1. Tugas Kelompok 10
EKOSISTEM PERAIRAN
(Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi)
Dosen :
Lora Puspitasari, M.Si
Disusun Oleh :
Kelompok X
Fitri Mulyana 1211060062
Vivi Noviana Sari 1211060137
Winda Kurniati 1211060052
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
IAIN RADEN INTAN LAMPUNG
2014
KATA PENGANTAR
2. Puji syukur kami panjatkan kepada allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunianya penyusunan makalah yang berjudul ‘’EKOSISTEM PERAIRAN’’
dapat kami selesaikan dengan baik.
Dalam makalah ini membahas proses hubungan atau intearksi timbal balik
antar organisme berdasarkan fungsi dan aspek penyusunannya yang tak dapat
terpisahkan satu dengan yang lainnya, semua kehidupan dibumi dipertahankan
oleh energi yang mencapai suatu komunitas organisme dan makhluk hidup.
Dan diharapkan dapat mengembangkan wawasan dengan cara mencari
informasi tentang ekosistem perairan dari berbagai macam pembahasan dari
dalam dan luar untuk mendapatkan informasi yang lebih dari pada makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam makalah
ini, oleh karena itu kami senantiasa mengharapkan masukan dari pembaca demi
penyempurnaan makalah ini.
Bandar Lampung, November 2014
PENULIS
DAFTAR ISI
3. JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.............................................................. 2
2.1 Pengertian Ekosistem........................................................ 2
2.2 Komponen ekosistem........................................................ 2
2.3 Faktor fisik kimiawi ekosistem air ...................................
2.4 Macam-macam ekosistem air...........................................
BAB III KESIMPULAN .............................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
4. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perairan dimuka bumi menunjang ekosistem yang berbeda, ekosistem air
terbagi atas ekosistem air tawar dan ekosistem laut. Ekosistem air tawar dan
ekosistem laut sangat berbeda kondisi osmotik yang dimuatnya sehingga relatif
sedikit organisme yang dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi
kehidupan. Secara ekologis perairan dapat berperan sebagai tempat hidup (habitat)
permanen maupun temporal bagi berbagai jenis biota, dan bagian dari
berlangsungnya siklus materi serta aliran energi. Massa air di bumi dapat berupa
massa air permukaan, masa air tanah, massa es di kutub dan gletser, air laut, masa
air di atmosfer, dan massa air yang berada di tubuh makhluk hidup. 97,39% massa
air dibumi berupa air laut, sedangkan sisanya berupa massa air daratan (air payau
dan air tawar).
Ekosistem perairan memiliki kontribusi dan keterlibatan yang sangat besar
dalam mengatur keseimbangan alam semesta. Perairan baik perairan laut maupun
perairan darat (payau dan tawar), sebenarnya merupakan perairan yang secara
fisik tidak terpisahkan sebagai satu kesatuan ekologis. Dengan melihat batapa
kompleksnya ekosistem perairan, dalam makalah ini akan dibahas mengenai
ekosistem perairan baik itu air tawar ataupun air laut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian ekosistem?
2. Bagaimanakah komponen-komponen ekosistem?
3. Apakah macam-macam ekosistem perairan?
4. Bagaimanakah ekosistem air tawar dan ekosistem laut?
1.3 Tujuan
1. Untuk mendapatkan pengetahuan tentang ekosistem perairan.
2. Dapat mengetahui komponen-komponen dalam ekosistem perairan.
3. Dapat mengetahui macam dan ciri ekosistem perairan.
4. Dapat mengetahui ekosistem air tawar dan ekosistem laut
5. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekosistem
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik antar makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem merupakan
penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik
antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju kepada
suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara organisme dan
anorganisme. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik, dan
mempengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Khususnya
mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu
sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk kehidupan. Ekosistem
terbentuk oleh komponen hidup dan tak hidup yang terinteraksi membentuk suatu
kesatuan teratur. Selama setiap komponen tetap melakukan fungsinya dan
bekerjasama dengan baik, keteraturan ekosistem akan tetap terjaga. Gangguan
terhadap salah satu komponen akan mempengaruhi keseluruhan komponen
tersebut.
