SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
MANAJEMEN WAKAF
1. BOOK REPORT
Judul : Manajemen Wakaf Produktif
Penulis : Rozalinda
Nama Mahasiswa : Muhammad Ryas Rasyid Tumanggor
NPM : 2306200274
I. Pendahuluan
Wakaf merupakan pranata keagamaan dalam islam yang memiliki hubungan
langsung secara fungsional dengan upaya pemecahan masalah-masalah sosial dan
kemanusiaan, seperti pengentasan kemiskinan, pemberdayaan ekonomi umat. Sama
halnya dengan Zakatt, Wakaf instrumen-instrumen keuangan lain yang bila dikelola
secara produktif dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Sehinga wakaf bisa menjadi sumber pendanaan dari umat untuk umat, baik untuk
kepentingan agama, sosial dan ekonomi. Untuk itu gerakan dungsi fakaf perlu
disosialisasikan dan menjadi gerakan kolektif seluruh umat dalam rangka memperbaiki
ekonomi umat.
Menurut Sherafat Ali Hashmi, manajemen lembaga wakaf yang ideal menyerupai
manajemen perusahaan. Peran kuncinya terlatak pada eksistensi nazhir, tim kerja yang
solid, jika wakaf dikelola akan menjadi institut keislaman yang potensial.
Manajemen wakaf yang dikelola secara profesional berperan terhadap kemajuan
dan kemunduran wakaf, serta memiliki dampak signifikan dalam peran sosial-ekonomi.
Menurut Muhammad Anas Zarqa, manajemen wakaf harus menampilkan performance
terbaik dan pengelolaan wakaf pada sektor pembiayaan yang memberi keuntungkan
tinggi serta sesuai syariah.
2. Sedangkan menurut monzer kahf, untuk menentukan manajemen wakaf, pertama,
merumuskan secara detail sasaran wakaf yang akan direalisasikan. Kedua, wakaf uang
diinvestasikan dalam bentuk wadi’ah atau mudharabah oleh wakif di bank islam dan
lembaga keuangan islam lainnya. Ketiga, bentuk investasi yang digunakan untuk
membangun proyek wakaf produktif kemudian hasilnya diberikan kepada mauquf alaih.
Meskipun harta wakaf mempunyai peran nyata dalam memenuhi kebutuhan
masyarat, peran ini terlalu kecil dari yang seharusnya diberikan, padahal dari segi
kuantitas potensi wakaf itu cukup besar dengan mayoritas masyarakat indonesia muslim,
namun, penyalurannya dan dampaknya terhadap perekonomian masih rendah.
Berdasarkan beberapa hal diatas Rozalinda meuliskan buku dengan judul
“Manajemen Wakaf Produktif” akan menggambarkan wakaf dalam dinamika pemikiran
hukum islam, nazhir wakaf profesional pencatatan dan pendaftaran harta wakaf,
manajemen investasi wakaf uang mulai dari manajemen fundraising wakaf uang,
investasi dan pendistribusian hasil investasinya. Lalu menguraikan prospek pengelolaan
wakaf uang, kemudian menceritakan perkembangan pengelolaan wakaf didunia
internasional dengan gambaran-gambaran perkembangan wakaf di Mesir, Arab Saudi,
Turki, Bangladesh, dan lai-lain. Serta terakhir tentang pengelolaan wakaf produktif
diIndonesia.
II. Manajemen Wakaf Produktif
Menurut Rozalinda prinsip manajemen wakaf menyatakan bahwa wakaf harus
tetap mengalir manfaatnya sesuai dengan hadits nasbi “tahan pokok dan sedekahkan
hasilnya”. Ini berarti pengelolaan wakaf uang harus dalam bentuk produktif. Wakaf
seharusnya selalu melibatkan proses pertumbuhan aset dan pertambahan nilai. Dengan
kata lain, aset wakaf itu harus berputar, produktif dan menghasilkan surplus. Sebagai
pranata keagamaan yang memiliki hubungan langsung secara fungsional dengan upaya
3. pemecahan masalah-masalah sosial dan kemanusiaan, seharusnya manajemen wakaf
seperti manajemen perusahaan (corporate management), dengan model ini wakaf dapat
dikelola dengan skema investasi istibdal, mudharabah, musyarakah, ijarah, maupun
perusahaan investasi.
