SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
Download to read offline
i
LAPORAN
PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR
ANALISA KONDISI BOEZEM MOROKREMBANGAN
KELAS B
NAMA DOSEN: PROF. Ir. NIEKE KARNANINGROEM, M.Sc
NAMA KELOMPOK:
LAILY KUSUMA WARDANI 3314100007
FARID PRATAMA PUTRA 3314100030
FEBRIANDITA ASHARI PUTRI 3314100044
M HISYAM SULTHONY 3314100054
FATMAWATI AGUSTINA 3314100086
ILHAM AKBAR WICAKSONO 3314100088
NADIA ANDISTIARA 3314100106
JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2016
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya
penyusunan laporan analisis kondisi Boezem Morokrembangan dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan laporan ini, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Nieke
Karnaningroem selaku dosen pengajar mata kuliah Pengelolaan Sumber Daya Air atas segala ilmu dan
bimbingannya dalam penyusunan laporan ini.
Laporan praktikum ini telah disusun dengan sebaik mungkin. Mohon maaf apabila laporan ini
masih kurang dari kata sempurna, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga tugas ini
dapat memberikan manfaat yang berguna bagi pembaca dan penyusun.
Surabaya, Mei 2016
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................2
1.3 Tujuan.................................................................................................................................2
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan.........................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................3
2.1 Dissolved Oxygen...............................................................................................................3
2.2 Fungsi Boezem...................................................................................................................7
BAB 3 PEMBAHASAN........................................................................................................................8
3.1 Analisa Dissolved Oxygen (DO) Boezem Moro Krembangan......................................8
3.2 Analisa Kondisi Lingkungan Boezem Moro Krembangan..........................................10
3.3 Hipotesis Analisa Penyebab Pencemaran......................................................................11
BAB 4 KESIMPULAN.........................................................................................................................13
DARTAR PUSTAKA...........................................................................................................................14
ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Surabaya adalah Ibukota Provinsi Jawa Timur dan merupakan kota terbesar kedua di Indonesia
setelah kota Jakarta yang juga merupakan kota industri dan perdagangan yang penting. Seiring dengan
peningkatan di sektor ekonomi dan pertumbuhan penduduk dibutuhkan juga pembangunan fisik seperti
jalan, jembatan, perumahan, sistem pembuangan air dan fasilitas lainnya. Bila pembangunan tersebut tidak
berwawasan lingkungan maka akan menyebabkan ketidakseimbangan pada lingkungan, kemacetan lalu
lintas, dan menyebabkan adanya daerah genangan air yang mengganggu. Bila dilihat dari letak kota
Surabaya yang berada di dekat laut, maka dapat dikatakan bahwa Surabaya terletak di dataran rendah
dengan ketinggian mendekati +0 m, SHVP (Surabaya Haven Vloed Peil). Ketinggian tersebut sejajar
dengan permukaan air laut, bahkan ada beberapa daerah di Surabaya yang ketinggiannya di bawah air laut.
Kondisi ini menyebabkan pembuangan air drainasi sulit, sehingga apabila terjadi air laut pasang dan disaat
yang bersamaan terjadi hujan lebat dalam waktu lama akan mengakibatkan terjadinya banjir.
Boezem Morokrembangan yang berada di pinggiran bagian utara kota Surabaya memiliki luas total
± 78,96 ha terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian utara dengan luas sekitar ± 41,58 ha dan bagian selatan
dengan luas sekitar ± 39,13 ha. Boezem Morokrembangan merupakan boezem terluas di Surabaya dengan
tangkapan aliran (catchment area) hampir mencapai 25% dari luas total Kota Surabaya. Kedalaman rata-
rata boezem adalah 3 m. Dua bagian tersebut dihubungkan dengan saluran yang berada di bawah jalan raya
Surabaya-Gresik. Di sebelah hilir boezem utara terdapat enam buah pintu hidrolis otomatis yang mengatur
pembuangan air dari boezem ke laut. Adanya perubahan tata guna lahan yang tidak sesuai dengan sistem
penataan kota meyebabkan meningkatnya limpasan. Hal tersebut menyebabkan air yang masuk ke boezem
menjadi bertambah. Disamping bertambahnya air yang masuk ke boezem, terdapat pula sampah-sampah
dan bahan padat lainnya yang ikut masuk ke boezem. Keadaan tersebut mengakibatkan terjadinya
pendangkalan pada boezem terutama pada boezem Selatan. Hal ini menyebabkan kapasitas tampungan
efektif dari boezem akan berkurang. Tampungan efektif dari boezem Morokrembangan ditentukan
berdasarkan rencana pada masa pembangunan dari pengolahan data curah hujan dan debit rencana pada
masa itu.
Berdasarkan keadaan di atas perlu diadakan suatu evaluasi untuk daerah boezem utara
Morokrembangan, apakah kapasitas boezem saat ini masih mampu menampung debit banjir yang masuk
ke boezem utara Morokrembangan dan bagaimana pengaruh pasang surut terhadap pembuangan.
ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi kekinian (kondisi fisik) dari Boezem Morokrembangan dan lingkungannya?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kondisi Boezem Moro Krembangan saat ini?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kondisi kekinian Boezem Morokrembangan dan lingkungan sekitarnya.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi Boezem Moro Krembangan saat ini.
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Tempat observasi adalah di Bozem Morokrembangan bertempat di daerah Morokrembangan di
bawah jembatan Tol Surabaya ke arah Tanjung Perak. Kondisi di Bozem cukup kumuh dengan air bozem
yang sangat keruh dan berbau menyengat.
Kelompok kami melakukan observasi ke Bozem Morokrembangan pada Tanggal 12 Mei 2016 pada
pukul 13.00-15.00.
ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dissolved Oxygen
Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponen-komponen kimia
menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida dengan zat
pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga
diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses metabolisme.
Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan kandungan dalam air.
Oksigen terlarut merupakan parameter penting karena dapat digunakan untuk mengetahui gerakan massa
air serta merupakan indikator yang peka bagi proses-proses kimia dan biologi . Kadar oksigen yang terlarut
bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen terlarut juga
berfluktuasi secara harian dan musiman, tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan
(turbulence ) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dam limbah ( effluent ) yang masuk ke badan air.
Selain itu, kelarutan oksigen dan gas-gas lain berkurang dengan meningkatnya salinitas sehingga kadar
oksigen di laut cenderung lebih rendah daripada kadar oksigen di perairan tawar.
Peningkatan suhu sebesar 1o
C akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10. Jumlah oksigen
yang dibutuhkan oleh organisme akuatik tergantung spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan, aktivitas,
suhu, dan lain-lain. Konsentrasi oksigen yang rendah dapat menimbulkan anorexia, stress, dan kematian
pada ikan. Bila dalam suatu kolam kandungan oksigen terlarut sama dengan atau lebih besar dari 5 mg/l,
maka proses reproduksi dan pertumbuhan ikan akan berjalan dengan baik. Pada perairan yang mengandung
deterjen, suplai oksigen dari udara dalam air sangat sedikit. Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen dalam
miligram yang terdapat dalam satu liter air (ppt) (Illahude, 1999).
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan
oksigen (oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO
yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen ( O2 ) yang tersedia dalam
suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang
bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO
juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan
mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh
banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkan disamping parameter
lain yang sering digunakan seperti BOD dan COD dalam suatu perairan ( Hutabarat dan Evans, 2006 ).
DO atau kadar oksigen terlarut menyatakan kandungan oksigen di dalam air. Kemampuan air dalam
melarutkan oksigen sangat tergantung pada suhu air, tekanan gas oksigen, dan kemurnian air. Terapi
ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN
pemberian oksigen melalui saluran pernafasan ( dihirup melalui hidung ). Bagian per sejuta merupakan
satuan jumlah yang sangat kecil. 1ppm = 1 bagian / 1.000.000, jadi air yang mengandung oksigen 80 ppm
= 80 miligram oksigen dalam 1 liter air ( Ridwan, 2006 ).
Oksigen terlarut dalam air merupakan parameter kualitas air yang paling kritis pada budidaya ikan.
Konsentrasi oksigen terlarut dalam kolam selalu mengalami perubahan dalam sehari semalam. Oleh karena
itu, pengelola kolam ikan harus selalu mengetahui atau memantau perubahan konsentrasi oksigen terlarut
di dalam kolamnya. Sumber utama oksigen, terlarut dalam air adalah difusi dari udara dan hasil fotosintesis
biota yang berklorofil yang hidup di dalam perairan. Kecepatan difusi oksigen ke dalam air sangat lambat.
Oleh karena itu, fitoplankton merupakan sumber utama dalam penyediaan oksigen terlarut dalam perairan
(Supangat, 2007).
Oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis
tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan
hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri. Oksigen terlarut ( Dissolved Oxygen = DO )
dibutuhkan oleh semua jasad hidup. Inilah beberapa manfaatnya yaitu untuk pernapasan, proses
metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan.
Oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik, sumber
utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas, hasil fotosintesis
organisme yang hidup ( Mulyanto, 2009 ).
Oksigen juga memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen
terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga
menentukan proses biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik,
peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah
nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang
dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas.
Karena proses oksidasi dan reduksi inilah, maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu
mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan
untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga ( Nontji, 2002 ).
Oksigen dan karbondioksida yang terlarut di air laut mempunyai arti penting dalam emtabolisme.
Kelarutan gas–gas dalam air laut adalah suatu fungsi dari suhu, makin rendah suhu makin besar
kelarutannya. Oleh karena itu, makin dingin suatu badan air, makin banyak oksigen yang dapat
diakndungnya. Kelarutan gas di dalam air tidak begitu besar. Pada permukaan air laut hingga kedalaman
10 – 20 meter, kandungan oksigen memperlihatkan jumlah yang maksimum karena kegiatan fotosintesis
tumbuh – tumbuhan dan difusi oksigen dari atmosfer sedangkan di lapisan dalam sumber O2 berasal dari
Singking Water dari daerah kutub ( Hutabarat dan Evans, 2006 ).
ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN
Kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang
dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena
adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya
kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan
kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan
anorganik. Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan
aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit apabila dibandingkan
dengan ikan pada saat bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen
dari udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen terlarut
(Nontji, 2002).
Kandungan oksigen terlarut ( DO ) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak
tercemar oleh senyawa beracun ( toksik ). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup
mendukung kehidupan organisme. Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm
selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 %. KLH menetapkan bahwa
kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut. Agar ikan dapat
hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm ( part per million ) ( Illahude,
1999 ).
Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen
terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang. Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah
yang mengandung bahan organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk
mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga kadar
oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang dan kerang
akan mati. Penyebab bau busuk dari air yang tercemar berasal dari gas NH3 dan H2S yang merupakan hasil
proses penguraian bahan organik lanjutan oleh bakteri anaerob ( Hutabarat dan Evans, 2006 ).
Dissolved Oxygen atau dalam bahasa Indonesia disebut oksigen terlarut merupakan jumlah
kandungan oksigen yang terkandung dalam suatu perairan. Oksigen tersebut dapat berupa hasil dari
fotosintaesis tumbuhan akuatik. Oksigen ini sangat diperlukan oleh organisme yang hidup di dalam air.
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan yang vital bagi kelangsungan hidup organisme suatu perairan.
Oksigen terlarut diambil oleh organisme perairan melalui respirasi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan
kesuburan. Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat mengurangi efesien pengambilan oksigen oleh biota
laut, sehingga dapat menurunkan kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya. Umumnya
oksigen dijumpai di lapisan permukaan karena oksigen dari udara di dekatnya dapat secara langsung larut
( berdifusi ke dalam air laut ). Phytoplankton juga membantu meningkatkan kadar oksigen terlarut pada
siang hari. Penambahan ini disebabkan oleh terlepasnya gas oksigen sebagai hasil fotosintesis. Oksigen
ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN
terlarut diambil oleh organisme perairan melalui respirasi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan.
Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat mengurangi efesiensi pengambilan oksigen oleh biota
laut, sehingga dapat menurunkan kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya (Hutabarat
dan Evans, 2006).
Proses Penambahan Oksigen ( aerasi ) merupakan suatu usaha penambahan konsentrasi oksigen
yang terkandung dalam air limbah, agar proses oksidasi biologi oleh mikroba akan dapat berjalan dengan
baik. Dalam prakteknya terdapat 2 cara untuk menambahkan oksigen ke dalam air limbah, yaitu :
a. Memasukkan udara ke dalam air limbah.
Yaitu proses memasukkan udara atau oksigen murni ke dalam air limbah melalui benda porous atau
nozzle. Nozzle tersebut diletakkan di tengah– tengah sehingga akan meningkatkan kecepatan kontak
gelembung udara tersebut dengan air limbah, dan proses pemberian oksigen akan berjalan lebih cepat.
Oleh karena itu, biasanya nozzle ini diletakkan pada dasar bak aerasi. Udara yang dimasukkan adalah
berasal dari udara luar yang dipompakan ke dalam air limbah oleh pompa tekan.
b. Memaksa air ke atas untuk berkontak dengan oksigen.
Adalah cara mengontakkan air limbah dengan oksigen melalui pemutaran baling– baling yang
diletakkan pada permukaan air limbah. Akibat dari pemutaran ini, air limbah akan terangkat ke atas
dan dengan terangkatnya maka air limbah akan mengadakan kontak langsung dengan udara sekitarnya
( Luluk Edahwati dan Suprihatin, 2014 ).
Aerasi merupakan proses penambahan oksigen ke dalam air sehingga dapat menimbulkan reaksi
oksidasi Fe dan Mn yang kemudian akan menyebabkan endapan Fe(OH)3 dan MnO2. Metode aerasi
memiliki beragam variasi. Salah satunya adalah aerasi cascade. Mangan dan besi yang terlarut dalam air
dapat dihilangkan dengan cara aerasi, yaitu mengontakkan air dengan oksigen sehingga mangan dan besi
mengalami oksidasi yang menyebakan mangan dan besi dapat mengendap. Alat yang digunakan untuk
aerasi disebut dengan aerator ( Sri Hastutiningrum, dkk, 2015 ).
Aerator adalah alat untuk mengontakkan oksigen dari udara dengan air agar zat besi atau mangan
yang ada di dalam air baku bereaksi dengan oksigen membentuk senyawa ferri ( Fe valensi 3 ) serta mangan
oksida yang relatif tidak larut di dalam air. Kecepatan oksidasi besi atau mangan dipengaruhi oleh pH air.
Umumnya semakin tinggi pH air kecepatan reaksi oksidasinya makin cepat. Kadang-kadang perlu waktu
tinggal sampai beberapa jam setelah proses aerasi agar reaksi berjalan tergantung dari karakteristik air
bakunya ( Said, 2005 ).
Aerator cascade merupakan salah satu alat untuk aerasi dengan sistem gravitasi. Prinsip kerja
aerator cascade adalah melewatkan air ada plat atau lempengan yang disusun berundak seperti anak tangga.
Air yang turun melewati cascade tersebut akan kontak dengan oksigen di udara. Pada aerator cascade teknis
pembuatannya cukup sederhana dengan biaya tidak terlalu mahal dan mudah dilaksanakan, yaitu air
ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN
dilewatkan pada susunan penampang bertingkat secara gravitasi. Metode aerator cascade ini mampu
menaikkan oksigen 60-80 % dari jumlah oksigen yang tertinggi pada air. Pada dasarnya aerator cascade
terdiri dari 4 sampai 6 step, dengan ketinggian tiap step kurang lebih 30 cm dengan kecepatan 0,01 m3
/detik
per m2
. Keuntungan aerator cascade adalah alatnya yang sederhana dan mudah diaplikasikan serta mudah
dalam perawatan. Namun salah satu kelemahannya adalah membutuhkan lahan yang cukup luas ( Hartini,
2012 ).
Suplai tambahan oksigen dari aerator memenuhi ketercukupan kebutuhan oksigen bakteri dan alga
sehingga bakteri mampu bekerja mendekomposisi bahan organik bahkan ketika malam hari tanpa
mengganggu proses respirasi dari alga. Kadar oksigen yang ada dalam reaktor masih mencukupi untuk
bakteri melakukan dekomposisi bahan organik dan alga dalam melakukan respirasi ( Agus Slamet, dkk,
2016 ).
Berdasarkan kandungan ( oksigen terlarut ), maka pengelompokan kualitas perairan air laut dapat
dibagi menjadi empat macam yaitu tidak tercemar (> 6,5 mgr/l ), tercemar ringan (4,5 – 6,5 mgr/l),
tercemar sedang (2,0 – 4,4 mgr/l) dan tercemar berat (< 2,0 mgr/l) ( Odum, 1971 ).
2.2 Fungsi Boezem
Boezem adalah suatu bangunan yang mempunyai fungsi sebagai tempat penampungan sementara
limpasan air hujan pada saluran pada saat MAS Hilir mencapai HWL, apabila air MAB diatas MAS Hilir
maka pintu outflow akan terbuka dan air akan mengalir. Perencanaan boezem ini diharapkan dapat
menampung debit banjir rencana dan mengurangi genangan yang ada. Kriteria perencanaan boezem
menggunakan hidrograf banjir dan disesuaikan dengan MAS Hilir.Analisa kapasitas tampungan boezem
dengan MAS Hilir. Analisa kapasitas tampungan boezem dengan memperkirakan debit masukan dan
keluaran sehingga debit masuk dan debit keluar seimbang. Inlet boezem direncanakan berupa mercu
pelimpah samping. Perencanaan outlet boezem dilengkapi dengan pintu otomatis yang beroperasi sesuai
dengan elevasi MAS Hilir dan dilengkapi dengan pompa jika dibutuhkan. Perencanaan tanggul boezem
direncanakan dengan konstruksi dinding penahan.
ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Analisa Dissolved Oxygen (DO) Boezem Moro Krembangan
Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan
oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO
yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam
suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang
bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO
juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air
seperti ikan dan mikroorganisme.
Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponen-komponen kimia
menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida dengan zat
pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga
diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses metabolisme.
Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan berbagai kandungan
dalam air. Jika reaksi penguraian komponen kimia dalam air terus berlaku, maka kadar oksigen pun akan
menurun. Pada klimaksnya, oksigen yang tersedia tidak cukup untuk menguraikan komponen kimia
