SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
134 Ahmad Thobroni
ulul albab: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam
Bom Bunuh Diri dan Eutanasia
dalam Tinjauan Hukum Islam
Ahmad Thobroni
Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA), Semarang
Email: ahmad.thobroni@unissula.ac.id
Abstract
Death is a certainty for every living being. But lately it became a polemic
itself when the outbreak of several cases about death between natural
deaths with a desire to end his life with some reasons for certain good
medical factors commonly referred to as euthanasia and ideology that
often occur with suicide bombing. This study aims to reveal some views
of Islamic scholars about some of the factors of death above and how the
law by using qualitative methods. The results of this study reveal that
some scholars and doctors' views permit passive (negative) euthanasia,
while suicide bombing may, but it can be illegitimate if it goes beyond the
limit and harms Muslims in general.
Keywords: Suicide Bom, Euthanasia, Islamic Law.
Abstrak
Kematian adalah suatu kepastian bagi setiap makhluk hidup. Namun
akhir-akhir ini menjadi polemik tersendiri ketika merebaknya beberapa
kasus tentang kematian antara kematian yang bersifat alamiah dengan
seakan bersifat keinginan mengakhiri kehidupannya dengan beberapa
sebab alasan tertentu baik faktor medis yang biasa disebut dengan
eutanasia maupun ideologi yang sering terjadi dengan bom bunuh diri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap beberapa pandangan para
ulama Islam tentang beberapa faktor kematian diatas dan bagaimana
hukumnya dengan menggunakan metode kualitatif. Hasil dari penelitian
ini mengungkapkan bahwa beberapa pandangan ulama dan dokter
memperbolehkan eutanasia pasif (negatif), sedankan hukum bom bunuh