Pada Bab 1 diberi judul Kondisi Riil Perwakafan di Indonesia dengan menyajikan
kerangka dasar pentingnya manajemen wakaf sebagai landasan pelaksanaan instrumen
wakaf. Mulai dari opini Sherafat Ali Hashmi bahwa manajemen wakaf harus menyerupai
manajemen perusahaan (corporate management), keadaan nyata perwakafan diindonesia
yang sejatinya mampu untuk menjadi sebuah instumen kebijakan untuk meningkatkan
perekonomian.
pada Bab 2 Wakaf dalam dinamika pemikiran hukum islam, pada bab ini
difokuskan pada wakaf uang dan segala aspek yang terkait dengannya, meliputi
pengertian dan dasar hukum wakaf, kriteria sahnya wakaf dan wakaf uang dalam
perspektif islam. Pada bab ini juga diuraikan manajemen wakaf uang perspektif ekonomi
islam meliputi wakaf uang dalam perdebatan, nazhir wakaf dan manajemen investasi
wakaf uang.
Dari sini bisa kita temukan wacana dibolehkannya wakaf uang, dengan
memperlihatkan upaya-upaya untuk memaksimalkan sumber dana wakaf. Semakin
banyak dana wakaf yang dihimpun berarti semakin banyak pula kebaikan yang mengalir
kepada pihak yang berwakaf. Hal ini menjadi peluang bagi pengelolaan wakaf untuk
memasuki berbagai macam usaha investasi seperti syirkah, mudharabah dan lain-lain.
Pada Bab 3 dengan judul Nazhir Wakaf Profesional, hal ini menarik karena dalam
pengelolaan wakaf nazhir memegang peran yang sangat penting sebagau garda terdepan.
Hal ini berarti keprofesionalan nazhir menjadi kunci keberhasilan dalam pengembangan
wakaf, untuk mencapai tujuan wakaf seperti yang dikehendaki waqif, nazhir bertanggung-
4. jawab dalam melakukan pengelolaan harta wakaf. Dengan kata lain nazhir merupakan
manajer wakaf yang bertanggung jawab terhadap pemeliharaan, pengelolaan, dan
pendistribusian manfaat wakaf kepada sasaran yang dikehendaki waqif.
Seseorang nazhir profesional dalam mengelola hartanya harus mengacu kepada
prinsip-prinsipmanajemen modern. Adapun ciri atau karakteristik profesional yaitu
pertama, mempunyai keahlian dan keterampilan khusus untuk dapat menjalankan dan
mengerjakan pekerjaan dengan baik. Kedua, adanya komitmen moral yang tinggi, untuk
pelayanan sosial dan hal ini berhubungan dengan etika profesi. Ketiga, hidup dari profesi
yang digeluti dengan mengeluarkan seluruh pikiran, tenaga, keahlian, dan keterampilan.
Keempat, pengabdian kepada masyarakat, dengan mengutamakan kepentingan umum
timbang kepentingan pribadi. Kelima, legalisasi keizinan haruslah profesi yang sah dan
dizinkan.
Tiga filosofi dasar yang ditekankan oleh nazhir, pertama, pola manajemen harus
dalam bingkai “proyek yang terintegrasi”. Kedua, asas kesejahteraan nazhir. Ketiga, asas
transparansi dan accountability. Untuk mencapai nashir yang profesioan diperlukan
pembinaan agar dalam menjalankan tugas-tugas secara produktif dan berkualitas. Setelah
pengembangan SDM nazhir tersebut para nazhir dalam bekerja harus meletakkan prinsip-
prinsip seperti amanah, akuntabilitas, transparansi dan inovatif. Dan sistem operasional
lembaga pengelolaan wakaf harus mengakomodasi kebutuhan para nazhir, sehingga para
nazhir dapat memberikan kinerjanya yang maksimal dalam lembaga pengelolaan wakaf.
Pada Bab 4, berjudul Pencatatan dan Pendaftaran Harta Wakaf. problematika
pewakafan di Indonesia adalah masih banyaknya harta wakaf yang belum dicatatkan di
Kantor Urusan Agama (KUA) setempat. Pelaksanaan wakaf oleh sebagian pada masa lalu
dilakukan secara lisan tidak di hadapkan Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW).
