Buku ini memberikan penjelasan singkat tentang jenis-jenis pemeriksaan radiologi seperti radiografi konvensional, CT Scan, MRI, USG, dan media kontras. Juga dijelaskan anatomi dasar beberapa bagian tubuh beserta gambar radiologinya serta gambaran radiologi beberapa kondisi yang sering dihadapi fisioterapis seperti tuberculosis, osteoarthritis, hernia nukleus pulposus, stroke. Selain itu dibahas pula jenis-jenis pemeriksaan laborator
2. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
TENTANG PENULIS
Ishak, S.Ft.,Physio lahir di Tandassura Polman 1975,
Sulawesi Barat, Latar belakang pendidikan lulus Akademi
Fisioterapi Depkes R.I tahun 1997, pada tahun 2008
mendapat kesempatan tugas belajar ke Program studi S1
Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin (UNHAS), menyelesaikan tahap akademik tahun 2010 dan
tahap profesi tahun 2011. Tahun 1999-2003 menjadi tenaga sukarela di
RSU Majene dan tahun 2003 terangkat jadi CPNS dilingkup Pemerintah
Kabupaten Majene pada Puskesmas Banggae I Majene sampai sekarang.
Keinginan untuk berbagi ilmu dan berdiskusi dengan Fisioterapi di
seluruh Indonesia khususnya ditanah Sulbar mendorong penulis untuk
mewujudkan buku ini untuk membantu memberikan informasi mengenai
radiologi dan laboratorium untuk fisioterapi.
Beberapa tulisan yang telah di upload ke webblog pribadinya di
htttp://www.ishakphysio.blogspot.com dianataranya mengenai Surat Tanda
Registrasi, Massage Perineum, Anatomi dasar otak, ergonomi, serta
Fisioterapi Jantung.
----oooOOOooo-----
2
3. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
PEMERIKSAAN RADIOLOGI dan LABORATORIUM untuk
FISIOTERAPI
Ishak, S.Ft.,Physio
Physio books/ IFI Mamuju
3
5. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
KATA PENGANTAR
Pemeriksaan Radiologi dan pemeriksaan laboratorium ditujukan
terutama untuk menegakkan diagnosa sehingga pemilihan jenis obat atau therapi
dapat diberikan sesuai dengan penyakit yang diderita pasien selain itu dapat
berguna untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin saja terjadi.
Selama ini banyak Fisioterapis yang kurang memperhatikan hasil foto radiologi
maupun hasil pemeriksaan laboratorium, hal ini kemungkinan disebabkan
kurangnya pengetahuan dasar dalam memahami hasil pemeriksaan serta
interpretasi hasil dari pemeriksaan radiologi maupun laboratorium.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis berinisiatif untuk
menulis buku Pemeriksaan Radiologi dan Laboratorium untuk Fisioterapi ini,
tentunya buku ini sangatlah sederhana dan hanya memuat informasi singkat
mengenai pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan Laboratorium hal ini
dikarenakan pengetahuan dan pemahaman penulis mengenai radiologi dan
laboratorium yang dangkal serta kurangnya buku literatur yang digunakan.
Disampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan buku ini.
Akhirnya, semoga buku Pemeriksaan Radiologi dan Laboratorium untuk
Fisioterapi ini dapat bermanfaat bagi teman-teman Fisioterapis dalam
memberikan pelayanan ditempat kerja.
Majene, 2012 Ishak,S.Ft.,Physio
5
6. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
DAFTAR ISI
Bab 1 Pengantar pada pemeriksaan Radiologi dan
Pemeriksaan Labiratorium untuk Fisioterapi ........ 8
Bab 2 Jenis-jenis Radiodiagnostik dan Media kontras ..... 8
A. Radiografi Konvensional................................ 8
B. CT Scan ......................................................... 10
C. MRI ............................................................... 11
D. USG .............................................................. 13
E. Media kontras ............................................... 14
Bab 3 Anatomi Dasar dengan Gambar Radiologi .......... 18
A. Thorax ......................................................... 19
B. Ekstremitas ................................................... 22
1. Ekstremitas atas ....................................... 22
2. Ekstremitas bawah .................................. 26
C. Columna Vertebra ........................................ 31
1. Cervical .................................................. 31
2. Thoracal ................................................. 33
3. Lumbosacrum ......................................... 35
D. Otak/Brain ................................................... 36
Bab 4 Gambaran Radiologi kondisi Fisioterapi ............. 39
A. Thorax ......................................................... 39
1. Tuberculosis/KP ..................................... 39
2. Bronchitis .............................................. 41
3. Cardiomegaly ........................................ 42
B. Ekstremitas ................................................... 44
1. Osteoarthritis ......................................... 44
2. Fraktur dengan Protesa ........................... 48
3. Trauma pada jaringan lunak ................... 49
C. Columna Vertebra ....................................... 50
1. Hernia Nukleus Pulposus (HNP).............. 50
2. Spondylosis ............................................ 52
3. Spondylolistesis ...................................... 53
6
7. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
4. Scoliosis ................................................. 55
D. Otak/Brain ................................................... 57
1. Stroke .................................................... 57
2. Hydrocephalus ...................................... 62
3. Trauma pada Menings ........................... 64
Bab 5 Pemeriksaan Laboratorium
A. Pemeriksaan Infeksi ...................................... 67
1. Leukosit ................................................. 67
2. Laju Endap Darah (LED) ......................... 68
3. HbsAg .................................................... 69
4. Tes TBC ................................................. 69
B. Pemeriksaan Tumor ..................................... 70
1. Pemeriksaan CEA ................................... 70
2. Pemeriksaan Carsinoma Antigen (CA)..... 70
C. Pemeriksaan Cardiovaskuler ......................... 71
1. CK/CPK .................................................. 71
2. CKMB .................................................... 72
3. SGOT ..................................................... 73
4. SGPT ...................................................... 73
5. Pemeriksaan Lemak Darah ...................... 75
D. Pemeriksaan yang Berhubungan dengan Mus-
culoskeletal .................................................. 77
1. CRP ....................................................... 77
2. RF ......................................................... 77
3. ASTO ..................................................... 78
4. Rheumatoid Arthritis ............................. 79
5. Asam Urat ............................................. 79
E. Pemeriksaan pada Sistem Endokrin
1. Pemeriksaan Gula Darah ........................ 80
2. HbA1C ................................................... 81
3. Pemeriksaan Fungsi Tiroid ..................... 82
7
8. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
BAB 1
PENGANTAR PADA PEMERIKSAAN RADIOLOGI
DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM
P
engetahuan mengenai pemeriksaan radiologi dan
laboratorium bagi Fisioterapis adalah suatu hal yang sangat
penting dalam rangka menegakkan diagnosis dan
menghindari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dalam
menangani suatu kondisi penyakit. Hal ini terutama sangat diperlukan
bagi Fisioterapis yang bekerja di Rumah Sakit Daerah ataupun
puskesmas yang belum mempunyai dokter spesialis radiologi maupun
spesialis patologi klinik. Hal ini tidak berarti bahwa Fisioterapis yang
bekerja pada rumah sakit maupun puskesmas yang sudah mempunyai
ahli radiologi maupun spesialis patologi klinik tidak memerlukan
pengetahuan mengenai pemeriksaan radiologi maupun laboratorium
karena keputusan untuk meminta pemeriksaan foto radiologi maupun
laboratorium juga sangat bergantung pada pemahaman dan
pengetahuan mengenai radiologi dan laboratorium.
Pengetahuan seorang Fisioterapis tentang interpretasi hasil
foto radiologi maupun Laboratorium akan sangat bermanfaat dalam
memilih modalitas yang digunakan dalam therapy, serta bisa berhati-
hati agar tidak menggunakan alat fisioterapi yang kontra indikasi
dengan penyakit pasien misalnya adanya spondylolistesis, infeksi akut
ataupun tumor.
8
9. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Secara umum pada setiap Rumah Sakit yang besar misalnya RS
Wahidin Sudirohusodo Makassar Instalasi Radiologi secara umum
mempunyai 2 unit kerja yaitu Radiodiagnostik dan Radioterapi.
Radiodiagnostik dalam menjalankan kegiatannya mempunyai
beberapa bagian yaitu: Foto Polos X ray, CT scan, MRI, Ultrasonografi,
sedangkan Radioterapi digunakan untuk pengobatan baik sebagai
upaya kuratif misalnya tumor maupun kanker, paliatif maupun yang
sifatnya emergensi misalnya untuk menghentikan perdarahan hebat.
Pemeriksaan laboratorium merupakan cabang ilmu patologi
dalam hal ini patologi klinik. Pemeriksaan laboratorium merupakan
pemeriksaan spesimen dari pasien berupa darah, urin, dan cairan
tubuh lainnya. Pemeriksaan laboratorium dimaksudkan untuk
menentukan atau membantu menentukan diagnosis penyakit serta
prognosis dengan tes penunjang lainnya, anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
Bagian/jenis pemeriksaan laboratorium terdiri atas:
Hematologi
Kimia Klinik
Urinalisis
Imunologi / Serologi
Infeksi
9
10. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
BAB 2
JENIS-JENIS RADIODIAGNOSTIK & MEDIA KONTRAS
A. Radiografi Konvensional
Sinar X merupakan bagian dari spektrum elektomagnetik,
dipancarkan akibat pengeboman anoda wolfram oleh elektron-
elektron bebas dari suatu katoda. Film polos dihasilkan oleh
pergerakan elektron-elektron tersebut melintasi pasien dan
menampilkan film radiografik.
