SlideShare a Scribd company logo
1 of 32
TUGAS
MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN
DOSEN : MARHADI, ST, M.Si
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS BATANG HARI JAMBI
FAKULTAS TEKNIK LINGKUNGAN
2018
NAMA : NOPRIYADI
NPM : 1700825201020
Kelas : B
DAFTAR ISI
BAB 1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB 2. Pembahasan
2.1 Peranan Mikroorganisme Dalam Bidang Lingkungan :
a. Air minum
b. Air limbah
c. Air sungai
d. Udara
2.2 Peranan Mikroorganisme Dalam Kehidupan Sehari-hari
2.3 Peranan Mikrobiologi Dalam Kesehatan Lingkungan
2.4 Mikrobiologi Berperan Dalam Pengelolaan Lingkungan
BAB 3. Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah
tentang mikrobiologi lingkungan dan peran serta nya dalam kehidupan sehari hari pada
masyarakat. .
Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang mikrobiologi lingkungan dan
peran serta nya dalam kehidupan sehari hari pada masyarakat ini dapat memberikan
manfaat maupun infirasi buat para pembaca
Jambi, April 2018
Nopriyadi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan semua makhluk yang berukuran beberapa mikron atau
lebih kecil lagi. Yang termasuk golongan ini adalah bakteri, cendawan atau jamur tingkat
rendah, ragi yang menurut sistematik masuk golongan jamur, ganggang, hewan bersel satu
atau protozoa, dan virus yang hanya nampak dengan mikroskop elektron.
Mikroorganisme umumnya terdapat di mana-mana, seperti di dalam tanah, di
lingkungan akuatik, berkisar dari aliran air sampai lautan, dan atmosfer. Mikroorganisme
sangat erat kaitannya dengan alam dan kehidupan manusia, beberapa diantaranya
bermanfaat dan yang lain merugikan (Pelczar dan Chan, dalam Waluyo 2009).
Mikroorganisme tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan abiotik dan biotik dari
suatu ekosistem karena perannya sebagai pengurai. Salah satunya adalah peran
mikroorganisme yang hidup pada daerah akuatik. Air alami tersedia sebagai habitat untuk
sejumlah mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut dapat menempati habitat air tawar
seperti danau, sungai, kolam, habitat lautan, atau habitat estuari atau daerah antara laut dan
air-tawar. Ilmu mengenai mikroorganisme dalam lingkungan air tawar, lautan dan estuari
disebut mikrobiologi akuatik. (Waluyo, 2009).
Menurut Taringan 1988, keberadaan mikroorganisme-mikroorganisme dalam
lingkungan akuatik dan kegiatannya sangat penting. Jasad renik tersebut dapat
mempengaruhi kesehatan manusia dan kehidupan hewan, hal ini karena mereka menempati
posisi kunci di dalam rantai makanan dengan cara menyediakan makanan bagi kehidupan
akuatik berikutnya yang bertaraf lebih tinggi. Jasad-jasad renik tersebut membantu
berlangsungnya rantai reaksi biokimiawi yang mengatur daur ulang unsur-unsur, seperti
yang terjadi di dalam tanah. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dikaji secara umum
tentang penyebaran mikroorganisme akuatik serta peranan mikroba di lingkungan akuatik
baik yang menguntungkan maupun merugikan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana peranan mikroorganisme dalam bidang lingkungan :
a. Air minum
b. Air Limbah
c. Air Sungai
d. Udara
1.2.2 Apa saja peranan mikroorganisme dalam kehidupan sehari-hari ?
1.2.3 Apa saja peranan mikrobiologi dalam kesehatan masyarakat ?
1.2.4 Bagaimana mikrobiologi berperan dalam pengelolaan lingkungan ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Untuk mengetahui peranan mikroorganisme dalam bidang lingkungan air minum,
air limbah, air sungai, dan udara.
1.3.2 Untuk mengetahui peranan mikroorganisme dalam kehidupan sehari-hari.
1.3.3 Untuk mengetahui peranan mikrobiologi dalam kesehatan lingkungan.
1.3.4 Untuk mengetahui peranan mikrobiologi dalam pengelolaan lingkungan.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Peranan Mikroorganisme Dalam Bidang Lingkungan
a. Air Minum
Air merupakan materi esensial bagi kehidupan makhluk hidup, karena makhluk hidup
memerlukan air untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Secara umum fungsi air
dalam tubuh setiap mikroorganisme adalah untuk melarutkan senyawa organik,
menstabilkan suhu tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat seluler.
Pemeriksaan air secara mikrobiologi sangat penting dilakukan karena air merupakan
substansi yang sangat penting dalam menunjang kehidupan mikroorganisme yang meliputi
pemeriksaan secara mikrobiologi baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat dipakai
sebagai pengukuran derajat pencemaran (Ramona, 2007).
Pemeriksaan derajat pencemaran air secara mikrobiologi umumnya ditunjukkan dengan
kehadiran bakteri indikator seperti coliform dan fecal coli (Ramona, 2007). Bakteri
coliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang gram negatif,
tidak membentuk spora, aerobik, dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktose
dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35° C (Pelczar dan
Chan., 2006).
Kelompok bakteri coliform antara lain Eschericia coli, Enterrobacter aerogenes, dan
Citrobacter fruendii. Keberadaan bakteri ini dalam air minum juga menunjukkan adanya
bakteri patogen lain, misalnya Shigella, yang bisa menyebabkan diare hingga muntaber.
Jadi, bakteri coliform adalah indikator kualitas air. Semakin sedikit kandungan
coliform, maka kualitas air semakin baik. (Pelczar dan Chan., 2006).
Uji kualitas air terdiri dari 3 step utama, yaitu: Uji pendugaan , Uji penguat dan Uji
pelengkap. Metode pengujian yang digunakan adalah metode Most Probable Number
(MPN). Dalam uji penduga di gunakan lactose broth. Tabung di nyatakan positif bila
terebentuk gas sebanyak 10 % atau lebih dari volume di dalam tabung Durham. Jumlah
tabung yang positif di hitung pada masing-masing seri. MPN penduga dapat di hitung
dengan melihat table MPN 3 tabung. (Pelczar dan Chan., 2006).
Dalam uji penguat, terbentuknya gas dalam Lactose Broth tidak selalu menunjukan
bakteri E.coli karena mikroba lainya mugkin juga ada yang dapat memfermentasikan
laktosa dengan membentuk gas. Oleh karena itu perlu di lakukan uji penguat pada media
Endo agar,dengan menggunakan jaarum ose, contoh dari tabung MPN yang menunjukan
uji penduga positif (terbentuk gas) masing-masing di inokulasikan pada Endo agar dengan
cara streak plate. Semua tabung di inkubasikan pada suhu 37oC selama 2x24 jam. Jumlah
media Endo agar pada masing-masing pengenceran yang menunjukan adanya
pertumbuhan Coliform, baik fekal maupun non fekal dihitung dan MPN penguat dapat di
hitung dari table MPN. (Pelczar dan Chan., 2006).
Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji pelengkap untuk menentukan bakteri
Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji penguat diinokulasikan ke dalam
medium Lactose Broth dan medium agar miring Nutrient Agar (NA), dengan jarum
inokulasi secara aseptik. Diinkubasi pada suhu 37oC selama 2 x 24 jam. Bila hasilnya
positif terbentuk asam dan gas pada Lactose Broth, maka sampel positif mengandung
bakteri Escherichia coli. Dari media agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana
bakteri Escherichia coli merupakan Gram negatif berbentuk batang pendek. (Pelczar dan
Chan., 2006).
Oleh karena itu melalui percobaan ini agar praktikan dapat mengetahui uji kualitas air
berdasarkan jumlah mikroorganisme pada air dan dapat menentukan nilai MPN. Selain itu
juga dapat mempraktikkan cara pengujian perkiraan pada air untuk mengetahui adanya
jasad coliform, dapat mempraktikkan pengujian penegasan untuk membedakan mikrobia
fekal dan non fekal, dan dapat pula mempraktekkan pengujian kelengkapan untuk
menentukkan ada tidaknya jasad indikator kualitas air berdasarkan keberadaan bakteri
E.coli.
Air adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan bahkan air adalah sumber dari
kehidupan itu sendiri. Secara umum fungsi air dalam tubuh setiap mikroorganisme adalah
untuk melarutkan senyawa organik, menstabilkan suhu tubuh dan melangsungkan berbagai
reaksi kimia tingkat seluler. Pemeriksaan air secara mikrobiologi sangat penting dilakukan
karena air merupakan substansi yang sangat penting dalam menunjang kehidupan
mikroorganisme yang meliputi pemeriksaan secara mikrobiologi baik secara kualitatif
maupun kuantitatif dapat dipakai sebagai pengukuran derajat pencemaran (Ramona, 2007).
Air yang bersih dan berkualitas ialah air yang bebas bakteri dan racun serta
mengandung berbagai jenis mineral. Air yang kita konsumsi setiap harinya yang diambil
langsung dari alam biasanya sudah tercemar karena berbagai sebab baik karena
pencemaran, limbah-limbah beracun dari industri atau pertanian, racun atau zat berbahaya
atau karena berbagai ulah manusia.(Ranoma, 2007)
Air yang berkualitas dan higienis adalah air yang cocok untuk dikonsumsi. Syarat-
syarat air minum adalah tidak berbau, berasa, berwarna, tidak mengandung logam berat
dan tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya. Air minum merupakan air yang
melalui pemrosesan atau tanpa pemrosesan yang memenuhi syarat kesehatan dan bisa
diminum secara langsung. (Ranoma, 2007)
Air dari sumber alam bisa diminum oleh manusia secara langsung namun ada resiko
bahwa air tersebut dicemari oleh bakteri atau zat yang berbahaya. Bakteri tersebut baru
akan mati jika air dimasak hingga 100 derajat celcius namun zat berbahaya yang lain seperti
logam tidak bisa dihilangkan dengan cara ini. Banyaknya pencemaran air semakin
memperburuk kualitas air minum masyarakat saat ini. (Ranoma, 2007)
Untuk mendapat air minum yang berkualitas, saat ini tersedia air minum isi ulang.
Air minum isi ulang banyak dijual di berbagai kota. Air isi ulang isi ada poin kelebihan
dan kekurangannya yang harus diperhatikan. (Ranoma, 2007).
Kelebihan air isi ulang:
1. Harganya relatif murah seperti harga AMDK.
2. Mudah untuk mendapatkan
3. Walaupun tidak semua namun kualitas air isi ulang sudah memenuhi standar
Departemen Kesehatan. Hal ini tergantung akan kualitas sanitasi, mesin dan bahan baku
air. (Ranoma, 2007)
Kekurangan air isi ulang:
1. Pengawasan dan pembinaan yang lemah membuat mutu air cenderung tidak konsisten.
2. Kemungkinan terjadi salah produksi relatif tinggi, terutama menyangkut tentang
pemilihan bahan baku air, pemilihan alat dan sanitasi.
3. Aturan mengenai jasa layanan depo isi ulang tidak jelas. Hal ini menyangkut kualitas
produksi sehingga perlindungan hukum secara khusus pada konsumen jika terjadi
kasus tidak ada.
4. Proses untuk pengemasan hanya mengandalkan teknologi yang sederhana sehingga
sering terjadi kontaminasi oleh bakteri. (Ranoma, 2007)
Saat ini ditemukan banyak sekali sampel air minum di depo isi ulang. Bakteri yang
ditemukan tidak secara langsung menimbulkan penyakit namun menunjukkan tingkat
sanitasi yang rendah. Resiko bakteri patogen lain yang bisa menimbulkan gangguan
kesehatan akan semakin tinggi apabila semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri.
Keberadaan bakteri tersebut bisa disebabkan oleh sumber air yang tercemar atau
pemaparan dengan radiasi sinar ultraviolet kurang memadai. (Ranoma, 2007)
Standar Air Minum, menurut standar WHO semua sampel tidak boleh mengandung E.
coli dan sebaiknya juga bebas dari bakteri coliform. Standar WHO: Dalam setiap tahun,
95% dari sampel-sampel tidak boleh mengandung coliform dalam 100 ml, Tidak ada
sampel yang mengandung E. coli dalam 100 ml, Tidak ada sampel yang mengandung
coliform lebih dari 10 dalam 100 ml, Tidak boleh ada coliform dalam 100 ml dalam dua
sampel yang berurutan (AOAC,2000).
Sesuai Permenkes Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum,
dipersyaratkan bahwa angka E.coli dalam air minum adalah Nol per 100 ml air harus
dipenuhi.( Suriaman dan Juwita, 2008)
Sedangkan menurut baku mutu yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam PP 82/2001
tentang Pengendalian Limbah cair menyebutkan bahwa badan air yang dimanfaatkan
sebagai bahan baku air minum kandungan E. coli dalam 100 ml air tidak boleh lebih dari
10.000. Menurut salah satu penelitian (Kajian Dhani Arnantha staf peneliti Lembaga kajian
Ekologi dan Konservasi Lahan Basah) jumlah E.coli dalam 100 ml air Kali Mas Surabaya
mencapai 1600 milyar.( Suriaman dan Juwita, 2008)
Air yang mengandung kurang dari 1 coliform per 100 ml merupakan golongan
kelas I yang berarti air tersebut sangat baik untuk dikonsumsi. Nilai coliform 1-2 per 100
ml digolongkan pada kelas II yang berarti air tersebut baik dikonsumsi. Air dengan jumlah
coliform 3-10 merupakan golongan air yang termasuk kelas III dan tidak baik dikonsumsi.
Sedangkan jika nilai coliform lebih dari 10 per 100 ml, maka air tersebut sudah tidak boleh
dikonsumsi lagi (Suriaman dan Juwita., 2008).
Pemeriksaan mikrobiologi sangat penting dilakukan mengingat air merupakan
sumber kehidupan utama bagi semua makhluk hidup. Segala macam air perlu mendapat
perhatian untuk diperiksa baik secara mikrobiologi,fisik maupun kimia untuk
menghindarkan air dari pencemaran. .( Suriaman dan Juwita, 2008)
Syarat bakteriologi air ditetapkan sebagai berikut :
1. Tidak boleh mengandung mikroba pathogen.
2. Tidak boleh mengandung mikrobaa pathogen terlalu banyak. ( Suriaman dan Juwita,
2008)
Pemeriksaan kualitas air secara mikrobiologi meliputi :
1. Pemeriksaan jumlah total mikroorganisme.
2. Deteksi dan enumerasi terhadap bakteri pathogen Shigella dan Salmonella terutama
Escherichia coli.
3. Jumlah perkiraan terdekat bakteri coli : coli umum dan coli fekal. (Pelczar dan Chan,
2006)
Bakteri golongan koli merupakan indicator terhadap intra bacteriaceae. Bakteri coli
dapat dipakai sebagai petunjuk adanya pencemaran oleh manusia maupun hewan.Adanya
bakteri coli dalam air identic dengan adanya bakteri pathogen. (Pelczar dan Chan, 2006)
METODE MOST PROBABLE NUMBER (MPN)
Metode perhitungan MPN menggunakan media cair di dalam tabung reaksi yang
berisi tabung durham, dimana perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabungyang
positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu
tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya
kekeruhan atau terbentuknya gas didalam tabung durham yang diletakkan pada posisi
terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk gas, sehingga tabung durham tersebut naik
keatas. (Pelczar dan Chan, 2006)
Menurut Pelczar dan Chan (2006), keuntungan dari metoda ini adalah :
1. Dapat dibuat sangat peka dengan penggunaan volume inokulum contoh yang lebih besar
dari 1,0 ml/tabung.
2. Bahan-bahan dapat dipersiapkan untuk tugas lapangan.
3. Media pertumbuhan selektif dapat digunakan untuk menghitung jenis mikroorganisme
yang diharapkan di antara jenis-jenis lainnya yang ada dalam bahan pangan tersebut.
Kerugiannya adalah dibutuhkannya banyak ulangan untuk diperoleh hasil yang teliti dan
sehubungan dengan hal tersebut banyak biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk
persiapannya. Metoda ini banyak digunakan untuk menghitung bakteri patogenik dalam
jumlah sedikit yang terdapat dalam bahan pangan (Pelczar dan Chan, 2006).
Metode Most Probable Number dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Presumtive test (test pendugaan)
2. Confirmed test (test penentu/ konfirmasi)
3. Completed test (test pelengkap) (Pelczar dan Chan, 2006)
Dalam uji tahap pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas
rendah; masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif coliform dalam sampel.
Karena beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif, diperlukan
uji konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform dengan bantuan
medium selektif diferensial. Uji kelengkapan kembali meyakinkan hasil tes uji konfirmasi
dengan mendeteksi sifat fermentatif dan pengamatan mikroskop terhadap ciri-ciri coliform
: berbentuk batang, Gram negatif, tidak-berspora (Dwidjoseputro, 2005).
Dalam uji penduga di gunakan lactose broth. Tabung di nyatakan positif bila
terebentuk gas sebanyak 10 % atau lebih dari volume di dalam tabung Durham. Jumlah
tabung yang positif di hitung pada masing-masing seri. MPN penduga dapat di hitung
dengan melihat table MPN 3 tabung.( Pelczar dan Chan, 2006)
Dalam uji penguat, terbentuknya gas dalam Lactose Broth tidak selalu
menunjukkan bakteri E.coli karena mikroba lainya mugkin juga ada yang dapat
memfermentasikan laktosa dengan membentuk gas. Oleh karena itu perlu di lakukan uji
penguat pada media Endo agar,dengan menggunakan jaarum ose, contoh dari tabung MPN
yang menunjukan uji penduga positif (terbentuk gas) masing-masing di inokulasikan pada
Endo agar dengan cara streak plate. Semua tabung di inkubasikan pada suhu 37oC selama
2x24 jam. Jumlah media Endo agar pada masing-masing pengenceran yang menunjukan
adanya pertumbuhan Coliform, baik fekal maupun non fekal dihitung dan MPN penguat
dapat di hitung dari table MPN. (Pelczar dan Chan, 2006)
Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji pelengkap untuk menentukan bakteri
Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji penguat diinokulasikan ke dalam
medium Lactose Broth dan medium agar miring Nutrient Agar (NA), dengan jarum
inokulasi secara aseptik. Diinkubasi pada suhu 37oC selama 2 x 24 jam. Bila hasilnya
positif terbentuk asam dan gas pada Lactose Broth, maka sampel positif mengandung
bakteri Escherichia coli. Dari media agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana
bakteri Escherichia coli merupakan Gram negatif berbentuk batang pendek. (Pelczar dan
Chan, 2006)
Metode MPN biasanya biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di
dalam contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk
padat. Perhitungan jumlah suatu bakteri dapat melalui berbagai macam uji seperti uji
kualitatif koliform yang secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji penduga (uji
kuantitatif, bisa dengan metode MPN), uji penguat dan uji pelengkap. Waktu, mutu sampel,
biaya, tujuan analisis merupakan beberapa faktor penentu dalam uji kualitatif koliform.
(Pelczar dan Chan, 2006)
Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit
tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk koloni (colony forming unit) dalam sampel.
Namun, pada umumnya nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu
bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Makin kecil nilai
MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak minum. Metode MPN
memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat jangkauan
nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi (Pelczar dan Chan, 2006).
Metode MPN biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam
contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat
dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari contoh tersebut. Metode MPN
digunakan medium cair di dalam tabung reaksi, dimana perhitungannya dilakukan
berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah
inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat
dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas di dalam tabung Durham
yang diletakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk gas (Pelczar dan
Chan, 2006).
Untuk metode MPN (Most Probable Number) digunakan medium cair dalam
wadah berupa tabung reaksi, perhitungan di lakukan berdasarkan jumlah tabung yang
positif yaitu tabung yang mengalami perubahan pada mediumnya baik itu berupa
perubahan warna atau terbentuknya gelembung gas pada dasar tabung durham. Pada
metode perhitungan MPN ini digunakan bentuk tiga seri pengenceran, yang pertama 10-1,
10-2,dan 10-3.Kemudian dari hasil perubahan tersebut dicari nilai MPNnya pada tabel nilai
MPN, dan untuk jumlah bakterinya maka digunakan rumus (Gobel, 2008).
Metode MPN merupakan uji deretan tabung yang menyuburkan pertumbuhan
koliform sehingga diperoleh nilai untuk menduga jumlah koliform dalam sampel yang
diuji. Uji positif akan menghasilkan angka indeks. Angka ini disesuaikan dengan tabel
MPN untuk menentukan jumlah koliform dalam sampel (Gobel, 2008).
Bakteri Coliform
Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain dengan
kata lain merupakan bakteri indikator sebagai tanda bahwa adanya pencemaran bakteri
patogen. Penentuan koliform fecal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah
koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Keuntungan
mendeteksi koliform adalah jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi
bakteri patogenik lain. Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai
indikator adanya pencemaran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan,
susu dan produk-produk susu. Pada saat perhitungan koloni, apabila jumlah koloni yang di
temukan kurang dari standart yang telah di tetapkan, maka suatu sampel bisa di katakan
murni (Pelczar dan Chan, 2006).
Banyaknya kontaminan dalam air memerlukan standar tertentu untuk menjamin
kebersihannya. Air yang terkontaminasi oleh bakteri patogen saluran cerna sangat
berbahaya untuk diminum. Hal ini dapat dipastikan dengan penemuan organisme yang ada
dalam tinja manusia atau hewan dan yang tidak pernah terdapat bebas di alam. Ada
beberapa organisme yang termasuk kategori ini, yaitu bakteri coliform (E.coli),
Enterococcus faecalis, Clostiridium sp. Di Indonesia, bakteri indikator air terkontaminasi
adalah E.coli. (Pelczar dan Chan, 2006)
Beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif, sehingga
diperlukan uji konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform dengan
bantuan medium selektif diferensial. Uji kelengkapan kembali meyakinkan hasil tes uji
konfirmasi dengan mendeteksi sifat fermentatif dan pengamatan mikroskop terhadap ciri-
ciri coliform: berbentuk batang, gram negatif, tidak-berspora. Bakteri coliform adalah
golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri
coliform adalah bakteri indicator keberadaan bakteri patogenik lainnya. Lebih tepatnya,
sebenarnya bakteri coliform fecal adalah bakteri indicator adanya pencemaran bakteri
pathogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah
koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri pathogen. Selain itu,
mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat dan sederhana daripada mendeteksi bakteri
patogenik lain (Pelczar dan Chan, 2006).
Salah satu anggota kelompok coliform adalah E.coli. Karena E.coli adalah bakteri
coliform yang ada pada kotoran manusia, maka E.coli sering disebut sebagai coliform
fekal. Pengujian coliform jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan uji E.coli karena
hanya memerlukan uji penduga yang merupakan tahap pertama uji E.coli (Pelczar dan
Chan, 2006).
Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting bagi kualitas air
minum. Kelompok bakteri coliform, antara lain Eschericia coli, Enterrobacter aerogenes,
dan Citrobacter fruendi. Keberadaan bakteri di dalam air minum itu menunjukkan tingkat
sanitasi rendah. Keberadaan bakteri ini juga menunjukkan adanya bakteri pathogen lain
misalnya, Shigella, yang menyebabkan diare hingga muntaber (Lim, 1998).Jadi, coliform
adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air
semakin baik.( Gobel,2008).
Terdapatnya bakteri coliform dalam air minum dapat menjadi indikasi
kemungkinan besar adanya organisme patogen lainnya. Bakteri coliform dibedakan
menjadi 2 tipe, yaitu faecal coliform dan non faecal coloform. Menurut Gobel (2008),
bakteri coliform dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1) Coliform fekal, misalnya E. coli, merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan
atau manusia. Adanya E.coli pada air minum menandakan air tersebut telah
terkontaminasi feses manusia dan mungkin juga mengandung patogen usus.
2) Coliform non-fekal, misalnya E. aeroginosa, biasanya ditemukan pada hewan atau
tanaman yang telah mati.
E.coli adalah bagian dari faecal coliform. Keberadaan E. coli dalam air dapat
menjadi indikator adanya pencemaran air oleh tinja. E. coli digunakan sebagai indikator
