3. Pengertian Jarimah Qishash (1)
Etimologi “Qishash” merupakan bentuk mashdar kata kerja
“Qashsha” (memotong), atau “Iqtashsha” (mengikuti – mengikuti
perbuatan jahat dengan pembalasan atas perbuatannya). Dalam
hadits terkadang disebut “Qawad” (semisal, seumpama/al-
mutamatsilah)
Terminologi Qishash adalah :
Akibat sama yang dikenakan kepada seseorang yang menghilangkan nyawa
atau anggota badan, atau menghilangkan kegunaannya, atau melukai orang
lain, seperti apa yang diperbuatnya.
Keseimbangan atau pembalasan terhadap pelaku kejahatan dengan sesuatu
yang seimbang dari apa yang telah diperbuatnya.
Jarimah Qishash adalah jarimah yang diancam dengan pidana qishash, yakni
pidana yang sama dengan macam perbuatan pidana yang dilakukan.
4. Pengertian Jarimah Qishash (2)
Berbeda dengan jarimah hudud yang sepenuhnya
menjadi hak Allah, jarimah qishash merupakan
jarimah yang menjadi hak Allah dan hak adami
secara bersamaan, tetapi hak adaminya lebih
besar.
Adanya hak adami dalam jarimah qishash ini
ditunjukkan dengan adanya diyat (ganti kerugian)
bagi jarimah qishash yang dimaafkan. Karena
itulah, maka jarimah qishash seringkali disebut
dengan jarimah qishash-diyat.
6. Macam-macam
Jarimah
Qishash
Qishash Jiwa
(Pembunuhan)
Qishash Badan
(Penganiayaan)
Dengan Sengaja
(Pengetahuan dan
Kehendak)
Dengan Semi Sengaja
(Pengetahuan, Tanpa
Kehendak)
Dengan Kesalahan/ Alpa
(Tanpa Pengetahuan,
Tanpa Kehendak)
Dengan Sengaja
(Pengetahuan dan
Kehendak)
Dengan Semi Sengaja
(Pengetahuan, Tanpa
Kehendak)
Dengan Kesalahan/ Alpa
(Tanpa Pengetahuan,
Tanpa Kehendak)
7. A. Qishash Jiwa
Para ulama’ mendefinisikan pembunuhan dengan suatu perbuatan
manusia yang menyebabkan hilangnya nyawa.
Ulama’ Hanafiyyah, Syafi’iyyah dan Hanabilah membagi
pembunuhan menjadi tiga macam:
1. Pembunuhan sengaja (qatl al ‘amad), yaitu perbuatan terhadap
seseorang dengan maksud untuk menghilangkan nyawanya.
2. Pembunuhan semi sengaja (qatl syibh al ‘amd), yaitu perbuatan
penganiyayaan terhadap seseorang tidak dengan maksud untuk
membunuhnya tetapi dia sadar bahwa perbuatannya dapat
mengakibatkan kematian.
3. Pembunuhan karena kesalahan (qatl al Khotho’). Dalam jenis ini
ada dua kemungkinan:
8. A. Qishash Jiwa ...... (Lanjutan)
a. Bila si pelaku sengaja melakukan perbuatan dan
mempunyai niat membunuh seseorang yang dalam
persangkaannya boleh dibunuh, namun ternyata orang
tersebut tidak boleh dibunuh, misalnya sengaja menembak
seseorang yang disangka musuh dalam peperangan tetapi
ternyata teman sendiri.
b. Bila si pelaku tidak bermaksud melakukan kejahatan,
tetapi akibat kelalaiannya dapat menimbulkan kematian,
seperti seseorang terjatuh dan menimpa bayi yang
berada di bawahnya hingga mati.
9. A. Qishash Jiwa ...... (Lanjutan)
Teori Alat untuk Menentukan Sikap Batin Pelaku Pembunuhan (Qatl)
1.Pembunuhan sengaja (qatl al ‘amad) Menggunakan alat yang menurut
sifat dasarnya atau fakta pada umumnya memang dapat membunuh,
contoh: pedang, pistol.
2.Pembunuhan semi sengaja (qatl syibh al ‘amd)/ Pembunuhan karena
kesalahan (qatl al Khotho’) Menggunakan alat yang menurut sifat
dasarnya atau fakta pada umunya tidak dapat membunuh, namun pada
kenyataannya ternyata dapat mengakibatkan matinya seseorang, contoh:
kayu, rotan.
CATATAN: Menurut Abdul Qadir Audah, jika alatnya diarahkan pada bagian
tubuh tertentu dan dengan kekuatan tertentu yang lazimnya dapat
mematikan, maka dianggap pembunuhan sengaja, misalnya menonjokkan
kayu pada ulu hati dengan kuat.
10. A. Qishash Jiwa ...... (Lanjutan)
Qishash merupakan hukuman pokok terhadap pelaku pembunuhan sengaja.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan
orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba
dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat
suatu pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti
dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat)
kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu
adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang
melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih.” (QS. al-
11. A. Qishash Jiwa ...... (Lanjutan)
Syarat dapat dijatuhkannya qishash kepada pelaku
pembunuhan sengaja, yaitu:
1.Korban adalah orang yang haram dibunuh. Di dalam Islam
ada orang-orang yang halal dibunuh, misalnya kafir harby.
2.Pelaku pembunuhan adalah mukallaf.
3.Pelaku pembunuhan memiliki pilihan untuk melakukan atau
tidak melakukan pembunuhan.
