontalo, Kab. Boalemo, dan
Kab. Pohuwato
KAB. BOALEMO : Prevalensi stunting 2016 dan
2017 signifikan secara statistik lebih rendah dari
2015, tetapi analisis cluster tidak bisa dilakukan
DILAKUKAN 2 UJI STATISTIK : CHI2
DAN ODD RATIO
HASIL ANALISIS STATISTIK
INOVASI
KOMITMEN DAN INOVASI KABUPATEN ROTE NDAO
Kemkes:
Intervensi Spesifik
dan PMT
BKKBN:
Kampung KB Kemensos:
Program Keluarga
Harapan
Kemenag:
Program Catin
PUPR:
Bedah Rumah,
PAMSINAS, STBM
Kementan:
Kawasan Rumah
Pangan Lestari
KKP:
Kampanye Makan
Ikan
Kemendes:
Bantuan Kegiatan
Posyandu
KUKM:
Usaha UKM
Ormas:
Kampanye, Edukasi
Perusahaan:
CSR bantuan PMT
BOK
Dana Desa
Dana CSR
Dana PKH
Dana KRPL
Dana Bedah Rmh,
Sanitasi Dana Bibit Ikan
KUNCI:
• Integrasi Lokus (Desa)
• Integrasi Sasaran
(Keluarga Bumil dan
Balita)
Asupan
Makanan
Ketahanan Pangan Keluarga
Pola Asuh Balita
Survailans
Gizi
Lumbung Pangan Desa
PROSES INTERVENSI PENURUNAN STUNTING
TERINTEGRASI DI DESA
POTENSI
SUMBERDAYA
DI KABUPATEN
Selamatkan masa depannya
Mari cegah stunting bersama
Terima kasih

More Related Content

Similar to DETERMINAN STUNTING

Materi tentang stunting anak anak dan cara mencegahnya
Materi tentang stunting anak anak dan cara mencegahnyaMateri tentang stunting anak anak dan cara mencegahnya
Materi tentang stunting anak anak dan cara mencegahnyaanikastuti4
 
Perguruan Tinggi STUNTING - Kaper2022.pptx
Perguruan Tinggi STUNTING - Kaper2022.pptxPerguruan Tinggi STUNTING - Kaper2022.pptx
Perguruan Tinggi STUNTING - Kaper2022.pptxPendukJabar
 
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anak
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anakBab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anak
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anakBahurekso Kendal
 
1. Masalah Gizi di Indonesia.pptx
1. Masalah Gizi di Indonesia.pptx1. Masalah Gizi di Indonesia.pptx
1. Masalah Gizi di Indonesia.pptxOktoviaKaka
 
stuntingg.ppt
stuntingg.pptstuntingg.ppt
stuntingg.pptherry60
 
GIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptx
GIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptxGIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptx
GIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptxImamMunandar38
 
stunting-220804015607-f4c03d17.pdf
stunting-220804015607-f4c03d17.pdfstunting-220804015607-f4c03d17.pdf
stunting-220804015607-f4c03d17.pdferlina72
 
KONVERGENSI PENURUNAN STUNTING DI PROVINSI BALI.pptx
KONVERGENSI PENURUNAN STUNTING DI PROVINSI BALI.pptxKONVERGENSI PENURUNAN STUNTING DI PROVINSI BALI.pptx
KONVERGENSI PENURUNAN STUNTING DI PROVINSI BALI.pptxirmaputri14
 
PERSAGI_ISI PIRINGKU KAYA PROTEIN HEWANI UNTUK CEGAH STUNTING.pptx
PERSAGI_ISI PIRINGKU KAYA PROTEIN HEWANI UNTUK CEGAH STUNTING.pptxPERSAGI_ISI PIRINGKU KAYA PROTEIN HEWANI UNTUK CEGAH STUNTING.pptx
PERSAGI_ISI PIRINGKU KAYA PROTEIN HEWANI UNTUK CEGAH STUNTING.pptxmanikayu4
 
MAKALAH STANTING.docx
MAKALAH STANTING.docxMAKALAH STANTING.docx
MAKALAH STANTING.docxanwarsyarif
 
PJ GIZI Gizi Seimbang & Ptgnya TTD.pptx
PJ GIZI Gizi Seimbang & Ptgnya TTD.pptxPJ GIZI Gizi Seimbang & Ptgnya TTD.pptx
PJ GIZI Gizi Seimbang & Ptgnya TTD.pptxCITRANILAMSARIBAKHTI
 
materi workshop pencegahan stunting PASARKLIWON.pptx
materi workshop pencegahan stunting PASARKLIWON.pptxmateri workshop pencegahan stunting PASARKLIWON.pptx
materi workshop pencegahan stunting PASARKLIWON.pptxDoni240159
 
PBL Modul Keterlambatan Gerak Kasar
PBL Modul Keterlambatan Gerak KasarPBL Modul Keterlambatan Gerak Kasar
PBL Modul Keterlambatan Gerak KasarAulia Amani
 

Similar to DETERMINAN STUNTING (20)

Materi tentang stunting anak anak dan cara mencegahnya
Materi tentang stunting anak anak dan cara mencegahnyaMateri tentang stunting anak anak dan cara mencegahnya
Materi tentang stunting anak anak dan cara mencegahnya
 
Perguruan Tinggi STUNTING - Kaper2022.pptx
Perguruan Tinggi STUNTING - Kaper2022.pptxPerguruan Tinggi STUNTING - Kaper2022.pptx
Perguruan Tinggi STUNTING - Kaper2022.pptx
 
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anak
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anakBab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anak
Bab i Pertumbuhan bayi & perkembangan anak
 
1. Masalah Gizi di Indonesia.pptx
1. Masalah Gizi di Indonesia.pptx1. Masalah Gizi di Indonesia.pptx
1. Masalah Gizi di Indonesia.pptx
 
stuntingg.ppt
stuntingg.pptstuntingg.ppt
stuntingg.ppt
 
GIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptx
GIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptxGIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptx
GIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptx
 
stunting-220804015607-f4c03d17.pdf
stunting-220804015607-f4c03d17.pdfstunting-220804015607-f4c03d17.pdf
stunting-220804015607-f4c03d17.pdf
 
STUNTING.ppt
STUNTING.pptSTUNTING.ppt
STUNTING.ppt
 
KONVERGENSI PENURUNAN STUNTING DI PROVINSI BALI.pptx
KONVERGENSI PENURUNAN STUNTING DI PROVINSI BALI.pptxKONVERGENSI PENURUNAN STUNTING DI PROVINSI BALI.pptx
KONVERGENSI PENURUNAN STUNTING DI PROVINSI BALI.pptx
 
PERSAGI_ISI PIRINGKU KAYA PROTEIN HEWANI UNTUK CEGAH STUNTING.pptx
PERSAGI_ISI PIRINGKU KAYA PROTEIN HEWANI UNTUK CEGAH STUNTING.pptxPERSAGI_ISI PIRINGKU KAYA PROTEIN HEWANI UNTUK CEGAH STUNTING.pptx
PERSAGI_ISI PIRINGKU KAYA PROTEIN HEWANI UNTUK CEGAH STUNTING.pptx
 