Dosen Jurusan Syariah, Fakultas Agama Islam, UNISSULA.
Available at:
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/ua
Bom Bunuh Diri dan Eutanasia .. . 135
Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 134-151
diri boleh, namun dapat berubah hukumnya menjadi haram bila
melampaui batas dan merugikan umat Islam secara umum.
Kata Kunci: Bom Bunuh Diri, Eutanasia, Hukum Islam.
Pendahuluan
erjuangan tidak pernah mengenal kata akhir, namun cara
berjuang tiap umat seringkali mengalami perubahan
searah dengan perubahan sarana-sarana perang. Pada
tahun-tahun terakhir, sering terdengar upaya beberapa
kelompok muslim yang melakukan bom bunuh diri atau juga
dikenal sebagai suicide bombing dan human bombing atau bom
manusia.
Secara umum ada dua reaksi para ulama dalam
menyikapinya, sebagian melarang dan sebagian lagi memuji.
Kedua kelompok tersebut sama-sama menyertakan argumen-
argumennya, baik secara naqly maupun ‘aqly. Kejelasan hukum
syara’ sangat dibutuhkan dalam masalah yang amat krusial ini.
Hal tersebut dikarenakan perbedaan yang ada cukup tajam dan
mengandung berbagai implikasinya baik di dunia maupun di
akhirat.
Bagi mereka yang menganggap aksi bom manusia
sebagai aksi bunuh diri (Ñamaliyah al-intihariyah), maka implikasi
kepada para pelakunya ialah tidak diberlakukan hukum-hukum
mati syahid, namun dipandang sebagai orang hina karena
berputus asa menghadapi kesulitan hidup. Di akhirat,
pelakunya dianggap akan masuk neraka, karena telah bunuh
diri. Sedangkan bagi mereka yang menganggap aksi bom bunuh
diri sebagai aksi mati syahid (‘amaliyat al-ishtishhadiyah), maka
implikasi kepada para pelakunya adalah diberlakukan hukum-
hukum mati syahid. Dia dianggap sebagai pahlawan dan
teladan keberanian yang patut dicontoh, kemudian di akhirat
akan masuk surga.
P
136 Ahmad Thobroni
ulul albab: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam
Karena hidup dan mati ada di tangan Tuhan, serta
merupakan karunia dan wewenang Tuhan, maka Islam
melarang orang melakukan pembunuhan, baik terhadap orang
lain (kecuali dengan alasan yang dibenarkan oleh agama)
maupun terhadap dirinya sendiri (bunuh diri) dengan alasan
apapun. Hukum bunuh diri dan eutanasia masih dipersoalkan
dikalangan masyarakat. Pro-kontra inilah yang mendorong
penulis untuk memilih tema hukum bom bunuh diri dan
eutanasia dalam tinjauan hukum Islam.
Definisi Bom Bunuh Diri dan Eutanasia
Kata bom berasal dari bahasa Yunani βόμβος (bombos),
sebuah istilah yang meniru suara ledakan ‘bom’ dalam bahasa
tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
sebagai senjata peledak; peluru besar yang isinya mampu
meledak. Bunuh diri (dalam bahasa Inggris: suicide; dalam
budaya Jepang dikenal dengan istilah harakiri) adalah tindakan
mengakhiri hidup sendiri tanpa bantuan aktif orang lain. Bunuh
diri adalah mematikan diri sendiri, sedangkan bom bunuh diri
yaitu seseorang yang bunuh diri menggunakan alat peledak
dalam rangka memenuhi ambisinya. Biasanya bom bunuh diri
dilakukan pada situasi perang yang sudah tidak menemukan
jalan lagi, dalam arti jalan buntu untuk dapat mengalahkan
musuhnya. Bom adalah alat yang menghasilkan ledakan yang
mengeluarkan energi secara besar dan cepat. Ledakan yang
dihasilkan menyebabkan kehancuran dan kerusakan terhadap
benda mati dan benda hidup di sekitarnya.
Bom bunuh diri atau juga dikenal sebagai bom manusia
(human bombing) menurut Nawaf Hail Takruri adalah aktivitas
seorang (mujahid) mengisi tas atau mobilnya dengan bahan
peledak, atau melilitkan bahan peledak pada tubuhnya,
kemudian menyerang musuh di tempat mereka berkumpul,
Bom Bunuh Diri dan Eutanasia .. . 137
Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 134-151
hingga orang tersebut kemungkinan besar ikut terbunuh.1
Adapun menurut Muhammad Tha’mah Al-Qadah, bom bunuh
diri adalah aktivitas seorang mujahid yang melemparkan
dirinya pada kematian untuk melaksanakan tugas berat, dengan
kemungkinan besar tidak selamat, akan tetapi dapat memberi
manfaat besar bagi kaum muslimin.2 Bom bunuh diri yaitu
kegiatan bunuh diri yang dilatarbelakangi keyakinan oleh
pelaku bahwa perbuatan tersebut merupakan salah satu bentuk
perjuangan untuk memperjuangkan kebenaran.
Dalam bahasa arab, bom bunuh diri disebut intihaar,
yang berasal dari kata kerja nahara yang berarti menyembelih
(dzabaha) dan membunuh (qatala). Artinya seseorang
menyembelih dan membunuh dirinya sendiri.3
Eutanasia berasal dari kata “eu” artinya baik, bagus dan
“thanatos” artinya mati. Jadi eutanasia artinya mati yang baik
tanpa melalui proses kematian dengan rasa sakit atau
penderitaan yang berlarut-larut. Dari pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa eutanasia adalah usaha dan bantuan yang
dilakukan untuk mempercepat kematian seseorang yang
menurut perkiran sudah hampir mendekati kematian, dengan
tujuan untuk meringankan atau membebaskannya dari
penderitaannya.4
Euthanasia dapat dibagi pada dua macam, yaitu
eutanasia aktif dan eutanasia pasif. Berikut penjelasannya:
1. Eutanasia aktif (Positif)
1 Nawaf hail Takfuri, Aksi Bunuh Diri atau Mati Syahid (al-Amaliyat al-
Istisyhidiyah fi al-Mizan al-Fiqhi), (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2002), 320.
2 Muhammad Tha’mah al-Qadah, Aksi Bom Syahid dalam Pendangan
Hukum Islam (al-Mughamarat bi an-Nafsi fi al-Qital wa Hukmuha fi al-Islam),
(Bandung: Pustaka Umat, 2002), 17.
3 Sulaiman al-Husain, Mengapa Harus Bunuh Diri, (Jakarta: Qisthi
Press, 2005), 7.
4 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah al-Haditsah, (Jakarta: Rajawali Press,
1995), 32.
138 Ahmad Thobroni
ulul albab: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam
Yaitu apabila seorang dokter melihat pasiennya dalam
keadaan penderitaan yang sangat berat, karena penyakitnya
yang sulit disembuhkan dan menurut pendapatnya
penyakit tersebut akan mengakibatkan kematian, dan
karena rasa kasihan terhadap si penderita ia melakukan
penyuntikan untuk mempercepat kematiannya. Firman
Allah SWT:
‫ا‬َ‫ج‬ِ‫ت‬ َ‫ن‬‫و‬ُ‫ك‬َ‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ َّ‫َل‬ِ‫إ‬ ِ‫ل‬ِ‫اط‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ْ‫َم‬‫أ‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ك‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ َ‫َل‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ن‬َ‫م‬َ‫آ‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫َي‬‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬ً‫ة‬َ‫ر‬
5
‫ا‬ً‫يم‬ِ‫ح‬َ‫ر‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ب‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬َ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫س‬ُ‫ف‬ْ‫َن‬‫أ‬‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ َ‫َل‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٍ‫اض‬َ‫ر‬َ‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬
"…… dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya
Allah adalah maha penyayang"
2. Eutanasia Pasif (Negatif)
Yaitu apabila dokter tidak memberikan bantuan secara aktif
untuk mempercepat proses kematian pasien.6 Jika seorang
pasien menderita penyakit dalam stadium terminal, yang
menurut pendapat dokter sudah tidak mungkin lagi
disembuhkan, maka kadang-kadang pihak keluarga karena
tidak tega melihat seorang anggota keluarganya berlama-
lama menderita di rumah sakit, lalu meminta kepada dokter
untuk menghentikan pengobatan. Akibatnya si penderita
akhirnya meninggal. Firman Allah SWT:
َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫َي‬‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬‫آ‬ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ان‬َ‫و‬ْ‫خ‬ِِ‫ِل‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫و‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ر‬َ‫ف‬َ‫ك‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬َ‫ك‬‫ا‬‫و‬ُ‫ن‬‫و‬ُ‫ك‬َ‫ت‬ َ‫َل‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ن‬َ‫م‬ِِ ‫ا‬‫و‬ُ‫ب‬َ‫ر‬ََ ‫ا‬ََِ‫إ‬
‫ى‬ًّ‫ز‬ُ‫غ‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ ْ‫َو‬‫أ‬ ِ‫ض‬ْ‫َر‬ْ‫اْل‬‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ِ‫ت‬ُ‫ق‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫د‬ْ‫ن‬ِ‫ع‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ ْ‫و‬َ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫ج‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ََ ِ‫ل‬ََ ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ َ‫ل‬
ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬َ‫و‬ ُ‫يت‬ِ‫م‬ُ‫ي‬َ‫و‬ ِ‫ي‬ْ‫ح‬ُ‫ي‬ ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬َ‫و‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ق‬ ِِ ً‫ة‬َ‫ر‬ْ‫س‬َ‫ح‬‫ير‬ِ‫ص‬َ‫ب‬ َ‫ن‬‫و‬ُ‫ل‬َ‫م‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬7
"……. Allah menghidupkan dan mematikan dan Allah melihat apa
yang kamu kerjakan".
5 An-Nisa: 29.
6 Abu Yasid, Fiqh Realitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 212-213.
7 Ali Imron: 156.
Bom Bunuh Diri dan Eutanasia .. . 139
Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 134-151
Contohnya: seorang penderita kanker ganas merasakan
sakit yang luar biasa hingga penderita pingsan. Menurut
pengetahuan medis, orang yang sakit ini tidak ada harapan
untuk bisa hidup normal lagi (tidak ada harapan hidup).
Sehingga orang yang sakit tersebut dibiarkan mati secara
alamiah. Karena walaupun peralatan medis digunakan,
sudah tidak berfungsi lagi bagi pasien.
Pendapat Ulama Mengenai Bom Bunuh Diri dan
Eutanasia
Di antara ulama masa kini yang memperbolehkan bom
bunuh diri adalah:8
1. Prof. Dr. Muhammad Az-Zuhaili (Dekan Fakultas Syariah
Universitas Damaskus)
2. Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili (Ketua Jurusan Fiqih dan
Ushul Fiqih Fakultas Syariah Universitas Damaskus)
3. Dr. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi (Ketua Jurusan
Theologi dan Perbandingan Agama Fakultas Syariah
Universitas Damaskus)
4. Dr. Ali Ash-Shawi (Mantan Ketua Jurusan Fiqih dan
Perundang-undangan Fakultas Syariah Universitas
Yordania)
5. Dr. Hamam Said (Dosen Fakultas Syariah Universitas
Yordania dan anggota Parlemen Yordania)
6. Dr. Agil An-Nisyami (Dekan Fakultas Syariah Universitas
Kuwait)
7. Dr. Abdur Raziq Asy-Syaiji (Guru Besar Fakultas Syariah
Univesitas Kuwait)
8. Syaikh Qurra Asy-Syam Asy-Syaikh Muhammad Karim
Rajih (ulama Syiria)
9. Syaikhul Azhar (Syaikh Muhammad Sayyed Tanthawi)
10. Syaikh Muhammad Mutawalli Sya’rawi (ulama Mesir)
8 Ibid, 49.
140 Ahmad Thobroni
ulul albab: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam
11. Fathi Yakan (aktivis dakwah Ikhwanul Muslimin)
12. Dr. Syaraf Al-Qadah (ulama Yordania)
13. Dr. Yusuf Al-Qaradhawi (ulama Qatar)
14. Dr. Muhammad Khair Haikal (aktivis dakwah Hizbut
Tahrir)
15. Syaikh Abdullah bin Hamid (Mantan Hakim Agung
Makkah Al-Mukarramah)
Sementara itu ulama kontemporer yang mengharamkan
aksi bom manusia antara lain:
1. Syaikh Nashiruddin Al-Albani (ulama Arab Saudi)
2. Syaikh Shaleh Al-Utsaimin (ulama Arab Saudi)
3. Syaikh Hasan Ayyub
4. Hai’ah Kibarul Ulama (Majelis Ulama Senior Arab Saudi)
yang diketuai oleh ‘Abdul-Aziz bin Abdullaah bin
Muhammad Aal ash-Shaykh yang beranggotakan 16 ulama
terkemuka seperti Salih bin Muhammad al-Lahaidaan,
Abdullah bin Sulaiman al-Muni’, Abdullah bin
Abdurahman al-Ghudayan dan lain-lain.
5. Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Alasan-alasan kelompok yang mengharamkan antara
lain:
1. Sabda Rasulullah SAW tentang bunuh diri dalam beragam
hadis yang redaksinya beragam dan telah tersebar luas. Di
antaranya adalah:
َ‫و‬َ‫م‬ْ‫ن‬َ‫ق‬َ‫ت‬َ‫ل‬َ‫ن‬ْ‫ف‬َ‫س‬ُ‫ه‬ِ‫ب‬َ‫ش‬ْ
ٍ‫ء‬ُ‫ع‬ِ‫ذ‬َ‫ب‬ِ‫ب‬ِ‫ه‬َ‫ي‬ْ‫و‬ُ‫م‬ِ‫الق‬َ‫ي‬َ‫ام‬ِ‫ة‬
“Barangsiapa membunuh dirinya sendiri di dunia dengan cara
apapun, maka Allah akan menghukum dia dengan hal yang sama
(yang dia lakukan yang menyebabkan dia terbunuh) di hari
kiamat”
2. Kegiatan ini mengandung sifat membunuh orang-orang
yang hidup, yang syari’ah Islam melindunginya.
Bom Bunuh Diri dan Eutanasia .. . 141
Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 134-151
3. Kegiatan ini mengakibatkan kerusakan di bumi,
mengandung unsur perusakan harta benda dan apa-apa
yang dimiliki, sementara hal itu dilindungi.
4. Bom bunuh diri hukumnya haram karena merupakan salah
satu bentuk tindakan keputus-asaan (al-ya’su) dan
mencelakakan diri sendiri (ihlak an-nafs), baik dilakukan di
daerah damai (dar al-shulh/dar al-salam/dar al-da’wah)
maupun di daerah perang (dar al-harb).9
5. Bom bunuh diri menodai citra Islam.
Pendapat Ulama tentang Eutanasia
Ajaran Islam memberi petunjuk yang pasti tentang
kematian. Dalam Islam ditegaskan bahwa semua bentuk
kehidupan merupakan ciptaan Allah akan mengalami
kebinasaan, kecuali Allah sendiri sebagai sang pencipta. Allah
SWT berfirman: “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.
Bagi-Nya lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya lah
kamu dikembalikan”. Islam mengajarkan bahwa kematian
datang dengan tidak seorang pun yang dapat memperlambat
atau mempercepatnya. Allah menyatakan bahwa kematian
hanya terjadi dengan izin-Nya dan kapan saat kematian itu tiba
telah ditentukan waktunya oleh Allah. Dalam Islam kematian
adalah sebuah gerbang menuju kehidupan abadi (akhirat) di
mana setiap manusia harus mempertanggung-jawabkan
perbuatannya selama hidup di dunia di hadapan Allah SWT.
Kode etik kedokteran Islami yang disahkan oleh
Konferensi Internasional Pengobatan Islam yang pertama (The
First International Conference of Islamic Medical) menyatakan:
bahwa eutanasia aktif sama halnya dengan bunuh diri (tidak
dibenarkan) sesuai dengan firman Allah: “Dan janganlah kamu
membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah maha
penyayang kepadamu”. Kesabaran dan ketabahan terhadap rasa
9 http://www.mui.or.id/mui_in/fatwa.php?id=148
142 Ahmad Thobroni
ulul albab: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam
sakit dan penderitaan sangat dihargai dan mendapat pahala
yang besar dalam Islam. Sabda Rasulullah SAW, “Tidaklah
menimpa kepada seseorang muslim suatu musibah, baik
kesulitan, sakit, kesedihan, kesusahan maupun penyakit,
bahkan dari yang menusuknya, kecuali Allah menghapuskan
kesalahan atau dosanya dengan musibah yang dicobakannya
itu” (HR. Bukhari Muslim).
Di antara masalah yang sudah terkenal di kalangan
Ulama syara’ ialah bahwa mengobati atau berobat dari penyakit
tidak wajib hukumnya, pendapat ini dikemukakan menurut
Jumhur Fuqaha dan Imam-Imam mazhab. Bahkan menurut
mereka, mengobati atau berobat ini hanya segolongan kecil yang
mewajibkannya. Sahabat-sahabat Imam syafi’i, Imam Ahmad
dan sebagian Ulama menganggap bahwa mengobati itu sunnah.
Para Ulama berbeda pendapat mengenai mana yang
lebih utama. Berobat ataukah bersabar? Di antara mereka ada
yang berpendapat bahwa bersabar (tidak berobat) itu lebih
utama, berdasarkan hadits 'Atho bin robaah yang diriwayatkan
dalam kitab sahih dari seorang wanita yang ditimpa penyakit
ayan dan auratnya sering terbuka, wanita itu meminta kepada
Nabi SAW agar mendoakannya, lalu beliau menjawab “Jika
engkau mau bersabar (maka bersabarlah) engkau akan
mendapat surga; jika engkau mau, maka saya doakan kepada
Allah agar Dia menyembuhkanmu. Wanita itu menjawab aku
akan bersabar. Sebenarnya saya tadi ingin dihilangkan penyakit
saja, oleh karena itu doakanlah kepada Allah agar saya tidak
minta dihilangkan penyakit saya. Lalu Nabi mendoakan orang
itu agar tidak meminta dihilangkan penyakitnya”. Hadist
tersebut menunjukkan bahwa boleh meninggalkan berobat
dalam kondisi seperti yang wanita itu alami yaitu saat masih
kuat menahan penyakitnya (Fatwa Syaikh Sholeh Al Munajjid
no. 8197).
Dalam kaitan ini Imam Abu Hamid Al-Ghazali
membantah orang yang berpendapat bahwa tidak berobat itu
Bom Bunuh Diri dan Eutanasia .. . 143
Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 134-151
lebih utama dalam keadaan apapun. Pendapat fuqaha yang lebih
popular mengenai masalah berobat atau tidak bagi orang sakit
adalah: sebagian besar di antara mereka berpendapat mubah,
sebagian kecil menganggapnya sunnah, dan sebagian kecil lagi
(lebih sedikit) berpendapat wajib. Jadi pendapat dari sejumlah
fuqaha, para ahli (dokter), dan ahli fiqh lainnya
memperbolehkan eutanasia pasif (negatif).
Dasar Hukum Bom Bunuh Diri dan Eutanasia
Di dalam al-Qur’an surat al-mulk ayat 2, Allah SWT
berfirman:
َ‫ة‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ َ‫ت‬ْ‫و‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬ ً‫ًل‬َ‫م‬َ‫ع‬ ُ‫ن‬َ‫س‬ْ‫َح‬‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫و‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ُ‫يز‬ِ‫ز‬
ُ‫ور‬ُ‫ف‬َ‫غ‬ْ‫ل‬‫ا‬
Diingatkan bahwa hidup dan mati adalah di tangan tuhan yang
Ia ciptakan untuk menguji iman, amalan, dan ketaatan manusia
terhadap tuhan penciptanya. Karena itu, Islam sangat
memperhatikan keselamatan hidup dan kehidupan manusia
sejak ia berada di rahim ibunya sampai sepanjang hidupnya.
Kemudian untuk melindungi keselamatan hidup dan kehidupan
manusia itu, Islam menetapkan berbagai norma hukum perdata
dan pidana beserta sanksi-sanksi hukumannya, baik di dunia
berupa hukuman had dan qishas termasuk hukuman mati, diyat
(denda), atau ta’zir ialah hukuman yang ditetapkan oleh ulul
amr atau lembaga peradilan, maupun hukuman di akhirat
berupa siksaan Tuhan di neraka kelak.10
Karena hidup dan mati itu ada di tangan tuhan dan
merupakan karunia serta wewenang tuhan, maka Islam
melarang orang melakukan pembunuhan, baik terhadap orang
lain (kecuali dengan alasan yang dibenarkan oleh agama)
maupun terhadap dirinya sendiri (bunuh diri) dengan alasan
10 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, (Jakarta: PT Toko Gunung Agung,
1997), 45.
144 Ahmad Thobroni
