1. EKOSISTEM sungai
Saiful Nur Syahrifudin
14/369737/PN/13959
Manajemen Sumberdaya Perikanan
Intisari
Ekosistem sungai adalah sistem kehidupan aliran energi seluruh organisme yang berada
disekitar sungai. Sungai sebagai sumber mata air yang mengalir dari hulu kehilir
menyebabkan terjadinya kecepatan arus sehingga aliran air terdapat unsur-unsur hara dari
kikisan tanah yang akan menentukan jenis organisme yang mampu beradaptasi dengan
kondisi lingkungan disekitar sungai tersebut. Komponen-komponen biotik dan abiotik yang
berada di sungai memiliki pH, CO2, O2 bebas, salinitas, suhu udara, suhu air, kecepatan arus,
dan lain-lain yang berbeda sehingga karakteristik sungai dari hulu ke hilir memiliki parameter
fisika, kimia, dan biologi yang berbeda pula. Praktikum ini bertujuan mempelajari
karakteristik ekositem sungai dan faktor-faktor pembatasnya, mempelajari cara-cara
pengambilan data tolokukur (parameter) fisik, kimia dan biologi suatu perairan, mempelajari
korelasi antara beberapa tolakukur lingkungan dengan komunitas biota perairan
(makrobentos), dan mempelajari kualitas perairan sungai berdasarkan indeks diversitas biota
perairan. Pelaksanaan praktikum ekosistem sungai dilaksanakan hari Kamis 12 Maret 2015
pukul 13.30 WIB dan berlokasi di stasiun 1 Sungai TambakBayan Sleman , Yogyakarta dan
Laboraturium Ekologi Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah
Mada. Parameter yang diteliti dalam percobaan kali ini berupa parameter biologis ( densitas
dan diversitas biota peairan), fisika (suhu udara, suhu air, kecepatan arus, dan debit) dan
kimia (CO2, DO, pH air dan Alkalinitas). Dapat disimpulkan bahwa parameter fisika, kimia
dan biologi sangat penting dalam ekosistem sungai tersebut. Faktor pembatas paling utama
adalah aliran air dalam sungai tersebut yang membawa nutrient-nutrient yang sangat penting
bagi kehidupan makhluk hidup disekitar sungai tersebut.
Kata kunci : Densitas, Diversitas, Ekosistem, Parameter, Sungai
PENDAHULUAN
Air merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia dan makhluk hidup lainnya
seperti hewan dan tumbuhan. Air diperlukan manusia untuk melakukan berbagai kegiatan
seperti mandi, cuci, minum dan keperluan dalam bidang industri, baik pertanian, peternakan
dan lain sebagainya. Namun dibalik manfaat itu, aktifitas manusia di bidang industri dan
pertanian tersebut telah terbukti dapat menurunkan dan mencemari kualitas perairan. Kualitas
air secara umum menunjukan mutu dan kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau
keperluan tertentu ( Effendi, 2003 ).
Ekosistem mengalir (lotic) merupakan bagian dari habitat air tawar. Air mengalir atau
habitat lotic (berasal dari kata lotus yang berarti tercuci) seperti mata air, aliran sungai atau
2. sungai (E. P. Odum, 1988). Ekosistem merupakan tingkat yang lebih tinggi dari komunitas
atau merupakan satu kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi
hubunan antara keduanya (Irwan,1992).
Danau adalah cekungan tergenang air secara alami. Danau menampung air yang
berasal dari hujan, mata air, dan air sungai. Ada juga danau yang dibuat manusia, dengan
cara membendung aliran sungai. Namanya, waduk atau bendungan (Anggarini,2007).
Didalam danau terdapat kesatuan proses yang saling terkait dan mempengaruhi anter semua
komponen, baik komponen biotik maupun abiotik yang sangat berpengaruh terhadap
keseimbangan ekosistem (Sastrawijaya, 2000). Perubahan keseimbangan ekosistem dapat
terjadi secara alami maupun oleh aktivitas dan tindakan manusia.