159866011 proposal-bblr-dengan-bblr 2
159866011 proposal-bblr-dengan-bblr 2159866011 proposal-bblr-dengan-bblr 2
159866011 proposal-bblr-dengan-bblr 2
 
159866011 proposal-bblr-dengan-bblr
159866011 proposal-bblr-dengan-bblr159866011 proposal-bblr-dengan-bblr
159866011 proposal-bblr-dengan-bblr
 
MAKALAH STANTING.docx
MAKALAH STANTING.docxMAKALAH STANTING.docx
MAKALAH STANTING.docx
 
MAKALAH STANTING.docx
MAKALAH STANTING.docxMAKALAH STANTING.docx
MAKALAH STANTING.docx
 
Stunting
StuntingStunting
Stunting
 
PJ GIZI Gizi Seimbang & Ptgnya TTD.pptx
PJ GIZI Gizi Seimbang & Ptgnya TTD.pptxPJ GIZI Gizi Seimbang & Ptgnya TTD.pptx
PJ GIZI Gizi Seimbang & Ptgnya TTD.pptx
 
materi workshop pencegahan stunting PASARKLIWON.pptx
materi workshop pencegahan stunting PASARKLIWON.pptxmateri workshop pencegahan stunting PASARKLIWON.pptx
materi workshop pencegahan stunting PASARKLIWON.pptx
 
Lp tumbang
Lp tumbangLp tumbang
Lp tumbang
 
14302175.ppt
14302175.ppt14302175.ppt
14302175.ppt
 
PBL Modul Keterlambatan Gerak Kasar
PBL Modul Keterlambatan Gerak KasarPBL Modul Keterlambatan Gerak Kasar
PBL Modul Keterlambatan Gerak Kasar
 

Recently uploaded

R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxmagfira271100
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaBtsDaily
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxIKLASSENJAYA
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)ratnawijayanti31
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumfebrie2
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaAnggrianiTulle
 

Recently uploaded (11)

R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
 
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptxMateri Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
Materi Makna alinea pembukaaan UUD .pptx
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannyaModul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
Modul ajar IPAS Kls 4 materi wujud benda dan perubahannya
 

