SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Page 1 of 17
Makalah Kimia Klinik I
“Pemeriksaan feses ( tinja )“
Disusun oleh
Rahmania Azwarini
Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten
Tahun Akademik 2014/2015
Kelas 2B
Page 2 of 17
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas Kimia
Klinik I dengan judul “Pemeriksaan feses ( tinja ) “ yang merupakan salah satu
persyaratanakademikdalampelaksanaanpendidikansudahterselesaikan.
Dalam penyusunan tugas ini penyusun berusaha semaksimal mungkin
namun kemampuan penyusun sangat terbatas, sehingga penyusunan tugas ini jauh
dari sempurna, dan penyusun menyadari akan segala kekurangan dalam
penyusunan tugas ini. Penyusun mengharap kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan tugas makalah ini dan kesempatan penulis
selanjutnya.
Penyusun mengucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan tugas ini.Semoga bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca
padaumumnya.
Tangerang,Oktober 2014
Penyusun
Page 3 of 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium
yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu
penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium
yang modern , dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan
tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai
macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel
yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan
ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi.
Hal yang melatar belakangi penulis menyusun sebuah makalah dengan
judul “pemeriksaan laboratorium pada feses sebagai pemeriksaan penunjang
dalam penegakan diagnosa berbagai penyakit”. Agar para tenaga teknis
laboratorium patologi klinik serta para mahasiswa dari berbagai program studi
kesehatan khususnya mahasiswa analis kesehatan dapat meningkatkan
kemampuan dan mengerti bermacam-macam penyakit yang memerlukan sampel
feses, memahami cara pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses secara
benar. mampu melaksanakan pemeriksaan sampel feses dengan baik, dan pada
akhirnya mampu membuat interpretasi hasil pemeriksaan feses dengan benar.
B. Tujuan penulisan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengertian
2. Indikasi
3. Manfaat
4. Tabel pemeriksaan
5. Feses normal
6. Prosedur pemeriksaan
Page 4 of 17
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian
1.Makroskopis
Pemeriksaan tinja dengan melihat bentuk, konsistensi, warna, bau ada tidaknya
darah samar, lendir, nanah, sisa sisa jaringan makanan atau parasit.
2. Mikroskopis
Pemeriksaan tinja yang lebih dalam dan lebih valid dari makroskopis dengan
menggunakan bantuan alat dan metode yang mendetail dalam pemeriksaanya.
B.Manfaat
1.Mengetahui ada tidaknya masalah pada pencernaan
2.Mengetahui apa saja kandungan yang terdapat pada feses
C.Indikasi
1. Adanya diare dan konstipasi
2. Adanya darah dalam tinja
3. Adanya lendir dalam tinja
4. Adanya ikterus
5. Adanya gangguan pencernaan
6. Kecurigaan penyakit gastrointestinal
D. Feses normal
Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses per hari dari jumlah
tersebut 70% merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan
sisa sisa kuman. Selebihnya adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit
lemak, sel sel epitel yang rusak dan unsur unsur lain. Konsistensi tinja normal
(semi solid silinder) agak lunak, tidak cair seperti bubur maupun keras, berwarna
coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-
minggu.
Page 5 of 17
E. Tabel pemeriksaan
Maskroskopi Penyebab Catatan
Butir, kecil, keras, warna
tua
Volume besar, berbau dan
mengambang
Rapuh dengan lender tanpa
darah
Rapuh dengan darah dan
lender
Volume besar, cair, sisa
padat sedikit
Rapuh, mengandung nanah
Konstipasi
Malabsorpsi zat lemak atau
protein
Sindrom usus besar yang
mudah terangsang inflamasi
dangkal dan difus, adenoma
dengan jonjot-jonjot
Inflamasi usus besar; tifoid,
shigella, amebeasis,tumor
ganas
Infeksi non-invasif (cholera,
e.coli keadaan toksik,
keracunan makanan oleh
stafilikok, radang selaput
osmotic (defisiensi
disakharida, makan
berlebihan)
Devertikulitis atau abses
Pada keadaan usus besar
yang sensitive keadaan
dapat diselingi diare yang
cair atau berlendir
Ekskresi lemak 6 g/hari
merupakan hal yang
abnormal; mungkin terdapat
pada penyakit usus halus
primer, fibrosis kistik,
pankreastitis, sindroma
post-gastrektomi,
penyumbatan saluran
empedu
Dengan tinja yang agak
terbentuk, sering diawali
kelainan fungsi
Darah tanpak lebih nyata
dari pada lender
Dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit
Untuk parasit perik salah
tinja selagi masih panas
Bilirubin serum biasanya
Page 6 of 17
atau jaringan nekrotik
Agak lunak, putih abu-abu
sedikit
lain, tumor nekrotik, parasit
obtruksi saluran makan
barium
abnormal
Tabel : gejala yang diagnostic pada pemeriksaan makroskopik tinja
Warna Tidak patologis Patologis
Coklat, coklat tua kuning
coklat
Coklat tua sekali
Hitam
Abu -abu
Abu-abu muda sekali
Hijau atau kuning hijau
Merah
Oksidasi normal dari
pigmen empedu
Dibiarkan lama di udara
Makanan yang mengandung
banyak daging
Makan besi, bismut
Makan kokoa
Makanan mengandung
banyak bahan susu barium
Makanan yang mengandung
banyak bayam, sayuran
hijau lain. Pencahar yang
barasalsayuran
Makanan yang mengandung
banyak lobak merah (biet)
Perdarahan di saluran cerna
bagian proksimal steatore
(konsistensi seperti bubur
dan berbuih)
Obtruksi saluran empedu
Makanan melalui usus
dalam waktu cepat hingga
pigmen empedu belum
sempat teroksidasi
Perdarahan yang berasal
dari saluran cerna bagian
distal
Page 7 of 17
Tabel : keadaan yang mempengaruhi warna tinja
Kategori Kondisi khusus Hal lain
Osmotic Defisiensi disakaridase
(intoleransi terhadap
laktosa)
Disakarida dalam buncis
atau kacang-kacangan lain
yang tidak dapat dicerna
Pencahar berupa larutan
garam
Gejalan setelah makan
makanan yang berasaldari
susu
Perut kembung, lazim
dengan “gas”. Kadang-
kadang diselingi konstipasi
pencahar yang tidak benar
Riwayat sakit dan gejala
ulkus peptikum
Dampak osmotic dari
antasid
Sekretorik Setelah makan bahan
pemanis buatan yang tidak
dapat dicernakan toksin
berasaldari kuman (kolera,
E.coli, keracunan makanan
yang mengandung stafilokok
Hormone yang enteroaktif
(gastrin pada sindrom)
Zollinger-Ellison; serotonin
? zat lain pada sindroma
karsinoid
Sindroma malabsorpsi
lemak, protein
Perangsangan oleh asam
empedu
Riwayat jenis makanan
menentukan diagnose
Epidemiologi lebih penting
daripada biakan tinja
Gejala sistemik lain lazim
didapat.
Bau busuk merupakan
gejala yang umum dari
malnutrisi oleh kalori atau
protein
Setelah reseksidari usus
halus
Pertumbuhan bakteri yang
berlebihan dalam usus halus
Perubahan struktur atau
fungsi
Reseksiusus
Fistel enterokolon
Sindroma usus besar yang
sensitive
Dapat diduga dari riwayat
penyakit. Komplikasi dari
penyakit divertikulum atau
penyakit inflamasi usus
besar
Patofisiologi masih belum
jelas
Page 8 of 17
Tabel : berbagai jenis diare