ulul albab: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam
apapun. Ayat Al-Qur’an dan Hadits-Hadits tersebut di atas
dengan jelas menunjukkan bahwa bunuh diri itu dilarang keras
oleh Islam dengan alasan apapun. Misalnya, seorang menderita
AIDS atau kanker tahap akhir yang sudah tak ada harapan
sembuh secara medis dan telah kehabisan harta untuk biaya
pengobatannya.11
Islam tetap tidak memperbolehkan si penderita
menghabisi nyawanya, baik dengan tangannya sendiri (bunuh
diri dengan minum racun atau menggantung diri dan
sebagainya) maupun dengan bantuan orang lain, sekalipun
dokter dengan cara memberi suntikan atau obat yang dapat
mempercepat kematiannya (eutanasia positif), atau dengan cara
menghentikan segala pertolongan terhadap si penderita
termasuk pengobatannya (eutanasia negatif). Sebab penderita
yang menghabisi nyawanya dengan tangannya sendiri atau
dengan bantuan orang lain itu berarti ia mendahului atau
melanggar kehendak dan wewenang tuhan; padahal seharusnya
ia bersikap sabar dan tawakal menghadapi musibah, seraya
tetap berikhtiar mengatasi musibah dan berdoa kepada Allah
yang maha kuasa, semoga Allah berkenan memberi ampunan
kepadanya dan memberi kesehatan kembali, apabila hidupnya
masih bermanfaat dan lebih baik baginya.
Menurut hukum pidana Islam, orang yang
menganjurkan/menyetujui/membantu seseorang yang
membunuh diri adalah berdosa dan dapat dikenakan hukuman
ta’zir. Demikian pula apabila orang gagal melakukan bunuh
diri, sekalipun dibantu orang lain, maka semuanya dapat
dikenakan hukuman ta’zir. Berat ringannya hukuman ta’zir itu
diserahkan sepenuhnya kepada hakim yang mengadili perkara
untuk menjatuhkan hukuman yang sesuai dengan tindak
11 Luthfi Assyaukanie, Politik, HAM, dan Isu-Isu Teknologi dalam Fikih
Kontemporer, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1998), 180.
Bom Bunuh Diri dan Eutanasia .. . 145
Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 134-151
pidananya, pelakunya, dan situasi dan kondisinya di mana
tindak pidana itu terjadi.
Penyebab utama terjadinya bunuh diri di masyarakat
menurut hemat penulis adalah karena kurang iman dan kurang
percaya pada diri sendiri. Karena itu, untuk menangkalnya
harus diintensifkan pendidikan agama sejak masa kanak-kanak
dan ditingkatkan dakwah Islamiyah kepada seluruh lapisan
masyarakat Islam guna peningkatan iman, ibadah, dan
takwanya kepada Allah yang maha kuasa.
Dasar hukum Eutanasia
Islam menghormati dan menjunjung tinggi hak hidup.
Bagi manusia, setiap perbuatan menghilangkan hidup, baik oleh
orang lain maupun oleh diri sendiri dilarang dengan tegas
dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Dalam kitab suci Al-Qur’an
banyak ayat-ayat yang melarang pembunuhan, bahkan
mengancamnya dengan hukuman. Ayat-ayat tersebut antara
lain :
1. Surat An-Nisa ayat 92
َ‫ط‬َ‫خ‬ َّ‫َل‬ِ‫إ‬ ‫ا‬ً‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ َ‫ل‬ُ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ٍ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ِ‫ل‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ً‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ َ‫ل‬َ‫ت‬َ‫ق‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ ً‫أ‬ٍ‫ة‬َ‫ب‬َ‫ق‬َ‫ر‬ ُ‫ير‬ِ‫ر‬ْ‫ح‬َ‫ت‬َِ ً‫أ‬َ‫ط‬َ‫خ‬ ‫ا‬
ُ‫د‬َ‫ع‬ ٍ‫م‬ْ‫و‬َ‫ق‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬َِ ‫ا‬‫و‬ُ‫ق‬َّ‫د‬َّ‫ص‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ َّ‫َل‬ِ‫إ‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫َه‬‫أ‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ة‬َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ُ‫م‬ ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫د‬َ‫و‬ ٍ‫ة‬َ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ ٍّ ‫و‬
َ‫ب‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ٍ‫م‬ْ‫و‬َ‫ق‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ٍ‫ة‬َ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ ٍ‫ة‬َ‫ب‬َ‫ق‬َ‫ر‬ ُ‫ير‬ِ‫ر‬ْ‫ح‬َ‫ت‬َِ ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬ْ‫ي‬‫ة‬َ‫ي‬ِ‫د‬َِ ٌ‫ا‬ََ‫ي‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ن‬
ْ‫ه‬َ‫ش‬ ُ‫ام‬َ‫ي‬ِ‫ص‬َِ ْ‫د‬ِ‫ج‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َِ ٍ‫ة‬َ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ ٍ‫ة‬َ‫ب‬َ‫ق‬َ‫ر‬ ُ‫ير‬ِ‫ر‬ْ‫ح‬َ‫ت‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫َه‬‫أ‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ة‬َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ُ‫م‬ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ع‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ت‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ر‬
ً‫يم‬ِ‫ك‬َ‫ح‬ ‫ا‬ً‫يم‬ِ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬َ‫و‬ ِ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ً‫ة‬َ‫ب‬ْ‫و‬َ‫ت‬‫ا‬
Artinya :
“Dan tidak boleh seorang mukmin membunuh mukmin yang lain,
kecuali karena kesalahan. Barang siapa membunuh orang mukmin
karena kesalahan, maka ia wajib memerdekakan hamba sahaya
yang mukmin dan membayar diyat yang diserahkan kepada
keluarganya, (si terbunuh), kecuali jika mereka (keluarga
terbunuh) menyedekahkannya”.
2. Surat An-Nisa ayat 93
146 Ahmad Thobroni
ulul albab: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam
َ‫ن‬َ‫ع‬َ‫ل‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ َ‫ب‬ِ‫ض‬َ‫غ‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫يه‬ِِ ‫ا‬ً‫د‬ِ‫ال‬َ‫خ‬ ُ‫َّم‬‫ن‬َ‫ه‬َ‫ج‬ ُ‫ه‬ُ‫اؤ‬َ‫ز‬َ‫ج‬َِ ‫ا‬ً‫د‬ِّ‫م‬َ‫ع‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ‫ا‬ً‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ ْ‫ل‬ُ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ُ‫ه‬
‫ا‬ً‫يم‬ِ‫ظ‬َ‫ع‬ ‫ا‬ً‫اب‬َ‫ذ‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ َّ‫د‬َ‫َع‬‫أ‬َ‫و‬
Artinya :
“Barang siapa yang membunuh orang mukmin dengan sengaja
maka balasannya ialah neraka jahanam, ia kekal di dalamnya.
Allah mengutuknya dan menyediakan baginya siksaan yang
pedih”.
3. Surat Al-Isra ayat 31
ُ‫ه‬َ‫ل‬ْ‫ت‬َ‫ق‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ا‬َّ‫ي‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ق‬ُ‫ز‬ْ‫ر‬َ‫ن‬ ُ‫ن‬ْ‫ح‬َ‫ن‬ ٌٍ َ‫ًل‬ْ‫م‬ِ‫إ‬ َ‫ة‬َ‫ي‬ْ‫ش‬َ‫خ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫د‬ َ‫َل‬ْ‫َو‬‫أ‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ َ‫َل‬َ‫و‬‫ا‬ً‫ئ‬ْ‫ط‬ِ‫خ‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ْ‫م‬
َ‫ك‬‫ا‬ً‫ير‬ِ‫ب‬
Artinya :
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu Karena takut
miskin. Kami yang memberi rizeki kepada mereka dan kamu
sekalian. Sesungguhnya membunuh mereka merupakan dosa yang
besar”.
4. Surat Al-Isra ayat 33
َّ‫ر‬َ‫ح‬ ِ‫ت‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫س‬ْ‫ف‬َّ‫الن‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ َ‫َل‬َ‫و‬ِ‫ت‬ُ‫ق‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ ِّ‫ق‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ َّ‫َل‬ِ‫إ‬ ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ ْ‫د‬َ‫ق‬َِ ‫ا‬ً‫وم‬ُ‫ل‬ْ‫ظ‬َ‫م‬ َ‫ل‬
ً‫ور‬ُ‫ص‬ْ‫ن‬َ‫م‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ُ‫َّه‬‫ن‬ِ‫إ‬ ِ‫ل‬ْ‫ت‬َ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِِ ْ‫ف‬ِ‫ر‬ْ‫س‬ُ‫ي‬ َ‫ًل‬َِ ‫ا‬ً‫ن‬‫ا‬َ‫ط‬ْ‫ل‬ُ‫س‬ ِ‫ه‬ِّ‫ي‬ِ‫ل‬َ‫و‬ِ‫ل‬‫ا‬
Artinya:
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan oleh
Allah, kecuali dengan hak”.
5. Surat Al-An’am ayat 151
ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ئ‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ك‬ِ‫ر‬ْ‫ش‬ُ‫ت‬ َّ‫ََل‬‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُّ‫ب‬َ‫ر‬ َ‫م‬َّ‫ر‬َ‫ح‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُ‫ل‬ْ‫ت‬َ‫أ‬ ‫ا‬ْ‫و‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ ْ‫ل‬ُ‫ق‬‫ا‬ً‫ن‬‫ا‬َ‫س‬ْ‫ح‬ِ‫إ‬ ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫د‬ِ‫ال‬َ‫و‬
ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ب‬َ‫ر‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ َ‫َل‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫اه‬َّ‫ي‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ق‬ُ‫ز‬ْ‫ر‬َ‫ن‬ ُ‫ن‬ْ‫ح‬َ‫ن‬ ٌٍ َ‫ًل‬ْ‫م‬ِ‫إ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫د‬ َ‫َل‬ْ‫َو‬‫أ‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ َ‫َل‬َ‫و‬‫ا‬َ‫م‬ ََِ‫اح‬َ‫و‬َ‫ف‬
َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ر‬َ‫ه‬َ‫ظ‬ِ‫ب‬ َّ‫َل‬ِ‫إ‬ ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ َ‫م‬َّ‫ر‬َ‫ح‬ ِ‫ت‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫س‬ْ‫ف‬َّ‫الن‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ َ‫َل‬َ‫و‬ َ‫ن‬َ‫ط‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ل‬ََ ِّ‫ق‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬
َ‫ن‬‫و‬ُ‫ل‬ِ‫ق‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ل‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ا‬َّ‫ص‬َ‫و‬
Bom Bunuh Diri dan Eutanasia .. . 147
Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 134-151
Artinya:
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
miskin. Kami yang memberi rezeki kepadamu dan anak-anakmu”.
Dalam hadis-hadis Nabi SAW larangan pembunuhan ini
dipertegas oleh Rasulullah SAW, antara lain:
1. Dari Ibnu Mas’ud ra, ia berkata “telah bersabda Rasulullah
SAW”:
َ‫َل‬َ‫ي‬ِ‫ح‬ُّ‫ل‬َ‫د‬َ‫م‬ْ‫ام‬ِ‫ر‬ِ‫ئ‬ُ‫م‬ْ‫س‬ِ‫ل‬ٍ‫م‬،َ‫ي‬ْ‫ش‬َ‫ه‬ُ‫د‬َ‫أ‬َّ‫ن‬َ‫َل‬ِ‫إ‬َ‫ل‬َ‫ه‬ِ‫إ‬َّ‫َل‬َ‫و‬ ‫الله‬َّ‫َن‬‫أ‬‫ا‬ً‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬َ‫ر‬ُ‫س‬ْ‫و‬ُ‫ل‬ِ‫الله‬،
ِ‫إ‬َّ‫َل‬ِ‫ب‬ِ‫إ‬ْ‫ح‬َ‫د‬َ‫ث‬ ‫ى‬َ‫ًل‬ٍ‫ث‬:َ‫الن‬ْ‫ف‬ُ‫س‬ِ‫ب‬َ‫الن‬ْ‫ف‬ِ‫س‬،َ‫و‬ََ‫ال‬ْ‫ي‬ُ‫ب‬َ‫الز‬ِ‫ان‬‫ى‬،َ‫و‬‫ال‬ُ‫م‬َ‫ف‬ِ‫ر‬‫ا‬ٌَُ‫ل‬َ‫د‬ْ‫ي‬َ‫ن‬ُ‫ه‬،َ‫الت‬ْ‫ر‬ُ‫ك‬
ِ‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ج‬َ‫م‬َ‫اع‬ِ‫ة‬‫ا‬‫و‬‫(ر‬‫ه‬‫علي‬ ‫متفق‬)‫ه‬
“Tidak halal darah seorang yang menyaksikan bahwa tiada Tuhan
melainkan Allah dan bahwa saya adalah Rasulullah, kecuali
dengan salah satu dari tiga perkara yaitu janda atau duda duda
yang berzina, orang yang melakukan pembunuhan dan orang
yang meninggalkan agamanya dan memisahkan diri dari
jama’ah”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
2. Dari Aisyah ra. Dari Rasulullah SAW bersabda:
،‫مسلم‬ ‫امرئ‬ ‫دم‬ ‫پحل‬ ‫َل‬‫ي‬‫شه‬‫د‬‫أ‬‫ن‬‫َلا‬‫له‬‫إ‬‫ا‬‫َل‬‫الل‬‫ه‬‫و‬‫إ‬‫ا‬‫ن‬‫الل‬ ‫رسول‬ ‫ی‬‫ه‬،‫إ‬‫ا‬‫َل‬
‫ب‬‫إ‬ِ ‫احصان‬ ‫بعد‬ ‫نی‬‫ز‬ ‫رجل‬ :‫ثًلث‬ ‫حدی‬‫إ‬‫ن‬‫ه‬‫بال‬ ‫با‬‫ر‬‫محا‬ ‫ج‬‫خر‬ ‫ورجل‬ ،‫يرجم‬‫ل‬‫ه‬
‫ل‬‫و‬‫ورس‬‫ه‬ِ‫إ‬‫ن‬‫ه‬‫يقتل‬‫أ‬‫و‬‫اْل‬ ‫ون‬ ‫اوينفی‬ ‫يصلب‬‫ا‬‫و‬‫(ر‬ ‫رض‬‫ه‬‫أ‬‫داود‬ ‫بو‬‫و‬‫النسآئ‬.)
Artinya:
“Tidak halal membunuh seorang muslim, kecuali karena salah
satu dari tiga perkara : pezina yang muhshan (sudah berkeluarga)
maka ia harus dirajam, seseorang yang membunuh seorang
muslim dengan sengaja, maka ia harus dibunuh dan orang yang
keluar dari Islam, kemudian ia menerangi Allah dan Rasulullah
maka ia harus dibunuh ata disalib atau diasingkan dari tempatnya.
(H.R. Abu Daud dan Nasaiy).
Dari ayat-ayat dan hadis-hadis tersebut di atas dapat
disimpulkan, bahwa eutanasia khususnya eutanasia aktif di
148 Ahmad Thobroni
ulul albab: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam
mana seorang dokter melakukan upaya aktif membantu untuk
mempercepat kematian seorang pasien, yang menurut
perkiraannya sudah tidak dapat bertahan untuk hidup
meskipun atas permintaan si pasien atau keluarganya, dilarang
menurut hukum Islam. Karena perbuatan tersebut tergolong
pada pembunuhan dengan sengaja, berdasarkan surat Al-An’am
ayat 151 dan surat Al-Isra ayat 33.
Pembunuhan yang diperbolehkan oleh Islam hanyalah
pembunuhan yang telah dijelaskan oleh hadis-hadis yang telah
disebutkan tadi, pembunuhan sebagai hukuman terhadap
penzina muhshan (yang sudah berkeluarga), pelaku
pembunuhan sengaja, dan bagi orang yang murtad dan
pengganggu keamanan.
Pembunuhan yang dibolehkan menurut hadis Nabi,
telah dikemukakan oleh Prof. Mahmud Syaltut dalam bukunya
Al-Islam Aqidah Wa Syari’ah, bahwa dengan melihat maksud
dan tujuannya, pembunuhan yang dibolehkan oleh syara’
(Islam) dapat dirumuskan dalam tiga segi :
1. Segi pelaksanaan perintah atau kewajiban, seperti
pelaksanaan hukuman mati oleh algojo atas perintah
pengadilan / hakim.
2. Segi pelaksanaan hak, yang meliputi :
a. Hak wali si korban untuk melaksanakan hukuman
qishash.
b. Hak penguasa untuk menghukum bunuh perampok /
pengganggu stabilitas keamanan.
c. Segi pembelaan, baik terhadap diri, kehormatan,
maupun terhadap harta benda.
Dari tiga segi di atas, eutanasia tidak termasuk di
dalamnya. Dengan demikian eutanasia aktif jelas dilarang oleh
Islam. Adapun eutanasia yang dilakukan dokter dalam
menyelamatkan ibu yang melahirkan dengan cara mematikan
bayi yang di kandungnya, ini dibolehkan karena darurat.
Bom Bunuh Diri dan Eutanasia .. . 149
Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 134-151
Berdasarkan qaidah: َ‫الض‬ُ‫ر‬ْ‫و‬َ‫ر‬ُ‫ت‬ ‫ات‬ِ‫ب‬ْ‫ي‬ُ‫ح‬‫ال‬َ‫م‬ْ‫ح‬ُ‫ظ‬ْ‫و‬َ‫ر‬‫ات‬ “keadaan darurat
dapat membolehkan perbuatan yang dilarang”.12
Sehubungan dengan pengaruh keadaan darurat, Abd
Wahhab Khallaf dalam bukunya Ilmu Ushul Fiqh mengatakan
“Barangsiapa yang tidak bisa mempertahankan keselamatan
dirinya kecuali dengan cara menyelamatkan dengan
membinasakan orang lain, tidaklah ia berdosa dalam
tindakannya itu”.
Menurut Imam Abu Hanifah, Abu Yusuf, Muhammad
bin Hasan dan sebagian ulama Syafi’iyyah, bahwa hukuman
yang dikenakan terhadap pelaku eutanasia (pembunuhan
dengan persetujuan korban) adalah membayar diat (seratus ekor
unta atau seharga itu) dan bukan obyek eutanasia merupakan
syubhat dalam status perbuatannya dan dalam hadis Nabi SAW,
yaitu apabila dalam jarimah hudud (termasuk di dalamnya
qishash) terdapat syubhat maka hukuman bisa digugurkan atau
diganti.
Menurut Zufar, bahwa hukuman yang dikenakan
kepada pelaku eutanasia tetap dihukum qishash (hukuman
mati) karena persetujuan untuk menjadi obyek eutanasia
tersebut dianggap tidak pernah ada, sehingga persetujuan
tersebut tidak ada pengaruhnya sama sekali.
Sedangkan menurut Imam Ahmad bin Hanbal dan
sebagian ulama Syafi’iyah, bahwa pelaku euthanasia atas
persetujuan korban dibebaskan dari hukuman, karena
persetujuan korban untuk menjadi objek eutanasia, statusnya
sama dengan pembunuhan, baik dari hukuman qishash maupun
diyat maka dia bebas dari hukuman.
Bagaimana pandangan hukum Islam tentang eutanasia
pasif? Menurut ajaran Islam bahwa sakit yang menimpa
seseorang dapat menghapus dosa. Meskipun demikian bukan
12 Huzaimah Tahido Yanggo, Masail Fiqhiyyah, Bandung: Angkasa,
2005, 104-113.
150 Ahmad Thobroni
ulul albab: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam
berarti penyakit yang menimpa seseorang itu dibiarkan saja
tanpa upaya pengobatan, karena Islam memerintahkan pula
untuk mengobati setiap penyakit yang menimpa manusia.
Menurut Imam al-Syaukany, bahwa penyakit yang oleh dokter
dinyatakan tidak ada obatnya sekalipun, tidak ada upaya untuk
mengupayakan pengobatannya.
Apabila dokter mengatakan bahwa penyakit tersebut
sudah tak bisa disembuhkan atau keadaanya sudah masuk
dalam stadium terminal dan pihak pasien atau keluarganya
dengan beberapa pertimbangan meminta atau menyetujui
dihentikannya upaya pengobatan, maka penghentian
pengobatan pasien tersebut akhirnya meninggal. Dalam situasi
dan kondisi yang demikian, tindakan yang bisa dilakukan ialah
bersabar dan tawakkal serta berdoa kepada Allah dengan doa
yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, yaitu:
َّ‫ل‬‫ال‬ُ‫ه‬َّ‫م‬َ‫أ‬ْ‫ح‬ِ‫ي‬ْ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫م‬َ‫ک‬‫ا‬َ‫ن‬‫ا‬ِ‫ت‬َ‫الح‬َ‫ي‬‫ا‬ُ‫ة‬ُ‫خ‬ْ‫ي‬ً‫ر‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ل‬ََّ‫و‬َ‫ت‬َ‫و‬َِِّ‫ن‬ِ‫إ‬ََ‫ا‬َ‫ک‬َ‫ن‬‫ا‬ْ‫ت‬َ‫الو‬َُِ‫ة‬‫ا‬َ‫خ‬ْ‫ي‬ً‫ر‬‫ا‬ِ‫ل‬
Artinya :”Ya Allah, Hidupkanlah aku selagi kehidupan itu baik
untukku dan matikanlah aku apabila kematian itu lebih baik untukku.”
Kesimpulan
Bom bunuh diri yaitu kegiatan bunuh diri yang
dilatarbelakangi keyakinan oleh pelaku bahwa perbuatan
tersebut merupakan salah satu bentuk perjuangan untuk
memperjuangkan kebenaran. Sedangkan eutanasia adalah usaha
dan bantuan yang dilakukan untuk mempercepat kematian
seseorang yang menurut perkiraan sudah hampir mendekati
kematian, dengan tujuan untuk meringankan atau
membebaskannya dari penderitaannya.
Dari pendapat sejumlah fuqaha, para ahli (dokter) dan
ahli fiqh lainnya memperbolehkan euthanasia pasif (negative).
Dan yang tidak diperbolehkan karena dalil di atas (QS. Ali Imran
:156). Sedangkan hukum asal bom bunuh diri adalah boleh,
namun dapat berubah menjadi haram bila dilakukan dengan
Bom Bunuh Diri dan Eutanasia .. . 151
Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 134-151
cara melampaui batas dan justru dapat merugikan umat Islam
secara umum.
Daftar Pustaka
Buku
al-Husain, Sulaiman. 2005. Mengapa Harus Bunuh Diri?. Jakarta:
Qisthi Press.
al-Qadah, Muhammad Tha’mah. 2002. Aksi Bom Syahid dalam
Pandangan Hukum Islam (al-Mughamarat bi an-Nafsi fi al-
Qital wa Hukmuha fi al-Islam). Bandung: Pustaka Umat.
Assyaukanie, Luthfi. 1998. Politik, HAM, dan Isu-Isu Teknologi
dalam Fikih Kontemporer. Bandung: Pustaka Hidayah.
Hasan, M. Ali. 1995. Masail Fiqhiyah al-Haditsah. Jakarta: Rajawali
Press.
Takfuri, Nawaf Hail. 2002. Aksi Bunuh Diri atau Mati Syahid (al-
Amaliyat al-Istisyhidiyah fi al-Mizan al-Fiqhi). Jakarta:
Pustaka al-Kautsar.
Thaha, Ahmadie. Kedokteran Dalam Islam. Surabaya: PT Bina
Ilmu.
Yanggo, Huzaimah Tahido. 2005. Masail Fiqhiyyah, Bandung:
Angkasa.
Yasid, Abu. 2005. Fiqh Realitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zuhdi, Masfuk. 1997. Masail Fiqhiyah. Jakarta: PT Toko Gunung
Agung.
Internet
https://situswahab.wordpress.com/2011/04/17/hukum-bom-
bunuh-diri-menurut-islam/ diakses pada tanggal 26
Oktober 2017
http://www.mui.or.id/mui_in/fatwa.php?id=148
http://aul-al-hifary.blogspot.co.id/2013/10/hukum-euthanasia-
menurut-islam.html, diakses pada tanggal 26 Oktober
2017