2.2 Komponen Ekosistem
1. Komponen Abiotik
Komponen abiotik adalah komponen yang terdiri atas bahan-bahan tidak
hidup (non hayati), yang meliputi komponen fisik dan kimia, seperti tanah, air,
matahari, udara, dan energi. Contoh komponen abiotik diantaranya adalah
intensitas cahaya, suhu, air, tipe tanah, atau batuan, ketersediaan mineral dan gas,
seperti oksigen, karbondioksida, dan nitrogen. Kemampuan organisme untuk
hidup dan berkembangbiak bergantung pada beberapa faktor abiotik.
2. Komponen Biotik
Komponen ini terdiri atas bahan-bahan yang bersifat hidup yang meliputi
organisme autotrof dan heterorof. Contoh komponen biotok itu tumbuhan, hewan
dan manusia selain itu cacing, jamur dan bakteri yang hidup didalam tanah pun
juga merupakan komponen biotik.
6. 2.3 Faktor Fisik-kimiawi Perairan
Sifat fisik-kimia perairan sangat penting dalam ekologi. Faktor fisika
kimia perairan yang mempengaruhi produktivitas primer antara lain:
1. Suhu
Cahaya matahari merembes sampai pada kedalaman tertentu pada semua
perairan, sehingga permukaan air hangat (agak panas). Lapisan air yang dingin
disebut epilimnion dan lapisan air yang hangat disebut hipolimnion. Pemisah dari
kedua lapisan tersebut dinamakan metalimnion dan diantara kedua lapisan
tersebut terjadi peningkatan suhu yang tajam yang disebut termoklin. Dalam
ekosistem akuatik sangat dipengaruhi oleh temperatur. Kenaikan suhu sebesar
10oC akan meningkatkan aktivitas fisiologis (misalnya respirasi) dari organisme
sebesar 2-3 kali lipat. Pola suhu ekosistem akuatik dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara
sekelilingnya dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari
pepohonan yang tumbuh ditepi.
2. Penetrasi Cahaya
Penetrasi cahaya merupakan besaran untuk mengetahui sampai kedalaman
berapa cahaya matahari dapat menembus lapisan suatu ekosistem perairan.
Penetrasi cahaya merupakan faktor pembatas bagi organisme fotosintetik
(fitoplankton), yang mempengaruhi migrasi vertikal harian dan dapat pula
mengakibatkan kematian pada organisme tertentu. Kedalaman penetrasi cahaya di
dalam laut, yang merupakan kedalaman dimana produksi fitoplankton masih dapat
berlangsung, bergantung pada beberapa faktor, antara lain absorbs cahaya oleh air,
panjang gelombang cahaya, kecerahan air, pemantulan cahaya oleh permukaan
laut, lintang geografik, dan musim.
3. Salinitas
Salinitas merupakan salah satu parameter perairan yang berpengaruh pada
fitoplankton. Variasi salinitas mempengaruhi laju fotosintesis, terutama di daerah
estuari khususnya pada fitoplankton yang hanya bisa bertahan pada batas-batas
7. salinitas yang kecil atau stenohalin. Meskipun salinitas mempengaruhi
produktivitas individu fitoplankton namun peranannya tidak begitu besar, tetapi di
perairan pantai peranan salinitas mungkin lebih menentukan terjadinya suksesi
jenis pada produktivitas secara keseluruhan. Karena salinitas bersama-sama
dengan suhu menentukan densitas air, maka salinitas ikut pula mempengaruhi
pengambangan dan penenggelaman fitoplankton.