F. Prosedur pemeriksaan
1. Makroskopis
syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses :
 Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine.
 Harus diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan simpan di
almari es.
 Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum pemeriksaan
 Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. misalnya bagian
yang bercampur darah atai lendir.
 Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai pemeriksaan tinja
sewaktu.
 Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu.
 Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object glass.
 Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca atau sari
bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastic. Kalau konsistensi tinja
keras,dos karton berlapis paraffin juga boleh dipakai. Wadah harus bermulut
lebar.
 Oleh karena unsure-unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil
pemeriksaan mikroskopi tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat,
cukup diberi tanda –(negatif),(+),(++),(+++) saja
Berikut adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara makroskopis dengan
sampel feses.
Kerusakan mukosa Penyakit inflamasi usus
besar (sindroma crohn,
colitis ulseratif)
Kuman yang invasif
(beberapa jenis shigella,
salmonella, ameba
kampilobakter) Kolitis
pseudo membranosa
Perdarahan; rasa nyeri,
berat badan mungkin
menurun
Biakan tinja berguna pada
permulaan penyakit
Sering didapat setelah
penggunaan antibiotic yang
mempunyai rentang
spectrum lebar
Dapat merupakan penyulit
pada uremia, gagal jantung
kongestif; iskemia intestinal
Page 9 of 17
 Pemeriksaan Jumlah
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari.
Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja
meningkat.
 Pemeriksaan Warna
1) Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua
dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja
dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan
dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan karena
susu,jagung, lemak dan obat santonin.
2) Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung
khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan
porphyrin dalam mekonium.
3) Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam
saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut
akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas
seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak
lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium
setelah pemeriksaan radiologik.
4) Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang
segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.
5) Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal
saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain.
Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia
hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang
mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.
 Pemeriksaan Bau
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk
didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak
oleh kuman.Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu.
Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak
dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi
makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna
menambah bau tinja.
Page 10 of 17
 Pemeriksaan Konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare konsistensi
menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala
didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang
lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit
hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi usus.
 Pemeriksaan Lendir
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir
yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus.
1) Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada
usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali
iritasi terjadi pada usus halus.
2) Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.
3) Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis,
mucous colitis pada anxietas.
4) Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan
rektal anal.
5) Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif
kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.
6) Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon.
 Pemeriksaan Darah.
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu
mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja.
1) Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja
dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau
varices dalam oesophagus.
2) Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar
tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma
rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.
 Pemeriksaan Nanah
Page 11 of 17
Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada
penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal abses.Sedangkan pada
penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.
 Pemeriksaan Parasit
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang
mungkin didapatkan dalam feses.
 Pemeriksaan adanya sisa makanan
Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, bukan
keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang dalam
keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal.
Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi
makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic dan zat-zat lainnya.
Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol maka
pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah.
Penambahan larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan
lemak netral terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga.
2. Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit,
eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Dari semua pemeriksaan ini yang
terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing.
a. Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan
bentuk trofozoit.
b. Telur cacing
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator
americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan
sebagainya.
c. Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan.
Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah
leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita
dengan alergi saluran pencenaan.
Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam acetat 10% pada
1 tetes emulsi feces pada obyek glass.
Page 12 of 17
d. Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan
bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu
berarti abnormal.
e. Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari
dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat
karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada
perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.
f. Kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat
kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium
oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak
didapatkan setelah banyak makan lemak.
Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir
amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran
pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan
mungkin didapatkan kristal hematoidin.
g. Makrofag
Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat dilihat
bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.
h. Sel ragi
Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah
supaya jangan dianggap kista amoeba
i. Jamur
1) Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan KOH
(kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan pemeriksaan tinja rutin
adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan dengan menggunakan lugol.
Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis
adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat
ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari Candida pada sediaan
tinja.
Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti
diabetes melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka
panjang. Kalau memang positif kandidiasis dan terdapat gejala kandidiasis, maka
biasanya dapat sembuh total dengan obat jamur seperti fluconazole, tetapi tentu saja bila
ada faktor risiko juga harus diatasi.
Page 13 of 17
Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau pseudomembran kemudian
hasil usapan diperiksa secara mikroskopik, sedangkan biopsi adalah pengambilan
jaringan atau sel untuk dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik juga.
3. Kimia
a. Darah samar
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar.
Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang
tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik.
Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan
darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh
kehilangan darah > 2 ml/ hari
Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac tes,
orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas peroksidase
/oksiperoksidase dari eritrosit (Hb)
1) Metode benzidine basa
a) Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml
dan panasilah hingga mendidih.
b) Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai menjadi
dingin kembali.
c) Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk
pisau.
d) Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu
e) Bubuhilah 2ml filtrate emulsi tinja, campur.
f) Berilah 1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.
g) Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama )
Catatan :
Hasil dinilai dengan cara :
Negative ( - ) tidak ada perubahan warna atau samar-samar hijau
hijauPositif ( +)
(2+) biru bercampur hijauPositif
(3+) biruPositif
Positif (4+) biru tua
2) Metode Benzidine Dihidrochlorida
Page 14 of 17
Jika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai pengganti benzidine basa
dengan maksud supaya test menjadi kurang peka dan mengurangi hasil positif palsu,
maka caranya sama seperti diterangkan diatas.
3) Cara Guajac
Prosedur Kerja :
a) Buatlah emulsi tinja sebanyak 5ml dalam tabung reaksi dan tambahkan 1ml
asam acetat glacial, campur.
b) Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2ml
alcohol 95 %, campur.
c) Tuang hati-hati isi tabung kedua dalam tabung yang berisi emulsi tinja
sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah.
d) Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan
itu. Derajat kepositifan dinilai dari warna itu.
Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara lain adalah preparat
Fe, chlorofil, extract daging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant
dapat menyebabkan hasil negatif (-) palsu, sedangkan Lekosit, formalin, cupri oksida,
jodium dan asam nitrat dapat menyebabkan positif (+) palsu
b. Urobilin
Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada
ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna
kelabu disebut akholik.
Prosedur kerja :
1) Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan
larutan mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume tinja
2) Campurlah baik-baik dengan memakai alunya
3) Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan
biarkan selama 6-24 jam
4) Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah
c. Urobilinogen
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik
jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak
Page 15 of 17
jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan
seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif.
Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang
dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat
dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin.
d. Bilirubin
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin
dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi
menjadi urobilin.
Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi
perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan
antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang
menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan
metode pemeriksaan Fouchet
Page 16 of 17
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pemeriksaan feses masih sering dilakukan pada laboratorium-laboratorium
klinik maupun laboratorium di rumah sakit. Pemeriksaan feses adalah salah satu
parameter yang digunakan untuk membantu dalam penegakan diagnosis suatu
penyakit serta menyelidiki suatu penyakit secara lebih mendalam.
Pemeriksaan feses dibagi menjadi 3 macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan
makroskopis, mikroskopis dan kimia.
1. Pemeriksaan makroskopis terdiri dari Pemeriksaan jumlah, pemeriksaan warna,
pemeriksaan bau, pemeriksaan konsistensi, pemeriksaan lendir, pemeriksaan
darah.pemeriksaan nanah, pemeriksaan parasit dan pemeriksaan adanya sisa
makanan.
2. Pemeriksaan mikroskopis feses terdiri dari pemeriksaan terhadap Protozoa,
telur cacing, leukosit, eritrosit, epitel, kristal,makrofag,sel ragi, dan jamur.
3. pemeriksaan kimia meliputi pemeriksaan Darah samar, urobilin, urobilinogen
dan bilirubin.
B. Saran
Sebagai tenaga kesehatan yang professional dituntut mampu untuk
mengerjakan segala sesuatunya dengan ilmu pengetahuan, bukan menerka,
mengira ataupun asal asalan oleh karena itu kita harus selalu mengupdate ilmu
dalam segala hal terutama dalam hal keperawatan.
Page 17 of 17
DAFTAR PUSTAKA
Gandasoebrata,R.1999.Penuntun Laboratorium Klinik.Jakarta: PT Dian Rakyat.
(Halaman 180-185)
Corwin, Elisabeth J.2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran
EGC.(Halaman 518-519)
http://www.kalbe.co.id/consultation/14/apa-itu-pemeriksaan-tinja-dg-koh-dan-
bedanya
pemeriksaan-tinja-rutin.htm ( Diakses pada 28 Maret 2011, pukul 16.30 )
http://health.detik.com/bila-feses-berwarna-hitam (Diakses 25 Maret 2011, pukul
17.00)
frances. K. widmann. 1994. Tinjauan klinis atas hasil pemeriksaan
laboratorium. Jakarta: EGC

