SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
PGM 2011, 34(2):138-146 Kebiasaan makan dan aktivitas fisik remaja H. Tetty; dkk
138
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES:
STUDI KASUS PADA MURID SMU KORNITA BOGOR
(FOOD HABIT AND PHYSICAL AACTIVITY OF OBESE ADOLESCENTS:
A CASE STUDY AT SMU KORNITS BOGOR)
Tetty Herta
1
dan Dodik Briawan
2
ABSTRACT
The aim of this study was to explore food habit, physical activity of the obese adolescents and
their views on obesity by involving interviews with obese adolescents, their mothers and their
closed friends. Four obese adolescents aged 16-17 years from senior high school Kornita
Bogor participated in this study. The results showed obese adolescents have unhealthy food
habit and physical activity. All subjects knew the interaction their daily food habit and physical
activities with their body size. Although they know the negative interaction obesity with health,
but obese adolescents felt enjoy with their body size.
Keywords: Food habit, physical activity, obese adolescents
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi kebiasaan makan dan aktivitas fisik remaja yang
obes serta menggali pandangan mereka tentang obesitas. Data dikumpulkan melalui
wawancara terhadap subjek, ibu dan teman akrabnya serta melalui observasi. Subjek
penelitian ini dipilih secara purposive dari siswa SMU sebanyak empat siswa obes berusia
16-17 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja obes memiliki kebiasaan makan
dan aktivitas fisik yang kurang sehat. Semua subyek penelitian mengaku tahu adanya
pengaruh negatif obesitas terhadap kesehatan, namun mereka merasa biasa saja dengan
ukuran tubuhnya yang obes. [Penel Gizi Makan 2011, 34(2): 138-146]
Kata kunci: Kebiasaan makan, aktivitas fisik, remaja obes
1 Program Studi Doktoral Ilmu Gizi Manusia, Fakultas Ekologi Manusia IPB, Bogor
2 Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, Bogor
PGM 2011, 34(2):138-146 Kebiasaan makan dan aktivitas fisik remaja H. Tetty; dkk
139
PENDAHULUAN
ecara global perkembangan
prevalensi kelebihan berat badan
(overweight) dan obesitas pada
anak dan remaja usia 5-17 tahun terus
meningkat selama 20 tahun terakhir.
International Obesity Task Force
memperkirakan sedikitnya 155 juta anak
usia sekolah di seluruh dunia mengalami
overweight atau obesitas. Hal ini didukung
oleh berbagai laporan dan literatur yang
menunjukkan bahwa overweight dan
obesitas pada anak dan remaja menjadi
suatu masalah kesehatan masyarakat
global. Bahkan WHO menggambarkan
prevalensi obesitas menjadi epidemi.
1
National Health and Nutrition
Examination Survey (NHANES)
melaporkan ternyata prevalensi obesitas
pada umur 12–19 tahun mengalami
peningkatan menjadi 15,5 persen pada
tahun 1999-2000 dari 10,5 persen pada
tahun 1988-1994.
2
Di Australia, 25 persen
anak-anak mengalami overweight dan
obesitas.
3
Di Indonesia, menurut data
Riskesdas 2007,
4
prevalensi kegemukan
pada anak usia 6-14 tahun adalah sebesar
15,9 persen dan pada usia ≥ 15 tahun
sebesar 18,8 persen.
Obesitas dapat dipandang sebagai
suatu penyakit dan faktor risiko terhadap
berbagai penyakit, seperti gangguan
metabolisme glukosa, resistensi insulin,
diabetes tipe 2, hipertensi, stroke, penyakit
jantung koroner, dislipidemia, gangguan
tidur, asma dan osteoartritis (Gropper,
2009).
5
Anak-anak yang obes (obese)
memiliki kecenderungan untuk tetap obes
pada masa dewasa sehingga memiliki
risiko penyakit dan gangguan yang
berhubungan dengan obesitas. Pada saat
yang sama, obesitas pada masa anak-
anak dan remaja juga akan berdampak
terhadap gagguan psikologis dan sosial.
1
Obesitas merupakan akibat dari
ketidakseimbangan energi. Secara
teoretis, dua faktor yang berkontribusi
terhadap ketidakseimbangan energi pada
penderita obesitas adalah asupan energi
yang berlebih serta aktivitas fisik yang
kurang. Dari perspektif gizi masyarakat,
dua faktor tersebut, termasuk esensial
karena setiap individu dapat mengubah
asupan energi melalui kebiasaan makan
dan pengeluaran energi melalui aktivitas
fisik. Persepsi tentang diri (body images)
juga merupakan faktor penting lainnya
yang turut berkontribusi terhadap
terjadinya obesitas.
6
Lieberman et al
7
menguraikan
bahwa ada beberapa faktor yang berperan
terhadap obesitas pada remaja, yaitu
kebiasaan makan, aktivitas fisik, sikap dan
pengaruh keluarga atau teman sebaya
serta faktor ekonomi. Selain itu,
karakteristik perkembangan remaja yang
unik seperti citra diri, pengakuan diri yang
kuat dan perkembangan kognitifnya juga
turut berperan.
Berdasarkan latar belakang di atas
peneliti ingin melakukan penelitian tentang
obesitas pada remaja melalui pendekatan
kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk
mengeksplorasikan kebiasaan makan dan
aktivitas fisik remaja yang obes di SMU
Kornita Bogor serta menggali pandangan
mereka tentang obesitas. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk melakukan
pendidikan gizi bagi kelompok remaja
menderita obesitas.
METODE
Desain, Tempat dan Waktu
Desain penelitian ini adalah studi
kualitatif yang dianalisis dengan
pendekatan deskriptif. Penelitian dilakukan
di SMU Kornita di Bogor pada bulan Mei
hingga Juni 2011.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah kelas 10
dan kelas 11 siswa SMU Kornita Bogor.
Pemilihan lokasi dilakukan secara purposif
dengan pertimbangan observasi peneliti di
sekitar sekolah dan ditemukan beberapa
siswa menderita obese. Pertimbangan
pemilihan siswa kelas itu adalah agar tidak
mengganggu aktivitas akademik siswa
kelas 12 yang sedang mempersiapkan
ujian. Penentuan subjek penelitian secara
purposif dengan kriteria inklusi, yaitu
mengalami obes dan secara sukarela
bersedia berpartisipasi dalam kegiatan
penelitian. Pernyataan kesediaan (inform
concent) diperoleh setelah penjelasan
tentang penelitian dan manfaatnya bagi
subjek penelitian. Pemilihan subjek
penelitian dilakukan dengan cara sebagai
berikut: peneliti mendatangi setiap kelas
10 dan kelas 11 (masing-masing ada 4
kelas), lalu meminta semua siswa pada
masing-masing kelas untuk berdiri di
samping mejanya, kemudian peneliti
mengamati postur tubuh mereka. Siswa
yang dipilih menjadi subjek penelitian
adalah empat orang siswa yang berpostur
tubuh paling besar berdasarkan
S
PGM 2011, 34(2):138-146 Kebiasaan makan dan aktivitas fisik remaja H. Tetty; dkk
140
pengamatan tersebut. Selanjutnya
keempat siswa itu diukur berat dan tinggi
badannya untuk mengetahui status
obesnya, dan akhirnya ditemukan empat
siswa tersebut dengan IMT antara 33,5
dan 35,1 kg/m
2
.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan
meliputi data kebiasaan makan, aktivitas
fisik, terutama pada satu bulan terakhir,
serta pandangan siswa terhadap obesitas.
Kebiasaan makan dan aktivitas fisik tidak
digunakan untuk menganalisis penyebab
kegemukan tetapi lebih dimaksudkan
untuk memberikan gambaran kedua
peubah tersebut pada penderita
kegemukan.
Pengumpulan data dilakukan
dengan metode wawancara menggunakan
alat bantu perekam serta dengan
observasi. Wawancara secara berulang
antara 2-3 kali yang berlangsung sekitar
60 menit dilakukan, baik pada jam istirahat
sekolah (pukul 10:00-10:15 dan pukul
11:45-12:30) maupun sebelum pulang ke
rumah setelah selesai sekolah (setelah
pukul 12.30). Wawancara menggunakan
kuesioner yang dimodifikasi dari kuesioner
yang dikembangkan oleh Foroughian,
1
Lindelof,
8
Wills et al
9
dan Hesketh (2005).
3
Validasi data dilakukan dengan
triangulasi sumber informasi, yaitu dengan
melakukan wawancara terhadap subjek
penelitian, ibu dan teman akrabnya.
Penentuan sebagai teman akrab adalah
berdasarkan pengakuan subjek penelitian,
yang kemudian diverifikasi kepada teman
akrabnya, serta menanyakan teman akrab
subjek penelitian menurut ibu subjek
penelitian. Wawancara terhadap subjek
penelitian atau teman akrabnya, masing-
masing dilakukan secara personal tanpa
kehadiran pihak lain di ruang Bimbingan
dan Penyuluhan (BP) sekolah tersebut.
Wawancara terhadap ibu subjek penelitian
dilakukan saat kunjungan rumah.
Pengolahan dan Analisis Data
Hasil pengumpulan data dicatat dan
direkam (voice recorder). Segera setelah
kembali dari lapangan, catatan tersebut
serta hasil rekaman dikembangkan
menjadi transkrip. Analisis data yang
dilakukan adalah analisis isi (content
analysis) dari jawaban untuk setiap topik
pada wawancara. Selanjutnya analisis isi
jawaban tersebut serta hasil observasi
disarikan dalam bentuk narasi.
HASIL
Karakteristik Subjek Penelitian
Seperti pada Tabel 1, subjek
penelitian (SP) berumur 16-17 tahun,
dengan berat badan berkisar 87-113
kilogram serta tinggi badan 1,61-1,80
meter. Indeks massa tubuh (IMT) berada
pada rentang 33,5 hingga 35,1 dan
semuanya memiliki nilai Z_score >2
berdasarkan indeks IMT/U baku
antropometri anak 5-19 tahun WHO
(2007).
Tabel 1
Karakteristik Subjek Penelitian
No
Karakteristik
Jenis
Kelamin
Kelas Umur
(tahun)
Berat
Badan
(kg)
Tinggi
Badan
(m)
IMT
Sukubangsa
Ayah Ibu
SP1 Perempuan 11 17 87 1,61 33,5 Jawa Sunda
SP2 Perempuan 11 17 98 1,68 34,7 Jawa Palembang
SP3 Laki-laki 10 16 113 1,80 34,7 Keturunan
Tionghoa
Keturunan
Tionghoa
SP4 Laki-laki 11 17 105 1,73 35,1 Sunda Sunda
PGM 2011, 34(2):138-146 Kebiasaan makan dan aktivitas fisik remaja H. Tetty; dkk
141
Hanya SP3 yang merupakan anak
tunggal, sedangkan tiga lainnya
merupakan dua bersaudara. Hanya satu
yang merupakan anak kedua (SP2);
sisanya merupakan anak pertama.
Menurut pengakuan ibu, tiga subjek
penelitian sudah gemuk sejak balita.
Hanya satu, yaitu SP2 yang gemuk
setelah mendapat haid (kelas 2 SMP),
seperti diungkapkan ibunya sebagai
berikut:
Ibu SP2: “Si SP2 dari kecil badannya
bagus, coba ibu lihat itu fotonya
(sambil menunjuk foto yang
dipajang di ruang tamu). Dia
gemuk mulai mens di kelas 2
SMP, gara-gara mens larinya ke
makanan”.
Gambar 1
Foto Subjek Penelitian saat Pengumpulan Data
Berdasarkan observasi, kedua
subjek penelitian perempuan masing-
masing memiliki ibu dengan ukuran tubuh
yang mirip dengan mereka, yaitu besar.