Tulang dapat menyerap sebagian besar radiasi, menyebabkan
pajanan pada film paling sedikit, sehingga film yang dihasilkan
tampak berwarna putih. Udara paling sedikit menyerap radiasi,
menyebabkan pajanan pada film maksimal, sehingga film tampak
berwarna hitam. Diantara kedua keadaan ekstrem ini, penyerapan
jaringan sangat berbeda-beda menghasilkan citra dalam skala abu-
abu (grey scale). Film polos bermanfaat untuk: Dada, abdomen,
sistem tulang: trauma, tulang belakang, sendi, penyakit degeneratif,
metabolik dan metastatik (tumor).
Terminologi yang digunakan dalam Radiografi Sinar X :
a. Hiperradiolusen : udara bebas
b. Radiolusen : Paru normal, lemak
c. Intermediate : Soft tissue/ cairan, jantung,hepar, ginjal, ascites,
urine, darah, dan sebagainya.
10
11. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
d. Radiopak : Ca-density / Bone density, tulang perkapuran.
e. Hyperradiopak : Metal density, logam
Contoh gambar Foto X- Ray :
B. CT Scan
Pemeriksaan dengan menggunakan CT Scan dapat
mendeteksi kelainan – kelainan seperti perdarahan otak, tumor
otak, kelainan – kelainan tulang, kelainan di rongga dada &
rongga perut dan khususnya mendeteksi kelainan pembuluh darah
jantung (koroner) dan pembuluh darah umumnya (seperti
penyempitan pembuluh darah ginjal, dll) Lama pemeriksaan mulai
dari beberapa detik sampai 2 jam.
11
12. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
CT Scan menggunakan sinar X tetapi saat ekspos sinar tidak
langsung mengenai film tetapi ditangkap oleh detektor diteruskan
ke komputer monitor lalu ke printer. Ukuran gambar (piksel)
yang didapat pada CT Scan adalah Radiodensitas ukuran tersebut
menggunakan skala Houndsfield Unit (HU), Hounsfield nama
orang yang menemukan dan memperkenalkan CT-scan. Nilai HU
sendiri adalah merupakan pengukuran densitas jaringan.
Jaringan HU Warna
Udara -1000 Hitam ↓↓↓
Lemak -100 Hitam ↓↓
LCS 0 Hitam ↓
Otak 30 Abu-abu (-)
Darah +100 Putih ↑↑
Tulang +1000 Putih ↑↑↑
12
13. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Terminologi yang digunakan :
a. Isodens : Jaringan Otak Normal
b. Hipodens : Abses otak, infark
c. Hiperdens : perdarahan Otak
C. MRI (Magnetik Resonansi Imaging)
MRI atau Magnetic Resonance Imaging menggunakan
medan magnit dan frekuensi radio, jadi tidak mengionisasi jaringan,
tidak ada efek biologik. Memakai istilah isointens, hipointens,
hiperintens, kekuatan magnit disebut dengan satuan TESLA
(1 Tesla= 10.000 Gauss). MRI adalah suatu alat diagnostik teknologi
tinggi yang digunakan untuk membuat visualisasi dari penampang
tubuh manusia.
Pemeriksaan MRI memakai prinsip magnetik, tidak
menggunakan sinar X (tidak ada radiasi). Melalui pemeriksaan ini
dapat mendeteksi kelainan – kelainan saraf & jaringan lunak seperti
pada keluhan: sakit/nyeri kepala, sakit daerah punggung, pinggang,
nyeri/bengkak daerah persendian, kelainan payudara, kelainan
pembuluh darah, kelainan pada abdomen (perut), dan lain lain.
Lama pemeriksaan 20 menit – 1.5 jam
MRI memberikan hasil yang diperlukan oleh dokter untuk
menegakkan diagnosa atas penyakit yang diderita oleh pasien dan
juga menentukan rencana pengobatan yang tepat sesuai dengan
indikasi penyakit yang diderita oleh pasien.
13
14. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
a. Keuntungan menggunakan MRI :
- Tidak menggunakan sinar X,
- Tidak Merusak Kesehatan pada penggunaan yang tepat,
- Banyak pemeriksaan tanpa memerlukan zat kontras,
- Detail anatomis yang sangat baik terutama pada jaringan lunak,
- Dapat memperlihatkan pembuluh darah tanpa kontras :
Magnetic resonansi angiography (MRA).
b. Kerugian menggunakan MRI
- Biaya operasional mahal,
- Citra yang kurang baik pada lapangan paru,
- MRI lebih sulit ditoleransi dengan waktu pemeriksaan yang
lebih lama dibandingkan CT scan,
- Kontra indikasi pada pasien yang mengunakan pacemaker,
benda asing logam pada mata dan penggunaan protesa logam.
14
15. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
D. USG (Ultrasonografi)
Pemeriksaan menggunakan gelombang suara/ultrasound
untuk mendeteksi kelainan – kelainan di organ perut (hati, kandung
empedu, limpa, ginjal, dll), payudara, kandungan, kehamilan,
pembuluh darah, dll. Khususnya pada kehamilan, USG 3D/4D
dapat melihat rupa janin seperti sebuah foto dan dapat melihat
gerakan bayi yang dapat direkam dalam CD. Untuk payudara, USG
biasanya dipakai untuk skrinning benjolan/keluhan pada wanita –
wanita usia < 35 tahun atau sebagai pemeriksaan pelengkap dan
atau lanjutan setelah dilakukan mammografi pada wanita usia > 35
tahun.
Contoh Foto USG pada ginjal (tanda panah : batu ginjal)
15
16. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Terminology yang sering digunakan pada ultrasonografi antara lain:
Isoechoic atau normoechoic, misalnya untuk hepar, lien, atau
ginjal yang normal.
Hypoechoic atau echopoor atau echoluscent, misalnya abses
hepar dan tumor uterus.
Hyperechoic atau echorich atau echodens, misalnya batu ginjal
dan adanya kalsifikasi di suatu jaringan.
Unechoic atau echofree (hitam), misalnya urine, ascites dan
darah.
Pemeriksaan ultrasonografi biasanya ditujukan untuk kepala bayi,
tiroid, mammae, jantung, organ abdomen, kebidanan dan
kandungan.
E. Media Kontras
Media kontras merupakan zat yang membantu visualisasi
beberapa struktur selama melakukan beberapa teknik pemeriksaan
radiodiagnostik, bekerja berdasarkan prinsip penyerapan sinar X,
sehingga mencegah pengiriman sinar tersebut pada pasien. Zat
kontras yang paling sering digunakan adalah barium sulfat yang
dapat memperlihatkan bentuk saluran pencernaan dan sediaan
iodine organic yang banyak digunakan secara intravena pada CT
untuk memperjelas gambaran vaskuler dan berbagai organ. Agen-
agen kontras juga dapat digunakan pada lokasi tertentu, misalnya:
16
17. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Arteriografi pada sistem arterial
Venografi pada sistem vena
Mielografi pada teka spinalis
Kolangiografi pada sistem bilier
Artrografi pada persendian
Histerosalpingografi pada uterus dan
Sialografi pada kelenjar saliva.
Contoh foto yang menggunakan media kontras pada foto BNO
setelah 10 menit.
17
18. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Contoh dibawah adalah pemakaian kontras pada foto CT
scan (atas) dan foto MRI (bawah) pada pasien yang menderita
tumor pada otak gambar (-) adalah gambar non kontras sedangkan
gambar (+) adalah gambar dengan kontras. Gambar tanda panah
kuning memperlihatkan gambar pembuluh darah bagian luar
tumor sedangkan tanda panah merah adalah pembuluh darah yang
normal.
18
19. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Pemakaian media kontras seringkali digunakan untuk
melihat adanya tumor diotak dengan menggunakan CT-scan
ataupun MRI dan hasil foto dengan media kontras ini bisa
digunakan untuk memprediksi apakah tumornya jinak atau ganas
dengan melihat banyak tidaknya pembuluh darah disekitar tumor,
walaupun untuk memastikannya dilakukan dengan biopsi dan
pemeriksaan PA/Patologi Anatomi. Saluran pencernaan ataupun
saluran sistem eksresi seperti pada foto BNO diatas juga sering
menggunakan media kontras.
--oo0oo--
19
20. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
BAB 3
ANATOMI DASAR DENGAN GAMBAR RADIOLOGI
M
odal dasar yang harus dimiliki oleh seorang fisioterapis
dalam memahami hasil foto x-ray adalah mengenal
dan mengetahui anatomi dan gambaran radiologi
secara normal sehingga nantinya bisa menilai gambar apabila tidak
sama atau tidak sesuai gambar anatomi normalnya.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pengaruh sinar x
(x-ray) pada film adalah dengan menghitamkan film, apabila ada yang
menghalangi maka warna hitamnya kemudian akan berkurang
berubah kearah warna putih dan semakin kuat penghalangnya maka
gambar atau bayangan yang dihasilkannya juga akan semakin putih,
misalnya tulang akan menghasilkan gambar x-ray yang putih tetapi
akan lebih putih jika misalnya ada logam didalam tubuh misalnya
pada pasien yang mengalami fraktur dan dipasangi fiksasi internal atau
pada pasien yang memakai protesa misalnya pada fraktur collum
femoris yang menggunakan austin moore prothesa (lihat terminologi
yang sering digunakan).