Proses terjadinya danau pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
danau alami dan danau buatan. Danau alami merupakan danau yang terbentuk sebagai akibat
dari kegiatan alamiah, misalnya bencana alam, kegiatan vulkanik dan kegiatan tektonik.
Sedangkan danau buatan adalah danau yang dibentuk dengan sengaja oleh kegiatan manusia
dengan tujuan-tujuan tertentu dengan jalan membuat bendungan pada daerah dataran rendah
(Nybakken, 1992).
Berdasarkan kedalaman dan jaraknya dari tepi, ekosistem danau dibagi menjadi 4
zona (daerah) yaitu:
a. Danau Litoral
Danau yang dekat dengan tepi dan dangkal. Cahaya matahari dapat menembus dengan
optimal.
b. Danau Limnetik
Daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat tertembus oleh cahaya matahari.
c. Danau Profundal
Daerah yang dalam (daerah afotik danau). Mikroba dan organisme lain menggunakan
oksigen untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah
limnetik.
d. Danau Bentik
Daerah danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme mati.
(Sugianto, 2004)
Tumbuhan yang hidup didanau biasanya tumbuhan bersel satu dan memiliki dinding
sel yang seperti alga biru dan alga hijau. Sedangkan hewan yang hidup didanau adalah
hewan tingkat tinggi yaitu salah satunya ikan ( Ewuis, 1990). Danau mempunyai kualitas air
3. yang bersifat alamiah mineral dan gas yang umum ditemukan dalam air hujan akan
menentukan status kualitas air alamiah di danau (Asdak, 1995).
Praktikum ekosistem danau ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik ekositem
lentik (perairan menggenang) dan faktor-faktor pembatasnya, mempelajari cara-cara
pengambilan data tolokukur (parameter) fisik, kimia dan biologi suatu perairan, mempelajari
korelasi antara beberapa tolokukur lingkungan dengan komunitas biota perairan (plankton
dan bentos) serta mempelajari kualitas perairan sungai berdasarkan indeks diversitas biota
perairan.
METODE
Praktikum ekologi perairan acara ekosistem danau berlokasi di Embung
TambakBoyo, Sleman, Yogyakarta sebagai tempat yang diamati. Praktikum ini dilaksanakan
pada hari Kamis, tanggal 19 Maret 2015 pukul 13.30 sampai selesai. Praktikum ini dibagi
menjadi 4 stasiun dengan pembagian tempat dari tempat masuknya air (inlet), tengah danau,
dan tempat keluarnya air (outlet).
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kertas pH (pH meter),
kertas saring berdiameter pori 0,45 µm, larutan MnSO4, larutan reagen oksigen, larutan
H2SO4 pekat, larutan 1/80 N Na2S2O3, larutan 1/44 N NaOH, larutan 1/50 N H2SO4, larutan
1/50 N HCl, larutan indikator amilum, larutan indikator PP, larutan indikator Methyl Orange
(MO), larutan indikator Bromcresol Green/Methyl Red (BCG/MR), larutan 4 N H2SO4,
larutan 0,1 N Kalium Permanganat, larutan 0,1 N Ammonium oksalat dan larutan 4%
formalin. Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cakram secchi
(secchi disk), water sampler, meteran, thermometer, botol oksigen, Erlenmeyer, gelas ukur,
pipet ukur atau buret, pipet tetes, mikroburet, aerator, ember plastic, jarring plankton, kertas
label, dan pensil.
Pada percobaan pertama, dilakukan analisis pengamatan suhu udara dengan cara
menggantungkan termometer disekitar danau. Selanjutnya termometer diamati sampai tidak
ada perubahan naik-turunnya suhu yang menunjukkan suhu berapakah disekitar danau
tersebut.
Pada percobaan kedua, dilakukan analisis pengamatan suhu air. Diambil sampel air
danau tersebut dengan cara ember yang telah di ikat oleh tali panjang agar mempermudah
pengambilan sampel air danau tersebut. Lalu di jatuhkan ember ke air danau dan ketika
4. ember sudah dirasa cukup banyak air lalu ditarik. Selanjutnya termometer langsung
dimasukkan kedalam ember yang sudah terdapat air danau tersebut, lalu diamati berapakah
suhu air yang ditunjukkan oleh termometer.
