1. WAKAF DAN PEMBERDAYAAN
EKONOMI UMAT
Kelompok 2 :
Dwi Cahya Febrianto 20120430046
M. Raka Bagaskara 20120430003
Hardiyani Puspita .S 20120430013
Nawang Dewi .A 20120430029
Hanny Ayu .D 20120430024
Aszalika Raisya 20120430066
Fathurrohmah 20120430083
Erni Erma .w 20120430090
Amperawati 20120430086
2. A. PENGERTIAN
Wakaf dalam madzhab Syafi'i adalah menahan harta yang dapat diambil manfaatnya
tapi bendanya tetap dengan cara memanfaatkannya untuk kebaikan dengan niat
ibadah pada Allah.Al-Minawi mendefinisikan wakaf dengan“ menahan harta benda
yang dimiliki dan menyalurkan manfaatnya dengan tetap menjaga pokok barang dan
keabadianya yang berasal dari para dermawan atau pihak umum selain dari harta
maksiat semata-mata karena ingin mendekatkan diri kepada Allah SWT”.
Dari definisi yang telah dijelaskan diatas, dapat dipahami bahwa yang dimaksud
dengan wakaf adalah menahan sesuatu benda yang kekal zatnya, dan
memungkinkan untuk diambil manfaatnya guna diberikan untuk jalan kebaikan.
3. B. DASAR HUKUM WAKAF
ِليِبَس ىِف ْمُهَل ََٰوْمَأ َونُقِفنُي َينِذَّٱل ُلَثَّمْبَس ْتَتَبۢنَأ ٍةَّبَح ِلَثَمَك ِ َّٱَّللىِف َلِبَانَس َع
ِع ََٰضُي ُ َّٱَّلل َو ۗ ٍۢةَّبَح ُةَئ۟اِِّم ٍۢةَلُبۢنُسِِّلُكيمِلََ عِس ََٰو ُ َّٱَّلل َو ۗ َُُءََي نَمِل ُف
“ Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkanoleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap
bulir seratus biji.Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah
MahaLuas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”( Q.S. al-Baqarah: 261 )
4. ِ ََّللَا َلوُسَر َّنَأ عنه هللا رضي َة َْريَرُه يِبَأ ْنَععليه هللا صلى
َلاَق وسلم( :َع ُهْنَع َعَطَقْنِا ُناَسْنِ ْْلَا َاتَم اَذِإٍث ََلَث ْنِم ََّّلِإ ُهُلَم:ٍةَقَدَص
َلاَص ٍدَل َو ْوَأ ،ِهِب ُعَفَتْنُي ٍمْلِع ْوَأ ، ٍةَي ِارَجُهَل وُعْدَي ٍح)ُها َو َرمِلْسُم
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah bersabda “Apabila seorang
manusia itu meninggal dunia, maka terputuslah amal perbuatannya kecuali dari tiga sumber,
yaitu sedekah jariah (wakaf), ilmu pengetahuan yang bisa diambil manfaatnya, dana
anaksoleh yang mendoakannya.” (Riwayat Muslim)
5. C. WAKAF DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT
Hukum-hukum yang menyangkut pengelolaan wakaf, disamping peribadatan dan
perorangan, dilaksanakan secara konsisten di kalangan umat Islam.Semangat berwakaf
ini pada zaman klasik terbukti mampu menciptakan suasana yang kondusif untuk
bangkitnya intelektualisme muslim sehingga Islam mencapai puncak kegemilangannya.
Belakangan, Max Weber malah menuding lembaga keagamaan wakaf menyebabkan
modal pada umumnya menja distatis, sejalan dengan jiwa ekonomi kuno, yang
mempergunakan kekayaan yang telah terkumpul sebagai sumber peminjaman, bukan
sebagai modal yang terus-menerus diperbesar.
