SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
1
RELEVANSI FIQIH JINAYAH TERHADAP TINDAK PIDANA DALAM
PEMBUNUHAN
Sekarwati
33020210037
Hukum Ekonomi Syariah
ABSTRAK
Dalam hukum Islam tindak pidana dikenal dengan istilah Jinayat dan Jarimah. Jinayah menurut
istilah syari’at, adalah setiap tindak kejahatan terhadap jiwa atau harta. Jarimah secara harfiah
sama dengan pengertian Jinayah, yaitu larangan-larangan syara’ (yang apabila dikerjakan)
diancam Allah dengan hukuman had atau ta’zir. Pembunuhan (al-qatl) adalah perbuatan
seseorang terhadap orang lain yang mengakibatkan hilangnya nyawa, baik dilakukan dengan
sengaja maupun tidak sengaja. Mayoritas para Ulama membagi kejahatan pembunuhan pada tiga
bagian. Pertama, Pembunuhan sengaja (qatl al-amd). Kedua, Pembunuhan menyerupai sengaja
(qatl syibh al-amd). Dan Ketiga, Pembunuhan kesalahan (qatl al-khata’).
Kata kunci: fiqih jinayah, pembunuhan
PENDAHULUAN
Kejahatan yang semakin meningkat dan sering terjadi dalam masyarakat merupakan hal
yang sangat diperhatikan, sehingga mengundang pemerintah (negara) sebagai pelayan, pelindung
masyarakat untuk menanggulanggi meluasnya dan bertambahnya kejahatan yang melanggar nilai-
nilai maupun norma-norma yang hidup dan berlaku di dalam suatu masyarakat sehingga kejahatan
tersebut oleh negara dijadikan sebagai perbuatan tindak pidana. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, telah ditegaskan bahwa Negara Indonesia adalah
negara yang berdasarkan atas hukum. Hal ini berarti bahwa Indonesia menjunjung tinggi hukum
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Di negara Indonesia ada berbagai macam bentuk dan jenis kejahatan yang berkembang di
masyarakat. Secara umum di Indonesia kejahatan diatur dalam buku kedua kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP), salah satu bentuknya adalah pembunuhan. Pembunuhan (al-qatl). Salah
2
satu tindak pidana menghilangkan nyawa seseorang dan termasuk dosa besar. Dalam fikih, tindak
pidana pembunuhan (al-qatl) disebut juga dengan al-jinayah ‘ala an-nafs al-insaniyyah (kejahatan
terhadap jiwa manusia).1
Dalam jarimah Pembunuhan adalah jarimah yang ada hubungannya dengan nyawa maupun
badan, sehingga para Ulama membagi jarimah pembunuhan itu pada tiga bagian, yakni
pembunuhan sengaja, pembunuhan tidak sengaja dan pembunuhan semi sengaja. Jarimah ini
disebut hak Allah dan Hak Individu. Disebut hak Allah karena Allah tetapkan dalam firmannya
bila seseorang yang melakukan pembunuhan sengaja maka dia harus di bunuh, tetapi juga Allah
tegaskan kalau keluarga korban itu memaafkannya, maka hukuman qisas itu bisa diganti dengan
hukuman diyat, itulah hak Individu.2
PEMBAHASAN
Tindak Pidana menurut Hukum Islam atau fiqih jinayah
Dalam hukum Islam tindak pidana dikenal dengan istilah Jinayat dan Jarimah. Jinayat
(tindak pidana) secara bahasa adalah pentuk jamak dari kata Jinayah yang artinya dosa dan
kesalahan. Adapun pengertiannya menurut istilah syari’at, adalah setiap tindak kejahatan terhadap
jiwa atau harta. Tapi, dalam tradisi ahli fiqih, jinayat lebih dikhususkan pada sesuatu yang bisa
menyakiti fisik. Adapun kejahatan terhadap harta disebut perampasan, penjambretan, pencurian,
pengkhianatan dan pengerusakan.3
Sedangkan istilah kedua adalah Jarimah. Pada dasarnya, kata Jarimah mengandung arti
perbuatan buruk, jelek, atau dosa. Jadi pengertian Jarimah secara harfiah sama dengan pengertian
Jinayah, yaitu larangan-larangan syara’ (yang apabila dikerjakan) diancam Allah dengan hukuman
had atau ta’zir.4
Konsep Jinayah dan Jarimah mencakup perbuatan ataupun tidak berbuat, mengerjakan
atau meninggalkan, aktif atau pasif. Oleh karena itu, perbuatan Jarimah tidak hanya mengerjakan
1
Imaning Yusuf, Pembunuhan Dalam Perpektif Hukum Islam Jurnal Nurani, Vol. 13, No. 2, Desember 2013 hal. 1.
2
Ismail Rumadan, Pembaruan Jarimah dalam Fiqih Jinayah (Surabaya: Nariz Bakti Mulia Publisher, 2021), hal. 39.
3
Kamelia, Tindak Pidana Ikan Menurut Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perikanan ditinjau dari
Fiqih Jinayah (Skripsi: UIN Raden Fatah Palembang, 2015), hal. 33
4
Mustofa Hasan, Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam Fiqhi Jinayah (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013), hal.
19
3
yang dilarang oleh peraturan, tetapi juga dianggap sebagai Jarimah apabila seseorang
meninggalkan perbuatan yang menurut peraturan harus dikerjakan.5
Istilah dari keduanya memiliki kesamaan dan perbedaan secara etimologis, kedua istilah
tersebut bermakna tunggal, mempunyai arti yang sama dan ditujukan pada perbuata-perbuatan
negatif, kesalahan maupun dosa. Adapun letak dari perbedaannya terletak pada pemakaiannya dan
tujuan penerapannya.
Ulama fikih mendefinisikan pembunuhan dengan “Perbuatan manusia yang berakibat
hilangnya nyawa seseorang”. Menurut Wakban Zuhaili pembunuhan adalah perbuatan yang
menghilangkan atau mencabut nyawa seseorang. Dari definisi tersebut dapat diambil intisari
bahwa pembunuhan adalah perbuatan seseorang terhadap orang lain yang mengakibatkan
hilangnya nyawa, baik dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja.6
Mayoritas para Ulama membagi kejahatan pembunuhan pada tiga bagian.
1. Pembunuhan sengaja (qatl al-amd).
Yaitu menyengaja suatu pembunuhan karena adanya permusuhan terhadap orang lain
dengan menggunakan alat yang pada umumnya mematikan, melukai, atau benda-benda yang
berat, secara langsung atau tidak langsung (sebagai akibat dari suatu perbuatan), seperti
menggunakan besi, pedang, kayu besar, suntikan pada organ tubuh yang vital maupaun tidak
vital (paha dan pantat) yang jika terkena jarum menjadi bengkak dan sakit terus menerus
sampai mati, atau dengan memotong jari-jari seseorang sehingga menjadi luka dan membawa
pada kematian. Atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk
menghilangkan nyawa seseorang dengan menggunakan alat yang dipandang layak untuk
membunuh. Jadi matinya korban merupakan bagian yang dikehendaki si pembuat jarimah.7
Al-Qur‟an dan as-Sunnah mengharamkan pembunuhan sengaja ini secara tegas dan
termasuk perbuatan haram sebagaimana Allah berfirman dalam al-qura’an surat al-isra’ (17):
33. Artinya : Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),
melainkan dengan suatu (alasan) yang benar [853]. dan Barangsiapa dibunuh secara zalim,
Maka Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan [854] kepada ahli warisnya, tetapi
5
Ibid, hal. 20
6