tersebut. Keadaan yang demikian merupakan pencemaran berat pada air.
Dalam kunjungan ke Boezem Morokrembangan ini, analisa DO dilakukan guna menentukan
kualitas air yang ada di sana. Pengukuran DO dilakukan sesuai dengan metode titrasi langsung di lapangan
(tidak dianalisa di laboratorium) mengingat jarak tempuh antara boezem dengan ITS yang cukup memakan
waktu sehingga membuat data menjadi kurang representatif. Berikut gambar 1 tampak atas boezem :
2
1
ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN
Titik sampling yang diambil adalah titik 1 dan 2 pada gambar tampak atas boezem. Adapun langkah
analisa DO pertama kali adalah melakukan sampling di kedua titik tersebut. Sampling dilakukan dengan
teknik grab sampling dengan menggunakan bantuan ember dikarenakan tidak memungkinkan turun
langsung ke lokasi. Setelah diambil menggunakan ember, sampel dimasukkan ke dalam botol winkler
hingga penuh dan tidak ada udara di dalamnya.
Gambar 2. Titik 1 Gambar 3. Titik 2
Selanjutnya, sampel air diberikan larutan pereaksi oksigen sebanyak 5 tetes dengan menggunakan
pipet tetes. Lalu ditambahkan larutan MnSO4 sebanyak 5 tetes juga ke dalam botol winkler lalu dikocok
dan didiamkan sampai muncul endapan. Tujuan dari penambahan larutan pereksi oksigen adalah untuk
mengikat oksigen yang terdapat di dalam air. Sementara MnSO4 berfungsi sebagai pereduksi zat-zat
organik yang terdapat di dalam air.
Tabel Pengamatan Fisik 1
Titik Sampel Sifat Fisik Awal Penambahan Pereaksi
O2
Penambahan MnSO4
Titik 1 Keruh kehitaman,
berbau, suhu normal,
encer.
Belum ada perubahan
fisik.
Ada endapan pada
bagian bawah, bagian
atas jernih.
Titik 2 Keruh kehitaman,
berbau, suhu normal,
encer.
Belum ada perubahan
fisik.
Ada endapan pada
bagian bawah, bagian
atas jernih.
Setelah itu, ditambahkan larutan H2SO4 4N sebanyak 5 tetes dengan tujuan untuk melepaskan
molekul I2 yang ekuivalen dengan jumlah oksigen terlarut di dalam air. Setelah itu dikocok sampai endapan
hilang. Idealnya, pelepasan iodin ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi warna kekuningan.
Namun pada percobaan kali ini, sampel tidak mengalami perubahan warna. Hanya, endapan di awal hilang
akibat penambahan H2SO4 4N. Tidak terjadinya perubahan warna mengindikasikan nilai DO yang kecil.
ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN
Kemudian, dilakukan penambahan amilum sebagai indikator perubahan warna sebanyak 3 tetes.
Amilum berfungsi sebagai indikator adanya kandungan DO di dalam sampel yang ditandai dengan
perubahan sampel menjadi warna biru. Namun pada percobaan ini, setelah penambahan amilum, tidak
terjadi perubahan warna. Hal ini mengindikasikan bahwa kadar DO di 2 titik sampel adalah 0 dan air di
dalamnya bersifat toksik (racun).
Tabel Pengamatan Fisik 2
Titik Sampel Sifat Fisik Awal Penambahan H2SO4 Penambahan Amilum
Titik 1 Ada endapan pada
bagian bawah, bagian
atas jernih.
Warna tidak berubah,
endapan hilang.
Tidak ada perubahan
fisik.
Titik 2 Ada endapan pada
bagian bawah, bagian
atas jernih.
Warna tidak berubah,
endapan hilang.
Tidak ada perubahan
fisik.
Tidak adanya perubahan fisik pada saat penambahan amilum membuat langkah berikutnya yaitu
titrasi dengan Natrium Tiosulfat 0.01 N tidak perlu dilakukan. Dapat disimpulkan bahwa tingkat oksigen
terlarut di dalam 2 titik sampel pada boezem ini adalah 0 sehingga boezem ini dapat dikategorikan tercemar
berat.
Gambar 4. Serangkaian Analisa DO
3.2 Analisa Kondisi Lingkungan Boezem Moro Krembangan
Wilayah di sekitar boezem dikelilingi oleh perumahan penduduk. Adapun jarak di antara tiap rumah
tidak begitu jauh. Di sekitar boezem terdapat banyak pepohonan berukuran sedang (ketinggian 2 – 5 m).
Namun, kondisi lingkungan kurang tertata rapi akibat sempitnya lahan yang dimiliki oleh masyarakat.
Ditambah lagi dengan adanya sebagian warga yang melakukan usaha di bidang peternakan di sana.
ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN
Adapun boezem sendiri mengeluarkan bau yang tidak sedap terhadap lingkungan sekitar. Bau ini
berasal dari dalam boezem itu sendiri yang sebagian besar wilayahnya terdapat banyak sampah yang diduga
kebanyakan adalah sampah domestik dari penduduk sekitar. Kondisi yang amat mengenaskan dapat dilihat
pada bagian ujung kanan boezem yang mana sampah sudah sangat menumpuk hingga mengakibatkan
pencemaran. Di sekitaran sampah itu juga ditumbuhi tanaman eceng gondok. Tanaman eceng gondok
mengindikasikan adanya pencemaran serta dapat menutup oksigen yang akan masuk ke dalam boezem.
Lebih parahnya lagi, terdapat endapan dari sampah telah membentuk delta di dalam boezem itu sendiri.
Gambar 5. Tumpukan sampah Gambar 6. Delta dari sedimen sampah
Secara umum, kondisi lingkungan di sekitar Boezem Moro Krembangan adalah cukup tercemar
dikarenakan adanya pencemaran udara melalui bau yang dihasilkan dari boezem tersebut. Sementara pada
wilayah perairannya dapat digolongkan sangat tercemar akibat banyaknya tumpukan sampah. Selain itu
turbiditas (kekeruhan) yang tinggi juga menyebabkan kondisinya semakin tercemar.
3.3 Hipotesis Analisa Penyebab Pencemaran
Pencemaran yang terjadi di wilayah Boezem Moro Krembangan tentu saja tidak terjadi begitu saja.
Rendahnya kadar DO di boezem ini tentu saja disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Faktor-faktor tersebut
diantaranya :
1. Suhu
Analisa DO dilakukan pada siang hari (13.30), dan cuaca pada saat itu cukup panas. Meskipun
sempat terjadi gerimis kecil, namun tidak banyak berdampak kepada kandungan DO. Semakin tinggi suhu,
akan semakin turun kadar DO di dalam air. Peningkatan suhu sebesar 1o
C akan meningkatkan konsumsi
oksigen sekitar 10. Jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme akuatik tergantung spesies, ukuran,
jumlah pakan yang dimakan, aktivitas, suhu, dan lain-lain.
ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN
2. Limbah Domestik
Sebagian wilayah dari boezem memiliki tumpukan sampah yang sangat banyak. Akibat
penumpukan yang begitu lama, lindih sampah ini masuk ke dalam air dan terbawa ke aliran. Kejadian ini
terjadi terus menerus dan mengakibatkan terjadinya akumulasi zat pencemar.
3. Turbiditas (Kekeruhan)
Turbiditas merupakan suatu ukuran yang menyatakan sampai seberapa jauh cahaya mampu
menembus air, dimana cahaya yang menembus air akan mengalami pemantula oleh bahan-bahan
tersuspensi dan bahan koloidal. Satuannya adalah Nephelometric Turbidity Unit (NTU), dimana 1 NTU
sama dengan turbiditas yang disebabkan oleh 1 mg/l SiO2 dalam air. Dalam danau atau perairan lainnya
yang relatif tenang, turbiditas terutama disebabkan oleh bahan koloid dan bahan-bahan hakus yang
terdispersi dalam air. Dalam sungai yang mengalir, turbiditas terutama disebabkan oleh bahan-bahan kasar
yang terdispersi. Biasanya jika kekeruhan cukup tinggi, maka DO yang terkandung dalam perairan tersebut
rendah. Selain itu, turbiditas penting bagi kualitas air permukaan, terutama berkenaan dengan pertimbangan
estetika, daya filter, dan disinfeksi. Air di Boezem Moro Krembangan tergolong memiliki turbiditas yang
tinggi.
4. Kecepatan Arus
Arus merupakan suatu gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal dan vertikal massa
air. Arus merupakan faktor ekologis yang penting terutama pada perairan yang arusnya cukup tinggi. Arus
dapat mempengaruhi distribusi gas terlarut, garam, dan makanan serta organisme dalam air. Kecepatan arus
tergantung kemiringan dasar, lebar, kedalaman, dan debit air. Karena termasuk ke dalam perairan tenang,
maka Boezem Morokrembangan ini memiliki arus yang sangat lambat. Semakin lambat arus, akan semakin
sulit melakukan proses purifikasi sehingga tidak dapat menguraikan kandungannya. Hal ini membuat DO
menjadi rendah.
Selain itu, tercemarnya lingkungan di sekitar boezem dapat disebabkan oleh :
1. Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan.
2. Belum adanya sistem yang terpadu di dalam masyarakat yang mengatur tentang hal ini.
ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Kondisi dari Boezem Moro Krembangan saat ini adalah dalam keadaan tercemar. Hal ini dapat
dilihat dari hasil analisa DO yang menunjukkan bahwa kandungan DO di dalam airnya sudah 0 (keadaan
toksik). Selain itu, pencemaran yang terlihat secara kasat mata adalah banyaknya sampah di dalam boezem
yang menimbulkan bau tidak sedap ke lingkungan.
2. Penyebab terjadinya pencemaran di dalam boezem (penyebab DO=0) antara lain adalah karena
suhu, limbah domestik, kecepatan arus, dan turbiditas. Sementara untuk penyebab banyaknya sampah di
dalam boezem dikarenakan belum adanya kesadaran dari masyarakat serta belum adanya sistem yang
mengikat.
ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN
DAFTAR PUSTAKA
Edahwati, Luluk dan Suprihatin. 2014. Kombinasi Proses Aerasi, Adsorpsi, dan Filtrasi pada Pengolahan
Air Limbah Industri Perikanan. Jawa Timur : UPN Veteran.
Hartini, Eko. 2012. Cascade Aerator dan Buble Aerator dalam Menurunkan kadar Mangan Air Sumur
Gali. Jurnal Kesehatan Masyarakat (8)(1) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro,
Semarang.
Hastutiningrum, Sri, dkk. 2015. Penurunan Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Dalam Air Tanah dengan
Metode Aerasi Conventional Cascade dan Aerasi Vertical Buffle Channel Cascade. Yogyakarta :
Teknik Lingkungan.
Hutabarat dan Evans., 2000. Pengantar Oseanografi. Jakarta : Universitas Indonesia-Press.
Illahude, A.Gani. 1999. Pengantar Oseanografi Fisika. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Mulyanto. 2009. Oksigen Terlarut Dalam Air. Jakarta : Universitas Indonesia.
Nontji, Anugerah. 2002. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan.
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : PT. Gramedia.
Odum, E. P., 1971. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Ridwan. 2006. Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah
Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jakarta.
Said, Nusa I. 2005. Metoda Penghilangan Zat Besi dan Mangan di dalam Penyediaan Air Minum Domestik.
Jurnal Teknologi Volume 1 Nomor 3 BPPT.
Slamet, Agus dkk. 2016. Efek Aerasi Terhadap Dominasi Mikroba dalam Sistem High Rate Algae Pond (
HRAP ) untuk Pengolahan Air Boezem Monokrembangan. Surabaya : Institute Teknologi Sepuluh
Nopember.
Supangat, Agus. 2000. Pengantar Oseanografi. Bandung : Institute Teknologi Bandung.