More Related Content

What's hot

Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratKaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratArif Arif
 
Makalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamMakalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamsaiful anwar
 
Kumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim
Kumpulan Hadits Shahih Bukhari MuslimKumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim
Kumpulan Hadits Shahih Bukhari MuslimDarminto WS
 
Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27
Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27
Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27Adeng Supriatna
 
Hijab dalam Kewarisan
Hijab dalam KewarisanHijab dalam Kewarisan
Hijab dalam KewarisanRia Widia
 
KB 1 Tafsir, Takwil, Terjemah, Ayat-Ayat Muhkamat Dan Mutasyabihat
KB 1 Tafsir, Takwil, Terjemah, Ayat-Ayat Muhkamat Dan MutasyabihatKB 1 Tafsir, Takwil, Terjemah, Ayat-Ayat Muhkamat Dan Mutasyabihat
KB 1 Tafsir, Takwil, Terjemah, Ayat-Ayat Muhkamat Dan MutasyabihatIstna Zakia Iriana
 
PPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan Wahyu
PPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan WahyuPPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan Wahyu
PPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan WahyuIbanez Sofadella
 
Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)Mawadah Warohmah
 
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan QazafMakalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan QazafAZA Zulfi
 
Makalah tentang sejarah dan perkembangan aliran wahabi
Makalah tentang sejarah dan perkembangan aliran wahabiMakalah tentang sejarah dan perkembangan aliran wahabi
Makalah tentang sejarah dan perkembangan aliran wahabiRinoputra Stain
 
jarimah hudud
jarimah hududjarimah hudud
jarimah hududswirawan
 
Zakat fitrah dan zakat mal
Zakat fitrah dan zakat malZakat fitrah dan zakat mal
Zakat fitrah dan zakat maldania_3d
 
Meneladani akhlaq rasulullah
Meneladani akhlaq rasulullahMeneladani akhlaq rasulullah
Meneladani akhlaq rasulullahSofyan Siroj
 

What's hot (20)

Fiqh - Muamalah
Fiqh - MuamalahFiqh - Muamalah
Fiqh - Muamalah
 
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam daruratKaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
Kaidah2 fiqh Al yaqini yuzalu bi syak dan kebolehan dalam darurat
 
Ppt tasawuf
Ppt tasawufPpt tasawuf
Ppt tasawuf
 
Mudharabah
MudharabahMudharabah
Mudharabah
 
Makalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamMakalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islam
 
Kumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim
Kumpulan Hadits Shahih Bukhari MuslimKumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim
Kumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim
 
Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27
Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27
Metode pendidikan islam surat ibrahim ayat 24 27
 
Hijab dalam Kewarisan
Hijab dalam KewarisanHijab dalam Kewarisan
Hijab dalam Kewarisan
 
Power Point Hutang
Power Point HutangPower Point Hutang
Power Point Hutang
 
KB 1 Tafsir, Takwil, Terjemah, Ayat-Ayat Muhkamat Dan Mutasyabihat
KB 1 Tafsir, Takwil, Terjemah, Ayat-Ayat Muhkamat Dan MutasyabihatKB 1 Tafsir, Takwil, Terjemah, Ayat-Ayat Muhkamat Dan Mutasyabihat
KB 1 Tafsir, Takwil, Terjemah, Ayat-Ayat Muhkamat Dan Mutasyabihat
 
PPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan Wahyu
PPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan WahyuPPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan Wahyu
PPT Ulumul Qur'an, Al-Qur'an dan Wahyu
 
Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)Makalah ushul fiqh (qiyas)
Makalah ushul fiqh (qiyas)
 
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan QazafMakalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
Makalah Fikih Jinayah tentang Jarimah Hudud, Zina dan Qazaf
 
Makalah tentang sejarah dan perkembangan aliran wahabi
Makalah tentang sejarah dan perkembangan aliran wahabiMakalah tentang sejarah dan perkembangan aliran wahabi
Makalah tentang sejarah dan perkembangan aliran wahabi
 
jarimah hudud
jarimah hududjarimah hudud
jarimah hudud
 
Ppt muamalah
Ppt muamalah Ppt muamalah
Ppt muamalah
 
Epistimologi bayani
Epistimologi bayaniEpistimologi bayani
Epistimologi bayani
 
Fiqh Muamalah Akad kafalah
Fiqh Muamalah Akad kafalahFiqh Muamalah Akad kafalah
Fiqh Muamalah Akad kafalah
 
Zakat fitrah dan zakat mal
Zakat fitrah dan zakat malZakat fitrah dan zakat mal
Zakat fitrah dan zakat mal
 
Meneladani akhlaq rasulullah
Meneladani akhlaq rasulullahMeneladani akhlaq rasulullah
Meneladani akhlaq rasulullah
 

Similar to BomBunuhEutanasia

Euthanasia dalam islam bersih
Euthanasia dalam islam bersihEuthanasia dalam islam bersih
Euthanasia dalam islam bersihHaakikii
 
Maqhasid as syariah dan qishas pemikiran
Maqhasid as syariah dan qishas pemikiranMaqhasid as syariah dan qishas pemikiran
Maqhasid as syariah dan qishas pemikiranFAI Unmuh Ponorogo
 
Euthanasia : Pandangan Dari Agama Berlainan
Euthanasia : Pandangan Dari Agama BerlainanEuthanasia : Pandangan Dari Agama Berlainan
Euthanasia : Pandangan Dari Agama BerlainanTaylor Ling
 
Makalah masailul fiqhiyah euthanasia
Makalah masailul fiqhiyah euthanasiaMakalah masailul fiqhiyah euthanasia
Makalah masailul fiqhiyah euthanasiaCermin Diri
 
K.2 PEMBUNUHAN. FIQH JINAYAH.pptx
K.2 PEMBUNUHAN. FIQH JINAYAH.pptxK.2 PEMBUNUHAN. FIQH JINAYAH.pptx
K.2 PEMBUNUHAN. FIQH JINAYAH.pptxRINIRISDAYANTI0125
 
Menghindari perilaku tindak kekerasan
Menghindari perilaku tindak kekerasanMenghindari perilaku tindak kekerasan
Menghindari perilaku tindak kekerasanFitria Norkomaria
 
Biografi victor frankl
Biografi victor franklBiografi victor frankl
Biografi victor franklDian Arifin
 
s1-2022-180401013-bab2.pdf
s1-2022-180401013-bab2.pdfs1-2022-180401013-bab2.pdf
s1-2022-180401013-bab2.pdfElvinaRosa4
 
1. 33020210012_Nola Aura Suci.pdf
1. 33020210012_Nola Aura Suci.pdf1. 33020210012_Nola Aura Suci.pdf
1. 33020210012_Nola Aura Suci.pdfRINIRISDAYANTI0125
 
Islam mewujudkan-kerukunan-antar-uma tppt
Islam mewujudkan-kerukunan-antar-uma tpptIslam mewujudkan-kerukunan-antar-uma tppt
Islam mewujudkan-kerukunan-antar-uma tpptAjeng Faiza
 
Pluralisme Musuh Agama Agama
Pluralisme Musuh Agama AgamaPluralisme Musuh Agama Agama
Pluralisme Musuh Agama AgamaZhulkeflee Ismail
 
Islam versus-liberalisme
Islam versus-liberalismeIslam versus-liberalisme
Islam versus-liberalismeHibatul Wafi
 
MODUL 8 ANALISA KB 4 --jurnal_6460b4da78b6c.pdf
MODUL 8 ANALISA KB 4 --jurnal_6460b4da78b6c.pdfMODUL 8 ANALISA KB 4 --jurnal_6460b4da78b6c.pdf
MODUL 8 ANALISA KB 4 --jurnal_6460b4da78b6c.pdfFa2dili
 
Euthanasia dalam perspektif hukum islam
Euthanasia dalam perspektif hukum islamEuthanasia dalam perspektif hukum islam
Euthanasia dalam perspektif hukum islamhanunropi
 

Similar to BomBunuhEutanasia (20)

7. 33020210037_Sekarwati.pdf
7. 33020210037_Sekarwati.pdf7. 33020210037_Sekarwati.pdf
7. 33020210037_Sekarwati.pdf
 
BUNUH DIRI.pdf
BUNUH DIRI.pdfBUNUH DIRI.pdf
BUNUH DIRI.pdf
 
Euthanasia dalam islam bersih
Euthanasia dalam islam bersihEuthanasia dalam islam bersih
Euthanasia dalam islam bersih
 
Tafsir ayat qishos
Tafsir ayat qishosTafsir ayat qishos
Tafsir ayat qishos
 
Maqhasid as syariah dan qishas pemikiran
Maqhasid as syariah dan qishas pemikiranMaqhasid as syariah dan qishas pemikiran
Maqhasid as syariah dan qishas pemikiran
 
Euthanasia : Pandangan Dari Agama Berlainan
Euthanasia : Pandangan Dari Agama BerlainanEuthanasia : Pandangan Dari Agama Berlainan
Euthanasia : Pandangan Dari Agama Berlainan
 
Makalah masailul fiqhiyah euthanasia
Makalah masailul fiqhiyah euthanasiaMakalah masailul fiqhiyah euthanasia
Makalah masailul fiqhiyah euthanasia
 
K.2 PEMBUNUHAN. FIQH JINAYAH.pptx
K.2 PEMBUNUHAN. FIQH JINAYAH.pptxK.2 PEMBUNUHAN. FIQH JINAYAH.pptx
K.2 PEMBUNUHAN. FIQH JINAYAH.pptx
 
Euthanesia
EuthanesiaEuthanesia
Euthanesia
 
Menghindari perilaku tindak kekerasan
Menghindari perilaku tindak kekerasanMenghindari perilaku tindak kekerasan
Menghindari perilaku tindak kekerasan
 
Astina edisi 2
Astina edisi 2Astina edisi 2
Astina edisi 2
 
Biografi victor frankl
Biografi victor franklBiografi victor frankl
Biografi victor frankl
 
s1-2022-180401013-bab2.pdf
s1-2022-180401013-bab2.pdfs1-2022-180401013-bab2.pdf
s1-2022-180401013-bab2.pdf
 
1. 33020210012_Nola Aura Suci.pdf
1. 33020210012_Nola Aura Suci.pdf1. 33020210012_Nola Aura Suci.pdf
1. 33020210012_Nola Aura Suci.pdf
 