Imaning Yusuf, Pembunuhan Dalam Prespektif Islam, hal. 2.
7
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), cet. ke-2, hal. 24.
4
janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang
yang mendapat pertolongan.
Adapun unsur-unsur dalam pembunuhan sengaja yaitu:
a. Korban yang dibunuh adalah manusia yang masih hidup
b. Perbuatan si pelaku yang mengakibatkan kematian korban
c. Ada niat bagi si pelaku untuk menghilangkan nyawa korban
Dan unsur yang terpenting diantara ketiganya ialah pada unsur yang ketiga, yaitu adanya
niat si pelaku. Hal ini sangat penting karena niat pelaku itu merupakan syarat utama dalam
pembunuhan sengaja. Dan masalah tersebut menjadi perbincangan para ulama karena niat itu
terletak dalam hati, sehingga tidak dapat diketahui. Dengan demikian akan ada kesulitan dalam
membuktikan bahwa seseorang melakukan pembunuhan itu apakah dengan sengaja atau tidak.
Oleh karena itu para fuqaha mencoba mengatasi kesulitan ini dengan cara melihat alat yang
digunakan dalam pembunuhan itu.8
Sedangkan menurut as-Sayyid Sabiq. Yang dimaksud
pembunuhan sengaja adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seseorang mukallaf kepada
orang lain yang darahnya terlindungi, dengan memakai alat yang pada umumnya dapat
menyebabkan mati.9
Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah, pembunuhan sengaja adalah perbuatan
menghilangkan nyawa orang lain yang disertai dengan niat membunuh, artinya bahwa
seseorang dapat dikatakan sebagai pembunuh jika orang itu mempunyai kesempurnaan untuk
melakukan pembunuhan. Jika seseorang tidak bermaksud membunuh, semata-mata hanya
menyengaja menyiksa, maka tidak dinamakan dengan pembunuhan sengaja, walaupun pada
akhirnya orang itu mati. Hal ini sama dengan pukulan yang menyebabkan mati (masuk dalam
katagori syibh, amd).10
Menurut Imam syafi‟I dan pendapat kuat dikalangan mazhab Hambali, dianggap sebagai
pembunuhan sengaja, selama ia dengan sengaja mengadakan perbuatannya dan menghendaki
pula hilangnya nyawa si korban. Pembunuhan sengaja terdapat beberapa jenis, yaitu sebagai
berikut:
8
Jaih mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), cet. ke-3, h, 7.
9
As-Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, Jilid II, (Kairo: dar ad-diyan li at-turas, 1990), cet. ke-2, h. 435.
10
Abdul Qadir, Audah, At-tasyri’ al-jinaiy al-islami, juz II, Terjemahan. Tim Tsalisah (Bogor: PT.Kharisma Ilmu),
cet. ke-2, hal. 77.
5
1) Membunuh seseorang dengan alat/ benda yang biasanya dapat menghilangkan nyawa
orang lain misalnya dengan senjata tajam, senjata api, atau dengan benda yang berat dan
sebagainya.
2) Membunuh orang dengan benda atau alat yang biasanya tetapi ada indikasi lain yang
uumnya bisa menyebabkan terbunuhnya seseorang, misalnya memukukli dengan tingkat
secara berulang-ulang.
3) Membunuh seseorang dengan cara memperlakukan orang tersebut dengan perbuatan yang
bisa menghilangkan nyawanya. Contoh menaruh racun dimakanan, mencekik leher,
membakar dengan api, mengurung disuatu tempat tanpa diberi makan dan minum dan
sebagainya.11
Dalam hukum Islam hukuman pokok bagi pembunuhan sengaja adalah qisas, yaitu dibunuh
kembali. Hal ini berdasarkan firman Allah surat al-baqarah (2): 178. Artinya: “Hai orang-
orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qisas berkenaan dengan orang-orang yang
dibunuh”. (QS. al-baqarah: 178).
Sebagai hukuman pokok, qisas mempunyai hukuman pengganti, yaitu apabila keluarga
korban menghapuskan hukuman pokok ini, qisas pun tidak dapat dijatuhkan dan digantikan
dengan hukuman diat. Diat pun jika seandainya dimaafkan dapat dihapuskan dan sebagai
penggantinya, hakim menjatuhkan hukuman ta’zir. Jadi, qisas sebagai hukuman pokok
mempunyai dua hukuman pengganti, yaitu diat dan ta’zir.
2. Pembunuhan menyerupai sengaja (qatl syibh al-amd).
Yaitu menyengaja suatu perbuatan aniaya terhadap orang lain, dengan alat yang pada
umumnya tidak mematikan, seperti memukul dengan batu kecil, tangan ,pensil, atau tongkat
yang ringan, dan antara pukulan yang satu dengan yang lainnya tidak saling membantu,
pukulanya bukan pada tempat yang vital (mematikan), yang dipukul bukan anak kecil atau
orang yang lemah, cuacanya tidak terlalu panas/dingin yang dapat mempercepat kematian,
sakitnya tidak berat dan menahun seningga membawa pada kematian, jika tidak terjadi
kematian, maka tidak dinamakan qatl al-amd, karena umumnya keadaan seperti itu dapat
mematikan. Atau perbuatan yang sengaja dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dengan
tujuan mendidik, misalnya: seseorang guru memukulkan penggaris kepada kaki seorang
11
Asadullah Al Faruq, Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), cet. ke-1, h. 52.
6
muridnya, tiba-tiba murid yang dipukul meninggal, maka perbuatan tersebut dinamakan syibhu
al-amdi.12
Dalam pembunuhan semi sengaja ini, ada 2 (dua) unsur yang berlainan, yaitu kesengajaan
di suatu sisi dan kesalahan disisi lain. Perbuatan si pelaku untuk memukul si korban adalah
disengaja, namun akibat yang dihasilkan dari perbuatan tersebut sama sekali tidak diinginkan
pelaku.
Adapun unsur-unsur dari pembunuhan menyerupai sengaja adalah sebagai berikut:
a. Adanya perbuatan dari pelaku yang mengakibatkan kematian.
b. Adanya kesengajaan dalam melakukan perbuatan.
c. Kematian adalah akibat dari pelaku.
Hukuman pokok pada pembunuhan tidak sengaja atau pembunuhan kesalahan adalah diat
ringan dan kaffarah. Hukuman penggantinya adalah puasa dan ta‟zir dan hukuman
tambahannya adalah hilangnya hak waris dan hak mendapat warisan.
3. Pembunuhan kesalahan (qatl al-khata’).
Yaitu pembunuhan yang terjadi dengan tanpa adanya maksud penganiayaan, baik dilihat
dari perbuatan maupun orangnya. Misalnya seseorang melempari pohon atau binatang tetapi
mengenai manusia (orang lain), kemudian mati. Menurut sayid sabiq, pembunuhan tidak
sengaja adalah ketidaksengajaan dalam kedua unsur, yaitu perbuatan dan akibat yang
ditimbulkannya, dalam pembunuhan tidak sengaja, perbuatan tersebut tidak diniati dan akibat
yang terjadipun sama sekali tidak dikehendaki.13
Adapun unsur-unsur pembunuhan tidak sengaja yaitu:
a. Adanya perbuatan yang menyebabkan kematian
b. Terjadinya perbuatan itu karena kesalahan
c. Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan kesalahan dengan kematian korban.
Dengan adanaya pembunuhan, berarti ia telah melakukan pelanggaran tindak pidana, dan
apabila seseorang melakukan tindak pidana, maka ia akan meneriama konsekuensinya (akibat)