Sementara laki-laki, yaitu SP4, memiliki
ibu dengan ukuran tubuh sedang (tidak
kurus atau tidak gemuk), sedangkan SP3
memiliki ibu yang kurus. Hanya SP1 yang
memiliki ayah dengan ukuran tubuh yang
gemuk; ayah dari subjek penelitian lainnya
memiliki ukuran tubuh sedang.
Hanya satu orang subjek penelitian,
yaitu SP1, yang memiliki ibu dengan
pekerjaan sebagai PNS; sisanya memiliki
ibu dengan pekerjaan sebagai ibu rumah
tangga. Karakteristik suku bangsa SP
tertera pada Tabel 1.
Kebiasaan Makan
1. Kebiasaan Sarapan
Semua subjek penelitian biasa
sarapan (makan pagi) sebelum berangkat
sekolah, tetapi terdapat perbedaan jenis
sarapan di antara perempuan dengan laki-
laki. Laki-laki sarapan dengan menu nasi,
sedangkan jenis sarapan perempuan
adalah dua lembar roti tawar.
Roti tawar yang dimakan SP1
adalah sebagai berikut: salah satu
permukaan dari kedua lembar roti tawar
masing-masing diolesi dengan satu
sendok makan margarin, lalu ditaburi
dengan meisis yang tebal (kombinasi
margarin dengan meisis) atau kadang-
kadang meisis diganti dengan 1 lembar
keju (kombinasi margarin dengan keju).
SP2
SP4
SP1
SP3
PGM 2011, 34(2):138-146 Kebiasaan makan dan aktivitas fisik remaja H. Tetty; dkk
142
Roti tawar yang dimakan SP2: salah
satu permukaan dari satu lembar roti
diolesi satu sendok makan selai kacang,
lalu ditutup oleh satu lembar roti tawar
lainnya atau kadang-kadang selai kacang
diganti dengan satu sendok makan
margarin yang selanjutnya ditaburi dengan
meisis hingga permukaan roti yang diolesi
margarin tersebut tertutupi oleh meisis.
Alasan perempuan tidak sarapan
dengan menu nasi diuraikan dalam
pernyataan berikut:
SP1: “Tidak biasa makan nasi”
SP2: “Tidak makan nasi pagi, soalnya
kalau makan nasi pagi sakit perut”
Subjek penelitian laki-laki sarapan
dengan menu nasi, lauk hewani dan tanpa
sayur. SP3 sarapan nasi dengan porsi 2-3
sendok nasi (centong) dan jenis lauk
hewani yang lebih bervariasi, kadang-
kadang telur, ikan atau nuget, tetapi yang
paling sering (4-5 kali seminggu) adalah
nuget dengan porsi sekali makan 8-9
potong. Adapun SP4 secara rutin sarapan
dengan nasi sebanyak 2 centong dan 1
butir telur goreng serta kecap.
2. Membawa Bekal dan Makan Siang
Tidak seorang pun subjek laki-laki
yang membawa bekal ke sekolah,
sedangkan perempuan secara rutin
membawa bekal ke sekolah. SP1 secara
rutin membawa bekal minuman berupa 3
in 1 yang terdiri dari susu, gula sedangkan
SP2 memiliki kebiasaan rutin membawa
bekal makanan ke sekolah yang terdiri
dari nasi atau mie dengan ayam goreng
atau telur dadar, kadang-kadang dengan
sayur.
Hanya satu orang siswa yaitu SP4 yang
selalu makan siang di rumah. Menu
makan siang SP3 diungkapkan dia dan
ibunya sebagai berikut:
SP3: “Menunya gimana yang dimasak
ibu, paling sering telur dadar, nasi
3 centong dan sayur. Tapi selalu
pake teh manis dengan es.
Ibu SP4:“Pulang sekolah si SP3
kadang-kadang jam 5, biasanya
dia minta makan siang. Apa
adanya aja, lauknya paling sering
telor, sama sayur kalo lagi ada.
Siswi SP2 yang membawa bekal
biasanya makan siang pada istirahat
pertama (pukul 10.00-10.15 WIB). Siswi
SP1 dan siswa SP3 makan siang di kantin
Fahutan IPB pada istirahat kedua (pukul
11.45-12.30). Menu yang paling sering
dibeli SP1 adalah nasi goreng dengan
telur atau menu yang terdiri dari nasi,
sayur dan usus dengan harga rata-rata Rp
5000. Menu makan siang yang dibeli SP3
diungkapkan pada uraian berikut:
SP3:“Kalo istirahat kedua, kan lama.
Biasanya saya ke kantin Fahutan,
makan nasi pake soto mie,
minumnya es kelapa. Pulang
sekolah saya tidak makan lagi.”
Makan malam
Hampir semua subyek penelitian
memiliki kebiasaan makan malam dengan
menu dasar nasi, pada pukul 16.30-20.00.
Hanya seorang siswi (SP2) yang kadang-
kadang makan malam dengan menu
dasar nasi, seperti diungkapkan SP2 dan
ibunya berikut:
SP2: “Kalau lapar makan, biasanya
tergantung mama masaknya apa.
Kalo malam kan orang sudah
malas makan nasi, mama buat
mie goreng. Paling sering kwitiau,
biasanya dicampur bakso, telur
dan sayuran. --- Makannya
seberapa? --- Tertawa.., ambil 1
piring, lalu kerjain PR dulu, lalu
dilanjutin lagi, ambil lagi setengah
piring”
Ibu SP2: “Makan malam? sudah 3 hari
ini makan bakso, paling ditambah
roti sekeping”
SP1 makan malam biasanya pukul
19.00 WIB, dengan menu nasi, lauk
biasanya ikan atau cumi dan sayur
favoritnya brokoli. Menurut ibu SP1,
sebelum makan malam biasanya SP1
makan cornflakes kurang lebih 4 sendok
makan dan setelah makan malam minum
susu murni setengah liter.
Menu makan malam SP3 yang
paling sering adalah nasi dengan ayam
goreng atau mie goreng atau mie kuah,
seperti diungkapkannya berikut:
SP3: “kalo makan malam, saya tidak
mau nambah nasi. Nasinya tiga
centong saja. Biasanya saya
makan nasinya dulu, terakhir
lauknya misalnya ayam goreng
atau mie goreng atau mie kuah”
Ibu SP3: “Dia itu paling suka dengan
ayam goreng, mie goreng atau
mie kuah. Ayam goreng 3 potong
juga habis sama dia”
Sementara itu, SP4 biasanya makan
malam dengan menu nasi 2-3 centong,
tempe atau tahu goreng, kadang-kadang
ikan atau telor dan sayuran ditumis.
PGM 2011, 34(2):138-146 Kebiasaan makan dan aktivitas fisik remaja H. Tetty; dkk
143
Makanan Jajanan/snack
Subyek penelitian biasanya membeli
jajanan di kantin sekolah. Siswi SP1,
membeli jajanan hampir setiap hari
setelah pulang sekolah berupa 1 buah roti
coklat atau roti daging dan minuman teh di
botol atau air mineral dingin. Siswi yang
bawa bekal makanan ke sekolah (SP2)
biasanya membeli jajanan jika diajak
temannya dengan fekuensi 3-4 kali dalam
seminggu. Jenis jajanan yang biasa
dibelinya adalah coklat, atau keripik
singkong rasa pedas atau citos, tetapi
menurut pengakuannya dan teman
akrabnya yang paling sering adalah 1
batang coklat dengan harga Rp 1000.
Siswa (SP3) setiap jam istirahat
selalu jajan karena sudah merasa lapar
seperti diungkapan teman akrabnya (TA3)
dan ungkapan SP3 berikut:
TA3: “Kalau lagi pelajaran, dia sering
ngomong kapan istirahat, sudah
lapar”
SP3:“Kalo istirahat jam 10, makan
mie, minuman montie, atau nggak
cola, jajannya ceban
(ceban=Rp,10.000)”
Adapun subyek yang tidak makan
siang di sekolah (SP4) selalu jajan pada
salah satu jam istirahat. Jenis jajanan
yang biasa dibelinya gorengan, bakwan
jagung, tempe seharga Rp 2000 atau 4
buah.
Subyek penelitian makan
camilan/snack ketika sedang nonton, atau
lagi tidak ada kegiatan dirumah. Jenis
camilan yang digemari SP2 dan SP4
adalah kerupuk. Semua subyek penelitian
dan ibunya mengaku bahwa frekuensi
makan camilan sangat sering dan banyak,
seperti terungkap pada pernyataaan
berikut:
SP1: “Makanan camilan? Haha...,
yang tadinya 1 stoples tiba-tiba
setengah stoples, suka nggak
nyadar” (ukuran stoples: ± 20x15
cm
2
)
Ibu SP1: “Makanan camilan? Aduh, itu
dia, berat tuh. Kadang dia buat
sendiri martabak mie yang dibuat
dari 1 bungkus mie instan, 2 butir
telur” Kalau malam dia suka
jajanan pop corn, keripik singkong
yang pedas, peyek, dia juga
punya simpanan coklat setengah
batang sekali makan dan es krim
juga selalu ada di kulkas.
SP2: ”Kalo lagi pengen atau lagi nafsu
makan, makan aja”.
Ibu SP2: “Asal mutar di dapur pasti
ngambil kerupuk pelangi (kerupuk
dengan warna dasar putih, dan
dipinggirnya dikelilingi oleh warna
hijau dan merah). Cireng dan
minuman soda gembira dia juga
suka”
SP3: “Kalo belum habis mau ngemil
terus”
Ibu SP3: “Pokoknya kalo belum tidur
belum berhenti makan, apa ajalah
paling sering coklat caca, biskuit”
SP4: ”Lagi bosan, cariin makanan,
makan aja cemilan yang ada,
biasanya keripik singkong.”
Ibu SP4: “Hobinya makan selalu,
biasanya saya sediain kerupuk
atau keripik singkong karena dia
suka minta. Itu dia buat cemilan
kalo lagi nonton atau lagi bosan”
Porsi Makanan
Menurut pengakuan semua subyek
penelitian dan ibunya, porsi nasi yang
mereka konsumsi tidak besar. Namun
makanan lainnya selain nasi, apalagi
makanan yang mereka gemari dikonsumsi
dalam porsi yang cukup besar. Hal ini
didukung oleh penyataan ibu mereka
seperti diungkapan salah seorang ibu
berikut:
Ibu SP3: “Dia mah makan nasi sedang
aja, seperti kita perempuan
makanlah” tapi makanan lain dia
makannya banyak. Bapaknya
suka marah, cuman saya tidak
suka anak dilarang-larang makan,
kan kasihan”
SP1 sangat menggemari makanan
martabak mie, coklat, es krim, cornflakes,
popcorn serta susu segar. SP1 biasanya
minum susu segar satu liter dalam sehari.
Bakso, cokelat, cireng, dan soda gembira
merupakan jenis makanan kegemaran.
SP3 mengaku menggemari semua
makanan asalkan enak menurutnya
sedangkan SP4 mengaku menggemari
keripik singkong. SP2 dan SP4 dapat
makan kerupuk hingga setengah stoples
sekali makan, sedangkan siswa SP3
dapat minum susu kemasan 6 bungkus
sekali minum.
Kebiasaan makan sayur
Ada dua orang subyek penelitian
yang terdiri dari satu siswi (SP2) dan satu
siswa (SP3) yang sama sekali tidak mau
PGM 2011, 34(2):138-146 Kebiasaan makan dan aktivitas fisik remaja H. Tetty; dkk
144
makan sayur, seperti ungkapan dari ibu
berikut:
Ibu SP2: “Jangankan makan sayur
dengan nasi, mie goreng ada sawi
aja, tidak dimakan”
Ibu SP3: “Sayur? Itu dia, hmm kalo
sayur bu, tidak pernah sama
sekali. Saya dan kakaknya
sengaja makan sayur di depan
dia, tetap aja dia tidak makan.
Tapi kadang saya bekalin sayur
juga. Kata dia sih, kalo dibekalin
dengan sayur, sayur dimakan
sama temannya.”
Menurut pengakuan kedua ibu
tersebut, kebiasaan tidak makan sayur
dimulai sejak masih balita. Subyek
penelitian mengatakan mereka tidak
makan sayur dengan alasan terasa tidak
enak dan sulit untuk itelan.
Pertimbangan untuk makan pangan
tertentu
Hampir semua subyek penelitian
memiliki pertimbangan untuk makan
karena memang menginginkan makanan
tersebut. Tetapi pertimbangan lain dari
subyek perempuan adalah takut gendut.
Adapun pertimbangan lainnya seperti
pada ungkapan berikut:
SP3: “Pertimbangannya mau beli
makan yang enak dan murah,
setiap mau beli coba-coba di
semua dulu, di “BARA”(nama jalan
di sekitar sekolah) ada yang
enak.”
Keadaan yang membuat cenderung
untuk makan
Keadaan yang membuat subyek