More Related Content

What's hot

Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...
Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...
Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...Penataan Ruang
 
Bahaya Pencemaran
Bahaya PencemaranBahaya Pencemaran
Bahaya Pencemaranyudi3456
 
Power Point Waduk
Power Point WadukPower Point Waduk
Power Point Wadukrantikaput
 
Karakteristik sungai
Karakteristik sungaiKarakteristik sungai
Karakteristik sungaiCahaya Hari
 
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaanOperasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaaninfosanitasi
 
Pelabuhan Tanjung Bonang Rembang
Pelabuhan Tanjung Bonang RembangPelabuhan Tanjung Bonang Rembang
Pelabuhan Tanjung Bonang RembangPemerintah Rembang
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1infosanitasi
 
Kalimat pokok &amp; kalimat pengembang
Kalimat pokok &amp; kalimat pengembangKalimat pokok &amp; kalimat pengembang
Kalimat pokok &amp; kalimat pengembangDedi Husnaeni
 
perencanaan intake
perencanaan intakeperencanaan intake
perencanaan intakeReza Nuari
 
Manfaat air bagi kehidupan
Manfaat air bagi kehidupanManfaat air bagi kehidupan
Manfaat air bagi kehidupanLaeli Izkiyah
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase PerkotaanPermen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaaninfosanitasi
 
Proposal otomatisasi perpustakaan
Proposal  otomatisasi perpustakaanProposal  otomatisasi perpustakaan
Proposal otomatisasi perpustakaanJoe Listiani
 
LAPORAN PRAKTIK KULIAH LAPANGAN (PKL) KAWASAN PANTAI PANGANDARAN
LAPORAN PRAKTIK KULIAH LAPANGAN (PKL) KAWASAN PANTAI PANGANDARANLAPORAN PRAKTIK KULIAH LAPANGAN (PKL) KAWASAN PANTAI PANGANDARAN
LAPORAN PRAKTIK KULIAH LAPANGAN (PKL) KAWASAN PANTAI PANGANDARANAsri Yunita
 

What's hot (20)

Gelombang pasut
Gelombang pasutGelombang pasut
Gelombang pasut
 
Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...
Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...
Permen PU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis dan Tatacara Penyusunan ...
 
Bahaya Pencemaran
Bahaya PencemaranBahaya Pencemaran
Bahaya Pencemaran
 
Power Point Waduk
Power Point WadukPower Point Waduk
Power Point Waduk
 
Karakteristik sungai
Karakteristik sungaiKarakteristik sungai
Karakteristik sungai
 
Pengembangan sumber daya air
Pengembangan sumber daya airPengembangan sumber daya air
Pengembangan sumber daya air
 
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaanOperasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
Operasi dan pemeliharaan sistem drainase perkotaan
 
Pelabuhan Tanjung Bonang Rembang
Pelabuhan Tanjung Bonang RembangPelabuhan Tanjung Bonang Rembang
Pelabuhan Tanjung Bonang Rembang
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan - Lamp1
 
Air bersih 2
Air bersih 2Air bersih 2
Air bersih 2
 
Pencemaran air
Pencemaran airPencemaran air
Pencemaran air
 
Kalimat pokok &amp; kalimat pengembang
Kalimat pokok &amp; kalimat pengembangKalimat pokok &amp; kalimat pengembang
Kalimat pokok &amp; kalimat pengembang
 
perencanaan intake
perencanaan intakeperencanaan intake
perencanaan intake
 
Biomonitoring Kualitas Lingkungan (Ruang Garasi)
Biomonitoring Kualitas Lingkungan (Ruang Garasi)Biomonitoring Kualitas Lingkungan (Ruang Garasi)
Biomonitoring Kualitas Lingkungan (Ruang Garasi)
 
Hidrologi Terapan
Hidrologi TerapanHidrologi Terapan
Hidrologi Terapan
 
Manfaat air bagi kehidupan
Manfaat air bagi kehidupanManfaat air bagi kehidupan
Manfaat air bagi kehidupan
 
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase PerkotaanPermen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan
Permen PU No 12 Tahun 2014 tentang Drainase Perkotaan
 
Tugas utilitas baku mutu air menurut who
Tugas utilitas baku mutu air menurut whoTugas utilitas baku mutu air menurut who
Tugas utilitas baku mutu air menurut who
 
Proposal otomatisasi perpustakaan
Proposal  otomatisasi perpustakaanProposal  otomatisasi perpustakaan
Proposal otomatisasi perpustakaan
 
LAPORAN PRAKTIK KULIAH LAPANGAN (PKL) KAWASAN PANTAI PANGANDARAN
LAPORAN PRAKTIK KULIAH LAPANGAN (PKL) KAWASAN PANTAI PANGANDARANLAPORAN PRAKTIK KULIAH LAPANGAN (PKL) KAWASAN PANTAI PANGANDARAN
LAPORAN PRAKTIK KULIAH LAPANGAN (PKL) KAWASAN PANTAI PANGANDARAN
 

Similar to Analisa Bozem Moro Krembangan Surabaya

Laporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungai
Laporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungaiLaporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungai
Laporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungaiPT. SASA
 
Monitoring t ingkat mari njeglek
Monitoring t ingkat mari njeglekMonitoring t ingkat mari njeglek
Monitoring t ingkat mari njeglekGoparipung Bambang
 
Dissolve Oxygen and pH
Dissolve Oxygen and pHDissolve Oxygen and pH
Dissolve Oxygen and pHAgung Nugraha
 
Rekayasa Sungai
Rekayasa Sungai Rekayasa Sungai
Rekayasa Sungai Baladewa10
 
isi-130719220930-phpapp02.docx
isi-130719220930-phpapp02.docxisi-130719220930-phpapp02.docx
isi-130719220930-phpapp02.docxbakhendri
 
32-Article Text-253-2-10-20170811.pdf
32-Article Text-253-2-10-20170811.pdf32-Article Text-253-2-10-20170811.pdf
32-Article Text-253-2-10-20170811.pdfMuammar39
 
Ekosistem sungai 2
Ekosistem sungai 2Ekosistem sungai 2
Ekosistem sungai 2PT. SASA
 
Contoh kir kali banger
Contoh kir kali bangerContoh kir kali banger
Contoh kir kali bangerHana Isnaini
 
Permasalahan , dampak dan solusi dari kerusakan sungai
Permasalahan , dampak dan solusi dari kerusakan sungaiPermasalahan , dampak dan solusi dari kerusakan sungai
Permasalahan , dampak dan solusi dari kerusakan sungaialdohutapea10
 
Makalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem LautMakalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem LautGoogle
 
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...Luhur Moekti Prayogo
 
0f08f_02._Bahan_Tayang_Modul_PSDAT.pptx
0f08f_02._Bahan_Tayang_Modul_PSDAT.pptx0f08f_02._Bahan_Tayang_Modul_PSDAT.pptx
0f08f_02._Bahan_Tayang_Modul_PSDAT.pptxRACHMATCIPTADI1
 
10 sumberdaya-alam-air
10 sumberdaya-alam-air10 sumberdaya-alam-air
10 sumberdaya-alam-airKoran Bekas
 
