4. Secara makro, wakaf diharapkan mampu memengaruhi kegiatan
ekonomi masyarakat. Orang-orang yang perlu bantuan berupa
makanan, perumahan, sarana umum seperti masjid, rumah sakit,
sekolah, pasar, dan lain-lain, bahkan modal untuk kepentingan pribadi
dapat diberikan, bukan dalam bentuk pinjaman, tetapi murni sedekah
di jalan Allah Swt. Kondisi demikian akan memperingan beban
ekonomi masyarakat.
Menurut Syafi’i Antonio, ada tiga pilosofi dasar yang harus ditekankan
ketika hendak memberdayakan wakaf yaitu:
1. Manajemennya harus dalam bingkai ‘proyek yang terintegrasi’.
2. Azas kesejahteraan nazir.
3. Azas transparansi dan akuntabiliti dimana badan wakaf dan
lembaga yang dibantunya harus melaporkan setiap tahun tentang
proses pengelolaan dana kepada umat dalam bentuk laporan
audit keuangan termasuk kewajaran dari masing-masing pos
biaya.
5. Prinsip-prinsip pengelolaan wakaf adalah sebagai berikut:
a. Seluruh harta benda wakaf harus diterima sebagai sumbangan
dari wakif dengan status wakaf sesuai dengan syariah.
b. Wakaf dilakukan dengan tanpa batas waktu.
c. Wakif mempunyai kebebasan memilih tujuan-tujuan
sebagaimana yang diperkenankan oleh syariah.
d. Jumlah harta wakaf tetap utuh dan hanya keuntungannya saja
yang akan dibelanjakan untuk tujuan-tujuan yang telah
ditentukan oleh wakif.
e. Wakif dapat meminta keseluruhan keuntungannya untuk tujuan-
tujuan yang telah ia tentukan.
6. Prinsip – prinsip lain dalam pengelolaan Wakaf adalah :
1. Asas Keberlangsungan Manfaat
Praktek pelaksanaan wakaf yang dianjurkan oleh nabi yang telah
dicontohkan oleh Umar bin Khattab dan diikuti oleh beberapa
sahabat nabi lainnya yang sangat menekankan pentingnya
menahan eksistensi benda wakaf, dan diperintahkan untuk
menyedekahkan hasil dari pengelolaan benda tersebut. Maksud
adalah bahwa substansi ajaran wakaf itu tidak semata-mata
terletak pada pemeliharaan bendanya (wakaf), tetapi yang jauh
lebih penting adalah nilai manfaat dari benda tersebut untuk
kepentingan kebijakan umum.
7. 2. Asas Pertanggungjawaban
Bentuk dari pertanggung jawaban tersebut adalah pengelolaan
secara sungguh-sungguh dan semangat yang didasari oleh:
a) Tanggung jawab kepada Allah SWT yaitu atas perilaku
perbuatannya, apakah sesuai atau bertentangan dengan
aturan-aturanNya.
b) Tanggung jawab Kelembagaan yaitu tanggung jawab kepada
pihak yang memberikan wewenang (lembaga yang lebih
tinggi).
c) Tanggung jawab Hukum yaitu tanggung jawab yang
dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan hukum yang
berlaku.
d) Tanggung jawab Sosial yaitu tanggung jawab yang terkait
dengan moral masyarakat.
8. 3. Asas Profesional Manajemen
Manajemen wakaf menempati pada posisi paling urgen dalam
dunia perwakafan. Karena yang paling menentuka benda wakaf
itu lebih bermanfaat atau tidak tergantung pada pola
pengelolaan, bagus atau buruk. dalam asas profesional
manajemen ini harus memiliki/mengikuti sifat-sifat Nabi yaitu:
a. Amanah (dapat dipercaya)
b. Shiddiq (jujur)
c. Fathanah (cerdas/brilian)
d. Tabligh (menyampaikan informasi yang tepat dan benar)
9. 4. Asas Keadilan Sosial
Penegakan keadilan sosial dalam islam merupakan kemurnian dan
legalitas agama. Orang yang menolak prinsip keadilan sosial ini
dianggap sebagai pendusta agama (QS. 147/ Al-Ma’un). Substansi
yang terkandung dalam ajaran wakaf ini sangat tampak adanya
semangat menegakkan keadilan sosial melalui pendermaan harta
untuk kebajikan umum.
11. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Sebuah
ungkapan yang menjelaskan tentang pentingnya berbagi. Islam
menghendaki orang-orang yang memiliki kelebihan harta untuk
menyisihkan sebagian hartanya bagi mereka yang membutuhkan.
Dalam ilmu fikih, membelanjakan atau memberikan sebagian harta
yang dimiliki dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara yang
biasa dilakukan oleh kaum muslimin di antaranya adalah: zakat,
infak, śadaqah, dan wakaf. Wakaf ialah memberikan harta berupa
benda yang dapat dimanfaatkan oleh orang banyak, baik harta
tersebut tetap maupun bergerak.
12. Contoh perilaku yang mencerminkan sifat kedermawanan dalam
membantu orang lain dalam bentuk wakaf.
1. Mewakafkan buku-buku pelajaran untuk diberikan ke perpustakan
sekolah.
2. Mewakafkan pakaian layak pakai, termasuk seragam sekolah
yang tidak dipakai lagi kepada yang membutuhkan.
3. Mewakafkan Al-Qur’ān untuk diberikan kepada masjid terdekat.
4. Mewakafkan mukena, kain sarung, kapet dan sebagainya
sebagai sarana perlengkapan śalat.
5. Mewakafkan sebidang tanah untuk dijadikan fasilitas umum.