logis atas perbuatanya. Dalam mengartikan pembunuhan, macam-macam pembunuhan dan
12
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, h. 24.
13
Haliman, Hukum Pidana Syari’at Islam Menurut Ahlus Sunnah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1972), cet. ke-1, hal. 152.
7
lain-lainnya, para ulama banyak yang berselisih pendapat. Adapun macam-macam
pembunuhan menurut Ibnu Hamz dan Imam Maliki itu hanya terbagi kedalam dua macam
yaitu, pembunuhan sengaja (qatl ‘amd), yaitu suatu perbuatan penganiayaan terhadap
seseorang dengan maksud untuk menghilangkan nyawanya, dan pembunuhan tidak sengaja
(qatl al-khata’), yaitu pembunuhan yang dilakukan karena kesalahan. Dalam jenis
pembunuhan ini ada tiga kemungkinan, yaitu:
1) Bila si pelaku sengaja melakukan perbuatan dengan tanpa maksud melakukan kejahatan,
tetapi mengakibatkan kematian seseorang, kesalahan seperti ini disebut salah dalam
perbuatan (error in Croncrito).
2) Bila sipelaku sengaja melakukan perbuatan dan mempunyai niat membunuh seseoerang
yang dalam persangkaanya boleh dibunuh, namun ternyata orang tersebut tidak boleh
dibunuh, misalnya sengaja menembak musuh yang harus ditembak dalam peperangan,
tetapi ternyata kawan sendiri, kesalahan demikian disebut salah dalam maksud (error in
objecto).
3) Bila si pelaku tidak bermaksud melakukan kejahatan, tetapi akibat kelalaiannya dapat
menimbulakn kematian, seperti seseorang terjatuh dan menimpa bayi yang berada
dibawahnya hingga mati.
Hukuman pokok pembunuhan semi sengaja adalah diat dan kaffarat, sedang hukuman
penggantinya adalah puasa dan ta’zir dan hukuman tambahannya adalah terhalangnya
menerima warisan dan wasiat. Hukuman qisas gugur kecuali dengan penyebab yang jelas.
Karena secara realitas, pelaku sengaja memukul tetapi tidak sengaja membunuh sehingga
diwajibkan untuk membayar diat mughallazah.14
Pendapat Ibnu Hamz di atas berdasar atas Firman Allah SWT dalam surat an-nisa’ (4): 92.
Artinya : Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain),
kecuali karena tersalah (tidak sengaja, dan Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena
tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar
diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga
terbunuh) bersedekah . jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai)
antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan
kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman.
14
As-Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, hal. 400.
8
Barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua
bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS an-nisa‟: 92). Dan QS.an-nisa ayat 93 yang artinya
“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah
Jahannam, kekal ia didlamanya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta
menyediakan azab yang besar baginya”. Dalam ayat diatas Allah tidak menempatkan
pembunuhan bagian ketiga, yaitu terletak antara pembunuhan sengaja dan pembunuhan tidak
sengaja.
Pembunuhan tidak hanya terjadi dengan suatu perbuatan fisik, karena terjadi juga melalui
perbuatan ma’nawi yang berpengaruh pada psikis seseorang, seperti menakut-nakuti,
mengintimidasi dan lain sebagainya. Sanksi pidana dalam hukum Islam disebut dengan al-
Uqubah yang berasal dari kata ‫ب‬ ‫ق‬ ‫ع‬ ,yaitu sesuatu yang datang setelah yang lainnya,
maksudnya adalah bahwa hukuman dapat dikenakan setelah adanya pelanggaran atas
ketentuan hukum. Uqubah dapat dikenakan pada setiap orang yang melakukan kejahatan yang
dapat merugikan orang lain baik dilakukan oleh orang muslim atau yang lainnya.15
Maksud adanya hukuman adalah untuk memelihara dan menciptakan kemaslahatan
manusia dan menjaga mereka dari hal-hal yang mafsadah karena Islam itu sebagai Rahmatan
Iil‟alamin, untuk memberi petunjuk dan pelajaran kepada manusia. Ada tiga bentuk sanksi
pidana pembunuhan sengaja menurut hukum pidana Islam, yaitu pertama, sanksi asli (pokok),
berupa hukuman qisas, kedua, sanksi pengganti, berupa diat dan ta’zir, dan ketiga sanki
penyerta/tambahan, berupa terhalang memperoleh waris dan wasiat.
KESIMPULAN
Dalam hukum Islam tindak pidana dikenal dengan istilah Jinayat dan Jarimah. Konsep
Jinayah dan Jarimah mencakup perbuatan ataupun tidak berbuat, mengerjakan atau
meninggalkan, aktif atau pasif. Oleh karena itu, perbuatan Jarimah tidak hanya mengerjakan yang
dilarang oleh peraturan, tetapi juga dianggap sebagai Jarimah apabila seseorang meninggalkan
perbuatan yang menurut peraturan harus dikerjakan. Istilah dari keduanya memiliki kesamaan dan
perbedaan secara etimologis, kedua istilah tersebut bermakna tunggal, mempunyai arti yang sama
dan ditujukan pada perbuata-perbuatan negatif, kesalahan maupun dosa. Adapun letak dari
15
Abdurrahman I Doi, Hukum Pidana Menurut Syari’at Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), cet. ke-2, hal. 6.
9
perbedaannya terletak pada pemakaiannya dan tujuan penerapannya. Dari definisi tersebut dapat
diambil intisari bahwa pembunuhan adalah perbuatan seseorang terhadap orang lain yang
mengakibatkan hilangnya nyawa, baik dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja. Mayoritas
para Ulama membagi kejahatan pembunuhan pada tiga bagian. Pertama, Pembunuhan sengaja
(qatl al-amd). Kedua, Pembunuhan menyerupai sengaja (qatl syibh al-amd). Dan Ketiga,
Pembunuhan kesalahan (qatl al-khata’).
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Qadir, A. (n.d.). At-tasyri’ al-jinaiy al-islami. Bogor: PT.Kharisma Ilmu.
Ali, Z. (2009). Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Doi, A. I. (1992). Hukum Pidana Menurut Syari’at Islam. Jakarta: Rineka Cipta.
Faruq, A. A. (2009). Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam. Bogor: Ghalia Indonesia.
Haliman. (1972). Hukum Pidana Syari‟at Islam Menurut Ahlus Sunnah. Jakarta: Bulan Bintang.
Kamelia. (2015). Tindak Pidana Ikan Menurut Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang
perikanan ditinjau dari Fiqih Jinayah. Skripsi: UIN Raden Fatah Palembang.
Mubarok, J. (2003). Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mustofa Hasan, B. A. (2013 ). Hukum Pidana Islam Fiqhi Jinayah. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Rumadan, I. (2021). Pembaruan Jarimah dalam Fiqih Jinayah. Surabaya: Nariz Bakti Mulia
Publisher.
Sabiq, A.-S. (1990). Fiqh As-Sunnah. Kairo: dar ad-diyan li at-turas.
Yusuf, I. (2013 ). Pembunuhan Dalam Perpektif Hukum Islam . Jurnal Nurani, 1.