ARTIKEL PUBLIKASI PEMANTAUAN KUALITAS AIR PERMUKAAN TAHUN 2021.pdf
ARTIKEL PUBLIKASI PEMANTAUAN KUALITAS AIR PERMUKAAN TAHUN 2021.pdfARTIKEL PUBLIKASI PEMANTAUAN KUALITAS AIR PERMUKAAN TAHUN 2021.pdf
ARTIKEL PUBLIKASI PEMANTAUAN KUALITAS AIR PERMUKAAN TAHUN 2021.pdfDianora Didi
 

Similar to Analisa Bozem Moro Krembangan Surabaya (20)

Laporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungai
Laporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungaiLaporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungai
Laporan praktikum ekologi perairan kondisi fisikokimia ekosistem sungai
 
Monitoring t ingkat mari njeglek
Monitoring t ingkat mari njeglekMonitoring t ingkat mari njeglek
Monitoring t ingkat mari njeglek
 
Ilmu lingkungan
Ilmu lingkunganIlmu lingkungan
Ilmu lingkungan
 
Dissolve Oxygen and pH
Dissolve Oxygen and pHDissolve Oxygen and pH
Dissolve Oxygen and pH
 
Rekayasa Sungai
Rekayasa Sungai Rekayasa Sungai
Rekayasa Sungai
 
PROPOSAL PENJERNIHAN AIR
PROPOSAL PENJERNIHAN AIRPROPOSAL PENJERNIHAN AIR
PROPOSAL PENJERNIHAN AIR
 
isi-130719220930-phpapp02.docx
isi-130719220930-phpapp02.docxisi-130719220930-phpapp02.docx
isi-130719220930-phpapp02.docx
 
Prin besok
Prin besokPrin besok
Prin besok
 
Air dalam Kehidupan
Air dalam KehidupanAir dalam Kehidupan
Air dalam Kehidupan
 
32-Article Text-253-2-10-20170811.pdf
32-Article Text-253-2-10-20170811.pdf32-Article Text-253-2-10-20170811.pdf
32-Article Text-253-2-10-20170811.pdf
 
Ekosistem sungai 2
Ekosistem sungai 2Ekosistem sungai 2
Ekosistem sungai 2
 
Contoh kir kali banger
Contoh kir kali bangerContoh kir kali banger
Contoh kir kali banger
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Permasalahan , dampak dan solusi dari kerusakan sungai
Permasalahan , dampak dan solusi dari kerusakan sungaiPermasalahan , dampak dan solusi dari kerusakan sungai
Permasalahan , dampak dan solusi dari kerusakan sungai
 
Makalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem LautMakalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem Laut
 
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
Makalah Desalinasi - Pengertian dan Perkembangan Desalinasi, Teknologi dan Je...
 
0f08f_02._Bahan_Tayang_Modul_PSDAT.pptx
0f08f_02._Bahan_Tayang_Modul_PSDAT.pptx0f08f_02._Bahan_Tayang_Modul_PSDAT.pptx
0f08f_02._Bahan_Tayang_Modul_PSDAT.pptx
 
10 sumberdaya-alam-air
10 sumberdaya-alam-air10 sumberdaya-alam-air
10 sumberdaya-alam-air
 
ARTIKEL PUBLIKASI PEMANTAUAN KUALITAS AIR PERMUKAAN TAHUN 2021.pdf
ARTIKEL PUBLIKASI PEMANTAUAN KUALITAS AIR PERMUKAAN TAHUN 2021.pdfARTIKEL PUBLIKASI PEMANTAUAN KUALITAS AIR PERMUKAAN TAHUN 2021.pdf
ARTIKEL PUBLIKASI PEMANTAUAN KUALITAS AIR PERMUKAAN TAHUN 2021.pdf
 
Kelompok vi persentasi
Kelompok vi persentasiKelompok vi persentasi
Kelompok vi persentasi
 

More from Research Center of Institut Teknologi Sepuluh Nopember (12)

How to Design An Activated Carbon Reactor
How to Design An Activated Carbon ReactorHow to Design An Activated Carbon Reactor
How to Design An Activated Carbon Reactor
 
Fitoteknologi
FitoteknologiFitoteknologi
Fitoteknologi
 
Teknologi Sanitasi Tepat Guna Kelurahan Tambak Wedi
Teknologi Sanitasi Tepat Guna Kelurahan Tambak WediTeknologi Sanitasi Tepat Guna Kelurahan Tambak Wedi
Teknologi Sanitasi Tepat Guna Kelurahan Tambak Wedi
 
Ion Exchange
Ion ExchangeIon Exchange
Ion Exchange
 
Asam Basa Atmosfer
Asam Basa AtmosferAsam Basa Atmosfer
Asam Basa Atmosfer
 
Urgensitas Pembinaan Islam
Urgensitas Pembinaan IslamUrgensitas Pembinaan Islam
Urgensitas Pembinaan Islam
 
Apd Muka dan Mata
Apd Muka dan MataApd Muka dan Mata
Apd Muka dan Mata
 
Remediasi badan air dan pesisir
Remediasi badan air dan pesisirRemediasi badan air dan pesisir
Remediasi badan air dan pesisir
 
Pengendalian Pencemaran Udara dari Sumber Bergerak Kota Yogyakarta
Pengendalian Pencemaran Udara dari Sumber Bergerak Kota YogyakartaPengendalian Pencemaran Udara dari Sumber Bergerak Kota Yogyakarta
Pengendalian Pencemaran Udara dari Sumber Bergerak Kota Yogyakarta
 
Bakteri Staphylococcus aureus
Bakteri Staphylococcus aureusBakteri Staphylococcus aureus
Bakteri Staphylococcus aureus
 
Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove
Valuasi Ekonomi Hutan MangroveValuasi Ekonomi Hutan Mangrove
Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove
 
Masyarakat Madani
Masyarakat MadaniMasyarakat Madani
Masyarakat Madani
 

Recently uploaded

CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxresidentcardio13usk
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...laila16682
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumfebrie2
 
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas TerbukaMateri Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas TerbukaNikmah Suryandari
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaBtsDaily
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfkaramitha
 
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxmagfira271100
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)ratnawijayanti31
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxSyabilAfandi
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 

Recently uploaded (10)

CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptxCASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
 
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...Konsep	Agribisnis	adalah	suatu	kesatuan	kegiatan  meliputi		salah	satu	atau		...
Konsep Agribisnis adalah suatu kesatuan kegiatan meliputi salah satu atau ...
 
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratpriumkekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
kekeruhan tss, kecerahan warna sgh pada laboratprium
 
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas TerbukaMateri Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
Materi Inisiasi 4 Metode Penelitian Komunikasi Universitas Terbuka
 
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipaLKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
LKPD SUHU dan KALOR KEL4.pdf strategi pembelajaran ipa
 
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdfmateri+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
materi+kuliah-ko2-senyawa+aldehid+dan+keton.pdf
 
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptxR6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
R6C-Kelompok 2-Sistem Rangka Pada Amphibi dan Aves.pptx
 
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
Sistem Bilangan Riil (Pertidaksamaan linier)
 
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptxTEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
TEMA 9 SUBTEMA 1 PEMBELAJARAN 1 KELAS 6.pptx
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 

