SlideShare a Scribd company logo
CARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT
KESEGARAN JASMANI
Dewi Permaesih*,Yuniar Rosmalina*,Dangsina Moeloek"
dan SusilowatiHerman*
ABSTRACT
THE SIMPLE PREDICTION FOR PHYSICAL FITNESS LEVEL
Physical fitness is needed for daily activities. The level of physical fitness could be
recognized through many measurements. Thepurpose of the study is tofind the applied simple
model to measurephysical fitness level.
A cross sectional design was applied in this study. This study site took place at
Bandung, West Java. The subjects were the studentsfiom six Senior High Schools, 215 boys
and girls aged 14-17years old. The dependant variable wasphysical fitness score measured
porn cardiovascular endurance, muscle strength, flexibility, muscle endurance and body
composition. The independent variables were, age, weight, height, activity and hemoglobin
status.
Univariate, bivariate and multivariate analysis were applied in this study. The result
revealed that the level of physical fitness score was moderate with mean value of physical
fitness score is 12.722.2for boys and 11.331.9for girls.
The results of multivariate linier regression was developed as a model of prediction
for physicalfitness.
Physicalfitness score: 3.350 - 0.2 body weigh + 0.96 body height + 0.29 + 0.23.
Withthe coefisient determination 43% and level of signiJicance = 0.05.
Based on the result of the study it is suggested to use theprediction models carefillyfor
other conditions.
Kevwords:prediction, physical fitness score teenage.
PENDAHULUAN Kesegaran jasmani adalah
kemampuan untuk melakukan kegiatan
Kesegaran tubuh terdiri dari atau pekerjaan sehari-hari dan adaptasi
kesegaran jasmani, kesegaran mental, terhadap pernbebanan fisik tanpa
kesegaran emosi dan kesegaran sosial. menimbulkan kelelahan berlebih dan masih
Kesegaran jasmani dapat diukur secara mempunyai cadangan tenaga untuk
kuantitatif. menikmati waktu senggang maupun
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Badan Litbangkes, Depkes RI.
.*
Fakultas Kedokteran Universitas.Indonesia.
Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001
Caha praktis pendugaan tingkat kesegaranjasmani ........... Dewi Pennaesih et a1
pekerjmn yang mendadak serta bebas dari
penyakit lv2). Makin tinggi kemampuan
fisik seseorang, makin mampu mengatasi
beban kerja yang diberikan atau dengan
kata lain kemampuan produktivitas orang
tersebut makin tinggi 3). Remaja sebagai
generasi muda penerus bstngsa dengan
kesegaran jasmani baik akan mampu
beraktivitas dengan optimal, termasuk
belajar. Kristanti (1995), meneliti
kesegaran jasmani yang didasarkan pada
ketahanan kardiovaskular pada remaja
SLTA di Jakarta, menemukan sekitar 50%
remaja mempunyai tingkat kesegaran
jasmani kurang 4).
Kesegaran jasmani seseorang
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain
gaya hidup seperti konsumsi makan, pola
aktivitas dan kebiasaan merokok.
Perubahan tingkat sosial ekonomi serta
kemajuan teknologi berdampak pada
aktivitas sehari-hari, sehingga beberapa
kelompok masyarakat mengalami
penurunan aktivitas fisik. Sebagai akibat
penurunan aktivitas fisik, aktivitas organ
tubuh juga menurun dan ini disebut
hipokinesis atau kurang gerak. Organ yang
biasanya terasa adalah jantung, paru dan
otot yang amat berperan pada kesegaran
jasmani seseorang.
Komponen kesegaran jasmani yang
berhubungan dengan kesehatan dan dapat
diukur adalah ketahanan kardiovaskular,
kekuatan otot, kelenturan otot, ketahanan
otot dan komposisi tubuh '). Skor atau
tingkat kesegaran jasmani seseorang dapat
diketahui melalui serangkaian pemeriksaan
fisik yang berhubungan dengan komponen-
komponen tersebut melalui tahapan dengan
menggunakan peralatan tertentu. Sampai
saat ini belum banyak informasi tentang
tingkat kesegaran jasmani di masyarakat
khususnya remaja, padahal kesegaran
jasmani merupakan salah satu tolok ukur
kualitas fisik.
Tulisan ini mengemukakan informasi
dari hasil penelitian tentang berbagai
komponen kesegaran jasmani remaja
dengan tujuan mendapatkan cara atau
model untuk mengetahui skor kesegaran
jasmani yang mudah digunakan baik untuk
individumaupun kelompok remaja.
BAHAN DAN CARA
Penelitian secara potong lintang
dilakukan pada siswa-siswi sehat berurnur
14--17 tahun di enarn Sekolah Menengah
Umum (SMU) Negeri di Kota Bandung
yang dipilih secara acak. Berdasarkan z (1-
a) = 90%, penelitian terdahulu proporsi
kesegaran jasmani kurang dari 50% dan
perbedaan populasi- sekitar 6%, maka
diperlukan sampel 196 orang ').
Pengumpulan data dilakukan oleh petugas
terlatih pada bulan September 1999.
Skor total kesegaran jasmani sebagai
variabel terikat ditentukan dari pen-
jurnlahan skor hasil penilaian empat
komponen yaitu: 1). Ketahanan kardio-
vaskular dengan menggunakan sepeda
statis dengan menggunakan Ergocycle
Monark. Penilaian kondisi fisik orang coba
dilakukan dengan memakai tabel Astrand.
Prinsipnya adalah seseorang yang terlatih
akan menghasilkan nadi kerja yang
rendah dibandingkan dengan orang yang
tidak terlatih pada suatu beban kerja
yang sama. Nilai denyut nadi tersebut
Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001 175
Cara praktis pendugaan tingkat kesegaranjasmani ...........Dewi Permaesih et a1
dipadukan dengan tabel beban dan didapat
nilai V02max yang akan dikoreksi dengan
urnur dan berat badan seseorang serta jenis
kelamin. Hasil pembacaan pada tabel
dibagi dengan berat badan. Untuk
penilaiannya dalam menentukan skor
kesegaran jasmani digunakan 5 kategori
yang masing-masing mempunyai skor;
2). Kekuatan statik otot ditentukan dengan
menggunakan dinamometer genggam dan
back & leg dynamometer. Perhitungan
kekuatan statistik dengan cara penjum-
lahan semua hasil pengukuran kekuatan
otot dibagi dengan berat badan. Hasil
setiap pengukuran dibandingkan tabel skor;
3). Kelenturan otot ditentukan dengan
metode sit and reach, penentuan skor
kelenturan dibandingkan dengan tabel;
4). Komposisi tubuh digambarkan dengan
berat badan tanpa lemak dan berat lemak.
Berat lemak dinyatakan dalam
persentasenya terhadap berat badan total.
Persen lemak tubuh dihitung dengan
rumus: Speczjic Gravity (sp.gr) yakni:
Persentase lemak = (5,548 : sp.gr - 5,044)
x 100% sp.gr = 1,0909 - (0,0101 x tricep +
0,0090 x subscapula). Hasil pada
perhitungan inipun dibandingkan dengan
tabel untuk mendapatkan skor. Setiap
tabel memberi nilai skor untuk
menentukan tingkat kesegaran jasmani
yaitu: Baik sekali dengan skor 5, baik
dengan skor 4, cukup dengan skor 3,
kurang dengan skor 2 dan kurang sekali
dengan skor 1.
Variabel bebas adalah umur, jenis
kelamin, berat badan, tinggi badan, indeks
massa tubuh, asupan energi, kebiasaan
olahraga secara teratur, kebiasaan
merokok dan kadar hemoglobin dalam
darah yang ditentukan dengan cara
Cyanmethemoglobin.Analisis yang dilaku-
kan adalah dengan analisis univariat,
bivariat dan analisis regresi linier ganda.
HASIL
Telah terpilih secara acak 240 anak
yang terdiri dari 120 anak laki-laki dan
120 anak perempuan, sebanyak 219 anak
bersedia ikut berpartisipasi dalam
pemeriksaan. Dari jumlah tersebut 215
anak mempunyai data lengkap yang
diperlukan terdiri dari 110 anak laki-laki
dan 105anak perempuan.
Data kesegaran jasmani yang
dikumpulkan didasarkan pada 5 komponen
pengukuran, namun yang digunakan 4
komponen, karena hasil pengukuran
komponen pengukuran ketahanan otot
tidak dapat digunakan. Untuk pengukuran
komponen ketahanan otot telah dilakukan
test dengan cara melakukan push up dan
sit up selama 60 detik, tetapi sebagian
besar responden tidak mampu melakukan
dengan baik dan cara yang benar posisinya.
Karena itu komponen pengukuran ini tidak
dimasukkan dalam perhitungan, karena
data yang dikumpulkan tidak cukup valid.
Hal ini tidak mempengaruhi pada
penghitungan, karena penghitungan
didasarkan pada jumlah komponen
-.
Distribusi hasil perhitungan untuk
setiap komponen disajikan dalarn Tabel 1
berikut ini.
Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001
Cara praktis pendugaan tingkat kesegaranjasmani ........... Dewi Permaesih et a1
Tabel 1. Distribusi Hasil Pengukuran Komponen Kesegaran Jasmani pada Responden
Laki-laki (n=110) dan Responden Perempuan (n=105).
Tabel 1 di atas menunjukkan
persentase tertinggi dari setiap komponen
pengukuran keadaan pada nilai sedang
dengan skor 3.
Komponen Kesegaran
Jasmani
Ketahanan kardiovaskular
Laki-laki
Perempuan