More Related Content

Similar to RELEVANSI FIQIH

Presentasi Fiqh 13 (Hudud)
Presentasi Fiqh 13 (Hudud)Presentasi Fiqh 13 (Hudud)
Presentasi Fiqh 13 (Hudud)Marhamah Saleh
 
Bom bunuh diri dan euthanasia perspektif hukum
Bom bunuh diri dan euthanasia perspektif hukumBom bunuh diri dan euthanasia perspektif hukum
Bom bunuh diri dan euthanasia perspektif hukumhanunropi
 
jarimah qishash diyat
jarimah qishash diyatjarimah qishash diyat
jarimah qishash diyatswirawan
 
PPT Fikih Jinayah. Kelompok 1.pptx
PPT Fikih Jinayah. Kelompok 1.pptxPPT Fikih Jinayah. Kelompok 1.pptx
PPT Fikih Jinayah. Kelompok 1.pptxRINIRISDAYANTI0125
 
JINAYAT & HIKMAHNYA.pptx
JINAYAT & HIKMAHNYA.pptxJINAYAT & HIKMAHNYA.pptx
JINAYAT & HIKMAHNYA.pptxAchmadAmsar1
 
Muji kuswanto 18060464121
Muji kuswanto 18060464121Muji kuswanto 18060464121
Muji kuswanto 18060464121MujiKuswanto
 
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf
4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf
4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
Menghindari perilaku tindak kekerasan
Menghindari perilaku tindak kekerasanMenghindari perilaku tindak kekerasan
Menghindari perilaku tindak kekerasanFitria Norkomaria
 
Tindak Pidana Terorisme Dalam Hukum Islam
Tindak Pidana Terorisme Dalam Hukum IslamTindak Pidana Terorisme Dalam Hukum Islam
Tindak Pidana Terorisme Dalam Hukum IslamMillatyHaniva2
 
Konsep jenayah
Konsep jenayahKonsep jenayah
Konsep jenayahshahirah44
 
Pengajian Islam: Jenayah dari perspektif Islam
Pengajian Islam: Jenayah dari perspektif IslamPengajian Islam: Jenayah dari perspektif Islam
Pengajian Islam: Jenayah dari perspektif IslamMohd Firdaus Zakaria
 
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasilaBab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasilaWATI SRIWAHYUNINGSIH
 
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasilaBab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasilaWATI SRIWAHYUNINGSIH
 
Jenayah Dalam Islam (Pendidikan Syariah Islamiah)
Jenayah Dalam Islam (Pendidikan Syariah Islamiah)Jenayah Dalam Islam (Pendidikan Syariah Islamiah)
Jenayah Dalam Islam (Pendidikan Syariah Islamiah)najwanabila
 
Kasus ham mata kuliah hukum dan ham oleh dr amir
Kasus ham mata kuliah hukum dan ham oleh dr amirKasus ham mata kuliah hukum dan ham oleh dr amir
Kasus ham mata kuliah hukum dan ham oleh dr amirbaim hukum
 

Similar to RELEVANSI FIQIH (20)

Presentasi Fiqh 13 (Hudud)
Presentasi Fiqh 13 (Hudud)Presentasi Fiqh 13 (Hudud)
Presentasi Fiqh 13 (Hudud)
 
Bom bunuh diri dan euthanasia perspektif hukum
Bom bunuh diri dan euthanasia perspektif hukumBom bunuh diri dan euthanasia perspektif hukum
Bom bunuh diri dan euthanasia perspektif hukum
 
jarimah qishash diyat
jarimah qishash diyatjarimah qishash diyat
jarimah qishash diyat
 
Pembunuhan dan qishosh
Pembunuhan dan qishoshPembunuhan dan qishosh
Pembunuhan dan qishosh
 
PPT Fikih Jinayah. Kelompok 1.pptx
PPT Fikih Jinayah. Kelompok 1.pptxPPT Fikih Jinayah. Kelompok 1.pptx
PPT Fikih Jinayah. Kelompok 1.pptx
 