penelitian cenderung makan atau tidak
makan terungkap pada uraian berikut:
SP1: “Haha.... Kalau lagi bosan aja,
cariin makanan”
SP2: “Kalo lagi BT makan
(BT=perasaan tidak enak), nafsu
makan jadi naik. Biasanya beli
coklat batang „SQ‟. Belinya satu
aja, walaupun BT tetap ingat uang
juga”
Ibu SP3: “Begitu bangun, dia mah
langsung cari makan, fokusnya
makan aja”
Ibu SP4: “Pokoknya kalau belum tidur
belum berhenti nyariin makanan”
Aktivitas Fisik
Semua subyek penelitian berangkat
ke sekolah tanpa membutuhkan aktivitas
fisik yang berarti karena kedua siswi (SP1
dan SP2) diantar hingga di depan sekolah
sedangkan siswa SP3 dan SP4 masing-
masing naik ojek dan sepeda motor
hingga di depan sekolah. Berdasarkan
wawancara dan observasi pada jam
istirahat sekolah, semua siswi (SP1 dan
SP2) lebih senang tinggal di kelas ngobrol
atau mendengar musik lewat HP. Hanya
satu orang siswa yaitu SP4 yang hampir
tiap jam istirahat main basket di
pekarangan sekolah. Sedangkan kegiatan
siswa SP3 terungkap pada pernyataan
berikut :
SP3: “Saya, lagi jam istirahat, ya
makan, beli mie sama minum.
Udah itu aja. Kalau lagi istirahat
saya nggak pernah main-main
gitu“
Selain olahraga pada jam mata
pelajaran olahraga di sekolah, semua
subyek penelitian tidak melakukan
olahraga secara rutin. SP1 melakukan
olahraga badminton pada hari minggu
atau jika libur (kira-kira dua kali dalam
sebulan) selama 30-45 menit. SP2 sangat
jarang melakukan olahraga, hampir satu
kali dalam dua bulan mengikuti jalan pagi
keliling Kebun Raya Bogor, itupun jika
diajak oleh temannya. Pada hari minggu
atau libur, SP3 lebih senang menonton
teman-temannya yang bermain bola
sedangkan SP4 pada hari minggu
(biasanya satu kali dalam sebulan)
bermain futsal selama kurang lebih satu
jam pada pagi hari.
Penelitian kualitatif oleh Foroughian
(2010) mengungkapkan bahwa olahraga
dan aktivitas yang kurang, serta waktu
untuk menonton televisi atau bermain
komputer atau game elektronik selama
berjam-jam termasuk faktor yang berperan
terhadap status berat badan remaja yang
obes. Sebaliknya berjalan kaki ke sekolah,
dan melakukan olahraga di sekolah
secara rutin termasuk faktor protektif yang
berperan untuk mempertahankan berat
badan yang sehat. Hadi (2005) juga
menguraikan bahwa waktu yang dimiliki
remaja obes untuk melakukan aktivitas
fisik yang sedang atau berat lebih pendek
dibandingkan dengan remaja non-obes di
kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.
Pandangan tentang Obesitas
Semua subjek penelitian mengaku
dan menyadari bahwa kebiasaan makan
dan aktititas seperti yang mereka jalani
berkaitan dengan ukuran tubuhnya.
PGM 2011, 34(2):138-146 Kebiasaan makan dan aktivitas fisik remaja H. Tetty; dkk
145
Mereka juga mengaku tahu bahwa ukuran
tubuh yang besar (obesitas) berkaitan
dengan kesehatan, seperti juga
diungkapan salah satu subjek penelitian
berikut:
SP2: “Saya juga tahu bu, misalnya
saya gini, risiko penyakitnya juga
akan banyak, bisa sakit
jantunglah, nafasnya sesak, ya
kalo saya olahraga juga kaki saya
betisnya suka kram”
Subyek penelitian SP1 dan SP4
merasa bahwa mereka merasa biasa saja
terhadap ukuran tubuhnya. Perasaan
subyek penelitian lainnya terungkap dalam
pernyataan berikut:
TA SP2: Teman-teman suka ngomong
“ih badan lho gemuk amat sih”
paling TA bilang, ih diam dong,
jaga mulutnya jangan bawa-bawa
body, jaga perasaan gitu, tapi SP2
itu fun-fun aja, biasa-biasa
aja,happy aja.
Ibu SP2: Maunya dia sebelum kuliah
kurusan, kalo anak SMA kan
pakeannya standar, kalo kuliah
tidak begitu lagi. Tapi dia mah
biasa aja.
SP3: Ya saya kan sudah kayak gini
bu, ya terima aja.Kalo misalnya
ngecilin badan juga susah, banyak
godaan. Kalo menolak juga susah.
Ya sudah terima aja.
Hanya seorang dari subyek
penelitian yaitu siswi SP2 yang berusaha
menurunkan berat badan yaitu dengan
mengikuti totok perut, seperti diungkapkan
pada kalimat berikut:
Ibu SP2:“Kita pernah bawa SP2,
ditotok perutnya, tapi kasihan juga
dia, makannya daging melulu,
pantangannya tidak boleh makan
nasi. Hanya sekali seminggu
boleh makan nasi, jam 10 malam
gitu, istilahnya dikunci gitu, lama-
lama kayak kuntilanak aja kalo
hanya makan daging tidak makan
nasi. Akhirnya, dia langgar.”
SP2: Mama suruh ikut totok perut, di
daerah taman kencana itu, ada
yang sudah terkenal untuk
nyembuhin penyakit dan untuk
ngurusin badan. Tapi
pantangannya tidak boleh makan
nasi, dia nyuruh makan daging,
katanya kalau mau kurus itu,
hancurin lemak harus lemak, jadi
makan setiap hari makan daging
sapi, daging kambing, daging
ayam. Ada jadwalnya boleh buka,
rabu depan setelah totok pada
hari rabu ini, baru boleh makan
nasi boleh jam 10 malam doang,
jadi kan jenuh, saya ngelanggar,
sudah 3 x pertemuan, tapi
walaupun sudah selesai 3 x
pertemuan tidak boleh dilanggar,
dikunci istilahnya. Kalau nggak
ada mama, saya suka nyuri-nyuri
gitu, nggak betah kalo orang
Indonesia kalo belum makan nasi
kan belum makan, ya udah
akhirnya berantakan.
BAHASAN
Hasil penelitian terhadap remaja di
Asia menunjukkan adanya sejumlah faktor
risiko yang ditemukan mempengaruhi
kelebihan berat badan, yaitu konsumsi
junk food seperti keripik, biskuit, cokelat
dan pie di sekolah atau di rumah;
konsumsi yang tinggi terhadap minuman
manis, gorengan dan makanan cepat saji;
serta memiliki akses terhadap pangan
yang lebih banyak dan lebih beragam.
1
Sejumlah faktor risiko tersebut terungkap
juga dalam penelitian ini.
Semua subyek penelitian berangkat
ke sekolah tanpa membutuhkan aktivitas
fisik yang berarti dan tidak melakukan
olahraga secara rutin. Penelitian kualitatif
oleh Foroughian
1
mengungkapkan bahwa
olahraga dan aktivitas yang kurang, serta
waktu untuk menonton televisi atau
bermain komputer atau game elektronik
selama berjam-jam termasuk faktor yang
berperan terhadap status berat badan
remaja yang obes. Sebaliknya berjalan
kaki ke sekolah, dan melakukan olahraga
di sekolah secara rutin termasuk faktor
protektif yang berperan untuk
mempertahankan berat badan yang sehat.
Hadi
11
juga menguraikan bahwa waktu
yang dimiliki remaja obes untuk
melakukan aktivitas fisik yang sedang atau
berat lebih pendek dibandingkan dengan
remaja non-obes di kota Yogyakarta dan
Kabupaten Bantul.
Semua subyek penelitian mengaku
tahu adanya kaitan negatif antara obesitas
dengan kesehatan, namun demikian
mereka merasa sudah biasa dengan
tubuh yang gemuk. Perasaan biasa saja
terhadap ukuran tubuh yang obes juga
diungkapkan pada penelitian kualitatif oleh
Amiri et.al
10
di Iran yang menyatakan
bahwa faktor pribadi yaitu persepsi positif
di mana obesitas merupakan sesuatu
PGM 2011, 34(2):138-146 Kebiasaan makan dan aktivitas fisik remaja H. Tetty; dkk
146
yang normal atau bahkan sesuatu yang
positif merupakan penghalang (barrier)
pada gaya hidup sehat remaja yang obes.
Perasaan biasa saja terhadap
ukuran tubuh yang obes juga diungkapkan
pada penelitian kualitatif oleh Amiri et.al
(2010) yang menyatakan bahwa faktor
pribadi yaitu persepsi positif di mana
obesitas merupakan sesuatu yang normal
atau bahkan sesuatu yang positif
merupakan penghalang (barrier) pada
gaya hidup sehat remaja yang obes di
Iran.
KESIMPULAN
Secara umum, kebiasaan makan
dan aktivitas fisik yang dilakukan oleh
subyek penelitian masih kurang baik.
Meskipun asupan dari makanan pokok
(nasi) tidak banyak, tetapi subyek makan
berlebih untuk makanan yang sangat
disukai, terutama jajanan/snack. Semua
subyek penelitian mengaku bahwa
terdapat kaitan antara kebiasaan makan
dan aktivitas fisik dengan ukuran tubuh
mereka sekarang. Meskipun subyek
mengaku tahu adanya kaitan negatif
antara ukuran tubuh yang besar (obesitas)
dengan kesehatan, namun demikian
mereka merasa sudah terbiasa dengan
tubuh yang gemuk.
SARAN
Perlu dilakukan pendampingan dan
dukungan untuk menurunkan berat badan
subyek penelitian dengan kebiasaan
makan yang seimbang dan meningkatkan
aktivitas fisik. Peningkatan pengetahuan
gizi terkait obesitas dari para ibu subyek
penelitian masih perlu ditingkatkan
misalnya melalui penyuluhan atau
konseling gizi.
RUJUKAN
1. Foroughian S. A quantitave and
qualitative study of lifestyle and
obesity in Asian Adolescents in New
Zealand. PhD thesis. Auckland: The
University of Auckland, 2010.
2. Fitch K, Pyenson B, Abbs S, Liang
M. Obesity: a big problem getting
bigger. Research Report. Milliman,
2004.
3. Hesketh K, Waters E, Green J,
Salmon L, Williams J. Healthy
eating, activity and obesity
prevention: a qualitative study of
parent and child perceptions in
Australia. Health Promotion
International 2005; 20(1): 19-26.
4. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007:
Laporan Nasional. Jakarta: Badan
Litbangkes Depkes, 2008.
5. Gropper SS, Smith JL, Groff JL.
Advanced Nutrition and Human
Metabolism. Fifth edition. Belmont:
Wadsworth, 2009.
6. Galuska, DA and Khan, L K. 2009.
Obesity: A public health perspective.
In: Present Knowledge in Nutrition.
8th Edition.
7. Lieberman A, Robbins J, Terras A.
Why some adolescents lose weight
and others do not: a qualitative
study. J Natl Med Assoc. 2009;
101(5):439-47.
8. Lindelof A and Nielsen, CV. 2010.
Empirical Studies. Obesity treatment
more than food and exercise: a
qualitative study exploring obese
adolescents’ and their parents’
views on the former’s obesity. Int J
Qualitative Stud Health Well-being
2010; 5: 5073.
9. Wills, W et.al. 2006. Young
teenagers’ perceptions of their own
and others’ bodies: A qualitative
study of obese, overweight and
‘normal’ weight young people in
Scotland Soc Sci Med. 2006 Jan;
62(2):396-406. Epub 2005 Jul 21.
10. Amiri P, et.al. 2010. Barries to a
healthy lifestyle among obese
adolescents: a qualitative study from
Iran. Int J Public Health. DOI
10.1007/s00038-010-0119-6.
Published online: 09 February 2010
11. Hadi, H. 2005. Beban ganda
masalah gizi dan implikasinya
terhadap Kebijakan Pembangunan
Kesehatan Nasional. Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar
pada Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada pada
tanggal 5 Februari 2005 di
Yogyakarta.