Kekuatan otot
Laki-laki
Perempuan
Kelenturan otot
Laki-laki
Perempuan
Komposisi tubuh
Laki-laki
Perempuan
Pengkategorian ketahanan kardio-
vaskular menunjukkan hampir sebagian
responden laki-laki termasuk dalam
kategori baik, sedangkan pada responden
perempuan dijumpai kurang dari 20%.
Mereka yang masuk ke dalam kategori
kurang terdapat pada 18,2% responden
laki-laki dan 33,3% pada responden
perempuan.
Didapati sekitar 60% remaja laki-
laki dan 44% perempuan mempunyai
kekuatan otot yang kurang dari nilai
normal.
Hasil pengukuran kelenturan tubuh
pada 215 responden memberi garnbaran
Baik sekali
(5)
yang lebih baik, dengan ditemukan
sekitar 33,6% pada laki-laki dan 37,1%
pada perempuan termasuk kategori baik,
53,7% pada laki-laki dan 55,3% pada
perempuan termasuk-kategori sedang, dan
yang lainnya dalam kategori kurang
sebesar 1,8% pada laki-laki dan 1,9% pada
perempuan.
7
2
2
1
11
6
31
9
Komposisi tubuh digambarkan
dengan persen lemak tubuh yang diukur
dengan cara pengukuran tebal lapisan
lemak di bawah kulit. Dengan menggu-
nakan rumus yang telah dimodifikasi oleh
Depkes ditemukan garnbaran komposisi
tubuh responden.
n % n
6,4
1,9
1,8
0,9
10
5,7
28,2
8,5
Baik
(4)
Nilai rata-rata untuk setiap
komponen pengukuran dapat dilihat pada
Tabel 2 berikut.
44
17
1
1
37
39
56
14
Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001
%
40,O
16,2
0,9
0,9
33,6
37,l
50,9
13,4
Sedang
(3)
n
39
51
43
57
59
58
8
51
YO
35,4
48,6
39,l
54,4
53,7
55,3
7,3
48,6
Kurang
(2)
n
18
20
14
37
2
2
15
29
Kurang
sekali
(1)
YO
16,4
19,O
12,7
35,2
1,8
1,9
13,6
27,6
n
2
15
50
9
1
0
0
2
%
1,8
14,3
45,5
8,6
0,9
0
0
1,9
Carapraktis pendugaantingkatkesegaranjasmani ...........Dewi Permaesihet a1
Tabel 2. Hasil Pengukuran Komponen Kesegaran Jasmani pada Siswa Laki (n=110)
dan Perempuan (n=105).
Tabel 2 di atas menunjukkan rentang
nilai yang cukup tinggi untuk setiap
komponen pengukuran, selain itu
menunjukkan nilai rata-rata dari setiap
komponen pengukuran umurnnya di
bawah nilai baik. Hal ini menggam-
barkan tingkat kesegaran jasmani
pada remaja ini berada pada nilai
sedang.
N i l a i
Nilai rata-rata
Laki-laki
Perempuan
Nilai rentang
Laki-laki
Perempuan
Nilai baik
Laki-laki
Perempuan
dengan jumlah komponen pengukuran
yang dalarn penelitian ini digunakan 4
komponen.
Tingkat kesegaran jasmani terbagi
dalam tiga kategori yaitu I 2 termasuk
dalam tingkat kurang, 2,l - 3,9 termasuk
dalam tingkat cukup dan 2 4,O termasuk
dalam tingkat baik.
Komponen Kesegaran Jasmani
Tingkat kesegaran jasmani meru- Hasil perhitungan untuk penentuan
pakan hasil penjumlahan seluruh skor tingkat kesegaran jasmani disajikan pada
komponen pengukuran, kemudian dibagi Tabel 3 berikut.
Ketahanan
Kardiovaskular
(cc/kglBB/mt)
41,68+ 7,8
36,5+7,7
25,9- 64,9
15,5- 59,8
42,l- 5,2
42,l- 5,2
Tabel 3. Distribusi Tingkat Kesegaran Jasmani Berdasarkan Jenis Kelamin.
Kekuatan Otot
(Kg BB)
4,97+ 1,s
3,04+ 0,8
2,32-16,53
1,52- 533
7,l- 7,49
4,s- 5,49
Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4)2001
Kelenturan
(cm)
10,3+6
10,l+ 5,9
-9-27,3
-5-26,2
11,5- 19
11,s-19
KategoriKesegaran Jasmani
Kurang
Sedang
Baik
Jumlah
Jumlah
Komposisi
tubuh
?A)
13,7+4,5
17,7+ 4,08
5,39+ 29,35
11,02+ 31,9
16- 19
11 - 19
n
9
197
9
215
Jenis kelarnin
Skor
kesegaran
Jasmani
12,7+2,2
11,3+ 1,9
11,3-16,9
8,O+ 16,O
YO
4,2
91,5
4,3
100,O
Laki-laki Perempuan
n
6
97
7
110
n
3
100
2
105
%
54
88,O
64
100,O
YO
2,9
95,2
1,9
100,O
Cara praktis pendugaan tingkatkesegaranjasmani ...........Dewi Permaesih et a1
Tabel 3 di atas menunjukkan hampir
semua subyek mempunyai kesegaran
jasmani tingkat sedang.
Kesegaran jasmani dapat di-
tingkatkan lebih baik dengan melalui
latihan secara teratur yang dapat dilakukan
di sekolah-sekolah melalui program
Pendidikan Jasmani antara lain dengan
berolahraga. Di dalam pendidikan jasmani
terkandung arti bahwa gerakan, permainan
atau cabang olahraga tertentu merupakan
alat untuk mendidik dan meningkatkan
ketrampilan fisik, motorik, ketrarnpilan
berpikir dan memecahkan masalah
termasuk ketrarnpilan emosional dan
sosial.
Status gizi subyek dihasilkan dengan
mengukur tinggi badan dan berat badan
serta pemeriksaan kadar hemoglobin yang
disajikan pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Gambaran Hasil Pemeriksaan Antropometri dan Hemoglobin.
Unt& mendapatkan suatu model
persamaan linier dilakukan tahapan analisis
statistik berikut. Analisis bivariat
dilakukan untuk melihat hubungan variabel
bebas yaitu umur, berat badan, tinggi
badan, kadar hemoglobin, jenis kelamin,
kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga,
asupan energi dengan variabel terikat skor
total kesegaran jasmani.
No.
1.
2.
3.
Uji yang dilakukan untuk variabel
numerik digunakan uji satu arah korelasi
Pearson's dengan tingkat kepercayaan
95%, sedangkan untuk variabel bebas
dikotom digunakan uji t test.
Dari hasil analisis bivariat tersebut
diketahui variabel yang mempunyai
hubungan yang bermakna dengan skor
kesegaranjasmani yaitu umur, berat badan,
tinggi badan, kebiasaan berolahraga secara
Pemeriksaan
Tinggi Badan (cm)
Berat Badan (kg)
Hemoglobin (g/dL)
teratur, kebiasaan merokok, dan kadar
hemoglobin darah.
Berdasarkan hasil analisis bivariat
dilakukan proses analisis multivariat
dengan menggunakan variabel-variabel
yang secara teori maupun hasil analisis
mempunyai hubungan bermakna.
Penentuan model persamaan didasarkan
pada kesederhanaan jurnlah variabel yang
digunakan tetapi mempunyai tingkat
kemaknaan dan koefisien determinasi
tinggi.
Laki-laki
(n=110)
163,7f 8,5
50,85 +8,5
14,452 1,l
Pembuatan model dilakukan dengan
analisis multiple regresi linier. Berdasar-
kan hasil analisis dengan kriteria
variabel paling sedikit variabel yang
digunakan ditentukan dengan model seperti
berikut:
Perempuan
(n=105)
152,8 f 5,3
46,9 +6,5
12,7 f 1,O
Skor total kesegaranjasmani = 3.350 - 0,2 BB +0,096 TB +0,24 OR +0,23 Hb
Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001 179
Carapraktispendugaantingkatkesegaranjasmani ...........Dewi Permaesihet al
Persamaan di atas mempunyai
tingkat kepercayaan 95% dan koefisien
determinasi 43%, yang berarti persamaan
ini memberi gambaran pada populasi
sebesar 43%, sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh faktor lain.
Untuk menentukan tingkat kesegaran
jasmani seseorang dengan menggunakan
persamaan ini, hasil skor total kesegaran
jasmani dibagi dengan jumlah komponen
pengukurannya. Dalam penelitian ini
digunakan 4 komponen, karena itu dalam
perhitungan untuk mendapatkan tingkat
kesegaranjasmani dibagi empat.
CARA PENGGUNAAN MODEL
PREDIKSI
Bila dari model yang dihasilkan,
dicoba dalam perhitungan dugaan total
kesegaran jasmani seseorang, perhitungan
adalah sebagaiberikut:
Misal: seorang siswa laki-laki mempunyai
berat badan 50 kg, tinggi badan 160 cm
biasa berolahraga dan kadar hemoglobin-
nya sebesar 12 pgldl, maka indeks
kesegaran jasmaninya adalah : 3,35 - 0,2 x
50 + 0,096 x 160 - 0,24 x 1 + 0,28 x 12 =
13,1, berarti skor kesegaran jasmani siswa
tersebut adalah 13,l. Angka ini merupakan
hasil penjumlahan skor total pengukuran
dari empat komponen, untuk pendugaan
dibagi 4 ditemukan skor total 3 yang
berarti termasuk dalam tingkat sedang.
PEMBAHASAN
Tingkat kesegaran jasmani dengan
status ketahanan kardiovaskular didapatkan
kurang dari 20% subyek laki-laki daya
tahan kardiovaskularnya masih tergolong
kurang dan sangat kurang, sedangkan pada
murid perempuan dijumpai sepertiganya
dengan kondisi sama. Keadaan ini lebih
baik bila dibandingkan dengan hasil
penelitian Kristanti (1995) di Jakarta. Bila
dicermati hanya 18,1% subyek perempuan
yang mempunyai ketahanan kardiovaskular
baik. Perbedaan yang cukup tinggi
diperkirakan karena pengaruh lokasi
penelitian. Studi ini dilakukan di wilayah
dengan ketinggian > 1500 di atas
permukaan laut, yang berpengaruh pada
konsentrasi oksigen yang biasanya rendah.
Rendahnya konsentrasi oksigen berpenga-
ruh pada kemampuan ambilan oksigen.
Perlu diupayakan peningkatan keta-
hanan kardiovaskular, karena komponen
daya tahan merupakan komponen penting
dalam kesegaran jasmani. Faktor-faktor
yang mendukung peningkatan ketahanan
kardiovaskular misalnya dengan olahraga
yang berhubungan dengan ketahanan
kardiovaskular misalnya lari, naik sepeda,
dan sebagainya perlu lebih dimasyarakat-
kan di sekolah.
Hasil penelitian pada responden yang
berumur antara 14--17 tahun ini
menunjukkan hubungan tidak bermakna