Beberapa gambar anatomi dengan x-ray yang akan dibahas
dibawah ini hanya yang berhubungan secara langsung dengan
pekerjaan Fisioterapis. Adapun gambar anatomi dan penjelasan yang
tidak berhubungan secara langsung dengan pekerjaan sebagai
Fisioterapis dimaksudkan untuk tambahan informasi.
20
21. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
A. Thorax
Organ yang ada dalam thorax adalah paru-paru dan jantung
berikut adalah gambaran anatomi dengan foto x-ray foto thorax,
foto thorax yang rutin adalah foto PA (posterior anterior).
Keterangan gambar:
1. Clavicula 6. trakea
2. Aorta 7. Costa (tulang iga ke 4)
3. Jantung 8. Bronchovasculer
4. Diafragma kiri 9. Paru-paru
5. Gas dalam lambung 10.Diafragma kanan
11. Sudut costofrenikus
21
22. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Hal yang harus diperhatikan pada setiap foto thorax maupun
foto ekstremitas adalah:
1. Alignment yaitu, susunan tulang atau keteraturan tulang
serta persendian yang ada dalam foto.
2. Bone yaitu, perhatikan pada tulang yang ada dalam foto
apakah ada fraktur atau ada bayangan yang mencurigakan
misalnya bayangan yang berwarna hitam atau lebih putih
dari tulang.
3. Soft tissue atau jaringan lunak yang ada dalam foto,
perhatikan apakah ada massa atau tumor.
Dalam menangani pasien yang mengalami gangguan
pernapasan misalnya pasien yanng sesak napas maupun juga
pasien yang batuk Fisioterapis harus berhati-hati dalam
mengobatinya ada dua hal yang harus jadi perhatian khusus
yaitu adanya infeksi misalnya tuberculosis ataupun adanya
tumor. Pada pasien yang dicurigai menderita TB (tuberculosa)
harus dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan apakah dengan
pemeriksaan darah ataupun pemeriksaan dahak (sputum),
khusus untuk pemilihan alat pada kondisi jantung perhatikan
foto jangan sampai pasien memakai pacemaker implant (alat
yang ditanam di thorax bagian atas sebelah kiri). Pada pasien
seperti ini tentunya kontra indikasi dengan penggunaan alat dari
jenis electro therapy (lihat gambar dibawah) pada bagian dada
dan punggung serta Short Wave Diathermy (HFC 27 MHz).
22
23. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Gambar pacemaker implant pada pasien penyakit jantung yang mengalami AV blok.
Hal lain yang harus diperhatikan pada foto thorax adalah:
1. Perhatikan sudut costofrenikus, normalnya lancip apabila
tumpul berarti ada kemungkinan terjadinya efusi pleura. Pada
pasien wanita terdapat bayangan payudara pada diafragma.
2. Perhatikan broncovasculer, apabila corakan berlebih ada
kemungkinan bronchitis.
3. Perhatikan apakah ada gambaran spesifik misalnya KP/TB
ataupun tumor.
4. Diafragma kanan biasanya lebih tinggi karena adanya liver.
23
24. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
5. Perhatikan apakah ada pembesaran jantung atau cardiomegali,
atau pembesaran jantung.
B. EKSTREMITAS
1. Ekstremitas Atas:
a. Shoulder joint X ray AP dan L:
Keterangan gambar:
1, Clavicula. 2, Acromion. 3, tuberculum mayus. 4, tuberculum
minus. 5, collum Humerus. 6, Humerus. 7, Processus Coracoideus.
8, Axillary border of scapula. 9, Rib/costa.
24
25. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Keterangan gambar:
1,Processus Coracoideus.
2, Clavicula
3, Acromion.
4. Caput humeri
5. Humerus
6. Pinggir lateral dari scapula
25
26. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
b. Elbow joint AP dan L
Keterangan gambar:
1, Humerus. 6, Radius
2, epicondylus medial. 7,Caput Radial
3, epicondylus Lateral. 8, Ulna
4, fossa Olecranon. 9, processus Olecranon
5, capitellum. 10, process Coronoid
11, Anterior fat pad.
26
27. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
c. Wrist Joint AP
1, Processus styloideus ulna.
2, Lunatum.
3, Radius.
4, Navicular.
5, Trapezium (multangulum mayus).
6, Metacarpal pertama (Ibu jari).
7, Trapezoid (multangulum minus).
8, Capitatum.
9, Hamatum.
10, Triquetrum.
11, Pisiform. .
27
28. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
2. Ekstremitas Bawah
a. Pelvic dan Hip joint AP:
Keterangan gambar:
1 Ramus Superior dari Pubis Dextra
2 Symphysis Pubis
3 Ramus Inferior dari Pubis sinistra
4 foramen obturatorium
5 Trochanter minor
28
29. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
6 Trochanter mayor
7 Iliaca wing/sayap
8 Crista iliaca
9 Pedikel Vertebra Lumbar Spine
10 Sacro-iliaca joint dextra
11 Caput femur dextra/kanan
12 Fossa acetabulum
13 aput femur sinistra/kiri
b. Knee joint AP dan L
Knee joint atau sendi lutut dibentuk oleh 4 buah
tulang yaitu femur, tibia, fibula dan patella oleh karena
banyaknya tulang yang membentuk sendi maka sendi lutut
dikategarikan sebagai sendi yang besar, sendi lutut juga
merupakan sendi yang paling banyak menerima beban
tubuh sehingga paling sering mengalami osteo arthritis.
Knee joint dapat dikatakan sebagai sendi yang paling
lengkap struktur yang membangunnya, pada sendi lutut
terdapat banyak bursa, serta meniscus yang berfungsi
sebagai shock absorber dan juga terdapat dua ligamen besar
yaitu ligamen crusiatum anterior dan crusiatum posterior.
Pada seorang atlet misalnya sepak bola cedera pada
meniscus dan ligamen crusiatum adalah merupakan
29
30. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
malapetaka besar bagi perkembangan karirnya dalam
bermain bola.
Cedera pada meniscus dan ligamen hanya bisa
dideteksi dengan menggunakan MRI (Magnetic Resonansi
Imaging).
30
35. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
2. THORACAL
a. Thoracal AP
Keterangan gambar:
1, Ventrikel kiri jantung. 1. Gas dalam colon
2, Gas dalam lambung. 2. Gas dalam lambung
3, hemidiaphragma kanan. 3. Hemidiafragma kiri
4, Costa/rib Posterior . 4. Costa/rib posterior
5, Clavicula. 5. Pedikel, 6. Proc. Spinosus
7.Processus transpersus
35
36. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
b. Thoracal Lateral
Keterangan gambar:
1,Costa/rib Posterior.
2, Corpus Vertebra.
3, Discus Intervertebral.
36
38. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
D. OTAK/BRAIN
Gambaran radiologi otak dibawah ini adalah dengan
menggunakan MRI, pada foto MRI ataupun CT-scan beberapa
potongan gambar secara umum diambil dengan 3 potongan yaitu
sagital (membagi kepala kiri dan kanan), koronal (membagi kepala
depan dan belakang) serta axial (membagi kepala atas dan bawah).
1. Potongan otak dengan sagital:
Keterangan gambar dibawah ini gunakan untuk potongan otak dengan foto
MRI pada potongan sagital, koronal dan potongan axial.
38
39. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Keterangan gambar:
1. Sinus Sagital superior 16. Corpus Callosum
3. Lobus Frontal 17. Arteri Serebri Media
4. Lobus Parietal 20. Foramen Monro
13. Ventrikel Lateral 22. Ventrikel ketiga
23. Sinus Frontal 52. Medulla
31. Aqueduct Serebri 55. Sinus Sigmoid
43. Arteri Basiler 63. Lidah
45. Cerebellum 67. Fornix
48. Pons 72. Thalamus
50. Sinus Sphenoid 73. A. Meningeal
2. Potongan otak dengan Koronal
39
40. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
3. Potongan otak dengan Axial
--oo0oo--
40
41. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
BAB 4
GAMBARAN RADIOLOGI KONDISI FISOTERAPI
G ambaran radiologi yang akan dibahas dibawah ini adalah
merupakan gangguan atau kondisi yang berhubungan
dengan Fisioterapi dalam menjalankan profesinya. Kondisi
yang akan dibahas adalah kondisi yang dipilih karena sering
didapatkan dilapangan ataupun tempat kerja.
A. THORAX:
1. Tuberculosis/TB
Tuberculosis adalah merupakan salah satu penyakit
infeksi, penyakit disebabkan oleh mycobacterium tuberculosa
menyerang terutama pada paru-paru dan tulang vertebra,
penyakit ini termasuk gampang menular sehingga Fisioterapis
harus berhati-hati dalam menangani pasien yang menderita TB.