DETERMINAN STUNTING

  • 1. DIREKTORAT GIZI MASYARAKAT UPAYA INOVASI LANGKAH – LANGKAH STRATEGIS Dalam Pencegahan Dan Penanganan Stunting Melalui Pendekatan Lintas Program & Lintas Sektor
  • 3. Kampanye Nasional Berfokus pada pemahaman, perubahan perilaku, komitmen politik dan akuntabilitas Konvergensi, Koordinasi, dan Konsolidasi Program Nasional, Daerah, dan Masyarakat Pemantauan dan Evaluasi Komitmen dan Visi Pimpinan Tertinggi Negara Gizi Dan Ketahanan Pangan PILAR 1 PILAR 2 PILAR 3 PILAR 4 PILAR 5 INTERVENSI GIZI SPESIFIK INTERVENSI GIZI SENSITIF 5 PILAR PENANGANAN STUNTING Setwapres/ TNP2K Kemen Kominfo dan Kemenkes Setwapres/ TNP2K Kementan dan Kemenkes Bappenas dan Kemendagri TUJUAN PENURUNAN PREVALENSI STUNTING 2018 -2024 & 2030
  • 4. 6
  • 5. DAMPAK STUNTING BAGI KELUARGA DAN NEGARA DI INDONESIA Sumber: Riskesdas 2007, 2010, 2013, dan 2018, *Sirkesnas 2016 STUNTING PADA ANAK BALITA STUNTING PADA ANAK BADUTA 2013 2016* 2018 0 10 20 30 40 50 60 70 32.9 26.1 29.9 Prevalensi (%) 2007 2010 2013 2016* 2018 0 10 20 30 40 50 60 70 36.8 35.6 37.2 33.6 30.8 Prevalensi (%) Perkembangan Otak Anak Stunting Perkembangan Otak Anak Sehat Gagal tumbuh (berat lahir rendah, kecil, pendek, kurus) Hambatan perkembangan kognitif dan motorik Gangguan metabolik pada saat dewasa  risiko penyakit tidak menular (diabetes, obesitas, stroke, penyakit jantung) Sumber: • Kakietek, Jakub, Julia Dayton Eberwein, Dylan Walters, and Meera Shekar. 2017. Unleashing Gains in Economic Productivity with Investments in Nutrition. Washington, DC: World Bank Group • www.GlobalNutritionSeries.org Potensi keuntungan ekonomi dari investasi penurunan stunting di Indonesia: 48 kali lipat Hoddinott, et al, 2013 International Food Policy Research Institute Potensi kerugian ekonomi setiap tahunnya: 2-3% dari GDP The Worldbank, 2016 Jika PDB Indonesia Rp 13.000 Triliun Potensi Kerugian Rp 260-390 Triliun/tahun Rp PREVALENSI DAMPAK KESEHATAN DAMPAK EKONOMI
  • 6. Dampak Jangka Pendek dan Jangka Panjang Akibat Gangguan Gizi Pada 1000 HPK + 20 % IUGR* krn PBBH rendah + 1/4 IUGR krn faktor gizi Ibu Gangguan Perkembangan Otak Gangguan Pertumbuhan (IUGR) Gangguan Perkembangan Organ Tubuh Kemampuan Kognitif & Pendidikan Stunting/ Pendek Hipertensi - Diabetes - Obesitas - PJK - Stroke · Ibu Pendek · BB Ibu Prahamil rendah Gangguan Gizi pada Masa Janin & Usia Dini (1000 HPK) Dampak Jangka Pendek Dampak Jangka Panjang Sumber: Modifikasi E Achadi dari Rajagopalan, S, Nutrition and challenges in the next decade, Food and Bulletin vol 24 no.3, 2003; & Kramer 1987 IUGR: Intra- uterine restriction; PBBH: Pertambahan Berat Badan dlm kehamilan
  • 7. Bagaimana dengan Fungsi Kognitif/“Kecerdasan”? • Asesmen yang dilakukan pada tahun 2012 oleh OECD PISA (the Organisation for Economic Co-operation and Development - Programme for International Student Assessment), suatu organisasi global bergengsi, terhadap kompetensi 510.000 pelajar usia 15 tahun dari 65 negara, termasuk Indonesia, dalam bidang membaca, matematika, dan science : Indonesia berada di urutan ke 64 dari 65 negara tersebut Posisi Singapura, Vietnam, Thailand, dan Malaysia berturut-turut adalah pada urutan ke 2, 17, 50, dan 52.
  • 8. 10 Hampir separo (48.6%) Anak mempunyai Kemampuan kogntif kurang Kemampuan kognitif baik HASIL PENELITIAN DR. Feri Ahmadi Data IFLS tahun 2000 dan 2007: 13 prov, 492 anak Kemampuan Kognitif Anak pd Umur 7-8 Tahun Hipotesa bahwa “Panjang badan bayi umur 0-6 bulan dan perubahannya sampai dengan umur 7-8 tahun berpengaruh terhadap kemampuan kognitif anak umur 7-8 tahun”, terbukti KESIMPULAN PENELITIAN: Bayi umur 0-6 bulan yang pendek dan tetap pendek sampai dengan umur 7-8 tahun berisiko mempunyai kemampuan kognitif kurang sebesar 2,8 kali.
  • 9. PANDANGAN SAAT INI STUNTING VERSUS WASTING (GIZI BURUK) • Masalah Gizi (stunting) pada periode 1000 HPK merupakan periode yang pengaruhnya sangat krusial terhadap kemampuan kognitif, risiko PTM pada usia dewasa dan pertumbuhan fisik  bergeser dari paradigma “gizi buruk” saja • Peran masalah gizi pada 1000 HPK didukung oleh teori dan bukti melalui penelitian dg metoda yang valid • Di Indonesia, data mengindikasikan keterkaitan antara status gizi pada periode 1000 HPK dengan indikator kemampuan kognitif, PTM dan pertumbuhan fisik • Diperlukan upaya terintegrasi antar pemangku kepentingan untuk menghasilkan SDM berkualitas.
  • 10. 2 105 cm 125 cm 100 cm 7 thn 7 thn 4 thn Stunting: • Dilihat berdasarkan Panjang Badan per Umur (PB/U) atau Tinggi Badan per Umur (TB/U). • Nilai Z-score <-2,0 Usia 4 tahun 4 bulan Usia 2 tahun 2 bulan STUNTING TERLAMBAT DIKENALI (BARU DAPAT DILIHAT SETELAH 2 TAHUN)
  • 11. Apa yang bisa kita lakukan?
  • 13. Jendela Kritis Perkembangan Janin 8 minggu pertama sejak pembuahan terjadi pembentuka n semua cikal bakal organ tubuh Perkembangan penting sebagian organ berlanjut sampai akhir kehamilan Perkembang an penting sebagian organ berlanjut sampai 2 tahun pertama kehidupan
  • 14. – Setiap organ tubuh mempunyai fase kritis pertumbuhan yang berbeda, yang disebut “critical windows”, yaitu masa didalam perkembangan janin terjadi diferensiasi dan proliferasi sel paling cepat. – Pengaruh LINGKUNGAN GIZI terhadap perkembangan janin sangat dipengaruhi oleh WAKTU ATAU KAPAN KEKURANGAN GIZI tersebut terjadi. – sehingga pada masa ini JANIN sangat sensitif terhadap ketersediaan gizi yang sub-optimal, dan akibatnya akan berdampak jangka Panjang. – Pada saat janin tidak mendapatkan asupan gizi yang dibutuhkannya maka terjadi mekanisme trade-off antara satu bagian tubuh dengan bagian tubuh yang lainnya. FASE KRITIS PERTUMBUHAN (CRITICAL WINDOWS)…1