More Related Content

What's hot

Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangPenelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangAna Sengga
 
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Operator Warnet Vast Raha
 
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRSTmakalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRSTSri Nur Ramliah
 
Makalah Status GIZI
Makalah Status GIZIMakalah Status GIZI
Makalah Status GIZIApapunituzar
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter iioothee
 
Laporan tahap 1 metpen
Laporan tahap 1 metpenLaporan tahap 1 metpen
Laporan tahap 1 metpenGriya Nugroho
 
PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...
PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...
PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...Repository Ipb
 
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...Chrysmada Dewa Kusuma
 
SINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIKSINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIKSii AQyuu
 
PENILAIAN STATUS GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI  PENILAIAN STATUS GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI pjj_kemenkes
 
Kebutuhan anak sekolah dasar
Kebutuhan anak sekolah dasarKebutuhan anak sekolah dasar
Kebutuhan anak sekolah dasarmentari anggraini
 
Tugas akhirkuliah
Tugas akhirkuliahTugas akhirkuliah
Tugas akhirkuliahNoor Azizah
 
Proposal Penelitian
Proposal PenelitianProposal Penelitian
Proposal PenelitianYayu Ferdian
 
Presentasi Makalah Status Gizi
Presentasi Makalah Status GiziPresentasi Makalah Status Gizi
Presentasi Makalah Status GiziApapunituzar
 
Penilaian st gizi
Penilaian st giziPenilaian st gizi
Penilaian st giziPriyo1212
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...Sii AQyuu
 
Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...
Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...
Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...Noor Azizah
 

What's hot (19)

Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru KupangPenelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
Penelitian Status GIZI TK Kota Baru Kupang
 
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
 
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRSTmakalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
makalah-gizi-buruk-lengkap_akperRST
 
Makalah Status GIZI
Makalah Status GIZIMakalah Status GIZI
Makalah Status GIZI
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Laporan tahap 1 metpen
Laporan tahap 1 metpenLaporan tahap 1 metpen
Laporan tahap 1 metpen
 
PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...
PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...
PENGARUH PEMBERIAN ZAT MULTI GIZI MIKRO DAN PENDIDIKAN GIZI TERHADAP PENGETAH...
 
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...
Penatalaksanaan gizi berimbang pada masa tumbuh kembang, kebugaran jasmani da...
 
SINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIKSINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIK
 
PENILAIAN STATUS GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI  PENILAIAN STATUS GIZI
PENILAIAN STATUS GIZI
 
Kebutuhan anak sekolah dasar
Kebutuhan anak sekolah dasarKebutuhan anak sekolah dasar
Kebutuhan anak sekolah dasar
 
Tugas akhirkuliah
Tugas akhirkuliahTugas akhirkuliah
Tugas akhirkuliah
 
Proposal Penelitian
Proposal PenelitianProposal Penelitian
Proposal Penelitian
 
Presentasi Makalah Status Gizi
Presentasi Makalah Status GiziPresentasi Makalah Status Gizi
Presentasi Makalah Status Gizi
 
Penilaian st gizi
Penilaian st giziPenilaian st gizi
Penilaian st gizi
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
 
Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...
Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...
Tahap 1 persepsi pengaruh gaya hidup dan pola makan sehari-hari terhadap kese...
 