Pada percobaan ketiga, dilakukan pengukuran kecerahan atau kejernihan air danau.
Pada pengukuran kecerahan ini menggunakan secchi disk yang telah diikat tali. Pertama
dicelupkan secchi disk dan diukur kedalaman permukaan tanah sampai permukaan air (a),
lalu diukur kedalaman permukaan tanah ke danau sampai warna putih hampir tak terlihat (b),
selanjutnya diukur kedalaman permukaan tanah ke danau sampai warna putih tak terlihat (c).
Dari hasil pengukuran itu kita dapat mengetahui kecerahan danau tersebut dengan cara
menghitung : (c-a) - (b-a)
Pada percobaan keempat, pengukuran kandungan padatan tersuspensi total (TSS)
dengan metode gravimetri. Cara yang dilakukan dengan mengambil air sampel dari ember
yang berisi air danau sebelumnya dengan volume tertentu (misalnya = Y ml). Lalu disaring
air sampel tersebut dengan menggunakan saring (milipore) yang diletakkan didalam corong
gelas. Sebelum digunakan untuk menyaring, kertas saring ditimbang beratnya terlebih dahulu
(misalnya = A mg). Lalu kertas saring yang sudah selesai digunakan menyaring air sampel
dikeringkan. Selanjutnya setelah kertas saring kering, kertas ditimbang beratnya (misalnya =
B mg). Perhitungan : kandungan padatan tersuspensi total = 1000/Y x (B – A) mg/l.
Pada percobaan kelima, menghitung kandungan O2 terlarut (DO). Menggunakan
metode Winkler, pertama kali diambil sampel air sungai ke dalam ember. Kemudian
mengambil air dengan botol oksigen dan jangan sampai timbul gelembung udara. Lalu
ditambahkan 1 ml larutan MnSO4 dan 1 ml reagen (pereaksi) oksigen. Lalu botol oksigen
ditutup dan digojok perlahan-lahan dan didiamkan beberapa saat hingga mengendap
sempurna. Lalu tutup botol dibuka dan ditambahkan 1 ml larutan H2SO4. Botol ditutup dan
digojok hingga endapan larut sempurna, lalu didiamkan. Diambil larutan dalam botol oksigen
tersebut sebanyak 50 ml dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Dititrasi dengan 1/80
N Na2S2O3 sambil erlenmeyer digoyang-goyang perlahan hingga larutan berwarna kuning
jerami(h). Selanjutnya ditambahkan 3 tetes indikator amilum, selanjutnya kembali dilakukan
titrasi dengan larutan 1/80 N Na2S2O3 sambil erlenmeyer digoyang-goyang hingga larutan
berwarna biru hilang(j). Kemudian dicatat banyak larutan yang digunakan untuk titrasi dari
5. awal hingga akhir (h+j = Y ml). Perhitungan : 1 ml 1/80 N Na2S2O3 = 0,1 mg O2/l.
Kandungan O2 terlarut = x Y x 0,1 mg/l.
Pada percobaan keenam, mengukur kandungan CO2 bebas. Menggunakan metode
alkalimetri, pertama diambil sampel air dengan cara memasukkan botol oksigen kedalam
ember tadi dengan perlahan jangan sampai timbul gelembung udara lalu ditutup rapat-rapat.
Kemudian dari dalam botol diambil sampel air sebanyak 50 ml dan dimasukan ke dalam
erlenmeyer secara perlahan-lahan. Selanjutnya ditambahkan 3 tetes indikator
phenolphphtalein (PP). Jika warnanya berubah menjadi merah muda berarti tidak ada
kandungan CO2 bebas. Jika air tetap bening, dititrasi dengan 1/44 N NaOH sambil digoyang-
goyang erlenmeyer hingga berubah warnanya menjadi warna merah muda. Dicatat banyak
larutan 1/44 N NaOH yang digunakan (= C ml). Perhitungan : 1 ml 1/44 N NaOH = 1 mg
CO2. Kandungan CO2 = x C x 1 mg/l .