File
FileFile
File
 
Islam mewujudkan-kerukunan-antar-uma tppt
Islam mewujudkan-kerukunan-antar-uma tpptIslam mewujudkan-kerukunan-antar-uma tppt
Islam mewujudkan-kerukunan-antar-uma tppt
 
Pluralisme Musuh Agama Agama
Pluralisme Musuh Agama AgamaPluralisme Musuh Agama Agama
Pluralisme Musuh Agama Agama
 
Islam versus-liberalisme
Islam versus-liberalismeIslam versus-liberalisme
Islam versus-liberalisme
 
MODUL 8 ANALISA KB 4 --jurnal_6460b4da78b6c.pdf
MODUL 8 ANALISA KB 4 --jurnal_6460b4da78b6c.pdfMODUL 8 ANALISA KB 4 --jurnal_6460b4da78b6c.pdf
MODUL 8 ANALISA KB 4 --jurnal_6460b4da78b6c.pdf
 
Euthanasia dalam perspektif hukum islam
Euthanasia dalam perspektif hukum islamEuthanasia dalam perspektif hukum islam
Euthanasia dalam perspektif hukum islam
 

More from hanunropi

buku-iqra-6.pdf
buku-iqra-6.pdfbuku-iqra-6.pdf
buku-iqra-6.pdfhanunropi
 
buku-iqra-5.pdf
buku-iqra-5.pdfbuku-iqra-5.pdf
buku-iqra-5.pdfhanunropi
 
buku-iqra-4.pdf
buku-iqra-4.pdfbuku-iqra-4.pdf
buku-iqra-4.pdfhanunropi
 
buku-iqra-3-1.pdf
buku-iqra-3-1.pdfbuku-iqra-3-1.pdf
buku-iqra-3-1.pdfhanunropi
 
buku-iqra-2.pdf
buku-iqra-2.pdfbuku-iqra-2.pdf
buku-iqra-2.pdfhanunropi
 
buku-iqra-1.pdf
buku-iqra-1.pdfbuku-iqra-1.pdf
buku-iqra-1.pdfhanunropi
 
English_Assessment-.pdf
English_Assessment-.pdfEnglish_Assessment-.pdf
English_Assessment-.pdfhanunropi
 
IZHAR HALQI & IKHFA HAQIQI.docx
IZHAR HALQI & IKHFA HAQIQI.docxIZHAR HALQI & IKHFA HAQIQI.docx
IZHAR HALQI & IKHFA HAQIQI.docxhanunropi
 
Istihadhah dan problematikanya dalam kehidupan praktis masyarakat
Istihadhah dan problematikanya dalam kehidupan praktis masyarakatIstihadhah dan problematikanya dalam kehidupan praktis masyarakat
Istihadhah dan problematikanya dalam kehidupan praktis masyarakathanunropi
 
Dirasat ahad al-mujtahidin
Dirasat  ahad al-mujtahidinDirasat  ahad al-mujtahidin
Dirasat ahad al-mujtahidinhanunropi
 
Euthanasia dalam pandangan_etika_secara_agama_isla
Euthanasia dalam pandangan_etika_secara_agama_islaEuthanasia dalam pandangan_etika_secara_agama_isla
Euthanasia dalam pandangan_etika_secara_agama_islahanunropi
 
Euthanasia dalam islam (analisis fiqh dan hukum positif di indonesia)
Euthanasia dalam islam (analisis fiqh dan hukum positif di indonesia)Euthanasia dalam islam (analisis fiqh dan hukum positif di indonesia)
Euthanasia dalam islam (analisis fiqh dan hukum positif di indonesia)hanunropi
 
Maqasid syariah hukum kehadiran pesakit pandemik ke solat jumaat
Maqasid syariah hukum kehadiran pesakit pandemik ke solat jumaatMaqasid syariah hukum kehadiran pesakit pandemik ke solat jumaat
Maqasid syariah hukum kehadiran pesakit pandemik ke solat jumaathanunropi
 
Hukum tarian poco
Hukum tarian pocoHukum tarian poco
Hukum tarian pocohanunropi
 
Perbincangan tentang isu Fiqh covid-19
Perbincangan tentang isu Fiqh covid-19 Perbincangan tentang isu Fiqh covid-19
Perbincangan tentang isu Fiqh covid-19 hanunropi
 
Kompilasi muzakarah mki_2016
Kompilasi muzakarah mki_2016Kompilasi muzakarah mki_2016
Kompilasi muzakarah mki_2016hanunropi
 
Objek dan fungsi majlis kebangsaan
Objek dan fungsi majlis kebangsaanObjek dan fungsi majlis kebangsaan
Objek dan fungsi majlis kebangsaanhanunropi
 
Hukum dan kaedah orang yang daimul hadas mengerjakan solat
Hukum dan kaedah orang yang daimul hadas mengerjakan solat Hukum dan kaedah orang yang daimul hadas mengerjakan solat
Hukum dan kaedah orang yang daimul hadas mengerjakan solat hanunropi
 

More from hanunropi (18)

buku-iqra-6.pdf
buku-iqra-6.pdfbuku-iqra-6.pdf
buku-iqra-6.pdf
 
buku-iqra-5.pdf
buku-iqra-5.pdfbuku-iqra-5.pdf
buku-iqra-5.pdf
 
buku-iqra-4.pdf
buku-iqra-4.pdfbuku-iqra-4.pdf
buku-iqra-4.pdf
 
buku-iqra-3-1.pdf
buku-iqra-3-1.pdfbuku-iqra-3-1.pdf
buku-iqra-3-1.pdf
 
buku-iqra-2.pdf
buku-iqra-2.pdfbuku-iqra-2.pdf
buku-iqra-2.pdf
 
buku-iqra-1.pdf
buku-iqra-1.pdfbuku-iqra-1.pdf
buku-iqra-1.pdf
 
English_Assessment-.pdf
English_Assessment-.pdfEnglish_Assessment-.pdf
English_Assessment-.pdf
 
IZHAR HALQI & IKHFA HAQIQI.docx
IZHAR HALQI & IKHFA HAQIQI.docxIZHAR HALQI & IKHFA HAQIQI.docx
IZHAR HALQI & IKHFA HAQIQI.docx
 
Istihadhah dan problematikanya dalam kehidupan praktis masyarakat
Istihadhah dan problematikanya dalam kehidupan praktis masyarakatIstihadhah dan problematikanya dalam kehidupan praktis masyarakat
Istihadhah dan problematikanya dalam kehidupan praktis masyarakat
 
Dirasat ahad al-mujtahidin
Dirasat  ahad al-mujtahidinDirasat  ahad al-mujtahidin
Dirasat ahad al-mujtahidin
 
Euthanasia dalam pandangan_etika_secara_agama_isla
Euthanasia dalam pandangan_etika_secara_agama_islaEuthanasia dalam pandangan_etika_secara_agama_isla
Euthanasia dalam pandangan_etika_secara_agama_isla
 
Euthanasia dalam islam (analisis fiqh dan hukum positif di indonesia)
Euthanasia dalam islam (analisis fiqh dan hukum positif di indonesia)Euthanasia dalam islam (analisis fiqh dan hukum positif di indonesia)
Euthanasia dalam islam (analisis fiqh dan hukum positif di indonesia)
 
Maqasid syariah hukum kehadiran pesakit pandemik ke solat jumaat
Maqasid syariah hukum kehadiran pesakit pandemik ke solat jumaatMaqasid syariah hukum kehadiran pesakit pandemik ke solat jumaat
Maqasid syariah hukum kehadiran pesakit pandemik ke solat jumaat
 
Hukum tarian poco
Hukum tarian pocoHukum tarian poco
Hukum tarian poco
 
Perbincangan tentang isu Fiqh covid-19
Perbincangan tentang isu Fiqh covid-19 Perbincangan tentang isu Fiqh covid-19
Perbincangan tentang isu Fiqh covid-19
 
Kompilasi muzakarah mki_2016
Kompilasi muzakarah mki_2016Kompilasi muzakarah mki_2016
Kompilasi muzakarah mki_2016
 
Objek dan fungsi majlis kebangsaan
Objek dan fungsi majlis kebangsaanObjek dan fungsi majlis kebangsaan
Objek dan fungsi majlis kebangsaan
 
Hukum dan kaedah orang yang daimul hadas mengerjakan solat
Hukum dan kaedah orang yang daimul hadas mengerjakan solat Hukum dan kaedah orang yang daimul hadas mengerjakan solat
Hukum dan kaedah orang yang daimul hadas mengerjakan solat
 

Recently uploaded

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 

Recently uploaded (20)

Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 

BomBunuhEutanasia

  • 1. 134 Ahmad Thobroni ulul albab: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam Bom Bunuh Diri dan Eutanasia dalam Tinjauan Hukum Islam Ahmad Thobroni Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA), Semarang Email: ahmad.thobroni@unissula.ac.id Abstract Death is a certainty for every living being. But lately it became a polemic itself when the outbreak of several cases about death between natural deaths with a desire to end his life with some reasons for certain good medical factors commonly referred to as euthanasia and ideology that often occur with suicide bombing. This study aims to reveal some views of Islamic scholars about some of the factors of death above and how the law by using qualitative methods. The results of this study reveal that some scholars and doctors' views permit passive (negative) euthanasia, while suicide bombing may, but it can be illegitimate if it goes beyond the limit and harms Muslims in general. Keywords: Suicide Bom, Euthanasia, Islamic Law. Abstrak Kematian adalah suatu kepastian bagi setiap makhluk hidup. Namun akhir-akhir ini menjadi polemik tersendiri ketika merebaknya beberapa kasus tentang kematian antara kematian yang bersifat alamiah dengan seakan bersifat keinginan mengakhiri kehidupannya dengan beberapa sebab alasan tertentu baik faktor medis yang biasa disebut dengan eutanasia maupun ideologi yang sering terjadi dengan bom bunuh diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap beberapa pandangan para ulama Islam tentang beberapa faktor kematian diatas dan bagaimana hukumnya dengan menggunakan metode kualitatif. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa beberapa pandangan ulama dan dokter memperbolehkan eutanasia pasif (negatif), sedankan hukum bom bunuh  Dosen Jurusan Syariah, Fakultas Agama Islam, UNISSULA. Available at: http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/ua
  • 2. Bom Bunuh Diri dan Eutanasia .. . 135 Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 134-151 diri boleh, namun dapat berubah hukumnya menjadi haram bila melampaui batas dan merugikan umat Islam secara umum. Kata Kunci: Bom Bunuh Diri, Eutanasia, Hukum Islam. Pendahuluan erjuangan tidak pernah mengenal kata akhir, namun cara berjuang tiap umat seringkali mengalami perubahan searah dengan perubahan sarana-sarana perang. Pada tahun-tahun terakhir, sering terdengar upaya beberapa kelompok muslim yang melakukan bom bunuh diri atau juga dikenal sebagai suicide bombing dan human bombing atau bom manusia. Secara umum ada dua reaksi para ulama dalam menyikapinya, sebagian melarang dan sebagian lagi memuji. Kedua kelompok tersebut sama-sama menyertakan argumen- argumennya, baik secara naqly maupun ‘aqly. Kejelasan hukum syara’ sangat dibutuhkan dalam masalah yang amat krusial ini. Hal tersebut dikarenakan perbedaan yang ada cukup tajam dan mengandung berbagai implikasinya baik di dunia maupun di akhirat. Bagi mereka yang menganggap aksi bom manusia sebagai aksi bunuh diri (Ñamaliyah al-intihariyah), maka implikasi kepada para pelakunya ialah tidak diberlakukan hukum-hukum mati syahid, namun dipandang sebagai orang hina karena berputus asa menghadapi kesulitan hidup. Di akhirat, pelakunya dianggap akan masuk neraka, karena telah bunuh diri. Sedangkan bagi mereka yang menganggap aksi bom bunuh diri sebagai aksi mati syahid (‘amaliyat al-ishtishhadiyah), maka implikasi kepada para pelakunya adalah diberlakukan hukum- hukum mati syahid. Dia dianggap sebagai pahlawan dan teladan keberanian yang patut dicontoh, kemudian di akhirat akan masuk surga. P
  • 3. 136 Ahmad Thobroni ulul albab: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam Karena hidup dan mati ada di tangan Tuhan, serta merupakan karunia dan wewenang Tuhan, maka Islam melarang orang melakukan pembunuhan, baik terhadap orang lain (kecuali dengan alasan yang dibenarkan oleh agama) maupun terhadap dirinya sendiri (bunuh diri) dengan alasan apapun. Hukum bunuh diri dan eutanasia masih dipersoalkan dikalangan masyarakat. Pro-kontra inilah yang mendorong penulis untuk memilih tema hukum bom bunuh diri dan eutanasia dalam tinjauan hukum Islam. Definisi Bom Bunuh Diri dan Eutanasia Kata bom berasal dari bahasa Yunani βόμβος (bombos), sebuah istilah yang meniru suara ledakan ‘bom’ dalam bahasa tersebut. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai senjata peledak; peluru besar yang isinya mampu meledak. Bunuh diri (dalam bahasa Inggris: suicide; dalam budaya Jepang dikenal dengan istilah harakiri) adalah tindakan mengakhiri hidup sendiri tanpa bantuan aktif orang lain. Bunuh diri adalah mematikan diri sendiri, sedangkan bom bunuh diri yaitu seseorang yang bunuh diri menggunakan alat peledak dalam rangka memenuhi ambisinya. Biasanya bom bunuh diri dilakukan pada situasi perang yang sudah tidak menemukan jalan lagi, dalam arti jalan buntu untuk dapat mengalahkan musuhnya. Bom adalah alat yang menghasilkan ledakan yang mengeluarkan energi secara besar dan cepat. Ledakan yang dihasilkan menyebabkan kehancuran dan kerusakan terhadap benda mati dan benda hidup di sekitarnya. Bom bunuh diri atau juga dikenal sebagai bom manusia (human bombing) menurut Nawaf Hail Takruri adalah aktivitas seorang (mujahid) mengisi tas atau mobilnya dengan bahan peledak, atau melilitkan bahan peledak pada tubuhnya, kemudian menyerang musuh di tempat mereka berkumpul,
  • 4. Bom Bunuh Diri dan Eutanasia .. . 137 Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 134-151 hingga orang tersebut kemungkinan besar ikut terbunuh.1 Adapun menurut Muhammad Tha’mah Al-Qadah, bom bunuh diri adalah aktivitas seorang mujahid yang melemparkan dirinya pada kematian untuk melaksanakan tugas berat, dengan kemungkinan besar tidak selamat, akan tetapi dapat memberi manfaat besar bagi kaum muslimin.2 Bom bunuh diri yaitu kegiatan bunuh diri yang dilatarbelakangi keyakinan oleh pelaku bahwa perbuatan tersebut merupakan salah satu bentuk perjuangan untuk memperjuangkan kebenaran. Dalam bahasa arab, bom bunuh diri disebut intihaar, yang berasal dari kata kerja nahara yang berarti menyembelih (dzabaha) dan membunuh (qatala). Artinya seseorang menyembelih dan membunuh dirinya sendiri.3 Eutanasia berasal dari kata “eu” artinya baik, bagus dan “thanatos” artinya mati. Jadi eutanasia artinya mati yang baik tanpa melalui proses kematian dengan rasa sakit atau penderitaan yang berlarut-larut. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa eutanasia adalah usaha dan bantuan yang dilakukan untuk mempercepat kematian seseorang yang menurut perkiran sudah hampir mendekati kematian, dengan tujuan untuk meringankan atau membebaskannya dari penderitaannya.4 Euthanasia dapat dibagi pada dua macam, yaitu eutanasia aktif dan eutanasia pasif. Berikut penjelasannya: 1. Eutanasia aktif (Positif) 1 Nawaf hail Takfuri, Aksi Bunuh Diri atau Mati Syahid (al-Amaliyat al- Istisyhidiyah fi al-Mizan al-Fiqhi), (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2002), 320. 2 Muhammad Tha’mah al-Qadah, Aksi Bom Syahid dalam Pendangan Hukum Islam (al-Mughamarat bi an-Nafsi fi al-Qital wa Hukmuha fi al-Islam), (Bandung: Pustaka Umat, 2002), 17. 3 Sulaiman al-Husain, Mengapa Harus Bunuh Diri, (Jakarta: Qisthi Press, 2005), 7. 4 M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah al-Haditsah, (Jakarta: Rajawali Press, 1995), 32.
  • 5. 138 Ahmad Thobroni ulul albab: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam Yaitu apabila seorang dokter melihat pasiennya dalam keadaan penderitaan yang sangat berat, karena penyakitnya yang sulit disembuhkan dan menurut pendapatnya penyakit tersebut akan mengakibatkan kematian, dan karena rasa kasihan terhadap si penderita ia melakukan penyuntikan untuk mempercepat kematiannya. Firman Allah SWT: ‫ا‬َ‫ج‬ِ‫ت‬ َ‫ن‬‫و‬ُ‫ك‬َ‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ َّ‫َل‬ِ‫إ‬ ِ‫ل‬ِ‫اط‬َ‫ب‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ْ‫َم‬‫أ‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ك‬ْ‫أ‬َ‫ت‬ َ‫َل‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ن‬َ‫م‬َ‫آ‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫َي‬‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬ً‫ة‬َ‫ر‬ 5 ‫ا‬ً‫يم‬ِ‫ح‬َ‫ر‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ب‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬َ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫س‬ُ‫ف‬ْ‫َن‬‫أ‬‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ َ‫َل‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ ٍ‫اض‬َ‫ر‬َ‫ت‬ ْ‫ن‬َ‫ع‬ "…… dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang" 2. Eutanasia Pasif (Negatif) Yaitu apabila dokter tidak memberikan bantuan secara aktif untuk mempercepat proses kematian pasien.6 Jika seorang pasien menderita penyakit dalam stadium terminal, yang menurut pendapat dokter sudah tidak mungkin lagi disembuhkan, maka kadang-kadang pihak keluarga karena tidak tega melihat seorang anggota keluarganya berlama- lama menderita di rumah sakit, lalu meminta kepada dokter untuk menghentikan pengobatan. Akibatnya si penderita akhirnya meninggal. Firman Allah SWT: َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬َ‫ه‬ُّ‫َي‬‫أ‬ ‫ا‬َ‫ي‬‫آ‬ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ان‬َ‫و‬ْ‫خ‬ِِ‫ِل‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬‫ا‬َ‫ق‬َ‫و‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ر‬َ‫ف‬َ‫ك‬ َ‫ين‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬َ‫ك‬‫ا‬‫و‬ُ‫ن‬‫و‬ُ‫ك‬َ‫ت‬ َ‫َل‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ن‬َ‫م‬ِِ ‫ا‬‫و‬ُ‫ب‬َ‫ر‬ََ ‫ا‬ََِ‫إ‬ ‫ى‬ًّ‫ز‬ُ‫غ‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ ْ‫َو‬‫أ‬ ِ‫ض‬ْ‫َر‬ْ‫اْل‬‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ِ‫ت‬ُ‫ق‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ت‬‫ا‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫م‬ ‫ا‬َ‫ن‬َ‫د‬ْ‫ن‬ِ‫ع‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ ْ‫و‬َ‫ل‬َ‫ع‬ْ‫ج‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ََ ِ‫ل‬ََ ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ َ‫ل‬ ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬َ‫و‬ ُ‫يت‬ِ‫م‬ُ‫ي‬َ‫و‬ ِ‫ي‬ْ‫ح‬ُ‫ي‬ ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬َ‫و‬ ْ‫م‬ِ‫ه‬ِ‫ب‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ق‬ ِِ ً‫ة‬َ‫ر‬ْ‫س‬َ‫ح‬‫ير‬ِ‫ص‬َ‫ب‬ َ‫ن‬‫و‬ُ‫ل‬َ‫م‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ ‫ا‬َ‫م‬ِ‫ب‬7 "……. Allah menghidupkan dan mematikan dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan". 5 An-Nisa: 29. 6 Abu Yasid, Fiqh Realitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), 212-213. 7 Ali Imron: 156.
  • 6. Bom Bunuh Diri dan Eutanasia .. . 139 Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 134-151 Contohnya: seorang penderita kanker ganas merasakan sakit yang luar biasa hingga penderita pingsan. Menurut pengetahuan medis, orang yang sakit ini tidak ada harapan untuk bisa hidup normal lagi (tidak ada harapan hidup). Sehingga orang yang sakit tersebut dibiarkan mati secara alamiah. Karena walaupun peralatan medis digunakan, sudah tidak berfungsi lagi bagi pasien. Pendapat Ulama Mengenai Bom Bunuh Diri dan Eutanasia Di antara ulama masa kini yang memperbolehkan bom bunuh diri adalah:8 1. Prof. Dr. Muhammad Az-Zuhaili (Dekan Fakultas Syariah Universitas Damaskus) 2. Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili (Ketua Jurusan Fiqih dan Ushul Fiqih Fakultas Syariah Universitas Damaskus) 3. Dr. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi (Ketua Jurusan Theologi dan Perbandingan Agama Fakultas Syariah Universitas Damaskus) 4. Dr. Ali Ash-Shawi (Mantan Ketua Jurusan Fiqih dan Perundang-undangan Fakultas Syariah Universitas Yordania) 5. Dr. Hamam Said (Dosen Fakultas Syariah Universitas Yordania dan anggota Parlemen Yordania) 6. Dr. Agil An-Nisyami (Dekan Fakultas Syariah Universitas Kuwait) 7. Dr. Abdur Raziq Asy-Syaiji (Guru Besar Fakultas Syariah Univesitas Kuwait) 8. Syaikh Qurra Asy-Syam Asy-Syaikh Muhammad Karim Rajih (ulama Syiria) 9. Syaikhul Azhar (Syaikh Muhammad Sayyed Tanthawi) 10. Syaikh Muhammad Mutawalli Sya’rawi (ulama Mesir) 8 Ibid, 49.