(p> 0,05) yang bersifat positif antara urnur
dengan skor total kesegaran jasmani, yang
berarti semakin tinggi umur semakin tinggi
skor total kesegaran jasmani. Hal ini secara
teori dapat dijelaskan ketahanan dan
kekuatan masih akan terus meningkat
sampai berumur 24 tahun, sedangkan umur
responden pada penelitian ini masih di
bawah umur 24 tahun, yang berarti masih
dalam kondisi yang dapat ditingkatkan.
Tingkat kesegaran jasmani seseorang dapat
ditingkatkan dengan melakukan aktivitas
olahraga secara benar dan teratur 6).
Pada kelompok ini jenis kelamin
tidak memberi perubahan yang nyata
karena mereka baru memasuki usia
pubertas, menurut Moeloek (1994)
Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001 180
Cara praktis pendugaan tingkat kesegaran jasmani ...........Dewi Permaesih et al
perbedaannya baru terjadi setelah masa
pubertas, dimana perempuan akan
mengalami penurunan lebih awal.
Terdapat korelasi negatif antara
berat badan dengan kesegaran jasmani
(r = -0,47, p < 0,05), sebaliknya ditemukan
korelasi positif (r = 0,12, p < 0,05)
dengan tinggi badan yang berarti semakin
besar nilai berat badan semakin rendah
skor kesegaran jasmani yang dihasilkan
dan semakin besar nilai tinggi badan
semakin tinggi skor yang dihasilkan.
Gambaran di atas menunjukkan
perlunya mewaspadai status gizi seseorang
karena dapat mempengaruhi kesegaran
jasmani. Status gizi dipengaruhi oleh
banyak faktor antara lain konsumsi
makanan sehari-hari dan kebiasaan mela-
kukan aktivitas fisik seperti olahraga.
Hasil analisis hemoglobin menunjuk-
kan nilai rata-rata 14,4+1,1 pgldl pada
responden laki-laki dengan rentang 11,3 -
16,9 pgldl dan 12,6f1 pgldl pada
responden perempuan dengan rentang 9,7 -
15 pgldl. Dengan menggunakan batasan
anemia dari WHO sebesar < 13 grldl pada
laki-laki dan < 12 grldl pada perempuan
ditemukan 7,3% laki-laki dan 18,3% pada
perempuan menderita anemia. Persentase
anemi perempuan memang umumnya lebih
tinggi dari laki-laki karena perempuan
mengalami proses menstruasi. Kadar
hemoglobin yang berada di bawah nilai
normal maupun di atas normal,
memerlukan penanganan khusus. Pada
keadaan kadar hemoglobin kurang akan
mempengaruhi kemampuan kerja, perlu
dicari faktor penyebabnya, adanya
penyakit atau tidak adanya bahan dalam
tubuh untuk membentuk sel darah merah.
Kadar hemoglobin yang tinggi
menyebabkan gangguan pada kelancaran
aliran darah sehingga akan mempengaruhi
transportasi oksigen ke seluruh tubuh,
akibatnya akan mempengaruhi kesegaran
jasmani.
Hasil analisis bivariat pada variabel
terikat menunjukkan hubungan yang
cenderung menunjukkan nilai positif
dengan nilai p < 0,175 dan p < 0,025, yang
berarti semakin tinggi nilai hemoglobin
semakin tinggi kesegaran jasmani
seseorang. Secara teori ha1 ini dapat
dijelaskan karena hemoglobin bei-fungsi
mensuplai oksigen ke seluruh tubuh, yang
berarti aktivitas organ dalam metabolisme
untuk menyediakan energi dapat berjalan
lancar.
Dalam pengembangan model
pengukuran kesegaran jasmani pada remaja
idealnya dilakukan parameter pemeriksaan
darah lain terutama yang berhubungan
dengan daya tahan kardiovaskular yaitu
kemampuan dari jantung, paru-paru dan
pembuluh darah yang dapat berfungsi
secara optimal pada waktu kerja
mengambil oksigen secara maksimal dan
menyalurkannya ke seluruh tubuh,
terutama jaringan yang aktif sehingga
dapat digunakan untuk proses metabolisme
tubuh. Salah satu faktor yang berpengaruh
adalah kecukupan hemoglobin yang
bertugas mengangkut oksigen. Dalarn
proses pembentukan hemoglobin
diperlukan antara lain zat besi. Untuk
mengetahui kecukupan zat besi diperlukan
pengukuran cadangan besi dalarn tubuh
dengan mengetahui kadar Ferritin, PEP dan
TIBC. Dalam penelitian ini karena adanya
kendala biaya hanya dilakukan pemerik-
saan hemoglobin, sehingga mungkin dalam
proses pembuatan model pengembangan
pengukuran kesegaran jasmani tidak
mencapai hasil yang optimal.
Pada analisis bivariat variabel umur
tidak mempunyai hubungan yang
Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001 181
Carapraktis pendugaantingkat kesegaranjasmani ...........Dewi Permaesihet a1
bermakna, namun pada proses pemodelan
variabel umur dimasukkan sebagai
variabel kandidat. Variabel lain yang
dimasukkan sebagai variabel kandidat
adalah berat badan dan tinggi badan,
kadar hemoglobin, asupan konsumsi
energi, jenis kelamin, kebiasaan merokok
dan olahraga.
Pemodelan ditentukan dengan
menentukan model yang paling sederhana
dengan jumlah variabel sedikit dan
koefisien determinan yang cukup tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan variabel
yang berhubungan dengan skor total
kesegaran jasmani adalah berat badan,
tinggi badan, kebiasaan olahraga dan kadar
hemoglobin dengan koefisien determinasi
sebesar 42,8% dan signifikansi f 0,05.
Model regresi yang diusulkan untuk
digunakan adalah:
Skor total kesegaranjasmani = 3,35 - 0,2 BB+ 0,096 TB +0,24 OR +0,28 Hb
Keterangan:
BB = Berat Badan dalam kg
TB = Tinggi Badan dalam cm
OR = kebiasaan berolahraga
Hb = kadar hemoglobin darah dalam @dl.
Bila dilihat dari beta koefisien yang
diperoleh ternyata berat badan mempunyai
kontribusi terbesar terhadap skor total
kesegaran jasmani dengan pengaruh yang
bersifat negatif. Secara teori dapat dijelas-
kan bahwa semakin gemuk seseorang
semakin susah melakukan suatu
aktivitas.
KESIMPULAN
Dari hasil analisis data yang
dilakukan dapat disimpulkan bahwa indeks
total kesegaran jasmani pada responden
yang terlibat dalam penelitian ini berada
dalam klasifikasi sedang. Model
pendugaan tingkat kesegaran jasmani yang
dihasilkan cukup sederhana dan lebih
mudah dilaksanakan bila dibandingkan
dengan proses pengukuran dari setiap
komponen kesegaran jasmani. Untuk
pemanfaatan model ini hanya diperlukan
peralatan antropometri, pengukuran tinggi
badan dan berat badan serta peralatan
untuk penentuan kadar hemoglobin, sedang
untuk mengetahui kebiasaan olahraga
dapat dilakukan dengan cara wawancara.
Aplikasi model ini di masyarakat akan
lebih mudah dilakukan.
Perlu diingat dal- penggunaan
model ini haruslah bethati-hati karena
adanya faktor-faktor lain yang mempe-
ngaruhi kesegaran jasmani seseorang,
misalnya genetik, suhu tubuh, status
kesehatan. Selain itu penelitian ini hanya
dilakukan pada kelompok khusus yakni
umur 14--17 tahun dan dilakukan di
daerah pegunungan. Karena itu untuk
mendapat hasil yang lebih meyakinkan
dalarn penggunaannya perlu dilakukan
penelitian untuk aplikasi model ini di
daerah lain.
SARAN
Dalarn penggunaan model prediksi
ini perlu diperhatikan faktor-faktor yang
menjadi pembatas dalarn penelitian
ini. Selain itu juga perlu dipikirkan
pembuatan model prediksi untuk kelompok
lain.
Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001
Carapraktispendugaantingkatkesegaranjasmani ...........Dewi Permacsih et a1
UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR RUJUKAN
Ucapan terima kasih kepada 1. Departemen Kesehatan (1994). Pedoman
Dr. Meita Dhamayanti, Sp.A dari Fakultas PengukuranKesegaran Jasmani. Jakarta
Kedokteran uhiversitas Padjadjaran
Bandung, yang telah membantu dalam
pemeriksaan kesehatan. Penelitian ini
mendapat dukungan dana dari Proyek
Riset Pembinaan Kesehatan (Risbinkes
199912000). Untuk itu diucapkan terima
kasih kepada Dr. Agus Suwandono,
DR,PH dan Dr. Muhilal sebagai pembina
yang telah memberi kami kesempatan
untuk melakukan penelitian.
Kepada dr. Haryo Tilarso yang
telah memberi pinjaman berupa peralatan
untuk pelaksanaan pengukuran, kepada
para Kepala Sekolah dan guru beserta
siswa/siswi yang terlibat dalam pelak-
sanaan pengurnpulandata.
2. Marley, WP. (1982). Health and Physical Fitness:
Taking Charge of Your Health. Saunders College
Publishing. Philadelphia. (162-163).
3. Departemen Kesehatan (1987). Petunjuk Tehnis
Kesehatan Olahraga. Bagian Pertama. Jakarta
4. Kristanti, Ch.M. (1995). Faktor-faktor yang
mempengaruhi Kesegaran Jasmani Pelajar SLTA di
Jakarta. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia,
Tahun XXIII, Nomer 4.
5. Lemeshow, S. et al. (1990). Adequacy of Sample
Size in Health Studies, WHO. John Wiley & Sons
Chihester.
6. Moeloek, D. (1984). Dasar Fisiologi Kesegaran
Jasmani dun Latihan Fisik. Dalam Kesehatan dan
Olahraga. Moeloek, D. & Tjokronegoro (eds). Balai
penerbit FKUI.
7. WHO (World Health Organization) (1972).
Nutritional Anaemia. WHO Technical Report Series
No. 3. World Health Organization. Geneva.
Bul. Penelit. Kaebat. 29 (4) 2001