Analisa Bozem Moro Krembangan Surabaya

  • 1. i LAPORAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR ANALISA KONDISI BOEZEM MOROKREMBANGAN KELAS B NAMA DOSEN: PROF. Ir. NIEKE KARNANINGROEM, M.Sc NAMA KELOMPOK: LAILY KUSUMA WARDANI 3314100007 FARID PRATAMA PUTRA 3314100030 FEBRIANDITA ASHARI PUTRI 3314100044 M HISYAM SULTHONY 3314100054 FATMAWATI AGUSTINA 3314100086 ILHAM AKBAR WICAKSONO 3314100088 NADIA ANDISTIARA 3314100106 JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2016
  • 2. ii KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya penyusunan laporan analisis kondisi Boezem Morokrembangan dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan laporan ini, penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Nieke Karnaningroem selaku dosen pengajar mata kuliah Pengelolaan Sumber Daya Air atas segala ilmu dan bimbingannya dalam penyusunan laporan ini. Laporan praktikum ini telah disusun dengan sebaik mungkin. Mohon maaf apabila laporan ini masih kurang dari kata sempurna, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga tugas ini dapat memberikan manfaat yang berguna bagi pembaca dan penyusun. Surabaya, Mei 2016 Penulis
  • 3. iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii DAFTAR ISI.........................................................................................................................................iii BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................................1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................2 1.3 Tujuan.................................................................................................................................2 1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan.........................................................................................2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................3 2.1 Dissolved Oxygen...............................................................................................................3 2.2 Fungsi Boezem...................................................................................................................7 BAB 3 PEMBAHASAN........................................................................................................................8 3.1 Analisa Dissolved Oxygen (DO) Boezem Moro Krembangan......................................8 3.2 Analisa Kondisi Lingkungan Boezem Moro Krembangan..........................................10 3.3 Hipotesis Analisa Penyebab Pencemaran......................................................................11 BAB 4 KESIMPULAN.........................................................................................................................13 DARTAR PUSTAKA...........................................................................................................................14
  • 4. ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surabaya adalah Ibukota Provinsi Jawa Timur dan merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah kota Jakarta yang juga merupakan kota industri dan perdagangan yang penting. Seiring dengan peningkatan di sektor ekonomi dan pertumbuhan penduduk dibutuhkan juga pembangunan fisik seperti jalan, jembatan, perumahan, sistem pembuangan air dan fasilitas lainnya. Bila pembangunan tersebut tidak berwawasan lingkungan maka akan menyebabkan ketidakseimbangan pada lingkungan, kemacetan lalu lintas, dan menyebabkan adanya daerah genangan air yang mengganggu. Bila dilihat dari letak kota Surabaya yang berada di dekat laut, maka dapat dikatakan bahwa Surabaya terletak di dataran rendah dengan ketinggian mendekati +0 m, SHVP (Surabaya Haven Vloed Peil). Ketinggian tersebut sejajar dengan permukaan air laut, bahkan ada beberapa daerah di Surabaya yang ketinggiannya di bawah air laut. Kondisi ini menyebabkan pembuangan air drainasi sulit, sehingga apabila terjadi air laut pasang dan disaat yang bersamaan terjadi hujan lebat dalam waktu lama akan mengakibatkan terjadinya banjir. Boezem Morokrembangan yang berada di pinggiran bagian utara kota Surabaya memiliki luas total ± 78,96 ha terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian utara dengan luas sekitar ± 41,58 ha dan bagian selatan dengan luas sekitar ± 39,13 ha. Boezem Morokrembangan merupakan boezem terluas di Surabaya dengan tangkapan aliran (catchment area) hampir mencapai 25% dari luas total Kota Surabaya. Kedalaman rata- rata boezem adalah 3 m. Dua bagian tersebut dihubungkan dengan saluran yang berada di bawah jalan raya Surabaya-Gresik. Di sebelah hilir boezem utara terdapat enam buah pintu hidrolis otomatis yang mengatur pembuangan air dari boezem ke laut. Adanya perubahan tata guna lahan yang tidak sesuai dengan sistem penataan kota meyebabkan meningkatnya limpasan. Hal tersebut menyebabkan air yang masuk ke boezem menjadi bertambah. Disamping bertambahnya air yang masuk ke boezem, terdapat pula sampah-sampah dan bahan padat lainnya yang ikut masuk ke boezem. Keadaan tersebut mengakibatkan terjadinya pendangkalan pada boezem terutama pada boezem Selatan. Hal ini menyebabkan kapasitas tampungan efektif dari boezem akan berkurang. Tampungan efektif dari boezem Morokrembangan ditentukan berdasarkan rencana pada masa pembangunan dari pengolahan data curah hujan dan debit rencana pada masa itu. Berdasarkan keadaan di atas perlu diadakan suatu evaluasi untuk daerah boezem utara Morokrembangan, apakah kapasitas boezem saat ini masih mampu menampung debit banjir yang masuk ke boezem utara Morokrembangan dan bagaimana pengaruh pasang surut terhadap pembuangan.
  • 5. ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana kondisi kekinian (kondisi fisik) dari Boezem Morokrembangan dan lingkungannya? 2. Apa saja faktor yang mempengaruhi kondisi Boezem Moro Krembangan saat ini? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui kondisi kekinian Boezem Morokrembangan dan lingkungan sekitarnya. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi Boezem Moro Krembangan saat ini. 1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tempat observasi adalah di Bozem Morokrembangan bertempat di daerah Morokrembangan di bawah jembatan Tol Surabaya ke arah Tanjung Perak. Kondisi di Bozem cukup kumuh dengan air bozem yang sangat keruh dan berbau menyengat. Kelompok kami melakukan observasi ke Bozem Morokrembangan pada Tanggal 12 Mei 2016 pada pukul 13.00-15.00.
  • 6. ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dissolved Oxygen Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponen-komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan kandungan dalam air. Oksigen terlarut merupakan parameter penting karena dapat digunakan untuk mengetahui gerakan massa air serta merupakan indikator yang peka bagi proses-proses kimia dan biologi . Kadar oksigen yang terlarut bervariasi tergantung pada suhu, salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfer. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian dan musiman, tergantung pada pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence ) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dam limbah ( effluent ) yang masuk ke badan air. Selain itu, kelarutan oksigen dan gas-gas lain berkurang dengan meningkatnya salinitas sehingga kadar oksigen di laut cenderung lebih rendah daripada kadar oksigen di perairan tawar. Peningkatan suhu sebesar 1o C akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10. Jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme akuatik tergantung spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan, aktivitas, suhu, dan lain-lain. Konsentrasi oksigen yang rendah dapat menimbulkan anorexia, stress, dan kematian pada ikan. Bila dalam suatu kolam kandungan oksigen terlarut sama dengan atau lebih besar dari 5 mg/l, maka proses reproduksi dan pertumbuhan ikan akan berjalan dengan baik. Pada perairan yang mengandung deterjen, suplai oksigen dari udara dalam air sangat sedikit. Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen dalam miligram yang terdapat dalam satu liter air (ppt) (Illahude, 1999). Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen ( O2 ) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oleh sebab pengukuran parameter ini sangat dianjurkan disamping parameter lain yang sering digunakan seperti BOD dan COD dalam suatu perairan ( Hutabarat dan Evans, 2006 ). DO atau kadar oksigen terlarut menyatakan kandungan oksigen di dalam air. Kemampuan air dalam melarutkan oksigen sangat tergantung pada suhu air, tekanan gas oksigen, dan kemurnian air. Terapi