Tafsir ayat qishos
Tafsir ayat qishosTafsir ayat qishos
Tafsir ayat qishos
 
JINAYAT & HIKMAHNYA.pptx
JINAYAT & HIKMAHNYA.pptxJINAYAT & HIKMAHNYA.pptx
JINAYAT & HIKMAHNYA.pptx
 
Dosa Besar Merampok
Dosa Besar MerampokDosa Besar Merampok
Dosa Besar Merampok
 
Muji kuswanto 18060464121
Muji kuswanto 18060464121Muji kuswanto 18060464121
Muji kuswanto 18060464121
 
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
26.33020210152_AN NISAA DARWISY FITRADA.pdf
 
4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf
4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf
4. 33020210030_AMBAR SETIANI.pdf
 
Menghindari perilaku tindak kekerasan
Menghindari perilaku tindak kekerasanMenghindari perilaku tindak kekerasan
Menghindari perilaku tindak kekerasan
 
Tindak Pidana Terorisme Dalam Hukum Islam
Tindak Pidana Terorisme Dalam Hukum IslamTindak Pidana Terorisme Dalam Hukum Islam
Tindak Pidana Terorisme Dalam Hukum Islam
 
Konsep jenayah
Konsep jenayahKonsep jenayah
Konsep jenayah
 
Pengajian Islam: Jenayah dari perspektif Islam
Pengajian Islam: Jenayah dari perspektif IslamPengajian Islam: Jenayah dari perspektif Islam
Pengajian Islam: Jenayah dari perspektif Islam
 
Ham makalah
Ham makalahHam makalah
Ham makalah
 
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasilaBab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
 
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasilaBab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
Bab 1 kasus kasus pelanggaran hak asasi manusia dalam perspektif pancasila
 
Jenayah Dalam Islam (Pendidikan Syariah Islamiah)
Jenayah Dalam Islam (Pendidikan Syariah Islamiah)Jenayah Dalam Islam (Pendidikan Syariah Islamiah)
Jenayah Dalam Islam (Pendidikan Syariah Islamiah)
 
Kasus ham mata kuliah hukum dan ham oleh dr amir
Kasus ham mata kuliah hukum dan ham oleh dr amirKasus ham mata kuliah hukum dan ham oleh dr amir
Kasus ham mata kuliah hukum dan ham oleh dr amir
 

More from RINIRISDAYANTI0125

kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptx
kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptxkelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptx
kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptxRINIRISDAYANTI0125
 
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
33. 33020210170_Apriliana M.pdf
33. 33020210170_Apriliana M.pdf33. 33020210170_Apriliana M.pdf
33. 33020210170_Apriliana M.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdf
12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdf12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdf
12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdfRINIRISDAYANTI0125
 

More from RINIRISDAYANTI0125 (20)

kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptx
kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptxkelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptx
kelompok 10_Pembaharuan fiqih jinayah 1.pptx
 
kelompok 8_Riddah.pptx
kelompok 8_Riddah.pptxkelompok 8_Riddah.pptx
kelompok 8_Riddah.pptx
 
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
35. 33020210178_Muhammad Ichdal Umam.pdf
 
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
34. 33020210176_Isvianta Lasyiva.pdf
 
33. 33020210170_Apriliana M.pdf
33. 33020210170_Apriliana M.pdf33. 33020210170_Apriliana M.pdf
33. 33020210170_Apriliana M.pdf
 
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf
31. 33020210164_ M Alif Syaifulloh.pdf
 
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
29. 33020210160_Farah Nur Umayah.pdf
 
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf
27. 33020210154_Dimas Danendra.pdf
 
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf
25. 33020210150_Az Zahra Alfi Fadhila.pdf
 
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf
24. 33020210149_AGNADIA PUTRI.pdf
 
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
23.33020210146_SANG SAKA NUSWANTARA.pdf
 
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf
22. 33020210144_DEVI SRI MUNTAYAH.pdf
 
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf
21. 33020210143_Laily Nursita Hasna.pdf
 
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf
20. 33020210135_Chindy Rosiana M.pdf
 
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
19. 33020210126_Rizki Agustin.pdf
 
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
16. 33020210117_Brelyandiosa.pdf
 
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf
15.33020210116_Sri Nur Arifah.pdf
 
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf
14. 33020210096_M. Fi'lal Khoirot.pdf
 
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
13. 3302021091_ARUM MAHDANI.pdf
 
12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdf
12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdf12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdf
12_33020210078_Fathin N Fawaida.pdf
 

Recently uploaded

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 

Recently uploaded (20)

Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 

RELEVANSI FIQIH

  • 1. 1 RELEVANSI FIQIH JINAYAH TERHADAP TINDAK PIDANA DALAM PEMBUNUHAN Sekarwati 33020210037 Hukum Ekonomi Syariah ABSTRAK Dalam hukum Islam tindak pidana dikenal dengan istilah Jinayat dan Jarimah. Jinayah menurut istilah syari’at, adalah setiap tindak kejahatan terhadap jiwa atau harta. Jarimah secara harfiah sama dengan pengertian Jinayah, yaitu larangan-larangan syara’ (yang apabila dikerjakan) diancam Allah dengan hukuman had atau ta’zir. Pembunuhan (al-qatl) adalah perbuatan seseorang terhadap orang lain yang mengakibatkan hilangnya nyawa, baik dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja. Mayoritas para Ulama membagi kejahatan pembunuhan pada tiga bagian. Pertama, Pembunuhan sengaja (qatl al-amd). Kedua, Pembunuhan menyerupai sengaja (qatl syibh al-amd). Dan Ketiga, Pembunuhan kesalahan (qatl al-khata’). Kata kunci: fiqih jinayah, pembunuhan PENDAHULUAN Kejahatan yang semakin meningkat dan sering terjadi dalam masyarakat merupakan hal yang sangat diperhatikan, sehingga mengundang pemerintah (negara) sebagai pelayan, pelindung masyarakat untuk menanggulanggi meluasnya dan bertambahnya kejahatan yang melanggar nilai- nilai maupun norma-norma yang hidup dan berlaku di dalam suatu masyarakat sehingga kejahatan tersebut oleh negara dijadikan sebagai perbuatan tindak pidana. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, telah ditegaskan bahwa Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. Hal ini berarti bahwa Indonesia menjunjung tinggi hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Di negara Indonesia ada berbagai macam bentuk dan jenis kejahatan yang berkembang di masyarakat. Secara umum di Indonesia kejahatan diatur dalam buku kedua kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), salah satu bentuknya adalah pembunuhan. Pembunuhan (al-qatl). Salah
  • 2. 2 satu tindak pidana menghilangkan nyawa seseorang dan termasuk dosa besar. Dalam fikih, tindak pidana pembunuhan (al-qatl) disebut juga dengan al-jinayah ‘ala an-nafs al-insaniyyah (kejahatan terhadap jiwa manusia).1 Dalam jarimah Pembunuhan adalah jarimah yang ada hubungannya dengan nyawa maupun badan, sehingga para Ulama membagi jarimah pembunuhan itu pada tiga bagian, yakni pembunuhan sengaja, pembunuhan tidak sengaja dan pembunuhan semi sengaja. Jarimah ini disebut hak Allah dan Hak Individu. Disebut hak Allah karena Allah tetapkan dalam firmannya bila seseorang yang melakukan pembunuhan sengaja maka dia harus di bunuh, tetapi juga Allah tegaskan kalau keluarga korban itu memaafkannya, maka hukuman qisas itu bisa diganti dengan hukuman diyat, itulah hak Individu.2 PEMBAHASAN Tindak Pidana menurut Hukum Islam atau fiqih jinayah Dalam hukum Islam tindak pidana dikenal dengan istilah Jinayat dan Jarimah. Jinayat (tindak pidana) secara bahasa adalah pentuk jamak dari kata Jinayah yang artinya dosa dan kesalahan. Adapun pengertiannya menurut istilah syari’at, adalah setiap tindak kejahatan terhadap jiwa atau harta. Tapi, dalam tradisi ahli fiqih, jinayat lebih dikhususkan pada sesuatu yang bisa menyakiti fisik. Adapun kejahatan terhadap harta disebut perampasan, penjambretan, pencurian, pengkhianatan dan pengerusakan.3 Sedangkan istilah kedua adalah Jarimah. Pada dasarnya, kata Jarimah mengandung arti perbuatan buruk, jelek, atau dosa. Jadi pengertian Jarimah secara harfiah sama dengan pengertian Jinayah, yaitu larangan-larangan syara’ (yang apabila dikerjakan) diancam Allah dengan hukuman had atau ta’zir.4 Konsep Jinayah dan Jarimah mencakup perbuatan ataupun tidak berbuat, mengerjakan atau meninggalkan, aktif atau pasif. Oleh karena itu, perbuatan Jarimah tidak hanya mengerjakan 1 Imaning Yusuf, Pembunuhan Dalam Perpektif Hukum Islam Jurnal Nurani, Vol. 13, No. 2, Desember 2013 hal. 1. 2 Ismail Rumadan, Pembaruan Jarimah dalam Fiqih Jinayah (Surabaya: Nariz Bakti Mulia Publisher, 2021), hal. 39. 3 Kamelia, Tindak Pidana Ikan Menurut Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perikanan ditinjau dari Fiqih Jinayah (Skripsi: UIN Raden Fatah Palembang, 2015), hal. 33 4 Mustofa Hasan, Beni Ahmad Saebani, Hukum Pidana Islam Fiqhi Jinayah (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2013), hal. 19
  • 3. 3 yang dilarang oleh peraturan, tetapi juga dianggap sebagai Jarimah apabila seseorang meninggalkan perbuatan yang menurut peraturan harus dikerjakan.5 Istilah dari keduanya memiliki kesamaan dan perbedaan secara etimologis, kedua istilah tersebut bermakna tunggal, mempunyai arti yang sama dan ditujukan pada perbuata-perbuatan negatif, kesalahan maupun dosa. Adapun letak dari perbedaannya terletak pada pemakaiannya dan tujuan penerapannya. Ulama fikih mendefinisikan pembunuhan dengan “Perbuatan manusia yang berakibat hilangnya nyawa seseorang”. Menurut Wakban Zuhaili pembunuhan adalah perbuatan yang menghilangkan atau mencabut nyawa seseorang. Dari definisi tersebut dapat diambil intisari bahwa pembunuhan adalah perbuatan seseorang terhadap orang lain yang mengakibatkan hilangnya nyawa, baik dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja.6 Mayoritas para Ulama membagi kejahatan pembunuhan pada tiga bagian. 1. Pembunuhan sengaja (qatl al-amd). Yaitu menyengaja suatu pembunuhan karena adanya permusuhan terhadap orang lain dengan menggunakan alat yang pada umumnya mematikan, melukai, atau benda-benda yang berat, secara langsung atau tidak langsung (sebagai akibat dari suatu perbuatan), seperti menggunakan besi, pedang, kayu besar, suntikan pada organ tubuh yang vital maupaun tidak vital (paha dan pantat) yang jika terkena jarum menjadi bengkak dan sakit terus menerus sampai mati, atau dengan memotong jari-jari seseorang sehingga menjadi luka dan membawa pada kematian. Atau perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk menghilangkan nyawa seseorang dengan menggunakan alat yang dipandang layak untuk membunuh. Jadi matinya korban merupakan bagian yang dikehendaki si pembuat jarimah.7 Al-Qur‟an dan as-Sunnah mengharamkan pembunuhan sengaja ini secara tegas dan termasuk perbuatan haram sebagaimana Allah berfirman dalam al-qura’an surat al-isra’ (17): 33. Artinya : Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar [853]. dan Barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan [854] kepada ahli warisnya, tetapi 5 Ibid, hal. 20 6 Imaning Yusuf, Pembunuhan Dalam Prespektif Islam, hal. 2. 7 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), cet. ke-2, hal. 24.