More Related Content

What's hot

Media reagen (pembuatan media ssa)
Media reagen (pembuatan media ssa)Media reagen (pembuatan media ssa)
Media reagen (pembuatan media ssa)Tom Pratomo
 
Isi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinIsi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinMita Yurike
 
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampelPenanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampelAhmadPurnawarmanFais
 
Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3tristyanto
 
Laporan Praktikum Steptococcus dan Sthapylococcus
Laporan Praktikum Steptococcus dan SthapylococcusLaporan Praktikum Steptococcus dan Sthapylococcus
Laporan Praktikum Steptococcus dan Sthapylococcustehanget12
 
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)LizaHardila
 
PPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimePPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimeRiskymessyana99
 
Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiGoogle
 
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1Suryanata Kesuma
 
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNESLaporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNESdewisetiyana52
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing pjj_kemenkes
 
Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin
Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosinTeknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin
Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosinariindrawati2
 
Pra analitik laboratorium
Pra analitik laboratoriumPra analitik laboratorium
Pra analitik laboratoriumIceteacassie
 

What's hot (20)

Pewarnaan BTA/BTTA
Pewarnaan BTA/BTTA Pewarnaan BTA/BTTA
Pewarnaan BTA/BTTA
 
Media reagen (pembuatan media ssa)
Media reagen (pembuatan media ssa)Media reagen (pembuatan media ssa)
Media reagen (pembuatan media ssa)
 
Isi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urinIsi atlas sedimen urin
Isi atlas sedimen urin
 
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampelPenanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
 
Trematoda pbl8
Trematoda pbl8Trematoda pbl8
Trematoda pbl8
 
Makalah urine analyzer
Makalah urine analyzerMakalah urine analyzer
Makalah urine analyzer
 
Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3Respon imun pada infeksi bag.3
Respon imun pada infeksi bag.3
 
Laporan Praktikum Steptococcus dan Sthapylococcus
Laporan Praktikum Steptococcus dan SthapylococcusLaporan Praktikum Steptococcus dan Sthapylococcus
Laporan Praktikum Steptococcus dan Sthapylococcus
 
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
PEMERIKSAAN URINE (Urinalisis)
 
Percobaan III
Percobaan IIIPercobaan III
Percobaan III
 
makalah fotometer
makalah fotometermakalah fotometer
makalah fotometer
 
Leukosit
LeukositLeukosit
Leukosit
 
PPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting TimePPT Hematologi - Clotting Time
PPT Hematologi - Clotting Time
 
Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologi
 
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
Verifikasi dan Validasi Metode Pemeriksaan Laboratorium Klinik Bagian 1
 
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNESLaporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
Laporan Praktikum Apus Darah@Laboratorium Biologi UNNES
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 
Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin
Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosinTeknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin
Teknik pembuatan preparat histologi dengan pewarnaan hematoksilin eosin
 
Pra analitik laboratorium
Pra analitik laboratoriumPra analitik laboratorium
Pra analitik laboratorium
 
Identifikasi Bakteri Staphylococcus Aureus
Identifikasi Bakteri Staphylococcus AureusIdentifikasi Bakteri Staphylococcus Aureus
Identifikasi Bakteri Staphylococcus Aureus
 

Viewers also liked

Pemeriksaan darah : parasit cacing
Pemeriksaan darah : parasit cacing Pemeriksaan darah : parasit cacing
Pemeriksaan darah : parasit cacing pjj_kemenkes
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa
Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa  Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa
Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa pjj_kemenkes
 
Tuto rskills lab_blok_2
Tuto rskills lab_blok_2Tuto rskills lab_blok_2
Tuto rskills lab_blok_2Annisa Ratya
 
Diare infeksi strategi pendekatan
Diare infeksi strategi pendekatanDiare infeksi strategi pendekatan
Diare infeksi strategi pendekatanBudi Riyanto
 

Viewers also liked (6)

Pemeriksaan darah : parasit cacing
Pemeriksaan darah : parasit cacing Pemeriksaan darah : parasit cacing
Pemeriksaan darah : parasit cacing
 
Diagnostik helminth
Diagnostik helminthDiagnostik helminth
Diagnostik helminth
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa
Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa  Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa
Pemeriksaan Tinja : Parasit Protozoa
 
Tuto rskills lab_blok_2
Tuto rskills lab_blok_2Tuto rskills lab_blok_2
Tuto rskills lab_blok_2
 
239930897 case-hsp
239930897 case-hsp239930897 case-hsp
239930897 case-hsp
 
Diare infeksi strategi pendekatan
Diare infeksi strategi pendekatanDiare infeksi strategi pendekatan
Diare infeksi strategi pendekatan
 

Similar to Pemeriksaan Feses Makroskopis

Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3ardiners
 
Asuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektalAsuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektalRizky maulana
 