More Related Content

What's hot

Tumbuh Kembang Remaja yang Bermasalah
Tumbuh Kembang Remaja yang BermasalahTumbuh Kembang Remaja yang Bermasalah
Tumbuh Kembang Remaja yang Bermasalah
Fakhriyah Elita
 
Buku panduan segak
Buku panduan segakBuku panduan segak
Buku panduan segakJimmy Siow
 
105 orchidhea putri aulia nuraini ppt filsafat
105 orchidhea putri aulia nuraini ppt filsafat105 orchidhea putri aulia nuraini ppt filsafat
105 orchidhea putri aulia nuraini ppt filsafat
OrchidheaNuraini
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 3
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 3Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 3
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 3
RahmatHidayatHaqiqi
 
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 2
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 2Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 2
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 2
RahmatHidayatHaqiqi
 
Tinjauan literatur
Tinjauan literaturTinjauan literatur
Tinjauan literaturAzan Hamin
 
Manfaat aktivitas fisik dan olahraga untuk kesehatan 2
Manfaat aktivitas fisik dan olahraga untuk kesehatan 2Manfaat aktivitas fisik dan olahraga untuk kesehatan 2
Manfaat aktivitas fisik dan olahraga untuk kesehatan 2
zulkarnainiskandar
 
Jurnal elyasari
Jurnal elyasariJurnal elyasari
Jurnal elyasari
sapakademik
 
MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL
MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL
MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL
FayzaWibisono
 
Tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis
Tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesisTingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis
Tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesisOperator Warnet Vast Raha
 
Manfaat olahraga
Manfaat olahragaManfaat olahraga
Manfaat olahragapoeji31
 
Buku panduan-segak-2009
Buku panduan-segak-2009Buku panduan-segak-2009
Buku panduan-segak-2009Jas Rieno
 
Buku kebugaran jasmani SMK
Buku kebugaran jasmani SMKBuku kebugaran jasmani SMK
Buku kebugaran jasmani SMK
FAJAR AJI WIBOWO
 
Prilaku sedentari
Prilaku sedentariPrilaku sedentari
Prilaku sedentari
lusifidiaFatmawati
 
Review jurnal 2 olahraga kesehatan
Review jurnal 2 olahraga kesehatanReview jurnal 2 olahraga kesehatan
Review jurnal 2 olahraga kesehatan
IMAMHARISUTOMO
 

What's hot (17)

Tumbuh Kembang Remaja yang Bermasalah
Tumbuh Kembang Remaja yang BermasalahTumbuh Kembang Remaja yang Bermasalah
Tumbuh Kembang Remaja yang Bermasalah
 
Buku panduan segak
Buku panduan segakBuku panduan segak
Buku panduan segak
 
105 orchidhea putri aulia nuraini ppt filsafat
105 orchidhea putri aulia nuraini ppt filsafat105 orchidhea putri aulia nuraini ppt filsafat
105 orchidhea putri aulia nuraini ppt filsafat
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 3
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 3Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 3
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 3
 
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 2
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 2Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 2
Rahmat hidayat haqiqi 053 2020_b_riview jurnal 2
 
Tinjauan literatur
Tinjauan literaturTinjauan literatur
Tinjauan literatur
 
Makalah ilmu kesehatan olahraga pada wanita
Makalah ilmu kesehatan olahraga pada wanitaMakalah ilmu kesehatan olahraga pada wanita
Makalah ilmu kesehatan olahraga pada wanita
 
Manfaat aktivitas fisik dan olahraga untuk kesehatan 2
Manfaat aktivitas fisik dan olahraga untuk kesehatan 2Manfaat aktivitas fisik dan olahraga untuk kesehatan 2
Manfaat aktivitas fisik dan olahraga untuk kesehatan 2
 
Jurnal elyasari
Jurnal elyasariJurnal elyasari
Jurnal elyasari
 
MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL
MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL
MAKALAH REVIEW JURNAL INTERNASIONAL
 
Tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis
Tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesisTingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis
Tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai hiperemesis
 
Manfaat olahraga
Manfaat olahragaManfaat olahraga
Manfaat olahraga
 
Buku panduan-segak-2009
Buku panduan-segak-2009Buku panduan-segak-2009
Buku panduan-segak-2009
 
Buku kebugaran jasmani SMK
Buku kebugaran jasmani SMKBuku kebugaran jasmani SMK
Buku kebugaran jasmani SMK
 
Prilaku sedentari
Prilaku sedentariPrilaku sedentari
Prilaku sedentari
 
Review jurnal 2 olahraga kesehatan
Review jurnal 2 olahraga kesehatanReview jurnal 2 olahraga kesehatan
Review jurnal 2 olahraga kesehatan
 

Similar to CARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI

Minggu 1 11 sept
Minggu 1 11 septMinggu 1 11 sept
Minggu 1 11 sept
colleges
 
161-Article Text-537-1-10-20220528.pdf
161-Article Text-537-1-10-20220528.pdf161-Article Text-537-1-10-20220528.pdf
161-Article Text-537-1-10-20220528.pdf
WahyuPriambodo9
 
Tubuh ideal-sehat
Tubuh ideal-sehatTubuh ideal-sehat
Tubuh ideal-sehatEddi Ross
 
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literaturDigital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
Rivai Beta
 
apraisal jurnal
apraisal jurnalapraisal jurnal
apraisal jurnal
alaiapramestipasa1
 
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
Sii AQyuu
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
Sii AQyuu
 
Penyegaran Kader Posyandu dalam Pengukuran Antropometri di Wilayah Kerja Pusk...
Penyegaran Kader Posyandu dalam Pengukuran Antropometri di Wilayah Kerja Pusk...Penyegaran Kader Posyandu dalam Pengukuran Antropometri di Wilayah Kerja Pusk...
Penyegaran Kader Posyandu dalam Pengukuran Antropometri di Wilayah Kerja Pusk...
rose125620
 
Penyegaran kader posyandu dalam pengukuran antropometri di wilayah kerja pusk...
Penyegaran kader posyandu dalam pengukuran antropometri di wilayah kerja pusk...Penyegaran kader posyandu dalam pengukuran antropometri di wilayah kerja pusk...
Penyegaran kader posyandu dalam pengukuran antropometri di wilayah kerja pusk...
RadenAnggaAnggriawan
 
Hafidzah ipi kfp
Hafidzah ipi kfpHafidzah ipi kfp
Hafidzah ipi kfpAiheok Saw
 
Kaitan Umur dan jenis kelamin terhadap Latihan Olahraga Fisiologi Olahraga.docx
Kaitan Umur dan jenis kelamin terhadap Latihan Olahraga Fisiologi Olahraga.docxKaitan Umur dan jenis kelamin terhadap Latihan Olahraga Fisiologi Olahraga.docx
Kaitan Umur dan jenis kelamin terhadap Latihan Olahraga Fisiologi Olahraga.docx
FahmiAyatullah1
 