4. pH
pH yang ideal bagi kehidupan organisma akuatik pada umumnya berkisar
antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat
basa membahayakan kelangsungan hidup organisma karena menyebabkan
terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. pH yang sangat rendah
menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat yang bersifat toksik
semakin tinggi yang tentunya mengancam kelangsungan organisma akuatik.
Sementara pH yang tinggi menyebabkan keseimbangan antara amonium dan
amoniak dalam air akan terganggu. Kenaikan pH di atas netral meningkatkan
konsentrasi amoniak yang juga bersifat sangat toksik bagi organisme. Nilai pH air
yang normal adalah netral yaitu antara 6 sampai 8.
5. Oksigen Terlarut (DO = Disolved Oxygen)
Disolved Oxygen (DO) merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu
perairan. Oksigen terlarut merupakan faktor yang sangat penting di dalam
ekosistem perairan, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi
sebagian besar organisme-organisme air. Kelarutan maksimum oksigen di dalam
air terdapat pada suhu 0oC, yaitu sebesar 14,16 mg/l O2. Oksigen merupakan
salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Difusi oksigen kedalam air dapat
terjadi secara langsung pada kondisi air diam/ stagnan;
6. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Nilai BOD menyatakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme aerobik dalam proses penguraian senyawa organik, yang diukur
pada temperatur 20oC. BOD (Biochemical Oxygen Demand) adalah kebutuhan
8. oksigen yang dibutuhkan oleh organisma dalam lingkungan air untuk
menguraikan senyawa organik. Proses penguraian bahan buangan organik melalui
proses oksidasi oleh mikroorganisma di dalam lingkungan air merupakan proses
alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang
cukup.
7. Kandungan Nitrat dan Fosfat
Fitoplankton dapat menghasilkan energi dan molekul yang kompleks jika
tersedia bahan nutrisi yang paling penting adalah nitrat dan fosfat. Keberadaan
nitrat di perairan sangat dipengaruhi oleh buangan yang berasal dari industri,
bahan peledak, piroteknik dan pemupukan. Secara alamiah kadar nitrat biasanya
rendah namun kadar nitrat dapat menjadi tinggi sekali dalam air tanah di daerah
yang diberi pupuk yang diberi nitrat/nitrogen. Fosfat merupakan unsur yang
penting dalam aktivitas pertukaran energi dari organisme yang dibutuhkan dalam
jumlah sedikit, sehingga fosfat berperan sebagai faktor pembatas bagi
pertumbuhan organisme. Peningkatan konsentrasi fosfat dalam suatu ekosistem
perairan akan meningkatkan pertumbuhan algae dan tumbuhan air lainnya secara
cepat. Kelimpahan komunitas fitoplankton di laut sangat berhubungan dengan
kandungan nutrien seperti fosfat, nitrat, silikat, dan hara lainnya. Kandungan
nutrien dapat mempengaruhi kelimpahan fitoplankton dan sebaliknya fitoplankton
yang padat dapat menurunkan kandungan nutrien dalam air.
2.4 Macam-Macam Ekosistem Perairan
Ekosistem perairan terbagi menjadi dua, yaitu ekosistem air tawar dan
ekosistem air laut. Bioma air tawar umumnya memiliki konsentrasi garam kurang
dari 1%, sedangkan bioma laut umumnya memiliki konsentrasi garam 3%.
1. Ekosistem Air Tawar
a. Zonasi Ekosistem Air Tawar
1) Zona litoral
Merupakan daerah pinggiran perairan yang masih bersentuhan dengan
daratan. Organisme yang dapat ditemukan yaitu tumbuhan akuatik atau
mengapung, siput, crustacea, serangga, amfibi, ikan, dan lain-lain
9. 2) Zona Limnetik
Merupakan daerah air yang terbentang antara zona litoral di satu sisi dan
zona litoral disisi lain. Organisme yang hidup dan banyak ditemukan
didaerah ini antara lain: ikan, udang, dan plankton.