  • 7. 140 Ahmad Thobroni ulul albab: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam 11. Fathi Yakan (aktivis dakwah Ikhwanul Muslimin) 12. Dr. Syaraf Al-Qadah (ulama Yordania) 13. Dr. Yusuf Al-Qaradhawi (ulama Qatar) 14. Dr. Muhammad Khair Haikal (aktivis dakwah Hizbut Tahrir) 15. Syaikh Abdullah bin Hamid (Mantan Hakim Agung Makkah Al-Mukarramah) Sementara itu ulama kontemporer yang mengharamkan aksi bom manusia antara lain: 1. Syaikh Nashiruddin Al-Albani (ulama Arab Saudi) 2. Syaikh Shaleh Al-Utsaimin (ulama Arab Saudi) 3. Syaikh Hasan Ayyub 4. Hai’ah Kibarul Ulama (Majelis Ulama Senior Arab Saudi) yang diketuai oleh ‘Abdul-Aziz bin Abdullaah bin Muhammad Aal ash-Shaykh yang beranggotakan 16 ulama terkemuka seperti Salih bin Muhammad al-Lahaidaan, Abdullah bin Sulaiman al-Muni’, Abdullah bin Abdurahman al-Ghudayan dan lain-lain. 5. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Alasan-alasan kelompok yang mengharamkan antara lain: 1. Sabda Rasulullah SAW tentang bunuh diri dalam beragam hadis yang redaksinya beragam dan telah tersebar luas. Di antaranya adalah: َ‫و‬َ‫م‬ْ‫ن‬َ‫ق‬َ‫ت‬َ‫ل‬َ‫ن‬ْ‫ف‬َ‫س‬ُ‫ه‬ِ‫ب‬َ‫ش‬ْ ٍ‫ء‬ُ‫ع‬ِ‫ذ‬َ‫ب‬ِ‫ب‬ِ‫ه‬َ‫ي‬ْ‫و‬ُ‫م‬ِ‫الق‬َ‫ي‬َ‫ام‬ِ‫ة‬ “Barangsiapa membunuh dirinya sendiri di dunia dengan cara apapun, maka Allah akan menghukum dia dengan hal yang sama (yang dia lakukan yang menyebabkan dia terbunuh) di hari kiamat” 2. Kegiatan ini mengandung sifat membunuh orang-orang yang hidup, yang syari’ah Islam melindunginya.
  • 8. Bom Bunuh Diri dan Eutanasia .. . 141 Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 134-151 3. Kegiatan ini mengakibatkan kerusakan di bumi, mengandung unsur perusakan harta benda dan apa-apa yang dimiliki, sementara hal itu dilindungi. 4. Bom bunuh diri hukumnya haram karena merupakan salah satu bentuk tindakan keputus-asaan (al-ya’su) dan mencelakakan diri sendiri (ihlak an-nafs), baik dilakukan di daerah damai (dar al-shulh/dar al-salam/dar al-da’wah) maupun di daerah perang (dar al-harb).9 5. Bom bunuh diri menodai citra Islam. Pendapat Ulama tentang Eutanasia Ajaran Islam memberi petunjuk yang pasti tentang kematian. Dalam Islam ditegaskan bahwa semua bentuk kehidupan merupakan ciptaan Allah akan mengalami kebinasaan, kecuali Allah sendiri sebagai sang pencipta. Allah SWT berfirman: “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nya lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan”. Islam mengajarkan bahwa kematian datang dengan tidak seorang pun yang dapat memperlambat atau mempercepatnya. Allah menyatakan bahwa kematian hanya terjadi dengan izin-Nya dan kapan saat kematian itu tiba telah ditentukan waktunya oleh Allah. Dalam Islam kematian adalah sebuah gerbang menuju kehidupan abadi (akhirat) di mana setiap manusia harus mempertanggung-jawabkan perbuatannya selama hidup di dunia di hadapan Allah SWT. Kode etik kedokteran Islami yang disahkan oleh Konferensi Internasional Pengobatan Islam yang pertama (The First International Conference of Islamic Medical) menyatakan: bahwa eutanasia aktif sama halnya dengan bunuh diri (tidak dibenarkan) sesuai dengan firman Allah: “Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu”. Kesabaran dan ketabahan terhadap rasa 9 http://www.mui.or.id/mui_in/fatwa.php?id=148
  • 9. 142 Ahmad Thobroni ulul albab: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam sakit dan penderitaan sangat dihargai dan mendapat pahala yang besar dalam Islam. Sabda Rasulullah SAW, “Tidaklah menimpa kepada seseorang muslim suatu musibah, baik kesulitan, sakit, kesedihan, kesusahan maupun penyakit, bahkan dari yang menusuknya, kecuali Allah menghapuskan kesalahan atau dosanya dengan musibah yang dicobakannya itu” (HR. Bukhari Muslim). Di antara masalah yang sudah terkenal di kalangan Ulama syara’ ialah bahwa mengobati atau berobat dari penyakit tidak wajib hukumnya, pendapat ini dikemukakan menurut Jumhur Fuqaha dan Imam-Imam mazhab. Bahkan menurut mereka, mengobati atau berobat ini hanya segolongan kecil yang mewajibkannya. Sahabat-sahabat Imam syafi’i, Imam Ahmad dan sebagian Ulama menganggap bahwa mengobati itu sunnah. Para Ulama berbeda pendapat mengenai mana yang lebih utama. Berobat ataukah bersabar? Di antara mereka ada yang berpendapat bahwa bersabar (tidak berobat) itu lebih utama, berdasarkan hadits 'Atho bin robaah yang diriwayatkan dalam kitab sahih dari seorang wanita yang ditimpa penyakit ayan dan auratnya sering terbuka, wanita itu meminta kepada Nabi SAW agar mendoakannya, lalu beliau menjawab “Jika engkau mau bersabar (maka bersabarlah) engkau akan mendapat surga; jika engkau mau, maka saya doakan kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu. Wanita itu menjawab aku akan bersabar. Sebenarnya saya tadi ingin dihilangkan penyakit saja, oleh karena itu doakanlah kepada Allah agar saya tidak minta dihilangkan penyakit saya. Lalu Nabi mendoakan orang itu agar tidak meminta dihilangkan penyakitnya”. Hadist tersebut menunjukkan bahwa boleh meninggalkan berobat dalam kondisi seperti yang wanita itu alami yaitu saat masih kuat menahan penyakitnya (Fatwa Syaikh Sholeh Al Munajjid no. 8197). Dalam kaitan ini Imam Abu Hamid Al-Ghazali membantah orang yang berpendapat bahwa tidak berobat itu
  • 10. Bom Bunuh Diri dan Eutanasia .. . 143 Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 134-151 lebih utama dalam keadaan apapun. Pendapat fuqaha yang lebih popular mengenai masalah berobat atau tidak bagi orang sakit adalah: sebagian besar di antara mereka berpendapat mubah, sebagian kecil menganggapnya sunnah, dan sebagian kecil lagi (lebih sedikit) berpendapat wajib. Jadi pendapat dari sejumlah fuqaha, para ahli (dokter), dan ahli fiqh lainnya memperbolehkan eutanasia pasif (negatif). Dasar Hukum Bom Bunuh Diri dan Eutanasia Di dalam al-Qur’an surat al-mulk ayat 2, Allah SWT berfirman: َ‫ة‬‫ا‬َ‫ي‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬َ‫و‬ َ‫ت‬ْ‫و‬َ‫م‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ق‬َ‫ل‬َ‫خ‬ ‫ي‬ِ‫ذ‬َّ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬ ً‫ًل‬َ‫م‬َ‫ع‬ ُ‫ن‬َ‫س‬ْ‫َح‬‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُّ‫ي‬َ‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫و‬ُ‫ل‬ْ‫ب‬َ‫ي‬ِ‫ل‬ُ‫يز‬ِ‫ز‬ ُ‫ور‬ُ‫ف‬َ‫غ‬ْ‫ل‬‫ا‬ Diingatkan bahwa hidup dan mati adalah di tangan tuhan yang Ia ciptakan untuk menguji iman, amalan, dan ketaatan manusia terhadap tuhan penciptanya. Karena itu, Islam sangat memperhatikan keselamatan hidup dan kehidupan manusia sejak ia berada di rahim ibunya sampai sepanjang hidupnya. Kemudian untuk melindungi keselamatan hidup dan kehidupan manusia itu, Islam menetapkan berbagai norma hukum perdata dan pidana beserta sanksi-sanksi hukumannya, baik di dunia berupa hukuman had dan qishas termasuk hukuman mati, diyat (denda), atau ta’zir ialah hukuman yang ditetapkan oleh ulul amr atau lembaga peradilan, maupun hukuman di akhirat berupa siksaan Tuhan di neraka kelak.10 Karena hidup dan mati itu ada di tangan tuhan dan merupakan karunia serta wewenang tuhan, maka Islam melarang orang melakukan pembunuhan, baik terhadap orang lain (kecuali dengan alasan yang dibenarkan oleh agama) maupun terhadap dirinya sendiri (bunuh diri) dengan alasan 10 Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqhiyah, (Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 1997), 45.
  • 11. 144 Ahmad Thobroni ulul albab: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam apapun. Ayat Al-Qur’an dan Hadits-Hadits tersebut di atas dengan jelas menunjukkan bahwa bunuh diri itu dilarang keras oleh Islam dengan alasan apapun. Misalnya, seorang menderita AIDS atau kanker tahap akhir yang sudah tak ada harapan sembuh secara medis dan telah kehabisan harta untuk biaya pengobatannya.11 Islam tetap tidak memperbolehkan si penderita menghabisi nyawanya, baik dengan tangannya sendiri (bunuh diri dengan minum racun atau menggantung diri dan sebagainya) maupun dengan bantuan orang lain, sekalipun dokter dengan cara memberi suntikan atau obat yang dapat mempercepat kematiannya (eutanasia positif), atau dengan cara menghentikan segala pertolongan terhadap si penderita termasuk pengobatannya (eutanasia negatif). Sebab penderita yang menghabisi nyawanya dengan tangannya sendiri atau dengan bantuan orang lain itu berarti ia mendahului atau melanggar kehendak dan wewenang tuhan; padahal seharusnya ia bersikap sabar dan tawakal menghadapi musibah, seraya tetap berikhtiar mengatasi musibah dan berdoa kepada Allah yang maha kuasa, semoga Allah berkenan memberi ampunan kepadanya dan memberi kesehatan kembali, apabila hidupnya masih bermanfaat dan lebih baik baginya. Menurut hukum pidana Islam, orang yang menganjurkan/menyetujui/membantu seseorang yang membunuh diri adalah berdosa dan dapat dikenakan hukuman ta’zir. Demikian pula apabila orang gagal melakukan bunuh diri, sekalipun dibantu orang lain, maka semuanya dapat dikenakan hukuman ta’zir. Berat ringannya hukuman ta’zir itu diserahkan sepenuhnya kepada hakim yang mengadili perkara untuk menjatuhkan hukuman yang sesuai dengan tindak 11 Luthfi Assyaukanie, Politik, HAM, dan Isu-Isu Teknologi dalam Fikih Kontemporer, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1998), 180.
  • 12. Bom Bunuh Diri dan Eutanasia .. . 145 Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 134-151 pidananya, pelakunya, dan situasi dan kondisinya di mana tindak pidana itu terjadi. Penyebab utama terjadinya bunuh diri di masyarakat menurut hemat penulis adalah karena kurang iman dan kurang percaya pada diri sendiri. Karena itu, untuk menangkalnya harus diintensifkan pendidikan agama sejak masa kanak-kanak dan ditingkatkan dakwah Islamiyah kepada seluruh lapisan masyarakat Islam guna peningkatan iman, ibadah, dan takwanya kepada Allah yang maha kuasa. Dasar hukum Eutanasia Islam menghormati dan menjunjung tinggi hak hidup. Bagi manusia, setiap perbuatan menghilangkan hidup, baik oleh orang lain maupun oleh diri sendiri dilarang dengan tegas dalam Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Dalam kitab suci Al-Qur’an banyak ayat-ayat yang melarang pembunuhan, bahkan mengancamnya dengan hukuman. Ayat-ayat tersebut antara lain : 1. Surat An-Nisa ayat 92 َ‫ط‬َ‫خ‬ َّ‫َل‬ِ‫إ‬ ‫ا‬ً‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ َ‫ل‬ُ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ ٍ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ِ‫ل‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬ً‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ َ‫ل‬َ‫ت‬َ‫ق‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ ً‫أ‬ٍ‫ة‬َ‫ب‬َ‫ق‬َ‫ر‬ ُ‫ير‬ِ‫ر‬ْ‫ح‬َ‫ت‬َِ ً‫أ‬َ‫ط‬َ‫خ‬ ‫ا‬ ُ‫د‬َ‫ع‬ ٍ‫م‬ْ‫و‬َ‫ق‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬َِ ‫ا‬‫و‬ُ‫ق‬َّ‫د‬َّ‫ص‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫أ‬ َّ‫َل‬ِ‫إ‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫َه‬‫أ‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ة‬َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ُ‫م‬ ‫ة‬َ‫ي‬ِ‫د‬َ‫و‬ ٍ‫ة‬َ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ل‬ ٍّ ‫و‬ َ‫ب‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ب‬ ٍ‫م‬ْ‫و‬َ‫ق‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ٍ‫ة‬َ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ ٍ‫ة‬َ‫ب‬َ‫ق‬َ‫ر‬ ُ‫ير‬ِ‫ر‬ْ‫ح‬َ‫ت‬َِ ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ َ‫و‬ُ‫ه‬َ‫و‬ْ‫ي‬‫ة‬َ‫ي‬ِ‫د‬َِ ٌ‫ا‬ََ‫ي‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ن‬ ْ‫ه‬َ‫ش‬ ُ‫ام‬َ‫ي‬ِ‫ص‬َِ ْ‫د‬ِ‫ج‬َ‫ي‬ ْ‫م‬َ‫ل‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َِ ٍ‫ة‬َ‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ ٍ‫ة‬َ‫ب‬َ‫ق‬َ‫ر‬ ُ‫ير‬ِ‫ر‬ْ‫ح‬َ‫ت‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ِ‫ل‬ْ‫َه‬‫أ‬ ‫ى‬َ‫ل‬ِ‫إ‬ ‫ة‬َ‫م‬َّ‫ل‬َ‫س‬ُ‫م‬ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ع‬ِ‫ب‬‫ا‬َ‫ت‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫ر‬ ً‫يم‬ِ‫ك‬َ‫ح‬ ‫ا‬ً‫يم‬ِ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬َ‫و‬ ِ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ً‫ة‬َ‫ب‬ْ‫و‬َ‫ت‬‫ا‬ Artinya : “Dan tidak boleh seorang mukmin membunuh mukmin yang lain, kecuali karena kesalahan. Barang siapa membunuh orang mukmin karena kesalahan, maka ia wajib memerdekakan hamba sahaya yang mukmin dan membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya, (si terbunuh), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) menyedekahkannya”. 2. Surat An-Nisa ayat 93