  • 7. ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN pemberian oksigen melalui saluran pernafasan ( dihirup melalui hidung ). Bagian per sejuta merupakan satuan jumlah yang sangat kecil. 1ppm = 1 bagian / 1.000.000, jadi air yang mengandung oksigen 80 ppm = 80 miligram oksigen dalam 1 liter air ( Ridwan, 2006 ). Oksigen terlarut dalam air merupakan parameter kualitas air yang paling kritis pada budidaya ikan. Konsentrasi oksigen terlarut dalam kolam selalu mengalami perubahan dalam sehari semalam. Oleh karena itu, pengelola kolam ikan harus selalu mengetahui atau memantau perubahan konsentrasi oksigen terlarut di dalam kolamnya. Sumber utama oksigen, terlarut dalam air adalah difusi dari udara dan hasil fotosintesis biota yang berklorofil yang hidup di dalam perairan. Kecepatan difusi oksigen ke dalam air sangat lambat. Oleh karena itu, fitoplankton merupakan sumber utama dalam penyediaan oksigen terlarut dalam perairan (Supangat, 2007). Oksigen terlarut yang terkandung di dalam air, berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri. Oksigen terlarut ( Dissolved Oxygen = DO ) dibutuhkan oleh semua jasad hidup. Inilah beberapa manfaatnya yaitu untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik, sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas, hasil fotosintesis organisme yang hidup ( Mulyanto, 2009 ). Oksigen juga memegang peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik. Selain itu, oksigen juga menentukan proses biologis yang dilakukan oleh organisme aerobik atau anaerobik. Dalam kondisi aerobik, peranan oksigen adalah untuk mengoksidasi bahan organik dan anorganik dengan hasil akhirnya adalah nutrien yang pada akhirnya dapat memberikan kesuburan perairan. Dalam kondisi anaerobik, oksigen yang dihasilkan akan mereduksi senyawa-senyawa kimia menjadi lebih sederhana dalam bentuk nutrien dan gas. Karena proses oksidasi dan reduksi inilah, maka peranan oksigen terlarut sangat penting untuk membantu mengurangi beban pencemaran pada perairan secara alami maupun secara perlakuan aerobik yang ditujukan untuk memurnikan air buangan industri dan rumah tangga ( Nontji, 2002 ). Oksigen dan karbondioksida yang terlarut di air laut mempunyai arti penting dalam emtabolisme. Kelarutan gas–gas dalam air laut adalah suatu fungsi dari suhu, makin rendah suhu makin besar kelarutannya. Oleh karena itu, makin dingin suatu badan air, makin banyak oksigen yang dapat diakndungnya. Kelarutan gas di dalam air tidak begitu besar. Pada permukaan air laut hingga kedalaman 10 – 20 meter, kandungan oksigen memperlihatkan jumlah yang maksimum karena kegiatan fotosintesis tumbuh – tumbuhan dan difusi oksigen dari atmosfer sedangkan di lapisan dalam sumber O2 berasal dari Singking Water dari daerah kutub ( Hutabarat dan Evans, 2006 ).
  • 8. ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN Kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis. Dengan bertambahnya kedalaman akan terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik. Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit apabila dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak atau memijah. Jenis-jenis ikan tertentu yang dapat menggunakan oksigen dari udara bebas, memiliki daya tahan yang lebih terhadap perairan yang kekurangan oksigen terlarut (Nontji, 2002). Kandungan oksigen terlarut ( DO ) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun ( toksik ). Kandungan oksigen terlarut minimum ini sudah cukup mendukung kehidupan organisme. Idealnya, kandungan oksigen terlarut tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70 %. KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut. Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm ( part per million ) ( Illahude, 1999 ). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang. Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung bahan organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida dan air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang dan kerang akan mati. Penyebab bau busuk dari air yang tercemar berasal dari gas NH3 dan H2S yang merupakan hasil proses penguraian bahan organik lanjutan oleh bakteri anaerob ( Hutabarat dan Evans, 2006 ). Dissolved Oxygen atau dalam bahasa Indonesia disebut oksigen terlarut merupakan jumlah kandungan oksigen yang terkandung dalam suatu perairan. Oksigen tersebut dapat berupa hasil dari fotosintaesis tumbuhan akuatik. Oksigen ini sangat diperlukan oleh organisme yang hidup di dalam air. Oksigen terlarut merupakan kebutuhan yang vital bagi kelangsungan hidup organisme suatu perairan. Oksigen terlarut diambil oleh organisme perairan melalui respirasi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan. Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat mengurangi efesien pengambilan oksigen oleh biota laut, sehingga dapat menurunkan kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya. Umumnya oksigen dijumpai di lapisan permukaan karena oksigen dari udara di dekatnya dapat secara langsung larut ( berdifusi ke dalam air laut ). Phytoplankton juga membantu meningkatkan kadar oksigen terlarut pada siang hari. Penambahan ini disebabkan oleh terlepasnya gas oksigen sebagai hasil fotosintesis. Oksigen
  • 9. ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN terlarut diambil oleh organisme perairan melalui respirasi untuk pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan. Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat mengurangi efesiensi pengambilan oksigen oleh biota laut, sehingga dapat menurunkan kemampuan untuk hidup normal dalam lingkungan hidupnya (Hutabarat dan Evans, 2006). Proses Penambahan Oksigen ( aerasi ) merupakan suatu usaha penambahan konsentrasi oksigen yang terkandung dalam air limbah, agar proses oksidasi biologi oleh mikroba akan dapat berjalan dengan baik. Dalam prakteknya terdapat 2 cara untuk menambahkan oksigen ke dalam air limbah, yaitu : a. Memasukkan udara ke dalam air limbah. Yaitu proses memasukkan udara atau oksigen murni ke dalam air limbah melalui benda porous atau nozzle. Nozzle tersebut diletakkan di tengah– tengah sehingga akan meningkatkan kecepatan kontak gelembung udara tersebut dengan air limbah, dan proses pemberian oksigen akan berjalan lebih cepat. Oleh karena itu, biasanya nozzle ini diletakkan pada dasar bak aerasi. Udara yang dimasukkan adalah berasal dari udara luar yang dipompakan ke dalam air limbah oleh pompa tekan. b. Memaksa air ke atas untuk berkontak dengan oksigen. Adalah cara mengontakkan air limbah dengan oksigen melalui pemutaran baling– baling yang diletakkan pada permukaan air limbah. Akibat dari pemutaran ini, air limbah akan terangkat ke atas dan dengan terangkatnya maka air limbah akan mengadakan kontak langsung dengan udara sekitarnya ( Luluk Edahwati dan Suprihatin, 2014 ). Aerasi merupakan proses penambahan oksigen ke dalam air sehingga dapat menimbulkan reaksi oksidasi Fe dan Mn yang kemudian akan menyebabkan endapan Fe(OH)3 dan MnO2. Metode aerasi memiliki beragam variasi. Salah satunya adalah aerasi cascade. Mangan dan besi yang terlarut dalam air dapat dihilangkan dengan cara aerasi, yaitu mengontakkan air dengan oksigen sehingga mangan dan besi mengalami oksidasi yang menyebakan mangan dan besi dapat mengendap. Alat yang digunakan untuk aerasi disebut dengan aerator ( Sri Hastutiningrum, dkk, 2015 ). Aerator adalah alat untuk mengontakkan oksigen dari udara dengan air agar zat besi atau mangan yang ada di dalam air baku bereaksi dengan oksigen membentuk senyawa ferri ( Fe valensi 3 ) serta mangan oksida yang relatif tidak larut di dalam air. Kecepatan oksidasi besi atau mangan dipengaruhi oleh pH air. Umumnya semakin tinggi pH air kecepatan reaksi oksidasinya makin cepat. Kadang-kadang perlu waktu tinggal sampai beberapa jam setelah proses aerasi agar reaksi berjalan tergantung dari karakteristik air bakunya ( Said, 2005 ). Aerator cascade merupakan salah satu alat untuk aerasi dengan sistem gravitasi. Prinsip kerja aerator cascade adalah melewatkan air ada plat atau lempengan yang disusun berundak seperti anak tangga. Air yang turun melewati cascade tersebut akan kontak dengan oksigen di udara. Pada aerator cascade teknis pembuatannya cukup sederhana dengan biaya tidak terlalu mahal dan mudah dilaksanakan, yaitu air
  • 10. ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN dilewatkan pada susunan penampang bertingkat secara gravitasi. Metode aerator cascade ini mampu menaikkan oksigen 60-80 % dari jumlah oksigen yang tertinggi pada air. Pada dasarnya aerator cascade terdiri dari 4 sampai 6 step, dengan ketinggian tiap step kurang lebih 30 cm dengan kecepatan 0,01 m3 /detik per m2 . Keuntungan aerator cascade adalah alatnya yang sederhana dan mudah diaplikasikan serta mudah dalam perawatan. Namun salah satu kelemahannya adalah membutuhkan lahan yang cukup luas ( Hartini, 2012 ). Suplai tambahan oksigen dari aerator memenuhi ketercukupan kebutuhan oksigen bakteri dan alga sehingga bakteri mampu bekerja mendekomposisi bahan organik bahkan ketika malam hari tanpa mengganggu proses respirasi dari alga. Kadar oksigen yang ada dalam reaktor masih mencukupi untuk bakteri melakukan dekomposisi bahan organik dan alga dalam melakukan respirasi ( Agus Slamet, dkk, 2016 ). Berdasarkan kandungan ( oksigen terlarut ), maka pengelompokan kualitas perairan air laut dapat dibagi menjadi empat macam yaitu tidak tercemar (> 6,5 mgr/l ), tercemar ringan (4,5 – 6,5 mgr/l), tercemar sedang (2,0 – 4,4 mgr/l) dan tercemar berat (< 2,0 mgr/l) ( Odum, 1971 ). 2.2 Fungsi Boezem Boezem adalah suatu bangunan yang mempunyai fungsi sebagai tempat penampungan sementara limpasan air hujan pada saluran pada saat MAS Hilir mencapai HWL, apabila air MAB diatas MAS Hilir maka pintu outflow akan terbuka dan air akan mengalir. Perencanaan boezem ini diharapkan dapat menampung debit banjir rencana dan mengurangi genangan yang ada. Kriteria perencanaan boezem menggunakan hidrograf banjir dan disesuaikan dengan MAS Hilir.Analisa kapasitas tampungan boezem dengan MAS Hilir. Analisa kapasitas tampungan boezem dengan memperkirakan debit masukan dan keluaran sehingga debit masuk dan debit keluar seimbang. Inlet boezem direncanakan berupa mercu pelimpah samping. Perencanaan outlet boezem dilengkapi dengan pintu otomatis yang beroperasi sesuai dengan elevasi MAS Hilir dan dilengkapi dengan pompa jika dibutuhkan. Perencanaan tanggul boezem direncanakan dengan konstruksi dinding penahan.
  • 11. ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN BAB 3 PEMBAHASAN 3.1 Analisa Dissolved Oxygen (DO) Boezem Moro Krembangan Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponen-komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksida dengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob, dalam proses metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan berbagai kandungan dalam air. Jika reaksi penguraian komponen kimia dalam air terus berlaku, maka kadar oksigen pun akan menurun. Pada klimaksnya, oksigen yang tersedia tidak cukup untuk menguraikan komponen kimia tersebut. Keadaan yang demikian merupakan pencemaran berat pada air. Dalam kunjungan ke Boezem Morokrembangan ini, analisa DO dilakukan guna menentukan kualitas air yang ada di sana. Pengukuran DO dilakukan sesuai dengan metode titrasi langsung di lapangan (tidak dianalisa di laboratorium) mengingat jarak tempuh antara boezem dengan ITS yang cukup memakan waktu sehingga membuat data menjadi kurang representatif. Berikut gambar 1 tampak atas boezem : 2 1