Hampir semua alat fisioterapi dari golongan electrotherapy dan
juga actino therapy serta Diathermy kontra indikasi pada
pasien yang mengalami TB, hal ini disebabkan oleh mekanisme
kerja alat yang meningkatkan sirkulasi darah dan metabolisme.
Pemeriksaan TB tidak cukup hanya dengan pemeriksaan
Radiologi tetapi juga harus dan lebih utama pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan laboratorium yang paling sering
digunakan adalah pemeriksaan sputum untuk melacak
keberadaan bakteri mycobacterium tuberculosa.
41
42. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Gambar radiologi diatas hanya merupakan salah satu gambaran
penderita TB.
Gejala utama TB:
Batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih.
Gejala lainnya:
Batuk bercampur darah,
Sesak nafas dan nyeri dada,
Badan Lemah,
Nafsu makan berkurang,
Berat badan turun,
Rasa kurang enak badan (lemas)
42
43. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Demam meriang berkepanjangan
Berkeringat di malam hari walaupun tidak melakukan
kegiatan.
2. BRONCHITIS
Bronchitis adalah merupakan peradangan atau inflamasi
pada bronchus paru.
Gambaran radiologi pada penderita Bronchitis, perhatikan
lingkaran!.
43
44. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
3. CARDIOMEGALY
Cardiomegaly adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami pembesaran, keadaan ini sering terjadi pasien yang
mengalami gagal jantung (heart failure). Cara mengukur
pembesaran jantung adalah dengan mengukur lebarnya jantung
juga lebar thorax keseluruhan, hasil lebar jantung kemudian
dibagi dengan lebar thorax normalnya adalah 0,5 cm, apabila
lebih dari 0,5 cm berarti ada pembesaran pada jantung kecuali
pasien di foto dengan posisi berbaring dapat ditoleransi
0,58 cm.
Perhatikan gambar dan cara mengukur cardiomegali sebagai
berikut.
44
45. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Buat garis lurus pada garis tengah tubuh kemudian cari bagian
jantung yang lebar pada sisi kanan (A) dan juga bagian jantung
sebelah kira (B), kemudian cari thorax yang lebar (C) kemudian
ukur.
Hasil Ukur A + B dibagi dengan C
Contoh: 19,2 cm / 30 cm = 0,64 cm
Dalam menangani pasien yang mengalami cardiomegaly
Fisioterapi harus berhati-hati dalam memberikan suatu jenis latihan
dengan memperhatikan Freqwensi, Intensitas, Technique dan Time
(waktu), serta memperhatikan riwayat perjalanan penyakit pasien.
B. EKSTREMITAS
Pada foto ekstremitas atau foto musculoscletal ada beberapa
hal yang harus menjadi fokus seorang Fisioterapis dalam melihat
atau menilai foto x-ray atau CT-scan yaitu: adanya fraktur,
dislokasi, tumor, osteoporosis dan kondisi persendian apakah ada
penyempitan celah persendian, adanya kalsifikasi atau osteofit.
Penjelasan mengenai foto musculoscletal dibawah ini akan
lebih difokuskan pada kondisi persendian pada lutut, hip dan
columna vertebra, mengingat kedua kondisi ini sangat banyak
dijumpai ditempat kerja seorang Fisioterapis. Mengenai foto x-ray
ataupun ct-scan pada kondisi fraktur atau dislokasi cukup dengan
45
46. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
mempelajari dan mengamati dengan seksama foto x-ray yang
normal.
1. OSTEO ARTHRITIS
Kelompok penyakit yang mempunyai etiologi berbeda
namun dengan keluaran biologik, morfologik dan klinis serupa.
Proses penyakit mengenai tulang rawan sendi, tulang
subkondral, ligament, kapsul, membrane sinovium, otot
periartikuler, akhirnya tulang rawan sendi mengalami
degenerasi dengan fibrilasi, fisura, ulserasi dan seluruh
ketebalan permukaan sendi hilang.
46
47. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Pada gambar diatas ada dua hal yang tampak pada gambar radiologi yaitu
terjadinya penyempitan celah sendi dan timbulnya osteofit (terbentuknya
tulang baru/pengapuran) pada aspek medial knee joint.
Knee joint atau sendi lutut merupakan sendi yang
paling sering mengalami OA terutama usia diatas 40 tahun
keatas. Selain karena faktor usia OA juga dapat dipicu oleh
cedera, kegemukan penyakit serta keturunan.
Pembagian kategori/derajat OA:
Berat OA Tanda Radiografik
Grade 0 Tidak ada Tak ada tanda OA
Grade I Ragu Osteofit kecil, makna diragukan
Grade II Minimal Osteofit jelas, celah sendi tak rusak
Grade III Sedang Celah sendi berkurang
Grade IV Berat Celah sendi rusak / sempit, sclerosis tulang sub
kondral
DIAGNOSIS :
OA LUTUT
Klinik :
1. Nyeri sendi hampir sepanjang bulan sebelumnya
2. Krepitasi (bunyi pada persendian) pada gerak aktif sendi
47
48. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
3. Kaku pagi lama 30 menit
4. Usia 38 tahun
5. Pembesaran tulang lutut (pada pemeriksaan)
OA ada, apabila ditemukan no. 1, 2, 3, dan 4 atau no. 1, 2,
dan 5 atau no. 1 dan 5, Sensivitas 89%, Spesifisitas 88%
Klinik, Laboratorik dan Radiografi :
1. Nyeri lutut hampir sepanjang bulan sebelumnya
2. Osteofit pada tepi sendi
3. Analisis cairan sendi khas OA
4. Usia 40 tahun
5. Kaku pagi lama : 5 = 30 menit
6. Krepitus pada gerak aktif sendi
OA ada, apabila ditemukan no. 1 dan 2 atau no. 1,3,5, dan 6
atau no. 1,4,5, dan 6, Sensivitas 94%, Spesifisitas 88%
OA TANGAN
Klinik :
1. Nyeri tangan, sakit atau kaku hampir sepanjang bulan
sebelumnya.
2. Pembesaran jaringan keras dari 2 atau 10 sendi tangan
terpilih
3. Kurang dari 3 sendi MCP bengkak
4. Pembesaran jaringan keras 2 atau lebih sendi DIP
48
49. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
5. Deformitas 2 atau lebih dari 10 sendi tangan terpilih
OA ada, apabila ditemukan no. 1, 2, 3, dan 4 atau no. 1, 2, 3,
dan 5 Sensivitas 92%, Spesifitas 98%
OA PANGGUL
Klinik :
1. Nyeri panggul hampir sepanjang bulan sebelumnya
2. Osteofit femoral dan atau asetabular pada radiografi
3. Laju Endap Darah 20 mm/jam
OA ada, apabila ditemukan no. 1 dan 2 atau no. 1, 2, dan 3
Sensitivitas 91%, Spesifisitas 89%.
49
50. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
2. FRAKTUR DENGAN PROTESA
Fraktur atau patah tulang yang terjadi pada persendian
terutama pada orang tua diatas 60 tahun biasanya dipasangi
protesa atau alat pengganti, misalnya pada fraktur collum
femoris yang dipasangi dengan austin moore protesa seperti
gambar dibawah ini.
Mengetahui mengenai terdapatnya protesa ataupun
fiksasi internal pada pasien yang pernah mengalami fraktur
menjadi sesuatu yang sangat penting untuk seorang Fisioterapis
karena menjadi kontra indikasi bagi pemakaian alat fisioterapi
yang berupa SWD (short wave diathermy) maupun MWD
(micro wave diathermy).
50
51. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
3. TRAUMA PADA JARINGAN LUNAK
Pemeriksaan radiologi pada trauma atau injury pada
jaringan lunak atau soft tissue pada ekstremitas hanya bisa
dilihat dengan menggunakan CT scan atau MRI. Dibawah ini
adalah hasil gambar dengan MRI pada injury hamstring.
Keterangan gambar:
Tanda kepala panah: Edema pada long head biceps femoris,
Tanda panah panjang: Cairan antara otot dan tendon intramuscular,
Tanda asterik: Signal normal pada short head biceps femoris.
51
52. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
C. COLUMNA VERTEBRALIS
1. HNP (HERNIA NUKLEUS PULPOSUS)
Hernia Nukleus Pulposus ataupun Prolapsus
Intervertebral Disc (PID) maupun sering juga disebut dengan
(Disc Bulging) adalah suatu kondisi dimana terjadi gangguan
pada diskus intervertebral dengan jebolnya nukleus pulposus
keluar. Seperti diketahui bahwa pada setiap korpus vertebra
dengan vertebra lainnya diantarai diskus intervertebral yang
terdiri atas dua bagian yaitu bagian luar adalah annulus fibrosus
dan bagian dalamnya adalah nukleus pulposus. Nukleus
pulposus bisa keluar dan menembus annulus fibrosus dan
menekan saraf yang keluar dari foramen intervertebral dan
kondisi inilah yang dikenal dengan Hernia Nukleus pulposus.