  • 13. 146 Ahmad Thobroni ulul albab: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam َ‫ن‬َ‫ع‬َ‫ل‬َ‫و‬ ِ‫ه‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ َ‫ب‬ِ‫ض‬َ‫غ‬َ‫و‬ ‫ا‬َ‫يه‬ِِ ‫ا‬ً‫د‬ِ‫ال‬َ‫خ‬ ُ‫َّم‬‫ن‬َ‫ه‬َ‫ج‬ ُ‫ه‬ُ‫اؤ‬َ‫ز‬َ‫ج‬َِ ‫ا‬ً‫د‬ِّ‫م‬َ‫ع‬َ‫ت‬ُ‫م‬ ‫ا‬ً‫ن‬ِ‫م‬ْ‫ؤ‬ُ‫م‬ ْ‫ل‬ُ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ُ‫ه‬ ‫ا‬ً‫يم‬ِ‫ظ‬َ‫ع‬ ‫ا‬ً‫اب‬َ‫ذ‬َ‫ع‬ ُ‫ه‬َ‫ل‬ َّ‫د‬َ‫َع‬‫أ‬َ‫و‬ Artinya : “Barang siapa yang membunuh orang mukmin dengan sengaja maka balasannya ialah neraka jahanam, ia kekal di dalamnya. Allah mengutuknya dan menyediakan baginya siksaan yang pedih”. 3. Surat Al-Isra ayat 31 ُ‫ه‬َ‫ل‬ْ‫ت‬َ‫ق‬ َّ‫ن‬ِ‫إ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ا‬َّ‫ي‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬ُ‫ق‬ُ‫ز‬ْ‫ر‬َ‫ن‬ ُ‫ن‬ْ‫ح‬َ‫ن‬ ٌٍ َ‫ًل‬ْ‫م‬ِ‫إ‬ َ‫ة‬َ‫ي‬ْ‫ش‬َ‫خ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫د‬ َ‫َل‬ْ‫َو‬‫أ‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ َ‫َل‬َ‫و‬‫ا‬ً‫ئ‬ْ‫ط‬ِ‫خ‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ْ‫م‬ َ‫ك‬‫ا‬ً‫ير‬ِ‫ب‬ Artinya : “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu Karena takut miskin. Kami yang memberi rizeki kepada mereka dan kamu sekalian. Sesungguhnya membunuh mereka merupakan dosa yang besar”. 4. Surat Al-Isra ayat 33 َّ‫ر‬َ‫ح‬ ِ‫ت‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫س‬ْ‫ف‬َّ‫الن‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ َ‫َل‬َ‫و‬ِ‫ت‬ُ‫ق‬ ْ‫ن‬َ‫م‬َ‫و‬ ِّ‫ق‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬ َّ‫َل‬ِ‫إ‬ ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ َ‫م‬‫ا‬َ‫ن‬ْ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ج‬ ْ‫د‬َ‫ق‬َِ ‫ا‬ً‫وم‬ُ‫ل‬ْ‫ظ‬َ‫م‬ َ‫ل‬ ً‫ور‬ُ‫ص‬ْ‫ن‬َ‫م‬ َ‫ن‬‫ا‬َ‫ك‬ُ‫َّه‬‫ن‬ِ‫إ‬ ِ‫ل‬ْ‫ت‬َ‫ق‬ْ‫ل‬‫ا‬ ِِ ْ‫ف‬ِ‫ر‬ْ‫س‬ُ‫ي‬ َ‫ًل‬َِ ‫ا‬ً‫ن‬‫ا‬َ‫ط‬ْ‫ل‬ُ‫س‬ ِ‫ه‬ِّ‫ي‬ِ‫ل‬َ‫و‬ِ‫ل‬‫ا‬ Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah, kecuali dengan hak”. 5. Surat Al-An’am ayat 151 ْ‫ل‬‫ا‬ِ‫ب‬َ‫و‬ ‫ا‬ً‫ئ‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ك‬ِ‫ر‬ْ‫ش‬ُ‫ت‬ َّ‫ََل‬‫أ‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ْ‫ي‬َ‫ل‬َ‫ع‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُّ‫ب‬َ‫ر‬ َ‫م‬َّ‫ر‬َ‫ح‬ ‫ا‬َ‫م‬ ُ‫ل‬ْ‫ت‬َ‫أ‬ ‫ا‬ْ‫و‬َ‫ل‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ت‬ ْ‫ل‬ُ‫ق‬‫ا‬ً‫ن‬‫ا‬َ‫س‬ْ‫ح‬ِ‫إ‬ ِ‫ن‬ْ‫ي‬َ‫د‬ِ‫ال‬َ‫و‬ ْ‫ل‬‫ا‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ب‬َ‫ر‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ َ‫َل‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫اه‬َّ‫ي‬ِ‫إ‬َ‫و‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬ُ‫ق‬ُ‫ز‬ْ‫ر‬َ‫ن‬ ُ‫ن‬ْ‫ح‬َ‫ن‬ ٌٍ َ‫ًل‬ْ‫م‬ِ‫إ‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َ‫د‬ َ‫َل‬ْ‫َو‬‫أ‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ َ‫َل‬َ‫و‬‫ا‬َ‫م‬ ََِ‫اح‬َ‫و‬َ‫ف‬ َ‫و‬ ‫ا‬َ‫ه‬ْ‫ن‬ِ‫م‬ َ‫ر‬َ‫ه‬َ‫ظ‬ِ‫ب‬ َّ‫َل‬ِ‫إ‬ ُ‫ه‬َّ‫ل‬‫ال‬ َ‫م‬َّ‫ر‬َ‫ح‬ ِ‫ت‬َّ‫ل‬‫ا‬ َ‫س‬ْ‫ف‬َّ‫الن‬ ‫ا‬‫و‬ُ‫ل‬ُ‫ت‬ْ‫ق‬َ‫ت‬ َ‫َل‬َ‫و‬ َ‫ن‬َ‫ط‬َ‫ب‬ ‫ا‬َ‫م‬ْ‫م‬ُ‫ك‬ِ‫ل‬ََ ِّ‫ق‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ن‬‫و‬ُ‫ل‬ِ‫ق‬ْ‫ع‬َ‫ت‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬َّ‫ل‬َ‫ع‬َ‫ل‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ك‬‫ا‬َّ‫ص‬َ‫و‬
  • 14. Bom Bunuh Diri dan Eutanasia .. . 147 Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 134-151 Artinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kami yang memberi rezeki kepadamu dan anak-anakmu”. Dalam hadis-hadis Nabi SAW larangan pembunuhan ini dipertegas oleh Rasulullah SAW, antara lain: 1. Dari Ibnu Mas’ud ra, ia berkata “telah bersabda Rasulullah SAW”: َ‫َل‬َ‫ي‬ِ‫ح‬ُّ‫ل‬َ‫د‬َ‫م‬ْ‫ام‬ِ‫ر‬ِ‫ئ‬ُ‫م‬ْ‫س‬ِ‫ل‬ٍ‫م‬،َ‫ي‬ْ‫ش‬َ‫ه‬ُ‫د‬َ‫أ‬َّ‫ن‬َ‫َل‬ِ‫إ‬َ‫ل‬َ‫ه‬ِ‫إ‬َّ‫َل‬َ‫و‬ ‫الله‬َّ‫َن‬‫أ‬‫ا‬ً‫د‬َّ‫م‬َ‫ح‬ُ‫م‬َ‫ر‬ُ‫س‬ْ‫و‬ُ‫ل‬ِ‫الله‬، ِ‫إ‬َّ‫َل‬ِ‫ب‬ِ‫إ‬ْ‫ح‬َ‫د‬َ‫ث‬ ‫ى‬َ‫ًل‬ٍ‫ث‬:َ‫الن‬ْ‫ف‬ُ‫س‬ِ‫ب‬َ‫الن‬ْ‫ف‬ِ‫س‬،َ‫و‬ََ‫ال‬ْ‫ي‬ُ‫ب‬َ‫الز‬ِ‫ان‬‫ى‬،َ‫و‬‫ال‬ُ‫م‬َ‫ف‬ِ‫ر‬‫ا‬ٌَُ‫ل‬َ‫د‬ْ‫ي‬َ‫ن‬ُ‫ه‬،َ‫الت‬ْ‫ر‬ُ‫ك‬ ِ‫ل‬ْ‫ل‬َ‫ج‬َ‫م‬َ‫اع‬ِ‫ة‬‫ا‬‫و‬‫(ر‬‫ه‬‫علي‬ ‫متفق‬)‫ه‬ “Tidak halal darah seorang yang menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwa saya adalah Rasulullah, kecuali dengan salah satu dari tiga perkara yaitu janda atau duda duda yang berzina, orang yang melakukan pembunuhan dan orang yang meninggalkan agamanya dan memisahkan diri dari jama’ah”. (H.R. Bukhari dan Muslim) 2. Dari Aisyah ra. Dari Rasulullah SAW bersabda: ،‫مسلم‬ ‫امرئ‬ ‫دم‬ ‫پحل‬ ‫َل‬‫ي‬‫شه‬‫د‬‫أ‬‫ن‬‫َلا‬‫له‬‫إ‬‫ا‬‫َل‬‫الل‬‫ه‬‫و‬‫إ‬‫ا‬‫ن‬‫الل‬ ‫رسول‬ ‫ی‬‫ه‬،‫إ‬‫ا‬‫َل‬ ‫ب‬‫إ‬ِ ‫احصان‬ ‫بعد‬ ‫نی‬‫ز‬ ‫رجل‬ :‫ثًلث‬ ‫حدی‬‫إ‬‫ن‬‫ه‬‫بال‬ ‫با‬‫ر‬‫محا‬ ‫ج‬‫خر‬ ‫ورجل‬ ،‫يرجم‬‫ل‬‫ه‬ ‫ل‬‫و‬‫ورس‬‫ه‬ِ‫إ‬‫ن‬‫ه‬‫يقتل‬‫أ‬‫و‬‫اْل‬ ‫ون‬ ‫اوينفی‬ ‫يصلب‬‫ا‬‫و‬‫(ر‬ ‫رض‬‫ه‬‫أ‬‫داود‬ ‫بو‬‫و‬‫النسآئ‬.) Artinya: “Tidak halal membunuh seorang muslim, kecuali karena salah satu dari tiga perkara : pezina yang muhshan (sudah berkeluarga) maka ia harus dirajam, seseorang yang membunuh seorang muslim dengan sengaja, maka ia harus dibunuh dan orang yang keluar dari Islam, kemudian ia menerangi Allah dan Rasulullah maka ia harus dibunuh ata disalib atau diasingkan dari tempatnya. (H.R. Abu Daud dan Nasaiy). Dari ayat-ayat dan hadis-hadis tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa eutanasia khususnya eutanasia aktif di
  • 15. 148 Ahmad Thobroni ulul albab: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam mana seorang dokter melakukan upaya aktif membantu untuk mempercepat kematian seorang pasien, yang menurut perkiraannya sudah tidak dapat bertahan untuk hidup meskipun atas permintaan si pasien atau keluarganya, dilarang menurut hukum Islam. Karena perbuatan tersebut tergolong pada pembunuhan dengan sengaja, berdasarkan surat Al-An’am ayat 151 dan surat Al-Isra ayat 33. Pembunuhan yang diperbolehkan oleh Islam hanyalah pembunuhan yang telah dijelaskan oleh hadis-hadis yang telah disebutkan tadi, pembunuhan sebagai hukuman terhadap penzina muhshan (yang sudah berkeluarga), pelaku pembunuhan sengaja, dan bagi orang yang murtad dan pengganggu keamanan. Pembunuhan yang dibolehkan menurut hadis Nabi, telah dikemukakan oleh Prof. Mahmud Syaltut dalam bukunya Al-Islam Aqidah Wa Syari’ah, bahwa dengan melihat maksud dan tujuannya, pembunuhan yang dibolehkan oleh syara’ (Islam) dapat dirumuskan dalam tiga segi : 1. Segi pelaksanaan perintah atau kewajiban, seperti pelaksanaan hukuman mati oleh algojo atas perintah pengadilan / hakim. 2. Segi pelaksanaan hak, yang meliputi : a. Hak wali si korban untuk melaksanakan hukuman qishash. b. Hak penguasa untuk menghukum bunuh perampok / pengganggu stabilitas keamanan. c. Segi pembelaan, baik terhadap diri, kehormatan, maupun terhadap harta benda. Dari tiga segi di atas, eutanasia tidak termasuk di dalamnya. Dengan demikian eutanasia aktif jelas dilarang oleh Islam. Adapun eutanasia yang dilakukan dokter dalam menyelamatkan ibu yang melahirkan dengan cara mematikan bayi yang di kandungnya, ini dibolehkan karena darurat.
  • 16. Bom Bunuh Diri dan Eutanasia .. . 149 Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 134-151 Berdasarkan qaidah: َ‫الض‬ُ‫ر‬ْ‫و‬َ‫ر‬ُ‫ت‬ ‫ات‬ِ‫ب‬ْ‫ي‬ُ‫ح‬‫ال‬َ‫م‬ْ‫ح‬ُ‫ظ‬ْ‫و‬َ‫ر‬‫ات‬ “keadaan darurat dapat membolehkan perbuatan yang dilarang”.12 Sehubungan dengan pengaruh keadaan darurat, Abd Wahhab Khallaf dalam bukunya Ilmu Ushul Fiqh mengatakan “Barangsiapa yang tidak bisa mempertahankan keselamatan dirinya kecuali dengan cara menyelamatkan dengan membinasakan orang lain, tidaklah ia berdosa dalam tindakannya itu”. Menurut Imam Abu Hanifah, Abu Yusuf, Muhammad bin Hasan dan sebagian ulama Syafi’iyyah, bahwa hukuman yang dikenakan terhadap pelaku eutanasia (pembunuhan dengan persetujuan korban) adalah membayar diat (seratus ekor unta atau seharga itu) dan bukan obyek eutanasia merupakan syubhat dalam status perbuatannya dan dalam hadis Nabi SAW, yaitu apabila dalam jarimah hudud (termasuk di dalamnya qishash) terdapat syubhat maka hukuman bisa digugurkan atau diganti. Menurut Zufar, bahwa hukuman yang dikenakan kepada pelaku eutanasia tetap dihukum qishash (hukuman mati) karena persetujuan untuk menjadi obyek eutanasia tersebut dianggap tidak pernah ada, sehingga persetujuan tersebut tidak ada pengaruhnya sama sekali. Sedangkan menurut Imam Ahmad bin Hanbal dan sebagian ulama Syafi’iyah, bahwa pelaku euthanasia atas persetujuan korban dibebaskan dari hukuman, karena persetujuan korban untuk menjadi objek eutanasia, statusnya sama dengan pembunuhan, baik dari hukuman qishash maupun diyat maka dia bebas dari hukuman. Bagaimana pandangan hukum Islam tentang eutanasia pasif? Menurut ajaran Islam bahwa sakit yang menimpa seseorang dapat menghapus dosa. Meskipun demikian bukan 12 Huzaimah Tahido Yanggo, Masail Fiqhiyyah, Bandung: Angkasa, 2005, 104-113.
  • 17. 150 Ahmad Thobroni ulul albab: Jurnal Studi dan Penelitian Hukum Islam berarti penyakit yang menimpa seseorang itu dibiarkan saja tanpa upaya pengobatan, karena Islam memerintahkan pula untuk mengobati setiap penyakit yang menimpa manusia. Menurut Imam al-Syaukany, bahwa penyakit yang oleh dokter dinyatakan tidak ada obatnya sekalipun, tidak ada upaya untuk mengupayakan pengobatannya. Apabila dokter mengatakan bahwa penyakit tersebut sudah tak bisa disembuhkan atau keadaanya sudah masuk dalam stadium terminal dan pihak pasien atau keluarganya dengan beberapa pertimbangan meminta atau menyetujui dihentikannya upaya pengobatan, maka penghentian pengobatan pasien tersebut akhirnya meninggal. Dalam situasi dan kondisi yang demikian, tindakan yang bisa dilakukan ialah bersabar dan tawakkal serta berdoa kepada Allah dengan doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, yaitu: َّ‫ل‬‫ال‬ُ‫ه‬َّ‫م‬َ‫أ‬ْ‫ح‬ِ‫ي‬ْ‫ي‬ِ‫ن‬َ‫م‬َ‫ک‬‫ا‬َ‫ن‬‫ا‬ِ‫ت‬َ‫الح‬َ‫ي‬‫ا‬ُ‫ة‬ُ‫خ‬ْ‫ي‬ً‫ر‬‫ا‬َ‫ع‬َ‫ل‬ََّ‫و‬َ‫ت‬َ‫و‬َِِّ‫ن‬ِ‫إ‬ََ‫ا‬َ‫ک‬َ‫ن‬‫ا‬ْ‫ت‬َ‫الو‬َُِ‫ة‬‫ا‬َ‫خ‬ْ‫ي‬ً‫ر‬‫ا‬ِ‫ل‬ Artinya :”Ya Allah, Hidupkanlah aku selagi kehidupan itu baik untukku dan matikanlah aku apabila kematian itu lebih baik untukku.” Kesimpulan Bom bunuh diri yaitu kegiatan bunuh diri yang dilatarbelakangi keyakinan oleh pelaku bahwa perbuatan tersebut merupakan salah satu bentuk perjuangan untuk memperjuangkan kebenaran. Sedangkan eutanasia adalah usaha dan bantuan yang dilakukan untuk mempercepat kematian seseorang yang menurut perkiraan sudah hampir mendekati kematian, dengan tujuan untuk meringankan atau membebaskannya dari penderitaannya. Dari pendapat sejumlah fuqaha, para ahli (dokter) dan ahli fiqh lainnya memperbolehkan euthanasia pasif (negative). Dan yang tidak diperbolehkan karena dalil di atas (QS. Ali Imran :156). Sedangkan hukum asal bom bunuh diri adalah boleh, namun dapat berubah menjadi haram bila dilakukan dengan
  • 18. Bom Bunuh Diri dan Eutanasia .. . 151 Vol. 1, No. 1, Oktober 2017, 134-151 cara melampaui batas dan justru dapat merugikan umat Islam secara umum. Daftar Pustaka Buku al-Husain, Sulaiman. 2005. Mengapa Harus Bunuh Diri?. Jakarta: Qisthi Press. al-Qadah, Muhammad Tha’mah. 2002. Aksi Bom Syahid dalam Pandangan Hukum Islam (al-Mughamarat bi an-Nafsi fi al- Qital wa Hukmuha fi al-Islam). Bandung: Pustaka Umat. Assyaukanie, Luthfi. 1998. Politik, HAM, dan Isu-Isu Teknologi dalam Fikih Kontemporer. Bandung: Pustaka Hidayah. Hasan, M. Ali. 1995. Masail Fiqhiyah al-Haditsah. Jakarta: Rajawali Press. Takfuri, Nawaf Hail. 2002. Aksi Bunuh Diri atau Mati Syahid (al- Amaliyat al-Istisyhidiyah fi al-Mizan al-Fiqhi). Jakarta: Pustaka al-Kautsar. Thaha, Ahmadie. Kedokteran Dalam Islam. Surabaya: PT Bina Ilmu. Yanggo, Huzaimah Tahido. 2005. Masail Fiqhiyyah, Bandung: Angkasa. Yasid, Abu. 2005. Fiqh Realitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Zuhdi, Masfuk. 1997. Masail Fiqhiyah. Jakarta: PT Toko Gunung Agung. Internet https://situswahab.wordpress.com/2011/04/17/hukum-bom- bunuh-diri-menurut-islam/ diakses pada tanggal 26 Oktober 2017 http://www.mui.or.id/mui_in/fatwa.php?id=148 http://aul-al-hifary.blogspot.co.id/2013/10/hukum-euthanasia- menurut-islam.html, diakses pada tanggal 26 Oktober 2017