Pengaruh kebugaran jasmani
Pengaruh kebugaran jasmaniPengaruh kebugaran jasmani
Pengaruh kebugaran jasmani
ahmad fathoni
 
312007400-JOURNAL-READING-reva-pptx.pptx
312007400-JOURNAL-READING-reva-pptx.pptx312007400-JOURNAL-READING-reva-pptx.pptx
312007400-JOURNAL-READING-reva-pptx.pptx
RevaAdenapio1
 
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKATPERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKAT
Bondan Palestin
 
Frailty in geriatri and the others things
Frailty in geriatri and the others thingsFrailty in geriatri and the others things
Frailty in geriatri and the others things
SyahrulAdzim
 
Ulasan jurnal
Ulasan jurnal Ulasan jurnal
Ulasan jurnal
Ker0
 
SENAM.pptx
SENAM.pptxSENAM.pptx
SENAM.pptx
AirinShabrina1
 

Similar to CARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI (20)

Fani W. 2013.pdf
Fani W. 2013.pdfFani W. 2013.pdf
Fani W. 2013.pdf
 
Minggu 1 11 sept
Minggu 1 11 septMinggu 1 11 sept
Minggu 1 11 sept
 
Smk hj
Smk hjSmk hj
Smk hj
 
161-Article Text-537-1-10-20220528.pdf
161-Article Text-537-1-10-20220528.pdf161-Article Text-537-1-10-20220528.pdf
161-Article Text-537-1-10-20220528.pdf
 
Tubuh ideal-sehat
Tubuh ideal-sehatTubuh ideal-sehat
Tubuh ideal-sehat
 
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literaturDigital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
Digital 124974 s09053fk-status gizi-literatur
 
apraisal jurnal
apraisal jurnalapraisal jurnal
apraisal jurnal
 
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
KEBIASAAN MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK REMAJA OBES: STUDI KASUS PADA MURID SMU K...
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SM...
 
Penyegaran Kader Posyandu dalam Pengukuran Antropometri di Wilayah Kerja Pusk...
Penyegaran Kader Posyandu dalam Pengukuran Antropometri di Wilayah Kerja Pusk...Penyegaran Kader Posyandu dalam Pengukuran Antropometri di Wilayah Kerja Pusk...
Penyegaran Kader Posyandu dalam Pengukuran Antropometri di Wilayah Kerja Pusk...
 
Penyegaran kader posyandu dalam pengukuran antropometri di wilayah kerja pusk...
Penyegaran kader posyandu dalam pengukuran antropometri di wilayah kerja pusk...Penyegaran kader posyandu dalam pengukuran antropometri di wilayah kerja pusk...
Penyegaran kader posyandu dalam pengukuran antropometri di wilayah kerja pusk...
 
Hafidzah ipi kfp
Hafidzah ipi kfpHafidzah ipi kfp
Hafidzah ipi kfp
 
Kaitan Umur dan jenis kelamin terhadap Latihan Olahraga Fisiologi Olahraga.docx
Kaitan Umur dan jenis kelamin terhadap Latihan Olahraga Fisiologi Olahraga.docxKaitan Umur dan jenis kelamin terhadap Latihan Olahraga Fisiologi Olahraga.docx
Kaitan Umur dan jenis kelamin terhadap Latihan Olahraga Fisiologi Olahraga.docx
 
Artikal review 401
Artikal review 401Artikal review 401
Artikal review 401
 
Pengaruh kebugaran jasmani
Pengaruh kebugaran jasmaniPengaruh kebugaran jasmani
Pengaruh kebugaran jasmani
 
312007400-JOURNAL-READING-reva-pptx.pptx
312007400-JOURNAL-READING-reva-pptx.pptx312007400-JOURNAL-READING-reva-pptx.pptx
312007400-JOURNAL-READING-reva-pptx.pptx
 
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKATPERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA  DI MASYARAKAT
PERAWATAN RESTORATIF UNTUK MENCEGAH GAGAL-PULIH PADA LANJUT USIA DI MASYARAKAT
 
Frailty in geriatri and the others things
Frailty in geriatri and the others thingsFrailty in geriatri and the others things
Frailty in geriatri and the others things
 
Ulasan jurnal
Ulasan jurnal Ulasan jurnal
Ulasan jurnal
 
SENAM.pptx
SENAM.pptxSENAM.pptx
SENAM.pptx
 

More from Sii AQyuu

SINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIKSINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIK
Sii AQyuu
 
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/IGAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
Sii AQyuu
 
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN STATUS BESI REMAJA WANITA
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN  STATUS BESI REMAJA WANITAEFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN  STATUS BESI REMAJA WANITA
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN STATUS BESI REMAJA WANITA
Sii AQyuu
 
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota DenpasarKonsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar
Sii AQyuu
 
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITASANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
Sii AQyuu
 
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...Sii AQyuu
 
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...Sii AQyuu
 
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...Sii AQyuu
 
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTPHubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTPSii AQyuu
 
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...Sii AQyuu
 
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...Sii AQyuu
 
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...Sii AQyuu
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
Sii AQyuu
 
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
Sii AQyuu
 
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
Sii AQyuu
 
Poltekkes malang obesitas dan fertilitas
Poltekkes malang obesitas dan fertilitasPoltekkes malang obesitas dan fertilitas
Poltekkes malang obesitas dan fertilitasSii AQyuu
 
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Sii AQyuu
 
Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...
Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...
Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...
Sii AQyuu
 
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gs
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gsAnalisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gs
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gs
Sii AQyuu
 
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
Sii AQyuu
 

More from Sii AQyuu (20)

SINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIKSINDROM METABOLIK
SINDROM METABOLIK
 
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/IGAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI DAN STATUS GIZI REMAJA SISWA/I
 
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN STATUS BESI REMAJA WANITA
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN  STATUS BESI REMAJA WANITAEFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN  STATUS BESI REMAJA WANITA
EFIKASI SUPLEMEN BESI-MULTIVITAMIN UNTUK PERBAIKAN STATUS BESI REMAJA WANITA
 
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota DenpasarKonsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar
Konsumsi Serat pada Anak Sekolah Dasar Kota Denpasar
 
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITASANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA
 
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KADAR GULA DARAH PUASA PADA MASYARAKAT KEL...
 
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
Metode Pembuatan Komposisi Zat Gizi Kelompok Bahan Makanan Untuk Penilaian Ko...
 
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...
DISLIPIDEMIA PADA OBESITAS DAN TIDAK OBESITAS DI RSUP DR. KARIADI DAN LABORAT...
 
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTPHubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP
Hubungan Status Zat Gizi Mikro Dengan Status Gizi Pada Anak Remaja SLTP
 
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...
Peran Resistensi Insulin, Adiponektin, dan Inflamasi Pada Kejadian Dislipidem...
 
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...
 
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU SOSIAL ANAK REMAJA DI DESA ARANG LIMBUN...
 
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN ORANG TUA MAHAS...
 
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
HUBUNGAN POLA ASUH MAKAN OLEH IBU BUKAN PEKERJA DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI ...
 
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
HUBUNGAN KONSUMSI LEMAK DENGAN KEJADIAN HIPERKOLESTEROLEMIA PADA PASIEN RAWAT...
 
Poltekkes malang obesitas dan fertilitas
Poltekkes malang obesitas dan fertilitasPoltekkes malang obesitas dan fertilitas
Poltekkes malang obesitas dan fertilitas
 
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
Hubungna Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi A...
 
Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...
Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...
Hubungan Pola Kebiasaan Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hi...
 
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gs
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gsAnalisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gs
Analisis Implementasi Clinical Pathway Kasus Stroke Berdasarkan Ina cb gs
 
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
Analisis Pengaruh Perilaku Keluarga Sadar Gizi Terhadap Stunting Di Propinsi ...
 