Modul 1 kb 3
Modul 1 kb 3Modul 1 kb 3
Modul 1 kb 3
 
Makalah kesehatan
Makalah kesehatanMakalah kesehatan
Makalah kesehatan
 

Similar to KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU KORNITA BOGOR

POSTER SEMNAS KEBIDANAN.pdf
POSTER SEMNAS KEBIDANAN.pdfPOSTER SEMNAS KEBIDANAN.pdf
POSTER SEMNAS KEBIDANAN.pdfLaluJuntraUtama
 
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...Sii AQyuu
 
Determinan status gizi pada siswa sekolah dasar
Determinan status gizi pada siswa sekolah dasarDeterminan status gizi pada siswa sekolah dasar
Determinan status gizi pada siswa sekolah dasarFuadrizalfauzi
 
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...Sii AQyuu
 
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdfellyaniabadi1
 
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...Operator Warnet Vast Raha
 
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...Sii AQyuu
 
PROPOSAL Kajian Tentang Tahap Pengetahuan, Sikap dan Amalan Pelajar Universit...
PROPOSAL Kajian Tentang Tahap Pengetahuan, Sikap dan Amalan Pelajar Universit...PROPOSAL Kajian Tentang Tahap Pengetahuan, Sikap dan Amalan Pelajar Universit...
PROPOSAL Kajian Tentang Tahap Pengetahuan, Sikap dan Amalan Pelajar Universit...Hanissa Rafee
 
literatur review hubungan pola makan terhadap body image.docx
literatur review hubungan pola makan terhadap body image.docxliteratur review hubungan pola makan terhadap body image.docx
literatur review hubungan pola makan terhadap body image.docxNandaMaisyuri1
 
23807-48469-1-SM.pdf
23807-48469-1-SM.pdf23807-48469-1-SM.pdf
23807-48469-1-SM.pdfagnesabelyna1
 
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdfellyaniabadi1
 
16-Article Text-19-1-10-20181015.pdf
16-Article Text-19-1-10-20181015.pdf16-Article Text-19-1-10-20181015.pdf
16-Article Text-19-1-10-20181015.pdfMetaDwiCahyani
 
Laporan akhir.
Laporan akhir.Laporan akhir.
Laporan akhir.raycha26
 
Laporan akhir
Laporan akhirLaporan akhir
Laporan akhirraycha26
 
[Tahap i] perubahan pola makan terhadap mahasiswa perantau, program studi ilm...
[Tahap i] perubahan pola makan terhadap mahasiswa perantau, program studi ilm...[Tahap i] perubahan pola makan terhadap mahasiswa perantau, program studi ilm...
[Tahap i] perubahan pola makan terhadap mahasiswa perantau, program studi ilm...raycha26
 
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITASANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITASii AQyuu
 

Similar to KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU KORNITA BOGOR (20)

POSTER SEMNAS KEBIDANAN.pdf
POSTER SEMNAS KEBIDANAN.pdfPOSTER SEMNAS KEBIDANAN.pdf
POSTER SEMNAS KEBIDANAN.pdf
 
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
HUBUNGAN BODY IMAGE, PENGETAHUAN GIZI SEIMBANG, DAN AKTIFITAS FISIK TERHADAP ...
 
Plugin 9leni 19.pdf
Plugin 9leni 19.pdfPlugin 9leni 19.pdf
Plugin 9leni 19.pdf
 
2.docx
2.docx2.docx
2.docx
 
Determinan status gizi pada siswa sekolah dasar
Determinan status gizi pada siswa sekolah dasarDeterminan status gizi pada siswa sekolah dasar
Determinan status gizi pada siswa sekolah dasar
 
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
 
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
85-Article Text-306-1-10-20201003.pdf
 
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
 
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
 
Prilaku sedentari
Prilaku sedentariPrilaku sedentari
Prilaku sedentari
 
PROPOSAL Kajian Tentang Tahap Pengetahuan, Sikap dan Amalan Pelajar Universit...
PROPOSAL Kajian Tentang Tahap Pengetahuan, Sikap dan Amalan Pelajar Universit...PROPOSAL Kajian Tentang Tahap Pengetahuan, Sikap dan Amalan Pelajar Universit...
PROPOSAL Kajian Tentang Tahap Pengetahuan, Sikap dan Amalan Pelajar Universit...
 
literatur review hubungan pola makan terhadap body image.docx
literatur review hubungan pola makan terhadap body image.docxliteratur review hubungan pola makan terhadap body image.docx
literatur review hubungan pola makan terhadap body image.docx
 
23807-48469-1-SM.pdf
23807-48469-1-SM.pdf23807-48469-1-SM.pdf
23807-48469-1-SM.pdf
 
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
316-Article Text-1650-2-10-20200523.pdf
 
16-Article Text-19-1-10-20181015.pdf
16-Article Text-19-1-10-20181015.pdf16-Article Text-19-1-10-20181015.pdf
16-Article Text-19-1-10-20181015.pdf
 
Laporan akhir.
Laporan akhir.Laporan akhir.
Laporan akhir.
 
Laporan akhir
Laporan akhirLaporan akhir
Laporan akhir
 
841 1526-1-sm
841 1526-1-sm841 1526-1-sm
841 1526-1-sm
 
[Tahap i] perubahan pola makan terhadap mahasiswa perantau, program studi ilm...
[Tahap i] perubahan pola makan terhadap mahasiswa perantau, program studi ilm...[Tahap i] perubahan pola makan terhadap mahasiswa perantau, program studi ilm...
[Tahap i] perubahan pola makan terhadap mahasiswa perantau, program studi ilm...
 
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITASANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
 

More from Sii AQyuu

GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/IGAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/ISii AQyuu
 
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN STATUS BESI REMAJA WANITA
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN  STATUS BESI REMAJA WANITAEFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN  STATUS BESI REMAJA WANITA
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN STATUS BESI REMAJA WANITASii AQyuu
 
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...Sii AQyuu
 
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota DenpasarKonsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota DenpasarSii AQyuu
 
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...Sii AQyuu
 
CARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI
CARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANICARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI
CARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANISii AQyuu
 
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...Sii AQyuu
 
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...Sii AQyuu
 
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTPHubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTPSii AQyuu
 
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...Sii AQyuu
 
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...Sii AQyuu
 
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...Sii AQyuu
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...Sii AQyuu
 
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...Sii AQyuu
 
Poltekkes malang obesitas dan fertilitas
Poltekkes malang obesitas dan fertilitasPoltekkes malang obesitas dan fertilitas
Poltekkes malang obesitas dan fertilitasSii AQyuu
 
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...Sii AQyuu
 
Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...
Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...
Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...Sii AQyuu
 
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gs
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gsAnalisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gs
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gsSii AQyuu
 
Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja
Perilaku Gizi Seimbang Pada RemajaPerilaku Gizi Seimbang Pada Remaja
Perilaku Gizi Seimbang Pada RemajaSii AQyuu
 
Terapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit Degeneratif
Terapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit DegeneratifTerapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit Degeneratif
Terapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit DegeneratifSii AQyuu
 

More from Sii AQyuu (20)

GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/IGAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
 
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN STATUS BESI REMAJA WANITA
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN  STATUS BESI REMAJA WANITAEFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN  STATUS BESI REMAJA WANITA
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN STATUS BESI REMAJA WANITA
 
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
 
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota DenpasarKonsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar
 
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
 
CARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI
CARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANICARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI
CARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI
 
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
 
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...
 
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTPHubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP
 
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...
 
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...
 
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
 
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
 
Poltekkes malang obesitas dan fertilitas
Poltekkes malang obesitas dan fertilitasPoltekkes malang obesitas dan fertilitas
Poltekkes malang obesitas dan fertilitas
 
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
 
Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...
Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...
Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...
 
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gs
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gsAnalisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gs
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gs
 
Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja
Perilaku Gizi Seimbang Pada RemajaPerilaku Gizi Seimbang Pada Remaja
Perilaku Gizi Seimbang Pada Remaja
 
Terapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit Degeneratif
Terapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit DegeneratifTerapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit Degeneratif
Terapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit Degeneratif
 

Recently uploaded

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 

Recently uploaded (20)