52
53. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Gambar diatas adalah gambar MRI dengan Proton Density pada
lumbal dengan potongan axial. Perhatian utama pada gambar
diatas adalah pada diskus intervertebral dimana harusnya
berwarna putih karena berupa cairan, pada ketinggian antara L5
dan sacrum diskus berwarna hitam karena jebol keluar dan
menjadi kering. Gambar dengan tanda bintang (bintang 5)
adalah thecal sac (cauda equina) yang berisi banyak serabut
53
54. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
saraf yang mengapung dalam Liquor Cerebrospinal. Gambar
dengan tanda panah adalah Ligamen Longitudional Posterior
dan gambar dengan tanda bintang 8 adalah Ligamentum
Plavum.
2. SPONDYLOSIS
Dalam beberapa buku spondylosis sering kali diartikan
sama dengan spondiloarthrosis dan OA Vertebra, kondisi ini
merujuk pada degenerasi dari discus intervertebral dan korpus
vertebra. Kondisi ini menyebabkan terjadinya penipisan atau
berkurangnya tinggi diskus serta terbentuknya osteofit atau taji
pada korpus vertebra.
54
55. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Ketinggian diskus pada tiap tingkatan vertebra berbeda-beda:
Vertebra cervical tingginya 5 mm, Thoracal 7 mm dan lumbal
10 mm atau sama dengan 1 cm.
3. SPONDYLOLISTHESIS
Spondylolisthesis adalah suatu kondisi dimana corpus
vertebra bergeser kedepan terhadap vertebra yang lainnya,
apabila bergeser ke beakang dikenal dengan nama retrolisthesis.
55
56. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Untuk memudahkan dalam memahami dan menganalisa
foto x- ray spondylolistesis mengenai derajat atau grade berikut
ini adalah gambar sketsa dari lumbosacrum.
56
57. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Dalam menangani pasien dengan spondylolisthesis harus
hati-hati dalam memberikan exercise therapy dan kontra
indikasi dengan manipulasi vertebra. Sehingga pemahaman
mengenai kondisi ini sangat penting bagi seorang Fisioterapis.
4. SCOLIOSIS
Scoliosis adalah merupakan suatu kondisi dimana terjadi
pembengkokan pada tulang vertebra berbentuk huruf C atau
huruf C terbalik maupun huruf S, scoliosis paling sering terjadi
pada vertebra thoracal dan lumbal.
• Sinar X ditujukan untuk membuat konfirmasi diagnosis skoliosis
dan memeriksa besarnya kurva tulang belakang.
57
58. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
• Sinar X memberikan beberapa indikasi jika terjadi gangguan
pada sistema skleleton.
• Terkadang dibutuhkan juga pemeriksaan MRI jika diperoleh
pembengkokan pada daerah tulang belakang thoracalis dan
cervicalis dan timbulnya gejala neurological yang menunjukkan
terjadinya penekanan pada medulla spinalis atau anak masih
sangat muda ( 8 – 11 tahun).
Pengukuran kurvatura scoliosis atau derajat scoliosis
sering diukur dengan teknik cobb’s adapun cara
pengukurannya adalah dengan menentukan vertebra bagian
atas yang mengalami pembengkokan dan bagian bawah yang
mengalami pembengkokan, untuk lebih jelasnya perhatikan
gambar berikut!, sudut 430 adalah sudut derajat
pembengkokan scoliosis dikenal dengan istilah sudut cobb’s.
58
59. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Pengukuran besarnya sudut cobb digunakan untuk menentukan
tindakan pengobatan yang akan dipilih, dalam beberapa buku
dan beberapa website mengenai scoliosis dijelaskan bahwa
pemberian latihan/exercise plus bracing pada thoraco lumbal
hanya akan efektif jika sudut cobb kurang 450 dan diatas 450
bisa dipertimbangkan untuk dilakukan operasi untuk
memperbaiki pembengkokan tulang belakang.
D. OTAK/ BRAIN
1. STROKE
Stroke menurut WHO, 1995 adalah suatu gangguan
fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan
gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih
dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak. Stroke secara umum terdiri atas
dua jenis yaitu:
a. Ischemik atau infark otak
85% kasus stroke
Paling banyak terjadi pada arteri cerebralis medialis
Faktor penyebab paling lazim: proses atherosclerosis,
thrombosis dan emboli yg terjadi pd pembuluh otak
atau berasal dari luar otak (paling sering cardiac emboli)
b. Haemorrhage atau perdarahan otak (15%)
59
60. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Intracerebral haemorrhage 10%, dimana awal serangan
sering fatal.
Subarachnoid haemorrhage 5%.
Faktor penyebab paling lazim: hipertensi atau
aneurisma & arteriovenous malformation (AVM)
Perdarahan menyebabkan brain shift & distortion; dapat
juga menyebabkan ischemik bila hematoma menekan
arteri di otak.
Pada stroke iskemik gambaran radiologi dengan ct-scan akan
menampakkan gambar ct-scan pada area yang mengalami
infark dengan warna yang lebih gelap dari pada daerah
sekitarnya seperti pada gambar dibawah ini:
60
61. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Sedangkan pada stroke dengan haemoragik pada ct-
scan akan memperlihatkan gambar dengan warna putih
pada area yang mengalami perdarahan. Secara umum
haemoragik stroke terdapat dua jenis yaitu perdarahan
intracranial dan perdarahan sub arachnoid. Perdarahan
intracranial seperti pada gambar berikut:
Sedangkan perdarahan yang terjadi pada sub arachnoid
seperti gambar berikut: darah yang berasal dari ruang sub
arachnoid masuk kedalam otak lewat sulcus-sulcus yang ada
di otak dan mengisi sisterna (cistern).
61
62. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Perdarahan juga dapat terjadi karena AVM (arterousvenous
malformation) yang merupakan suatu kelainan pada arteri
dan vena diotak.
62
63. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Penyebab yang juga sering menyebabkan
haemoragik adalah terjadinya aneurisma pada pembuluh
darah diotak yaitu suatu kondisi dimana pembuluh darah
terjadi “balloning” (pembuluh darah menyerupai balon).
Seperti diperlihatkan pada gambar dibawah, gambar ini
diambil dengan MRA (Magnetik Resonansi Angiography)
suatu program MRI yang khusus untuk melihat kelainan
pada pembuluh darah.
Gambar diatas adalah gambar pada pembuluh darah bagian
dasar otak yang dikenal dengan “sirkulus willis”.
Perbedaan hasil foto ct-scan dengan MRI pada pasien stroke
diperlihatkan pada gambar dibawah ini:
63
64. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Pada gambar diatas foto ct-scan dan MRI diambil pada
pasien yang sama gambar ct-scan terlihat abnormalitas sangat
tipis atau kurang nampak (lingkaran) sedangkan pada foto MRI
abnormalitas yang terlihat sangat jelas (asterik).
2. HYDROCEPHALUS
Hydrocephalus atau terdapatnya cairan yang berlebihan
didalam otak terjadi karena adanya gangguan peredaran dari
LCS (Liquor Cerebro Spinal). dimana LCS diproduksi di ventrikel
(ruang didalam otak) lalu dialirkan ke Medulla spinalis ditulang
belakang dan juga seluruh otak, kemudian diserap ke pembuluh
darah vena dan kembali ke jantung.
Hydrocephalus jika terjadi pada bayi maka akan
meyebabkan kepalanya membesar akibat dari tulang tengkorak
64
65. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
yang belum kuat tetapi apabila terjadi pada orang dewasa,
kepalanya tidak lagi akan membesar akan tetapi menyebabkan
kesadarannya terganggu sampai koma.
Terdapat dua jenis Hydrocephalus:
1. Hidrosefalus internus/ hidrosefalus oklusif/ hidrosefalus
non komunikans, keadaan ini dapat terjadi oleh karena
penyumbatan di salah satu bagian susunan ventrikel.
Misalnya suatu oklusi foramen interventriculare pada
satu sisi dapat menimbulkan pelebaran lumen ventrikel
lateral pada sisi yang sama dengan akibat penekanan
pada jaringan otak setempat.
65
66. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
2. Hidrosefalus externus/ hidrosefalus malresorptif/ hidro-
sefalus komunikans, keadaan ini dapat terjadi oleh
hambatan aliran LCS didalam cavitas subarachnoidalis,
yang dapat disebabkan misalnya oleh karena
peradangan pada selaput otak (meningitis).
3. TRAUMA PADA MENINGES
Meninges atau selaput otak terdiri atas 3 lapisan yaitu
dari luar kedalam duramater, arachnoid dan piamater . Diantara
menings terdapat ruang yaitu: yang berada diantara tengkorak
kepala dan duramater disebut dengan epidural, ruang antara
duramater dan arachnoid disebut subdural, dan ruang antara
arachnoid dan piamater disebut sub arachnoid. Ruang-ruang
tersebut dapat mengalami perdarahan akibat kecelakaan lalu
lintas ataupun trauma langsung.
a. Perdarahan epidural
66
67. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
b. Perdarahan sub dural
c. Perdarahan sub arachnoid
Untuk membedakan gambar diatas apakah yang
mengalami perdarahan adalah epidural, sub dural atau sub
arachnoid maka harus diperhatikan model perdarahannya
(warna putih) apabila gambar putih didalam otak cembung
67
68. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
maka perdarahan tersebut terjadi pada epidural, dan apabila
gambar perdarahannya cembung dan juga ada yang konkaf
maka perdarahan yang terjadi adalah pada sub dural,
sedangkan perdarahan yang terjadi pada sub arachnoid ditandai
dengan darah yang masuk kedalam sulcus diotak terjadi
perubahan warna menjadi putih.