Recently uploaded

LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
yuniarmadyawati361
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Hernowo Subiantoro
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
EkoPutuKromo
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
Kurnia Fajar
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
rohman85
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
haryonospdsd011
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
lastri261
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
kinayaptr30
 

Recently uploaded (20)

LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docxForm B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
Form B1 Rubrik Observasi Presentasi Visi Misi -1.docx
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrinPatofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
Patofisiologi Sistem Endokrin hormon pada sistem endokrin
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 

CARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI

  • 1. CARA PRAKTIS PENDUGAAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI Dewi Permaesih*,Yuniar Rosmalina*,Dangsina Moeloek" dan SusilowatiHerman* ABSTRACT THE SIMPLE PREDICTION FOR PHYSICAL FITNESS LEVEL Physical fitness is needed for daily activities. The level of physical fitness could be recognized through many measurements. Thepurpose of the study is tofind the applied simple model to measurephysical fitness level. A cross sectional design was applied in this study. This study site took place at Bandung, West Java. The subjects were the studentsfiom six Senior High Schools, 215 boys and girls aged 14-17years old. The dependant variable wasphysical fitness score measured porn cardiovascular endurance, muscle strength, flexibility, muscle endurance and body composition. The independent variables were, age, weight, height, activity and hemoglobin status. Univariate, bivariate and multivariate analysis were applied in this study. The result revealed that the level of physical fitness score was moderate with mean value of physical fitness score is 12.722.2for boys and 11.331.9for girls. The results of multivariate linier regression was developed as a model of prediction for physicalfitness. Physicalfitness score: 3.350 - 0.2 body weigh + 0.96 body height + 0.29 + 0.23. Withthe coefisient determination 43% and level of signiJicance = 0.05. Based on the result of the study it is suggested to use theprediction models carefillyfor other conditions. Kevwords:prediction, physical fitness score teenage. PENDAHULUAN Kesegaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan Kesegaran tubuh terdiri dari atau pekerjaan sehari-hari dan adaptasi kesegaran jasmani, kesegaran mental, terhadap pernbebanan fisik tanpa kesegaran emosi dan kesegaran sosial. menimbulkan kelelahan berlebih dan masih Kesegaran jasmani dapat diukur secara mempunyai cadangan tenaga untuk kuantitatif. menikmati waktu senggang maupun Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi, Badan Litbangkes, Depkes RI. .* Fakultas Kedokteran Universitas.Indonesia. Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001
  • 2. Caha praktis pendugaan tingkat kesegaranjasmani ........... Dewi Pennaesih et a1 pekerjmn yang mendadak serta bebas dari penyakit lv2). Makin tinggi kemampuan fisik seseorang, makin mampu mengatasi beban kerja yang diberikan atau dengan kata lain kemampuan produktivitas orang tersebut makin tinggi 3). Remaja sebagai generasi muda penerus bstngsa dengan kesegaran jasmani baik akan mampu beraktivitas dengan optimal, termasuk belajar. Kristanti (1995), meneliti kesegaran jasmani yang didasarkan pada ketahanan kardiovaskular pada remaja SLTA di Jakarta, menemukan sekitar 50% remaja mempunyai tingkat kesegaran jasmani kurang 4). Kesegaran jasmani seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain gaya hidup seperti konsumsi makan, pola aktivitas dan kebiasaan merokok. Perubahan tingkat sosial ekonomi serta kemajuan teknologi berdampak pada aktivitas sehari-hari, sehingga beberapa kelompok masyarakat mengalami penurunan aktivitas fisik. Sebagai akibat penurunan aktivitas fisik, aktivitas organ tubuh juga menurun dan ini disebut hipokinesis atau kurang gerak. Organ yang biasanya terasa adalah jantung, paru dan otot yang amat berperan pada kesegaran jasmani seseorang. Komponen kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan dan dapat diukur adalah ketahanan kardiovaskular, kekuatan otot, kelenturan otot, ketahanan otot dan komposisi tubuh '). Skor atau tingkat kesegaran jasmani seseorang dapat diketahui melalui serangkaian pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan komponen- komponen tersebut melalui tahapan dengan menggunakan peralatan tertentu. Sampai saat ini belum banyak informasi tentang tingkat kesegaran jasmani di masyarakat khususnya remaja, padahal kesegaran jasmani merupakan salah satu tolok ukur kualitas fisik. Tulisan ini mengemukakan informasi dari hasil penelitian tentang berbagai komponen kesegaran jasmani remaja dengan tujuan mendapatkan cara atau model untuk mengetahui skor kesegaran jasmani yang mudah digunakan baik untuk individumaupun kelompok remaja. BAHAN DAN CARA Penelitian secara potong lintang dilakukan pada siswa-siswi sehat berurnur 14--17 tahun di enarn Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri di Kota Bandung yang dipilih secara acak. Berdasarkan z (1- a) = 90%, penelitian terdahulu proporsi kesegaran jasmani kurang dari 50% dan perbedaan populasi- sekitar 6%, maka diperlukan sampel 196 orang '). Pengumpulan data dilakukan oleh petugas terlatih pada bulan September 1999. Skor total kesegaran jasmani sebagai variabel terikat ditentukan dari pen- jurnlahan skor hasil penilaian empat komponen yaitu: 1). Ketahanan kardio- vaskular dengan menggunakan sepeda statis dengan menggunakan Ergocycle Monark. Penilaian kondisi fisik orang coba dilakukan dengan memakai tabel Astrand. Prinsipnya adalah seseorang yang terlatih akan menghasilkan nadi kerja yang rendah dibandingkan dengan orang yang tidak terlatih pada suatu beban kerja yang sama. Nilai denyut nadi tersebut Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001 175
  • 3. Cara praktis pendugaan tingkat kesegaranjasmani ...........Dewi Permaesih et a1 dipadukan dengan tabel beban dan didapat nilai V02max yang akan dikoreksi dengan urnur dan berat badan seseorang serta jenis kelamin. Hasil pembacaan pada tabel dibagi dengan berat badan. Untuk penilaiannya dalam menentukan skor kesegaran jasmani digunakan 5 kategori yang masing-masing mempunyai skor; 2). Kekuatan statik otot ditentukan dengan menggunakan dinamometer genggam dan back & leg dynamometer. Perhitungan kekuatan statistik dengan cara penjum- lahan semua hasil pengukuran kekuatan otot dibagi dengan berat badan. Hasil setiap pengukuran dibandingkan tabel skor; 3). Kelenturan otot ditentukan dengan metode sit and reach, penentuan skor kelenturan dibandingkan dengan tabel; 4). Komposisi tubuh digambarkan dengan berat badan tanpa lemak dan berat lemak. Berat lemak dinyatakan dalam persentasenya terhadap berat badan total. Persen lemak tubuh dihitung dengan rumus: Speczjic Gravity (sp.gr) yakni: Persentase lemak = (5,548 : sp.gr - 5,044) x 100% sp.gr = 1,0909 - (0,0101 x tricep + 0,0090 x subscapula). Hasil pada perhitungan inipun dibandingkan dengan tabel untuk mendapatkan skor. Setiap tabel memberi nilai skor untuk menentukan tingkat kesegaran jasmani yaitu: Baik sekali dengan skor 5, baik dengan skor 4, cukup dengan skor 3, kurang dengan skor 2 dan kurang sekali dengan skor 1. Variabel bebas adalah umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, asupan energi, kebiasaan olahraga secara teratur, kebiasaan merokok dan kadar hemoglobin dalam darah yang ditentukan dengan cara Cyanmethemoglobin.Analisis yang dilaku- kan adalah dengan analisis univariat, bivariat dan analisis regresi linier ganda. HASIL Telah terpilih secara acak 240 anak yang terdiri dari 120 anak laki-laki dan 120 anak perempuan, sebanyak 219 anak bersedia ikut berpartisipasi dalam pemeriksaan. Dari jumlah tersebut 215 anak mempunyai data lengkap yang diperlukan terdiri dari 110 anak laki-laki dan 105anak perempuan. Data kesegaran jasmani yang dikumpulkan didasarkan pada 5 komponen pengukuran, namun yang digunakan 4 komponen, karena hasil pengukuran komponen pengukuran ketahanan otot tidak dapat digunakan. Untuk pengukuran komponen ketahanan otot telah dilakukan test dengan cara melakukan push up dan sit up selama 60 detik, tetapi sebagian besar responden tidak mampu melakukan dengan baik dan cara yang benar posisinya. Karena itu komponen pengukuran ini tidak dimasukkan dalam perhitungan, karena data yang dikumpulkan tidak cukup valid. Hal ini tidak mempengaruhi pada penghitungan, karena penghitungan didasarkan pada jumlah komponen -. Distribusi hasil perhitungan untuk setiap komponen disajikan dalarn Tabel 1 berikut ini. Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001