  • 15. FASE KRITIS PERTUMBUHAN (CRITICAL WINDOWS)…2 – SUPLAI MAKANAN JANIN, sangat tergantung pada SUPLAI MAKANAN DARI IBU, baik makanan yang dikonsumsi, maupun yang berasal dari simpanan didalam tubuh ibu – Bila konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin, maka ibu akan memobilisasi zat gizi dari simpanan didalam tubuhnya, dan sistem didalam tubuh ibu akan melakukan adaptasi untuk memprioritaskan pemenuhan kebutuhan janinnya. – Bila ibu tetap tidak bisa memenuhi kebutuhan gizi janin, maka JANIN akan MELAKUKAN ADAPTASI untuk mengatasi situasi tersebut – Fenomena ini disebut sebagai 'Fetal Origin Hypothesis,' atau Developmental Origin of Health and Disease (DOHaD), yang dapat DIARTIKAN bahwa, penyakit- penyakit kronis ini berakar dari respons tubuh terhadap kekurangan gizi pada masa awal kehidupan
  • 16. BUKTI EMPIRIS…1 – PENELITIAN PROF BARKER DI INGGRIS PADA TAHUN 1989, yang menemukan bahwa prevalensi penyakit jantung lebih tinggi pada populasi yang miskin, dibandingkan pada populasi yang lebih kaya, tidak seperti yang selama ini diperkirakan. – PROF. BARKER, untuk mengkaji lebih lanjut, yang kemudian menemukan bahwa risiko penyakit jantung koroner lebih tinggi pada kelompok yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram (BBLR) dibandingkan dengan yang lahir dengan berat badan diatas 2500 gram. – Penelitian lainnya, bayi yang lahir dengan BBLR mempunyai risiko lebih tinggi untuk terjadinya, tidak hanya penyakit jantung koroner, tetapi juga HIPERTENSI, STROKE DAN DIABETES TIPE 2 – Ra¨ikko¨nen melakukan penelitian terhadap hampir tiga ribu (3000) anak tentang KEMAMPUAN KOGNITIF: HASILNYA menemukan bahwa keterlambatan pertumbuhan pada masa kanak-kanak berhubungan dengan rendahnya kemampuan verbal, visuo-spatial dan berhitung saat usia 20 tahun
  • 17. BUKTI EMPIRIS..2 POLA PENYAKIT TIDAK MENULAR BERDASARKAN STATUS SOSIAL EKONOMI DATA RISET KESEHATAN DASAR 2013 Terbawah Menengah Bawah Menengah Menengah Atas Teratas 0 0.5 1 1.5 2 2.5 2.1 1.6 1.4 1.3 1.2 % Jantung Koroner Menurut Status Ekonomi Terbawah Menengah Bawah Menengah Menengah Atas Teratas 0 2 4 6 8 10 12 14 13.1 12.6 12 11.8 11.2 % Stroke Menurut Status Ekonomi Sumber Data Riskesdas 2013 • Penyakit tidak menular terjadi pada semua golongan, baik kaya dan miskin, • Prevalensi PTM lebih tinggi pada penduduk miskin • Penanggulangan PTM berarti membantu manjaga produktifitas penduduk miskin  pengurangan kemiskinan
  • 19. Kajian Terhadap Determinan Stunting di Indonesia Beal, Tumilowicz, Sutrisna, Doddy Izwardy, Neufeld (2018) Cara mensitasi artikel ini: Beal T, Tumilowicz A, Sutrisna A, Izwardy D, Neufeld L. A review of child stunting determinants in Indonesia. Matern Child Nutr. 2018;e12617. http://doi.org/10.1111/mcn.12617
  • 20. Kerangka Konsep Determinan Stunting Berdasarkan WHO,2014 Stunting dan Pertumbuhan Terhambat Faktor Rumah Tangga dan Keluarga Pemberian Makanan Pendamping ASI yang Tidak Mencukupi Pemberian ASI Infeksi Faktor Ibu  Status gizi buruk selama masa Pra kehamilan, kehamilan dan menyusui  Perawakan ibu pendek  Infeksi  Kehamilan di usia remaja  Kesehatan mental  Pembatasan pertumbuhan Intrauterine (IUGR) dan kelahiran prematur  Jarak antara kelahiran pendek  Hipertensi Lingkungan Rumah  Kurangnya stimulasi dan aktifitas pada anak  Praktek pengasuhan anak yang buruk  Penyediaan air yang kurang memadai  Kerawanan pangan  Pembagian makanan dalam keluarga yang kurang merata  Rendahnya Pendidikan pengasuh  Kekayaan rumah tangga  Perawakan ayah pendek  Ayah dan ibu pendek  Rumah padat penghuni Buruknya Kualitas Pangan  Kandungan zat gizi mikro rendah  Makanan tidak beragam dan asupan makanan hewani rendah  Kandungan zat anti nutrisi dalam makanan  Makanan pendamping berkalori rendah Praktik yang tidak sesuai  Frekuensi pemberian  rendah  Pemberian makanan yang kurang selama dan setelah sakit  Konsistensi makanan rendah  Kuantitas pangan yang kurang memadai  Pemberian pangan yang tidak responsive terhadap kebutuhan Keamanan Makanan dan Air • Kontaminasi air dan makanan • Buruknya praktik Higiene • Penyimpanan dan persiapan makanan yang kurang bersih Praktik yang tidak Sesuai • Inisiasi menyusui yang tertunda • Pemberian ASI tidak Eksklusif • Penyapihan dini Infeksi Klinis dan Sub-Klinis • Infeksi Enterik: diare, enteropati, lingkungan, penyakit yang disebabkan oleh cacing • Infeksi saluran pernafasan • Malaria • Berkurangnya nafsu makan selama infeksi • peradangan  Demam  Pemberian vaksin secara parsial atau tidak sama sekali Penyebab Langsung Faktor Sosial dan Masyarakat Ekonomi Politik • Harga pengan dan kebijakan dagang • Kebijakan pemasaran • Stabilitas politik  Kemiskinan, pendapatan dan tingkat kesejahteraan • Pelayanan jawa keuangan  Pekerjaan dan mata pencaharian Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan • Akses menuju pusat pelayanan kesehatan • Penyedia pelayanan kesehatan yang berkualitas • Ketersediaan suplai fasilitas pelayanan kesehatan • Infrastruktur • Sistem dan kebijakan pelayanan kesehatan Pendidikan • Akses terhadap Pendidikan yang berkualitas • Tenaga pendidik yang berkualitas • Status kesehatan pendidik yang berkualitas • Infrastruktur (sekolah dan institusi pelatihan) MAsyarakat dan Budaya • Kepercayaan dan norma • Jaringan dukungan sosial • Pengasuh (orang tua dan non-orang tuaa) • Status/derajat social perempuan Pertanian dan Sistem Pangan • Produksi dan pengolahan pangan • Ketersediaan makanan sumber zat gizi mikro • Keamanan dan kualitas makanan Air, Sanitasi dan Lingkungan • Infrastruktur dan pelayanan sanitasi dan air • Perubahan Iklim • Kepadatan pendududk • Urbanisasi Faktor Kontekstual Faktor-faktor yang ditulis dengan HURUF TEBAL merupakan faktor yang sudah dikaji dalam literatur yang ada. Faktor-faktor yang ditulis dengan HURUF NORMAL adalah faktor yang belum dikaji di literatur yang ada. Sedangkan Faktor-faktor yang ditulis dengan HURUF MIRING merupakan faktor yang tidak secara eksplisit dijelaskan dalam kerangka konsep, tetapi teridentifikasi di dalam literatur