---oo0oo--
68
69. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
BAB 5
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
P
engetahuan mengenai pemeriksaan laboratorium bagi
seorang Fisioterapis dimaksudkan untuk lebih memahami
mengenai penyakit yang ditangani serta untuk menghindari
hal-hal yang bisa merugikan bahkan membahayakan pasien.
Penjelasan mengenai pemeriksaan laboratorium dibawah ini
akan lebih difokuskan pada pemeriksaan yang berhubungan dengan
penyakit infeksi, tumor, cardiovaskuler, musculoskeletal, neuro-
muscular serta penyakit endokrin.
A. PEMERIKSAAN INFEKSI
1. Leukosit.
Pemeriksaan yang paling sering dilakukan untuk
mengetahui apakah ada infeksi atau radang adalah
pemeriksaan leukosit. Leukosit adalah sel darah putih yang
diproduksi oleh jaringan hemopoetik untuk jenis bergranula
(polimorfonuklear) dan jaringan limfatik untuk jenis tak
bergranula (mononuklear), berfungsi dalam sistem pertahanan
tubuh terhadap infeksi.
Nilai normal:
Dewasa : 4000-10.000/mm3
Bayi / anak : 9.000-12.000/mm3
Bayi baru lahir : 9.000-30.000/mm3
69
70. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Peningkatan jumlah leukosit (lekositosis)
Menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut, misalnya
pneumonia, meningitis, apendiksitis, tuberkulosis, tonsilitis, dll.
Dapat juga terjadi pada miokard infark, sirosis hepatis, luka
bakar, kanker, leukemia, penyakit kolagen, anemia hemolitik,
anemia sel sabit, penyakit parasit, dan stress karena
pembedahan maupun gangguan emosi. Peningkatan lekosit
juga dapat disebabkan karena obat-obatan, misalnya: aspirin,
prokainamid, alopurinol, kalium yodida, sulfonamida, heparin,
digitalis, epinefrin, litium dan antibiotika terutama ampicillin,
eritromisin, kanamisin, tetracycline, vankomisin, dan
streptomicyn.
Penurunan jumlah leukosit (lekopeni)
Dapat terjadi pada penderita infeksi tertentu, terutama virus,
malaria, alkoholik, reumatoid arthritis, dan penyakit
hemopoetik, (anemia aplastik, anemia pernisiosa). Lekopenia
dapat juga disebabkan penggunaan obat terutama
asetaminofen, sulfonamide, profiltioraciyl (PTU), barbiturate,
kemoterapi kanker, diazepam, diuretika, antidiabetika oral,
indometasin, metildopa, fenotiazin, dan antibiotika (penicillin,
cefalosporin, dan kloramfenikol).
70
71. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
2. LED (Laju Endap Darah)
LED dapat dipakai sebagai sarana pemantauan
keberhasilan terapi, perjalanan penyakit terutama penyakit
kronis misal: arthritis reumatoid, TBC. Peninggian LED biasanya
terjadi biasanya terjadi akibat peningkatan kadar globulin dan
fibrinogen karena infeksi akut lokal maupun sistemis aatau
trauma atau trauma, kehamilan, infeksi kronis dan infeksi
terselubung yang berubah menjadi akut.
Penurunan LED dapat terjadi pada gagal jantung
kongesti, anemia sel sabit, infeksi mononukleus, defisiensi
faktor V pembekuan, arthritis degeneratif, dan angina pektoris.
Dapat juga karena penggunaan obat etambutol, quinine,
aspirin dan kortison.
Peningkatan LED terjadi pada arthritis reumatoid, infark
miokard akut, kanker (lambung, colon, payudara hepar dan
ginjal), penyakit Hodkin’s, mieloma multiple, limfosarkoma,
infeksi bakteri, gout, eritrobalstosis foetalis, kehamilan timester
II dan III, operasi dan luka bakar.
Nilai LED normal:
Pada pria : 0-8 mm/jam
Pada wanita : 0-15 mm/jam (westergren atau wintrobe).
71
72. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
3. HbsAg (Hepatitis B surface Antigen)
Adalah material permukaan/kulit virus hepatitis B berisi
protein yang dibuat oleh sitoplasma sel hati yang terkena
infeksi dan beredar dalam darah sebelum dan selama infeksi
akut, karier dan hepatitis kronik. HbsAg tidak infeksius tetapi
justru merangsang tubuh untuk membentuk antibodi.
Apabila ditemukan + (positif) pada darah berarti pasien
mengidap HVB (Hepatitis virus B). HbsAg muncul/menjadi
positif setelah 6 minggu dari infeksi dan menghilang dalam 3
bulan. Apabila HbsAg tetap ada lebih dari 6 bulan berarti
menjadi kronis atau karier.
4. Tes TBC
Tes yang dapat dilakukan untuk identifikasi TBC, antara
lain adalah:
a. Pulasan Ziehl Nielson:
Sedian apus dari pus/sputum/cairan pleura, dengan
pewarnaan Ziehl Neelson bersifat tahan asam. Pemeriksaan
ini sering dilakukan di Puskesmas untuk pemberantasan TB.
b. Dapat juga denngan biakan media Lowenstein Jensen
c. Pemeriksaan serologis dengan mendeteksi antibodi
terutama IgG dan IgM terhadap TBC.
72
73. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
B. PEMERIKSAAN TUMOR
1. Pemeriksaan CEA (Carsinoma Embrionik Antigen)
Pemeriksaan ini sering kali digunakan untuk skrining
untuk petanda tumor, walaupun tes ini sebenarnya dikhususkan
untuk karsinoma kolon dan pankreas. Oleh karena itu untuk
menegakkan karsinoma pada kolon dan pankreas sebaiknya
dilengkapi dengan pemeriksaan lain karena peningkatan CEA
juga terjadi pada kanker oesofagus, lambung, hepar, usus halus,
rektum, paru-paru, mammae, serviks, prostat, kandung kemih,
testis, ginjal, dan leukemia. CEA juga meningkat pada penyakit
radang usus, perokok sigaret kronis, kolitis ulseratif, sirosis hati,
pneumonia bakteri, emfisema paru, pankreatitis akut, gagal
ginjal akut, dan penyakit jantung iskemik.
Nilai normal:
Tidak merokok : <2,5 ng/ml
Perokok : <3,5 ng/ml
Pada inflamasi akut 10 ng/ml, neoplasma 12 ng/ml.
2. Pemeriksaan CA (Carsinoma Antigen)
Pemeriksaan dengan bahan darah untuk mengidentifikasi
keberadaan antigen Pemeriksaan ini digunakan sebagai panel
penanda tumor (tumor marker) pada organ tertentu.
73
74. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Nilai normal : Negatif
Jenis antigen karsinoma :
CA 19-9 penanda tumor pada pancreas, kolorectal.
CA 15-3 penanda tumor untuk payudara,
CA 125 penanda tumor ovarium,
CA 72-74 penanda tumor pada ovarium dan lambung,
Penanda tumor lain:
AFV, PIVKA-II untuk tumor hati,
Tiroglobulin, kalsitonin untuk tumor tyroid,
Pap smear, SCC untuk tumor serviks,
PSA, free PSA untuk tumor prostat,
CEA, SCC, NSE untuk tumor paru-paru,
Anti EBV VCA IgA, Anti EBV EA IgA untuk tumor nasopharing.
C. PEMERIKSAAN CARDIOVASCULER
1. CK/CPK (Creatin Posfo Kinase)
Enzim berkonsentrasi tinggi dalam jantung dan otot rangka,
konsentrasi rendah pada jaringan otak, berupa senyawa
nitrogen yang terfosforisasi dan menjadi katalisator dalam
transfer fosfat ke ADP (energi).
Kadarnya meningkat dalam serum 6 jam setelah infark dan
mencapai puncak dalam 16-24 jam, dan kembali normal setelah
72 jam (3 hari).
74
75. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Peningkatan CPK merupakan indikator penting adanya
kerusakan miokardium.
Nilai Normal:
Dewasa pria : 5-35 Ug/ml atau 30-180 IU/L
Wanita : 5-25 Ug/ml atau 25-150 IU/L
Anak laki-laki : 0-70 IU/L
Anak wanita : 0-50 IU/L
Bayi baru lahir : 65-580 IU/L
2. CKMB (Creatinkinase label M dan B)
Jenis enzim yang terdapat banyak pada jaringan
terutama otot, miocardium, dan otak. Terdapat 3 jenis
isoenzim kreatin kinase dan diberi label M (musculus) dan B
(brain), yaitu:
Isoenzim BB : banyak terdapat diotak
Isoenzim MM : banyak terdapat pada otot skeletal
Isoenzim MB : banyak terdapat pada miokardium bersama
MM.