  • 4. Cara praktis pendugaan tingkat kesegaranjasmani ........... Dewi Permaesih et a1 Tabel 1. Distribusi Hasil Pengukuran Komponen Kesegaran Jasmani pada Responden Laki-laki (n=110) dan Responden Perempuan (n=105). Tabel 1 di atas menunjukkan persentase tertinggi dari setiap komponen pengukuran keadaan pada nilai sedang dengan skor 3. Komponen Kesegaran Jasmani Ketahanan kardiovaskular Laki-laki Perempuan Kekuatan otot Laki-laki Perempuan Kelenturan otot Laki-laki Perempuan Komposisi tubuh Laki-laki Perempuan Pengkategorian ketahanan kardio- vaskular menunjukkan hampir sebagian responden laki-laki termasuk dalam kategori baik, sedangkan pada responden perempuan dijumpai kurang dari 20%. Mereka yang masuk ke dalam kategori kurang terdapat pada 18,2% responden laki-laki dan 33,3% pada responden perempuan. Didapati sekitar 60% remaja laki- laki dan 44% perempuan mempunyai kekuatan otot yang kurang dari nilai normal. Hasil pengukuran kelenturan tubuh pada 215 responden memberi garnbaran Baik sekali (5) yang lebih baik, dengan ditemukan sekitar 33,6% pada laki-laki dan 37,1% pada perempuan termasuk kategori baik, 53,7% pada laki-laki dan 55,3% pada perempuan termasuk-kategori sedang, dan yang lainnya dalam kategori kurang sebesar 1,8% pada laki-laki dan 1,9% pada perempuan. 7 2 2 1 11 6 31 9 Komposisi tubuh digambarkan dengan persen lemak tubuh yang diukur dengan cara pengukuran tebal lapisan lemak di bawah kulit. Dengan menggu- nakan rumus yang telah dimodifikasi oleh Depkes ditemukan garnbaran komposisi tubuh responden. n % n 6,4 1,9 1,8 0,9 10 5,7 28,2 8,5 Baik (4) Nilai rata-rata untuk setiap komponen pengukuran dapat dilihat pada Tabel 2 berikut. 44 17 1 1 37 39 56 14 Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001 % 40,O 16,2 0,9 0,9 33,6 37,l 50,9 13,4 Sedang (3) n 39 51 43 57 59 58 8 51 YO 35,4 48,6 39,l 54,4 53,7 55,3 7,3 48,6 Kurang (2) n 18 20 14 37 2 2 15 29 Kurang sekali (1) YO 16,4 19,O 12,7 35,2 1,8 1,9 13,6 27,6 n 2 15 50 9 1 0 0 2 % 1,8 14,3 45,5 8,6 0,9 0 0 1,9
  • 5. Carapraktis pendugaantingkatkesegaranjasmani ...........Dewi Permaesihet a1 Tabel 2. Hasil Pengukuran Komponen Kesegaran Jasmani pada Siswa Laki (n=110) dan Perempuan (n=105). Tabel 2 di atas menunjukkan rentang nilai yang cukup tinggi untuk setiap komponen pengukuran, selain itu menunjukkan nilai rata-rata dari setiap komponen pengukuran umurnnya di bawah nilai baik. Hal ini menggam- barkan tingkat kesegaran jasmani pada remaja ini berada pada nilai sedang. N i l a i Nilai rata-rata Laki-laki Perempuan Nilai rentang Laki-laki Perempuan Nilai baik Laki-laki Perempuan dengan jumlah komponen pengukuran yang dalarn penelitian ini digunakan 4 komponen. Tingkat kesegaran jasmani terbagi dalam tiga kategori yaitu I 2 termasuk dalam tingkat kurang, 2,l - 3,9 termasuk dalam tingkat cukup dan 2 4,O termasuk dalam tingkat baik. Komponen Kesegaran Jasmani Tingkat kesegaran jasmani meru- Hasil perhitungan untuk penentuan pakan hasil penjumlahan seluruh skor tingkat kesegaran jasmani disajikan pada komponen pengukuran, kemudian dibagi Tabel 3 berikut. Ketahanan Kardiovaskular (cc/kglBB/mt) 41,68+ 7,8 36,5+7,7 25,9- 64,9 15,5- 59,8 42,l- 5,2 42,l- 5,2 Tabel 3. Distribusi Tingkat Kesegaran Jasmani Berdasarkan Jenis Kelamin. Kekuatan Otot (Kg BB) 4,97+ 1,s 3,04+ 0,8 2,32-16,53 1,52- 533 7,l- 7,49 4,s- 5,49 Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4)2001 Kelenturan (cm) 10,3+6 10,l+ 5,9 -9-27,3 -5-26,2 11,5- 19 11,s-19 KategoriKesegaran Jasmani Kurang Sedang Baik Jumlah Jumlah Komposisi tubuh ?A) 13,7+4,5 17,7+ 4,08 5,39+ 29,35 11,02+ 31,9 16- 19 11 - 19 n 9 197 9 215 Jenis kelarnin Skor kesegaran Jasmani 12,7+2,2 11,3+ 1,9 11,3-16,9 8,O+ 16,O YO 4,2 91,5 4,3 100,O Laki-laki Perempuan n 6 97 7 110 n 3 100 2 105 % 54 88,O 64 100,O YO 2,9 95,2 1,9 100,O
  • 6. Cara praktis pendugaan tingkatkesegaranjasmani ...........Dewi Permaesih et a1 Tabel 3 di atas menunjukkan hampir semua subyek mempunyai kesegaran jasmani tingkat sedang. Kesegaran jasmani dapat di- tingkatkan lebih baik dengan melalui latihan secara teratur yang dapat dilakukan di sekolah-sekolah melalui program Pendidikan Jasmani antara lain dengan berolahraga. Di dalam pendidikan jasmani terkandung arti bahwa gerakan, permainan atau cabang olahraga tertentu merupakan alat untuk mendidik dan meningkatkan ketrampilan fisik, motorik, ketrarnpilan berpikir dan memecahkan masalah termasuk ketrarnpilan emosional dan sosial. Status gizi subyek dihasilkan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan serta pemeriksaan kadar hemoglobin yang disajikan pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Gambaran Hasil Pemeriksaan Antropometri dan Hemoglobin. Unt& mendapatkan suatu model persamaan linier dilakukan tahapan analisis statistik berikut. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel bebas yaitu umur, berat badan, tinggi badan, kadar hemoglobin, jenis kelamin, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, asupan energi dengan variabel terikat skor total kesegaran jasmani. No. 1. 2. 3. Uji yang dilakukan untuk variabel numerik digunakan uji satu arah korelasi Pearson's dengan tingkat kepercayaan 95%, sedangkan untuk variabel bebas dikotom digunakan uji t test. Dari hasil analisis bivariat tersebut diketahui variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan skor kesegaranjasmani yaitu umur, berat badan, tinggi badan, kebiasaan berolahraga secara Pemeriksaan Tinggi Badan (cm) Berat Badan (kg) Hemoglobin (g/dL) teratur, kebiasaan merokok, dan kadar hemoglobin darah. Berdasarkan hasil analisis bivariat dilakukan proses analisis multivariat dengan menggunakan variabel-variabel yang secara teori maupun hasil analisis mempunyai hubungan bermakna. Penentuan model persamaan didasarkan pada kesederhanaan jurnlah variabel yang digunakan tetapi mempunyai tingkat kemaknaan dan koefisien determinasi tinggi. Laki-laki (n=110) 163,7f 8,5 50,85 +8,5 14,452 1,l Pembuatan model dilakukan dengan analisis multiple regresi linier. Berdasar- kan hasil analisis dengan kriteria variabel paling sedikit variabel yang digunakan ditentukan dengan model seperti berikut: Perempuan (n=105) 152,8 f 5,3 46,9 +6,5 12,7 f 1,O Skor total kesegaranjasmani = 3.350 - 0,2 BB +0,096 TB +0,24 OR +0,23 Hb Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001 179
  • 7. Carapraktispendugaantingkatkesegaranjasmani ...........Dewi Permaesihet al Persamaan di atas mempunyai tingkat kepercayaan 95% dan koefisien determinasi 43%, yang berarti persamaan ini memberi gambaran pada populasi sebesar 43%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Untuk menentukan tingkat kesegaran jasmani seseorang dengan menggunakan persamaan ini, hasil skor total kesegaran jasmani dibagi dengan jumlah komponen pengukurannya. Dalam penelitian ini digunakan 4 komponen, karena itu dalam perhitungan untuk mendapatkan tingkat kesegaranjasmani dibagi empat. CARA PENGGUNAAN MODEL PREDIKSI Bila dari model yang dihasilkan, dicoba dalam perhitungan dugaan total kesegaran jasmani seseorang, perhitungan adalah sebagaiberikut: Misal: seorang siswa laki-laki mempunyai berat badan 50 kg, tinggi badan 160 cm biasa berolahraga dan kadar hemoglobin- nya sebesar 12 pgldl, maka indeks kesegaran jasmaninya adalah : 3,35 - 0,2 x 50 + 0,096 x 160 - 0,24 x 1 + 0,28 x 12 = 13,1, berarti skor kesegaran jasmani siswa tersebut adalah 13,l. Angka ini merupakan hasil penjumlahan skor total pengukuran dari empat komponen, untuk pendugaan dibagi 4 ditemukan skor total 3 yang berarti termasuk dalam tingkat sedang. PEMBAHASAN Tingkat kesegaran jasmani dengan status ketahanan kardiovaskular didapatkan kurang dari 20% subyek laki-laki daya tahan kardiovaskularnya masih tergolong kurang dan sangat kurang, sedangkan pada murid perempuan dijumpai sepertiganya dengan kondisi sama. Keadaan ini lebih baik bila dibandingkan dengan hasil penelitian Kristanti (1995) di Jakarta. Bila dicermati hanya 18,1% subyek perempuan yang mempunyai ketahanan kardiovaskular baik. Perbedaan yang cukup tinggi diperkirakan karena pengaruh lokasi penelitian. Studi ini dilakukan di wilayah dengan ketinggian > 1500 di atas permukaan laut, yang berpengaruh pada konsentrasi oksigen yang biasanya rendah. Rendahnya konsentrasi oksigen berpenga- ruh pada kemampuan ambilan oksigen. Perlu diupayakan peningkatan keta- hanan kardiovaskular, karena komponen daya tahan merupakan komponen penting dalam kesegaran jasmani. Faktor-faktor yang mendukung peningkatan ketahanan kardiovaskular misalnya dengan olahraga yang berhubungan dengan ketahanan kardiovaskular misalnya lari, naik sepeda, dan sebagainya perlu lebih dimasyarakat- kan di sekolah. Hasil penelitian pada responden yang berumur antara 14--17 tahun ini menunjukkan hubungan tidak bermakna (p> 0,05) yang bersifat positif antara urnur dengan skor total kesegaran jasmani, yang berarti semakin tinggi umur semakin tinggi skor total kesegaran jasmani. Hal ini secara teori dapat dijelaskan ketahanan dan kekuatan masih akan terus meningkat sampai berumur 24 tahun, sedangkan umur responden pada penelitian ini masih di bawah umur 24 tahun, yang berarti masih dalam kondisi yang dapat ditingkatkan. Tingkat kesegaran jasmani seseorang dapat ditingkatkan dengan melakukan aktivitas olahraga secara benar dan teratur 6). Pada kelompok ini jenis kelamin tidak memberi perubahan yang nyata karena mereka baru memasuki usia pubertas, menurut Moeloek (1994) Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001 180