  • 21. FAKTOR RUMAH TANGGA DAN KELUARGA • Beberapa studi di Indonesia menemukan hubungan yang moderat hingga kuat antara IBU YANG PENDEK dengan kejadian stunting pada anak • Sebanyak 3 studi potong lintang menunjukkan hubungan yang cukup erat antara IBU YANG BERUSIA LEBIH MUDA dan stunting pada anak • IUGR DAN KELAHIRAN PREMATURE sangat berhubungan dengan stunting pada anak di Indonesia Prevalence of maternal short stature (<145 cm) HASIL
  • 22. FAKTOR LINGKUNGAN • Rumah tangga yang mempunyai fasilitas JAMBAN yang lebih bersih memiliki kemungkinan lebih kecil mengalami stunting baik di pedesaan maupun perkotaan • PEMBELIAN AIR MINUM YANG MURAH— diasumsikan TIDAK LAYAK—berhubungan dengan peningkatan stunting • Kondisi tingkat KERAWANAN PANGAN RUMAH TANGGA berkaitan dengan kejadian stunting • Secara umum kemungkinan anak mengalami stunting lebih tinggi apabila PENDIDIKAN ORANG TUA RENDAH • Kemampuan DAYA BELI YANG KURANG dan beberapa indikator kesejahteraan rumah tangga lainnya sangat berhubungan dengan stunting • AYAH PEROKOK sedikit berkaitan dengan stunting pada satu penelitian Percentage Household of children under 5 with unimproved drinking water Household with HASIL
  • 23. FAKTOR MPASI DAN INFEKSI • Dua analisis baru-baru ini menunjukkan bahwa anak yang DISAPIH SEBELUM USIA 6 BULAN mempunyai kemungkinan kejadian stunting yang lebih tinggi • Rumah tangga di KUINTIL TERTINGGI UNTUK PENGELUARAN MAKANAN SUMBER HEWAN, berhubungan dengan penurunan kemungkinan kejadian stunting pada anak-anak miskin di perkotaan • RUMAH TANGGA TANPA MENYEDIAKAN MAKANAN SESUAI UMUR — TERMASUK MAKANAN YANG TIDAK BERAGAM DAN FREKUENSI YANG TIDAK SESUAI—berhubungan dengan peningkatan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan • Satu studi menemukan hubungan yang cukup kuat antara KEJADIAN DIARE DALAM TUJUH HARI TERAKHIR dengan kejadian stunting pada anak-anak usia 6-59 bulan terutama di pedesaan highest quintile food expenditure HASIL
  • 24. FAKTOR MASYARAKAT DAN SOSIAL • Studi di Indonesia sudah membahas semua determinan kesehatan dan pelayanan kesehatan kecuali ketersediaan • Dua studi menunjukkan hubungan antara PENYEDIA PELAYANAN KESEHATAN YANG TIDAK MEMADAI dengan kejadian stunting • Dalam sub elemen : air, sanitasi dan lingkungan, satu-satunya komponen yang ditemukan berhubungan dengan stunting adalah URBANISASI Significant OR of Stunting by District HASIL
  • 25. 1. Determinan utama terjadinya stunting pada anak di Indonesia : a. ASI tidak Eksklusif pada 6 bulan pertama, b. status ekonomi keluarga yang rendah, c. kelahiran prematur d. panjang badan baru lahir yang pendek, e. ibu yang pendek f. tingkat pendidikan orangtua rendah g. anak yang tinggal di daerah miskin perkotaan dan di daerah pedesaan 2. ANAK LAKI-LAKI CENDERUNG LEBIH BERISIKO mengalami stunting dari pada anak perempuan 3. Anak-anak dari keluarga DENGAN JAMBAN YANG BURUK DAN AIR MINUM TIDAK LAYAK meningkatkan risiko terjadinya stunting. 4. Faktor masyarakat dan sosial seperti AKSES YANG RENDAH TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN dan tempat tinggal di pedesaan yang berlangsung lama berkaitan dengan kejadian stunting pada anak KESIMPULAN
  • 26. PENGUATAN KUALITAS SURVEILANS GIZI BERDASARKAN TEKNOLOGI INFORMASI e-PPGBM
  • 27. MEMBUAT DASHBOARD INFORMASI STATUS GIZI INFORMASI SURVEILANS GIZI BERBASIS TEKNOLOGI UNTUK: REAL TIME (Laporan Kasus wasting, stunting, obesity) RUTIN (Laporan Status Gizi Balita dan Kinerja Program Gizi serta Determinan yang mempengaruhinya ) SURVEY CEPAT (Pemantauan Status Gizi, Pemantauan Konsumsi Gizi Ibu Hamil dan Balita)
  • 28. PENGUATAN KUALITAS SURVEILANS GIZI 33 KOORDINASI LP DAN LS Mengamati secara terus menerus, tepat waktu dan teratur TERHADAP: Keadaan gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya UNTUK: Tindakan Segera, Dasar Perumusan Kebijakan, Perencanaan Program, Monitoring Dan Evaluasi Program Gizi Masyarakat KEGIATAN PENGAMATAN SECARA TERATUR DAN TERUS MENERUS TERHADAP STATUS GIZI MASYARAKAT SEBAGAI DASAR UNTUK MEMBUAT KEPUTUSAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN STATUS GIZI MASYARAKAT”. (FAO,WHO, UNICEF pada Kongres Pangan Sedunia, Roma 1974, dan Publikasi Metodologi Surveilans Gizi, 1976, )
  • 29. 1. Apa Masalah Gizi? 2. Siapa yg mangalami Masalah Gizi? 3. Dimana Lokasinya? 4. Kapan masalah terjadi? 5. Bagaimana kondisinya? SIKLUS SURVEILANS GIZI – ASSESSMENT/PENILAIAN Sumber : Diagram siklus 3 A menggambarkan masalah terkait gizi WHO, 2013 34 KEGIATAN 1.Pemantauan pertumbuhan balita - Posyandu 2.Skrining aktif/pelacakan dan konfirmasi kasus gizi buruk- 3.Pemberdayaan keluarga 4.Input data terutama melalui e-PPGBM Jenis pembiayaan melalui BOK : 1.Transport petugas, kader, enumerator 2.Pencetakan penggandaan formulir capor, media KIE 3.Biaya internet 4.Operasional Posyandu – PMT dlm rangka pendidikan gizi, transport
  • 30. SIKLUS SURVEILANS GIZI – ASSESSMENT/PENGKAJIAN Sumber : Diagram siklus 3 A menggambarkan masalah terkait gizi WHO, 2013 GRAFIK PERTUMBUHAN ANAK BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BBU) GRAFIK PERTUMBUHAN ANAK BERDASARKAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR (TBU) Tidak ada penambahan Tinggi Badan sejak Desember sampai April Menuju STUNTING
  • 31. Apakah Penyebab langsung dari masalah gizi ?? asupan makanan yang tidak cukup, atau penyakit infeksi. Penyebab akar masalah kurang gizi adalah: Ketidakcukupan makanan, Kesehatan lingkungan, akses pelayanan kesehatan (geografik), Kemiskinan, Politik dan ekonomi SIKLUS SURVEILANS GIZI - ANALISIS Sumber : Diagram siklus 3 A menggambarkan masalah terkait gizi WHO, 2013 36 KEGIATAN : analisis, umpan balik, penyajian 1.Rapat/pertemuan analisis dataPPGBM sesuai tingkatan (puskesmas, kab kota, provinsi) ANALISIS TREND & PENYEBAB MASALAH Jenis pembiayaan : 1.Biaya rapat (transport, konsumsi) 2.Pencetakan penggandaan formulir capor, media KIE 3.Biaya internet