Begitu juga banyak harta wakaf yang belum didaftarkan di Badan Pertanahan Nasional
5. (BPN) serta rumitnya sertifikasi harta wakaf. Oleh karena itu perlu dilakukan administrasi
pendaftaran sebagai langkah awal pengamanan harta benda wakaf sebagai aset umat
muslim.
Dengan peraturan pencatatan dan pengadministrasian harta wakaf baik di KUA
maupun BPN mempunyai kekuatan hukum sehingga tidak dapat digugat oleh siapapun.
Dapat dikembangkan dan dikelola secara optimal sesuai dengan peruntukan wakaf yang
telah ditetapkan nazhir, karena harta wakaf yang tidak didaftarkan tidak memiliki
kekuatan hukum sehingga sering terjadi pengambilalihan, persengketaan antara nazhir
dan ahli waris waqif, malah ada harta wakaf yang hilang.
Bab 5 Manajemen Wakaf, pada bab ini akan menjelaskan prinsip-prinsip
manajemen dalam Islam. Prinsip-prinsip manajemen wakaf dalam islam merupakan
prinsip yang universal dan berlaku bagi semua golongan masyarakat di dunia dan semua
negara. Prinsip ini digali dari Al-Qur’an dan Hadits. Dalam teori manajemen islam
memberi injeksi moral dalam manajemen yaitu mengatur bagaimana seharusnya individu
berprilaku, baik dalam organisasi, maupun dalam masyarakat.
Menurut Ahmad Ibrahim Abu Sinn dalam bukunya al-idarah fi al-Islami
manajemen dipandang sebagai pengetahuan yang dikumpulkan, disitematisasi dan
diterima berhubungan dengan kebenaran-kebenaran universal tentang manajemen.
Ahmad al-Shabab mengemukakan manajemen merupakan sebuah proses yang dilakukan
dengan mengerahkan semua sumber daya untuk mewujudkan tujuan yang sudah
ditetapkan.
Sehingga manajemen adalah suatu proses yang dilakukan melalui perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan dengan mengerahkan sumber daya
organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan.
6. Dalam wakaf manajemen diperlukan bagi upaya agar kegiatan pengelolaan wakaf
dapat berjalan secara efektif dan efisien. Untuk itu manajemen wakaf perlu dijelaskan
berdasarkan fungsi-fungsinya. Ahmad al-Shabab dalam bukunya Mabadi’u al-Idarah dan
Ahmad Ibrahim Abu Sinn mengemukakan bahwa unsur utama dari manajemen antara
lain perencanaan (al-takhthith), Pengorganisasian (al-Thanzim), Kepemimpinan (al-
Qiyadah), dan Pengawasan (al-Riqabah).
Manajemen Wakaf dalam perspektif ekonomi islam dan dihubungkan dengan
wakaf bahwa fungsi-fungsimanajemen wakaf diperlukan agar keseluruhan sumber daya
pengelolaan wakaf dapat dicapai. Ini berarti semua kegiatan pengelolaan wakaf berjalan
lancar, pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan, pengawasan dilakukan secara simultan, dan berkesinambungan.
Teori manajemen perspektif ekonomi islam tidak begitu berbeda dengan teori
manajemen umum, yang membedakan adalah adanya aspek spiritual, yakni hubungan
antara manusia kepada Allah. Terutama pada aspek pengawasan, seorang muslim secara
langsung diawasi oleh Allah dalam kegiatannya.
Bab 6 Manajemen Investasi Wakaf Uang, dalam bab ini membahas aspek
pengelolaan dana wakaf yaitu penghimpunan dana wakaf (fundraising), investasi serta
pendistribusiannya kepada mauquf’alaih.
Manajemen fundraising wakaf uang merupakan kegiatan penggalangan dana, baik
dari individu, organisasi, dan badan hukum. Tujuannya agar masyarakat (waqif) mau
melakukan amal kebajikan dengan bentuk penyerahan uang sebagai bentuk pengelolaan
harta wakaf. Banyak metode yang dapat digunakan antara lain langsung (direct
fundraising), dan tidak langsung (indirect). langsung (direct fundraising) seperti direct
mail, direct advertaising, telefundraising dan persentasi langsung. Tidak langsung
7. (indirect) seperti advertorial, image campaign dan penyelenggaraan suatu kegiatan
melalui relasi, referensi dan mediasi para tokoh.