  • 4. 4 janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang yang mendapat pertolongan. Adapun unsur-unsur dalam pembunuhan sengaja yaitu: a. Korban yang dibunuh adalah manusia yang masih hidup b. Perbuatan si pelaku yang mengakibatkan kematian korban c. Ada niat bagi si pelaku untuk menghilangkan nyawa korban Dan unsur yang terpenting diantara ketiganya ialah pada unsur yang ketiga, yaitu adanya niat si pelaku. Hal ini sangat penting karena niat pelaku itu merupakan syarat utama dalam pembunuhan sengaja. Dan masalah tersebut menjadi perbincangan para ulama karena niat itu terletak dalam hati, sehingga tidak dapat diketahui. Dengan demikian akan ada kesulitan dalam membuktikan bahwa seseorang melakukan pembunuhan itu apakah dengan sengaja atau tidak. Oleh karena itu para fuqaha mencoba mengatasi kesulitan ini dengan cara melihat alat yang digunakan dalam pembunuhan itu.8 Sedangkan menurut as-Sayyid Sabiq. Yang dimaksud pembunuhan sengaja adalah pembunuhan yang dilakukan oleh seseorang mukallaf kepada orang lain yang darahnya terlindungi, dengan memakai alat yang pada umumnya dapat menyebabkan mati.9 Sedangkan menurut Abdul Qadir Audah, pembunuhan sengaja adalah perbuatan menghilangkan nyawa orang lain yang disertai dengan niat membunuh, artinya bahwa seseorang dapat dikatakan sebagai pembunuh jika orang itu mempunyai kesempurnaan untuk melakukan pembunuhan. Jika seseorang tidak bermaksud membunuh, semata-mata hanya menyengaja menyiksa, maka tidak dinamakan dengan pembunuhan sengaja, walaupun pada akhirnya orang itu mati. Hal ini sama dengan pukulan yang menyebabkan mati (masuk dalam katagori syibh, amd).10 Menurut Imam syafi‟I dan pendapat kuat dikalangan mazhab Hambali, dianggap sebagai pembunuhan sengaja, selama ia dengan sengaja mengadakan perbuatannya dan menghendaki pula hilangnya nyawa si korban. Pembunuhan sengaja terdapat beberapa jenis, yaitu sebagai berikut: 8 Jaih mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), cet. ke-3, h, 7. 9 As-Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, Jilid II, (Kairo: dar ad-diyan li at-turas, 1990), cet. ke-2, h. 435. 10 Abdul Qadir, Audah, At-tasyri’ al-jinaiy al-islami, juz II, Terjemahan. Tim Tsalisah (Bogor: PT.Kharisma Ilmu), cet. ke-2, hal. 77.
  • 5. 5 1) Membunuh seseorang dengan alat/ benda yang biasanya dapat menghilangkan nyawa orang lain misalnya dengan senjata tajam, senjata api, atau dengan benda yang berat dan sebagainya. 2) Membunuh orang dengan benda atau alat yang biasanya tetapi ada indikasi lain yang uumnya bisa menyebabkan terbunuhnya seseorang, misalnya memukukli dengan tingkat secara berulang-ulang. 3) Membunuh seseorang dengan cara memperlakukan orang tersebut dengan perbuatan yang bisa menghilangkan nyawanya. Contoh menaruh racun dimakanan, mencekik leher, membakar dengan api, mengurung disuatu tempat tanpa diberi makan dan minum dan sebagainya.11 Dalam hukum Islam hukuman pokok bagi pembunuhan sengaja adalah qisas, yaitu dibunuh kembali. Hal ini berdasarkan firman Allah surat al-baqarah (2): 178. Artinya: “Hai orang- orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qisas berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh”. (QS. al-baqarah: 178). Sebagai hukuman pokok, qisas mempunyai hukuman pengganti, yaitu apabila keluarga korban menghapuskan hukuman pokok ini, qisas pun tidak dapat dijatuhkan dan digantikan dengan hukuman diat. Diat pun jika seandainya dimaafkan dapat dihapuskan dan sebagai penggantinya, hakim menjatuhkan hukuman ta’zir. Jadi, qisas sebagai hukuman pokok mempunyai dua hukuman pengganti, yaitu diat dan ta’zir. 2. Pembunuhan menyerupai sengaja (qatl syibh al-amd). Yaitu menyengaja suatu perbuatan aniaya terhadap orang lain, dengan alat yang pada umumnya tidak mematikan, seperti memukul dengan batu kecil, tangan ,pensil, atau tongkat yang ringan, dan antara pukulan yang satu dengan yang lainnya tidak saling membantu, pukulanya bukan pada tempat yang vital (mematikan), yang dipukul bukan anak kecil atau orang yang lemah, cuacanya tidak terlalu panas/dingin yang dapat mempercepat kematian, sakitnya tidak berat dan menahun seningga membawa pada kematian, jika tidak terjadi kematian, maka tidak dinamakan qatl al-amd, karena umumnya keadaan seperti itu dapat mematikan. Atau perbuatan yang sengaja dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dengan tujuan mendidik, misalnya: seseorang guru memukulkan penggaris kepada kaki seorang 11 Asadullah Al Faruq, Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2009), cet. ke-1, h. 52.
  • 6. 6 muridnya, tiba-tiba murid yang dipukul meninggal, maka perbuatan tersebut dinamakan syibhu al-amdi.12 Dalam pembunuhan semi sengaja ini, ada 2 (dua) unsur yang berlainan, yaitu kesengajaan di suatu sisi dan kesalahan disisi lain. Perbuatan si pelaku untuk memukul si korban adalah disengaja, namun akibat yang dihasilkan dari perbuatan tersebut sama sekali tidak diinginkan pelaku. Adapun unsur-unsur dari pembunuhan menyerupai sengaja adalah sebagai berikut: a. Adanya perbuatan dari pelaku yang mengakibatkan kematian. b. Adanya kesengajaan dalam melakukan perbuatan. c. Kematian adalah akibat dari pelaku. Hukuman pokok pada pembunuhan tidak sengaja atau pembunuhan kesalahan adalah diat ringan dan kaffarah. Hukuman penggantinya adalah puasa dan ta‟zir dan hukuman tambahannya adalah hilangnya hak waris dan hak mendapat warisan. 3. Pembunuhan kesalahan (qatl al-khata’). Yaitu pembunuhan yang terjadi dengan tanpa adanya maksud penganiayaan, baik dilihat dari perbuatan maupun orangnya. Misalnya seseorang melempari pohon atau binatang tetapi mengenai manusia (orang lain), kemudian mati. Menurut sayid sabiq, pembunuhan tidak sengaja adalah ketidaksengajaan dalam kedua unsur, yaitu perbuatan dan akibat yang ditimbulkannya, dalam pembunuhan tidak sengaja, perbuatan tersebut tidak diniati dan akibat yang terjadipun sama sekali tidak dikehendaki.13 Adapun unsur-unsur pembunuhan tidak sengaja yaitu: a. Adanya perbuatan yang menyebabkan kematian b. Terjadinya perbuatan itu karena kesalahan c. Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan kesalahan dengan kematian korban. Dengan adanaya pembunuhan, berarti ia telah melakukan pelanggaran tindak pidana, dan apabila seseorang melakukan tindak pidana, maka ia akan meneriama konsekuensinya (akibat) logis atas perbuatanya. Dalam mengartikan pembunuhan, macam-macam pembunuhan dan 12 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, h. 24. 13 Haliman, Hukum Pidana Syari’at Islam Menurut Ahlus Sunnah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1972), cet. ke-1, hal. 152.