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 

KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU KORNITA BOGOR

  • 1. PGM 2011, 34(2):138-146 Kebiasaan makan dan aktivitas fisik remaja H. Tetty; dkk 138 KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU KORNITA BOGOR (FOOD HABIT AND PHYSICAL AACTIVITY OF OBESE ADOLESCENTS: A CASE STUDY AT SMU KORNITS BOGOR) Tetty Herta 1 dan Dodik Briawan 2 ABSTRACT The aim of this study was to explore food habit, physical activity of the obese adolescents and their views on obesity by involving interviews with obese adolescents, their mothers and their closed friends. Four obese adolescents aged 16-17 years from senior high school Kornita Bogor participated in this study. The results showed obese adolescents have unhealthy food habit and physical activity. All subjects knew the interaction their daily food habit and physical activities with their body size. Although they know the negative interaction obesity with health, but obese adolescents felt enjoy with their body size. Keywords: Food habit, physical activity, obese adolescents ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi kebiasaan makan dan aktivitas fisik remaja yang obes serta menggali pandangan mereka tentang obesitas. Data dikumpulkan melalui wawancara terhadap subjek, ibu dan teman akrabnya serta melalui observasi. Subjek penelitian ini dipilih secara purposive dari siswa SMU sebanyak empat siswa obes berusia 16-17 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja obes memiliki kebiasaan makan dan aktivitas fisik yang kurang sehat. Semua subyek penelitian mengaku tahu adanya pengaruh negatif obesitas terhadap kesehatan, namun mereka merasa biasa saja dengan ukuran tubuhnya yang obes. [Penel Gizi Makan 2011, 34(2): 138-146] Kata kunci: Kebiasaan makan, aktivitas fisik, remaja obes 1 Program Studi Doktoral Ilmu Gizi Manusia, Fakultas Ekologi Manusia IPB, Bogor 2 Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, IPB, Bogor
  • 2. PGM 2011, 34(2):138-146 Kebiasaan makan dan aktivitas fisik remaja H. Tetty; dkk 139 PENDAHULUAN ecara global perkembangan prevalensi kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas pada anak dan remaja usia 5-17 tahun terus meningkat selama 20 tahun terakhir. International Obesity Task Force memperkirakan sedikitnya 155 juta anak usia sekolah di seluruh dunia mengalami overweight atau obesitas. Hal ini didukung oleh berbagai laporan dan literatur yang menunjukkan bahwa overweight dan obesitas pada anak dan remaja menjadi suatu masalah kesehatan masyarakat global. Bahkan WHO menggambarkan prevalensi obesitas menjadi epidemi. 1 National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) melaporkan ternyata prevalensi obesitas pada umur 12–19 tahun mengalami peningkatan menjadi 15,5 persen pada tahun 1999-2000 dari 10,5 persen pada tahun 1988-1994. 2 Di Australia, 25 persen anak-anak mengalami overweight dan obesitas. 3 Di Indonesia, menurut data Riskesdas 2007, 4 prevalensi kegemukan pada anak usia 6-14 tahun adalah sebesar 15,9 persen dan pada usia ≥ 15 tahun sebesar 18,8 persen. Obesitas dapat dipandang sebagai suatu penyakit dan faktor risiko terhadap berbagai penyakit, seperti gangguan metabolisme glukosa, resistensi insulin, diabetes tipe 2, hipertensi, stroke, penyakit jantung koroner, dislipidemia, gangguan tidur, asma dan osteoartritis (Gropper, 2009). 5 Anak-anak yang obes (obese) memiliki kecenderungan untuk tetap obes pada masa dewasa sehingga memiliki risiko penyakit dan gangguan yang berhubungan dengan obesitas. Pada saat yang sama, obesitas pada masa anak- anak dan remaja juga akan berdampak terhadap gagguan psikologis dan sosial. 1 Obesitas merupakan akibat dari ketidakseimbangan energi. Secara teoretis, dua faktor yang berkontribusi terhadap ketidakseimbangan energi pada penderita obesitas adalah asupan energi yang berlebih serta aktivitas fisik yang kurang. Dari perspektif gizi masyarakat, dua faktor tersebut, termasuk esensial karena setiap individu dapat mengubah asupan energi melalui kebiasaan makan dan pengeluaran energi melalui aktivitas fisik. Persepsi tentang diri (body images) juga merupakan faktor penting lainnya yang turut berkontribusi terhadap terjadinya obesitas. 6 Lieberman et al 7 menguraikan bahwa ada beberapa faktor yang berperan terhadap obesitas pada remaja, yaitu kebiasaan makan, aktivitas fisik, sikap dan pengaruh keluarga atau teman sebaya serta faktor ekonomi. Selain itu, karakteristik perkembangan remaja yang unik seperti citra diri, pengakuan diri yang kuat dan perkembangan kognitifnya juga turut berperan. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin melakukan penelitian tentang obesitas pada remaja melalui pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasikan kebiasaan makan dan aktivitas fisik remaja yang obes di SMU Kornita Bogor serta menggali pandangan mereka tentang obesitas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan pendidikan gizi bagi kelompok remaja menderita obesitas. METODE Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah studi kualitatif yang dianalisis dengan pendekatan deskriptif. Penelitian dilakukan di SMU Kornita di Bogor pada bulan Mei hingga Juni 2011. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah kelas 10 dan kelas 11 siswa SMU Kornita Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposif dengan pertimbangan observasi peneliti di sekitar sekolah dan ditemukan beberapa siswa menderita obese. Pertimbangan pemilihan siswa kelas itu adalah agar tidak mengganggu aktivitas akademik siswa kelas 12 yang sedang mempersiapkan ujian. Penentuan subjek penelitian secara purposif dengan kriteria inklusi, yaitu mengalami obes dan secara sukarela bersedia berpartisipasi dalam kegiatan penelitian. Pernyataan kesediaan (inform concent) diperoleh setelah penjelasan tentang penelitian dan manfaatnya bagi subjek penelitian. Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan cara sebagai berikut: peneliti mendatangi setiap kelas 10 dan kelas 11 (masing-masing ada 4 kelas), lalu meminta semua siswa pada masing-masing kelas untuk berdiri di samping mejanya, kemudian peneliti mengamati postur tubuh mereka. Siswa yang dipilih menjadi subjek penelitian adalah empat orang siswa yang berpostur tubuh paling besar berdasarkan S
  • 3. PGM 2011, 34(2):138-146 Kebiasaan makan dan aktivitas fisik remaja H. Tetty; dkk 140 pengamatan tersebut. Selanjutnya keempat siswa itu diukur berat dan tinggi badannya untuk mengetahui status obesnya, dan akhirnya ditemukan empat siswa tersebut dengan IMT antara 33,5 dan 35,1 kg/m 2 . Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan meliputi data kebiasaan makan, aktivitas fisik, terutama pada satu bulan terakhir, serta pandangan siswa terhadap obesitas. Kebiasaan makan dan aktivitas fisik tidak digunakan untuk menganalisis penyebab kegemukan tetapi lebih dimaksudkan untuk memberikan gambaran kedua peubah tersebut pada penderita kegemukan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara menggunakan alat bantu perekam serta dengan observasi. Wawancara secara berulang antara 2-3 kali yang berlangsung sekitar 60 menit dilakukan, baik pada jam istirahat sekolah (pukul 10:00-10:15 dan pukul 11:45-12:30) maupun sebelum pulang ke rumah setelah selesai sekolah (setelah pukul 12.30). Wawancara menggunakan kuesioner yang dimodifikasi dari kuesioner yang dikembangkan oleh Foroughian, 1 Lindelof, 8 Wills et al 9 dan Hesketh (2005). 3 Validasi data dilakukan dengan triangulasi sumber informasi, yaitu dengan melakukan wawancara terhadap subjek penelitian, ibu dan teman akrabnya. Penentuan sebagai teman akrab adalah berdasarkan pengakuan subjek penelitian, yang kemudian diverifikasi kepada teman akrabnya, serta menanyakan teman akrab subjek penelitian menurut ibu subjek penelitian. Wawancara terhadap subjek penelitian atau teman akrabnya, masing- masing dilakukan secara personal tanpa kehadiran pihak lain di ruang Bimbingan dan Penyuluhan (BP) sekolah tersebut. Wawancara terhadap ibu subjek penelitian dilakukan saat kunjungan rumah. Pengolahan dan Analisis Data Hasil pengumpulan data dicatat dan direkam (voice recorder). Segera setelah kembali dari lapangan, catatan tersebut serta hasil rekaman dikembangkan menjadi transkrip. Analisis data yang dilakukan adalah analisis isi (content analysis) dari jawaban untuk setiap topik pada wawancara. Selanjutnya analisis isi jawaban tersebut serta hasil observasi disarikan dalam bentuk narasi. HASIL Karakteristik Subjek Penelitian Seperti pada Tabel 1, subjek penelitian (SP) berumur 16-17 tahun, dengan berat badan berkisar 87-113 kilogram serta tinggi badan 1,61-1,80 meter. Indeks massa tubuh (IMT) berada pada rentang 33,5 hingga 35,1 dan semuanya memiliki nilai Z_score >2 berdasarkan indeks IMT/U baku antropometri anak 5-19 tahun WHO (2007). Tabel 1 Karakteristik Subjek Penelitian No Karakteristik Jenis Kelamin Kelas Umur (tahun) Berat Badan (kg) Tinggi Badan (m) IMT Sukubangsa Ayah Ibu SP1 Perempuan 11 17 87 1,61 33,5 Jawa Sunda SP2 Perempuan 11 17 98 1,68 34,7 Jawa Palembang SP3 Laki-laki 10 16 113 1,80 34,7 Keturunan Tionghoa Keturunan Tionghoa SP4 Laki-laki 11 17 105 1,73 35,1 Sunda Sunda
