3. What is Protein Energi Malnutriton (PEM)?
• In Indonesia it is known as Kekurangan Energi Protein
(KEP)
• Most important nutritional disease in developing
countries.
• Leading cause of morbidity and mortality.
• MALNUTRITION:
• improper or inadequate food intake
• inadequate absorbtion of food
4. Kekurangan Energi Protein (Protein Energy Malnutrition/PEM)
• Lokasi: Banyak
ditemukan di
negara
berkembang.
• Kasus: Kejadian
dapat ditemukan
pada semua
golongan usia.
• Sifat: dapat
bersifat akut
atau pun kronis.
• Konsep:
Konsumsi energi
dan protein yang
rendah, < AKG.
Penurunan
jumlah konsumsi
bahan makanan
sumber energi.
Berkaitan erat
dengan kondisi
kesehatan, daya
tahan tubuh, dan
ketersediaan
bahan makanan.
Negara
berkembang,
daerah konflik,
bencana alam,
rawat inap rumah
sakit.
Kelompok rentan:
anak-anak,
lansia, ibu hamil.
5. Faktor Penyebab Kekurangan Energi Protein
Kekurangan status gizi yang
merupakan akibat dari
rendahnya jumlah energi dan
protein dalam makanan yang
dikonsumsi sehari-hari sehingga
tidak dapat memenuhi Angka
Kecukupan Gizi (AKG).
Pengetahuan
(ASI, MP-ASI,
makanan
bergizi).
Tingkat
pendidikan.
Kemiskinan
(daya beli).
Pendampingan
dari
pemerintah
kurang.
Adanya wabah
penyakit atau
infeksi.
Bencana alam,
konflik, dan
perang.
10. Etiology
• Secondary Causes:
• prematurity
• metabolic abnormalities (DM, hypotiroidism etc..)
• congenital abnormalities of digestive system (cleft
palate/sumbing)
• severe impairment of any body system (Cardiovascular
impairment, Respitaroy system, genitourinany system,
gastrointestinal system, etc)
• constitutional defects (celiac )
11. Penderita KEP
• KEP umumnya terjadi pada anak-anak
• Hampir > 500 juta anak mengalami malnutrisi
• Umumnya hidup dalam kemiskinan
• Orang dewasa dapat mengalami malnutrisi, risiko tinggi
utamanya pada:
• Orang dewasa yang hidup dalam kemiskinan
• Lansia yang hidup sendiri
• Pengguna obat-obatan terlarang
• Orang dewasa yang mengalami gangguan anoreksia/bulimia
• Orang dewasa dengan penyakit menahun
12. Sign and Symptoms of PEM: Kwashiorkor
Children with Kwashiorkor
• Protein Deficiency (Terjadi karena defisiensi
protein)
• Moon face - Wajah bulat
• Dry skin - kulit bersisik (hiperpigmentasi/bercak
merah)
• Commonly found in children 6 month to 3 years
old (Umumnya terjadi pada anak berusia 6 bulan
– 3 tahun)
• Edema (Terdapat odem)
• Have subcutane fats – ada lemak subkutan di
bawah kulit
• Pembengkakan hati/liver (hepatomegali)
• Weakness - Otot lemah
• Poor appetite - Nafsu makan rendah
• Thin hair - rambut kecoklatan
13. Physiological Change in Children with Kwashiorkor
Perubahan Fisiologis pada Kwashiorkor
Kekurangan
energi kronis.
Pelemahan
otot.
Defisiensi
vitamin dan
mineral.
Penurunan
fungsi organ.
Retensi air di
beberapa
bagian tubuh.
Hepatomegali
14. Sign of Symptoms of PEM: Marasmus
• Protein Deficiency - Defisiensi protein dan
konsumsi energi rendah
• Under 5 years old - Umumnya banyak terjadi pada
anak berusia di bawah 5 tahun
• Wrinkled face - Wajah seperti orang tua
• No edema - Tidak ada odem
• Poor subcutan fats - Lapisan lemak di bawah kulit
tipis
• Wasting - Parahnya peluruhan/penyusutan otot
• Dry skin and eyes - Kulit dan mata kering
• Thin hair - Rambut kering dan rontok
• Low blood pressure, heart rate, and breath -
Penurunan tekanan darah, detak jantung, dan laju
pernafasan
Marasmus in a child
15. Sign and Symptoms of PEM: Marasmus-Kwashiorkor
Marasmic-Kwashiorkor in children
• The mix of the two signs -
Gabungan kedua ciri di atas
• There is wasting and edema
• Terjadi wasting dan
pembengkakan
• Terdapat odem di bagian kaki
• Dry skin and eyes - Kulit dan
mata kering
• Thin hair - Rambut kering,
kecoklatan, dan mudah
dicabut
16. Sign and Symptoms of PEM: KEP in Pregnancy
• Also known as KEK - Dikenal juga
dengan istilah KEK (Kekurangan
Energi Kronis)
• Ditandai dengan LILA (Lingkar lengan
atas) < 23,5 cm
• Considered high risk pregnancy.