pemeriksaan kualitas bakteriologis secara universal dalam analisis dengan alasan:
a. E. coli secara normal hanya ditemukan di saluran pencernaan manusia (sebagai flora
normal) atau hewan mamalia, atau bahan yang telah terkontaminasi dengan tinja
manusia atau hewan; jarang sekali ditemukan dalam air dengan kualitas kebersihan
yang tinggi,
b. E. coli mudah diperiksa di laboratorium dan sensitivitasnya tinggi jika pemeriksaan
dilakukan dengan benar,
c. Bila dalam air tersebut ditemukan E. coli, maka air tersebut dianggap berbahaya bagi
penggunaan domestik,
d. Ada kemungkinan bakteri enterik patogen yang lain dapat ditemukan bersama-sama
dengan E. coli dalam air tersebut.(Pelczar dan Chan, 2006)
Bakteri pembusuk ini dimasukkan ke dalam golongan bakteri Coliform, salah satu
yang termasuk didalamnya adalah Escherichia coli. Bakteri coliform ini menghasilkan zat
ethionine yang pada penelitian menyebabkan kanker. Bakteri-bakteri pembusuk ini juga
memproduksi bermacam-macam racun seperti Indole, skatole yang dapat menimbulkan
penyakit bila berlebih didalam tubuh (Pelczar dan Chan, 2006).
Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran
pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri
patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator
adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator
pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan
bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana
daripada mendeteksi bakteri patogenik lain (Krisna, 2005).
Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau manusia.
Oleh karena itu, dikenal juga dengan istilah koli tinja, sedangkan Enterobacter aerogenes
biasanya ditemukan pada hewan atau tanam-tanaman yang telah mati. Bakteri Escherechia
coli merupakan mikroorganisme normal yang terdapat dalam kotoran manusia, baik sehat
maupun sakit. Dalam satu gram kotoran manusia terdapat sekitar seratus juta bakteri E.
coli. Bakteri berasal dari kata “Bakterion” (Yunani = batang kecil). Berdasarkan
Klasifikasi, bakteri digolongkan dalam Divisio Schizomycetes. Escherichia coli (E. coli )
adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif, ditemukan oleh Theodor
Escherich (tahun 1885). Hidup pada tinja dan menyebabkan masalah kesehatan pada
manusia, seperti diare, muntaber serta masalah pencernaan lainnya. Bakteri ini banyak
digunakan dalam teknologi rekayasa genetika sebagai vektor untuk menyisipkan gen-gen
tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan karena pertumbuhannya
sangat cepat dan mudah dalam penanganannya. (Krisna, 2005)
Secara garis besar klasifikasi bakteri E.coli , berasal dari Filum Proteobacteria,
Kelas Gamma Proteobacteria, Ordo Enterobacteriales, Familia Enterobacteriaceae, Genus
Escherichia, Spesies Escherichia coli. Secara morfologi E.coli merupakan kuman
berbentuk batang pendek, gemuk, berukuran 2,4 µ x 0,4 sampai 0,7 µ , Gram-negatif, tak
bersimpai , Bergerak aktif dan tidak berspora. (Krisna, 2005)
b. Air Limbah
Air limbah yang berasal dari rumah tangga merupakan masalah serius yang perlu
diperhatikan untuk menciptakan kesehatan lingkungan. Air buangan (limbah) yang
bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu air limbah yang berasal dari
pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air
seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan
organik dan anorganik.
Buangan limbah cair yang bersumber dari rumah tangga jika tidak dikelola dengan
baik dapat memberikan dampak negatif pada lingkungan dan kesehatan manusia.
Lingkungan yang tercemar dapat menjadi media bagi tumbuh dan berkembangnya
berbagai jenis mikroba (virus, bakteri, protozoa dan metazoan) dimana mikroba tersebut
dipastikan merupakan mikroba patogen yang dapat menimbulkan penyakit, salah satunya
adalah bakteri Eschericia coli. Penyakit-penyakit ini menyebar jika kondisi lingkungan
permukiman memiliki sanitasi yang sangat buruk.
Eschericia coli merupakan bakteri saluran pencernaan hewan dan manusia karena
secara alamiah Escherichia coli merupakan salah satu penghuni tubuh manusia. Bentuk
bakteri Escherichia coli ini bulat cenderung ke batang panjang, bentuk batang, biasanya
berukuran 0,5 x 1 – 3 μ, terdapat sendiri sendiri, berpasang-pasangan dan rangkaian
pendek, bergerak atau tidak bergerak, bergerak dengan menggunakan flagella peritrik,
biasanya tidak berbentuk kapsul, tidak membentuk spora, gram negatif dan bersifat aerob
atau anaerob fakultatif (Ruth, 2009).
Nutrisi bakteri Eschericia coli. Air limbah dapat mengandung berbagai senyawa
yang dapat digunakan sebagai substrat yang di jadikan sumber energi dan untuk
pertumbuhan berbagai mikroorganisme seperti bakteri Eschericia coli. Sebagai pengguna
senyawa, bakteri Eschericia coli dapat menggunakan sumber nutrisi yang terdapat dalam
air, seperti sumber nitrogen, fosfor, sulfur, dan sebagainya (Kusnadi, 2010). Terdapat
beberapa unsur kimia penting yang banyak digunakan sebagai nutrisi untuk pertumbuhan
bakteri sehingga pertumbuhan bakteri dapat berjalan optimal. Sumber nutrisi tersebut
terdiri dari makro nutrien (N, S, P, K, Mg, Ca, Fe, Na, dan Cl), unsur nitrogen dan phosphor
dapat diperoleh dari urea dan mikro nutrien (Zn, Mn, Mo, Se, Co, Cu, dan Ni) (Nurita,
2010).
Pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Kondisi lingkungan sangat berpengaruh
terhadap kelangsungan hidup mikroorganisme. Reaksi dari setiap mikroorganisme dalam
menghadapi kondisi lingkungannya akan berbeda antara satu dengan yang lain, hal ini
terjadi karena mikroorganisme mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-beda. Tidak
semua mikroorganisme dapat menguasai faktor-faktor luar sepenuhnya, untuk bertahan
hidup mikroorganisme harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana
mikroorganisme tersebut berada. Penyesuaian diri mikroorganisme ada yang bersifat
sementara waktu saja dan ada juga yang bersifat permanen, sehingga hal tersebut dapat
mempengaruhi bentuk morfologi dan sifat sifat fisiologi dan keturunannya (Ruth, 2009).
Bakteri Eschericia coli dapat tumbuh pada suhu antara 10o-40°C, dengan suhu optimum
37°C dan mati pada suhu 60°C selama 30 menit, tidak bisa bertahan pada tempat yang
kering dan kena pembasmi hama. Escherichia coli relatif peka terhadap panas, segera
hancur oleh suhu pasteurisasi dan pemanasan. Sedangkan proses pembekuan tidak akan
memusnahkan bakteri, sehingga bakteri dapat hidup dalam suhu yang rendah dalam jangka
waktu relative panjang (Anonim, 2011).
Peranan bakteri Escherichia coli. Peranan bakteri Escherichia coli dalam air
limbah rumah tangga, seperti air selokan, air sungai ataupun air buangan lainnya yaitu
sebagai patogen, karena bakteri Eschericia coli dapat menyebabkan penyakit disentri bila
masuk ke dalam sistem pencernaan manusia, selain itu bakteri Escherichia coli juga
merupakan bakteri pencemar, kehadirannya di dalam badan air dapat menunjukkan bahwa
air tersebut sudah terkontaminasi-fekal (feses manusia, hewan). Materi fekal yang masuk
ke dalam badan air, selain membawa bakteri patogen juga akan membawa bakteri
pencemar yang merupakan flora normal saluran pencernaan manusia, misalnya
Escherichia coli dan kelompok coliform lain (Enterobacteriaceae, Enterococcus), yang
kehadirannya dapat dipakai untuk indikator pencemaran air oleh materi fekal (Kusnadi,
2010).
Pengontrol bakteri. Pengontrolan bakteri pada air limbah dapat dilakukan dengan
melakukan proses pengelolaan air limbah sebelum dibuang ke lingkungan. Proses
pembersihan/pengelolaan air limbah, terutama limbah yang disebabkan dari aktivitas
rumah tangga dapat dilakukan dengan menggunakan tangki peruraian anaerobik atau
peruraian aerobik. Tangki septik, yang merupakan sistem anaeroik merupakan suatu cara
yang sudah umum digunakan untuk membersihkan air buangan dengan volume yang
terbatas. Tangki septik memiliki dua fungsi, yaitu sebagai tempat pengendapan bahan-
bahan padat yang berupa buangan manusia seperti feses manusia dan juga dapat berfungsi
sebagai tempat penguraian secara alamiah dari bahan-bahan padat tersebut. Apabila limbah
masuk ke dalam tangki septik, maka akan terjadi sedimentasi pasda bagian sebelah atas,
sehingga dapat memungkinkan cairan yang dibuang memiliki kandungan bahan padat yang
tersuspensi lebih sedikit. Bahan padat yang mengendap tersebut akan dirombak secara
terus-menerus oleh bakteri anaerobik yang menghasilkan produk akhir tidak teroksidasi
sehingga menimbulkan bau yang menusuk hidung. Aliran air yang keluar dari tanki septik
disebarkan di bawah permukaan tanah melalui lapangan pembuangan. Penguraian mikroba
selanjutnya yaitu mikroba yang sebagian besar bersifat aerobik, yang terjadi pada saat air
tesebut merembes ke permukaan tanah. Namun proses seperti ini tidak menjamin
tersingkirnya semua bakteri pathogen dari limbah. Naun proses ini dapat mengurangi atau
mengontrol sebagian penyebaran mikroba pathogen, salah satunya yaitu bakteri
Escherichiaa coli. Dengan adanya hal tersebut, berarti manusia harus mencegah agar
sistem pembuangan atau drainase tidak menyebar atau meresap ke sumber air minum, agar
terhindar dari sebaran bakteri patogen yang berbahaya (Michael, 2005).
Hubungan antara mikroba dengan air limbah rumah tangga. Berbagai
mikroorganisme dapat tumbuh dalam suatu habitat yang beragam, seperti di air, tanah,
udara dan dalam tubuh organisme. Mikroorganisme seperti bakteri Escherichia coli juga
dapat tumbuh pada air yang sudah tidak jernih lagi, atau dengan kata lain dapat hidup di
air yang telah tercemar, seperti air limbah. Lingkungan sebagai habitat mikroorganisme
tersebut memberikan dukungan terhadap pertumbuhan dan keragaman mikroorganisme.
Faktor-faktor lingkungan baik faktor abiotik dan biotik saling berinteraksi pada
pertumbuhan dan penyebaran mikroorganisme. Peranan mikroorganisme dalam
lingkungan dapat memberikan keuntungan bagi organisme lain dan ada yang merugikan
organisme lain. Beberapa keuntungan adanya mikroroganisme dalam lingkungan adalah
berperan dalam perputaran/siklus materi dan energi terutama dalam siklus biogeokimia dan
berperan sebagai decomposer (pengurai). Mikroorganisme pada lingkungan alami dapat
menjadi indikator baik buruknya kualitas lingkungan, baik lingkungan perairan, ataupun
tersentrial. Lingkungan yang sudah terkontaminasi oleh mikororganisme menunjukkan
gejala penurunan kualitas lingkungah tersebut dan berpengaruh terhadap organisme lain,
termasuk pada manusia. Penggunaan mikroorganisme yang secara alami dalam sautu
lingkungan bertindak sebagai pengurai, berberan penting dalam proses daur ulang dan
biodegradasi limbah dan dalam proses bioremediasi lingkungan. Mikroorganisme seperti
bakteri Escherichia coli dapat menjadi indikator, apakah air limbah dari rumah tangga yang
biasanya dibuang secara langsung ke lingkungan sudah tercemar dengan fekal (feses
manusia ataupun feses hewan) atau belum (Kusnadi, 2010).
c. Air Sungai
Daur air ialah sirkulasi yang tidak pernah berhenti dari air yang di bumi diman air
mampu berpindah-pindah dari daratan, lalu ke udara lalu kedaratan lagi, dan air pun
mampu tersimpan didasar permukan dengan 3 fase yaitu cair yang berbentuk air, padat
yang berbentuk es, dan gas yang berbentuk udara.
Uap air terdapat di atmosfir, uap air berasal dari air laut dan air dratan yang menguap
karena akibat terkenanya panas yang berasal dari matahari. Namun pada umumnya uap air
yang ada diatmosfir hanya terdapat di uapan air laut, sebab luas laut mencapai ¾ luas
permukaan bumi. Terkondensasinya uap air di atmosfir akan merubah menjadi awan, yang
akhirnya awan-awan tersebut akan berubah menjadi hujan, air hujan yang telah turun
dimuka bumi akan masuk kedalam tanah, dan pada akhirnya air tanah ini akan terbentuk
menjadi air tanah air tanah permukaan.
Air yang ada didalam tanah akan diserap oleh tumbuhan memalui pembuluh yang
ada dalam tubuh, lalu transpirasi uap air akan dilepaskan oleh tanaman atau tumbuhan ke
atas atmosfir. Transpirasi penguapan dalam ekosistem darat bisa mencapai 90 % yang
dilakukan oleh tumbuhan.
Air tanah yang ada dipermukaan bumi mengalir ke arah sungai, lalu bermuara ke
laut dan ke danau. Daur ulang yang terjadi ini disebet dengan siklus panjang namun siklus
ini berawal dari terjadinya proses Evapotranspirasi dan Transpirasi pada air yang dikuti
oleh presipitasi atau proses terjadinya air yang turun ke muka bumi disebut sikus pendek.
Sama seperti proses fotosintesis pada siklus karbon, matahari juga berperan penting
dalam siklus hidrologi. Matahari merupakan sumber energi yang mendorong siklus air,
memanaskan air dalam samudra dan laut. Akibat pemanasan ini, air menguap sebagai uap
air ke udara. 90 % air yang menguap berasal dari lautan. Es dan salju juga dapat menyublim
dan langsung menjadi uap air. Selain itu semua, juga terjadi evapotranspirasi air terjadi dari
tanaman dan menguap dari tanah yang menambah jumlah air yang memasuki atmosfer.
Setelah air tadi menjadi uap air, Arus udara naik mengambil uap air agar bergerak naik
sampai ke atmosfir. Semakin tinggi suatu tempat, suhu udaranya akan semakin rendah.
Nantinya suhu dingin di atmosfer menyebabkan uap air mengembun menjadi awan. Untuk
kasus tertentu, uap air berkondensasi di permukaan bumi dan membentuk kabut.
Arus udara (angin) membawa uap air bergerak di seluruh dunia. Banyak proses
meteorologi terjadi pada bagian ini. Partikel awan bertabrakan, tumbuh, dan air jatuh dari
langit sebagai presipitasi. Beberapa presipitasi jatuh sebagai salju atau hail, sleet, dan dapat
terakumulasi sebagai es dan gletser, yang dapat menyimpan air beku untuk ribuan tahun.
Snowpack (salju padat) dapat mencair dan meleleh, dan air mencair mengalir di atas tanah
sebagai snowmelt (salju yang mencair). Sebagian besar air jatuh ke permukaan dan kembali
ke laut atau ke tanah sebagai hujan, dimana air mengalir di atas tanah sebagai limpasan
permukaan.
Oganisme yang bersifat pantogen terhadap manusia dapat di sebar luaskan dengan
perantaraan air,misalnya bakteri,virus,dan protozoa.Organisme-organisme ini biasanya
tumbuh dengan baik didalam saluran pencernaan makanan dan keluar bersama fases
,sehingga mungkin mencemari sumber-sumber air minum
a. Bakteria
Bakteria patogen yang paling penting disebarkan melalui air adalah Salmonella typhi
dapat menyebabkan demam typhoid ( Typhoid fever ) dan Vibrio Cholerae yang dapat
menyebabkan penyakit kolera. Sunggupun penyakit demam typhoid dapat juga
dipindahkan dengan perantaraan makanan yang terkena kontaminasi dan dengan
kontak langsung dengan si penderita, namun yang paling umum sebagai fakta
penyebab adalah air.
b. Virus
Virus juga dapat disebarkan dengan perantara air,termaksud virus polio dan virus yang
menyebabkan penyakit hepatitis.
c. Protozoa
Suatu anggota protozoa yang bersifat pantogen dengan perantara air adalah
Entamoeba histolytica ,penyebab penyakit disentri dan Giardi lamblia yang dapat
menimbulkan penyakit yang disebut giardiasis
d.Udara
Udara merupakan media penyebaran bagi mikroorganisme. Mereka terdapat dalam
jumlah yang relatif kecil bila dibandingkan dengan di air atau di tanah. Udara tidak
mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya bakteri di udara
kemungkinan terbawa oleh debu, tetesan uap air kering ataupun terhembus oleh tiupan
angin.
Udara dibagi menjadi dua bagian yaitu udara luar dan udara dalam ruangan. Udara dalam
ruang atau indoor air adalah udara dalam ruang gedung (rumah, sekolah, restoran, hotel,
rumah sakit, perkantoran) yang ditempati sekelompok orang dengan tingkat kesehatan
yang berbeda-beda selama minimal satu jam. Sedangkan udara luar atau outdoor air adalah
udara yang bergerak bebas di atmosfer dan jumlahnya lebih banyak dari udara dalam suatu
ruangan Budiyanto, 2001).
Kelompok mikroba yang paling banyak di udara adalah bakteri, jamur (termasuk di
dalamnya ragi) dan juga mikroalga. Kehadiran jasad hidup tersebut di udara, ada yang
dalam bentuk vegetatif (tubuh jasad) ataupun dalam bentuk generatif (umumnya spora).
Mikroba udara dapat dipelajari dalam dua bagian, yaitu mikroba di luar ruangan dan
mikroba di dalam ruangan. Mikroba paling banyak ditemukan di dalam ruangan
(Pudjiastuti, dkk. 1998).
1. Mikroba di Luar Ruangan
Mikroba yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun terestrial. Mikroba
di udara pada ketinggian 300-1,000kaki atau lebih dari permukaan bumi adalah organisme
tanah yang melekat pada fragmen daun kering, jerami, atau partikel debu yang tertiup
angin. Mikroba tanah masih dapat ditemukan di udara permukaan laut sampai sejauh 400
mil dari pantai pada ketinggian sampai 10.000 kaki. Mikroba yang paling banyak
ditemukan yaitu spora jamur, terutama Alternaria, Penicillium, dan Aspergillus. Mereka
dapat ditemukan baik di daerah kutub maupun tropis. Mikroba yang ditemukan di udara di
atas pemukiman penduduk di bawah ketinggian 500 kaki yaitu
spora Bacillus danClostridium, yeast, fragmen dari miselium, spora fungi, serbuk sari,
kista protozoa, alga, Micrococcus, dan Corynebacterium, dan lain-lain (Budiyanto, 2001).
2. Mikroba di Dalam Ruangan
Pada debu dan udara di sekolah dan rumah sakit atau kamar orang menderita
penyakit menular, telah ditemukan mikroba seperti bakteri Tuberkulum, Streptokokus,
Pneumokokus, dan Staphylokokus. Bakteri ini tersebar di udara melalui batuk, bersin,
berbicara, dan tertawa. Pada proses tersebut ikut keluar cairan saliva dan mukus yang
mengandung mikroba. Virus dari saluran pernapasan dan beberapa saluran usus juga
ditularkan melalui debu dan udara. Patogen dalam debu terutama berasal dari objek yang
terkontaminasi cairan yang mengandung patogen. Tetesan cairan (aerosol) biasanya
dibentuk oleh bersin, batuk dan berbicara. Setiap tetesan terdiri dari air liur dan lendir yang
dapat berisi ribuan mikroba. Diperkirakan bahwa jumlah bakteri dalam satu kali bersin
berkisar antara 10.000 sampai 100.000. Banyak patogen tanaman juga diangkut dari satu
tempat ke tempat lain melalui udara dan penyebaran penyakit jamur pada tanaman dapat
diprediksi dengan mengukur konsentrasi spora jamur di udara.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu atmosfer,
kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan kelembaban relatif adalah
dua faktor penting yang menentukan viabilitas dari mikroorganisme dalam aerosol. Studi
dengan Serratia marcesens dan E. coli menunjukkan bahwa kelangsungan hidup udara
terkait erat dengan suhu. Peningkatan suhu menyebabkan penurunan waktu bertahan. Ada
peningkatan yang progresif di tingkat kematian dengan peningkatan suhu dari -18° C
sampai 49o C. Virus dalam aerosol menunjukkan perilaku serupa. Partikel influenza, polio
dan virus vaccinia lebih mampu bertahan hidup pada temperatur rendah, 7-24° C. tingkat
kelembaban relatif (RH) optimum untuk kelangsungan hidup mikroorganisme adalah
antara 40 sampai 80%. Kelembaban relatif yang lebih tinggi maupun lebih rendah
menyebabkan kematian mikroorganisme. Pengaruh angin juga menentukan keberadaan
mikroorganisme di udara. Pada udara yang tenang, partikel cenderung turun oleh gravitasi
(Pudjiastuti, dkk, 1998).
Pencemaran udara dapat terjadi di luar (outdoor) dan di dalam ruangan (indoor).
Pencemaran udara di luar ruangan biasanya terjadi akibat asap kendaraan bermotor dan
asap industri sedangkan pencemaran udara di dalam ruangan akibat asap rokok, gangguan
sirkulasi udara di gedung-gedung dan asap dari dapur tradisional, pemakaian kompor gas
serta pemanas ruangan. Mikroorganisme yang berasal dari luar misalnya serbuk sari, jamur
dan spora, yang bisa juga berada di dalam ruangan. Selain itu cemaran dalam ruangan yang
berasal dari mikroorganisme dalam ruangan seperti serangga, jamur pada ruangan yang
lembab, bakteri. Mikroorganisme yang tersebar di dalam ruangan dikenal dengan istilah
bioaerosol (Pudjiastuti, dkk, 1998).
Bioaerosol adalah partikel debu yang terdiri atas makhluk hidup atau
sisa yang berasal dari makhluk hidup. Makhluk hidup terutama adalah jamur dan
bakteri. Penyebaran bakteri, jamur, dan virus pada umumnya
terjadi melalui sistem ventilasi.
Kontaminasi bioaerosol pada sumber air sistem ventilasi (humidifier) yang terdistribusi
keseluruh ruangan dapat menyebabkan reaksi yang berbagai ragam seperti demam, pilek,
sesak nafas dan nyeri otot dan tulang. Pada usap AC
ditemukan gram positif batang dan gram negatif batang. Pencemar
yang bersifat biologis terdiri atas berbagai jenis mikroba patogen,
antara lain jamur, metazoa, bakteri, maupun virus. Penyakit yang
disebabkannya seringkali diklasifikasikan sebagai penyakit yang menyebar lewat
udara (Pudjiastuti, dkk, 1998).
Kualitas udara dalam ruang dipengaruhi antara lain kondisi bangunan, elemen interior,
fasilitas pendingin ruangan, pencemar kimia dan pencemar biologi. Buruknya kualitas
udara dalam ruang akibat keberadaan pencemar biologi yaitu bakteri dan jamur ditengarai
menjadi salah satu sebab kejadian sick building syndrome (SBS) (Setyaningsih, dkk, 2003).
Sick Building Sindrome (SBS) yaitu kumpulan gejala yang disebabkan terutama oleh
buruknya kualitas udara ruangan, ditandai dengan keluhan-keluhan mata pedih, merah,
berair, kepala pusing, batuk, pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, rongga mulut sakit,
rongga mulut kering, badan panas dingin, mual, tidak nafsu makan, lesu, kelelahan, pegal-
pegal anggota tubuh dan kulit gatal. Penilaian Indoor Air Quality (IAQ) pada beberapa
perkantoran menggunakan pendingin ruangan (AC) di Hongkong terjadi dalam kontribusi
terbesar yang menyebabkan ketidaknyamanan adalah total volatile organic compounds
(TVOC), indoor airborne fungi count (AFC) dan airborne bacteria count (ABC).
Beberapa genera dominan diidentifikasi terdapat pada beberapa ruang publik pada
penelitian di Taiwan yaitu dari jenis bakteri Staphylococcus sp, Micrococcus sp.,
Corynebacterium sp., dan Bacillus sp. Sedangkan untuk jenis jamur contohnya Penicillium
sp., Cladosporium sp., dan Aspergillus sp. (Hodgson, 2000).
Untuk menghitung organisme dalam suatu volume udara digunakan teknik kualitatif
sederhana yaitu dengan menadahkan cawan hara atau medium di udara untuk beberapa
saat. Selama waktu pendedahan ini, beberapa bakteri di udara akan menetap pada cawan
yang terdedah. Semakin banyak bakteri maka bakteri yang menetap pada cawan semakin
banyak. Kemudian cawan tersebut diinkubasi selama 24 jam hingga 48 jam maka akan
tampak koloni-koloni bakteri, khamir dan jamur yang mampu tumbuh pada medium yang
digunakan (Volk & Wheeler 1989).
3. Mikroorganisme Udara di Rumah Sakit
Meskipun rumah sakit adalah tempat pengobatan berbagai penyakit, ada kasus
dimana penyakit menular tambahan diderita pasien pada saat rawat inap. Udara di dalam
rumah sakit dapat bertindak sebagai reservoir mikroorganisme patogen yang ditularkan
oleh pasien. Infeksi yang diperoleh selama perawatan di rumah sakit tersebut disebut
infeksi nosokomial dan patogen yang terlibat disebut sebagai patogen nosokomial. Infeksi,
diwujudkan oleh gejala terkait, setelah tiga hari dirawat di rumah sakit bisa dianggap
sebagai infeksi nosokomial. Terdapat dua cara utama penyebaran patogen nosokomial,
yaitu dengan kontak (baik langsung atau tidak langsung), dan penyebaran melalui udara.
Infeksi nosokomial di rumah sakit mungkin dibawa oleh staf atau pasien yang masuk ke
rumah sakit. Infeksi nosokomial yang banyak ditemukan yaitu berasal dari
Haemophilus.influenzae, Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus,
Pseudomonas aeruginosa, anggota Enterobacteriaceae dan virus pernafasan.
B. Jenis mikroba yang ditemukan di udara
Selain gas, partikel debu dan uap air, udara juga mengandung mikroorganisme. Di
udara terdapat sel vegetatif dan spora bakteri, jamur dan ganggang, virus dan kista
protozoa. Selama udara terkena sinar matahari, udara tersebut akan bersuhu tinggi dan
berkurang kelembabannya. Selain mikroba yang mempunyai mekanisme untuk dapat