  • 4. PGM 2011, 34(2):138-146 Kebiasaan makan dan aktivitas fisik remaja H. Tetty; dkk 141 Hanya SP3 yang merupakan anak tunggal, sedangkan tiga lainnya merupakan dua bersaudara. Hanya satu yang merupakan anak kedua (SP2); sisanya merupakan anak pertama. Menurut pengakuan ibu, tiga subjek penelitian sudah gemuk sejak balita. Hanya satu, yaitu SP2 yang gemuk setelah mendapat haid (kelas 2 SMP), seperti diungkapkan ibunya sebagai berikut: Ibu SP2: “Si SP2 dari kecil badannya bagus, coba ibu lihat itu fotonya (sambil menunjuk foto yang dipajang di ruang tamu). Dia gemuk mulai mens di kelas 2 SMP, gara-gara mens larinya ke makanan”. Gambar 1 Foto Subjek Penelitian saat Pengumpulan Data Berdasarkan observasi, kedua subjek penelitian perempuan masing- masing memiliki ibu dengan ukuran tubuh yang mirip dengan mereka, yaitu besar. Sementara laki-laki, yaitu SP4, memiliki ibu dengan ukuran tubuh sedang (tidak kurus atau tidak gemuk), sedangkan SP3 memiliki ibu yang kurus. Hanya SP1 yang memiliki ayah dengan ukuran tubuh yang gemuk; ayah dari subjek penelitian lainnya memiliki ukuran tubuh sedang. Hanya satu orang subjek penelitian, yaitu SP1, yang memiliki ibu dengan pekerjaan sebagai PNS; sisanya memiliki ibu dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga. Karakteristik suku bangsa SP tertera pada Tabel 1. Kebiasaan Makan 1. Kebiasaan Sarapan Semua subjek penelitian biasa sarapan (makan pagi) sebelum berangkat sekolah, tetapi terdapat perbedaan jenis sarapan di antara perempuan dengan laki- laki. Laki-laki sarapan dengan menu nasi, sedangkan jenis sarapan perempuan adalah dua lembar roti tawar. Roti tawar yang dimakan SP1 adalah sebagai berikut: salah satu permukaan dari kedua lembar roti tawar masing-masing diolesi dengan satu sendok makan margarin, lalu ditaburi dengan meisis yang tebal (kombinasi margarin dengan meisis) atau kadang- kadang meisis diganti dengan 1 lembar keju (kombinasi margarin dengan keju). SP2 SP4 SP1 SP3
  • 5. PGM 2011, 34(2):138-146 Kebiasaan makan dan aktivitas fisik remaja H. Tetty; dkk 142 Roti tawar yang dimakan SP2: salah satu permukaan dari satu lembar roti diolesi satu sendok makan selai kacang, lalu ditutup oleh satu lembar roti tawar lainnya atau kadang-kadang selai kacang diganti dengan satu sendok makan margarin yang selanjutnya ditaburi dengan meisis hingga permukaan roti yang diolesi margarin tersebut tertutupi oleh meisis. Alasan perempuan tidak sarapan dengan menu nasi diuraikan dalam pernyataan berikut: SP1: “Tidak biasa makan nasi” SP2: “Tidak makan nasi pagi, soalnya kalau makan nasi pagi sakit perut” Subjek penelitian laki-laki sarapan dengan menu nasi, lauk hewani dan tanpa sayur. SP3 sarapan nasi dengan porsi 2-3 sendok nasi (centong) dan jenis lauk hewani yang lebih bervariasi, kadang- kadang telur, ikan atau nuget, tetapi yang paling sering (4-5 kali seminggu) adalah nuget dengan porsi sekali makan 8-9 potong. Adapun SP4 secara rutin sarapan dengan nasi sebanyak 2 centong dan 1 butir telur goreng serta kecap. 2. Membawa Bekal dan Makan Siang Tidak seorang pun subjek laki-laki yang membawa bekal ke sekolah, sedangkan perempuan secara rutin membawa bekal ke sekolah. SP1 secara rutin membawa bekal minuman berupa 3 in 1 yang terdiri dari susu, gula sedangkan SP2 memiliki kebiasaan rutin membawa bekal makanan ke sekolah yang terdiri dari nasi atau mie dengan ayam goreng atau telur dadar, kadang-kadang dengan sayur. Hanya satu orang siswa yaitu SP4 yang selalu makan siang di rumah. Menu makan siang SP3 diungkapkan dia dan ibunya sebagai berikut: SP3: “Menunya gimana yang dimasak ibu, paling sering telur dadar, nasi 3 centong dan sayur. Tapi selalu pake teh manis dengan es. Ibu SP4:“Pulang sekolah si SP3 kadang-kadang jam 5, biasanya dia minta makan siang. Apa adanya aja, lauknya paling sering telor, sama sayur kalo lagi ada. Siswi SP2 yang membawa bekal biasanya makan siang pada istirahat pertama (pukul 10.00-10.15 WIB). Siswi SP1 dan siswa SP3 makan siang di kantin Fahutan IPB pada istirahat kedua (pukul 11.45-12.30). Menu yang paling sering dibeli SP1 adalah nasi goreng dengan telur atau menu yang terdiri dari nasi, sayur dan usus dengan harga rata-rata Rp 5000. Menu makan siang yang dibeli SP3 diungkapkan pada uraian berikut: SP3:“Kalo istirahat kedua, kan lama. Biasanya saya ke kantin Fahutan, makan nasi pake soto mie, minumnya es kelapa. Pulang sekolah saya tidak makan lagi.” Makan malam Hampir semua subyek penelitian memiliki kebiasaan makan malam dengan menu dasar nasi, pada pukul 16.30-20.00. Hanya seorang siswi (SP2) yang kadang- kadang makan malam dengan menu dasar nasi, seperti diungkapkan SP2 dan ibunya berikut: SP2: “Kalau lapar makan, biasanya tergantung mama masaknya apa. Kalo malam kan orang sudah malas makan nasi, mama buat mie goreng. Paling sering kwitiau, biasanya dicampur bakso, telur dan sayuran. --- Makannya seberapa? --- Tertawa.., ambil 1 piring, lalu kerjain PR dulu, lalu dilanjutin lagi, ambil lagi setengah piring” Ibu SP2: “Makan malam? sudah 3 hari ini makan bakso, paling ditambah roti sekeping” SP1 makan malam biasanya pukul 19.00 WIB, dengan menu nasi, lauk biasanya ikan atau cumi dan sayur favoritnya brokoli. Menurut ibu SP1, sebelum makan malam biasanya SP1 makan cornflakes kurang lebih 4 sendok makan dan setelah makan malam minum susu murni setengah liter. Menu makan malam SP3 yang paling sering adalah nasi dengan ayam goreng atau mie goreng atau mie kuah, seperti diungkapkannya berikut: SP3: “kalo makan malam, saya tidak mau nambah nasi. Nasinya tiga centong saja. Biasanya saya makan nasinya dulu, terakhir lauknya misalnya ayam goreng atau mie goreng atau mie kuah” Ibu SP3: “Dia itu paling suka dengan ayam goreng, mie goreng atau mie kuah. Ayam goreng 3 potong juga habis sama dia” Sementara itu, SP4 biasanya makan malam dengan menu nasi 2-3 centong, tempe atau tahu goreng, kadang-kadang ikan atau telor dan sayuran ditumis.
  • 6. PGM 2011, 34(2):138-146 Kebiasaan makan dan aktivitas fisik remaja H. Tetty; dkk 143 Makanan Jajanan/snack Subyek penelitian biasanya membeli jajanan di kantin sekolah. Siswi SP1, membeli jajanan hampir setiap hari setelah pulang sekolah berupa 1 buah roti coklat atau roti daging dan minuman teh di botol atau air mineral dingin. Siswi yang bawa bekal makanan ke sekolah (SP2) biasanya membeli jajanan jika diajak temannya dengan fekuensi 3-4 kali dalam seminggu. Jenis jajanan yang biasa dibelinya adalah coklat, atau keripik singkong rasa pedas atau citos, tetapi menurut pengakuannya dan teman akrabnya yang paling sering adalah 1 batang coklat dengan harga Rp 1000. Siswa (SP3) setiap jam istirahat selalu jajan karena sudah merasa lapar seperti diungkapan teman akrabnya (TA3) dan ungkapan SP3 berikut: TA3: “Kalau lagi pelajaran, dia sering ngomong kapan istirahat, sudah lapar” SP3:“Kalo istirahat jam 10, makan mie, minuman montie, atau nggak cola, jajannya ceban (ceban=Rp,10.000)” Adapun subyek yang tidak makan siang di sekolah (SP4) selalu jajan pada salah satu jam istirahat. Jenis jajanan yang biasa dibelinya gorengan, bakwan jagung, tempe seharga Rp 2000 atau 4 buah. Subyek penelitian makan camilan/snack ketika sedang nonton, atau lagi tidak ada kegiatan dirumah. Jenis camilan yang digemari SP2 dan SP4 adalah kerupuk. Semua subyek penelitian dan ibunya mengaku bahwa frekuensi makan camilan sangat sering dan banyak, seperti terungkap pada pernyataaan berikut: SP1: “Makanan camilan? Haha..., yang tadinya 1 stoples tiba-tiba setengah stoples, suka nggak nyadar” (ukuran stoples: ± 20x15 cm 2 ) Ibu SP1: “Makanan camilan? Aduh, itu dia, berat tuh. Kadang dia buat sendiri martabak mie yang dibuat dari 1 bungkus mie instan, 2 butir telur” Kalau malam dia suka jajanan pop corn, keripik singkong yang pedas, peyek, dia juga punya simpanan coklat setengah batang sekali makan dan es krim juga selalu ada di kulkas. SP2: ”Kalo lagi pengen atau lagi nafsu makan, makan aja”. Ibu SP2: “Asal mutar di dapur pasti ngambil kerupuk pelangi (kerupuk dengan warna dasar putih, dan dipinggirnya dikelilingi oleh warna hijau dan merah). Cireng dan minuman soda gembira dia juga suka” SP3: “Kalo belum habis mau ngemil terus” Ibu SP3: “Pokoknya kalo belum tidur belum berhenti makan, apa ajalah paling sering coklat caca, biskuit” SP4: ”Lagi bosan, cariin makanan, makan aja cemilan yang ada, biasanya keripik singkong.” Ibu SP4: “Hobinya makan selalu, biasanya saya sediain kerupuk atau keripik singkong karena dia suka minta. Itu dia buat cemilan kalo lagi nonton atau lagi bosan” Porsi Makanan Menurut pengakuan semua subyek penelitian dan ibunya, porsi nasi yang mereka konsumsi tidak besar. Namun makanan lainnya selain nasi, apalagi makanan yang mereka gemari dikonsumsi dalam porsi yang cukup besar. Hal ini didukung oleh penyataan ibu mereka seperti diungkapan salah seorang ibu berikut: Ibu SP3: “Dia mah makan nasi sedang aja, seperti kita perempuan makanlah” tapi makanan lain dia makannya banyak. Bapaknya suka marah, cuman saya tidak suka anak dilarang-larang makan, kan kasihan” SP1 sangat menggemari makanan martabak mie, coklat, es krim, cornflakes, popcorn serta susu segar. SP1 biasanya minum susu segar satu liter dalam sehari. Bakso, cokelat, cireng, dan soda gembira merupakan jenis makanan kegemaran. SP3 mengaku menggemari semua makanan asalkan enak menurutnya sedangkan SP4 mengaku menggemari keripik singkong. SP2 dan SP4 dapat makan kerupuk hingga setengah stoples sekali makan, sedangkan siswa SP3 dapat minum susu kemasan 6 bungkus sekali minum. Kebiasaan makan sayur Ada dua orang subyek penelitian yang terdiri dari satu siswi (SP2) dan satu siswa (SP3) yang sama sekali tidak mau