4.Pelaku pembunuhan bukan orang tua korban. Hadits:
“Tidak dibunuh (qishash) orang tua yang membunuh
anaknya.”
12. B. Qishash Badan
Penganiayaan sengaja adalah suatu perbuatan yang dilakukan secara sengaja
dengan sasaran anggota badan yang mengakibatkan luka, hilangnya anggota
badan atau hilangnya fungsi anggota badan.
“Dan kami Telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At-Taurat) bahwasanya
jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan
telinga, gigi dengan gigi, dan luka pun ada qishashnya. Barangsiapa yang melepaskan
(hak qishash)-nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya.
Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (QS. al-Maidah: 45)
13. C. Pidana dan Penjatuhan
Pidana dalam Jarimah
Qishash
14. Hukuman pokok terhadap pelaku
pembunuhan/penganiayaan sengaja adalah qishosh al-
uqubat al-ashliyyah (Hukuman Pokok)
Bila dimaafkan oleh korban/ keluarga korban, maka
hukuman penggantinya adalah diyat (ganti rugi). Akhirnya
jika sanksi qishosh dan diyat dimaafkan, maka hukuman
penggantinya adalah ta’zir (hukuman dari ulil amri).
Menurut Imam Syafi’i, ta’zir tadi ditambahkan kaffarat
(memerdekakan hamba sahaya mukmin, atau puasa dua
bulan berturut-turut) al-uqubat al-badaliyyah
(Hukuman Pengganti)
Hukuman tambahan pelaku pembunuhan adalah
pencabutan atas hak waris dan hak wasiat harta dari
orang yang dibunuh al-uqubat al- taba’iyyah
(Hukuman Tambahan)
Jenis Hukuman Pembunuhan/ Penganiayaan Sengaja
15.
16. Catatan:
Siapa ahli waris yang berhak menuntut qishash atau
memaafkan ?
Menurut Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’I, dan Imam
Ahmad Seluruh ahli waris, laki-laki maupun perempuan.
Menurut Imam Malik Ahli waris ashabah bi nafsih, yaitu
orang yang paling dekat dengan korban.
* Semestinya hak menuntut qishash atau memaafkan ada
pada seluruh ahli waris secara kolektif-kolegial karena
dalam QS. Al-Baqarah ayat 178 disebutkan: “...faman ‘ufiya
lahu min akhihi “(...barang siapa mendapatkan pemaafan
dari saudaranya). “Saudara” disini maksudnya “ahli waris
korban” apapun kategorinya.
17. Dalam pelaksanaannya, hukuman qishash baik
untuk pembunuhan sengaja maupun penganiayaan
sengaja, tidak boleh melebihi perbuatan yang
dilakukan oleh pelaku. Artinya, pelaku menerima
hukuman sesuai dengan yang dilakukannya kepada
korban.
Melebihkan hukuman merupakan perbuatan yang
melampaui batas.
Pelaksanaan Hukuman Qishash
18. Hapusnya Pidana Qishash
Adanya maaf dari korban atau keluarga korban baik
disertai dengan tuntutan diyat atau maaf mutlak
Hilangnya tempat atau objek pelaksanaan qishash,
seperti matinya pembunuh, terpotongnya tangan
pelaku penganiayaan yang memotong tangan korban.
Sanksinya penggantinya adalah diyat.
Pelaku pembunuhan adalah orang tua korban.
20. Sebagai tindakan preventif supaya manusia tidak gampang
saling membunuh dan menganiaya yang akan mengakibatkan
kekacauan dalam masyarakat. Oleh karena itulah hukum
qishosh ini diterapkan sebagai peringatan kepada manusia
agar tidak terjerumus kepada perbuatan tersebut.
Pensyari’atan qishosh bagi jarimah pembunuhan sengaja
(qotl ‘amad) adalah dalam rangka memberikan perlindungan
terhadap kebutuhan primer (Dhorury) yang berupa
perlindungan terhadap jiwa (Hifdzun nafs). Pembunuhan
adalah perbuatan teramat keji dan kejam, disamping
membawa efek negatif terhadap ketentraman masyarakat.
21. Ditetapkannya hukuman qishosh yang dapat
menjadi gugur oleh adanya pemaafan (al-’afwu)
menjadikan penjatuhan hukuman qishosh
dipersempit, sehingga dapat menghindari
permusuhan, serta menghilangkan rasa dendam
kesumat di dalam jiwa.
22. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan
orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan
hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu
pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara
yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat) kepada yang memberi
maaf dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari
Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu,
maka baginya siksa yang sangat pedih.” (QS. al-Baqarah: 178)
23. Makna QS. Al-Baqarah: 178
o Qishash merupakan hukuman pokok untuk
pembunuhan sengaja yang bersifat alternatif
terakhir karena yang lebih diutamakan adalah
adanya pemaafan dari korban atau keluarga korban.
o Qishash merupakan hukuman yang disediakan bagi
keluarga korban pembunuhan sengaja yang tidak
mampu memberikan maaf, sehingga dengan
pembalasan hatinya dapat terpuaskan.
24. o Memaafkan pembunuh merupakan kebajikan
yang tidak semua orang bisa melakukan, dan
memaafkan lebih utama dari pada qishash.
o Hak pemaafan atau penuntutan qishash ada
pada keluarga korban, karena dalam
pembunuhan sengaja ada 2 hak yang
terlanggar sekaligus: Hak Allah (hukuman
vertikal), dan Hak Individu Korban/ Keluarga
Korban.