toleran pada kondisi ini, kebanyakan mikroba akan mati. Udara terutama merupakan
media penyebaran bagi mikroorganisme. Mereka terdapat dalam jumlah yang relatif kecil
bila dibandingkan dengan di air atau di tanah. Mikroba udara dapat dipelajari dalam dua
bagian, yaitu mikroba di luar ruangan dan di dalam ruangan.
Pentingnya mikroorganisme udara telah dipelajari sejak 1799, di mana tahun Lazaro
Spallanzani berusaha untuk menyangkal teori “generatio spontanea”. Tahun 1837,
Theodore Schwann, dalam percobaan untuk mendukung pandangan Spallanzani
memasukkan udara segar yang telah dipanaskan ke dalam kaldu daging steril dan
menunjukkan bahwa pertumbuhan mikroba tidak dapat terjadi. Louis Pasteur pada tahun
1861 merupakan orang yang pertama menunjukkan bahwa mikroorganisme tumbuh akibat
kontaminasi dari udara. Dia menggunakan kapas khusus untuk menyaring udara sehingga
mikroba tidak dapat masuk ke dalam kaldu daging steril. Dia secara mikroskopis
menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam kapas. Dalam percobaan menggunakan
tabung berleher angsa, ia menunjukkan bahwa pertumbuhan tidak bisa terjadi dalam media
steril kecuali terdapat kontaminasi dari udara yang tidak steril (Dwidjoseputro, 1990).
Beberapa bakteri yang terdapat di udara antara lain :
1. Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen
kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya
tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm S.
aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam.
Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernapasan atas dan kulit. Keberadaan S.
aureus pada saluran pernapasan atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit,
individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi ketika
resistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau
perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga
terjadi pelemahan inang S. aureus termasuk bakteri osmotoleran, yaitu bakteri yang dapat
hidup di lingkungan dengan rentang konsentrasi zat terlarut (contohnya garam) yang luas,
dan dapat hidup pada konsentrasi NaCl sekitar 3 Molar. Habitat alami S aureus pada
manusia adalah di daerah kulit, hidung, mulut, dan usus besar, di mana pada keadaan sistem
imun normal, S. aureus tidak bersifat patogen (mikroflora normal manusia) (Anonim, 2014
a).
2. Enterobacter aerogenes
Enterobacter aerogenes dapat menyebabkan infeksi di banyak bagian tubuh
manusia. Bakteri merupakan penyebab infeksi pernapasan bawah, termasuk pneumonia.
Hal ini juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan infeksi kulit dan jaringan di
bawahnya. Ini mungkin hadir sebagai selulit, nekrotikans, abses atau pasca-operasi infeksi
luka. Jika bakteri mencapai darah (bakteremia), dapat menyebabkan sepsis. Jarang, bakteri
memasuki cairan serebrospinal, yang mengarah ke meningitis. Enterobacter aerogenes
keseluruhan memiliki tingkat kematian rendah (10,2 persen), dengan masalah medis yang
mendasari meningkatnya risiko kematian (Anonim, 2014 b).
3. Pseudomonas aeroginosa
P. aeruginosa menyebabkan penyakit terlokalisasi dan sistemik yang sangat serius
dan tidak jarang berakibat fatal. Penyakit karena P. aeruginosa dimulai dengan penempelan
dan kolonisasi bakteri ini pada jaringan inang. Bakteri ini menggunakan fili untuk
penempelan sel bakteri pada permukaan inang. Selain itu, P. aeruginosa juga dapat
membentuk biofilm yang terbuat dari kapsul glikokalis untuk mengurangi keefektifan
mekanisme sistem imun inang. Jaringan inang akan mencoba merusak penempelan dan
kolonisasi bakteri. Selanjutnya, P. aeruginosa memproduksi sejumlah endotoksin dan
produk ekstaseluler yang menunjang invasi local dan penyebaran mikroorganisme. Toksin
dan produk ekstraseluler ini mencakup protease ekstraseluler, sitotoksin, hemolisin, dan
piosianin (Anonim, 2014 c).
4. Haemophylus influenzae
Infeksi oleh Haemophilus influenzae terjadi setelah mengisap droplet yang berasal
dari penderita baru sembuh, atau carrier, yang biasanya menyebar secara langsung saat
bersin atau batuk. Haemophilus influenzae menyebabkan sejumlah infeksi pada saluran
pernafasan bagian atas seperti faringitis, otitis media, dan sinusitis yang terutama penting
pada penyakit paru kronik. Meningitis karena Haemophilus influenzae jarang terjadi pada
bayi berumur kurang dari 3 bulan dan tidak umum dijumpai pada anak-anak diatas umur 6
tahun. Pada anak-anak, selain meningitis, Haemophilus influenzae tipe b juga
menyebabkan penyakit bacterial epiglottitis akut (Anonim, 2014 d).
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Mikroba Di Udara
Sejumlah faktor intrinsik dan lingkungan mempengaruhi distribusi jenis mikroba
di udara. faktor intrinsik meliputi sifat dan keadaan fisiologis mikroorganisme dan juga
keadaan suspensi. Spora relatif lebih banyak daripada sel vegetatif. Hal ini terutama karena
sifat spora dorman yang memungkinkan mereka untuk mentolerir kondisi yang tidak
menguntungkan seperti pengeringan, kurangnya nutrisi yang cukup dan radiasi ultraviolet.
Demikian pula spora fungi berlimpah di udara karena spora merupakan alat penyebaran
penyebaran fungi.
Ukuran mikroorganisme merupakan faktor yang menentukan jangka waktu mereka untuk
tetap melayang di udara. Umumnya mikroorganisme yang lebih kecil dapat dengan mudah
dibebaskan ke udara dan tetap udara dalam jangka waktu yang lama. Miselium fungi
memiliki ukuran yang lebih besar dan karena itu tidak dapat bertahan lama di
udara. Keadaan suspensi memainkan peran penting keberadaan mikroorganisme di udara.
Semakin kecil suspensi, semakin besar kemungkinan mereka untuk tetap berada di
udara. Biasanya mereka melekat pada partikel debu dan air liur. Mikroorganisme yang ada
dalam partikel debu di udara hanya hidup untuk waktu yang singkat. Tetesan yang dibuang
ke udara melalui batuk atau bersin juga hanya dapat bertahan di udara untuk waktu singkat.
Namun jika ukuran suspensi menurun, mereka dapat bertahan lama di udara.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu
atmosfer, kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan kelembaban relatif
adalah dua faktor penting yang menentukan viabilitas dari mikroorganisme dalam aerosol.
Studi dengan Serratia marcesens dan E. coli menunjukkan bahwa kelangsungan hidup
mikroba udara terkait erat dengan suhu (Setyaningsih dkk, 2003).
Pengaruh angin juga menentukan keberadaan mikroorganisme di udara. Pada udara yang
tenang, partikel cenderung turun oleh gravitasi. Tapi sedikit aliran udara dapat menjaga
mereka dalam suspensi untuk waktu yang relatif lama. Angin penting dalam penyebaran
mikroorganisme karena membawa mereka lebih jauh. Arus juga memproduksi turbulensi
udara yang menyebabkan distribusi vertikal mikroba udara. Pola cuaca global juga
mempengaruhi penyebaran vertikal. Ketinggian membatasi distribusi mikroba di udara.
Semakin tinggi dari permukaan bumi, udara semakin kering, radiasi ultraviolet semakin
tinggi, dan suhu semakin rendah sampai bagian puncak troposfer. Hanya spora yang dapat
bertahan dalam kondisi ini, dengan demikian, mikroba yang masih mampu bertahan pada
ketinggian adalah mikroba dalam fase spora dan bentuk-bentuk resisten lainnya.
D. Macam- macam penyakit yang ditularkan melalui udara
1. Tuberkolosis (TBC)
Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang sangat mudah sekali dalam
penularannya. Penderita TBC biasanya mengalami batuk yang berkepanjangan sebagai
gejala utama selama beberapa minggu yang diikuti dengan demam tinggi. Biasanya demam
menyerang pada malam hari, namun ketika siang demam akan berkurang bahkan
cenderung turun dan akan datang lagi bila mulai menjelang malam. Orang yang terkena
TBC, daya tahan tubuhnya akan menurun secara drastis, nafsu makan berkurang, dan berat
badan juga menurun dengan sangat cepat, rasa lelah dan batuk-batuk. Ini terjadi jika infeksi
awal telah berkembang menjadi progressive tuberculosis yang menjangkiti organ paru dan
organ tubuh lainnya.
Dalam kasus reactivation tuberculosis, infeksi awal tubercilosis (primary tuberculosis)
mungkin telah lenyap tetapi bakterinya tidak mati melainkan hanya “tidur” untuk
sementara waktu. Bakteri ini akan aktif apabila kondisi tubuh sedang tidak fit dan dalam
imunitas yang rendah. Bila penyakit ini semakin progresif maka bakteri yang aktif akan
merusak jaringan paru-paru dan berbentuk rongga-rongga (lubang) pada paru-paru
penderita, maka si penderita akan batuk-batuk dan memproduksi sputum (dahak) yang
bercampur darah. Bila tidak segera dilakukan tindakan penanganan maka akan dapat
menimbulkan kematian pada si penderita. Penderita yang tidak berobat dapat menularkan
penyakitnya kepada orang disekitarnya.
Pada umumnya penularan TBC terjadi secara langsung ketika sedang berhadap-hadapan
dengan si penderita, yaitu melalui ludah dan dahak yang keluar dari batuk dan hembusan
nafas penderita. Secara tidak langsung dapat juga melalui debu, Lama terkumpulnya
kuman sampai timbulnya gejala penyakit dari yang berbulan-bulan sampai tahunan
membuat penyakit ini digolongkan penyakit kronis (Krisno, 2010).
2. Meningitis
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau
selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai
organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan
berpindah kedalam cairan otak.
Pasien yang diduga mengalami Meningitis haruslah dilakukan suatu pemeriksaan
yang akurat, baik itu disebabkan virus, bakteri ataupun jamur. Hal ini diperlukan untuk
spesifikasi pengobatannya, karena masing-masing akan mendapatkan therapy sesuai
penyebabnya.
Meningitis yang disebabkan oleh virus umumnya tidak berbahaya, akan pulih tanpa
pengobatan dan perawatan yang spesifik. Namun Meningitis disebabkan oleh bakteri bisa
mengakibatkan kondisi serius, misalnya kerusakan otak, hilangnya pendengaran,
kurangnya kemampuan belajar, bahkan bisa menyebabkan kematian. Sedangkan
Meningitis disebabkan oleh jamur sangat jarang, jenis ini umumnya diderita orang yang
mengalami kerusakan immun (daya tahan tubuh) seperti pada penderita AIDS.
Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis diantaranya:
1. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus).
2. Neisseria meningitidis (meningococcus).
3. Haemophilus influenzae (haemophilus).
4. Listeria monocytogenes (listeria).
5. Bakteri lainnya yang juga dapat menyebabkan meningitis adalah Staphylococcus
aureus dan Mycobacterium tuberculosis.
3. Flu Burung
Avian Influenza atau flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh virus influenza H5N1. Virus yang membawa penyakit ini terdapat pada unggas dan
dapat menyerang manusia. Flu burung terkadang sulit terdeteksi pada stadium awal, karena
gejala klinis penyakit ini sangat mirip dengan gejala flu biasa,antara lain demam, sakit
tenggorokan, batuk, pilek, nyeri otot, sakit kepala, dan lemas. Namun, dalam waktu singkat
penyakit ini dapat menyerang paru-paru dan menyebabkan peradangan (pneumonia). Jika
tidak dilakukan penanganan segera, pada banyak kasus penderita akan meninggal dunia.
Walaupun secara umum virus H5N1 tidak menyerang manusia, dalam beberapa kasus
tertentu virus mengalami mutasi lebih ganas sehingga dapat menyerang manusia. Upaya
pencegahan penularan virus flu burung adalah senantiasa menjaga sanitasi lingkungan.
Pola hidup yang tidak menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan akan mempercepat
penyebaran virus ini. Selain itu, rajinlah mencuci tangan, jangan sembarangan mengorek
lubang hidung jika jemari belum dicuci dengan sabun. Waspadai semua kotoran unggas
peliharaan, kandang, sangkar maupun kotoran burung liar.
4. Pnemonia
Pneumonia atau yang dikenal dengan nama penyakit radang paru-paru ditandai
dengan gejala yang mirip dengan penderita selesma atau radang tenggorokan biasa, antara
lain batuk, panas, napas cepat, napas berbunyi hingga sesak napas, dan badan terasa lemas.
Penyakit ini umumnya terjadi akibat bakteri Streptococus pneumoniae dan Haemopilus
influenzae yang berterbangan di udara terhirup masuk ke dalam tubuh. Bakteri tersebut
sering ditemukan pada saluran pernapasan, baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Selain dapat menimbulkan infeksi pada paru-paru, bakteri berbahaya itu juga dapat
mengakibatkan radang selaput pada otak (meningitis) serta infeksi pembuluh darah yang
amat fatal.
Kasus pneumonia banyak terjadi di daerah yang sistem sanitasinya buruk. Untuk itu,
menjaga kebersihan di lingkungan sekitar anda menjadi syarat utama agar terhindar dari
penyakit ini, selain membiasakan diri untuk hidup bersih dan sehat. Biasakan mencuci
tangan menggunakan sabun dan segera periksakan diri ke dokter jika mendapati gejala
tersebut di atas (Waluyo, 2005).
5. SARS
Sindrom pernapasan akut parah atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
merupakan penyakit yang ditandai dengan gejala awal gangguan pernapasan berupa napas
pendek dan terkadang disertai batuk. Penyebab SARS adalah Coronavirus, yaitu virus yang
bersifat menular dan umumnya menyerang saluran pernapasan atas, virus ini juga dapat
menyebabkan flu. Penyebaran terbanyak penyakit ini adalah di Asia, terutama Cina dan
Hong Kong. Sementara itu, di Indonesia sendiri, menurut data terakhir Badan Kesehatan
Dunia (WHO) baru ditemukan 7 kasus suspect, 2 kasus probable, dan belum ada satu pun
kasus kematian akibat penyakit ini (WHO, 21 Juli 2006).
Sars adalah stadium lanjut dari pneumonia sehingga gejala awal yang dialami penderita
juga mirip dengan flu biasa. Namun, demam yang menyerang penderita SARS dapat
mencapai 38 derajat Celcius yang terkadang disertai dengan menggigil, sakit kepala,
perasaan lesu, serta nyeri tubuh.
E. Pengendalian penyakit yang terbawa udara
1. Imunisasi
Dengan pemberian vaksin rubella pada anak-anak laki-laki dan perempuan sejak dini
2. Metode sinar ultraviolet
Digunakan pada ruangan yang sesak dengan daya tembus jelek, merusak mata sehingga
sinar harus diarahkan ke langit-langit
3. Metode aliran udara satu arah
Digunakan di laboratorium industri ruang angkasa dengan batasan mahal untuk
pemanasan atau pengaturan udara
4. Metode sirkulasi ulang, udara tersaring
Digunakan di tempat apa saja dengan batasan penyaring harus sering diganti.
5. Metode pembakaran
Digunakan pada ventilasi udara dari cerobong yang didalamnya terdapat organisme
yang menginfeksi sedang dipindahkan (Volk and Wheeler, 1989).
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan mikroba di udara
Sejumlah faktor intrinsik dan lingkungan mempengaruhi dan distribusi jenis
mikroflora di udara. faktor intrinsik meliputi sifat dan keadaan fisiologis mikroorganisme
dan juga keadaan suspensi. Spora relatif lebih banyak daripada sel vegetatif. Hal ini
terutama karena sifat spora dorman yang memungkinkan mereka untuk mentolerir kondisi
yang tidak menguntungkan seperti pengeringan, kurangnya nutrisi yang cukup dan radiasi
ultraviolet. Demikian pula spora fungi berlimpah di udara karena spora merupakan alat
penyebaran penyebaran fungi.
Ukuran mikroorganisme merupakan faktor yang menentukan jangka waktu mereka
untuk tetap melayang di udara. Umumnya mikroorganisme yang lebih kecil dapat dengan
mudah dibebaskan ke udara dan tetap di sana selama jangka waktu lama. Miselium fungi
memiliki ukuran yang lebih besar dan karena itu tidak dapat bertahan lama di
udara. Keadaan suspensi memainkan peran penting keberadaan mikroorganisme di udara.
Semakin kecil suspensi, semakin besar kemungkinan mereka untuk tetap berada di
udara. Biasanya mereka melekat pada partikel debu dan air liur. Mikroorganisme yang ada
dalam partikel debu di udara hanya hidup untuk waktu yang singkat. Tetesan yang dibuang
ke udara melalui batuk atau bersin juga hanya dapat bertahan di udara untuk waktu singkat.
Namun jika ukuran suspensi menurun, mereka dapat bertahan lama di udara.
Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu
atmosfer, kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan kelembaban relatif
adalah dua faktor penting yang menentukan viabilitas dari mikroorganisme dalam aerosol.
Studi dengan Serratia marcesens dan E. coli menunjukkan bahwa kelangsungan hidup
udara terkait erat dengan suhu.
Pengaruh angin juga menentukan keberadaan mikroorganisme di udara. Pada udara
yang tenang, partikel cenderung turun oleh gravitasi. Tapi sedikit aliran udara dapat
menjaga mereka dalam suspensi untuk waktu yang relatif lama. Angin penting dalam
penyebaran mikroorganisme karena membawa mereka lebih jauh. Arus juga memproduksi
turbulensi udara yang menyebabkan distribusi vertikal mikroba udara. Pola cuaca global
juga mempengaruhi penyebaran vertikal. Ketinggian membatasi distribusi mikroba di
udara. Semakin tinggi dari permukaan bumi, udara semakin kering, radiasi ultraviolet
semakin tinggi, dan suhu semakin rendah sampai bagian puncak troposfer. Hanya spora
yang dapat bertahan dalam kondisi ini, dengan demikian, mikroba yang masih mampu
bertahan pada ketinggian adalah mikroba dalam fase spora dan bentuk-bentuk resisten
lainnya.
2.2 Peranan Mikroorganisme Dalam Kehidupan Sehari-hari
1.Mikroorganisme Pengubah dan Penghasil Makanan dan Minuman
Proses fermentasi dari suatu organisme dapat mengubah suatu makanan dan
minuman. Proses fermentasi merupakan perubahan enzimatik secara anaerob dari suatu
senyawa organik dan menjadi produk organik yang lebih sederhana. Mengapa
mikroorganisme dijadikan sebagai sumber makanan? Hal tersebut disebabkan
mikroorganisme dapat tumbuh menjadi dua kali lipat dan juga massa mikroba minimal
mengandung 40% protein dan memiliki kandungan vitamin dan mineral yang tinggi.
Beberapa jenis mikroorganisme dalam produk makanan dan minuman adalah sebagai
berikut.
a. Pembuatan Tape
Tape merupakan makanan hasil fermentasi yang mengandung alkohol. Makanan
ini dibuat dari beras ketan ataupun singkong dengan jamur Endomycopsis fibuligera,
Rhizopus oryzae, ataupun Saccharomyces cereviceae sebagai ragi. Ragi tersebut tersusun
oleh tepung beras, air tebu, bawang merah dan putih, kayu manis. Sebelum membuat tape
perlu diperhatikan untuk menghasilkan kualitas yang bagus, warnanya menarik, rasanya
manis dan strukturnya lembut dengan menggunakan cara antara lain:
a.bahan dasar singkong atau beras ketan memiliki kualitas baik;
b.memperhitungkan macam dan banyak ragi yang digunakan;
c.memilih cara pemasakan bahan dasar (ditanak atau direbus);
d.memilih cara menyimpan tape (dengan plastik atau daun);
e.memperhatikan keadaan lingkungan pada saat menyimpannya.
Adakalanya pembuatan tape ketan dilanjutkan yang akhirnya akan menghasilan brem, baik
untuk diminum atau untuk kue.
b. Pembuatan Tempe
Tempe adalah makanan yang populer di negara kita. Meskipun merupakan
makanan yang sederhana, tetapi tempe mempunyai atau mengandung sumber protein
nabati yang cukup tinggi. Tempe terbuat dari kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus sp.
Jamur ini akan mengubah protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi
protein sederhana yang mudah dicerna karena adanya perubahan-perubahan kimia pada
protein, lemak, dan karbohidrat.
Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan dihasilkan antibiotika yang akan
mencegah penyakit perut seperti diare.
c. Pembuatan Oncom
Oncom merupakan makanan yang dikenal di kawasan Jawa Barat. Oncom terbuat
dari ampas tahu, yaitu ampas kedelai dengan bantuan jamur Neurospora sitophila. Jamur
ini dapat menghasilkan zat warna merah atau oranye yang merupakan pewarna alami.
Neurospora dapat mengeluarkan enzim amilase, lipase protease yang aktif selama proses
fermentasi. Selain itu, juga dapat menguraikan bahan-bahan dinding sel ampas kacang
kedelai, singkong, atau kelapa. Fermentasi ini juga menyebabkan terbentuknya sedikit
alkohol dan berbagai ester yang beraroma sedap.
d. Pembuatan Kecap
Kecap terbuat dari kacang kedelai berwarna hitam. Untuk mempercepat fermentasi
biasanya dicampurkan sumber karbohidrat atau energi yang berbentuk tepung beras atau
nasi, sedangkan warna larutan kecap yang terjadi, tergantung pada waktu.
Perendaman kedelai dilakukan dalam larutan garam, maka pembuatan kecap dinamakan
fermentasi garam. Fermentasi pada proses pembuatan kecap dengan menggunakan jasmur
Aspergillus wentii dan Rhizopus sp. Coba Anda perhatikan beberapa kecap di pasaran, ada
yang kental, ada pula yang encer. Kecap yang kental karena banyak ditambahkan gula
merah, gula aren, atau gula kelapa, sedangkan kecap yang encer dikarenakan mengandung
lebih banyak garam. Ada juga kecap ikan, kecap udang, dan sebagainya. Itu bisa dilakukan
karena selama proses pembuatan ada penambahan sari ikan ataupun sari udang ke
dalamnya.
e. Pembuatan Asinan Sayuran
Asinan sayuran merupakan sayuran yang diawetkan dengan jalan fermentasi asam.
Bakteri yang digunakan adalah Lactobacillus sp., Streptococcus sp., dan Pediococcus.
Mikroorganisme tersebut mengubah zat gula yang terdapat dalam sayuran menjadi asam
laktat. Asam laktat yang terbentuk dapat membatasi pertumbuhan mikroorganisme lain dan
memberikan rasa khas pada sayuran yang difermentasi atau sering dikenal dengan nama
‘acar’.
f.Pembuatan Roti
Jika Anda makan roti atau donat, pernahkah Anda berpikir bila pembuatan roti atau donat
itu sebenarnya juga melalui proses fermentasi? Proses fermentasi ini dibantu dengan
bantuan yeast atau khamir yaitu sejenis jamur. Jika Anda mempunyai kesempatan
memperhatikan pembuatan roti atau donat, maka adonan tepung akan mengembang. Yeast
yang ditambahkan pada adonan tepung akan menjadikan proses fermentasi, yaitu akan
menghasilkan gas karbon dioksida dan alkohol. Gas karbon dioksida tersebut dapat
berguna untuk mengembangkan roti, sedangkan alkohol dibiarkan menguap. Selanjutnya,
akan terlihat jika adonan tersebut dioven akan tampak lebih mengembang dan ukurannya
membesar, hal ini dikarenakan gas akan mengembang jika temperatur tinggi. Hasilnya
seperti yang Anda lihat roti akan berwarna kekuningan dan lembut, tetapi jika tidak
beruntung roti akan keras dan padat (bantat).
g.Pembuatan Keju
Pada umumnya keju disukai banyak orang. Keju dibuat dari air susu yang diasamkan
dengan memasukkan bakteri, yaitu Lactobacillus bulgarius dan Streptococcus
thermophillus. Untuk mengubah gula susu (laktosa) menjadi asam susu (asam laktat) susu
dipanaskan terlebih dahulu pada suhu tertentu dengan maksud untuk membunuh bakteri
yang berbahaya agar berhasil dalam proses pembuatannya. Selanjutnya, ditambahkan
campuran enzim yang mengandung renin untuk menggumpalkan susu sehingga terbentuk
lapisan, yaitu berupa cairan susu yang harus dibuang, sedangkan bagian yang padat diperas
dan dipadatkan. Enzim tersebut akan menambah aroma dan rasa, juga akan mencerna
protein dan lemak menjadi asam amino.
Pada umumnya keju dapat dikelompokkan menurut kepadatannya yang dihasilkan dalam
proses pemasakan. Keju menjadi keras apabila kelembabannya kecil dan pemampatannya
besar. Jika masa inkubasinya semakin lama, maka keasamannya makin tinggi sehingga cita
rasanya makin tajam. Misalnya, keju romano, parmesan sebagai keju sangat keras, keju
cheddar, swiss sebagai keju keras yang berperan Propioniobacterium sp., keju roqueorforti
yang berperan Pennicilium reguerforti sebagai keju setengah lunak, keju camemberti
sebagai keju lunak yang berperan Pennicilium camemberti.
h.Pembuatan Yoghurt
Yoghurt merupakan minuman yang terbuat dari air susu. Apabila dibandingkan dengan
susu biasa, yoghurt dapat memberikan efek pengobatan terhadap lambung dan usus yang
terluka. Selain itu, yoghurt dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah sehingga
mencegah penyumbatan di pembuluh darah.
Dalam proses pembuatannya, air susu dipanaskan terlebih dahulu agar tidak terkontaminasi
bakteri yang lain. Setelah dingin, ke dalam air susu dimasukkan bakteri Lactobacillus
bulgaricus dan Streptococcus termophillus. Susu dibiarkan selama 4-6 jam pada suhu 38 C