  • 32. Apakah Penyebab langsung dari masalah gizi ?? asupan makanan yang tidak cukup, atau penyakit infeksi. Penyebab akar masalah kurang gizi adalah: Ketidakcukupan makanan, Kesehatan lingkungan, akses pelayanan kesehatan (geografik), Kemiskinan, Politik dan ekonomi SIKLUS SURVEILANS GIZI - ANALISIS Sumber : Diagram siklus 3 A menggambarkan masalah terkait gizi WHO, 2013 37 VALIDASI DAN FAKTOR DETERMINAN DIRUMAH BALITA STUNTING HASIL KUNJUNGAN VALIDASI TENAGA KESEHATAN KE RUMAH BALITA STUNTING UNTUK DAPAT FAKTOR DETERMINAN SBG BAHAN ANALISA PENYEBAB MASALAH
  • 33. • Peran setiap tingkatan • Intervensi Spesifik Sensitif SIKLUS SURVEILANS GIZI - AKSI Sumber : Diagram siklus 3 A menggambarkan masalah terkait gizi WHO, 2013 38 AKSI/TINDAKAN : perhatikan 5M man, money, material, metode and macchine KEGIATAN TINGKAT PUSKESMAS : 1.UKM Esensial : KIA, Gizi, kesling, P2P, promkes 2.Kegiatan per siklus hidup 3.Pendidikan Gizi : sos, advks, orientasi 4.Suplementasi Gizi Jenis pembiayaan : 1.Biaya rapat (transport, konsumsi) LP/LS : sosialisasi, advokasi, orientasi 2.Lokakarya Mini 3.Pencetakan penggandaan formulir capor, media KIE, ATK 4.PMT lokal 5.Operasional Posyandu 6.Transport ke masyarakat 7.Tenaga kontrak gizi, kesling, promkes
  • 34. SIKLUS SURVEILANS GIZI - AKSI Sumber : Diagram siklus 3 A menggambarkan masalah terkait gizi WHO, 2013 39 AKSI/ TINDAKAN : perhatikan 5M man, money, material, metode and macchine
  • 35. Individu yang perlu Penanganan Khusus *data dapat berubah 245.591 Baduta Stunting (TB/U) 334.405 Balita Wasting (BB/TB) 131.765 Balita Underweight (BB/U) Surveilans Gizi Melalui ePPGBM: informasi kasus sebagai dasar intevensi konvergensi dan terintegrasi RUJUK KE PUSKESMAS UNTUK KONFIRMASI/VALIDASI KASUS PAG (PROSES ASUHAN GIZI) DI PUSKESMAS Intervensi Spesifik : • Tatalaksana Kasus • Konseling: PMBA, Gizi terkait penyakit • Pemberian PMT (Pabrikan/berbasis pangan lokal) • Rujuk ke RSUD Total JUMLAH BALITA ter-entry sebanyak 9.809.293 Balita (by name by address) dari 23.604.923(sasaran Proyeksi BPS) atau baru 41,6% dari sasaran Proyeksi. (data per tanggal 9 Juni 2019*) Jumlah Kasus Yang BELUM Ditangani/Dikonfirmasi
  • 36. REKAP JUMLAH BALITA BERDASARKAN STATUS GIZI DI KALIMANTAN SELATAN (1 Agustus 2018 – 27 Juni 2019) Gizi Kurang Stunting 46.455 Kurus Kabupaten BBU TBU BBTB
  • 37. DAFTAR BALITA STUNTING DI KALIMANTAN SELATAN Status Gizi hasil Pengukuran 1 Januari 2019 – 27 Juni 2019 Ada 46.417Balita Stunting by name by address
  • 38. SURVEILANS AUDIT KONFIRMASI/ VALIDASI PUBLIC HEALTH AUDIT  Social Determinants of Health  Potential Issues CLINICAL AUDIT CORRECTIVE ACTION  Spesific  Sensitive
  • 39. LANGKAH – LANGKAH PENCEGAHAN STUNTING (1): FOKUS 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN
  • 40. Bayi Anak SD 1000 hari pertama kehidupan Ibu bersalin, nifas, bayi baru lahir SIKLUS KEHIDUPAN Ibu Hamil Lansia Balita Yankes Neonatal (KN) IMD, ASI Eksklusif, Imunisasi Persalinan di Faskes PMT Balita Kurus Tumb Kembang Vit A Balita Imunisasi Penjaringan Anak Usia Sekolah, UKS,, Puskesmas PKPR , Posyandu Remaja, TTD Remaja Puteri, Buku Rapor KesehatanKu PMT, TTD K4, Kelas Ibu, P4K Skrining Kes usia> 60 Keluarga ikut KB CPR, TFR, Unmet Need Pos UKK, Kebugaran Jasmani Pasangan Usia Subur Anak SMP/A & Remaja
  • 41. STUNTING BISA DICEGAH MELALUI 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN (MEMASTIKAN KESEHATAN YANG BAIK DAN GIZI YANG CUKUP) 2/15/2018 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) yang Optimal Gizi tepat + Pencegahan Penyakit = Tumbuh Kembang Optimal = Mencegah Stunting
  • 42. AKAR MASALAH Kemiskinan Kurangnya pemberdayaan perempuan Politik, sosial dan budaya Rendahnya akses terhadap MAKANAN dari segi jumlah dan kualitas gizi POLA ASUH yang kurang baik terutama pada perilaku dan praktek pemberian makan bayi dan anak Rendahnya akses terhadap PELAYANAN KESEHATAN termasuk akses sanitasi dan air bersih PERBAIKAN POLA MAKAN-POLA ASUH- PELAYANAN KESEHATAN (PERBAIKAN AKSES SANITASI DAN AIR BERSIH) DAN PERUBAHAN PERILAKU Degradasi Lingkungan
  • 43. 3 3 KOMPONEN UTAMA PENANGGULANGAN STUNTING - POLA ASUH POLA MAKAN AIR BERSIH SANITASI Cegah Stunting, Itu Penting
  • 44. “ISI Piring Makan” bumil (survey) Umi Fahmida - SEAMEO RECFON karbo karbo + sayur karbo + sayur + protein nabati karbo + protein nabati minus protein hewani
  • 45. PERSENTASE KECUKUPAN ENERGI IBU HAMIL MENURUT PROVINSI, 2016 50 Nasional : 53,9% 13,1% 26,3% 6,7% LEBIH DARI SETENGAH IBU HAMIL DI INDONESIA MENGALAMI DEFISIT ENERGI 66.2 48.3 43.5 35.8 52.6 62.3 53.9 74.4 50 44.1 43.9 50.6 41.8 51.2 51.7 53.9 40 44.9 59.8 71.5 61.7 51.9 47.9 46.9 60 57.4 61.3 68.4 58.6 58.8 82.9 61 69.9 61.4 53.9 11 14.9 16 15.1 11.1 14.3 14.2 10.2 12.8 16.2 13 13.1 16.8 11.9 14 13 12.3 13.7 11.9 8.7 10.4 12.5 10 12.7 13.2 13.4 10.5 11.1 12.9 12.9 7.1 10.7 11.7 11.6 13.1 19.7 28.6 32.4 34.2 26 21.8 27.7 13.4 28.8 32.2 33 28.6 33.5 29.3 27.5 28 37.3 30.7 22.8 14.7 21.3 26.8 30.7 32.8 21.5 24.4 21.2 17.3 25.2 21.8 7.8 22.6 15.3 18.5 26.3 3.1 8.2 8.1 14.9 10.2 1.6 4.2 2 8.4 7.5 10.1 7.6 7.9 7.5 6.9 5.2 10.4 10.6 5.5 5 6.5 8.8 11.4 7.5 5.3 4.8 7 3.3 3.3 6.5 2.2 5.7 3.1 8.5 6.7 ACEH SUMUT SUMBAR RI AU JAMBI SUMSEL BENGKULU LAMPUNG KEP BABEL KEP RI AU DKI JAKARTA JABAR JATENG DI Y JATIM BANTEN BALI NTB NTT KALBAR KALTENG KALSEL KALTIM KALTARA SULUT SULTENG SULSEL SULTRA GORONTALO SULBAR MALUKU MALUT PAPUA BARAT PAPUA I NDONESIA Defisit Defisit Ringan Cukup Lebih