Terlepas dari penilaian Max Weber, Abdul Hai Farooqi melandaskan bahwa prinsip-
prinsip perekonomian Islam ada dua. Pertama, dalam kehidupan individu, Islam
bertujuan menciptakan kondisi-kondisi yang adil agar setiap individu cukup mampu
menempuh kehidupan yang bersih dan layak. Kedua, dalam lingkunga nmasyarakat,
segala daya upaya harus dikerahkan untuk mencapai keseimbangan antara individu dan
masyarakat untuk mencapai jalan tengah antara perbedaan tajam dalam ekonomi.
Pranata wakaf, sebagai salah satu sendi perekonomian Islam, juga tidak bisa lepas dari
prinsip-prinsip ekonomi Islam sebagaimana dikemukakan farooqi di atas.
6. Lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf
diarahkan untuk memberdayakan wakaf yang merupakan salah satu instrument
dalam membangun kehidupan social ekonomi umat Islam.Kehadiran Undang-
Undang wakaf ini menjadi momentum pemberdayaan wakaf secara produktif, sebab
di dalamnya terkandung pemahaman yang komprehensif dan pola manajemen
pemberdayaan potensi wakaf secara modern.
Umat Islam Indonesia selama ratusan tahun sudah terlanjur mengidentikkan wakaf
dengan (dalam bentuk) tanah, dan pada umumnya lebih nyaman kalau
diperuntukkan untuk masjid atau mushala. Dengan demikian, UU No. 41 tahun 2004
diproyeksikan sebagai sarana rekayasa sosial (social engineering), melakukan
perubahan-perubahan pemikiran, sikap dan perilaku umat Islam agar senafas
dengan semangat UU tersebut.
7. Salah satu bentuk wakaf produktif dalam ijtihad ulama masa kini adalah bentuk
Wakaf Uang memang belum lama dikenal di Indonesia. Padahal Wakaf Uang (Wakaf
Tunai) tersebut sebenarnya sudah cukup lama dikenal di dunia Islam, yakni sejak
zaman kemenangan dinasti mamluk, para ahli fikih memperdebatkan boleh atau
tidaknya uang, diwakafkan. Wakaf dalam bentuk uang, dipandang sebagai salah satu
pilihan yang dapat membuat wakaf mencapai hasil lebih banyak. Karena dalam
Wakaf Uang ini, uang tidak hanya dijadikan sebagai alat tukar –menukar saja. Lebih
dari itu, uang merupakan komoditas yang siap menghasilkan dan berguna untuk
pengembangan aktivitas perekonomian yang lain. Secara ekonomi, Wakaf Uang ini
sangat besar potensinya untuk dikembangkan, karena dengan model Wakaf Uang ini
daya jangkau serta mobilisasinya akan lebih jauh merata di tengah-tengah
masyarakat dibandingkan dengan model wakaf tradisional (wakaf dalam bentuk
tanah dan bangunan).
8. Pengelolaan dana wakaf uang sebagai alat untuk investasi menjadi menarik, karena
faedah atau keuntungan atas invesatsi menjadi menarik. Karena faedah atau keuntungan
yang akan dapat dinikmati oleh masyarakat di mana saja (baik lokal, regional maupun
internasional). Hal ini dimungkinkan karena faedah atas investasi tersebut berupa uang
tunai (cash) yang dapat dialihkan kemanapun. Di sisi invesatsi atas dana wakaf tersebut
dapat dilakukan dimana saja tanpa batas Negara. Hal inilah yang diharapkan mampu
meningkatkan keharmonisan antara masyarakat kaya dan masyarakat miskin. Isu
kemashlahatan sosial yang diusulkan dalam wacana wakaf uang memunculkan akar dan
subtansi masalah sosial, berupa keadilan ekonomi yang ternyata gagal dimanefestasikan
oleh teori pembangunan Kapitalis dan Marxis . Gagasan Wakaf Uang dipopulerkan
kembali melalui pembentukan Social Investment Bank Limited (SIBL) di Bangladesh
yang dikemas dalam meakanisme instrument Cash Waqf Certificate telah memberikan
kombinasi alternative solusi mengatasi krisis kesejahteraan yang ditawarkan Chapra dan
Prof. M.A. Mannan.