– 44 C atau selama 12 jam pada suhu 32 C. Pada masa inkubasi akan dihasilkan asam
laktat, asam inilah yang membuat yoghurt berasa asam, dapat juga ditambahkan dengan
buah, kacang, atau rasa lain yang diinginkan.
i.Minuman Berakohol
Mikroorganisme yang digunakan adalah khamir dari genus Saccharomyces. Minuman
yang sangat terkenal yaitu anggur sebenarnya adalah buah anggur yang sudah mengandung
gula sehingga dapat digunakan secara langsung oleh ragi selama proses fermentasi. Pada
proses pembuatan minuman ini sudah tidak diperlukan tambahan gula lagi, apabila ingin
menambah cita rasa dapat ditambahkan buah-buahan dan gula secukupnya.
Bakteri yang digunakan adalah bakteri yang bersifat asam laktat karena buah anggur
mengandung asam malat yang tinggi. Bakteri tersebut akan mengubah asam malat menjadi
asam laktat yang lemah dan proses ini disebut fermentasi malolaktat sehingga hasil
minumannya memiliki rasa yang lebih baik dan sedikit asam. Bir sebenarnya merupakan
produk yang berasal dari tepung biji padi-padian yang difermentasi oleh ragi. Hanya ragi
tersebut tidak bisa menggunakan tepung itu secara langsung. Cara pembuatannya, yaitu
biji padi-padian dibiarkan untuk berkecambah terlebih dahulu, kemudian dikeringkan lalu
digiling, hasilnya disebut dengan malt yang berupa glukosa dan maltosa, dan proses
perubahan tersebut dinamakan dengan malting. Selanjutnya baru difermentasi oleh ragi
menjadi ethanol dan karbondioksida
j.ProteinSelTunggal(PST)
Mengingat jumlah penduduk yang semakin meningkat dan masalah penyediaan bahan
pangan yang semakin berkurang terasa adanya ketidakseimbangan antara hasil pertanian
dan kebutuhan, bahkan sumber protein yang belum mencapai sasaran sehingga diperlukan
cara baru melalui teknologi dengan hasil teknoprotein yang dinamanakan Protein sel
tunggal (PST). Protein sel tunggal merupakan protein yang dihasilkan oleh
mikroorganisme misalnya ganggang, bakteri dan berada di dalam sel mikroorganisme
tersebut, coba Anda buka kembali pelajaran kelas X. Mikroorganisme tersebut memiliki
protein yang beratnya mencapai 80 % dari berat total sel. Jika mikroorganisme tersebut
memiliki kemampuan reproduksi yang sangat cepat, maka akan dihasilkan protein dalam
jumlah yang banyak dalam waktu yang singkat.
2.3 Peranan Mikrobiologi Dalam Kesehatan Lingkungan
Dapat dikatakan ‘peran mikrobiologi dalam bidang kesehatan’ memiliki pengertian
bahwa mikrobiologi sebagai ilmu yang mempelajari mikroorganisme mempunyai
kedudukan yang begitu pentingnya dalam rangka menjaga kondisi optimal tubuh manusia,
meliputi pencegahan dan penanggulangan dari berbagai macam penyakit.
Seperti yang telah dikatakan bahwa sebagian besar mikroorganisme dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit atau dapat dikatakan bersifat patogen. Adapun
derajat kemampuan suatu mikroba sehingga menyebabkan infeksi disebut virulensi.
Semakin besar derajat virulensi suatu mikroba menandakan bahwa mikroba tersebut besar
pula peluangnya untuk menimbulkan infeksi/penyakit pada manusia ataupun makhluk
hidup lainnya.
Penyakit yang berasal dari mikroorganisme dapat tersebar melalui berbagai
macam media, diantaranya:
1. Melalui udara
Berikut contoh dari mikroba dan penyakit yang dibawanya melalui perantaraan udara:
 Corynebacterium diphtheriae; menyebabkan penyakit difteri
 Streptococcus pyogenes; menyebabkan penyakit faringitis, demam rematik, dan
glomerulonefritis
 Mycobacterium tuberculosis; menyebabkan TBC
 Streptococcus pneumonia; menyebabkan pneumonia
 Neisseria meningitis; menyebabkan meningitis/radang selaput otak
 Bordetella pertussis; menyebabkan penyakit saluran pernapasan akut
 Rhinovirus; menyebabkan salesma
 Influenzavirus; menyebabkan influenza
2. Melalui makanan
Adapun contoh dari mikroba dan penyakit yang dibawanya melalui perantaraan makanan:
 Salmonelosis
 Staphilococcus aureus
 Clostridium botolinum; penyebab penyakit botulisme
 Clostridium perfringens; penyebab perfringens
 Vibrio parahaemolyticus; terdapat pada seafood
 Bacillus cereus pada nasi basi, E.Coli, dan Proteus sp
 Genus Aspergillus yang menghasilkan alfatoksin
 Echovirus, Coxsackievirus, Reovirus, Adenovirus, virus hepatitis, virus poliomyelitis
3. Melalui air
Berikut beberapa contoh dari penyebaran penyakit dari mikroorganisme melalui
perantaraan air:
 Salmonella typhi; menyebabkan demam tifoid
 Shigella sp; menyebabkan disentri basiler
 Vibrio cholerae; menyebabkan kolera
 Entamoeba histolytica; menyebabkan disentri amoeba
4. Melalui serangga
Adapun contoh dari mikroba dan penyakit yang dibawanya melalui perantaraan serangga:
 Trypanosoma gambiaense; menyebabkan penyakit tidur
 Plasmodium vivax, Plasmodium malariae; menyebabkan penyakit malaria
 Togavirus; menyebabkan demam dengue
Perlu kita sadari, dikarenakan begitu banyaknya penyakit yang ditimbulkan dari
keberadaan mikroorganisme di lingkungan sekitar kita. Oleh karena itu kita selayaknya
melakukan pencegahan dari adanya mikroorganisme patogen agar potensi dari penyakit
yang mungkin timbul dapat kita hindari. Ada banyak teknik yang dilakukan untuk
mencegah keberadaan mikroorganisme di lingkungan atau dalam istilah mikrobiologi
disebut teknik aseptik.
Teknik aseptik dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian, diantaranya:
a) Sterilisasi
Sterilisasi berfungsi mencegah keberadaan mikroorganisme di lingkungan. Ada berbagai
macam teknik sterilisasi yang telah digunakan saat ini, yaitu:
 Secara fisik; dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, diantaranya sistem basah
seperti dengan autoklaf, perebusan, dan udara panas; sistem kering seperti dengan oven,
api langsung, filtrasi; sistem radiasi dengan sinar UV, X-Rays, dan sinar gamma.
 Secara kimiawi; menggunakan senyawa kimia untuk pencegahan keberadaan
mikroorganisme seperti alkohol, klorin, formaldehyde, peroxides, iodin, dan yang lainnya.
b) Desinfeksi
Desinfeksi berfungsi membunuh keberadaan mikroorganisme dengan menggunakan
senyawa kimia seperti klorin.
c) Sanitasi
Sanitasi berfungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisme langsung di dekat sumber
pencemar seperti penggunaan tangki septik di rumah tangga atau instalasi pengolahan
limbah baik secara komunal ataupun terpusat.
Di samping keberadaannya sebagai patogen (penyebab dari penyakit) seperti yang
disebutkan tadi, sebenarnya mikroorganisme memiliki berbagai manfaat juga di bidang
kesehatan, diantaranya:
1) Produksi penisilin
Seperti yang telah kita ketahui bahwa penisilin merupakan bahan baku pembuatan
antibiotik (zat yang dapat menghambat keberadaan bakteri) yang berguna dalam upaya
penyembuhan dari berbagai penyakit. Perlu kita ketahui sebenarnya penisilin dihasilkan
oleh mikroorganisme sejenis kapang (Penicillium notatum) yang telah diteliti oleh
Alexander Fleming. Adapun dalam skala industri, pembuatan penisilin melalui berbagai
tahapan, diantaranya:
 Pembuatan medium; yang nantinya digunakan sebagai medium tumbuh dan berkembang
bagi kapang Penicillium notatum.
 Pembuatan inokulum; biakan murni haruslah didapatkan agar produksi penisilin dapat
berlangsung maksimal.
 Fermentasi; biakan yang telah ditanamkan pada medium dibiarkan pada suhu optimal
tumbuh mikroorganisme pada waktu tertentu.
 Penyaringan penisilin; penisilin yang telah dihasilkan dari biakan disaring melalui filter
agar mendapatkan penisilin murni yang nantinya diolah menjadi antibiotik.
2) Pembuatan vaksin
Vaksin adalah virus yang telah dilemahkan. Contoh dari vaksin seperti: vaksin
cacar (oleh Edward Jenner), vaksin kolera ayam, antrax, dan rabies (oleh Louis Pasteur),
serta masih banyak lagi vaksin yang telah ditemukan hingga saat ini.
Adapun vaksin dapat diperoleh melalui Postulat River, yaitu:
 Agen virus harus ditemukan dalam cairan tubuh sewaktu sakit atau dari sel yang
menunjukkan lesio spesifik.
 Agen virus yang diperoleh dari penderita infeksi harus dapat menimbulkan penyakit pada
individu lain dalam bentuk antibodi terhadap virus tersebut.
 Jika sudah diketahui virus spesifik, virus diisolasi di laboratorium untuk kemudian
dilemahkan kemampuannya untuk menginfeksi.
 Setelah diperoleh virus yang ‘lemah’, kemudian virus dibiakan untuk nantinya
diinjeksikan pada individu sehat agar terbentuk antibodi pada individu tersebut sehingga
dapat mencegah infeksi virus di kemudian hari.
3) Produksi enzim
Diantara enzim yang dapat disintesis mikroorganisme: Pektinase, Invertase,
Amilase, dan Protease. Menggunakan teknik enzim yang diimobilisasi, dalam teknik ini
enzim ‘ diikat’ (dibuat tidak mobil) pada suatu matriks yang tidak dapat larut; kemudian
substrat dilakukan pada lapisan enzim yang diimobilisasi ini dan pada saat yang bersamaan
enzim akan mengubah substrat tersebut.
Adapun keuntungan dalam penggunaan teknik imobilisasi tersebut, yaitu: enzim
dapat digunakan berulang-ulang dan tidak hilang atau rusak, di samping itu penggunaan
enzim menjadi jauh lebih panjang; serta enzim yang dihasilkan tidak menimbulkan
kontaminasi terhadap produk.
4) Pengubahan steroid
Beberapa mikroorganisme juga diketahui dapat mengubah steroid menjadi kortison
steroid, yang pada tahun 1949 telah dipertunjukkan bahwa kortison steroid berpengaruh
nyata dalam pengobatan rematoid artritis. Juga telah dikenali sebagai bahan terapeutik
yang sangat bermanfaat bagi pengobatan artritis, rematik, leukemia, anemia hemolitik, dll.
2.4 Mikrobiologi Berperan Dalam Pengelolaan Lingkungan
Mikroba terdapat dimana-mana di sekitar kita, ada yang menghuni tanah air dan
atmosfer planet kita. Adanya mikroba di planet lain diluar bumi telah diselidiki pula,
namun sejauh ini di ruang angkasa belum menampakkan adanya mikroba. studi tentang
mikroba yang ada di lingkungan alamiahnya disebut ekologi mikroba . Ekologi merupakan
bagian biologi yang berkenaan dengan studi mengenai hubungan organisme atau kelompok
organisme dengan lingkungannya.
Saat ini mikroba banyak dimanfaatkan di bidang lingkungan, yang berperan
membantu memperbaiki kualitas lingkungan. Terutama untuk mengatasi masalah
pencemaran lingkungan, baik di lingkungan tanah maupun perairan. Bahan pencemar dapat
bermacam-macam mulai dari bahan yang berasal dari sumber-sumber alami sampai bahan
sintetik, dengan sifat yang mudah dirombak (biodegradable) sampai sangat sulit bahkan
tidak bisa dirombak (rekalsitran/ nonbiodegradable) maupun bersifat meracun bagi jasad
hidup dengan bahan aktif tidak rusak dalam waktu lama (persisten). Dalam hal ini akan
dibahas beberapa pemanfaatan mikroba dalam proses peruraian bahan pencemar dan peran
lainnya untuk mengatasi bahan pencemar.
A. PERURAIAN / BIODEGRADASI BAHAN PENCEMAR (POLUTAN)
1. Mikroba dalam pembersihan air
Dalam air baik yang kita anggap jernih, sampai terhadap air yang keadaannya sudah kotor
atau tercemar, di dalamnya akan terkandung sejumlah ke-hidupan, yaitu misalnya yang
berasal dari sumur biasa, sumur pompa, sumber mata-air dan sebagai-nya, di dalamnya
terdiri dari bakteri, yaitu :
– Kelompok bakteri besi (misalnya Crenothrix dan Sphaerotilus) yang mampu
mengoksidasi senyawa ferro menjadi ferri. Akibat kehadirannya, air sering
berubah warna kalau disimpan lama yaitu warna kehitam-hitaman, kecoklat-
coklatan, dan sebagainya.
– Kelompok bakteri belerang (antara lain Chromatium dan Thiobacillus) yang
mampu mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S. Akibatnya kalau air
disimpan lama akan tercium bau busuk seperti bau telur busuk.
– Kelompok mikroalge (misalnya yang termasuk mikroalga hijau, biru dan kersik),
sehingga kalau air disimpan lama di dalamnya akan nampak jasad-jasad yang
berwarna hijau, biru atau pun kekuning-kuningan, tergantung kepada
dominasi jasad-jasad tersebut serta lingkungan yang mempengaruhinya.
Kehadiran kelompok bakteri dan mikroalga tersebut di dalam air, dapat
menyebabkan terjadinya penurunan turbiditas dan hambatan aliran, karena kelompok
bakteri besi dan belerang dapat membentuk serat atau lendir. Akibat lainnya adalah
terjadinya proses korosi (pengkaratan) terhadap benda-benda logam yang berada di
dalamnya, menjadi bau, berubah warna, dan sebagainya.
Mikroba yang terdapat dalam air limbah kebanyakan berasal dari tanah dan saluran
pencernaan. Bakteri colon (coliforms) terutama Escherichia coli sering digunakan sebagai
indeks pencemaran air. Bakteri tersebut berasal dari saluran pencernaan manusia dan
hewan yang dapat hidup lama dalam air, sehingga air yang banyak mengandung bakteri
tersebut dianggap tercemar. Untuk mengurangi mikroba pencemar dapat digunakan
saringan pasir atau trickling filter yang segera membentuk lendir di permukaan bahan
penyaring, sehingga dapat menyaring bakteri maupun bahan lain untuk penguraian.
Penggunaan lumpur aktif juga dapat mempercepat perombakan bahan organik yang
tersuspensi dalam air.
Secara kimia digunakan indeks BOD (biological oxygen demand) dan COD
(chemical oxygen demand). Prinsip perombakan bahan dalam limbah adalah oksidasi, baik
oksidasi biologis maupun oksidasi kimia. Semakin tinggi bahan organik dalam air
menyebabkan kandungan oksigen terlarut semakin kecil, karena oksigen digunakan oleh
mikroba untuk mengoksidasi bahan organik. Adanya bahan organik tinggi dalam air
menyebabkan kebutuhan mikroba akan oksigen meningkat, yang diukur dari nilai BOD
yang meningkat. Untuk mempercepat perombakan umumnya diberi aerasi untuk
meningkatkan oksigen terlarut, misalnya dengan aerator yang disertai pengadukan.
Setelah terjadi perombakan bahan organik maka nilai BOD menurun sampai nilai
tertentu yang menandakan bahwa air sudah bersih. Dalam suasana aerob bahan-bahan
dapat dirubah menjadi sulfat, fosfat, ammonium, nitrat, dan gas CO2yang menguap. Untuk
menghilangkan sulfat, ammonium dan nitrat dari air dapat menggunakan berbagai cara.
Dengan diberikan suasana yang anaerob maka sulfat direduksi menjadi gas H2S,
ammonium dan nitrat dirubah menjadi gas N2O atau N2.
2. Mikroba perombak deterjen
Alkil Benzil Sulfonat (ABS) adalah komponen detergen, yang merupakan zat aktif
yang dapat menurunkan tegangan muka sehingga dapat digunakan sebagai pembersih.
ABS mempunyai Na-sulfonat polar dan ujung alkil non-polar. Pada proses pencucian,
ujung polar ini menghadap ke kotoran (lemak) dan ujung polarnya menghadap keluar (ke-
air). Bagian alkil dari ABS ada yang linier dan non-linier (bercabang). Bagian yang
bercabang ABS-nya lebih kuat dan berbusa, tetapi lebih sukar terurai sehingga
menyebabkan badan air berbuih. Sulitnya peruraian ini disebabkan karena atom C tersier
memblokir beta-oksidasi pada alkil. Hal ini dapat
dihindari apabila ABS mempunyai alkil yang linier.
3. Mikroba perombak plastik
Plastik banyak kegunaannya tetapi polimer sintetik plastik sangat sulit dirombak
secara alamiah. Hal ini mengakibatkan limbah yang plastik semakin menumpuk dan dapat
mencemari lingkungan. Akhir-akhir ini sudah mulai diproduksi plastik yang mudah terurai.
Plastik terdiri atas berbagai senyawa yang terdiri polietilen, polistiren, dan polivinil
klorida. Bahan-bahan tersebut bersifat inert dan rekalsitran. Senyawa lain penyusun plastik
yang disebut plasticizers terdiri: (a) ester asam lemak (oleat, risinoleat, adipat, azelat, dan
sebakat serta turunan minyak tumbuhan, (b) ester asam phthalat, maleat, dan fosforat.
Bahan tambahan untuk pembuatan plastik seperti Phthalic Acid Esters (PAEs) dan
Polychlorinated Biphenyls (PCBs) sudah diketahui sebagai karsinogen yang berbahaya
bagi lingkungan walaupun dalam konsentrasi rendah.
Dari alam telah ditemukan mikroba yang dapat merombak plastik, yaitu terdiri
bakteri, aktinomycetes, jamur dan khamir yang umumnya dapat menggunakan plasticizers
sebagai sumber C, tetapi hanya sedikit mikroba yang telah ditemukan mampu merombak
polimer plastiknya yaitu jamur Aspergillus fischeri dan Paecilomyces sp. Sedangkan
mikroba yang mampu merombak dan menggunakan sumber C dari plsticizers yaitu jamur
Aspergillus niger, A. Versicolor, Cladosporium sp.,Fusarium sp., Penicillium
sp.,Trichoderma sp., Verticillium sp., dan khamir Zygosaccharomyces drosophilae,
Saccharomyces cerevisiae, serta bakteri Pseudomonas aeruginosa, Brevibacterium sp. dan
aktinomisetes Streptomyces rubrireticuli.
Untuk dapat merombak plastik, mikroba harus dapat mengkontaminasi lapisan
plastik melalui muatan elektrostatik dan mikroba harus mampu menggunakan komponen
di dalam atau pada lapisan plastik sebagai nutrien. Plasticizers yang membuat plastik
bersifat fleksibel seperti adipat, oleat, risinoleat, sebakat, dan turunan asam lemak lain
cenderung mudah digunakan, tetapi turunan asam phthalat dan fosforat sulit digunakan
untuk nutrisi. Hilangnya plasticizers menyebabkan lapisan plastik menjadi rapuh, daya
rentang meningkat dan daya ulur berkurang.
3. Minyak Bumi
Minyak bumi tersusun dari berbagai macam molekul hidrokarbon alifatik, alisiklik,
dan aromatik. Mikroba berperanan penting dalam menguraikan minyak bumi ini.
Ketahanan minyak bumi terhadap peruraian oleh mikroba tergantung pada struktur dan
berat molekulnya.
Fraksi alkana rantai C pendek, dengan atom C kurang dari 9 bersifat meracun
terhadap mikroba dan mudah menguap menjadi gas. Fraksi n-alkana rantai C sedang
dengan atom C 10-24 paling cepat terurai. Semakin panjang rantaian karbon alkana
menyebabkan makin sulit terurai. Adanya rantaian C bercabang pada alkana akan
mengurangi kecepatan peruraian, karena atom C tersier atau kuarter mengganggu
mekanisme biodegradasi.
Apabila dibandingkan maka senyawa aromatik akan lebih lambat terurai dari pada
alkana linier. Sedang senyawa alisiklik sering tidak dapat digunakan sebagai sumber C
untuk mikroba, kecuali mempunyai rantai samping alifatik yang cukup panjang. Senyawa
ini dapat terurai karena kometabolisme beberapa strain mikroba dengan metabolisme
saling melengkapi. Jadi walaupun senyawa hidrokarbon dapat diuraikan oleh mikroba,
tetapi belum ditemukan mikroba yang berkemampuan enzimatik lengkap untuk penguraian
hidrokarbon secara sempurna.
4. Sampah
Mikroba (fungi dan bakteri) secara tradisional berfungsi sebagai decomposer
(pengurai). Makhluk hidup yang telah mati akan diuraikan oleh mereka menjadi unsur-
unsur yang lebih mikro. Tanpa adanya mikroba decomposer, bumi kita ini akan dipenuhi
oleh bangkai dalam jumlah banyak. Mikroba decomposer inilah yang digunakan untuk
pengolahan sampah/limbah. Teknologi lingkungan yang terbaru telah memungkinkan
pengolahan sampah/limbah dengan perspektif lain. Sampah pada awalnya dipilah antara
organik dan non organik. Sampah non organik akan didaur ulang, sementara sampah
organik akan mengalami proses lanjutan pembuatan kompos. Proses tersebut adalah
menciptakan kondisi yang optimum supaya kompos dapat dibuat dengan baik. Optimasi
kondisi tersebut, selain desain alat yang baik dan ventilasi untuk proses aerasi, adalah juga
menciptakan kondisi optimum bagi mikroba composter untuk melaksanakan proses
composting. Parameter optimasinya bisa berupa keasaman, suhu, dan medium
pertumbuhan. Jika parameter tersebut diperhatikan, maka proses composting diharapkan
bisa efektif dan efisien.
B. PERAN LAIN MIKROBA UNTUK MENGATASI MASALAH PENCEMARAN
1. Biopestisida
Pestisida mikroba termasuk biopestisida yang telah banyak digunakan untuk
menggantikan pestisida kimia sintetik yang banyak mencemari lingkungan. Penggunaan
pestisida mikroba merupakan bagian dari pengendalian hama secara hayati menggunakan
parasit, hiperparasit, dan predator. Salah satu keuntungan pestisida yang dikembangkan
dari mikroba adalah (a) dapat berkembang biak secara cepat dalam jasad inangnya
(hospes), (b) dapat bertahan hidup di luar hospes, (c) sangat mudah tersebar di alam.
Namun mempunyai kelemahan tidak secara aktif mencari hospes atau hama sasarannya.
Mikroba yang telah dikembangkan untuk biopestisida adalah berbagai macam
mikroba sebagai berikut:
a. Virus penyebab penyakit hama, seperti NPV (nuclear polyhidrosis virus), CPV
(cytoplasmic polyhidrosis virus), dan GV (granulosis virus) untuk mengendalikan
Lepidoptera. Baculovirus untuk mengendalikan Lepidoptera, Hymenoptera, dan diptera.
b. Bakteri yang dapat mematikan serangga hama, yang terkenal adalah Bacillus
thuringiensis (Bt). Bakteri ini dapat digunakan untuk mengendalikan Lepidoptera,
Hymenoptera, diptera, dan coleoptera. Bakteri ini dapat menghasilkan kristal protein
toksin yang dapat mematikan serangga hama. Selain itu ada bakteri lain seperti
Pseudomonas aeruginosa dan Proteus vulgaris untuk mengendalikan belalang,
Pseudomonas septica dan Bacillus larvae untuk hama kumbang, Bacillus sphaericus
untuk mengendalikan nyamuk, dan B. Moritai untuk mengendalikan lalat.
c. Jamur yang termasuk entomophagus dapat digunakan untuk mengendalikan hama.
Sebagai contoh Metarhizium anisopliae dapat digunakan untuk mengendalikan
kumbang Rhinoceros dan belalang cokelat. Beauveria bassiana untuk mengendalikan
kumbang kentang, Nomurea rilevi untuk mengendalikan lepidoptera, Paecylomyces
lilacinus dan Gliocladium roseum dapat digunakan untuk mengendalikan nematoda.
2. Logam Berat
Limbah penambangan emas dan tembaga (tailing) yang banyak mengandung logam
berat terutama air raksa (Hg), industri logam dan penyamakan kulit banyak menghasilkan
limbah logam berat terutama cadmium (Cd), serta penggunaan pupuk (misalnya pupuk
fosfat) yang mengandung logam berat seperti Hg, Pb, dan Cd, sekarang banyak
menimbulkan masalah pencemaran logam berat. Logam berat dalam konsentrasi rendah
dapat membahayakan kehidupan karena afinitasnya yang tinggi dengan sistem enzim
dalam sel, sehingga menyebabkan inaktivasi enzim dan berbagai gangguan fisiologi sel.
Bakteria dapat menghasilkan senyawa pengkhelat logam yang berupa ligan
berberat molekul rendah yang disebut siderofor. Siderofor dapat membentuk kompleks
dengan logam-logam termasuk logam berat. Umumnya pengkhelatan logam berat oleh
bakteri adalah sebagai mekanisme bakteri untuk mempertahankan diri terhadap toksisitas
logam. Bakteri yang tahan terhadap toksisitas logam berat mengalami perubahan sistem
transport di membran selnya, sehingga terjadi penolakan atau pengurangan logam yang
masuk ke dalam sitoplasma. Dengan demikian logam yang tidak dapat melewati membran
sel akan terakumulasi dan diendapkan atau dijerap di permukaan sel.
Untuk mengambil logam berat yang sudah terakumulasi oleh bakteri, dapat dilakukan
beberapa cara. Logam dari limbah cair dapat dipisahkan dengan memanen mikroba. Logam
yang berada dalam tanah lebih sulit untuk dipisahkan, tetapi ada cara pengambilan logam
menggunakan tanaman pengakumulasi logam berat. Tanaman yang termasuk sawi-sawian
(misal Brassica juncea) dapat digunakan bersama-sama dengan rhizobacteria
pengakumulasi logam (misal Pseudomonas fluorescens) untuk mengambil logam berat
yang mencemari tanah. Selanjutnya logam yang telah terserap tanaman dapat dipanen dan
dibakar untuk memisahkan logam beratnya.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa mikroorganisme
memegang peranan penting dalam aktivitas perombakan di dalam tanah karena tanpa
aktivitas mikroba maka segala kehidupan di bumi ini lambat laun akan terhambat, selain
itu mikroba juga berperan dalam siklus energi, siklus hara, pembentukan agregat tanah, dll.
Jika setiap mikroorganisme mampu untuk beradaptasi dengan baik terhadap
perubahan lingkungan (tanah) maka populasinya bisa lestari atau tetap bertahan hidup,
jikalau tidak bisa maka populasinya diganti dengan mikroba lainnya. Perubahan
lingkungan itu bisa saja perubahan fisik maupun kimiawi
3.2 Saran
Setelah mempelajari tentang mikrobiologi ini kiranya kita dapat memanfaatkan
semaksimal mungkin materi ini sehingga kita dapat mengerti dan tentang mikrobioloogi,
saya sadar dan mengakuinya, masih banyak kesalahan dan kekurangan yang harus ditutupi.
Oleh karena itu saya dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari para pembaca
guna dan tujuan untuk memperbaiki dan melengkapi apa yang kurang dalam makalah saya
ini.