  • 8. Cara praktis pendugaan tingkat kesegaran jasmani ...........Dewi Permaesih et al perbedaannya baru terjadi setelah masa pubertas, dimana perempuan akan mengalami penurunan lebih awal. Terdapat korelasi negatif antara berat badan dengan kesegaran jasmani (r = -0,47, p < 0,05), sebaliknya ditemukan korelasi positif (r = 0,12, p < 0,05) dengan tinggi badan yang berarti semakin besar nilai berat badan semakin rendah skor kesegaran jasmani yang dihasilkan dan semakin besar nilai tinggi badan semakin tinggi skor yang dihasilkan. Gambaran di atas menunjukkan perlunya mewaspadai status gizi seseorang karena dapat mempengaruhi kesegaran jasmani. Status gizi dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain konsumsi makanan sehari-hari dan kebiasaan mela- kukan aktivitas fisik seperti olahraga. Hasil analisis hemoglobin menunjuk- kan nilai rata-rata 14,4+1,1 pgldl pada responden laki-laki dengan rentang 11,3 - 16,9 pgldl dan 12,6f1 pgldl pada responden perempuan dengan rentang 9,7 - 15 pgldl. Dengan menggunakan batasan anemia dari WHO sebesar < 13 grldl pada laki-laki dan < 12 grldl pada perempuan ditemukan 7,3% laki-laki dan 18,3% pada perempuan menderita anemia. Persentase anemi perempuan memang umumnya lebih tinggi dari laki-laki karena perempuan mengalami proses menstruasi. Kadar hemoglobin yang berada di bawah nilai normal maupun di atas normal, memerlukan penanganan khusus. Pada keadaan kadar hemoglobin kurang akan mempengaruhi kemampuan kerja, perlu dicari faktor penyebabnya, adanya penyakit atau tidak adanya bahan dalam tubuh untuk membentuk sel darah merah. Kadar hemoglobin yang tinggi menyebabkan gangguan pada kelancaran aliran darah sehingga akan mempengaruhi transportasi oksigen ke seluruh tubuh, akibatnya akan mempengaruhi kesegaran jasmani. Hasil analisis bivariat pada variabel terikat menunjukkan hubungan yang cenderung menunjukkan nilai positif dengan nilai p < 0,175 dan p < 0,025, yang berarti semakin tinggi nilai hemoglobin semakin tinggi kesegaran jasmani seseorang. Secara teori ha1 ini dapat dijelaskan karena hemoglobin bei-fungsi mensuplai oksigen ke seluruh tubuh, yang berarti aktivitas organ dalam metabolisme untuk menyediakan energi dapat berjalan lancar. Dalam pengembangan model pengukuran kesegaran jasmani pada remaja idealnya dilakukan parameter pemeriksaan darah lain terutama yang berhubungan dengan daya tahan kardiovaskular yaitu kemampuan dari jantung, paru-paru dan pembuluh darah yang dapat berfungsi secara optimal pada waktu kerja mengambil oksigen secara maksimal dan menyalurkannya ke seluruh tubuh, terutama jaringan yang aktif sehingga dapat digunakan untuk proses metabolisme tubuh. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah kecukupan hemoglobin yang bertugas mengangkut oksigen. Dalarn proses pembentukan hemoglobin diperlukan antara lain zat besi. Untuk mengetahui kecukupan zat besi diperlukan pengukuran cadangan besi dalarn tubuh dengan mengetahui kadar Ferritin, PEP dan TIBC. Dalam penelitian ini karena adanya kendala biaya hanya dilakukan pemerik- saan hemoglobin, sehingga mungkin dalam proses pembuatan model pengembangan pengukuran kesegaran jasmani tidak mencapai hasil yang optimal. Pada analisis bivariat variabel umur tidak mempunyai hubungan yang Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001 181
  • 9. Carapraktis pendugaantingkat kesegaranjasmani ...........Dewi Permaesihet a1 bermakna, namun pada proses pemodelan variabel umur dimasukkan sebagai variabel kandidat. Variabel lain yang dimasukkan sebagai variabel kandidat adalah berat badan dan tinggi badan, kadar hemoglobin, asupan konsumsi energi, jenis kelamin, kebiasaan merokok dan olahraga. Pemodelan ditentukan dengan menentukan model yang paling sederhana dengan jumlah variabel sedikit dan koefisien determinan yang cukup tinggi. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan dengan skor total kesegaran jasmani adalah berat badan, tinggi badan, kebiasaan olahraga dan kadar hemoglobin dengan koefisien determinasi sebesar 42,8% dan signifikansi f 0,05. Model regresi yang diusulkan untuk digunakan adalah: Skor total kesegaranjasmani = 3,35 - 0,2 BB+ 0,096 TB +0,24 OR +0,28 Hb Keterangan: BB = Berat Badan dalam kg TB = Tinggi Badan dalam cm OR = kebiasaan berolahraga Hb = kadar hemoglobin darah dalam @dl. Bila dilihat dari beta koefisien yang diperoleh ternyata berat badan mempunyai kontribusi terbesar terhadap skor total kesegaran jasmani dengan pengaruh yang bersifat negatif. Secara teori dapat dijelas- kan bahwa semakin gemuk seseorang semakin susah melakukan suatu aktivitas. KESIMPULAN Dari hasil analisis data yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa indeks total kesegaran jasmani pada responden yang terlibat dalam penelitian ini berada dalam klasifikasi sedang. Model pendugaan tingkat kesegaran jasmani yang dihasilkan cukup sederhana dan lebih mudah dilaksanakan bila dibandingkan dengan proses pengukuran dari setiap komponen kesegaran jasmani. Untuk pemanfaatan model ini hanya diperlukan peralatan antropometri, pengukuran tinggi badan dan berat badan serta peralatan untuk penentuan kadar hemoglobin, sedang untuk mengetahui kebiasaan olahraga dapat dilakukan dengan cara wawancara. Aplikasi model ini di masyarakat akan lebih mudah dilakukan. Perlu diingat dal- penggunaan model ini haruslah bethati-hati karena adanya faktor-faktor lain yang mempe- ngaruhi kesegaran jasmani seseorang, misalnya genetik, suhu tubuh, status kesehatan. Selain itu penelitian ini hanya dilakukan pada kelompok khusus yakni umur 14--17 tahun dan dilakukan di daerah pegunungan. Karena itu untuk mendapat hasil yang lebih meyakinkan dalarn penggunaannya perlu dilakukan penelitian untuk aplikasi model ini di daerah lain. SARAN Dalarn penggunaan model prediksi ini perlu diperhatikan faktor-faktor yang menjadi pembatas dalarn penelitian ini. Selain itu juga perlu dipikirkan pembuatan model prediksi untuk kelompok lain. Bul. Penelit. Kesehat. 29 (4) 2001
  • 10. Carapraktispendugaantingkatkesegaranjasmani ...........Dewi Permacsih et a1 UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR RUJUKAN Ucapan terima kasih kepada 1. Departemen Kesehatan (1994). Pedoman Dr. Meita Dhamayanti, Sp.A dari Fakultas PengukuranKesegaran Jasmani. Jakarta Kedokteran uhiversitas Padjadjaran Bandung, yang telah membantu dalam pemeriksaan kesehatan. Penelitian ini mendapat dukungan dana dari Proyek Riset Pembinaan Kesehatan (Risbinkes 199912000). Untuk itu diucapkan terima kasih kepada Dr. Agus Suwandono, DR,PH dan Dr. Muhilal sebagai pembina yang telah memberi kami kesempatan untuk melakukan penelitian. Kepada dr. Haryo Tilarso yang telah memberi pinjaman berupa peralatan untuk pelaksanaan pengukuran, kepada para Kepala Sekolah dan guru beserta siswa/siswi yang terlibat dalam pelak- sanaan pengurnpulandata. 2. Marley, WP. (1982). Health and Physical Fitness: Taking Charge of Your Health. Saunders College Publishing. Philadelphia. (162-163). 3. Departemen Kesehatan (1987). Petunjuk Tehnis Kesehatan Olahraga. Bagian Pertama. Jakarta 4. Kristanti, Ch.M. (1995). Faktor-faktor yang mempengaruhi Kesegaran Jasmani Pelajar SLTA di Jakarta. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia, Tahun XXIII, Nomer 4. 5. Lemeshow, S. et al. (1990). Adequacy of Sample Size in Health Studies, WHO. John Wiley & Sons Chihester. 6. Moeloek, D. (1984). Dasar Fisiologi Kesegaran Jasmani dun Latihan Fisik. Dalam Kesehatan dan Olahraga. Moeloek, D. & Tjokronegoro (eds). Balai penerbit FKUI. 7. WHO (World Health Organization) (1972). Nutritional Anaemia. WHO Technical Report Series No. 3. World Health Organization. Geneva. Bul. Penelit. Kaebat. 29 (4) 2001