3) Zona Profundal
Merupakan daerah dasar perairan yang lebih dalam dan menerima sedikit
cahaya matahari dibanding daerah litoral dan limnetik.
4) Zona Sublitoral
Merupakan daerah peralihan antara zona litoral dan zona profundal.
Berdasarkan besarnnya intensitas cahaya matahari yang masuk, perairan
dibagi menjadi 3 zona yaitu:
(a) Zona eufotik/fotik
Zona ini merupakan zona produktif dalam perairan dan dihuni oleh
berbagai macam jenis biota di dalamnya, Cahaya matahari masih
dapat menembus zona ini.
(b) Zona afotik
Cahaya matahari tidak dapat menembus zonz ini. Pada zona ini
produsen primer bukan tumbuh-tumbuhan algae tetapi terdiri dari
jenis-jenis bakteri seperti bakteri Sulfur, karena tidak adanya cahaya
matahari yang masuk, menyebabkan daerah ini miskin oksigen.
(c) Zona mesofotik
Bagian perairan yang berada diantara zona fotik dan afotik atau
dikenal sebagai daerah remang-remang. Daerah ini merupakan
wilayah perburuan bagi organisme yang hidup di zona afotik dan
juga organisme yang hidup di zona fotik.
b. Macam-macam Ekosistem Air Tawar
1) Ekosistem Perairan Menggenang (lentic water).
Perairan menggenang disebut juga perairan tenang yaitu perairan
dimana aliran air lambat atau bahkan tidak ada dan massa air
terakumulasi dalam periode waktu yang lama. Perairan menggenang
dibedakan menjadi perairan alamiah dan buatan. Perairan alami
dibedakan menjadi perairan yang terbentuk karena aktifitas tektonik dan
10. vulkanik. Contoh perairan lentik alamiah yaitu danau dan rawa,
sedangkan perairan buatan yaitu Waduk. Pada ekosistem perairan lentik
akan terjadi arus vertikal yaitu pergerakan air dari dasar ke permukaan
atau sebaliknya, karena adanya stratifikasi suhu pada perairan tersebut.
(a) Danau
Danau merupakan perairan lentik yang alami, terdiri dari danau
vulkanik dan danau tektonik. Danau vulkanik yaitu danau yang
terbentuk karena peristiwa letusan gunung berapi, dan danau
tektonik yaitu danau yang terbentuk karena peristiwa tektonik
misalnya akibat gempa bumi. Danau vulkanik pada awal
terbentuknya memiliki suhu air yang tinggi, kaya akan bahan
belerang, miskin bahan organik, Sedangkan danau tektonik pada
awal perkembangannya suhu air relative rendah, air jernih, memiliki
kandungan bahan organik yang cukup lengkap sehingga dapat dihuni
oleh berbagai jenis organisme.
Danau Kelimutu, Ende NTT
Sumber:ttp://www.google.co.id
(b) Waduk
Waduk merupakan perairan menggenang akibat
pembendungan secara sengaja beberapa sungai untuk kepentingan
tertentu. Dikenal tiga tipe waduk, yaitu waduk irigasi, waduk
lapangan dan waduk serbaguna. Waduk irigasi berasal dari
pembendungan sungai intermiten, memiliki luas antara 10–500 Ha
dan difungsikan untuk kebutuhan irigasi. Waduk lapangan berasal
11. dari pembendungan sungai episodik dengan luas kurang dari 10 ha,
dan difungsikan untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat di sekitar
waduk, seperti pembuatan telaga di wonosari.Waduk serbaguna
berasal dari pembendungan sungai yang permanen denganluas lebih
dari 500 ha, dan digunakan untuk keperluan PLTA, Irigasi, Air
minum dan lain-lain.