Askep Cholitis ulseratif dan Peritonitis
Askep Cholitis ulseratif dan PeritonitisAskep Cholitis ulseratif dan Peritonitis
Askep Cholitis ulseratif dan PeritonitisKampus-Sakinah
 
Laporan pendahuluan gea
Laporan pendahuluan geaLaporan pendahuluan gea
Laporan pendahuluan geaCha Cha
 
Materi Gangguan pada Sistem Pencernaan.pdf
Materi Gangguan pada Sistem Pencernaan.pdfMateri Gangguan pada Sistem Pencernaan.pdf
Materi Gangguan pada Sistem Pencernaan.pdfIsnaQoilaKurniasari
 
PPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptx
PPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptxPPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptx
PPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptxNurRohmahTriaRomadho
 
Diet penyakit kantung empedu
Diet penyakit kantung empeduDiet penyakit kantung empedu
Diet penyakit kantung empeduwokwok
 
Askep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis UlseratifAskep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis UlseratifSri Nala
 
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptxKelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptxnandananda776342
 
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN Endah 2021.pdf
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN Endah 2021.pdfPEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN Endah 2021.pdf
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN Endah 2021.pdfTAMPAN3
 
INFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.ppt
INFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.pptINFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.ppt
INFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.pptHengkyWijaya11
 
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisiAsuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisiSulistia Rini
 

Similar to Pemeriksaan Feses Makroskopis (20)

Sirosis
SirosisSirosis
Sirosis
 
Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3Modul pencernaan d3
Modul pencernaan d3
 
Askep ge bab 1 5
Askep ge bab 1 5Askep ge bab 1 5
Askep ge bab 1 5
 
Asuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektalAsuhan keperawatan colorektal
Asuhan keperawatan colorektal
 
Askep Cholitis ulseratif dan Peritonitis
Askep Cholitis ulseratif dan PeritonitisAskep Cholitis ulseratif dan Peritonitis
Askep Cholitis ulseratif dan Peritonitis
 
Laporan pendahuluan gea
Laporan pendahuluan geaLaporan pendahuluan gea
Laporan pendahuluan gea
 
Materi Gangguan pada Sistem Pencernaan.pdf
Materi Gangguan pada Sistem Pencernaan.pdfMateri Gangguan pada Sistem Pencernaan.pdf
Materi Gangguan pada Sistem Pencernaan.pdf
 
ca colon
ca colonca colon
ca colon
 
PPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptx
PPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptxPPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptx
PPT Digestive system (Kolitis ulseratif).pptx
 
Diet penyakit kantung empedu
Diet penyakit kantung empeduDiet penyakit kantung empedu
Diet penyakit kantung empedu
 
Askep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis UlseratifAskep Kolitis Ulseratif
Askep Kolitis Ulseratif
 
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptxKelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
Kelainan_GastroIntestinal_GIT.pptx
 
Keracunan makanan
Keracunan makananKeracunan makanan
Keracunan makanan
 
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN Endah 2021.pdf
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN Endah 2021.pdfPEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN Endah 2021.pdf
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PENCERNAAN Endah 2021.pdf
 
Isi makalah diare.
Isi makalah diare.Isi makalah diare.
Isi makalah diare.
 
Askep gastritis 3
Askep gastritis 3Askep gastritis 3
Askep gastritis 3
 
Biologi - Kolon
Biologi - KolonBiologi - Kolon
Biologi - Kolon
 
INFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.ppt
INFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.pptINFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.ppt
INFLAMMATORY_BOWEL_DISEASE.ppt
 
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisiAsuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi
Asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan nutrisi
 
Aterisa Ani.pptx
Aterisa Ani.pptxAterisa Ani.pptx
Aterisa Ani.pptx
 

More from Eka Selvina

Ipt 17 2005_p90_92x
Ipt 17 2005_p90_92xIpt 17 2005_p90_92x
Ipt 17 2005_p90_92xEka Selvina
 
Bioburden method validation
Bioburden method validationBioburden method validation
Bioburden method validationEka Selvina
 
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsaEka Selvina
 
126996728 darah-samar-frida
126996728 darah-samar-frida126996728 darah-samar-frida
126996728 darah-samar-fridaEka Selvina
 
Sediaan steril [compatibility mode](1)
Sediaan steril [compatibility mode](1)Sediaan steril [compatibility mode](1)
Sediaan steril [compatibility mode](1)Eka Selvina
 
Disinfectants and sterilization methods. rev.09302013
Disinfectants and sterilization methods. rev.09302013Disinfectants and sterilization methods. rev.09302013
Disinfectants and sterilization methods. rev.09302013Eka Selvina
 

More from Eka Selvina (13)

Ipt 17 2005_p90_92x
Ipt 17 2005_p90_92xIpt 17 2005_p90_92x
Ipt 17 2005_p90_92x
 
Bioburden method validation
Bioburden method validationBioburden method validation
Bioburden method validation
 
Mb usp 797
Mb usp 797Mb usp 797
Mb usp 797
 
Cmc2
Cmc2Cmc2
Cmc2
 
Article 98050
Article 98050Article 98050
Article 98050
 
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
79188922 cara-perhitungan-waktu-daluarsa
 
126996728 darah-samar-frida
126996728 darah-samar-frida126996728 darah-samar-frida
126996728 darah-samar-frida
 