Pada percobaan ketujuh, menghitung parameter alkalinitas. Menggunakan metode
alkalimetri, pertama diambil sampel air dengan botol oksigen dari ember jangan sampai
timbul gelembung udara lalu tutup rapat. Diambil 50 ml dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer. Ditambahkan 3 tetes indikator Phenolphphtalein (PP). Jika berwarna merah
muda dititrasi dengan larutan 1/ 50 N H2SO4, hingga warna merah muda hilang. dicatat
banyak titran 1/ 50 N H2SO4 yang digunakan (= C ml). Diperoleh alkalinitas “P” atau
alkalinitas karbonat (CO3
-
). Dilanjutkan dengan menambahkan 3 tetes indikator methyl
orange (MO) sehingga cuplivan berwarna kuning. Selanjutnya dititrasi dengan 1/50 H2SO4
hingga warna kuning berubah menjadi kemerahan. Dicatat banyak titran yang digunakan (=
D ml), diperoleh nilai alkalinitas “M” atau alkalinitas bikarbonat (HCO3
-
). Perhitungan :
Kandungan CO3
-
= x C x 1 mg/l . . . . .( = X ), Kandungan HCO3
-
= x D
x 1 mg/l . . . . .( = Y ), Alkalinitas Total = (X) + (Y) mg/l
Pada percobaan kedelapan, mengukur pH air danau. Cara yang dilakukan sangat
mudah dengan cara membawa sampel air danau kedalam botol, lalu dibawa ke laboratorium
6. dan dicek pH air sampel menggunakan pH meter elektrik yang tersedia hingga angka dalam
pH meter tersebut tidak berubah-ubah.
Pada percobaan kesembilan, mengukur kandungan bahan organik. Cara yang
dilakukan dengan mengambil sampel air sebanyak 50 ml, ditambahkan 2-3 tetes larutan 0,01
N Kalium Permanganat sehingga terbentuk warna merah muda tipis
Indeks diversitas atau keanekaragaman dihitung dengan rumus Shannon – Wiener :
H = -∑ 2
log
H= indeks keanekaragaman
ni= cacah individu suatu genus
N= cacah individu seluruh genera
Pada percobaan ketiga, mengambil plankton menggunakan plankton net. Pertama
yaitu mengambil air dengan ember beberapa kali, kemudian disiramkan air ke dalam
plankton net dan kemudian plankton yang terkumpul dalam botol di plankton net dimasukan
dalam botol cuka dan diberi 5 ml formalin 4%. selanjutnya simpan di pendingin.
Percobaan kelima, mengukur kecepatan arus dengan menggunakan roll meter yang
dibentangkan ±10 meter di atas perairan. Diukur bagian tepi kanan, tepi kiri dan tengah
perairan. Selanjutnya pada setiap bagian tersebut dilepaskan bola tenis meja diujung roll
meter ke ujung lainnya. Lalu dihitung dan dicatat waktu yang ditempuh untuk mencapai
ujung roll meter ke ujung yang lain.
Pada Percobaan keenam, mengukur lebar sungai dan kedalaman sungai. Cara mencari
kelebaran sungai dengan mengukur lebar 3 sisi sungai yang berbeda yaitu diatas, ditengah
dan dibawah. Selanjutnya dicari dan dihitung reratanya. Untuk mencari kedalaman sungai
dengan roll meter bagian tepi kanan, tepi kiri dan tengah perairan. Selanjutnya dicari dan
dihitung reratannya.
Pada percobaan terakhir
7. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel Pengamatan
Parameter
Stasiun
1 2 3 4
suhu udara (o
C) 25 28 30 25,5
suhu air (o
C) 27 29 28 24,5
arus air (m/s) 0,7 0,42 0,995 1
debit airm3
/s 2,4 1,44 2,57 3,2
Do (ppm) 3,73 6,58 5,51 6,04
CO2(ppm) 14,5 11,9 11 13,9
Alkalinitas
(ppm)
99 98 88 111
pH 7,25 7,25 7,2 7,2
diversitas
plankton
1,93012496
5
4,02346519 3,880179923 3,653107168
densitas
plankton
(indv/L)
753,012048
2
1255,02008 1054,216867 1204,819277
vegetasi
Rimbun
dominasi
bambu dan
semak-
semak
Pohon pisang,
alang-alang,
semak, bambu
pohon pisang,
semak, rerumputan,
alag-alang.