Investasi wakaf uang yaitu menempatkan uang atau dana dengan harapan
memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang dana wakaf. Investasi disini
jelas harus investasi syariah, yang antara lain deposito, mudharabah, reksadana syariah
(islamic investment fund), saham syariah di pasar modal syariah, obligasi syariah atau
sukuk (islamic bonds).
Dan terakhir pola pendistribusian hasil investasi wakaf, dalam pendistribusian
wakaf harus mengacu kepada beberapa hal yakni mengikuti ketentan dari waqif, dimana
waqif memiliki kehendak tunggal dan tujuannya harus sesuai dengan ketentuan syariah.
Penyisihan sebagian hasil pengelolaan harta wakaf untuk kepentingan pemeliharaan harta
benda wakaf itu sendiri, harta benda wakaf sebagai modal yang membutuhkan alokasi
dana pemeliharaan, perbaikan, perawatan dan lain-lain, sedangkan keuntungan hasil
pengelolaan harta wakaf merupakan labanya. Serta akan adanya biaya operasional harta
benda wakaf, juga adanya kebolehan mengembangkan wakaf dari keuntungan hasil
pengelolaan wakaf serta mendirikan wakaf baru dari keuntungan hasil pengelolaan wakaf
yang sudah ada dan menggabungkannya dengan wakaf pertama.
Dalam penyaluran wakaf, sebagiknya untuk kebaikan secara umum dan perioritas.
Perioritas penyaluran untuk kebaikan secara umum dapat menggunakan standar aturan
yaitu a) kebutuhan, kebutuhan yang mendesak yang didahulukan, b) kedekatan tempat,
yaitu menyalurkan sedekah ke wilayah dimana sedekah tersebut berasal, kecuali wilayah
tersebut sudah tercukupi dan karena tempat lain sedang terdesak, c) seimbang, yakni
distribusi untuk kebaikan dan kebutuhan kemaslahatan umum, yang beragam jenisnya,
tidak boleh berfokus pada satu jenis saja, d) pengorganisasian terpusat bagi tempat
penyaluran untuk kebaikan secara umum, bisa dilakukan seperti pemerintah pusat
8. mengatur urusannya (kementrian wakaf, Badan Wakaf Indonesia, dan lain-lain dan
menggunakan metode pelayanan publik fakir miskin melalui rumah sakit gratis.
Bab 7 berjudul Perkembangan Perwakafan di Indonesia. Perkembangan wakaf di
Indonesia sejalan dengan penyebaran agama Islam diseluruh wilayah nusantara. Ada
beberapa bentuk penyerahan harta untuk kepentingan umum yang mirip dengan wakaf
yakni Huma pada zaman Empu Sendok di Ponorogo, Huma Serang di Banten, Tanah
Pareman di daerah lombok dan Tanah Pusako Tinggi di Minang.
Selanjutnya, perkembangan wakaf di Indonesia melalui tiga fase atau periode
besar meliputi : 1) Periode Tradisional, wakaf masih ditempatkan sebagai ajaran murni
(ibadah mahdhah) yang bersifat konsumtif. 2) Periode Semi Profesional, mulai
dikembangkannya pola pemberdayaan wakaf produktif, meskipun perakteknya belum
optimal. Dalam bidang pendidikan misalnya dilakukan Pondok Pesantren Modern As-
Salam Gontor, Badan Wakaf Universitas Indonesia dan lain-lain. 3) Periode Profesioanl,
pemberdayaan wakaf secara produktif. Profesional meliputi aspek manajemen SDM
nazhir, pola kemitraan usaha, bentuk wakaf uang, benda bergerak, saham dan lain-lain.
Bentuknya seperti TabunganWakaf Indonesia Dompet Dhuafa Republika, Wakaf Uang
Muamalat Baitul Maal Muamalat dan lain-lain.