Sediaan steril [compatibility mode](1)
Sediaan steril [compatibility mode](1)Sediaan steril [compatibility mode](1)
Sediaan steril [compatibility mode](1)
 
Disinfectants and sterilization methods. rev.09302013
Disinfectants and sterilization methods. rev.09302013Disinfectants and sterilization methods. rev.09302013
Disinfectants and sterilization methods. rev.09302013
 
Daftar pustaka
Daftar pustakaDaftar pustaka
Daftar pustaka
 
A 3
A 3A 3
A 3
 
A 2
A 2A 2
A 2
 
A 1
A 1A 1
A 1
 

Recently uploaded

PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabayaajongshopp
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 

Recently uploaded (20)

PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod SurabayaToko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 

Pemeriksaan Feses Makroskopis

  • 1. Page 1 of 17 Makalah Kimia Klinik I “Pemeriksaan feses ( tinja )“ Disusun oleh Rahmania Azwarini Politeknik Kesehatan Kemenkes Banten Tahun Akademik 2014/2015 Kelas 2B
  • 2. Page 2 of 17 KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas Kimia Klinik I dengan judul “Pemeriksaan feses ( tinja ) “ yang merupakan salah satu persyaratanakademikdalampelaksanaanpendidikansudahterselesaikan. Dalam penyusunan tugas ini penyusun berusaha semaksimal mungkin namun kemampuan penyusun sangat terbatas, sehingga penyusunan tugas ini jauh dari sempurna, dan penyusun menyadari akan segala kekurangan dalam penyusunan tugas ini. Penyusun mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan tugas makalah ini dan kesempatan penulis selanjutnya. Penyusun mengucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini.Semoga bermanfaat bagi penyusun khususnya dan pembaca padaumumnya. Tangerang,Oktober 2014 Penyusun
  • 3. Page 3 of 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern , dalam beberapa kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi. Hal yang melatar belakangi penulis menyusun sebuah makalah dengan judul “pemeriksaan laboratorium pada feses sebagai pemeriksaan penunjang dalam penegakan diagnosa berbagai penyakit”. Agar para tenaga teknis laboratorium patologi klinik serta para mahasiswa dari berbagai program studi kesehatan khususnya mahasiswa analis kesehatan dapat meningkatkan kemampuan dan mengerti bermacam-macam penyakit yang memerlukan sampel feses, memahami cara pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses secara benar. mampu melaksanakan pemeriksaan sampel feses dengan baik, dan pada akhirnya mampu membuat interpretasi hasil pemeriksaan feses dengan benar. B. Tujuan penulisan Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengertian 2. Indikasi 3. Manfaat 4. Tabel pemeriksaan 5. Feses normal 6. Prosedur pemeriksaan
  • 4. Page 4 of 17 BAB II PEMBAHASAN A.Pengertian 1.Makroskopis Pemeriksaan tinja dengan melihat bentuk, konsistensi, warna, bau ada tidaknya darah samar, lendir, nanah, sisa sisa jaringan makanan atau parasit. 2. Mikroskopis Pemeriksaan tinja yang lebih dalam dan lebih valid dari makroskopis dengan menggunakan bantuan alat dan metode yang mendetail dalam pemeriksaanya. B.Manfaat 1.Mengetahui ada tidaknya masalah pada pencernaan 2.Mengetahui apa saja kandungan yang terdapat pada feses C.Indikasi 1. Adanya diare dan konstipasi 2. Adanya darah dalam tinja 3. Adanya lendir dalam tinja 4. Adanya ikterus 5. Adanya gangguan pencernaan 6. Kecurigaan penyakit gastrointestinal D. Feses normal Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses per hari dari jumlah tersebut 70% merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan sisa sisa kuman. Selebihnya adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit lemak, sel sel epitel yang rusak dan unsur unsur lain. Konsistensi tinja normal (semi solid silinder) agak lunak, tidak cair seperti bubur maupun keras, berwarna coklat dan berbau khas. frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per- minggu.
  • 5. Page 5 of 17 E. Tabel pemeriksaan Maskroskopi Penyebab Catatan Butir, kecil, keras, warna tua Volume besar, berbau dan mengambang Rapuh dengan lender tanpa darah Rapuh dengan darah dan lender Volume besar, cair, sisa padat sedikit Rapuh, mengandung nanah Konstipasi Malabsorpsi zat lemak atau protein Sindrom usus besar yang mudah terangsang inflamasi dangkal dan difus, adenoma dengan jonjot-jonjot Inflamasi usus besar; tifoid, shigella, amebeasis,tumor ganas Infeksi non-invasif (cholera, e.coli keadaan toksik, keracunan makanan oleh stafilikok, radang selaput osmotic (defisiensi disakharida, makan berlebihan) Devertikulitis atau abses Pada keadaan usus besar yang sensitive keadaan dapat diselingi diare yang cair atau berlendir Ekskresi lemak 6 g/hari merupakan hal yang abnormal; mungkin terdapat pada penyakit usus halus primer, fibrosis kistik, pankreastitis, sindroma post-gastrektomi, penyumbatan saluran empedu Dengan tinja yang agak terbentuk, sering diawali kelainan fungsi Darah tanpak lebih nyata dari pada lender Dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit Untuk parasit perik salah tinja selagi masih panas Bilirubin serum biasanya
  • 6. Page 6 of 17 atau jaringan nekrotik Agak lunak, putih abu-abu sedikit lain, tumor nekrotik, parasit obtruksi saluran makan barium abnormal Tabel : gejala yang diagnostic pada pemeriksaan makroskopik tinja Warna Tidak patologis Patologis Coklat, coklat tua kuning coklat Coklat tua sekali Hitam Abu -abu Abu-abu muda sekali Hijau atau kuning hijau Merah Oksidasi normal dari pigmen empedu Dibiarkan lama di udara Makanan yang mengandung banyak daging Makan besi, bismut Makan kokoa Makanan mengandung banyak bahan susu barium Makanan yang mengandung banyak bayam, sayuran hijau lain. Pencahar yang barasalsayuran Makanan yang mengandung banyak lobak merah (biet) Perdarahan di saluran cerna bagian proksimal steatore (konsistensi seperti bubur dan berbuih) Obtruksi saluran empedu Makanan melalui usus dalam waktu cepat hingga pigmen empedu belum sempat teroksidasi Perdarahan yang berasal dari saluran cerna bagian distal