More Related Content

What's hot

Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumLaporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumRukmana Suharta
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan MediumLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan MediumRukmana Suharta
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan MikroorganismeLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan MikroorganismeRukmana Suharta
 
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi FungiLaporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi FungiRukmana Suharta
 
Pengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhanaPengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhanaTidar University
 
04 isolasi dan inokulasi
04 isolasi dan inokulasi04 isolasi dan inokulasi
04 isolasi dan inokulasiSyahrir Ghibran
 
Pengenalan peralatan laboratorium kimia sederhana
Pengenalan peralatan laboratorium kimia sederhanaPengenalan peralatan laboratorium kimia sederhana
Pengenalan peralatan laboratorium kimia sederhanaKlara Tri Meiyana
 
Laporan praktikum biokimia vitamin c
Laporan praktikum biokimia   vitamin cLaporan praktikum biokimia   vitamin c
Laporan praktikum biokimia vitamin cAnnisa Nurul Chaerani
 
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan KelasPP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan KelasMuhamad Imam Khairy
 
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - MikrobiologiPewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - MikrobiologiIrawati Nurani
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimFransiska Puteri
 
Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri AgataMelati
 
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasiLaporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasiDian Khairunnisa
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANsrinova uli
 
Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiGoogle
 

What's hot (20)

Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumLaporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan MediumLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan MikroorganismeLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pewarnaan Mikroorganisme
 
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi FungiLaporan Mikrobiologi -  Pengamatan Morfologi Fungi
Laporan Mikrobiologi - Pengamatan Morfologi Fungi
 
Pengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhanaPengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhana
 
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat HaraPenyerapan dan Transpor Zat Hara
Penyerapan dan Transpor Zat Hara
 
04 isolasi dan inokulasi
04 isolasi dan inokulasi04 isolasi dan inokulasi
04 isolasi dan inokulasi
 
Pengenalan peralatan laboratorium kimia sederhana
Pengenalan peralatan laboratorium kimia sederhanaPengenalan peralatan laboratorium kimia sederhana
Pengenalan peralatan laboratorium kimia sederhana
 
Laporan praktikum biokimia vitamin c
Laporan praktikum biokimia   vitamin cLaporan praktikum biokimia   vitamin c
Laporan praktikum biokimia vitamin c
 
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan KelasPP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
PP RI No. 82 Tahun 2001 tentang Kriteria Air Berdasarkan Kelas
 
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - MikrobiologiPewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 EnzimLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Enzim
 
Pengenalan Alat
Pengenalan AlatPengenalan Alat
Pengenalan Alat
 
Laporan isolasi bakteri
Laporan isolasi bakteriLaporan isolasi bakteri
Laporan isolasi bakteri
 
Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri Acara 2 Kompleksometri
Acara 2 Kompleksometri
 
Laporan praktikum reagen
Laporan praktikum reagenLaporan praktikum reagen
Laporan praktikum reagen
 
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasiLaporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
Laporan sterilisasi, pembuatan media, dan teknik inokulasi
 
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUANlaporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
laporan praktikum farmakologi I PENDAHULUAN
 
Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologi
 
Xenobiotik
XenobiotikXenobiotik
Xenobiotik
 

Similar to Tugas makalah mikrobiologi

Biodiversitas bioindikator biologi
Biodiversitas bioindikator biologiBiodiversitas bioindikator biologi
Biodiversitas bioindikator biologisusierlianti
 
Dasar dasar mikrobiologi
Dasar dasar mikrobiologiDasar dasar mikrobiologi
Dasar dasar mikrobiologititamranda
 
Makalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem LautMakalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem LautGoogle
 
MAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docx
MAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docxMAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docx
MAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docxMegasilviaPare
 
Makalah hilda
Makalah hildaMakalah hilda
Makalah hildaHildaGL
 
Peranan mikroorganisme
Peranan mikroorganismePeranan mikroorganisme
Peranan mikroorganismeDendhy Nugraha
 
Laporan mikro air bersih
Laporan mikro air bersihLaporan mikro air bersih
Laporan mikro air bersihVioniYuliza
 
INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...
INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...
INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...Asramid Yasin
 
MAKALAH BARU 11.docx
MAKALAH BARU 11.docxMAKALAH BARU 11.docx
MAKALAH BARU 11.docxTIRASBALYO
 
Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"
Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"
Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"Biology Education
 
PENDAHULUAN KULIAH PENC LINGK 2020 (1).ppt
PENDAHULUAN KULIAH PENC LINGK  2020 (1).pptPENDAHULUAN KULIAH PENC LINGK  2020 (1).ppt
PENDAHULUAN KULIAH PENC LINGK 2020 (1).pptTIRASBALYO
 
Laporan praktikum ekologi hewan UMMY Solok
Laporan praktikum ekologi hewan UMMY SolokLaporan praktikum ekologi hewan UMMY Solok
Laporan praktikum ekologi hewan UMMY Solokhimabioummy
 

Similar to Tugas makalah mikrobiologi (20)

Biodiversitas bioindikator biologi
Biodiversitas bioindikator biologiBiodiversitas bioindikator biologi
Biodiversitas bioindikator biologi
 
133564471 mikroorganisme-pada-air-bersih-fix
133564471 mikroorganisme-pada-air-bersih-fix133564471 mikroorganisme-pada-air-bersih-fix
133564471 mikroorganisme-pada-air-bersih-fix
 
133564471 mikroorganisme-pada-air-bersih-fix
133564471 mikroorganisme-pada-air-bersih-fix133564471 mikroorganisme-pada-air-bersih-fix
133564471 mikroorganisme-pada-air-bersih-fix
 
Alga bioindikator
Alga bioindikatorAlga bioindikator
Alga bioindikator
 
Zaki ppt,
Zaki ppt,Zaki ppt,
Zaki ppt,
 
Dasar dasar mikrobiologi
Dasar dasar mikrobiologiDasar dasar mikrobiologi
Dasar dasar mikrobiologi
 
Makalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem LautMakalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem Laut
 
Mikro laporan
Mikro laporanMikro laporan
Mikro laporan
 
Limbah tekstil
Limbah tekstilLimbah tekstil
Limbah tekstil
 
Jurnal mikro air
Jurnal mikro airJurnal mikro air
Jurnal mikro air
 
MAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docx
MAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docxMAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docx
MAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docx
 
Makalah hilda
Makalah hildaMakalah hilda
Makalah hilda
 
Peranan mikroorganisme
Peranan mikroorganismePeranan mikroorganisme
Peranan mikroorganisme
 
Laporan mikro air bersih
Laporan mikro air bersihLaporan mikro air bersih
Laporan mikro air bersih
 
INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...
INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...
INDIKATOR KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN MENGGUNAKAN MAKRO INVERTEBRATA DI SUNGAI...
 
MAKALAH BARU 11.docx
MAKALAH BARU 11.docxMAKALAH BARU 11.docx
MAKALAH BARU 11.docx
 
Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"
Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"
Laporan Ekologi Tumbuhan "Ekosistem Darat Perairan dan Buatan"
 
PENDAHULUAN KULIAH PENC LINGK 2020 (1).ppt
PENDAHULUAN KULIAH PENC LINGK  2020 (1).pptPENDAHULUAN KULIAH PENC LINGK  2020 (1).ppt
PENDAHULUAN KULIAH PENC LINGK 2020 (1).ppt
 
Laporan praktikum ekologi hewan UMMY Solok
Laporan praktikum ekologi hewan UMMY SolokLaporan praktikum ekologi hewan UMMY Solok
Laporan praktikum ekologi hewan UMMY Solok
 
Parameter biologi
Parameter biologiParameter biologi
Parameter biologi
 

Recently uploaded

Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 

Recently uploaded (20)

Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 

Tugas makalah mikrobiologi

  • 1. TUGAS MIKROBIOLOGI LINGKUNGAN DOSEN : MARHADI, ST, M.Si Disusun Oleh : UNIVERSITAS BATANG HARI JAMBI FAKULTAS TEKNIK LINGKUNGAN 2018 NAMA : NOPRIYADI NPM : 1700825201020 Kelas : B
  • 2. DAFTAR ISI BAB 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan BAB 2. Pembahasan 2.1 Peranan Mikroorganisme Dalam Bidang Lingkungan : a. Air minum b. Air limbah c. Air sungai d. Udara 2.2 Peranan Mikroorganisme Dalam Kehidupan Sehari-hari 2.3 Peranan Mikrobiologi Dalam Kesehatan Lingkungan 2.4 Mikrobiologi Berperan Dalam Pengelolaan Lingkungan BAB 3. Penutup 3.1 Kesimpulan 3.2 Saran
  • 3. KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang mikrobiologi lingkungan dan peran serta nya dalam kehidupan sehari hari pada masyarakat. . Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata saya berharap semoga makalah ilmiah tentang mikrobiologi lingkungan dan peran serta nya dalam kehidupan sehari hari pada masyarakat ini dapat memberikan manfaat maupun infirasi buat para pembaca Jambi, April 2018 Nopriyadi
  • 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroorganisme merupakan semua makhluk yang berukuran beberapa mikron atau lebih kecil lagi. Yang termasuk golongan ini adalah bakteri, cendawan atau jamur tingkat rendah, ragi yang menurut sistematik masuk golongan jamur, ganggang, hewan bersel satu atau protozoa, dan virus yang hanya nampak dengan mikroskop elektron. Mikroorganisme umumnya terdapat di mana-mana, seperti di dalam tanah, di lingkungan akuatik, berkisar dari aliran air sampai lautan, dan atmosfer. Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan alam dan kehidupan manusia, beberapa diantaranya bermanfaat dan yang lain merugikan (Pelczar dan Chan, dalam Waluyo 2009). Mikroorganisme tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan abiotik dan biotik dari suatu ekosistem karena perannya sebagai pengurai. Salah satunya adalah peran mikroorganisme yang hidup pada daerah akuatik. Air alami tersedia sebagai habitat untuk sejumlah mikroorganisme. Mikroorganisme tersebut dapat menempati habitat air tawar seperti danau, sungai, kolam, habitat lautan, atau habitat estuari atau daerah antara laut dan air-tawar. Ilmu mengenai mikroorganisme dalam lingkungan air tawar, lautan dan estuari disebut mikrobiologi akuatik. (Waluyo, 2009). Menurut Taringan 1988, keberadaan mikroorganisme-mikroorganisme dalam lingkungan akuatik dan kegiatannya sangat penting. Jasad renik tersebut dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan kehidupan hewan, hal ini karena mereka menempati posisi kunci di dalam rantai makanan dengan cara menyediakan makanan bagi kehidupan akuatik berikutnya yang bertaraf lebih tinggi. Jasad-jasad renik tersebut membantu berlangsungnya rantai reaksi biokimiawi yang mengatur daur ulang unsur-unsur, seperti yang terjadi di dalam tanah. Oleh karena itu dalam makalah ini akan dikaji secara umum tentang penyebaran mikroorganisme akuatik serta peranan mikroba di lingkungan akuatik baik yang menguntungkan maupun merugikan. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut. 1.2.1 Bagaimana peranan mikroorganisme dalam bidang lingkungan : a. Air minum b. Air Limbah c. Air Sungai d. Udara 1.2.2 Apa saja peranan mikroorganisme dalam kehidupan sehari-hari ? 1.2.3 Apa saja peranan mikrobiologi dalam kesehatan masyarakat ? 1.2.4 Bagaimana mikrobiologi berperan dalam pengelolaan lingkungan ? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut. 1.3.1 Untuk mengetahui peranan mikroorganisme dalam bidang lingkungan air minum, air limbah, air sungai, dan udara. 1.3.2 Untuk mengetahui peranan mikroorganisme dalam kehidupan sehari-hari. 1.3.3 Untuk mengetahui peranan mikrobiologi dalam kesehatan lingkungan. 1.3.4 Untuk mengetahui peranan mikrobiologi dalam pengelolaan lingkungan.
  • 5. BAB 2 PEMBAHASAN 2.1 Peranan Mikroorganisme Dalam Bidang Lingkungan a. Air Minum Air merupakan materi esensial bagi kehidupan makhluk hidup, karena makhluk hidup memerlukan air untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Secara umum fungsi air dalam tubuh setiap mikroorganisme adalah untuk melarutkan senyawa organik, menstabilkan suhu tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat seluler. Pemeriksaan air secara mikrobiologi sangat penting dilakukan karena air merupakan substansi yang sangat penting dalam menunjang kehidupan mikroorganisme yang meliputi pemeriksaan secara mikrobiologi baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat dipakai sebagai pengukuran derajat pencemaran (Ramona, 2007). Pemeriksaan derajat pencemaran air secara mikrobiologi umumnya ditunjukkan dengan kehadiran bakteri indikator seperti coliform dan fecal coli (Ramona, 2007). Bakteri coliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakteri berbentuk batang gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik, dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktose dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35° C (Pelczar dan Chan., 2006). Kelompok bakteri coliform antara lain Eschericia coli, Enterrobacter aerogenes, dan Citrobacter fruendii. Keberadaan bakteri ini dalam air minum juga menunjukkan adanya bakteri patogen lain, misalnya Shigella, yang bisa menyebabkan diare hingga muntaber. Jadi, bakteri coliform adalah indikator kualitas air. Semakin sedikit kandungan coliform, maka kualitas air semakin baik. (Pelczar dan Chan., 2006). Uji kualitas air terdiri dari 3 step utama, yaitu: Uji pendugaan , Uji penguat dan Uji pelengkap. Metode pengujian yang digunakan adalah metode Most Probable Number (MPN). Dalam uji penduga di gunakan lactose broth. Tabung di nyatakan positif bila terebentuk gas sebanyak 10 % atau lebih dari volume di dalam tabung Durham. Jumlah tabung yang positif di hitung pada masing-masing seri. MPN penduga dapat di hitung dengan melihat table MPN 3 tabung. (Pelczar dan Chan., 2006). Dalam uji penguat, terbentuknya gas dalam Lactose Broth tidak selalu menunjukan bakteri E.coli karena mikroba lainya mugkin juga ada yang dapat memfermentasikan laktosa dengan membentuk gas. Oleh karena itu perlu di lakukan uji penguat pada media Endo agar,dengan menggunakan jaarum ose, contoh dari tabung MPN yang menunjukan uji penduga positif (terbentuk gas) masing-masing di inokulasikan pada Endo agar dengan cara streak plate. Semua tabung di inkubasikan pada suhu 37oC selama 2x24 jam. Jumlah media Endo agar pada masing-masing pengenceran yang menunjukan adanya pertumbuhan Coliform, baik fekal maupun non fekal dihitung dan MPN penguat dapat di hitung dari table MPN. (Pelczar dan Chan., 2006). Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji pelengkap untuk menentukan bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji penguat diinokulasikan ke dalam medium Lactose Broth dan medium agar miring Nutrient Agar (NA), dengan jarum inokulasi secara aseptik. Diinkubasi pada suhu 37oC selama 2 x 24 jam. Bila hasilnya positif terbentuk asam dan gas pada Lactose Broth, maka sampel positif mengandung bakteri Escherichia coli. Dari media agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana bakteri Escherichia coli merupakan Gram negatif berbentuk batang pendek. (Pelczar dan Chan., 2006). Oleh karena itu melalui percobaan ini agar praktikan dapat mengetahui uji kualitas air berdasarkan jumlah mikroorganisme pada air dan dapat menentukan nilai MPN. Selain itu
  • 6. juga dapat mempraktikkan cara pengujian perkiraan pada air untuk mengetahui adanya jasad coliform, dapat mempraktikkan pengujian penegasan untuk membedakan mikrobia fekal dan non fekal, dan dapat pula mempraktekkan pengujian kelengkapan untuk menentukkan ada tidaknya jasad indikator kualitas air berdasarkan keberadaan bakteri E.coli. Air adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan bahkan air adalah sumber dari kehidupan itu sendiri. Secara umum fungsi air dalam tubuh setiap mikroorganisme adalah untuk melarutkan senyawa organik, menstabilkan suhu tubuh dan melangsungkan berbagai reaksi kimia tingkat seluler. Pemeriksaan air secara mikrobiologi sangat penting dilakukan karena air merupakan substansi yang sangat penting dalam menunjang kehidupan mikroorganisme yang meliputi pemeriksaan secara mikrobiologi baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat dipakai sebagai pengukuran derajat pencemaran (Ramona, 2007). Air yang bersih dan berkualitas ialah air yang bebas bakteri dan racun serta mengandung berbagai jenis mineral. Air yang kita konsumsi setiap harinya yang diambil langsung dari alam biasanya sudah tercemar karena berbagai sebab baik karena pencemaran, limbah-limbah beracun dari industri atau pertanian, racun atau zat berbahaya atau karena berbagai ulah manusia.(Ranoma, 2007) Air yang berkualitas dan higienis adalah air yang cocok untuk dikonsumsi. Syarat- syarat air minum adalah tidak berbau, berasa, berwarna, tidak mengandung logam berat dan tidak mengandung mikroorganisme yang berbahaya. Air minum merupakan air yang melalui pemrosesan atau tanpa pemrosesan yang memenuhi syarat kesehatan dan bisa diminum secara langsung. (Ranoma, 2007) Air dari sumber alam bisa diminum oleh manusia secara langsung namun ada resiko bahwa air tersebut dicemari oleh bakteri atau zat yang berbahaya. Bakteri tersebut baru akan mati jika air dimasak hingga 100 derajat celcius namun zat berbahaya yang lain seperti logam tidak bisa dihilangkan dengan cara ini. Banyaknya pencemaran air semakin memperburuk kualitas air minum masyarakat saat ini. (Ranoma, 2007) Untuk mendapat air minum yang berkualitas, saat ini tersedia air minum isi ulang. Air minum isi ulang banyak dijual di berbagai kota. Air isi ulang isi ada poin kelebihan dan kekurangannya yang harus diperhatikan. (Ranoma, 2007). Kelebihan air isi ulang: 1. Harganya relatif murah seperti harga AMDK. 2. Mudah untuk mendapatkan 3. Walaupun tidak semua namun kualitas air isi ulang sudah memenuhi standar Departemen Kesehatan. Hal ini tergantung akan kualitas sanitasi, mesin dan bahan baku air. (Ranoma, 2007) Kekurangan air isi ulang: 1. Pengawasan dan pembinaan yang lemah membuat mutu air cenderung tidak konsisten. 2. Kemungkinan terjadi salah produksi relatif tinggi, terutama menyangkut tentang pemilihan bahan baku air, pemilihan alat dan sanitasi. 3. Aturan mengenai jasa layanan depo isi ulang tidak jelas. Hal ini menyangkut kualitas produksi sehingga perlindungan hukum secara khusus pada konsumen jika terjadi kasus tidak ada. 4. Proses untuk pengemasan hanya mengandalkan teknologi yang sederhana sehingga sering terjadi kontaminasi oleh bakteri. (Ranoma, 2007) Saat ini ditemukan banyak sekali sampel air minum di depo isi ulang. Bakteri yang ditemukan tidak secara langsung menimbulkan penyakit namun menunjukkan tingkat sanitasi yang rendah. Resiko bakteri patogen lain yang bisa menimbulkan gangguan
  • 7. kesehatan akan semakin tinggi apabila semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri. Keberadaan bakteri tersebut bisa disebabkan oleh sumber air yang tercemar atau pemaparan dengan radiasi sinar ultraviolet kurang memadai. (Ranoma, 2007) Standar Air Minum, menurut standar WHO semua sampel tidak boleh mengandung E. coli dan sebaiknya juga bebas dari bakteri coliform. Standar WHO: Dalam setiap tahun, 95% dari sampel-sampel tidak boleh mengandung coliform dalam 100 ml, Tidak ada sampel yang mengandung E. coli dalam 100 ml, Tidak ada sampel yang mengandung coliform lebih dari 10 dalam 100 ml, Tidak boleh ada coliform dalam 100 ml dalam dua sampel yang berurutan (AOAC,2000). Sesuai Permenkes Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, dipersyaratkan bahwa angka E.coli dalam air minum adalah Nol per 100 ml air harus dipenuhi.( Suriaman dan Juwita, 2008) Sedangkan menurut baku mutu yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam PP 82/2001 tentang Pengendalian Limbah cair menyebutkan bahwa badan air yang dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum kandungan E. coli dalam 100 ml air tidak boleh lebih dari 10.000. Menurut salah satu penelitian (Kajian Dhani Arnantha staf peneliti Lembaga kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah) jumlah E.coli dalam 100 ml air Kali Mas Surabaya mencapai 1600 milyar.( Suriaman dan Juwita, 2008) Air yang mengandung kurang dari 1 coliform per 100 ml merupakan golongan kelas I yang berarti air tersebut sangat baik untuk dikonsumsi. Nilai coliform 1-2 per 100 ml digolongkan pada kelas II yang berarti air tersebut baik dikonsumsi. Air dengan jumlah coliform 3-10 merupakan golongan air yang termasuk kelas III dan tidak baik dikonsumsi. Sedangkan jika nilai coliform lebih dari 10 per 100 ml, maka air tersebut sudah tidak boleh dikonsumsi lagi (Suriaman dan Juwita., 2008). Pemeriksaan mikrobiologi sangat penting dilakukan mengingat air merupakan sumber kehidupan utama bagi semua makhluk hidup. Segala macam air perlu mendapat perhatian untuk diperiksa baik secara mikrobiologi,fisik maupun kimia untuk menghindarkan air dari pencemaran. .( Suriaman dan Juwita, 2008) Syarat bakteriologi air ditetapkan sebagai berikut : 1. Tidak boleh mengandung mikroba pathogen. 2. Tidak boleh mengandung mikrobaa pathogen terlalu banyak. ( Suriaman dan Juwita, 2008) Pemeriksaan kualitas air secara mikrobiologi meliputi : 1. Pemeriksaan jumlah total mikroorganisme. 2. Deteksi dan enumerasi terhadap bakteri pathogen Shigella dan Salmonella terutama Escherichia coli. 3. Jumlah perkiraan terdekat bakteri coli : coli umum dan coli fekal. (Pelczar dan Chan, 2006) Bakteri golongan koli merupakan indicator terhadap intra bacteriaceae. Bakteri coli dapat dipakai sebagai petunjuk adanya pencemaran oleh manusia maupun hewan.Adanya bakteri coli dalam air identic dengan adanya bakteri pathogen. (Pelczar dan Chan, 2006) METODE MOST PROBABLE NUMBER (MPN) Metode perhitungan MPN menggunakan media cair di dalam tabung reaksi yang berisi tabung durham, dimana perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabungyang positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas didalam tabung durham yang diletakkan pada posisi
  • 8. terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk gas, sehingga tabung durham tersebut naik keatas. (Pelczar dan Chan, 2006) Menurut Pelczar dan Chan (2006), keuntungan dari metoda ini adalah : 1. Dapat dibuat sangat peka dengan penggunaan volume inokulum contoh yang lebih besar dari 1,0 ml/tabung. 2. Bahan-bahan dapat dipersiapkan untuk tugas lapangan. 3. Media pertumbuhan selektif dapat digunakan untuk menghitung jenis mikroorganisme yang diharapkan di antara jenis-jenis lainnya yang ada dalam bahan pangan tersebut. Kerugiannya adalah dibutuhkannya banyak ulangan untuk diperoleh hasil yang teliti dan sehubungan dengan hal tersebut banyak biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk persiapannya. Metoda ini banyak digunakan untuk menghitung bakteri patogenik dalam jumlah sedikit yang terdapat dalam bahan pangan (Pelczar dan Chan, 2006). Metode Most Probable Number dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut : 1. Presumtive test (test pendugaan) 2. Confirmed test (test penentu/ konfirmasi) 3. Completed test (test pelengkap) (Pelczar dan Chan, 2006) Dalam uji tahap pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah; masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif coliform dalam sampel. Karena beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif, diperlukan uji konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform dengan bantuan medium selektif diferensial. Uji kelengkapan kembali meyakinkan hasil tes uji konfirmasi dengan mendeteksi sifat fermentatif dan pengamatan mikroskop terhadap ciri-ciri coliform : berbentuk batang, Gram negatif, tidak-berspora (Dwidjoseputro, 2005). Dalam uji penduga di gunakan lactose broth. Tabung di nyatakan positif bila terebentuk gas sebanyak 10 % atau lebih dari volume di dalam tabung Durham. Jumlah tabung yang positif di hitung pada masing-masing seri. MPN penduga dapat di hitung dengan melihat table MPN 3 tabung.( Pelczar dan Chan, 2006) Dalam uji penguat, terbentuknya gas dalam Lactose Broth tidak selalu menunjukkan bakteri E.coli karena mikroba lainya mugkin juga ada yang dapat memfermentasikan laktosa dengan membentuk gas. Oleh karena itu perlu di lakukan uji penguat pada media Endo agar,dengan menggunakan jaarum ose, contoh dari tabung MPN yang menunjukan uji penduga positif (terbentuk gas) masing-masing di inokulasikan pada Endo agar dengan cara streak plate. Semua tabung di inkubasikan pada suhu 37oC selama 2x24 jam. Jumlah media Endo agar pada masing-masing pengenceran yang menunjukan adanya pertumbuhan Coliform, baik fekal maupun non fekal dihitung dan MPN penguat dapat di hitung dari table MPN. (Pelczar dan Chan, 2006) Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji pelengkap untuk menentukan bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji penguat diinokulasikan ke dalam medium Lactose Broth dan medium agar miring Nutrient Agar (NA), dengan jarum inokulasi secara aseptik. Diinkubasi pada suhu 37oC selama 2 x 24 jam. Bila hasilnya positif terbentuk asam dan gas pada Lactose Broth, maka sampel positif mengandung bakteri Escherichia coli. Dari media agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana bakteri Escherichia coli merupakan Gram negatif berbentuk batang pendek. (Pelczar dan Chan, 2006) Metode MPN biasanya biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat. Perhitungan jumlah suatu bakteri dapat melalui berbagai macam uji seperti uji kualitatif koliform yang secara lengkap terdiri dari tiga tahap yaitu uji penduga (uji
  • 9. kuantitatif, bisa dengan metode MPN), uji penguat dan uji pelengkap. Waktu, mutu sampel, biaya, tujuan analisis merupakan beberapa faktor penentu dalam uji kualitatif koliform. (Pelczar dan Chan, 2006) Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk koloni (colony forming unit) dalam sampel. Namun, pada umumnya nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Makin kecil nilai MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak minum. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi (Pelczar dan Chan, 2006). Metode MPN biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari contoh tersebut. Metode MPN digunakan medium cair di dalam tabung reaksi, dimana perhitungannya dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya kekeruhan atau terbentuknya gas di dalam tabung Durham yang diletakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk gas (Pelczar dan Chan, 2006). Untuk metode MPN (Most Probable Number) digunakan medium cair dalam wadah berupa tabung reaksi, perhitungan di lakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif yaitu tabung yang mengalami perubahan pada mediumnya baik itu berupa perubahan warna atau terbentuknya gelembung gas pada dasar tabung durham. Pada metode perhitungan MPN ini digunakan bentuk tiga seri pengenceran, yang pertama 10-1, 10-2,dan 10-3.Kemudian dari hasil perubahan tersebut dicari nilai MPNnya pada tabel nilai MPN, dan untuk jumlah bakterinya maka digunakan rumus (Gobel, 2008). Metode MPN merupakan uji deretan tabung yang menyuburkan pertumbuhan koliform sehingga diperoleh nilai untuk menduga jumlah koliform dalam sampel yang diuji. Uji positif akan menghasilkan angka indeks. Angka ini disesuaikan dengan tabel MPN untuk menentukan jumlah koliform dalam sampel (Gobel, 2008). Bakteri Coliform Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain dengan kata lain merupakan bakteri indikator sebagai tanda bahwa adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan koliform fecal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Keuntungan mendeteksi koliform adalah jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya pencemaran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan produk-produk susu. Pada saat perhitungan koloni, apabila jumlah koloni yang di temukan kurang dari standart yang telah di tetapkan, maka suatu sampel bisa di katakan murni (Pelczar dan Chan, 2006). Banyaknya kontaminan dalam air memerlukan standar tertentu untuk menjamin kebersihannya. Air yang terkontaminasi oleh bakteri patogen saluran cerna sangat berbahaya untuk diminum. Hal ini dapat dipastikan dengan penemuan organisme yang ada dalam tinja manusia atau hewan dan yang tidak pernah terdapat bebas di alam. Ada beberapa organisme yang termasuk kategori ini, yaitu bakteri coliform (E.coli), Enterococcus faecalis, Clostiridium sp. Di Indonesia, bakteri indikator air terkontaminasi adalah E.coli. (Pelczar dan Chan, 2006) Beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif, sehingga diperlukan uji konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform dengan
  • 10. bantuan medium selektif diferensial. Uji kelengkapan kembali meyakinkan hasil tes uji konfirmasi dengan mendeteksi sifat fermentatif dan pengamatan mikroskop terhadap ciri- ciri coliform: berbentuk batang, gram negatif, tidak-berspora. Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indicator keberadaan bakteri patogenik lainnya. Lebih tepatnya, sebenarnya bakteri coliform fecal adalah bakteri indicator adanya pencemaran bakteri pathogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri pathogen. Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain (Pelczar dan Chan, 2006). Salah satu anggota kelompok coliform adalah E.coli. Karena E.coli adalah bakteri coliform yang ada pada kotoran manusia, maka E.coli sering disebut sebagai coliform fekal. Pengujian coliform jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan uji E.coli karena hanya memerlukan uji penduga yang merupakan tahap pertama uji E.coli (Pelczar dan Chan, 2006). Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting bagi kualitas air minum. Kelompok bakteri coliform, antara lain Eschericia coli, Enterrobacter aerogenes, dan Citrobacter fruendi. Keberadaan bakteri di dalam air minum itu menunjukkan tingkat sanitasi rendah. Keberadaan bakteri ini juga menunjukkan adanya bakteri pathogen lain misalnya, Shigella, yang menyebabkan diare hingga muntaber (Lim, 1998).Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin baik.( Gobel,2008). Terdapatnya bakteri coliform dalam air minum dapat menjadi indikasi kemungkinan besar adanya organisme patogen lainnya. Bakteri coliform dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu faecal coliform dan non faecal coloform. Menurut Gobel (2008), bakteri coliform dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: 1) Coliform fekal, misalnya E. coli, merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau manusia. Adanya E.coli pada air minum menandakan air tersebut telah terkontaminasi feses manusia dan mungkin juga mengandung patogen usus. 2) Coliform non-fekal, misalnya E. aeroginosa, biasanya ditemukan pada hewan atau tanaman yang telah mati. E.coli adalah bagian dari faecal coliform. Keberadaan E. coli dalam air dapat menjadi indikator adanya pencemaran air oleh tinja. E. coli digunakan sebagai indikator pemeriksaan kualitas bakteriologis secara universal dalam analisis dengan alasan: a. E. coli secara normal hanya ditemukan di saluran pencernaan manusia (sebagai flora normal) atau hewan mamalia, atau bahan yang telah terkontaminasi dengan tinja manusia atau hewan; jarang sekali ditemukan dalam air dengan kualitas kebersihan yang tinggi, b. E. coli mudah diperiksa di laboratorium dan sensitivitasnya tinggi jika pemeriksaan dilakukan dengan benar, c. Bila dalam air tersebut ditemukan E. coli, maka air tersebut dianggap berbahaya bagi penggunaan domestik, d. Ada kemungkinan bakteri enterik patogen yang lain dapat ditemukan bersama-sama dengan E. coli dalam air tersebut.(Pelczar dan Chan, 2006) Bakteri pembusuk ini dimasukkan ke dalam golongan bakteri Coliform, salah satu yang termasuk didalamnya adalah Escherichia coli. Bakteri coliform ini menghasilkan zat ethionine yang pada penelitian menyebabkan kanker. Bakteri-bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-macam racun seperti Indole, skatole yang dapat menimbulkan penyakit bila berlebih didalam tubuh (Pelczar dan Chan, 2006).
  • 11. Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain (Krisna, 2005). Escherichia coli merupakan bakteri yang berasal dari kotoran hewan atau manusia. Oleh karena itu, dikenal juga dengan istilah koli tinja, sedangkan Enterobacter aerogenes biasanya ditemukan pada hewan atau tanam-tanaman yang telah mati. Bakteri Escherechia coli merupakan mikroorganisme normal yang terdapat dalam kotoran manusia, baik sehat maupun sakit. Dalam satu gram kotoran manusia terdapat sekitar seratus juta bakteri E. coli. Bakteri berasal dari kata “Bakterion” (Yunani = batang kecil). Berdasarkan Klasifikasi, bakteri digolongkan dalam Divisio Schizomycetes. Escherichia coli (E. coli ) adalah salah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif, ditemukan oleh Theodor Escherich (tahun 1885). Hidup pada tinja dan menyebabkan masalah kesehatan pada manusia, seperti diare, muntaber serta masalah pencernaan lainnya. Bakteri ini banyak digunakan dalam teknologi rekayasa genetika sebagai vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan karena pertumbuhannya sangat cepat dan mudah dalam penanganannya. (Krisna, 2005) Secara garis besar klasifikasi bakteri E.coli , berasal dari Filum Proteobacteria, Kelas Gamma Proteobacteria, Ordo Enterobacteriales, Familia Enterobacteriaceae, Genus Escherichia, Spesies Escherichia coli. Secara morfologi E.coli merupakan kuman berbentuk batang pendek, gemuk, berukuran 2,4 µ x 0,4 sampai 0,7 µ , Gram-negatif, tak bersimpai , Bergerak aktif dan tidak berspora. (Krisna, 2005) b. Air Limbah Air limbah yang berasal dari rumah tangga merupakan masalah serius yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kesehatan lingkungan. Air buangan (limbah) yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik dan anorganik. Buangan limbah cair yang bersumber dari rumah tangga jika tidak dikelola dengan baik dapat memberikan dampak negatif pada lingkungan dan kesehatan manusia. Lingkungan yang tercemar dapat menjadi media bagi tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis mikroba (virus, bakteri, protozoa dan metazoan) dimana mikroba tersebut dipastikan merupakan mikroba patogen yang dapat menimbulkan penyakit, salah satunya adalah bakteri Eschericia coli. Penyakit-penyakit ini menyebar jika kondisi lingkungan permukiman memiliki sanitasi yang sangat buruk. Eschericia coli merupakan bakteri saluran pencernaan hewan dan manusia karena secara alamiah Escherichia coli merupakan salah satu penghuni tubuh manusia. Bentuk bakteri Escherichia coli ini bulat cenderung ke batang panjang, bentuk batang, biasanya berukuran 0,5 x 1 – 3 μ, terdapat sendiri sendiri, berpasang-pasangan dan rangkaian pendek, bergerak atau tidak bergerak, bergerak dengan menggunakan flagella peritrik, biasanya tidak berbentuk kapsul, tidak membentuk spora, gram negatif dan bersifat aerob atau anaerob fakultatif (Ruth, 2009).