  • 12. ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN Titik sampling yang diambil adalah titik 1 dan 2 pada gambar tampak atas boezem. Adapun langkah analisa DO pertama kali adalah melakukan sampling di kedua titik tersebut. Sampling dilakukan dengan teknik grab sampling dengan menggunakan bantuan ember dikarenakan tidak memungkinkan turun langsung ke lokasi. Setelah diambil menggunakan ember, sampel dimasukkan ke dalam botol winkler hingga penuh dan tidak ada udara di dalamnya. Gambar 2. Titik 1 Gambar 3. Titik 2 Selanjutnya, sampel air diberikan larutan pereaksi oksigen sebanyak 5 tetes dengan menggunakan pipet tetes. Lalu ditambahkan larutan MnSO4 sebanyak 5 tetes juga ke dalam botol winkler lalu dikocok dan didiamkan sampai muncul endapan. Tujuan dari penambahan larutan pereksi oksigen adalah untuk mengikat oksigen yang terdapat di dalam air. Sementara MnSO4 berfungsi sebagai pereduksi zat-zat organik yang terdapat di dalam air. Tabel Pengamatan Fisik 1 Titik Sampel Sifat Fisik Awal Penambahan Pereaksi O2 Penambahan MnSO4 Titik 1 Keruh kehitaman, berbau, suhu normal, encer. Belum ada perubahan fisik. Ada endapan pada bagian bawah, bagian atas jernih. Titik 2 Keruh kehitaman, berbau, suhu normal, encer. Belum ada perubahan fisik. Ada endapan pada bagian bawah, bagian atas jernih. Setelah itu, ditambahkan larutan H2SO4 4N sebanyak 5 tetes dengan tujuan untuk melepaskan molekul I2 yang ekuivalen dengan jumlah oksigen terlarut di dalam air. Setelah itu dikocok sampai endapan hilang. Idealnya, pelepasan iodin ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi warna kekuningan. Namun pada percobaan kali ini, sampel tidak mengalami perubahan warna. Hanya, endapan di awal hilang akibat penambahan H2SO4 4N. Tidak terjadinya perubahan warna mengindikasikan nilai DO yang kecil.
  • 13. ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN Kemudian, dilakukan penambahan amilum sebagai indikator perubahan warna sebanyak 3 tetes. Amilum berfungsi sebagai indikator adanya kandungan DO di dalam sampel yang ditandai dengan perubahan sampel menjadi warna biru. Namun pada percobaan ini, setelah penambahan amilum, tidak terjadi perubahan warna. Hal ini mengindikasikan bahwa kadar DO di 2 titik sampel adalah 0 dan air di dalamnya bersifat toksik (racun). Tabel Pengamatan Fisik 2 Titik Sampel Sifat Fisik Awal Penambahan H2SO4 Penambahan Amilum Titik 1 Ada endapan pada bagian bawah, bagian atas jernih. Warna tidak berubah, endapan hilang. Tidak ada perubahan fisik. Titik 2 Ada endapan pada bagian bawah, bagian atas jernih. Warna tidak berubah, endapan hilang. Tidak ada perubahan fisik. Tidak adanya perubahan fisik pada saat penambahan amilum membuat langkah berikutnya yaitu titrasi dengan Natrium Tiosulfat 0.01 N tidak perlu dilakukan. Dapat disimpulkan bahwa tingkat oksigen terlarut di dalam 2 titik sampel pada boezem ini adalah 0 sehingga boezem ini dapat dikategorikan tercemar berat. Gambar 4. Serangkaian Analisa DO 3.2 Analisa Kondisi Lingkungan Boezem Moro Krembangan Wilayah di sekitar boezem dikelilingi oleh perumahan penduduk. Adapun jarak di antara tiap rumah tidak begitu jauh. Di sekitar boezem terdapat banyak pepohonan berukuran sedang (ketinggian 2 – 5 m). Namun, kondisi lingkungan kurang tertata rapi akibat sempitnya lahan yang dimiliki oleh masyarakat. Ditambah lagi dengan adanya sebagian warga yang melakukan usaha di bidang peternakan di sana.
  • 14. ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN Adapun boezem sendiri mengeluarkan bau yang tidak sedap terhadap lingkungan sekitar. Bau ini berasal dari dalam boezem itu sendiri yang sebagian besar wilayahnya terdapat banyak sampah yang diduga kebanyakan adalah sampah domestik dari penduduk sekitar. Kondisi yang amat mengenaskan dapat dilihat pada bagian ujung kanan boezem yang mana sampah sudah sangat menumpuk hingga mengakibatkan pencemaran. Di sekitaran sampah itu juga ditumbuhi tanaman eceng gondok. Tanaman eceng gondok mengindikasikan adanya pencemaran serta dapat menutup oksigen yang akan masuk ke dalam boezem. Lebih parahnya lagi, terdapat endapan dari sampah telah membentuk delta di dalam boezem itu sendiri. Gambar 5. Tumpukan sampah Gambar 6. Delta dari sedimen sampah Secara umum, kondisi lingkungan di sekitar Boezem Moro Krembangan adalah cukup tercemar dikarenakan adanya pencemaran udara melalui bau yang dihasilkan dari boezem tersebut. Sementara pada wilayah perairannya dapat digolongkan sangat tercemar akibat banyaknya tumpukan sampah. Selain itu turbiditas (kekeruhan) yang tinggi juga menyebabkan kondisinya semakin tercemar. 3.3 Hipotesis Analisa Penyebab Pencemaran Pencemaran yang terjadi di wilayah Boezem Moro Krembangan tentu saja tidak terjadi begitu saja. Rendahnya kadar DO di boezem ini tentu saja disebabkan oleh faktor-faktor tertentu. Faktor-faktor tersebut diantaranya : 1. Suhu Analisa DO dilakukan pada siang hari (13.30), dan cuaca pada saat itu cukup panas. Meskipun sempat terjadi gerimis kecil, namun tidak banyak berdampak kepada kandungan DO. Semakin tinggi suhu, akan semakin turun kadar DO di dalam air. Peningkatan suhu sebesar 1o C akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10. Jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme akuatik tergantung spesies, ukuran, jumlah pakan yang dimakan, aktivitas, suhu, dan lain-lain.
  • 15. ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN 2. Limbah Domestik Sebagian wilayah dari boezem memiliki tumpukan sampah yang sangat banyak. Akibat penumpukan yang begitu lama, lindih sampah ini masuk ke dalam air dan terbawa ke aliran. Kejadian ini terjadi terus menerus dan mengakibatkan terjadinya akumulasi zat pencemar. 3. Turbiditas (Kekeruhan) Turbiditas merupakan suatu ukuran yang menyatakan sampai seberapa jauh cahaya mampu menembus air, dimana cahaya yang menembus air akan mengalami pemantula oleh bahan-bahan tersuspensi dan bahan koloidal. Satuannya adalah Nephelometric Turbidity Unit (NTU), dimana 1 NTU sama dengan turbiditas yang disebabkan oleh 1 mg/l SiO2 dalam air. Dalam danau atau perairan lainnya yang relatif tenang, turbiditas terutama disebabkan oleh bahan koloid dan bahan-bahan hakus yang terdispersi dalam air. Dalam sungai yang mengalir, turbiditas terutama disebabkan oleh bahan-bahan kasar yang terdispersi. Biasanya jika kekeruhan cukup tinggi, maka DO yang terkandung dalam perairan tersebut rendah. Selain itu, turbiditas penting bagi kualitas air permukaan, terutama berkenaan dengan pertimbangan estetika, daya filter, dan disinfeksi. Air di Boezem Moro Krembangan tergolong memiliki turbiditas yang tinggi. 4. Kecepatan Arus Arus merupakan suatu gerakan air yang mengakibatkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air. Arus merupakan faktor ekologis yang penting terutama pada perairan yang arusnya cukup tinggi. Arus dapat mempengaruhi distribusi gas terlarut, garam, dan makanan serta organisme dalam air. Kecepatan arus tergantung kemiringan dasar, lebar, kedalaman, dan debit air. Karena termasuk ke dalam perairan tenang, maka Boezem Morokrembangan ini memiliki arus yang sangat lambat. Semakin lambat arus, akan semakin sulit melakukan proses purifikasi sehingga tidak dapat menguraikan kandungannya. Hal ini membuat DO menjadi rendah. Selain itu, tercemarnya lingkungan di sekitar boezem dapat disebabkan oleh : 1. Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan. 2. Belum adanya sistem yang terpadu di dalam masyarakat yang mengatur tentang hal ini.
  • 16. ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan 1. Kondisi dari Boezem Moro Krembangan saat ini adalah dalam keadaan tercemar. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisa DO yang menunjukkan bahwa kandungan DO di dalam airnya sudah 0 (keadaan toksik). Selain itu, pencemaran yang terlihat secara kasat mata adalah banyaknya sampah di dalam boezem yang menimbulkan bau tidak sedap ke lingkungan. 2. Penyebab terjadinya pencemaran di dalam boezem (penyebab DO=0) antara lain adalah karena suhu, limbah domestik, kecepatan arus, dan turbiditas. Sementara untuk penyebab banyaknya sampah di dalam boezem dikarenakan belum adanya kesadaran dari masyarakat serta belum adanya sistem yang mengikat.
  • 17. ANALISA KONDISI BOZEM MORO KREMBANGAN DAFTAR PUSTAKA Edahwati, Luluk dan Suprihatin. 2014. Kombinasi Proses Aerasi, Adsorpsi, dan Filtrasi pada Pengolahan Air Limbah Industri Perikanan. Jawa Timur : UPN Veteran. Hartini, Eko. 2012. Cascade Aerator dan Buble Aerator dalam Menurunkan kadar Mangan Air Sumur Gali. Jurnal Kesehatan Masyarakat (8)(1) Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro, Semarang. Hastutiningrum, Sri, dkk. 2015. Penurunan Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Dalam Air Tanah dengan Metode Aerasi Conventional Cascade dan Aerasi Vertical Buffle Channel Cascade. Yogyakarta : Teknik Lingkungan. Hutabarat dan Evans., 2000. Pengantar Oseanografi. Jakarta : Universitas Indonesia-Press. Illahude, A.Gani. 1999. Pengantar Oseanografi Fisika. Jakarta : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Mulyanto. 2009. Oksigen Terlarut Dalam Air. Jakarta : Universitas Indonesia. Nontji, Anugerah. 2002. Laut Nusantara. Jakarta : Djambatan. Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta : PT. Gramedia. Odum, E. P., 1971. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Ridwan. 2006. Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jakarta. Said, Nusa I. 2005. Metoda Penghilangan Zat Besi dan Mangan di dalam Penyediaan Air Minum Domestik. Jurnal Teknologi Volume 1 Nomor 3 BPPT. Slamet, Agus dkk. 2016. Efek Aerasi Terhadap Dominasi Mikroba dalam Sistem High Rate Algae Pond ( HRAP ) untuk Pengolahan Air Boezem Monokrembangan. Surabaya : Institute Teknologi Sepuluh Nopember. Supangat, Agus. 2000. Pengantar Oseanografi. Bandung : Institute Teknologi Bandung.