  • 7. 7 lain-lainnya, para ulama banyak yang berselisih pendapat. Adapun macam-macam pembunuhan menurut Ibnu Hamz dan Imam Maliki itu hanya terbagi kedalam dua macam yaitu, pembunuhan sengaja (qatl ‘amd), yaitu suatu perbuatan penganiayaan terhadap seseorang dengan maksud untuk menghilangkan nyawanya, dan pembunuhan tidak sengaja (qatl al-khata’), yaitu pembunuhan yang dilakukan karena kesalahan. Dalam jenis pembunuhan ini ada tiga kemungkinan, yaitu: 1) Bila si pelaku sengaja melakukan perbuatan dengan tanpa maksud melakukan kejahatan, tetapi mengakibatkan kematian seseorang, kesalahan seperti ini disebut salah dalam perbuatan (error in Croncrito). 2) Bila sipelaku sengaja melakukan perbuatan dan mempunyai niat membunuh seseoerang yang dalam persangkaanya boleh dibunuh, namun ternyata orang tersebut tidak boleh dibunuh, misalnya sengaja menembak musuh yang harus ditembak dalam peperangan, tetapi ternyata kawan sendiri, kesalahan demikian disebut salah dalam maksud (error in objecto). 3) Bila si pelaku tidak bermaksud melakukan kejahatan, tetapi akibat kelalaiannya dapat menimbulakn kematian, seperti seseorang terjatuh dan menimpa bayi yang berada dibawahnya hingga mati. Hukuman pokok pembunuhan semi sengaja adalah diat dan kaffarat, sedang hukuman penggantinya adalah puasa dan ta’zir dan hukuman tambahannya adalah terhalangnya menerima warisan dan wasiat. Hukuman qisas gugur kecuali dengan penyebab yang jelas. Karena secara realitas, pelaku sengaja memukul tetapi tidak sengaja membunuh sehingga diwajibkan untuk membayar diat mughallazah.14 Pendapat Ibnu Hamz di atas berdasar atas Firman Allah SWT dalam surat an-nisa’ (4): 92. Artinya : Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja, dan Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah . jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. 14 As-Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, hal. 400.
  • 8. 8 Barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS an-nisa‟: 92). Dan QS.an-nisa ayat 93 yang artinya “Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia didlamanya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya”. Dalam ayat diatas Allah tidak menempatkan pembunuhan bagian ketiga, yaitu terletak antara pembunuhan sengaja dan pembunuhan tidak sengaja. Pembunuhan tidak hanya terjadi dengan suatu perbuatan fisik, karena terjadi juga melalui perbuatan ma’nawi yang berpengaruh pada psikis seseorang, seperti menakut-nakuti, mengintimidasi dan lain sebagainya. Sanksi pidana dalam hukum Islam disebut dengan al- Uqubah yang berasal dari kata ‫ب‬ ‫ق‬ ‫ع‬ ,yaitu sesuatu yang datang setelah yang lainnya, maksudnya adalah bahwa hukuman dapat dikenakan setelah adanya pelanggaran atas ketentuan hukum. Uqubah dapat dikenakan pada setiap orang yang melakukan kejahatan yang dapat merugikan orang lain baik dilakukan oleh orang muslim atau yang lainnya.15 Maksud adanya hukuman adalah untuk memelihara dan menciptakan kemaslahatan manusia dan menjaga mereka dari hal-hal yang mafsadah karena Islam itu sebagai Rahmatan Iil‟alamin, untuk memberi petunjuk dan pelajaran kepada manusia. Ada tiga bentuk sanksi pidana pembunuhan sengaja menurut hukum pidana Islam, yaitu pertama, sanksi asli (pokok), berupa hukuman qisas, kedua, sanksi pengganti, berupa diat dan ta’zir, dan ketiga sanki penyerta/tambahan, berupa terhalang memperoleh waris dan wasiat. KESIMPULAN Dalam hukum Islam tindak pidana dikenal dengan istilah Jinayat dan Jarimah. Konsep Jinayah dan Jarimah mencakup perbuatan ataupun tidak berbuat, mengerjakan atau meninggalkan, aktif atau pasif. Oleh karena itu, perbuatan Jarimah tidak hanya mengerjakan yang dilarang oleh peraturan, tetapi juga dianggap sebagai Jarimah apabila seseorang meninggalkan perbuatan yang menurut peraturan harus dikerjakan. Istilah dari keduanya memiliki kesamaan dan perbedaan secara etimologis, kedua istilah tersebut bermakna tunggal, mempunyai arti yang sama dan ditujukan pada perbuata-perbuatan negatif, kesalahan maupun dosa. Adapun letak dari 15 Abdurrahman I Doi, Hukum Pidana Menurut Syari’at Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), cet. ke-2, hal. 6.
  • 9. 9 perbedaannya terletak pada pemakaiannya dan tujuan penerapannya. Dari definisi tersebut dapat diambil intisari bahwa pembunuhan adalah perbuatan seseorang terhadap orang lain yang mengakibatkan hilangnya nyawa, baik dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja. Mayoritas para Ulama membagi kejahatan pembunuhan pada tiga bagian. Pertama, Pembunuhan sengaja (qatl al-amd). Kedua, Pembunuhan menyerupai sengaja (qatl syibh al-amd). Dan Ketiga, Pembunuhan kesalahan (qatl al-khata’). DAFTAR PUSTAKA Abdul Qadir, A. (n.d.). At-tasyri’ al-jinaiy al-islami. Bogor: PT.Kharisma Ilmu. Ali, Z. (2009). Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika. Doi, A. I. (1992). Hukum Pidana Menurut Syari’at Islam. Jakarta: Rineka Cipta. Faruq, A. A. (2009). Hukum Pidana Dalam Sistem Hukum Islam. Bogor: Ghalia Indonesia. Haliman. (1972). Hukum Pidana Syari‟at Islam Menurut Ahlus Sunnah. Jakarta: Bulan Bintang. Kamelia. (2015). Tindak Pidana Ikan Menurut Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang perikanan ditinjau dari Fiqih Jinayah. Skripsi: UIN Raden Fatah Palembang. Mubarok, J. (2003). Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mustofa Hasan, B. A. (2013 ). Hukum Pidana Islam Fiqhi Jinayah. Bandung: CV. Pustaka Setia. Rumadan, I. (2021). Pembaruan Jarimah dalam Fiqih Jinayah. Surabaya: Nariz Bakti Mulia Publisher. Sabiq, A.-S. (1990). Fiqh As-Sunnah. Kairo: dar ad-diyan li at-turas. Yusuf, I. (2013 ). Pembunuhan Dalam Perpektif Hukum Islam . Jurnal Nurani, 1.