Nilai normal kurang dari 10 U/L
Nilai 10-13 U/L atau >5% total CK menunjukkan peningkatan
aktifitas produksi enzim.
Peningkatan kadar CPK dapat terjadi pada
Penderita Akut Miokard Infark, angina pektoris, penyakit otot
rangka, cedera cerebrovasculer, kanker otak.
75
76. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
3. SGOT (Serum Glutamik Oksaloasetik Transaminase)
Merupakan enzim transaminase sering juga disebut AST
(Aspartat Amino Transaminase). Enzim ini berada pada serum
dan jarngan terutama hati dan jantung. Pelepasan enzim yang
tinggi ke dalam serum menunjukkan adanya kerusakan terutama
pada jaringan jantung dan hati.
Pada penderita infark jantung, SGOT akan meningkat
setelah 12 jam dan mencapai puncak setelah 24-36 jam
kemudian, dan akan kembali normal pada hari ke sampai hari
ke lima.
Nilai normal:
Laki-laki : sampai dengan 37 U/L
Wanita : sampai 31 U/L
4. SGPT (Serum Glutamik Pyruvik Transaminase)
Merupakan enzim transaminase yang dalam keadaan normal
berada dalam jaringan tubuh terutama hati. Sering disebut juga
ALT (Alanin Aminotransferase).
Peningkatan dalam serum darah mengindikasikan adanya
trauma atau kerusakan pada hati.
Nilai normal :
Laki-laki s/d 42 U/L
Wanita s/d 32 U/L
76
77. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
5. PEMERIKSAAN LEMAK DARAH
Pemeriksaan lemak darah yang akan dibahas dibawah ini
adalah pemeriksaan yang sering dilakukan di Rumah Sakit
maupun Puskesmas yaitu kolesterol, trigliserida, LDL, HDL dan
VLDL. Untuk memudahkan memahami pemeriksaan ini berikut
akan diberikan uraian singkat mengenai kolesterol, trigliserida,
LDL, HDL dan VLDL.
Didalam darah kita ada tiga bentuk lemak dasar yaitu
kolesterol, trigliserida dan fosfolipid, oleh karena ketiganya
adalah lemak maka ketiga lemak ini membutuhkan pelarut
supaya bisa beredar dan larut dalam darah, ketiganya kemudian
bergabung dengan salah satu jenis protein yaitu apoprotein
sering disebut dengan apo saja. Ketiga lemak ini kemudian
bersama-sama dengan apoprotein membentuk Lipoprotein (LP)
(gabungan lipid/lemak dengan protein). Jadi lipoprotein adalah
gabungan antara kolesterol + trigliserida + fosfolipid + dan
apoprotein.
Ukuran, densitas, komposisi lemak dan komposisi apo berbeda-
beda dalam Lipoprotein, hal inilah yang menyebabkan sehingga
dikenal beberapa jenis Lipoprotein diantaranya adalah HDL,
LDL dan VLDL.
HDL (High Density Lipoprotein) adalah bentuk LP yang
memiliki kolesterol paling sedikit dibentuk di usus dan hati, HDL
77
78. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
ini akan menyerap kolesterol bebas dari pembuluh darah, atau
bagian tubuh lain seperti sel makrofag, kemudian membawanya
ke hati, hal inilah yang membuat HDL dijuluki kolesterol baik
walaupun istilah ini sebenarnya kurang tepat karena seperti
dijelaskan diatas HDL adalah gabungan dari kolesterol,
trigliserida dan fosfolipid serta apoprotein.
VLDL (Very Low Density Lipoprotein) merupakan Lipoprotein
yang mengandung trigliserida (TG) tinggi, fosfolipid dan
kolesterol sedang serta protein rendah. VLDL dibentuk dihati
yang kemudian akan diubah dipembuluh darah menjadi LDL
(low density lipoprotein).
LDL (Low Density Lpioprotein) adalah LP dalam plasma yang
mengandung sedikit trigliserida, fosfolipid dan kolesterol tinggi.
LDL akan membawa kolesterol keluar dari hati dan membawa
ke dinding pembuluh darah sehingga dikenal sebagai kolesterol
jahat.
KLINIS: Apabila kolesterol tinggi akan menyebabkan
terbentuknya endapan/kristal lempengan yang akan
mempersempit atau meyumbat pembuluh darah. Pada keadaan
yang berat dimana terjadi sumbatan yang total dari pembuluh
darah maka akan terjadi kerusakan organ, misalkan bila
pembuluh koroner yang tertutup, maka terjadi serangan
jantung, dan apabila pembuluh darah diotak yang tersumbat
maka akan menyebabkan stroke.
78
79. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
HDL akan membawa kolesterol bebas dari pembuluh darah ke
hati sehingga diameter pembuluh darah akan melebar,
sedangkan jika VLDL dan LDL yang tinggi maka akan terjadi hal
yang sebaliknya dimana pembuluh darah menjadi menyempit.
TRIGLISERIDA, trigliserida merupakan salah satu bentuk dari 3
lemak dasar dalam darah yang disintesis dari karbohidrat dan
disimpan dalam bentuk lemak hewani. Berbeda dengan
kolesterol yang disimpan dalam jaringan hati dan dinding
pembuluh darah, Trigliserida (TG) akan disimpan dalam sel
lemak dibawah kulit (hal ini merupakan penyebab sulitnya
terbentu six pack pada otot-otot perut). Apabila kadar TG
tinggi maka akan merubah metabolisme VLDL menjadi suatu
bentuk large VLDL (L-VLDL). Bentul L-VLDL ini akan merubah
LDL yang sangat mudah teroksidasi dan merusak HDL yang
pada akhirnya akan memperberat kandungan kolesterol
pembuluh darah.
Kolesterol :
Nilai normal :
Orang Dewasa : <200 mg/dl
Orang dewasa resiko sedang : 200-240 mg/dl
Orang dewasa resiko tinggi : >240 mg/dl
Bayi : 90-130 mg/dl
Anak : 130-170 mg/dl
79
80. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Bayi/anak resiko tinggi : >185 mg/dl
Trigliserida :
Nilai normal:
Dewasa muda : s/d 150 mg/dl
Dewasa >50 tahun : s/d 190 mg/dl
Bayi : 5,0-40 mg/dl
Anak : 10-135 mg/dl
HDL (High Density Lipoprotein):
Nilai normal:
Pria dewasa : > 55 mg/dl
Wanita dewasa : >65 mg/dl
Resiko tinggi jantung koroner : <35 mg/dl
Resiko sedang jantung koroner : 35-45 mg/dl
Resiko rendah jantung rendah : >60 mg/dl
LDL (Low Density Lipoprotein) :
Nilai normal:
Normal Orang Dewasa : <150 mg/dl
Resiko tinggi jantung koroner : >160 mg/dl
Resiko sedang jantung koroner : 130-159 mg/dl
Resiko rendah jantung koroner : <130 mg/dl
80
81. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
D. PEMERIKSAAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN MUSCULO-
SCLETAL DAN NEUMUSCULAR.
1. CRP (PROTEIN C REAKTIF)
Adalah alfa globulin yang timbul dalam serum apabila terjadi
inflamasi.
CRP positif (+) (selalu ada): terdapat pada demam rematik,
arthritis rheumatoid, infeksi bakterial akut, dan hepatitis virus.
CRP positif (+) (sering ada): terdapat pada TBC aktif, gout,
tumor ganas stadium lanjut, lepra, sirosis aktif, luka bakar, dan
peritonitis.
CRP positif (+) (kadang ada): terdapat pada varicella, pasca
bedah, dan penggunaan alat KB intra uterin.
2. RF (Rheumatoid Factor)
Adalah imunoglobulin yang bereaksi dengan IgG.
RF + biasanya biasanya terdapat pada 80 % penderita arthritis
rheumatoid dan kelainan sendi dengan komplikasi sistemik yang
prognosisnya buruk.
3. ASTO (Anti Streptolisin O)
Pemeriksaan untuk mengidentifikasi keberadaan antigen
streptolisin O, yang dibentuk oleh Streptococus beta hemoliticus
grup A yang dapat menyebabkan hemolisis. Delapan puluh
81
82. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
persen (80%) penderita yang terinfeksi streptokokus beta
hemolitikus grup A akan terjadi peningkatan ASTO dalam
darah. Infeksi ini merupakan penyulit yang merangsang
terjadinya respon imunitas dan menimbulkan kerusakan organ.
Peningkatan ASTO >200 IU terdapat pada penderita reumatik,
kelainan katup jantung karena streptokokus, dan eritema
nodusum (biasanya mencapai 350 IU).
4. Rheumatoid Arthritis (RA)
Merupakan pemeriksaan skrening untuk mendeteksi keberadaan
antibodi (IgW, IgA, IgG) terhadap penykit reumatoid arthritis
(radang sendi rematik), melalui pemeriksaan darah. Pada
penderita RA, 53-54% hasilnya positip.
Normal pada orang dewasa:
Titer <1 : 20
Titer 1 : 201: 80 = reumatoid atau kondisi lain.