  • 7. Page 7 of 17 Tabel : keadaan yang mempengaruhi warna tinja Kategori Kondisi khusus Hal lain Osmotic Defisiensi disakaridase (intoleransi terhadap laktosa) Disakarida dalam buncis atau kacang-kacangan lain yang tidak dapat dicerna Pencahar berupa larutan garam Gejalan setelah makan makanan yang berasaldari susu Perut kembung, lazim dengan “gas”. Kadang- kadang diselingi konstipasi pencahar yang tidak benar Riwayat sakit dan gejala ulkus peptikum Dampak osmotic dari antasid Sekretorik Setelah makan bahan pemanis buatan yang tidak dapat dicernakan toksin berasaldari kuman (kolera, E.coli, keracunan makanan yang mengandung stafilokok Hormone yang enteroaktif (gastrin pada sindrom) Zollinger-Ellison; serotonin ? zat lain pada sindroma karsinoid Sindroma malabsorpsi lemak, protein Perangsangan oleh asam empedu Riwayat jenis makanan menentukan diagnose Epidemiologi lebih penting daripada biakan tinja Gejala sistemik lain lazim didapat. Bau busuk merupakan gejala yang umum dari malnutrisi oleh kalori atau protein Setelah reseksidari usus halus Pertumbuhan bakteri yang berlebihan dalam usus halus Perubahan struktur atau fungsi Reseksiusus Fistel enterokolon Sindroma usus besar yang sensitive Dapat diduga dari riwayat penyakit. Komplikasi dari penyakit divertikulum atau penyakit inflamasi usus besar Patofisiologi masih belum jelas
  • 8. Page 8 of 17 Tabel : berbagai jenis diare F. Prosedur pemeriksaan 1. Makroskopis syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses :  Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine.  Harus diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan simpan di almari es.  Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum pemeriksaan  Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. misalnya bagian yang bercampur darah atai lendir.  Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai pemeriksaan tinja sewaktu.  Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu.  Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object glass.  Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca atau sari bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastic. Kalau konsistensi tinja keras,dos karton berlapis paraffin juga boleh dipakai. Wadah harus bermulut lebar.  Oleh karena unsure-unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopi tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda –(negatif),(+),(++),(+++) saja Berikut adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara makroskopis dengan sampel feses. Kerusakan mukosa Penyakit inflamasi usus besar (sindroma crohn, colitis ulseratif) Kuman yang invasif (beberapa jenis shigella, salmonella, ameba kampilobakter) Kolitis pseudo membranosa Perdarahan; rasa nyeri, berat badan mungkin menurun Biakan tinja berguna pada permulaan penyakit Sering didapat setelah penggunaan antibiotic yang mempunyai rentang spectrum lebar Dapat merupakan penyulit pada uremia, gagal jantung kongestif; iskemia intestinal
  • 9. Page 9 of 17  Pemeriksaan Jumlah Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.  Pemeriksaan Warna 1) Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin. 2) Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium. 3) Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik. 4) Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat. 5) Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.  Pemeriksaan Bau Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman.Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam. Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-rempah yang tercerna menambah bau tinja.
  • 10. Page 10 of 17  Pemeriksaan Konsistensi Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan bebentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. feses yang sangat besar dan berminyak menunjukkan alabsorpsi usus.  Pemeriksaan Lendir Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus. 1) Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus. 2) Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja. 3) Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik kolitis, mucous colitis pada anxietas. 4) Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan rektal anal. 5) Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc. 6) Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous adenoma colon.  Pemeriksaan Darah. Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja. 1) Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus. 2) Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan semakin hitam warnanya.  Pemeriksaan Nanah
  • 11. Page 11 of 17 Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada penyakit Kronik ulseratif Kolon , Fistula colon sigmoid, Lokal abses.Sedangkan pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang banyak.  Pemeriksaan Parasit Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang mungkin didapatkan dalam feses.  Pemeriksaan adanya sisa makanan Hampir selalu dapat ditemukan sisa makana yang tidak tercerna, bukan keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang dalam keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal. Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic dan zat-zat lainnya. Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol maka pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah. Penambahan larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam alkohol 70% menjadikan lemak netral terlihat sebagai tetes-tetes merah atau jingga. 2. Mikroskopis Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing. a. Protozoa Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit. b. Telur cacing Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainya. c. Leukosit Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan. Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam acetat 10% pada 1 tetes emulsi feces pada obyek glass.