  • 46. PERSENTASE KECUKUPAN PROTEIN IBU HAMIL MENURUT PROVINSI, 2016 51 Nasional : 51,9% 18,8% 29,3% LEBIH DARI SETENGAH IBU HAMIL DI INDONESIA MENGALAMI DEFISIT PROTEIN 60.4 45.2 47 35.1 50.6 64.9 47.2 69.4 39 41 45.2 54.7 44.2 50.6 46.3 54.4 33.8 39.8 61.4 61.9 53.1 50.6 49.3 46.7 57.3 51 54.2 49.3 45.3 50 87.4 56.4 62 70.1 51.9 20 21.4 22.1 22.7 17 19.4 19.7 16.4 19.7 22.4 20.1 17.9 21.3 20.1 18.6 20.2 19.4 19.8 16 13.6 17.1 20.1 16.1 18.3 16.7 22.1 17.6 20.2 21.2 21.5 5.6 19.4 16 11.5 18.8 19.6 33.3 31 42.2 32.5 15.7 33.1 14.1 41.3 36.6 34.7 27.4 34.5 29.3 35.1 25.4 46.8 40.4 22.5 24.4 29.8 29.3 34.6 35 26 26.9 28.2 30.5 33.5 28.5 7.1 24.2 22.1 18.4 29.3 A CEH S UMUT S UMBA R RI A U J A MBI S UMS EL BENG K ULU L A MP UNG K EP BA BEL K EP RI A U D K I J A KA RTA J A BA R J ATENG D I Y J ATI M BA NTEN BA L I NTB NTT K A L BA R K A LTENG K A L S EL K A LTI M K A LTARA S UL UT S ULTENG S UL S EL S ULTRA G O RO NTALO S UL BA R MA L UK U MA L UT PA P UA BA RAT PA P UA I ND ONESI A Defisit Defisit Ringan Cukup
  • 48. UPAYA yang DILAKUKAN DILUAR 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN 2/15/2018 Pemeriksaan Anemia Remaja dan Pemberian TTD pada Remaja Puteri AKI AKB Stunting Turun STIMULASI Anak Stunting di Keluarga dan PAUD Pendidikan Gizi di Sekolah
  • 49. STUNTING ADALAH SIKLUS YANG AKAN BERLANGSUNG TERUS-MENERUS JIKA TIDAK SEGERA DIATASI SAAT INI ANAK STUNTING REMAJA PUTRI KURANG GIZI BUMIL KEK/ KURANG GIZI BAYI BBLR SIKLUS STUNTING
  • 50. Di Indonesia, 1 dari 9 anak perempuan menikah di bawah usia 18 tahun (Susenas 2016) = 375 menikah setiap harinya! Anak perempuan di wilayah pedesaan berpeluang 3x lebih besar untuk menikah di usia anak Anak perempuan dari rumah tangga berpendapatan rendah berpeluang 5x lebih besar untuk menikah di usia anak Anak perempuan berpeluang 3x lebih rendah untuk menikah di usia anak jika kepala Rumah tangga mereka telah menyelesaikan universitas FAKTA YANG MEMPERHATIKAN…. MENGERIKAN ……………………
  • 51. DISINI LAHIR GENERASI STUNTING (1)
  • 52. DISINI LAHIR GENERASI STUNTING (2)
  • 53. LANGKAH – LANGKAH PENCEGAHAN STUNTING (2): PEMANFAATAN SUMBERDAYA DAN INFORMASI SERTA PERAN LINTAS SEKTOR
  • 54. Peran Lintas Sektor dalam Penurunan Stunting Sebagai Pelaksana Sekretariat Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (SUN) PEMERINTA H Sebagai Focal Point PERGURUAN TINGGI DAN AKADEMIA DUNIA USAHA, SWASTA & FILANTROPI ORGANISASI MASYARAKA T SIPIL MITRA PEMBANGU NAN DAN UN SYTEM MEDIA 17 Kementerian/Lembaga • Integrasi & sinkronisasi • Pelaksanaan intervensi • Penggerakkan multistakeholder • Pemantauan 10 Perguruan Tinggi dan 11 Org Profesi • Pengembangan program • Pelatihan • Pendampingan masyarakat 28 Perusahaan • Perbaikan gizi karyawan • Edukasi masyarakat (pola makan sehat) & CSR 28 Organsiasi Masyarakat • Edukasi masyarakat • Pelatihan • Pemantauan 14 Mitra/Donor • Dukungan teknis • Studi & piloting praktik baik Media • Penyebarluasan Informasi dan praktik baik pada masyarakat
  • 55. 68 Delapan Aksi Integrasi Intervensi Penurunan Stunting di Kabupaten/Kota PIC: BAPPEDA PIC: BAPPEDA PIC: Sekda PIC: BPMD PIC: BAPPEDA PIC: Dinkes PIC: Sekda & BAPPEDA PIC: BPMD Dokumen lengkap dapat diunduh pada tautan: http://bit.ly/pedomanintegrasi Aksi integrasi adalah instrumen dalam bentuk kegiatan yang digunakan untuk meningkatkan pelaksanaan integrasi intervensi gizi dalam penurunan stunting PENGUKURAN DATA STUNTING DAPAT DIDUKUNG MELALUI SURVEILANS GIZI
  • 56. Aksi 1 : Analisa Situasi 1. Analisis sebaran stunting (data by name by address dari ePPGBM) 2. Analisis ketersedian program/kegiatan, cakupan layanan 3. Analisis permasalahan dalam menargetkan layanan pada 1000HPK 4. Analisis kendala rumah tangga 1000HPK mengakes layanan 5. Analisis kondisi koordinasi antar institusi 1. Prioritas alokasi sumber daya dan lokasi prioritas intervensi pencegahan stunting tahun berikutnya 2. Rekomendasi kebutuhan program/kegiatan baik melalui realokasi dan atau penambahan alokasi program. 3. Rekomendasi tindakan perbaikan penyampaian layanan yang perlu diprioritaskan untuk memastikan rumah tangga 1.000 HPK mengakses layanan. 4. Rekomendasi kebutuhan kegiatan untuk penguatan koordinasi, baik koordinasi antar OPD dalam hal sinkronisasi program/kegiatan maupun koordinasi antara kabupaten/kota dan desa dgn dukungan Kecamatan Ruang lingkup kegiatan output Data-data yang digunakan dalam analisis situasi ini, sekurang-kurangnya meliputi: 1. Data jumlah kasus dan prevalensi stunting. 2. Data program/kegiatan beserta lokasinya untuk setiap intervensi gizi prioritas. 3. Data sumber daya penyelenggaraan layanan, sekurang- kurangnya data jumlah dan distribusi dari: a. sarana/prasarana pokok, b. tenaga (SDM) inti pelaksanaan layanan, dan c. logistik/peralatan pelaksanaan layanan. 4. Data cakupan layanan untuk setiap intervensi gizi prioritas, yang dirinci untuk tingkat Puskesmas/Kecamatan/Desa. 5. Logistik/peralatan pelaksanaan layanan.
  • 57. Aksi 2 : Rencana Kegiatan Pelaksanaan Hasil rekomendasi dari Aksi 1 Rencana program/kegiatan untuk peningkatan cakupan dan integrasi intervensi gizi pada tahun berjalan dan/atau satu tahun mendatang. Ruang lingkup kegiatan output TAHAPAN PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN INI SEKURANG-KURANGNYA MELIPUTI : 1. Penyusunan rancangan rencana kegiatan a. Reviu dokumen perencanaan dan penganggaran terkait b.Reviu hasil Musrenbang Desa dan Musrenbang Kecamatan c. Pemetaan berbagai opsi sumber pendanaan d.Pembahasan dan konsolidasi rancangan rencana kegiatan 2. Diskusi rancangan rencana kegiatan dengan DPRD 3. Ekspose Rancangan Rencana Kegiatan pada Rembuk Stunting Kabupaten/Kota 4. Finalisasi Rancangan Rencana Kegiatan 5. Integrasi Rencana Kegiatan ke dalam Dokumen Rencana dan Anggaran Tahunan Daerah