• Merupakan kehamilan berisiko:
• Risiko BBLR
• Risiko infeksi
• Risiko abortus
• Risiko preterm partus
• Dapat dikoreksi dengan pengaturan
pola makan dan suplementasi
LILA measurement in Pregnant Mothers
17. Sign and Symptoms of PEM: KEP in Elderly
• Elderly at more than 65 yo - Terjadi pada
lansia (umur > 65 tahun)
• Poor protein and energy intake.
• Development of diseases.
• Poor tasting and chewing ability.
• Umumnya pada mereka yang tinggal sendiri
• Dipengaruhi faktor interaksi sosial
(terisolasi), ekonomi (pensiun), dan
kemampuan memperoleh atau mengolah
makanan.
• Dapat dikarenakan sakit
menahun/kelumpuhan/stroke, dll.
• Kemampuan mengunyah dan gangguan
pencernaan.
Sarkopenia pada Lansia
18. Defining PEM
• Height (TB/U) }
• Weight (BB/U) } FOR AGE
• Head Circumference }
• WEIGHT-FOR HEIGHT (BB/TB)
• Skinfold thickness: ↓ PEM
↑ obesity
19. Defining PEM
• Muscle mass=> arm circumference- skinfold measurement
• BMI= w/h²
• Deficiencies of some nutrients=> low blood levels and their metabolities
• Protein reserves – serum albümin
• Plasma IgG ↑
• Ketonuria in early stage
• Increased aminoaciduria
• K, Mg, cholesterol ↓
• BUN ↓, insufficient protein intake
• Amylase, transaminases, lipase ,AP ↓
• Anemia
• Bone growth delayed
20. Effects/Dampak
• Children:
• Menghambat pertumbuhan
• Rentan terhadap penyakit infeksi
• Mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan
• Minder dan mental tidak stabil
• Penurunan kualitas hidup
• Leads to infections
• Adult:
• Menurunkan produktifitas kerja
• Menurunkan derajat kesehatan
• Rentan terhadap serangan penyakit
• Penurunan kualitas hidup
22. Penemuan Kasus KEP Pada Balita
• Posyandu/Pusat Pemulihan Gizi
• Pada penimbangan bulanan di posyandu dapat diketahui apakah anak balita berada
pada daerah pita warna hijau, kuning, atau dibawah garis merah (BGM).
• Bila hasil penimbangan BB balita dibandingkan dengan umur di KMS terletak pada
pita kuning, dapat dilakukan perawatan di rumah , tetapi bila anak dikategorikan
dalam KEP sedang-berat/BGM, harus segera dirujuk ke Puskesmas.
• Puskesmas
• Apabila ditemukan BB anak pada KMS berada di bawah garis merah (BGM) segera
lakukan penimbangan ulang dan kaji secara teliti. Bila KEP Berat/Gizi buruk (BB < 60%
Standard WHO-NCHS) lakukan pemeriksaan klinis dan bila tanpa penyakit penyerta
dapat dilakukan rawat inap di puskesmas. Bila KEP berat/Gizi buruk dengan penyakit
penyerta harus dirujuk ke rumah sakit umum.
23. Treatements of PEM
Penanganan Pasien KEP
• Pada kondisi KEP ringan, penanganannya dapat berupa:
• Education: Penyuluhan gizi/nasehat pemberian makanan di rumah (bilamana
penderita rawat jalan)
• Promoting Breastfeeding: Dianjurkan memberikan ASI eksklusif (bayi < 4 bl)
dan terus memberikan ASI sampai 2 tahun
• Treat the sickness at the same time: Bila dirawat inap untuk penyakit lain,
makanan sesuai dengan penyakitnya agar tidak jatuh menjadi KEP
sedang/berat dan untuk meningkatkan status gizi.
24. Treatments of PEM
• Pemberian makanan yang
sesuai (umumnya cari dan
halus)
• Penstabilan kondisi fisik
• Stabilisasi suhu tubuh
• Jumlah kalori kecil
Stabilisation
Fase Stabilisasi
• Pemberian makanan
lembut/lunak
• Stabilisasi mental dan
kesiapan menerima makanan
• Menyiapkan jadwal makan
yang baik dan teratur dengan
jumlah kalori yang
ditingkatkan
Transition
Fase Transisi • Peningkatan variasi struktur
makanan
• Pemberian cairan untuk
stabilkan elektrolit, tekanan
darah, dan detak jantung
• Pengobatan infeksi
• Peningkatan jumlah kalori
Rehabilitation
Fase Rehabilitasi
25. Goverments Programmes to Control PEM
Upaya Pemerintah dalam Perbaikan Status Gizi Nasional
• Pembentukan tim khusus penangan malnutrisi
• Kaderisasi petugas kesehatan garis depan
• Pemerataan pembangunan kesehatan
• Pengembangan formula makanan utamanya berbahan dasar lokal untuk
menangani dan mencegah malnutrisi
• Melibatkan lintas sektor:
• Kementerian Pekerjaan Umum (sanitasi dan bangunan yang layak)
• Kemenko Perekonomian dan Kementerian Keuangan (pencari dan penyedia dana)
• Kementerian Kesehatan (penanggulangan dan edukasi)
• Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (edukasi masyarakat)
• Kementerian Perdagangan dan Kementerian BUMN (memastikan ketersediaan suplai
bahan pangan dan obat-obatan)
• Kementerian Perikanan dan Kelautan (kampanye makanan tinggi nutrisi dari ikan)