Rimbun (Pisang,
bambu, semak-
semak)
Tabel diatas adalah hasil dari pengamatan oleh 4 kelompok yang terbagi atas 4 stasiun
yang berbeda. Stasiun tersebut berada dalam 1 aliran sungai yaitu sungai Tambakbayan, akan
tetapi berbeda dalam posisi hulu dan hilirnya. Berikut penjelasan pengamatan dalam grafik :
1. SUHU UDARA
8. Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa setiap stasiun memiliki suhu yang berbeda-
beda. Pada stasiun 1 suhu 25°C, stasiun 2 suhu naik menjadi 27°C, stasiun 3 suhu naik
menjadi 30°C, dan stasiun 4 suhu turun menjadi 25,5°C. hal ini dikarenakan kerapatan
suhu di setiap stasiun berbeda-beda, bisa juga karena perbedaan tempat yang membuat
penerimaan cahaya juga berbeda, dan juga karena berbedaan waktu saat pengamatan
terjadi.
2. SUHU AIR
Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa suhu setiap stasiun berbeda. Pada stasiun 1
suhu 27°C, stasiun 2 suhu naik menjadi 29°C, stasiun 3 suhu turun menjadi 28°C, dan
stasiun 4 turun menjadi 24,5°C. Perbedaan ini dikarenakan suhu udara pada setiap
stasiun berbeda-beda. Pada stasiun 1 dan 2, suhu di air lebih besar dibanding dengan
suhu udara dikarenakan kerapatan air didaerah tersebut lebih besar sehingga
menyebabkan termometer menunjukkan suhu yang sedikit besar. Sedangkan pada stasiun
3 dan 4 kerapatan air lebih sedikit yang menyebabkan suhu air rendah dan juga
penyebabnya penerimaan pada stasiun ini lebih baik daripada stasiun 1 dan 2.
3. ARUS AIR
9. Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa arus air setiap stasiun berbeda-beda. Pada
stasiun 1 memiliki kecepatan arus 0.70 m/s, stasiun 2 kecepatan turun menjadi 0.42 m/s,
stasiun 3 kecepatan naik menjadi 0.995 m/s, dan stasiun 4 kecepatan naik menjadi 1,00
m/s. Perbedaan ini disebabkan karena stasiun 1 memiliki tingkat kemiringan daratan
lebih besar dibanding stasiun 2, sedangkan pada stasiun 4 menunjukkan bahwa pada
stasiun tersebut memiliki tingkat kemiringan yang lebih besar dibanding stasiun lain
yang menyebabkan arus tersebut kuat.
4. DEBIT AIR
Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa debit air setiap stasiun berbeda-beda. Pada
stasiun 1 memiliki debit air 2.4 m3
/s, stasiun 2 turun menjadi 1.44 m3
/s , stasiun 3 naik
menjadi 2.57 m3
/s, dan stasiun 4 naik menjadi 3.2 m3
/s. Perbedaan tersebut dikarenakan
volume setiap aliran sungai di stasiun berbeda-beda, pada stasiun 2 menunjukkan volume
aliran terkecil dan volume terbesar pada stasiun 4.
10. 5. KANDUNGAN O2 TERLARUT
Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa kandungan O2 terlarut berbeda-beda. Pada
stasiun 1 memiliki kandungan 3.73, stasiun 2 naik menjadi 6.58, stasiun 3 turun menjadi
5.51, dan stasiun 4 naik menjadi 6.04. Perbedaan tersebut dikarenakan jumlah
fitoplankton dan juga tumbuhan dekat aliran sungai tersebut, sehingga menyebabkan
jumlah kandungan O2 pada sekitar aliran sungai tersebut pada setiap stasiun juga
berbeda-beda.