  • 12. Nutrisi bakteri Eschericia coli. Air limbah dapat mengandung berbagai senyawa yang dapat digunakan sebagai substrat yang di jadikan sumber energi dan untuk pertumbuhan berbagai mikroorganisme seperti bakteri Eschericia coli. Sebagai pengguna senyawa, bakteri Eschericia coli dapat menggunakan sumber nutrisi yang terdapat dalam air, seperti sumber nitrogen, fosfor, sulfur, dan sebagainya (Kusnadi, 2010). Terdapat beberapa unsur kimia penting yang banyak digunakan sebagai nutrisi untuk pertumbuhan bakteri sehingga pertumbuhan bakteri dapat berjalan optimal. Sumber nutrisi tersebut terdiri dari makro nutrien (N, S, P, K, Mg, Ca, Fe, Na, dan Cl), unsur nitrogen dan phosphor dapat diperoleh dari urea dan mikro nutrien (Zn, Mn, Mo, Se, Co, Cu, dan Ni) (Nurita, 2010). Pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup mikroorganisme. Reaksi dari setiap mikroorganisme dalam menghadapi kondisi lingkungannya akan berbeda antara satu dengan yang lain, hal ini terjadi karena mikroorganisme mempunyai sifat dan karakter yang berbeda-beda. Tidak semua mikroorganisme dapat menguasai faktor-faktor luar sepenuhnya, untuk bertahan hidup mikroorganisme harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana mikroorganisme tersebut berada. Penyesuaian diri mikroorganisme ada yang bersifat sementara waktu saja dan ada juga yang bersifat permanen, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi bentuk morfologi dan sifat sifat fisiologi dan keturunannya (Ruth, 2009). Bakteri Eschericia coli dapat tumbuh pada suhu antara 10o-40°C, dengan suhu optimum 37°C dan mati pada suhu 60°C selama 30 menit, tidak bisa bertahan pada tempat yang kering dan kena pembasmi hama. Escherichia coli relatif peka terhadap panas, segera hancur oleh suhu pasteurisasi dan pemanasan. Sedangkan proses pembekuan tidak akan memusnahkan bakteri, sehingga bakteri dapat hidup dalam suhu yang rendah dalam jangka waktu relative panjang (Anonim, 2011). Peranan bakteri Escherichia coli. Peranan bakteri Escherichia coli dalam air limbah rumah tangga, seperti air selokan, air sungai ataupun air buangan lainnya yaitu sebagai patogen, karena bakteri Eschericia coli dapat menyebabkan penyakit disentri bila masuk ke dalam sistem pencernaan manusia, selain itu bakteri Escherichia coli juga merupakan bakteri pencemar, kehadirannya di dalam badan air dapat menunjukkan bahwa air tersebut sudah terkontaminasi-fekal (feses manusia, hewan). Materi fekal yang masuk ke dalam badan air, selain membawa bakteri patogen juga akan membawa bakteri pencemar yang merupakan flora normal saluran pencernaan manusia, misalnya Escherichia coli dan kelompok coliform lain (Enterobacteriaceae, Enterococcus), yang kehadirannya dapat dipakai untuk indikator pencemaran air oleh materi fekal (Kusnadi, 2010). Pengontrol bakteri. Pengontrolan bakteri pada air limbah dapat dilakukan dengan melakukan proses pengelolaan air limbah sebelum dibuang ke lingkungan. Proses pembersihan/pengelolaan air limbah, terutama limbah yang disebabkan dari aktivitas rumah tangga dapat dilakukan dengan menggunakan tangki peruraian anaerobik atau peruraian aerobik. Tangki septik, yang merupakan sistem anaeroik merupakan suatu cara yang sudah umum digunakan untuk membersihkan air buangan dengan volume yang terbatas. Tangki septik memiliki dua fungsi, yaitu sebagai tempat pengendapan bahan- bahan padat yang berupa buangan manusia seperti feses manusia dan juga dapat berfungsi sebagai tempat penguraian secara alamiah dari bahan-bahan padat tersebut. Apabila limbah masuk ke dalam tangki septik, maka akan terjadi sedimentasi pasda bagian sebelah atas, sehingga dapat memungkinkan cairan yang dibuang memiliki kandungan bahan padat yang
  • 13. tersuspensi lebih sedikit. Bahan padat yang mengendap tersebut akan dirombak secara terus-menerus oleh bakteri anaerobik yang menghasilkan produk akhir tidak teroksidasi sehingga menimbulkan bau yang menusuk hidung. Aliran air yang keluar dari tanki septik disebarkan di bawah permukaan tanah melalui lapangan pembuangan. Penguraian mikroba selanjutnya yaitu mikroba yang sebagian besar bersifat aerobik, yang terjadi pada saat air tesebut merembes ke permukaan tanah. Namun proses seperti ini tidak menjamin tersingkirnya semua bakteri pathogen dari limbah. Naun proses ini dapat mengurangi atau mengontrol sebagian penyebaran mikroba pathogen, salah satunya yaitu bakteri Escherichiaa coli. Dengan adanya hal tersebut, berarti manusia harus mencegah agar sistem pembuangan atau drainase tidak menyebar atau meresap ke sumber air minum, agar terhindar dari sebaran bakteri patogen yang berbahaya (Michael, 2005). Hubungan antara mikroba dengan air limbah rumah tangga. Berbagai mikroorganisme dapat tumbuh dalam suatu habitat yang beragam, seperti di air, tanah, udara dan dalam tubuh organisme. Mikroorganisme seperti bakteri Escherichia coli juga dapat tumbuh pada air yang sudah tidak jernih lagi, atau dengan kata lain dapat hidup di air yang telah tercemar, seperti air limbah. Lingkungan sebagai habitat mikroorganisme tersebut memberikan dukungan terhadap pertumbuhan dan keragaman mikroorganisme. Faktor-faktor lingkungan baik faktor abiotik dan biotik saling berinteraksi pada pertumbuhan dan penyebaran mikroorganisme. Peranan mikroorganisme dalam lingkungan dapat memberikan keuntungan bagi organisme lain dan ada yang merugikan organisme lain. Beberapa keuntungan adanya mikroroganisme dalam lingkungan adalah berperan dalam perputaran/siklus materi dan energi terutama dalam siklus biogeokimia dan berperan sebagai decomposer (pengurai). Mikroorganisme pada lingkungan alami dapat menjadi indikator baik buruknya kualitas lingkungan, baik lingkungan perairan, ataupun tersentrial. Lingkungan yang sudah terkontaminasi oleh mikororganisme menunjukkan gejala penurunan kualitas lingkungah tersebut dan berpengaruh terhadap organisme lain, termasuk pada manusia. Penggunaan mikroorganisme yang secara alami dalam sautu lingkungan bertindak sebagai pengurai, berberan penting dalam proses daur ulang dan biodegradasi limbah dan dalam proses bioremediasi lingkungan. Mikroorganisme seperti bakteri Escherichia coli dapat menjadi indikator, apakah air limbah dari rumah tangga yang biasanya dibuang secara langsung ke lingkungan sudah tercemar dengan fekal (feses manusia ataupun feses hewan) atau belum (Kusnadi, 2010). c. Air Sungai Daur air ialah sirkulasi yang tidak pernah berhenti dari air yang di bumi diman air mampu berpindah-pindah dari daratan, lalu ke udara lalu kedaratan lagi, dan air pun mampu tersimpan didasar permukan dengan 3 fase yaitu cair yang berbentuk air, padat yang berbentuk es, dan gas yang berbentuk udara. Uap air terdapat di atmosfir, uap air berasal dari air laut dan air dratan yang menguap karena akibat terkenanya panas yang berasal dari matahari. Namun pada umumnya uap air yang ada diatmosfir hanya terdapat di uapan air laut, sebab luas laut mencapai ¾ luas permukaan bumi. Terkondensasinya uap air di atmosfir akan merubah menjadi awan, yang akhirnya awan-awan tersebut akan berubah menjadi hujan, air hujan yang telah turun dimuka bumi akan masuk kedalam tanah, dan pada akhirnya air tanah ini akan terbentuk menjadi air tanah air tanah permukaan. Air yang ada didalam tanah akan diserap oleh tumbuhan memalui pembuluh yang ada dalam tubuh, lalu transpirasi uap air akan dilepaskan oleh tanaman atau tumbuhan ke atas atmosfir. Transpirasi penguapan dalam ekosistem darat bisa mencapai 90 % yang dilakukan oleh tumbuhan.
  • 14. Air tanah yang ada dipermukaan bumi mengalir ke arah sungai, lalu bermuara ke laut dan ke danau. Daur ulang yang terjadi ini disebet dengan siklus panjang namun siklus ini berawal dari terjadinya proses Evapotranspirasi dan Transpirasi pada air yang dikuti oleh presipitasi atau proses terjadinya air yang turun ke muka bumi disebut sikus pendek. Sama seperti proses fotosintesis pada siklus karbon, matahari juga berperan penting dalam siklus hidrologi. Matahari merupakan sumber energi yang mendorong siklus air, memanaskan air dalam samudra dan laut. Akibat pemanasan ini, air menguap sebagai uap air ke udara. 90 % air yang menguap berasal dari lautan. Es dan salju juga dapat menyublim dan langsung menjadi uap air. Selain itu semua, juga terjadi evapotranspirasi air terjadi dari tanaman dan menguap dari tanah yang menambah jumlah air yang memasuki atmosfer. Setelah air tadi menjadi uap air, Arus udara naik mengambil uap air agar bergerak naik sampai ke atmosfir. Semakin tinggi suatu tempat, suhu udaranya akan semakin rendah. Nantinya suhu dingin di atmosfer menyebabkan uap air mengembun menjadi awan. Untuk kasus tertentu, uap air berkondensasi di permukaan bumi dan membentuk kabut. Arus udara (angin) membawa uap air bergerak di seluruh dunia. Banyak proses meteorologi terjadi pada bagian ini. Partikel awan bertabrakan, tumbuh, dan air jatuh dari langit sebagai presipitasi. Beberapa presipitasi jatuh sebagai salju atau hail, sleet, dan dapat terakumulasi sebagai es dan gletser, yang dapat menyimpan air beku untuk ribuan tahun. Snowpack (salju padat) dapat mencair dan meleleh, dan air mencair mengalir di atas tanah sebagai snowmelt (salju yang mencair). Sebagian besar air jatuh ke permukaan dan kembali ke laut atau ke tanah sebagai hujan, dimana air mengalir di atas tanah sebagai limpasan permukaan. Oganisme yang bersifat pantogen terhadap manusia dapat di sebar luaskan dengan perantaraan air,misalnya bakteri,virus,dan protozoa.Organisme-organisme ini biasanya tumbuh dengan baik didalam saluran pencernaan makanan dan keluar bersama fases ,sehingga mungkin mencemari sumber-sumber air minum a. Bakteria Bakteria patogen yang paling penting disebarkan melalui air adalah Salmonella typhi dapat menyebabkan demam typhoid ( Typhoid fever ) dan Vibrio Cholerae yang dapat menyebabkan penyakit kolera. Sunggupun penyakit demam typhoid dapat juga dipindahkan dengan perantaraan makanan yang terkena kontaminasi dan dengan kontak langsung dengan si penderita, namun yang paling umum sebagai fakta penyebab adalah air. b. Virus Virus juga dapat disebarkan dengan perantara air,termaksud virus polio dan virus yang menyebabkan penyakit hepatitis. c. Protozoa Suatu anggota protozoa yang bersifat pantogen dengan perantara air adalah Entamoeba histolytica ,penyebab penyakit disentri dan Giardi lamblia yang dapat menimbulkan penyakit yang disebut giardiasis d.Udara Udara merupakan media penyebaran bagi mikroorganisme. Mereka terdapat dalam jumlah yang relatif kecil bila dibandingkan dengan di air atau di tanah. Udara tidak mengandung komponen nutrisi yang penting untuk bakteri, adanya bakteri di udara kemungkinan terbawa oleh debu, tetesan uap air kering ataupun terhembus oleh tiupan angin. Udara dibagi menjadi dua bagian yaitu udara luar dan udara dalam ruangan. Udara dalam ruang atau indoor air adalah udara dalam ruang gedung (rumah, sekolah, restoran, hotel, rumah sakit, perkantoran) yang ditempati sekelompok orang dengan tingkat kesehatan
  • 15. yang berbeda-beda selama minimal satu jam. Sedangkan udara luar atau outdoor air adalah udara yang bergerak bebas di atmosfer dan jumlahnya lebih banyak dari udara dalam suatu ruangan Budiyanto, 2001). Kelompok mikroba yang paling banyak di udara adalah bakteri, jamur (termasuk di dalamnya ragi) dan juga mikroalga. Kehadiran jasad hidup tersebut di udara, ada yang dalam bentuk vegetatif (tubuh jasad) ataupun dalam bentuk generatif (umumnya spora). Mikroba udara dapat dipelajari dalam dua bagian, yaitu mikroba di luar ruangan dan mikroba di dalam ruangan. Mikroba paling banyak ditemukan di dalam ruangan (Pudjiastuti, dkk. 1998). 1. Mikroba di Luar Ruangan Mikroba yang ada di udara berasal dari habitat perairan maupun terestrial. Mikroba di udara pada ketinggian 300-1,000kaki atau lebih dari permukaan bumi adalah organisme tanah yang melekat pada fragmen daun kering, jerami, atau partikel debu yang tertiup angin. Mikroba tanah masih dapat ditemukan di udara permukaan laut sampai sejauh 400 mil dari pantai pada ketinggian sampai 10.000 kaki. Mikroba yang paling banyak ditemukan yaitu spora jamur, terutama Alternaria, Penicillium, dan Aspergillus. Mereka dapat ditemukan baik di daerah kutub maupun tropis. Mikroba yang ditemukan di udara di atas pemukiman penduduk di bawah ketinggian 500 kaki yaitu spora Bacillus danClostridium, yeast, fragmen dari miselium, spora fungi, serbuk sari, kista protozoa, alga, Micrococcus, dan Corynebacterium, dan lain-lain (Budiyanto, 2001). 2. Mikroba di Dalam Ruangan Pada debu dan udara di sekolah dan rumah sakit atau kamar orang menderita penyakit menular, telah ditemukan mikroba seperti bakteri Tuberkulum, Streptokokus, Pneumokokus, dan Staphylokokus. Bakteri ini tersebar di udara melalui batuk, bersin, berbicara, dan tertawa. Pada proses tersebut ikut keluar cairan saliva dan mukus yang mengandung mikroba. Virus dari saluran pernapasan dan beberapa saluran usus juga ditularkan melalui debu dan udara. Patogen dalam debu terutama berasal dari objek yang terkontaminasi cairan yang mengandung patogen. Tetesan cairan (aerosol) biasanya dibentuk oleh bersin, batuk dan berbicara. Setiap tetesan terdiri dari air liur dan lendir yang dapat berisi ribuan mikroba. Diperkirakan bahwa jumlah bakteri dalam satu kali bersin berkisar antara 10.000 sampai 100.000. Banyak patogen tanaman juga diangkut dari satu tempat ke tempat lain melalui udara dan penyebaran penyakit jamur pada tanaman dapat diprediksi dengan mengukur konsentrasi spora jamur di udara. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu atmosfer, kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan kelembaban relatif adalah dua faktor penting yang menentukan viabilitas dari mikroorganisme dalam aerosol. Studi dengan Serratia marcesens dan E. coli menunjukkan bahwa kelangsungan hidup udara terkait erat dengan suhu. Peningkatan suhu menyebabkan penurunan waktu bertahan. Ada peningkatan yang progresif di tingkat kematian dengan peningkatan suhu dari -18° C sampai 49o C. Virus dalam aerosol menunjukkan perilaku serupa. Partikel influenza, polio dan virus vaccinia lebih mampu bertahan hidup pada temperatur rendah, 7-24° C. tingkat kelembaban relatif (RH) optimum untuk kelangsungan hidup mikroorganisme adalah antara 40 sampai 80%. Kelembaban relatif yang lebih tinggi maupun lebih rendah menyebabkan kematian mikroorganisme. Pengaruh angin juga menentukan keberadaan mikroorganisme di udara. Pada udara yang tenang, partikel cenderung turun oleh gravitasi (Pudjiastuti, dkk, 1998). Pencemaran udara dapat terjadi di luar (outdoor) dan di dalam ruangan (indoor). Pencemaran udara di luar ruangan biasanya terjadi akibat asap kendaraan bermotor dan asap industri sedangkan pencemaran udara di dalam ruangan akibat asap rokok, gangguan
  • 16. sirkulasi udara di gedung-gedung dan asap dari dapur tradisional, pemakaian kompor gas serta pemanas ruangan. Mikroorganisme yang berasal dari luar misalnya serbuk sari, jamur dan spora, yang bisa juga berada di dalam ruangan. Selain itu cemaran dalam ruangan yang berasal dari mikroorganisme dalam ruangan seperti serangga, jamur pada ruangan yang lembab, bakteri. Mikroorganisme yang tersebar di dalam ruangan dikenal dengan istilah bioaerosol (Pudjiastuti, dkk, 1998). Bioaerosol adalah partikel debu yang terdiri atas makhluk hidup atau sisa yang berasal dari makhluk hidup. Makhluk hidup terutama adalah jamur dan bakteri. Penyebaran bakteri, jamur, dan virus pada umumnya terjadi melalui sistem ventilasi. Kontaminasi bioaerosol pada sumber air sistem ventilasi (humidifier) yang terdistribusi keseluruh ruangan dapat menyebabkan reaksi yang berbagai ragam seperti demam, pilek, sesak nafas dan nyeri otot dan tulang. Pada usap AC ditemukan gram positif batang dan gram negatif batang. Pencemar yang bersifat biologis terdiri atas berbagai jenis mikroba patogen, antara lain jamur, metazoa, bakteri, maupun virus. Penyakit yang disebabkannya seringkali diklasifikasikan sebagai penyakit yang menyebar lewat udara (Pudjiastuti, dkk, 1998). Kualitas udara dalam ruang dipengaruhi antara lain kondisi bangunan, elemen interior, fasilitas pendingin ruangan, pencemar kimia dan pencemar biologi. Buruknya kualitas udara dalam ruang akibat keberadaan pencemar biologi yaitu bakteri dan jamur ditengarai menjadi salah satu sebab kejadian sick building syndrome (SBS) (Setyaningsih, dkk, 2003). Sick Building Sindrome (SBS) yaitu kumpulan gejala yang disebabkan terutama oleh buruknya kualitas udara ruangan, ditandai dengan keluhan-keluhan mata pedih, merah, berair, kepala pusing, batuk, pilek, hidung tersumbat, bersin-bersin, rongga mulut sakit, rongga mulut kering, badan panas dingin, mual, tidak nafsu makan, lesu, kelelahan, pegal- pegal anggota tubuh dan kulit gatal. Penilaian Indoor Air Quality (IAQ) pada beberapa perkantoran menggunakan pendingin ruangan (AC) di Hongkong terjadi dalam kontribusi terbesar yang menyebabkan ketidaknyamanan adalah total volatile organic compounds (TVOC), indoor airborne fungi count (AFC) dan airborne bacteria count (ABC). Beberapa genera dominan diidentifikasi terdapat pada beberapa ruang publik pada penelitian di Taiwan yaitu dari jenis bakteri Staphylococcus sp, Micrococcus sp., Corynebacterium sp., dan Bacillus sp. Sedangkan untuk jenis jamur contohnya Penicillium sp., Cladosporium sp., dan Aspergillus sp. (Hodgson, 2000). Untuk menghitung organisme dalam suatu volume udara digunakan teknik kualitatif sederhana yaitu dengan menadahkan cawan hara atau medium di udara untuk beberapa saat. Selama waktu pendedahan ini, beberapa bakteri di udara akan menetap pada cawan yang terdedah. Semakin banyak bakteri maka bakteri yang menetap pada cawan semakin banyak. Kemudian cawan tersebut diinkubasi selama 24 jam hingga 48 jam maka akan tampak koloni-koloni bakteri, khamir dan jamur yang mampu tumbuh pada medium yang digunakan (Volk & Wheeler 1989). 3. Mikroorganisme Udara di Rumah Sakit Meskipun rumah sakit adalah tempat pengobatan berbagai penyakit, ada kasus dimana penyakit menular tambahan diderita pasien pada saat rawat inap. Udara di dalam rumah sakit dapat bertindak sebagai reservoir mikroorganisme patogen yang ditularkan oleh pasien. Infeksi yang diperoleh selama perawatan di rumah sakit tersebut disebut infeksi nosokomial dan patogen yang terlibat disebut sebagai patogen nosokomial. Infeksi, diwujudkan oleh gejala terkait, setelah tiga hari dirawat di rumah sakit bisa dianggap
  • 17. sebagai infeksi nosokomial. Terdapat dua cara utama penyebaran patogen nosokomial, yaitu dengan kontak (baik langsung atau tidak langsung), dan penyebaran melalui udara. Infeksi nosokomial di rumah sakit mungkin dibawa oleh staf atau pasien yang masuk ke rumah sakit. Infeksi nosokomial yang banyak ditemukan yaitu berasal dari Haemophilus.influenzae, Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, anggota Enterobacteriaceae dan virus pernafasan. B. Jenis mikroba yang ditemukan di udara Selain gas, partikel debu dan uap air, udara juga mengandung mikroorganisme. Di udara terdapat sel vegetatif dan spora bakteri, jamur dan ganggang, virus dan kista protozoa. Selama udara terkena sinar matahari, udara tersebut akan bersuhu tinggi dan berkurang kelembabannya. Selain mikroba yang mempunyai mekanisme untuk dapat toleran pada kondisi ini, kebanyakan mikroba akan mati. Udara terutama merupakan media penyebaran bagi mikroorganisme. Mereka terdapat dalam jumlah yang relatif kecil bila dibandingkan dengan di air atau di tanah. Mikroba udara dapat dipelajari dalam dua bagian, yaitu mikroba di luar ruangan dan di dalam ruangan. Pentingnya mikroorganisme udara telah dipelajari sejak 1799, di mana tahun Lazaro Spallanzani berusaha untuk menyangkal teori “generatio spontanea”. Tahun 1837, Theodore Schwann, dalam percobaan untuk mendukung pandangan Spallanzani memasukkan udara segar yang telah dipanaskan ke dalam kaldu daging steril dan menunjukkan bahwa pertumbuhan mikroba tidak dapat terjadi. Louis Pasteur pada tahun 1861 merupakan orang yang pertama menunjukkan bahwa mikroorganisme tumbuh akibat kontaminasi dari udara. Dia menggunakan kapas khusus untuk menyaring udara sehingga mikroba tidak dapat masuk ke dalam kaldu daging steril. Dia secara mikroskopis menunjukkan keberadaan mikroorganisme dalam kapas. Dalam percobaan menggunakan tabung berleher angsa, ia menunjukkan bahwa pertumbuhan tidak bisa terjadi dalam media steril kecuali terdapat kontaminasi dari udara yang tidak steril (Dwidjoseputro, 1990). Beberapa bakteri yang terdapat di udara antara lain : 1. Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif yang menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-1,0 µm S. aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu pembelahan 0,47 jam. Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernapasan atas dan kulit. Keberadaan S. aureus pada saluran pernapasan atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang S. aureus termasuk bakteri osmotoleran, yaitu bakteri yang dapat hidup di lingkungan dengan rentang konsentrasi zat terlarut (contohnya garam) yang luas, dan dapat hidup pada konsentrasi NaCl sekitar 3 Molar. Habitat alami S aureus pada manusia adalah di daerah kulit, hidung, mulut, dan usus besar, di mana pada keadaan sistem imun normal, S. aureus tidak bersifat patogen (mikroflora normal manusia) (Anonim, 2014 a). 2. Enterobacter aerogenes Enterobacter aerogenes dapat menyebabkan infeksi di banyak bagian tubuh manusia. Bakteri merupakan penyebab infeksi pernapasan bawah, termasuk pneumonia. Hal ini juga dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan infeksi kulit dan jaringan di
  • 18. bawahnya. Ini mungkin hadir sebagai selulit, nekrotikans, abses atau pasca-operasi infeksi luka. Jika bakteri mencapai darah (bakteremia), dapat menyebabkan sepsis. Jarang, bakteri memasuki cairan serebrospinal, yang mengarah ke meningitis. Enterobacter aerogenes keseluruhan memiliki tingkat kematian rendah (10,2 persen), dengan masalah medis yang mendasari meningkatnya risiko kematian (Anonim, 2014 b). 3. Pseudomonas aeroginosa P. aeruginosa menyebabkan penyakit terlokalisasi dan sistemik yang sangat serius dan tidak jarang berakibat fatal. Penyakit karena P. aeruginosa dimulai dengan penempelan dan kolonisasi bakteri ini pada jaringan inang. Bakteri ini menggunakan fili untuk penempelan sel bakteri pada permukaan inang. Selain itu, P. aeruginosa juga dapat membentuk biofilm yang terbuat dari kapsul glikokalis untuk mengurangi keefektifan mekanisme sistem imun inang. Jaringan inang akan mencoba merusak penempelan dan kolonisasi bakteri. Selanjutnya, P. aeruginosa memproduksi sejumlah endotoksin dan produk ekstaseluler yang menunjang invasi local dan penyebaran mikroorganisme. Toksin dan produk ekstraseluler ini mencakup protease ekstraseluler, sitotoksin, hemolisin, dan piosianin (Anonim, 2014 c). 4. Haemophylus influenzae Infeksi oleh Haemophilus influenzae terjadi setelah mengisap droplet yang berasal dari penderita baru sembuh, atau carrier, yang biasanya menyebar secara langsung saat bersin atau batuk. Haemophilus influenzae menyebabkan sejumlah infeksi pada saluran pernafasan bagian atas seperti faringitis, otitis media, dan sinusitis yang terutama penting pada penyakit paru kronik. Meningitis karena Haemophilus influenzae jarang terjadi pada bayi berumur kurang dari 3 bulan dan tidak umum dijumpai pada anak-anak diatas umur 6 tahun. Pada anak-anak, selain meningitis, Haemophilus influenzae tipe b juga menyebabkan penyakit bacterial epiglottitis akut (Anonim, 2014 d). C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Mikroba Di Udara Sejumlah faktor intrinsik dan lingkungan mempengaruhi distribusi jenis mikroba di udara. faktor intrinsik meliputi sifat dan keadaan fisiologis mikroorganisme dan juga keadaan suspensi. Spora relatif lebih banyak daripada sel vegetatif. Hal ini terutama karena sifat spora dorman yang memungkinkan mereka untuk mentolerir kondisi yang tidak menguntungkan seperti pengeringan, kurangnya nutrisi yang cukup dan radiasi ultraviolet. Demikian pula spora fungi berlimpah di udara karena spora merupakan alat penyebaran penyebaran fungi. Ukuran mikroorganisme merupakan faktor yang menentukan jangka waktu mereka untuk tetap melayang di udara. Umumnya mikroorganisme yang lebih kecil dapat dengan mudah dibebaskan ke udara dan tetap udara dalam jangka waktu yang lama. Miselium fungi memiliki ukuran yang lebih besar dan karena itu tidak dapat bertahan lama di udara. Keadaan suspensi memainkan peran penting keberadaan mikroorganisme di udara. Semakin kecil suspensi, semakin besar kemungkinan mereka untuk tetap berada di udara. Biasanya mereka melekat pada partikel debu dan air liur. Mikroorganisme yang ada dalam partikel debu di udara hanya hidup untuk waktu yang singkat. Tetesan yang dibuang ke udara melalui batuk atau bersin juga hanya dapat bertahan di udara untuk waktu singkat. Namun jika ukuran suspensi menurun, mereka dapat bertahan lama di udara. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu atmosfer, kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan kelembaban relatif adalah dua faktor penting yang menentukan viabilitas dari mikroorganisme dalam aerosol. Studi dengan Serratia marcesens dan E. coli menunjukkan bahwa kelangsungan hidup mikroba udara terkait erat dengan suhu (Setyaningsih dkk, 2003).