  • 7. PGM 2011, 34(2):138-146 Kebiasaan makan dan aktivitas fisik remaja H. Tetty; dkk 144 makan sayur, seperti ungkapan dari ibu berikut: Ibu SP2: “Jangankan makan sayur dengan nasi, mie goreng ada sawi aja, tidak dimakan” Ibu SP3: “Sayur? Itu dia, hmm kalo sayur bu, tidak pernah sama sekali. Saya dan kakaknya sengaja makan sayur di depan dia, tetap aja dia tidak makan. Tapi kadang saya bekalin sayur juga. Kata dia sih, kalo dibekalin dengan sayur, sayur dimakan sama temannya.” Menurut pengakuan kedua ibu tersebut, kebiasaan tidak makan sayur dimulai sejak masih balita. Subyek penelitian mengatakan mereka tidak makan sayur dengan alasan terasa tidak enak dan sulit untuk itelan. Pertimbangan untuk makan pangan tertentu Hampir semua subyek penelitian memiliki pertimbangan untuk makan karena memang menginginkan makanan tersebut. Tetapi pertimbangan lain dari subyek perempuan adalah takut gendut. Adapun pertimbangan lainnya seperti pada ungkapan berikut: SP3: “Pertimbangannya mau beli makan yang enak dan murah, setiap mau beli coba-coba di semua dulu, di “BARA”(nama jalan di sekitar sekolah) ada yang enak.” Keadaan yang membuat cenderung untuk makan Keadaan yang membuat subyek penelitian cenderung makan atau tidak makan terungkap pada uraian berikut: SP1: “Haha.... Kalau lagi bosan aja, cariin makanan” SP2: “Kalo lagi BT makan (BT=perasaan tidak enak), nafsu makan jadi naik. Biasanya beli coklat batang „SQ‟. Belinya satu aja, walaupun BT tetap ingat uang juga” Ibu SP3: “Begitu bangun, dia mah langsung cari makan, fokusnya makan aja” Ibu SP4: “Pokoknya kalau belum tidur belum berhenti nyariin makanan” Aktivitas Fisik Semua subyek penelitian berangkat ke sekolah tanpa membutuhkan aktivitas fisik yang berarti karena kedua siswi (SP1 dan SP2) diantar hingga di depan sekolah sedangkan siswa SP3 dan SP4 masing- masing naik ojek dan sepeda motor hingga di depan sekolah. Berdasarkan wawancara dan observasi pada jam istirahat sekolah, semua siswi (SP1 dan SP2) lebih senang tinggal di kelas ngobrol atau mendengar musik lewat HP. Hanya satu orang siswa yaitu SP4 yang hampir tiap jam istirahat main basket di pekarangan sekolah. Sedangkan kegiatan siswa SP3 terungkap pada pernyataan berikut : SP3: “Saya, lagi jam istirahat, ya makan, beli mie sama minum. Udah itu aja. Kalau lagi istirahat saya nggak pernah main-main gitu“ Selain olahraga pada jam mata pelajaran olahraga di sekolah, semua subyek penelitian tidak melakukan olahraga secara rutin. SP1 melakukan olahraga badminton pada hari minggu atau jika libur (kira-kira dua kali dalam sebulan) selama 30-45 menit. SP2 sangat jarang melakukan olahraga, hampir satu kali dalam dua bulan mengikuti jalan pagi keliling Kebun Raya Bogor, itupun jika diajak oleh temannya. Pada hari minggu atau libur, SP3 lebih senang menonton teman-temannya yang bermain bola sedangkan SP4 pada hari minggu (biasanya satu kali dalam sebulan) bermain futsal selama kurang lebih satu jam pada pagi hari. Penelitian kualitatif oleh Foroughian (2010) mengungkapkan bahwa olahraga dan aktivitas yang kurang, serta waktu untuk menonton televisi atau bermain komputer atau game elektronik selama berjam-jam termasuk faktor yang berperan terhadap status berat badan remaja yang obes. Sebaliknya berjalan kaki ke sekolah, dan melakukan olahraga di sekolah secara rutin termasuk faktor protektif yang berperan untuk mempertahankan berat badan yang sehat. Hadi (2005) juga menguraikan bahwa waktu yang dimiliki remaja obes untuk melakukan aktivitas fisik yang sedang atau berat lebih pendek dibandingkan dengan remaja non-obes di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Pandangan tentang Obesitas Semua subjek penelitian mengaku dan menyadari bahwa kebiasaan makan dan aktititas seperti yang mereka jalani berkaitan dengan ukuran tubuhnya.
  • 8. PGM 2011, 34(2):138-146 Kebiasaan makan dan aktivitas fisik remaja H. Tetty; dkk 145 Mereka juga mengaku tahu bahwa ukuran tubuh yang besar (obesitas) berkaitan dengan kesehatan, seperti juga diungkapan salah satu subjek penelitian berikut: SP2: “Saya juga tahu bu, misalnya saya gini, risiko penyakitnya juga akan banyak, bisa sakit jantunglah, nafasnya sesak, ya kalo saya olahraga juga kaki saya betisnya suka kram” Subyek penelitian SP1 dan SP4 merasa bahwa mereka merasa biasa saja terhadap ukuran tubuhnya. Perasaan subyek penelitian lainnya terungkap dalam pernyataan berikut: TA SP2: Teman-teman suka ngomong “ih badan lho gemuk amat sih” paling TA bilang, ih diam dong, jaga mulutnya jangan bawa-bawa body, jaga perasaan gitu, tapi SP2 itu fun-fun aja, biasa-biasa aja,happy aja. Ibu SP2: Maunya dia sebelum kuliah kurusan, kalo anak SMA kan pakeannya standar, kalo kuliah tidak begitu lagi. Tapi dia mah biasa aja. SP3: Ya saya kan sudah kayak gini bu, ya terima aja.Kalo misalnya ngecilin badan juga susah, banyak godaan. Kalo menolak juga susah. Ya sudah terima aja. Hanya seorang dari subyek penelitian yaitu siswi SP2 yang berusaha menurunkan berat badan yaitu dengan mengikuti totok perut, seperti diungkapkan pada kalimat berikut: Ibu SP2:“Kita pernah bawa SP2, ditotok perutnya, tapi kasihan juga dia, makannya daging melulu, pantangannya tidak boleh makan nasi. Hanya sekali seminggu boleh makan nasi, jam 10 malam gitu, istilahnya dikunci gitu, lama- lama kayak kuntilanak aja kalo hanya makan daging tidak makan nasi. Akhirnya, dia langgar.” SP2: Mama suruh ikut totok perut, di daerah taman kencana itu, ada yang sudah terkenal untuk nyembuhin penyakit dan untuk ngurusin badan. Tapi pantangannya tidak boleh makan nasi, dia nyuruh makan daging, katanya kalau mau kurus itu, hancurin lemak harus lemak, jadi makan setiap hari makan daging sapi, daging kambing, daging ayam. Ada jadwalnya boleh buka, rabu depan setelah totok pada hari rabu ini, baru boleh makan nasi boleh jam 10 malam doang, jadi kan jenuh, saya ngelanggar, sudah 3 x pertemuan, tapi walaupun sudah selesai 3 x pertemuan tidak boleh dilanggar, dikunci istilahnya. Kalau nggak ada mama, saya suka nyuri-nyuri gitu, nggak betah kalo orang Indonesia kalo belum makan nasi kan belum makan, ya udah akhirnya berantakan. BAHASAN Hasil penelitian terhadap remaja di Asia menunjukkan adanya sejumlah faktor risiko yang ditemukan mempengaruhi kelebihan berat badan, yaitu konsumsi junk food seperti keripik, biskuit, cokelat dan pie di sekolah atau di rumah; konsumsi yang tinggi terhadap minuman manis, gorengan dan makanan cepat saji; serta memiliki akses terhadap pangan yang lebih banyak dan lebih beragam. 1 Sejumlah faktor risiko tersebut terungkap juga dalam penelitian ini. Semua subyek penelitian berangkat ke sekolah tanpa membutuhkan aktivitas fisik yang berarti dan tidak melakukan olahraga secara rutin. Penelitian kualitatif oleh Foroughian 1 mengungkapkan bahwa olahraga dan aktivitas yang kurang, serta waktu untuk menonton televisi atau bermain komputer atau game elektronik selama berjam-jam termasuk faktor yang berperan terhadap status berat badan remaja yang obes. Sebaliknya berjalan kaki ke sekolah, dan melakukan olahraga di sekolah secara rutin termasuk faktor protektif yang berperan untuk mempertahankan berat badan yang sehat. Hadi 11 juga menguraikan bahwa waktu yang dimiliki remaja obes untuk melakukan aktivitas fisik yang sedang atau berat lebih pendek dibandingkan dengan remaja non-obes di kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Semua subyek penelitian mengaku tahu adanya kaitan negatif antara obesitas dengan kesehatan, namun demikian mereka merasa sudah biasa dengan tubuh yang gemuk. Perasaan biasa saja terhadap ukuran tubuh yang obes juga diungkapkan pada penelitian kualitatif oleh Amiri et.al 10 di Iran yang menyatakan bahwa faktor pribadi yaitu persepsi positif di mana obesitas merupakan sesuatu
  • 9. PGM 2011, 34(2):138-146 Kebiasaan makan dan aktivitas fisik remaja H. Tetty; dkk 146 yang normal atau bahkan sesuatu yang positif merupakan penghalang (barrier) pada gaya hidup sehat remaja yang obes. Perasaan biasa saja terhadap ukuran tubuh yang obes juga diungkapkan pada penelitian kualitatif oleh Amiri et.al (2010) yang menyatakan bahwa faktor pribadi yaitu persepsi positif di mana obesitas merupakan sesuatu yang normal atau bahkan sesuatu yang positif merupakan penghalang (barrier) pada gaya hidup sehat remaja yang obes di Iran. KESIMPULAN Secara umum, kebiasaan makan dan aktivitas fisik yang dilakukan oleh subyek penelitian masih kurang baik. Meskipun asupan dari makanan pokok (nasi) tidak banyak, tetapi subyek makan berlebih untuk makanan yang sangat disukai, terutama jajanan/snack. Semua subyek penelitian mengaku bahwa terdapat kaitan antara kebiasaan makan dan aktivitas fisik dengan ukuran tubuh mereka sekarang. Meskipun subyek mengaku tahu adanya kaitan negatif antara ukuran tubuh yang besar (obesitas) dengan kesehatan, namun demikian mereka merasa sudah terbiasa dengan tubuh yang gemuk. SARAN Perlu dilakukan pendampingan dan dukungan untuk menurunkan berat badan subyek penelitian dengan kebiasaan makan yang seimbang dan meningkatkan aktivitas fisik. Peningkatan pengetahuan gizi terkait obesitas dari para ibu subyek penelitian masih perlu ditingkatkan misalnya melalui penyuluhan atau konseling gizi. RUJUKAN 1. Foroughian S. A quantitave and qualitative study of lifestyle and obesity in Asian Adolescents in New Zealand. PhD thesis. Auckland: The University of Auckland, 2010. 2. Fitch K, Pyenson B, Abbs S, Liang M. Obesity: a big problem getting bigger. Research Report. Milliman, 2004. 3. Hesketh K, Waters E, Green J, Salmon L, Williams J. Healthy eating, activity and obesity prevention: a qualitative study of parent and child perceptions in Australia. Health Promotion International 2005; 20(1): 19-26. 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007: Laporan Nasional. Jakarta: Badan Litbangkes Depkes, 2008. 5. Gropper SS, Smith JL, Groff JL. Advanced Nutrition and Human Metabolism. Fifth edition. Belmont: Wadsworth, 2009. 6. Galuska, DA and Khan, L K. 2009. Obesity: A public health perspective. In: Present Knowledge in Nutrition. 8th Edition. 7. Lieberman A, Robbins J, Terras A. Why some adolescents lose weight and others do not: a qualitative study. J Natl Med Assoc. 2009; 101(5):439-47. 8. Lindelof A and Nielsen, CV. 2010. Empirical Studies. Obesity treatment more than food and exercise: a qualitative study exploring obese adolescents’ and their parents’ views on the former’s obesity. Int J Qualitative Stud Health Well-being 2010; 5: 5073. 9. Wills, W et.al. 2006. Young teenagers’ perceptions of their own and others’ bodies: A qualitative study of obese, overweight and ‘normal’ weight young people in Scotland Soc Sci Med. 2006 Jan; 62(2):396-406. Epub 2005 Jul 21. 10. Amiri P, et.al. 2010. Barries to a healthy lifestyle among obese adolescents: a qualitative study from Iran. Int J Public Health. DOI 10.1007/s00038-010-0119-6. Published online: 09 February 2010 11. Hadi, H. 2005. Beban ganda masalah gizi dan implikasinya terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada pada tanggal 5 Februari 2005 di Yogyakarta.