Bab 8 dengan judul Prospek Pengelolaam Wakaf uang. Perkembanan wakaf uang
memiliki nilai ekonomi yang strategis, yang memiliki beberapa keunggulan wakaf uang
jumlahnya bisa bervariasi sehingga tidak mesti orang kaya atau tuan tanah saja. Dengan
adanya wakaf uang bisa dimanfaatkan membangun gedung-gedung atau sarana lain yang
lebih produktif demi kepentingan umat. Dana wakaf juga bisa membantu lembaga
pendidikan islam yang cash flow-nya kekurangan. Dan dana wakaf bisa memberdayakan
usaha kecil yang bagi hasilnya bisa digunakan untuk kepentingan sosial. Dari beberapa
nilai ekonomi strategis diatas dapat menunjukkan bahwa wakaf memberikan multiple
9. Effect dalam pengelolaan wakaf uang. Dampak lainya ialah adanya keadilan distributif
dan pembangunan ekonomi. Yang tak kalah penting adalah dimensi keadilan sosial dalam
wakaf yang dalam konsep sosial ekonomi dan islam didasarkan pada ajaran persaudaraan
menghilangkan batasan-batasan geografis, suku, agama dan ras. Keadilan sosial ini
melalui layanan sosial, layanan kesehatan yang baik, dan sarana pendidikan yang
berkualitas.
Bab 9 Perkembangan Pengelolaan Wakaf di dunia Internasional, pada bab ini
akan diceritakan tentang sejarah dan perkembangan perwakafan di dunia modern baik di
negara islam maupun negara barat. Mulai dari negara mesir, Arab saudi, Yordania, Turki,
Bangladesh, Malaysia, dan Pengelolaan wakaf di negara non-muslim. Dari beberapa
negara tersebut dalam buku ini terbukti, bahwa wakaf jika dikelola dengan manajemen
yang baik, maka akan mengatasi masalah kemiskinan, mewujudkan kesejahteraan sosial,
dan membantu merangsang pertumbuhan ekonomi di tingkat masyarakat bawah untuk
memberdayakan sektor Usaha Kecil Menengah UKM.
Bab 10 Pelaksanaan Proyek Wakaf Produktif. Sebagai langkah riil yang dilakukan
dalam mengelola benda-benda wakaf yaitu dengan mempersiapkan sebuah studi
kelayakan usaha terlebih dahulu. Karena studi ini merupakan kegiatan usaha yang
direncanakan, potensi dan peluang yang tersedia dari berbagai aspek. Bentuk
penyajiannya melalui proposal yang isinya berupa a) pendahuluan, b) aspek pasar dan
pemasaran, c) aspek teknis dan teknologi, d) aspek ekonomi dan keuangan, e) kesimpulan
dan rekomendasi beserta lampiran yang dibutuhkan. Dengan adanya studi kelayakan
usaha ini para nazhir tentunya akan sangat terbantu dalam membuat format proposal
wakaf.
Bab 11 ditutup dengan judul Badan Wakaf Indonesia. BWI ini merupakan
lembaga yang dibentuk oleh pemerintah untuk mengelola wakaf yang berdasar kepada
10. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 75/M tahun 2007 tentang kepengurusan
BWI periode 2007-2010 dengan tugas mengembangkan perwakafan Indonesia.
III. Urgensi Manajemen Wakaf di Indonesia
Kalau dilihat secara hsitoris, para penguasa Dinasti Abbasiyah kerap mendorong
pengembangan wakaf sebagai sumber pendapatan dan sekaligus pembiayaan untuk
pembangunan, seperti biaya pendidikan. Cara inilah yang tetap abadi, karena tetap
dilanjutkan oleh negara-negara Islam saat ini, seperti Saudi Arabia, Mesir, Turki dan
Yordania, melalui lembaga-lembaga wakafnya. Wakaf bagi negara ini, tidak saja untuk
biaya pendidikan, dan kesehatan masyarakat, melainkan juga dapat membangkitkan
ekonomi masyarakat, karena menurut hemat mereka wakaf dapat dikelola dalam bentuk
saham, usaha-usaha produktif, seperti real estate, pertanian, dsbnya, yang dikelola oleh
lembaga-lembaga ekonomi yang profesional.