  • 58. Aksi 3 : Rembuk Stunting Rencana program/kegiatan dan anggaran untuk peningkatan cakupan dan integrasi intervensi gizi pada tahun berjalan dan/atau satu tahun mendatang 1. Komitmen penurunan stunting yang ditandatangani oleh bupati, perwakilan DPRD, kepala desa, pimpinan OPD dan perwakilan sektor nonpemerintah dan masyarakat. 2. Rencana kegiatan intervensi gizi terintegrasi penurunan stunting yang telah disepakati oleh lintas sektor untuk dimuat dalam RKPD/Renja OPD tahun berikutnya Ruang lingkup kegiatan output Peserta Rembuk Stunting tingkat kabupaten/kota adalah 1. Bupati/Wakil Bupati (Walikota/Wakil Walikota), 2. Sekretaris Daerah (Sekda), DPRD, 3. Bappeda, 4. OPD penanggung jawab layanan (terkait intervensi gizi prioritas), 5. Badan Kantor Perwakilan Kementerian Teknis, 6. unsur PKK, 7. para Camat dan Kepala Desa, 8. pendamping dan fasilitator program terkait (kabupaten/kota, kecamatan, desa), 9. akademisi,organisasi masyarakat sipil, akademisi, serta unsur-unsur masyarakat lainnya.
  • 59. Aksi 4 : Perbup / Perwali tentang Peran/Kewewenangan Desa Landasan hukum terkait peran desa dalam menurunan stunting (Peraturan Bupati/Walikota tentang peran desa) 1. Menetapkan kewenangan desa dalam mendukung integrasi intervensi penurunan stunting 2. Meningkatkan alokasi penggunaan APBDes terutama penggunaan Dana Desa untuk kegiatan yang dapat mendukung penurunan stunting 3. Menyediakan kader pembangunan manusia (KPM) untuk memfasilitasi pelaksanaan intervensi penurunan stunting terintegrasi di tingkat desa 4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas penyediaan layanan penurunan stunting 5. Meningkatkan peran serta masyarakat untuk memanfaatkan layanan penurunan stunting Ruang lingkup kegiatan output Peraturan Bupati/Walikota terkait peran desa dalam penurunan stunting terintegrasi dapat meliputi hal-hal berikut: 1. Kewenangan desa dalam menentukan prioritas alokasi pendanaan dalam APBDes 2. Peran kecamatan dalam mendukung pemerintah desa 3. Koordinasi pemerintah desa dengan OPD terkait dan fasilitator atau pendamping program 4. Peran kelembagaan masyarakat (Posyandu, PAUD, PKK, lainnya) 5. Dukungan untuk mobilisasi dan penyediaan insentif bagi kader pembangunan manusia 6. Dukungan untuk kampanye publik dan komunikasi perubahan perilaku di tingkat desa
  • 60. K A W A L T A H A P A N P E L A K S A N A A N I N T E R V E N S I P E N U R U N A N S T U N T I N G T E R I N T E G R A S I • Musrenbang desa • Musrenbang kecamatan • Rancangan Awal RKPD Januari • Pagu Anggaran Indikatif • Rancangan Renja OPD • Forum OPD/Lintas PD Februari • Rancangan RKPD • Musrenbang Kabupaten/Kota Rancangan Perbup/Perwali RKPD Rancangan akhir RKPD kab/kota Perbup/Perwali RKPD Maret April Mei Juni Penyusunan KUA-PPAS Juli Pembahasan KUA-PPAS dengan DPRD Penyusunan RKA OPD Penyusunan APBD Pembahasan APBD dengan DPRD Penetapan APBD Agustus September Oktober November Desember Jan-Feb tahun n+1 Aksi #1: Bappeda (PIC) dan OPD Aksi #2: Bappeda (PIC) dan OPD Aksi #3: Sekda dan/atau Bappeda Aksi #4: BPMD Aksi #5: BPMD Aksi #6: Bappeda (PIC) dan OPD Aksi #7 Dinas Kesehatan Aksi #8: Sekda dan Bappeda (PIC) dan OPD Bulan Jadwal Reguler Perencanaan dan Penganggaran Daerah Jadwal Pelaksanaan 8 Aksi Integrasi Penanggung Jawab Tahap Perencanaan dan Penganggaran Tahap Pelaksanaan Tahap Pemantauan dan Evaluasi Aksi #1 Analisis Situasi Aksi #2 Rencana Kegiatan Aksi #3 Rembuk Stunting Aksi #4 Perbup/ Perwali tentang Peran Desa Aksi #5 Pembinaan Kader Pembangunan Manusia (KPM) Aksi #6 Sistem Manajemen Data Aksi #7 Pengukuran dan Publikasi Data Stunting Aksi #8 Reviu Kinerja Tahunan PERENCANAAN TAHUN BERIKUTNYA PERLU INPUT DARI KESEHATAN Aksi #7 Dinas Kesehatan
  • 62. REGULASI GERAKAN PEKAN SAYANG IBU ANAK Gerakan PSIA DIKBUD Ketahanan Pangan BP4K RS TIM G-Gas Kader Posyandu TP.PKK Camat/ Kades PP&KB PEMBELAJARAN PRAKTIK BAIK KABUPATEN GORONTALO PROVINSI GORONTALO
  • 63. 76 JENIS KEGIATAN Pemberian Tablet Fe Bagi Remaja Putri dan WUS Wisuda bagi Balita yang telah mendapat Imunisasi Dasar Lengkap. Pemeriksaan Bumil & Anak Sweeping / Kunjungan Rumah Pelayanan Skrening dan Konseling oleh dr. Sp.Keb dr. Sp. Anak, dr. Sp.PD PEKAN SAYANG IBU ANAK (PSIA) TAHUN 2015 DI INISIASI: PEKAN SAYANG IBU DAN ANAK (PSIA) DILAKUKAN SETIAP BULAN PADA MINGGU KE-3 DENGAN KEGIATAN: 1. SENIN – SELASA: Posyandu ( ada pemeriksaan ibu hamil, pelayanan imunisasi dan wisuda balita yang sudah Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) 2. RABU – KAMIS : Skrining dokter anak dan dokter kandungan di Puskesmas 3. JUMAT – SABTU : Kunjungan rumah pemeriksaan kepada ibu hamil dan anak balita apabila tidak hadir di Posyandu oleh Tenaga kesehatan Puskesmas TAHUN 2016 DI INISASI: PENDAMPINGAN MAHASISWA POLTEKES DAN PERGURUAN TINGGI KESEHATAN PADA IBU HAMIL RISIKO (DARI AWAL HAMIL MELAHIRKAN) DAN ARISAN DONOR DARAH (SI DORA)
  • 64. ANALISIS PREVALENSI STUNTING (TB/U) BALITA (0-59 BULAN) PROVINSI GORONTALO (PEMANTAUAN STATUS GIZI 2015-2017) KAB. POHUWATO : Penurunan prevalensi stunting tidak signifikan secara statistik dengan kedua uji statistik. KAB. GORONTALO: Ratio odds prevalensi stunting 2017 SIGNIFIKAN secara statistik lebih rendah dari 2015 Kab/kota yang mengalami penurunan prevalensi selama 3 tahun berturut-turut adalah Kab. Gorontalo, Kab. Boalemo, dan Kab. Pohuwato KAB. BOALEMO : Prevalensi stunting 2016 dan 2017 signifikan secara statistik lebih rendah dari 2015, tetapi analisis cluster tidak bisa dilakukan DILAKUKAN 2 UJI STATISTIK : CHI2 DAN ODD RATIO HASIL ANALISIS STATISTIK
  • 66. KOMITMEN DAN INOVASI KABUPATEN ROTE NDAO
  • 67. Kemkes: Intervensi Spesifik dan PMT BKKBN: Kampung KB Kemensos: Program Keluarga Harapan Kemenag: Program Catin PUPR: Bedah Rumah, PAMSINAS, STBM Kementan: Kawasan Rumah Pangan Lestari KKP: Kampanye Makan Ikan Kemendes: Bantuan Kegiatan Posyandu KUKM: Usaha UKM Ormas: Kampanye, Edukasi Perusahaan: CSR bantuan PMT BOK Dana Desa Dana CSR Dana PKH Dana KRPL Dana Bedah Rmh, Sanitasi Dana Bibit Ikan KUNCI: • Integrasi Lokus (Desa) • Integrasi Sasaran (Keluarga Bumil dan Balita) Asupan Makanan Ketahanan Pangan Keluarga Pola Asuh Balita Survailans Gizi Lumbung Pangan Desa PROSES INTERVENSI PENURUNAN STUNTING TERINTEGRASI DI DESA POTENSI SUMBERDAYA DI KABUPATEN
  • 68. Selamatkan masa depannya Mari cegah stunting bersama Terima kasih