Titer >1 : 80 positif reumatoid
5. ASAM URAT
Merupakan produk akhir metabolisme purin (bagian penting
dari asam nukleat). Pergantian purin dalam tubuh berlangsung
kontinyu dan menghasilkan banyak asam urat walaupun tidak
adanya input makanan yang mengandung asam urat. Asam urat
sebagian besar disintesis dalam hati, diangkut sirkulasi ke ginjal.
Intake purin normal melalui makanan akan menghasilkan
82
83. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
0,5-1 gr/hari. Peningkatan asam urat dalam serum urine
tergantung dari fungsi ginjal, metabolisme purin dan intake
makanan yang mengandaung purin. Asam urat dalam urine
akan membentuk kristal/batu dalam saluran kencing.
Hiperuricemia akan menyebabkan tertimbunnya asam urat
dalam jaringan lunak dan sendi-sendi sehingga muncul sindrom
klinis yang disebut sebagai penyakit gout.
Nilai normal dalam darah:
Laki-laki : 2-7 mg/dl
Perempuan : 1-6 mg/dl
E. PEMERIKSAAN PADA SISTEM ENDOKRIN
1. Pemeriksaan Gula Darah
Pemeriksaan terhadap kadar gula dalam darah vena
pada saat pasien puasa 12 jam sebelum pemeriksaan (GDP
/Gula darah puasa / nuchter) atau 2 jam setelah makan (post
prandial).
Nilai normal:
Dewasa : 70-110 mg/dl
Whole blood : 60-100 mg/dl
Bayi baru lahir : 30-80 mg/dl
Anak : 60-100 mg/dl
83
84. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Nilai normal kadar gula darah 2 jam setelah makan:
Dewasa :<140 mg/dl/2 jam
Whole blood :<120 mg/dl 2 jam
Hasil pemeriksaan berulang diatas nilai normal kemungkinan
menderita Diabetes Mellitus. Pemeriksaan glukosa darah
toleransi adalah pemeriksaan kadar gula dalam darah puasa
(sebelum diberi glukosa 75 gram oral), 1 jam setelah diberi
glukosa dan 2 jam setelah diberi glukosa. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk melihat toleransi tubuh terutama insulin
terhadap pemberian glukosa dari waktu ke waktu.
2. Hb A1C (Hemoglobin Glikosilasi)
Pemeriksaan dengan menggunakan darah bahan darah,
untuk memperoleh informasi kadar gula yang sesungguhnya,
waktu 2-3 bulan. Glikosilasi adalah masuknya gula kedalam sel
darah merah dan terikat. Maka tes ini berguna tingkat ikatan
gula pada hemoglobin A (A1C) sepanjang umur sel darah merah
(120 hari). A1C menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi
yang pada orang normal antara 4-6 %.
Semakin tinggi nilai A1C pada penderita DM semakin
potensial berisiko terkena komplikasi. Pada penderita DM tipe
II akan menunjukkan penurunan risiko komplikasi apabila A1C
84
85. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
dapat dibawah 8 % (hasil studi United Kingdom Prospective
Diabetes). Setiap penurunan 1% saja akan menurunkanrisiko
gangguan pembuluh darah (mikro-vaskuler) sebanyak 35%,
komplikasi DM lain 21% dan menurunnnya risiko kematian
21%. Kenormalan A1C dapat diupayakan dengan
mempertahankan kadar gula darah tetap normal sepanjang
waktu, tidak hanya pada saat diperiksa kadar gulanya saja yang
sudah dipersiakan sebelumnya (kadar gula rekayasa penderita).
Olah raga teratur, diet dan taat obat adalah kuncinya.
3. PEMERIKSAAN FUNGSI TIROID
Hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid secara umum
mengatur produksi energi dan sintesa protein yang
berkontribusi untuk pertumbuhan tubuh serta menjalankan
fungsi tubuh sepanjang hidup manusia. Gangguan pada
kelenjar tiroid yang berhubungan dengan Fisioterapis adalah
hipertiroidisme, penyakit ini bisa membingungkan seorang
Fisioterapi apabila mendapatkan pasien yang mengalami
kelemahan otot, terjadi tremor halus, berkeringat, tekanan
darah selalu tinggi. Kelemahan otot terjadi pada
hipertiroidisme akibat perombakan protein otot yang
merupakan simpanan energi yang paling terakhir setelah
karbohidrat dan lemak, sedangkan tremor terjadi akibat
bertambahnya sensitivitas saraf yang mengontrol tonus otot.
85
86. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
a. T4 (Thiroksin)
Pemeriksaan untuk mengetahui konsentrasi hormon
tiroksin dalam plasma darah, sebagai cara untuk
mengidentifikasi fungsi dan gangguan kelenjar tiroid.
Hormon tiroksin dihasilkan oleh kelenjar tiroid,
mempunyai kepekatan 25 kali dibanding hormon
triiodotironin (T3).
Nilai normal:
Dewasa : 4,5-13 ug/dl (TD:T4 displasmen)
T4 bebas : 1,0-2,3 ng/dl
Peningkatan T4 menunjukkan adanya hipertiroidisme,
tiroiditis akut, myastenia gravis, kehamilan, hepatitis virus
dan preekslamsia. Peningkatan T4 dapat juga disebabkan
oleh penggunaan obat: perfenasin, klofibrat, dan pil KB.
Penurunan T4 menunjukkan adanya hipotiroidisme
(kretisnisme, miksedema), malnutrisi protein, hipofungsi
adenohipofisis, gagal ginjal dan akibat latihan berat.
b. T3 (Triiodotironin)
Pemeriksaan untuk mengetahui kadar triiodotironin yang
diproduksi oleh kelenjar tiroid fungsinya sama dengan T4
tetapi lebih pendek. Pemeriksaan ini digunakan untuk
mendeteksi adanya tirotoksikosis T3 karena hipertiroid.
86
87. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Normal:
T3 lebih rendah daripada T4. T3 : 1:2% dari konsentrasi T4
Dewasa : 80-200 ng/dl
Bayi baru lahir : 90-170 ng/dl
6-12 tahun : 114-190 ng/dl
Penurunan kadar T3 dapat terjadi pada taruma, penyakit
berat, malnutrisi dan obat-obatan propiltiourasil (PTU),
metimasol, metiltiourasil, litium, fenitoin, propanolol,
reserpin, aspirin dosis besar, steroid, dan sulfonamide.
Peningkatan kadar T3 menunjukkan adanya
hipertiroidisme, tirotoksikosis T3, tiroiditis hashimoto.
Obat-obat yang mempengaruhi peningkatan T3,
Oestrogen, progesteron, liotironin dan metadon.
Catatan :
Nilai rujukan yang dipakai pada setiap pelayanan kesehatan bisa saja
berbeda-beda dikarenakan perbedaan reagen yang digunakan juga
mempunyai nilai rujukan yang tidak sama.
---oo00oo---
87
88. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Bacaan Rujukan:
Arif Mansyur,dkk. 2008. Pengantar Laboratorium. Program Studi S1
Fisioterapi. FK-UNHAS. Makassar.
Asriyani Sri,dkk.2009. Pengantar Radiologi. Prodi S1 Fisioterapi FK-
Unhas. Makassar.
Baehr M, M Frotsher, 2010. Diagnosis Topik Neurologi Duus Anatomi
Fisiologi Tanda dan Gejala. Penerbit Buku Kedokteran.EGC.Jakarta.
Goodman C Cavallaro, Fuller Kenda S. 2009. Pathology: Implications
for The Physical Therapy. Saunders Elsevier.
Madyawati,2009. Kesesuaian Diagnosis Berdasarkan Skor Klinik
Dengan Gambaran CT- Scan Kepala Penderita Stroke.FK-UNHAS.
Magee David J.2006. Orthopedic Physical Assesment. Saunders
Elsevier.
Patel R Pradi.2002. Lecture notes Radiologi . Edisi kedua Penerbit
Erlangga. Jakarta.
Rasjad Chairuddin,2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. PT Yarsif
Watampone. Jakarta.
Reid W, Darlene W, Chung Frank.2004. Clinical Management and
Case Histories in Cardio Pulmonary Physical Therapy. Slock
Incorporated.USA.
Setiawan,2008. Pemeriksaan Fisioterapi pada Kondisi Neuromuscular.
Prodi S1 Fisioterapi FK-UNHAS. Makassar.
Sharkey J.B. 1997. Fitness and Health. Fourth Edition Human
Kinetics.USA.
88
89. Pemeriksaan Radiologi & Laboratorium untuk Fisioterapi by Ishak, S.Ft.,Physio
Sjahrial Rasad.2008. Radiologi Diagnostik. Edisi dua
Sunardi.2009. CT–Scan dan MRI pada Sistim Neurologis.
http://www.scribd.com
Sutedjo,A.Y. 2009. Buku Saku Mengenal Penyakit Melalui Hasil
Pemeriksaan Laboratorium. Penerbit Amara Books.Yokyakarta.
Tenggara Jeffrey, 2008. Lemak, Kolesterol, dan Trigliserida Part I.
http://www.dennysantoso.com.
Sumber gambar dari website internet:
http://www.radiologyinfo.org
http://www.prep4usmle.com
http://www.radiology.co.uk
89