Waduk Sermo, Yogyakarta Waduk Sempor, Kebumen
Sumber: Satino, 2009
(c) Rawa
Merupakan ekosistem perairan menggenang yang terbentuk
karena proses pendangkalan dari danau, waduk, atau karena proses
yang lain seperti karena gempa yang mengakibatkan suatu daerah
turun tetapi tidak dalam, atau karena aktifitas angin, dan pasang
surut air laut (rawa asin/payau).
Rawa Pening,
Sumber:http://www.fao.org/
2) Ekosistem Perairan Mengalir (lotic water)
Perairan lotik dicirikan adanya arus yang terus menerus dengan
kecepatan bervariasi sehingga perpindahan massa air berlangsung terus-
menerus, contohnya antara lain: sungai, , kanal, parit, dan lain- lain. Ciri
12. khas ekosistem perairan mengalir yaitu adanya pergerakan/perpindahan
massa air secara terus-menerus dari satu tempat ke tempat
lain.Pergerakan massa air ini yang kemudian dikenal sebagai arus.
Perairan mengalir secara umum juga dibagi menjadi 3 bagian (zona),
yaitu bagian hulu, tengah dan hilir. Bagian hulu merupakan wilayah
sungai yang terdiri dari zona krenal dan zona rithral, menurut klasifikasi
pemanfaatan wilayah ini merupakan wilayah produksi. Zona tengah
meliputi sebagian wilayah potamal, pada wilayah ini aktivitasmanusia
sudah mulai cukup banyak dan jugadifungsikan untuk transportasi.
Sedangkanzona hilir merupakan wilayah termasuk dalam zona
hypopotamal.
Sungai Sempor, Kebumen SungaiDonan, Cilacap
Sumber: Satino, 2007
2. Ekosistem Air Laut
Ekosistem air laut merupakan ekosistem yang paling luas di bumi ini. Luas
ekosistem air laut hampir lebih dari dua per tiga dari permukaan bumi ( + 70 % ),
Ekosistem air laut memiliki salinitas (kadar garam) tinggi, NaCl mendominasi
mineral ekosistem laut hingga mencapai 75%, dan ekosistem air laut tidak
dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
a. Zonasi Ekosistem Air Laut
1) Zona Intertidal atau Zona pasang surut, merupakan area pasang dan surut
air laut di sepanjang garis pantai. Pada saat pasang, akan tertutupi oleh
air laut sedangkan pada saat surut, akan kering dan terpapar oleh udara
terbuka. Cahaya matahari bisa masuk hingga kedasar perairan sehingga
produktivitas organisme fotosintetik didalamnya juga tinggi. Organisme
yang ada di zona ini antara lain rumput laut, anemon, kepiting, dan
bintang laut.
13. 2) Zona neritik atau zona laut dangkal, zona ini berada di antar zona
intertidal dan zona pelagik. Kedalamn rata-rata zona ini adalah sekitar
200 m. Proses fotosintesis berlangsung di zona neritik karena cahaya
matahari dapat menembus hingga ke dasar laut. Di wilayah tropis, zona
neritik biasanya dihuni oleh terumbu karang, yang menjadi rumah
berbagai ikan tropis, dan lebih dari 4000 spesies ikan menghuni terumbu
karang, seperti parrotfish, angelfish, dan penghuini karang lainnya
seperti spons, Cnidaria, cacing, moluska, bintang laut, dan ular laut.
3) Zona pelagik atau zona laut terbuka, memiliki rata-rata kedalaman 4000
m dan sekitar 75% air laut terdapat pada zona ini. Zona ini paling tidak
produktif dibandingkan zona intertidal dan fotik. Organisme di zona ini
hidup dengan cara menyaring makanan, memakai bangkai, atau
memangsa organisme lainnya. Ikan yang hidup di laut yang lebih dalam
beradaptasi dengan baik akan ketiadaan cahaya dan jarangnya makanan.
Ikan d ilaut dalam akan makan sebanyak mungkin ketika makanan
banyak tersedia.