Hanya saja di samping dikelola oleh lembaga yang amanah, kerjasama dengan
Lembaga Keuangan Syariah, seperti Bank Syariah merupakan suatu keniscayaan.
Bagaikan yang terdapat pada negara Mesir. Badan Wakaf yang dibentuk oleh pemerintah
Mesir, menitipkan hasil harta wakaf di bank-bank islam. Bahkan Badan Wakaf turut
berpartisipasi mendirikan bank-bank Islam, bekerja sama dengan beberapa perusahaan,
membeli saham dan obligasi perusahaan penting, di samping juga memanfaatkan lahan
kosong agar produktif. Hasil pengembangan wakaf dimanfaatkan untuk membantu
kehidupan masyarakat miskin, anak yatim, mengangkat kehidupan pedagang kecil dan
kaum dhuafa. Dana hasil pengembangan wakaf digunakan juga untuk mendirikan masjid,
sekolah dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Seperti pada negara Bangladesh, wakaf dikelola oleh lembaga keuangan syariah,
yakni melalui Social Investment Bank Ltd. (SIBL), dengan mengembangkan Pasar Modal
Sosial (the Voluntary Capital Market). Di samping itu lembaga ini juga mengembangkan
11. instrumen-instrumen keuangan lainnya meliputi Waqf Properties Development Bond,
Cash Waqf Deposit Certificate, Family Waqf Certificate, Mosque Community Share,
Quard-e-Hasana Certificate, Zakat/ Ushr Payment Certificate, Hajj Saving Certificate,
dan lain-lainnya.
Bahkan di negara kapitalis, Amerika Serikat, wakaf warga muslimpun dikelola
secara profesional oleh lembaga-lembaga keuangan, seperti Kuwait Waqf Public
Foundation (KAPF) yang bermarkas di New York, dan al-Manzil Islamic Financial
Service bertindak sebagai advisor. Hasilnya KAPF berhasi membangun apertemen senilai
30 juta dollar di atas tanah milik Islamic Cultural Center New York. Islamic Relief,
sebuah organisasi pengelolaan wakaf uang di Inggris, mampu mengumpulkan wakaf uang
setiap tahun tidak kurang 30 juta poundsterling (senilai Rp600 Miliar), dengan
menerbitkan wakaf uang senilai 890 poundtreling perlembar.
Di Indonesia, pemerintah pada dasarnya punya kepentingan dengan
pengembangan lembaga wakaf ini, apakah melalui lembaga keuangan syariah atau tidak.
Sebab lembaga ini bisa membantu pemerintah dalam mengatasi kemiskinan dan
pembangunan ekonomi masyarakat. Walaupun sangat disadari bahwa pemahaman
umumnya masyarakat tentang wakaf mempengaruhi terhadap kelambanan terbentuknya
lembaga wakaf ini secara konkrit. Dalam pemahaman umat yang telah terpatri bertahun-
tahun, wakaf hanyalah berbentuk tanah dan hanya diperuntukkan untuk rumah ibadah
atau lembaga-lembaga sosial.
Untuk itu suatu hal yang sangat perlu dan mendesak (urgen) dalam pemahaman
yang sama adalah, peningkatan kekuatan ekonomi umat melalui manajemen wakaf yang
baik akan terjadi, bila dilakukan secara sinergis dan koordinatif antara lembaga yang
dimiliki umat. Wakaf dapat pula dimanfaatkan untuk kepentingan peningkatan SDM,
seperti pemberian beasiswa bagi para pelajar, santri, dan mahasiswa dalam hal orang tua
12. daln lain-lain. Singkatnya, para pengelola zakat dan wakaf harus memiliki program dan
skala prioritas yang jelas. Harus memenuhi unsur utama dari manajemen antara lain
perencanaan (al-takhthith), Pengorganisasian (al-Thanzim), Kepemimpinan (al-Qiyadah),
Pengawasan (al-Riqabah).
Dan perlu adanya dalam sebuah teori manajemen modern biasa disebut dengan
istilah TQM (Total Quality Management) dengan kerangka teori yang utuh hanya
mengerucut kepada empat hal Amanah, Shiddiq, Fatonah dan Tabliq. Sangatlah perlu
guna menunjang pengelolaan manajemen wakaf yang maksimal.