6. KANDUNGAN CO2 BEBAS
Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa kandungan CO2 berbeda-beda. Pada stasiun
1 memiliki kandungan CO2 14.5, stasiun 2 turun menjadi 11.9, stasiun 3 turun menjadi
11, stasiun 4 naik menjadi 13.9. hal ini disebabkan karena jumlah kandungan O2 banyak
dan densitas fitoplankton turun. Kandungan CO2 terbanyak pada stasiun 1.
7. ALKALINITAS
11. Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa alkalinitas berbeda-beda. Pada stasiun 1
memiliki alkalinitas 99, stasiun 2 turun menjadi 98, stasiun 3 turun menjadi 88, dan
stasiun 4 naik menjadi 111. Perbedaan ini dikarenakan kandungan O2 , kandungan CO2,
dan jumlah fitoplankton yang berbeda-beda. Alkalinitas tertinggi pada stasiun 4 dan
terendah pada stasiun 3.
8. PH AIR
Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa Ph setiap stasiun berbeda-beda. Pada stasiun
1 dan 2 memiliki Ph 7.25, stasiun 3 dan 4 turun menjadi 7.2. Perbedaan ini disebabkan
karena unsur-unsur organik dan anorganik yang ada disekitar aliran sungai tersebut. Dan
keadaan aktivitas manusia yang menyebabkan pencemaran sungai. Stasiun 1-4
menunjukkan sedikit tercemaran.
9. DIVERSITAS PLANKTON
12. Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa diversitas setiap stasiun berbeda-beda. Pada
stasiun 1 memiliki diversitas sekitar 1.93, stasiun 2 naik menjadi 4.02, stasiun 3 turun
menjadi 3.88, dan stasiun 4 turun menjadi 3.65. Hal ini disebabkan karena nutrient dalam
air sungai serta kandungan O2 dan CO2 serta pH dan alkalinitas untuk pertumbuhan dan
perkembangan plankton. Sehingga jumlah plankton dapat diperkirakan.
10. DENSITAS
Pada grafik tersebut menunjukkan bahwa densitas pad setiap stasiun berbeda. Pada
stasiun 1 memiliki densitas sebanyak sekitar 753.01, stasiun 2 naik menjadi 1255.02,
stasiun 3 turun menjadi 1054.21, dan stasiun 4 naik menjadi 1204.81. hal ini disebabkan
karena diversitas fitoplankton banyak, suhu, Ph, alkalinitas, kandungan O2 maupun CO2,
dan tingkat nutrient yang tersedia.
KESIMPULAN
Ekosistem disekitar sungai Tambakbayan memiliki karakteristik cukup tenang arusnya, air
yang mengalir masih bersih dengan tingkat pencemaran yang rendah. Hal ini dapat
13. dibuktikan dengan Ph yang tidak jauh dari sifat netral dan nutrient-nutrient yang cukup bagi
kehidupan fitoplankton. Tingkat DO disungai tersebut banyak, berbanding terbalik dengan
kandungan CO2 yang sedikit. Sementara itu, densitas dan diversitas berbanding lurus.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas sungai Tambakbaya memiliki presentase sungai
yang bersih dan baik hanya sedikit masih tercemar.
14. DAFTAR PUSTAKA
Irwan. 1992. Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. Jakarta. Bumi Aksara.
Effendi, Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius, Yogyakarta.
Sastrawijaya, A. T. 2000. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta.
Soegianto, A. 2004. Metode Pendugaan Pencemaran Perairan Dengan Indikator Biologis.
Airlangga University Press. Surabaya.
Aggraini, Kiki. 2007. Mengenal Ekosistem Perairan. Grasindo.Jakarta.
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta, Indonesia
Ewuis, I. Yanney. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. IPB press. Bandung.
Asdak, C. 1955. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Lubis, J., Soewarno dan Suprihadi, B. 1993. Hidrilogi Sungai. Jakarta. Departermen
Pekerjaan Utama
Odum, E. P. 1988. Dasar-Dasar Ekologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Odum, E. P. 1996. Dasar-Dasar Ekologi. Diterjemahkan oleh Thahmosamingan. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Widaningroem, Retno. 2010. Pengertian, Konsep dan Jenis Sumberdaya Perikanan Bahan
Ajar Pengantar Ilmu Perikanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.