  • 12. Page 12 of 17 d. Eritrosit Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal. e. Epitel Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal. f. Kristal Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin. g. Makrofag Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak. h. Sel ragi Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah supaya jangan dianggap kista amoeba i. Jamur 1) Pemeriksaan KOH Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan KOH (kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan pemeriksaan tinja rutin adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan dengan menggunakan lugol. Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis adalah pada kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan bentuk pseudohifa yang merupakan bentuk invasif dari Candida pada sediaan tinja. Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti diabetes melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka panjang. Kalau memang positif kandidiasis dan terdapat gejala kandidiasis, maka biasanya dapat sembuh total dengan obat jamur seperti fluconazole, tetapi tentu saja bila ada faktor risiko juga harus diatasi.
  • 13. Page 13 of 17 Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau pseudomembran kemudian hasil usapan diperiksa secara mikroskopik, sedangkan biopsi adalah pengambilan jaringan atau sel untuk dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik juga. 3. Kimia a. Darah samar Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik. Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2 ml/ hari Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac tes, orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas peroksidase /oksiperoksidase dari eritrosit (Hb) 1) Metode benzidine basa a) Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan panasilah hingga mendidih. b) Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai menjadi dingin kembali. c) Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau. d) Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu e) Bubuhilah 2ml filtrate emulsi tinja, campur. f) Berilah 1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur. g) Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama ) Catatan : Hasil dinilai dengan cara : Negative ( - ) tidak ada perubahan warna atau samar-samar hijau hijauPositif ( +) (2+) biru bercampur hijauPositif (3+) biruPositif Positif (4+) biru tua 2) Metode Benzidine Dihidrochlorida
  • 14. Page 14 of 17 Jika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai pengganti benzidine basa dengan maksud supaya test menjadi kurang peka dan mengurangi hasil positif palsu, maka caranya sama seperti diterangkan diatas. 3) Cara Guajac Prosedur Kerja : a) Buatlah emulsi tinja sebanyak 5ml dalam tabung reaksi dan tambahkan 1ml asam acetat glacial, campur. b) Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2ml alcohol 95 %, campur. c) Tuang hati-hati isi tabung kedua dalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah. d) Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan itu. Derajat kepositifan dinilai dari warna itu. Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara lain adalah preparat Fe, chlorofil, extract daging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant dapat menyebabkan hasil negatif (-) palsu, sedangkan Lekosit, formalin, cupri oksida, jodium dan asam nitrat dapat menyebabkan positif (+) palsu b. Urobilin Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut akholik. Prosedur kerja : 1) Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan larutan mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume tinja 2) Campurlah baik-baik dengan memakai alunya 3) Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan biarkan selama 6-24 jam 4) Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah c. Urobilinogen Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak
  • 15. Page 15 of 17 jumlah urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif. Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang dilakukan di laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan urobilin urin. d. Bilirubin Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin. Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode pemeriksaan Fouchet
  • 16. Page 16 of 17 BAB III PENUTUP A. Simpulan Pemeriksaan feses masih sering dilakukan pada laboratorium-laboratorium klinik maupun laboratorium di rumah sakit. Pemeriksaan feses adalah salah satu parameter yang digunakan untuk membantu dalam penegakan diagnosis suatu penyakit serta menyelidiki suatu penyakit secara lebih mendalam. Pemeriksaan feses dibagi menjadi 3 macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dan kimia. 1. Pemeriksaan makroskopis terdiri dari Pemeriksaan jumlah, pemeriksaan warna, pemeriksaan bau, pemeriksaan konsistensi, pemeriksaan lendir, pemeriksaan darah.pemeriksaan nanah, pemeriksaan parasit dan pemeriksaan adanya sisa makanan. 2. Pemeriksaan mikroskopis feses terdiri dari pemeriksaan terhadap Protozoa, telur cacing, leukosit, eritrosit, epitel, kristal,makrofag,sel ragi, dan jamur. 3. pemeriksaan kimia meliputi pemeriksaan Darah samar, urobilin, urobilinogen dan bilirubin. B. Saran Sebagai tenaga kesehatan yang professional dituntut mampu untuk mengerjakan segala sesuatunya dengan ilmu pengetahuan, bukan menerka, mengira ataupun asal asalan oleh karena itu kita harus selalu mengupdate ilmu dalam segala hal terutama dalam hal keperawatan.
  • 17. Page 17 of 17 DAFTAR PUSTAKA Gandasoebrata,R.1999.Penuntun Laboratorium Klinik.Jakarta: PT Dian Rakyat. (Halaman 180-185) Corwin, Elisabeth J.2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.(Halaman 518-519) http://www.kalbe.co.id/consultation/14/apa-itu-pemeriksaan-tinja-dg-koh-dan- bedanya pemeriksaan-tinja-rutin.htm ( Diakses pada 28 Maret 2011, pukul 16.30 ) http://health.detik.com/bila-feses-berwarna-hitam (Diakses 25 Maret 2011, pukul 17.00) frances. K. widmann. 1994. Tinjauan klinis atas hasil pemeriksaan laboratorium. Jakarta: EGC