Dalam sistem ekonomi Islam wakaf belum banyak dieksplorasi secara maksimal, padahal
wakaf sangat potensial sebagai salah satu instrumen untuk pemberdayaan ekonomi umat
Islam. Karena itu, institusi wakaf menjadi sangat penting untuk dikembangkan. Apalagi
wakaf dapat dikategorikan sebagai amal jariyah yang pahalanya tidak pernah putus,
walau yang memberi wakaf (wakif) telah meninggal dunia.
9. D. MEMBANGUN KEMITRAAN
Untuk mendukung keberhasilan pengembangan aspek produktif dari dana wakaf
tersebut, perlu diarahkan model pengelolaan dana kepada sektor usaha yang produktif
dengan lembaga usaha atau perorangan yang memiliki reputasi baik.
1. Lembaga perbankan syari’ah atau lembaga keuangan syari’ah lainnya sebagai pihak
yang memiliki dana pinjaman. Dana pinjaman yang akan diberikan kepada pihak nazhir
wakaf berbentuk kredit dengan sistem bagi hasil setelah melalui studi kelayakan oleh
pihak bank.
2. Lembaga investasi usaha yang berbentuk badan usaha non lembaga jasa keuangan.
Lembaga ini bisa berasal dari lembaga lain diluar wakaf yang memiliki perhatian besar
terhadap pengembangan benda wakaf yang dianggap strategis.
3. Investasi perorangan yang memiliki modal cukup. Modal yang akan ditanamkan
berbentuk saham kepemilikan sesuai dengan kadar nilai yang ada.
4. Lembaga perbankan internasional yang cukup peduli dengan pengembangan tanah
wakaf di Indonesia, seperti IDB yang berpusat di Jeddah.
5. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang peduli terhadap pemberdayaan ekonomi
umat, baik dalam atau luar negeri.
10. Selanjutnya, wakaf untuk pemberdayaan masyarakat ini kemudian bisa
dikembangkan menjadi berbagai bentuk:
a. Wakaf untuk fasilitas umum, seperti wakaf sumur dan sumber mata air.
b. Wakaf khusus untuk bantuan orang-orang fakir miskin. Hasil pengelolaannya
digunakan untuk pemberdayaan masyarakat yang masuk kategori fakir dan miskin.
c. Wakaf untuk pelestarian lingkungan hidup. Wakaf ini menunjukkan bahwa
kesejahteraan manusia juga harus didukung keseimbangan ekosistem dan
lingkungan hidup di sekitar.
11. E. WAKAF PRODUKTIF
Produk harta wakaf dilihat dari sudut pandang ekonomi menurut Dr. Mundzir
Qahaf dapat dibagi dua jenis. (Mundzir Qahaf, 2005: 22-23). Wakaf langsung yaitu
wakaf untuk memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat. Pelayanan ini
benar-benar dirasakan manfaatnya secara langsung, seperti wakaf masjid disediakan
untuk tempat shalat, wakaf madrasah disediakan untuk tempat belajar santri, wakaf
rumah sakit disediakan untuk mengobati orang sakit, dan lain sebagainya.
Wakaf jenis ini merupakan aset produktif yang sangat bermanfaat bagi pembangunan
umat masa depan. Oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan yang profesional agar
benda wakaf dan manfaatnya tetap utuh dan terpelihara, sehingga secara terus
menerus dirasakan langsung oleh masyarakat penerima manfaat wakaf.
Perbedaan antara wakaf langsung dan wakaf produktif terletak pada pola
manajemen dan cara pelestarian wakaf. Wakaf langsung membutuhkan biaya
perawatan yang dananya diperoleh dari luar benda wakaf.
12. Dengan demikian tujuan esensial dari wakaf, adalah bersifat produktif dan dapat
diambil manfaatnya sebanyak mungkin oleh banyak orang, dengan tetap menjaga
keutuhan barangnya. Hal ini difahami dari sabda Rasulullah saw: “Tahanlah
pokoknya dan sedekahkan hasilnya” (HR.An-Nasa’i dan Ibnu Majah). Dalam riwayat
lain Rasulullah saw bersabda: “Jika engkau mau, tahan pokoknya dan sedekahkan
hasilnya” (HR. Muslim).