Berdasarkan ada atau tidak adanya penetrasi cahaya, ekosistem laut
dapat dibagi menjadi beberapa zona, yaitu:
1) Zona fotik, yaitu area permukaan laut yang masih menerima cahaya
matahari dalam jumlah yang cukup untuk proses fotosintesis organisme.
2) Zona bentik yaitu area dasar laut
3) Zona afotik yaitu zona pertengahan antara permukaan dengan dasar laut
yang tidak menerima masukan cahaya matahari yang cukup untuk
fotosintesis organisme.
14. .
b. Macam-Macam Ekosistem Air Laut
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan/laut, pantai, estuari, dan
terumbu karang.
1. Lautan / laut
Laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas
yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. Pada
hewan dan tumbuhan tingkat rendah tekanan osmosisnya kurang lebih
sama dengan tekanan osmosis air laut sehingga tidak terlalu mengalami
kesulitan untuk beradaptasi. Tetapi hewan tingat tinggi, seperti ikan
beradaptasi dengan kondisi seperti itu adalah banyak minum, air masuk
ke jaringan secara osmosis melalui usu, sedikit mengeluarkan urine,
pengeluaran air terjadi secara osmosis, garam-garam dikeluarkan secara
aktif melalui insang.
2. Pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat,
laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus
harian pasang surut laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki
adaptasi struktural sehingga dapat melekat erat di substrat keras.
Adapun pembagian daerah pantai terbagi atas 3, yaitu :
1) Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi.
Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis
yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai.
15. 2) Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang
rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut,
siput, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil.
3) Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut.
Dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.
3. Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut.
Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau
rawa garam. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain
rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya
antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan.
4. Terumbu Karang
Terumbu karang adalah sekumpulan hewan karang yang
bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga. Terumbu karang
merupakan habitat bagi berbagai spesies tumbuhan laut, hewan laut,
dan mikroorganisme laut lainnya yang belum diketahui. Terumbu
karang secara umum dapat dinisbatkan kepada struktur fisik beserta
ekosistem yang menyertainya yang secara aktif membentuk sedimen
kalsium karbonat akibat aktivitas biologi (biogenik) yang berlangsung
di bawah permukaan laut. Bagi ahli biologi terumbu karang merupakan
suatu ekosistem yang dibentuk dan didominasi oleh komunitas koral.
Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan
tropis, sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya
terutama suhu, salinitas, sedimentasi. Untuk dapat bertumbuh dan
berkembang biak secara baik, terumbu karang membutuhkan kondisi
lingkungan hidup yang optimal, yaitu pada suhu hangat sekitar di atas
20oC. Terumbu karang juga memilih hidup pada lingkungan perairan
yang jernih dan tidak berpolusi.
16. BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekosistem terbentuk oleh komponen hidup dan tak hidup yang terinteraksi
membentuk suatu kesatuan teratur, ekosistem air terbagi atas ekosistem air
tawar dan ekosistem laut.
2. Ekosistem air laut dibedakan atas lautan/laut, pantai, estuari, dan terumbu
karang. Ekosistem air laut memiliki salinitas tinggi, NaCl mendominasi
mineral ekosistem laut hingga mencapai 75%, dan ekosistem air laut tidak
dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
3. Ekosistem air tawar memiliki peranan yang sangat penting karena merupakan
sumber air rumah tangga dan industri yang murah. Ekosistem air tawar dibagi
menjadi ekosistem perairan menggenang dan ekosistem perairan mengalir
17. DAFTAR PUSTAKA
Campbell A. Neil & Reece B. Jane, dkk.2008. Biologi Jilid 3 edisi 8.Jakarta:
Erlangga
Fried H. George & Hademenos J George.1999. Biologi Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga.
Kimball W. John, dkk.1983. Biologi Jilid 3 edisi 5. Jakarta: Erlangga
Romimohtarto, K dan Sri Juwana.2001.Biologi Laut. Penerbit Djambatan, Jakarta