  • 19. Pengaruh angin juga menentukan keberadaan mikroorganisme di udara. Pada udara yang tenang, partikel cenderung turun oleh gravitasi. Tapi sedikit aliran udara dapat menjaga mereka dalam suspensi untuk waktu yang relatif lama. Angin penting dalam penyebaran mikroorganisme karena membawa mereka lebih jauh. Arus juga memproduksi turbulensi udara yang menyebabkan distribusi vertikal mikroba udara. Pola cuaca global juga mempengaruhi penyebaran vertikal. Ketinggian membatasi distribusi mikroba di udara. Semakin tinggi dari permukaan bumi, udara semakin kering, radiasi ultraviolet semakin tinggi, dan suhu semakin rendah sampai bagian puncak troposfer. Hanya spora yang dapat bertahan dalam kondisi ini, dengan demikian, mikroba yang masih mampu bertahan pada ketinggian adalah mikroba dalam fase spora dan bentuk-bentuk resisten lainnya. D. Macam- macam penyakit yang ditularkan melalui udara 1. Tuberkolosis (TBC) Tuberkulosis atau TBC adalah penyakit yang sangat mudah sekali dalam penularannya. Penderita TBC biasanya mengalami batuk yang berkepanjangan sebagai gejala utama selama beberapa minggu yang diikuti dengan demam tinggi. Biasanya demam menyerang pada malam hari, namun ketika siang demam akan berkurang bahkan cenderung turun dan akan datang lagi bila mulai menjelang malam. Orang yang terkena TBC, daya tahan tubuhnya akan menurun secara drastis, nafsu makan berkurang, dan berat badan juga menurun dengan sangat cepat, rasa lelah dan batuk-batuk. Ini terjadi jika infeksi awal telah berkembang menjadi progressive tuberculosis yang menjangkiti organ paru dan organ tubuh lainnya. Dalam kasus reactivation tuberculosis, infeksi awal tubercilosis (primary tuberculosis) mungkin telah lenyap tetapi bakterinya tidak mati melainkan hanya “tidur” untuk sementara waktu. Bakteri ini akan aktif apabila kondisi tubuh sedang tidak fit dan dalam imunitas yang rendah. Bila penyakit ini semakin progresif maka bakteri yang aktif akan merusak jaringan paru-paru dan berbentuk rongga-rongga (lubang) pada paru-paru penderita, maka si penderita akan batuk-batuk dan memproduksi sputum (dahak) yang bercampur darah. Bila tidak segera dilakukan tindakan penanganan maka akan dapat menimbulkan kematian pada si penderita. Penderita yang tidak berobat dapat menularkan penyakitnya kepada orang disekitarnya. Pada umumnya penularan TBC terjadi secara langsung ketika sedang berhadap-hadapan dengan si penderita, yaitu melalui ludah dan dahak yang keluar dari batuk dan hembusan nafas penderita. Secara tidak langsung dapat juga melalui debu, Lama terkumpulnya kuman sampai timbulnya gejala penyakit dari yang berbulan-bulan sampai tahunan membuat penyakit ini digolongkan penyakit kronis (Krisno, 2010). 2. Meningitis Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak. Pasien yang diduga mengalami Meningitis haruslah dilakukan suatu pemeriksaan yang akurat, baik itu disebabkan virus, bakteri ataupun jamur. Hal ini diperlukan untuk spesifikasi pengobatannya, karena masing-masing akan mendapatkan therapy sesuai penyebabnya. Meningitis yang disebabkan oleh virus umumnya tidak berbahaya, akan pulih tanpa pengobatan dan perawatan yang spesifik. Namun Meningitis disebabkan oleh bakteri bisa mengakibatkan kondisi serius, misalnya kerusakan otak, hilangnya pendengaran, kurangnya kemampuan belajar, bahkan bisa menyebabkan kematian. Sedangkan
  • 20. Meningitis disebabkan oleh jamur sangat jarang, jenis ini umumnya diderita orang yang mengalami kerusakan immun (daya tahan tubuh) seperti pada penderita AIDS. Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis diantaranya: 1. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus). 2. Neisseria meningitidis (meningococcus). 3. Haemophilus influenzae (haemophilus). 4. Listeria monocytogenes (listeria). 5. Bakteri lainnya yang juga dapat menyebabkan meningitis adalah Staphylococcus aureus dan Mycobacterium tuberculosis. 3. Flu Burung Avian Influenza atau flu burung adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza H5N1. Virus yang membawa penyakit ini terdapat pada unggas dan dapat menyerang manusia. Flu burung terkadang sulit terdeteksi pada stadium awal, karena gejala klinis penyakit ini sangat mirip dengan gejala flu biasa,antara lain demam, sakit tenggorokan, batuk, pilek, nyeri otot, sakit kepala, dan lemas. Namun, dalam waktu singkat penyakit ini dapat menyerang paru-paru dan menyebabkan peradangan (pneumonia). Jika tidak dilakukan penanganan segera, pada banyak kasus penderita akan meninggal dunia. Walaupun secara umum virus H5N1 tidak menyerang manusia, dalam beberapa kasus tertentu virus mengalami mutasi lebih ganas sehingga dapat menyerang manusia. Upaya pencegahan penularan virus flu burung adalah senantiasa menjaga sanitasi lingkungan. Pola hidup yang tidak menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan akan mempercepat penyebaran virus ini. Selain itu, rajinlah mencuci tangan, jangan sembarangan mengorek lubang hidung jika jemari belum dicuci dengan sabun. Waspadai semua kotoran unggas peliharaan, kandang, sangkar maupun kotoran burung liar. 4. Pnemonia Pneumonia atau yang dikenal dengan nama penyakit radang paru-paru ditandai dengan gejala yang mirip dengan penderita selesma atau radang tenggorokan biasa, antara lain batuk, panas, napas cepat, napas berbunyi hingga sesak napas, dan badan terasa lemas. Penyakit ini umumnya terjadi akibat bakteri Streptococus pneumoniae dan Haemopilus influenzae yang berterbangan di udara terhirup masuk ke dalam tubuh. Bakteri tersebut sering ditemukan pada saluran pernapasan, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Selain dapat menimbulkan infeksi pada paru-paru, bakteri berbahaya itu juga dapat mengakibatkan radang selaput pada otak (meningitis) serta infeksi pembuluh darah yang amat fatal. Kasus pneumonia banyak terjadi di daerah yang sistem sanitasinya buruk. Untuk itu, menjaga kebersihan di lingkungan sekitar anda menjadi syarat utama agar terhindar dari penyakit ini, selain membiasakan diri untuk hidup bersih dan sehat. Biasakan mencuci tangan menggunakan sabun dan segera periksakan diri ke dokter jika mendapati gejala tersebut di atas (Waluyo, 2005). 5. SARS Sindrom pernapasan akut parah atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) merupakan penyakit yang ditandai dengan gejala awal gangguan pernapasan berupa napas pendek dan terkadang disertai batuk. Penyebab SARS adalah Coronavirus, yaitu virus yang bersifat menular dan umumnya menyerang saluran pernapasan atas, virus ini juga dapat menyebabkan flu. Penyebaran terbanyak penyakit ini adalah di Asia, terutama Cina dan Hong Kong. Sementara itu, di Indonesia sendiri, menurut data terakhir Badan Kesehatan
  • 21. Dunia (WHO) baru ditemukan 7 kasus suspect, 2 kasus probable, dan belum ada satu pun kasus kematian akibat penyakit ini (WHO, 21 Juli 2006). Sars adalah stadium lanjut dari pneumonia sehingga gejala awal yang dialami penderita juga mirip dengan flu biasa. Namun, demam yang menyerang penderita SARS dapat mencapai 38 derajat Celcius yang terkadang disertai dengan menggigil, sakit kepala, perasaan lesu, serta nyeri tubuh. E. Pengendalian penyakit yang terbawa udara 1. Imunisasi Dengan pemberian vaksin rubella pada anak-anak laki-laki dan perempuan sejak dini 2. Metode sinar ultraviolet Digunakan pada ruangan yang sesak dengan daya tembus jelek, merusak mata sehingga sinar harus diarahkan ke langit-langit 3. Metode aliran udara satu arah Digunakan di laboratorium industri ruang angkasa dengan batasan mahal untuk pemanasan atau pengaturan udara 4. Metode sirkulasi ulang, udara tersaring Digunakan di tempat apa saja dengan batasan penyaring harus sering diganti. 5. Metode pembakaran Digunakan pada ventilasi udara dari cerobong yang didalamnya terdapat organisme yang menginfeksi sedang dipindahkan (Volk and Wheeler, 1989). F. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan mikroba di udara Sejumlah faktor intrinsik dan lingkungan mempengaruhi dan distribusi jenis mikroflora di udara. faktor intrinsik meliputi sifat dan keadaan fisiologis mikroorganisme dan juga keadaan suspensi. Spora relatif lebih banyak daripada sel vegetatif. Hal ini terutama karena sifat spora dorman yang memungkinkan mereka untuk mentolerir kondisi yang tidak menguntungkan seperti pengeringan, kurangnya nutrisi yang cukup dan radiasi ultraviolet. Demikian pula spora fungi berlimpah di udara karena spora merupakan alat penyebaran penyebaran fungi. Ukuran mikroorganisme merupakan faktor yang menentukan jangka waktu mereka untuk tetap melayang di udara. Umumnya mikroorganisme yang lebih kecil dapat dengan mudah dibebaskan ke udara dan tetap di sana selama jangka waktu lama. Miselium fungi memiliki ukuran yang lebih besar dan karena itu tidak dapat bertahan lama di udara. Keadaan suspensi memainkan peran penting keberadaan mikroorganisme di udara. Semakin kecil suspensi, semakin besar kemungkinan mereka untuk tetap berada di udara. Biasanya mereka melekat pada partikel debu dan air liur. Mikroorganisme yang ada dalam partikel debu di udara hanya hidup untuk waktu yang singkat. Tetesan yang dibuang ke udara melalui batuk atau bersin juga hanya dapat bertahan di udara untuk waktu singkat. Namun jika ukuran suspensi menurun, mereka dapat bertahan lama di udara. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi mikroba udara adalah suhu atmosfer, kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Temperatur dan kelembaban relatif adalah dua faktor penting yang menentukan viabilitas dari mikroorganisme dalam aerosol. Studi dengan Serratia marcesens dan E. coli menunjukkan bahwa kelangsungan hidup udara terkait erat dengan suhu. Pengaruh angin juga menentukan keberadaan mikroorganisme di udara. Pada udara yang tenang, partikel cenderung turun oleh gravitasi. Tapi sedikit aliran udara dapat menjaga mereka dalam suspensi untuk waktu yang relatif lama. Angin penting dalam penyebaran mikroorganisme karena membawa mereka lebih jauh. Arus juga memproduksi turbulensi udara yang menyebabkan distribusi vertikal mikroba udara. Pola cuaca global
  • 22. juga mempengaruhi penyebaran vertikal. Ketinggian membatasi distribusi mikroba di udara. Semakin tinggi dari permukaan bumi, udara semakin kering, radiasi ultraviolet semakin tinggi, dan suhu semakin rendah sampai bagian puncak troposfer. Hanya spora yang dapat bertahan dalam kondisi ini, dengan demikian, mikroba yang masih mampu bertahan pada ketinggian adalah mikroba dalam fase spora dan bentuk-bentuk resisten lainnya. 2.2 Peranan Mikroorganisme Dalam Kehidupan Sehari-hari 1.Mikroorganisme Pengubah dan Penghasil Makanan dan Minuman Proses fermentasi dari suatu organisme dapat mengubah suatu makanan dan minuman. Proses fermentasi merupakan perubahan enzimatik secara anaerob dari suatu senyawa organik dan menjadi produk organik yang lebih sederhana. Mengapa mikroorganisme dijadikan sebagai sumber makanan? Hal tersebut disebabkan mikroorganisme dapat tumbuh menjadi dua kali lipat dan juga massa mikroba minimal mengandung 40% protein dan memiliki kandungan vitamin dan mineral yang tinggi. Beberapa jenis mikroorganisme dalam produk makanan dan minuman adalah sebagai berikut. a. Pembuatan Tape Tape merupakan makanan hasil fermentasi yang mengandung alkohol. Makanan ini dibuat dari beras ketan ataupun singkong dengan jamur Endomycopsis fibuligera, Rhizopus oryzae, ataupun Saccharomyces cereviceae sebagai ragi. Ragi tersebut tersusun oleh tepung beras, air tebu, bawang merah dan putih, kayu manis. Sebelum membuat tape perlu diperhatikan untuk menghasilkan kualitas yang bagus, warnanya menarik, rasanya manis dan strukturnya lembut dengan menggunakan cara antara lain: a.bahan dasar singkong atau beras ketan memiliki kualitas baik; b.memperhitungkan macam dan banyak ragi yang digunakan; c.memilih cara pemasakan bahan dasar (ditanak atau direbus); d.memilih cara menyimpan tape (dengan plastik atau daun); e.memperhatikan keadaan lingkungan pada saat menyimpannya. Adakalanya pembuatan tape ketan dilanjutkan yang akhirnya akan menghasilan brem, baik untuk diminum atau untuk kue. b. Pembuatan Tempe Tempe adalah makanan yang populer di negara kita. Meskipun merupakan makanan yang sederhana, tetapi tempe mempunyai atau mengandung sumber protein nabati yang cukup tinggi. Tempe terbuat dari kedelai dengan bantuan jamur Rhizopus sp. Jamur ini akan mengubah protein kompleks kacang kedelai yang sukar dicerna menjadi protein sederhana yang mudah dicerna karena adanya perubahan-perubahan kimia pada protein, lemak, dan karbohidrat. Selama proses fermentasi kedelai menjadi tempe, akan dihasilkan antibiotika yang akan mencegah penyakit perut seperti diare. c. Pembuatan Oncom Oncom merupakan makanan yang dikenal di kawasan Jawa Barat. Oncom terbuat dari ampas tahu, yaitu ampas kedelai dengan bantuan jamur Neurospora sitophila. Jamur ini dapat menghasilkan zat warna merah atau oranye yang merupakan pewarna alami. Neurospora dapat mengeluarkan enzim amilase, lipase protease yang aktif selama proses fermentasi. Selain itu, juga dapat menguraikan bahan-bahan dinding sel ampas kacang kedelai, singkong, atau kelapa. Fermentasi ini juga menyebabkan terbentuknya sedikit
  • 23. alkohol dan berbagai ester yang beraroma sedap. d. Pembuatan Kecap Kecap terbuat dari kacang kedelai berwarna hitam. Untuk mempercepat fermentasi biasanya dicampurkan sumber karbohidrat atau energi yang berbentuk tepung beras atau nasi, sedangkan warna larutan kecap yang terjadi, tergantung pada waktu. Perendaman kedelai dilakukan dalam larutan garam, maka pembuatan kecap dinamakan fermentasi garam. Fermentasi pada proses pembuatan kecap dengan menggunakan jasmur Aspergillus wentii dan Rhizopus sp. Coba Anda perhatikan beberapa kecap di pasaran, ada yang kental, ada pula yang encer. Kecap yang kental karena banyak ditambahkan gula merah, gula aren, atau gula kelapa, sedangkan kecap yang encer dikarenakan mengandung lebih banyak garam. Ada juga kecap ikan, kecap udang, dan sebagainya. Itu bisa dilakukan karena selama proses pembuatan ada penambahan sari ikan ataupun sari udang ke dalamnya. e. Pembuatan Asinan Sayuran Asinan sayuran merupakan sayuran yang diawetkan dengan jalan fermentasi asam. Bakteri yang digunakan adalah Lactobacillus sp., Streptococcus sp., dan Pediococcus. Mikroorganisme tersebut mengubah zat gula yang terdapat dalam sayuran menjadi asam laktat. Asam laktat yang terbentuk dapat membatasi pertumbuhan mikroorganisme lain dan memberikan rasa khas pada sayuran yang difermentasi atau sering dikenal dengan nama ‘acar’. f.Pembuatan Roti Jika Anda makan roti atau donat, pernahkah Anda berpikir bila pembuatan roti atau donat itu sebenarnya juga melalui proses fermentasi? Proses fermentasi ini dibantu dengan bantuan yeast atau khamir yaitu sejenis jamur. Jika Anda mempunyai kesempatan memperhatikan pembuatan roti atau donat, maka adonan tepung akan mengembang. Yeast yang ditambahkan pada adonan tepung akan menjadikan proses fermentasi, yaitu akan menghasilkan gas karbon dioksida dan alkohol. Gas karbon dioksida tersebut dapat berguna untuk mengembangkan roti, sedangkan alkohol dibiarkan menguap. Selanjutnya, akan terlihat jika adonan tersebut dioven akan tampak lebih mengembang dan ukurannya membesar, hal ini dikarenakan gas akan mengembang jika temperatur tinggi. Hasilnya seperti yang Anda lihat roti akan berwarna kekuningan dan lembut, tetapi jika tidak beruntung roti akan keras dan padat (bantat). g.Pembuatan Keju Pada umumnya keju disukai banyak orang. Keju dibuat dari air susu yang diasamkan dengan memasukkan bakteri, yaitu Lactobacillus bulgarius dan Streptococcus thermophillus. Untuk mengubah gula susu (laktosa) menjadi asam susu (asam laktat) susu dipanaskan terlebih dahulu pada suhu tertentu dengan maksud untuk membunuh bakteri yang berbahaya agar berhasil dalam proses pembuatannya. Selanjutnya, ditambahkan campuran enzim yang mengandung renin untuk menggumpalkan susu sehingga terbentuk lapisan, yaitu berupa cairan susu yang harus dibuang, sedangkan bagian yang padat diperas dan dipadatkan. Enzim tersebut akan menambah aroma dan rasa, juga akan mencerna protein dan lemak menjadi asam amino. Pada umumnya keju dapat dikelompokkan menurut kepadatannya yang dihasilkan dalam proses pemasakan. Keju menjadi keras apabila kelembabannya kecil dan pemampatannya besar. Jika masa inkubasinya semakin lama, maka keasamannya makin tinggi sehingga cita rasanya makin tajam. Misalnya, keju romano, parmesan sebagai keju sangat keras, keju
  • 24. cheddar, swiss sebagai keju keras yang berperan Propioniobacterium sp., keju roqueorforti yang berperan Pennicilium reguerforti sebagai keju setengah lunak, keju camemberti sebagai keju lunak yang berperan Pennicilium camemberti. h.Pembuatan Yoghurt Yoghurt merupakan minuman yang terbuat dari air susu. Apabila dibandingkan dengan susu biasa, yoghurt dapat memberikan efek pengobatan terhadap lambung dan usus yang terluka. Selain itu, yoghurt dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah sehingga mencegah penyumbatan di pembuluh darah. Dalam proses pembuatannya, air susu dipanaskan terlebih dahulu agar tidak terkontaminasi bakteri yang lain. Setelah dingin, ke dalam air susu dimasukkan bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus termophillus. Susu dibiarkan selama 4-6 jam pada suhu 38 C – 44 C atau selama 12 jam pada suhu 32 C. Pada masa inkubasi akan dihasilkan asam laktat, asam inilah yang membuat yoghurt berasa asam, dapat juga ditambahkan dengan buah, kacang, atau rasa lain yang diinginkan. i.Minuman Berakohol Mikroorganisme yang digunakan adalah khamir dari genus Saccharomyces. Minuman yang sangat terkenal yaitu anggur sebenarnya adalah buah anggur yang sudah mengandung gula sehingga dapat digunakan secara langsung oleh ragi selama proses fermentasi. Pada proses pembuatan minuman ini sudah tidak diperlukan tambahan gula lagi, apabila ingin menambah cita rasa dapat ditambahkan buah-buahan dan gula secukupnya. Bakteri yang digunakan adalah bakteri yang bersifat asam laktat karena buah anggur mengandung asam malat yang tinggi. Bakteri tersebut akan mengubah asam malat menjadi asam laktat yang lemah dan proses ini disebut fermentasi malolaktat sehingga hasil minumannya memiliki rasa yang lebih baik dan sedikit asam. Bir sebenarnya merupakan produk yang berasal dari tepung biji padi-padian yang difermentasi oleh ragi. Hanya ragi tersebut tidak bisa menggunakan tepung itu secara langsung. Cara pembuatannya, yaitu biji padi-padian dibiarkan untuk berkecambah terlebih dahulu, kemudian dikeringkan lalu digiling, hasilnya disebut dengan malt yang berupa glukosa dan maltosa, dan proses perubahan tersebut dinamakan dengan malting. Selanjutnya baru difermentasi oleh ragi menjadi ethanol dan karbondioksida j.ProteinSelTunggal(PST) Mengingat jumlah penduduk yang semakin meningkat dan masalah penyediaan bahan pangan yang semakin berkurang terasa adanya ketidakseimbangan antara hasil pertanian dan kebutuhan, bahkan sumber protein yang belum mencapai sasaran sehingga diperlukan cara baru melalui teknologi dengan hasil teknoprotein yang dinamanakan Protein sel tunggal (PST). Protein sel tunggal merupakan protein yang dihasilkan oleh mikroorganisme misalnya ganggang, bakteri dan berada di dalam sel mikroorganisme tersebut, coba Anda buka kembali pelajaran kelas X. Mikroorganisme tersebut memiliki protein yang beratnya mencapai 80 % dari berat total sel. Jika mikroorganisme tersebut memiliki kemampuan reproduksi yang sangat cepat, maka akan dihasilkan protein dalam jumlah yang banyak dalam waktu yang singkat. 2.3 Peranan Mikrobiologi Dalam Kesehatan Lingkungan
  • 25. Dapat dikatakan ‘peran mikrobiologi dalam bidang kesehatan’ memiliki pengertian bahwa mikrobiologi sebagai ilmu yang mempelajari mikroorganisme mempunyai kedudukan yang begitu pentingnya dalam rangka menjaga kondisi optimal tubuh manusia, meliputi pencegahan dan penanggulangan dari berbagai macam penyakit. Seperti yang telah dikatakan bahwa sebagian besar mikroorganisme dapat menimbulkan berbagai macam penyakit atau dapat dikatakan bersifat patogen. Adapun derajat kemampuan suatu mikroba sehingga menyebabkan infeksi disebut virulensi. Semakin besar derajat virulensi suatu mikroba menandakan bahwa mikroba tersebut besar pula peluangnya untuk menimbulkan infeksi/penyakit pada manusia ataupun makhluk hidup lainnya. Penyakit yang berasal dari mikroorganisme dapat tersebar melalui berbagai macam media, diantaranya: 1. Melalui udara Berikut contoh dari mikroba dan penyakit yang dibawanya melalui perantaraan udara:  Corynebacterium diphtheriae; menyebabkan penyakit difteri  Streptococcus pyogenes; menyebabkan penyakit faringitis, demam rematik, dan glomerulonefritis  Mycobacterium tuberculosis; menyebabkan TBC  Streptococcus pneumonia; menyebabkan pneumonia  Neisseria meningitis; menyebabkan meningitis/radang selaput otak  Bordetella pertussis; menyebabkan penyakit saluran pernapasan akut  Rhinovirus; menyebabkan salesma  Influenzavirus; menyebabkan influenza 2. Melalui makanan Adapun contoh dari mikroba dan penyakit yang dibawanya melalui perantaraan makanan:  Salmonelosis  Staphilococcus aureus  Clostridium botolinum; penyebab penyakit botulisme  Clostridium perfringens; penyebab perfringens  Vibrio parahaemolyticus; terdapat pada seafood  Bacillus cereus pada nasi basi, E.Coli, dan Proteus sp  Genus Aspergillus yang menghasilkan alfatoksin  Echovirus, Coxsackievirus, Reovirus, Adenovirus, virus hepatitis, virus poliomyelitis 3. Melalui air Berikut beberapa contoh dari penyebaran penyakit dari mikroorganisme melalui perantaraan air:  Salmonella typhi; menyebabkan demam tifoid  Shigella sp; menyebabkan disentri basiler  Vibrio cholerae; menyebabkan kolera  Entamoeba histolytica; menyebabkan disentri amoeba 4. Melalui serangga Adapun contoh dari mikroba dan penyakit yang dibawanya melalui perantaraan serangga:  Trypanosoma gambiaense; menyebabkan penyakit tidur  Plasmodium vivax, Plasmodium malariae; menyebabkan penyakit malaria  Togavirus; menyebabkan demam dengue Perlu kita sadari, dikarenakan begitu banyaknya penyakit yang ditimbulkan dari keberadaan mikroorganisme di lingkungan sekitar kita. Oleh karena itu kita selayaknya melakukan pencegahan dari adanya mikroorganisme patogen agar potensi dari penyakit
  • 26. yang mungkin timbul dapat kita hindari. Ada banyak teknik yang dilakukan untuk mencegah keberadaan mikroorganisme di lingkungan atau dalam istilah mikrobiologi disebut teknik aseptik. Teknik aseptik dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian, diantaranya: a) Sterilisasi Sterilisasi berfungsi mencegah keberadaan mikroorganisme di lingkungan. Ada berbagai macam teknik sterilisasi yang telah digunakan saat ini, yaitu:  Secara fisik; dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian utama, diantaranya sistem basah seperti dengan autoklaf, perebusan, dan udara panas; sistem kering seperti dengan oven, api langsung, filtrasi; sistem radiasi dengan sinar UV, X-Rays, dan sinar gamma.  Secara kimiawi; menggunakan senyawa kimia untuk pencegahan keberadaan mikroorganisme seperti alkohol, klorin, formaldehyde, peroxides, iodin, dan yang lainnya. b) Desinfeksi Desinfeksi berfungsi membunuh keberadaan mikroorganisme dengan menggunakan senyawa kimia seperti klorin. c) Sanitasi Sanitasi berfungsi menghambat pertumbuhan mikroorganisme langsung di dekat sumber pencemar seperti penggunaan tangki septik di rumah tangga atau instalasi pengolahan limbah baik secara komunal ataupun terpusat. Di samping keberadaannya sebagai patogen (penyebab dari penyakit) seperti yang disebutkan tadi, sebenarnya mikroorganisme memiliki berbagai manfaat juga di bidang kesehatan, diantaranya: 1) Produksi penisilin Seperti yang telah kita ketahui bahwa penisilin merupakan bahan baku pembuatan antibiotik (zat yang dapat menghambat keberadaan bakteri) yang berguna dalam upaya penyembuhan dari berbagai penyakit. Perlu kita ketahui sebenarnya penisilin dihasilkan oleh mikroorganisme sejenis kapang (Penicillium notatum) yang telah diteliti oleh Alexander Fleming. Adapun dalam skala industri, pembuatan penisilin melalui berbagai tahapan, diantaranya:  Pembuatan medium; yang nantinya digunakan sebagai medium tumbuh dan berkembang bagi kapang Penicillium notatum.  Pembuatan inokulum; biakan murni haruslah didapatkan agar produksi penisilin dapat berlangsung maksimal.  Fermentasi; biakan yang telah ditanamkan pada medium dibiarkan pada suhu optimal tumbuh mikroorganisme pada waktu tertentu.  Penyaringan penisilin; penisilin yang telah dihasilkan dari biakan disaring melalui filter agar mendapatkan penisilin murni yang nantinya diolah menjadi antibiotik. 2) Pembuatan vaksin Vaksin adalah virus yang telah dilemahkan. Contoh dari vaksin seperti: vaksin cacar (oleh Edward Jenner), vaksin kolera ayam, antrax, dan rabies (oleh Louis Pasteur), serta masih banyak lagi vaksin yang telah ditemukan hingga saat ini. Adapun vaksin dapat diperoleh melalui Postulat River, yaitu:  Agen virus harus ditemukan dalam cairan tubuh sewaktu sakit atau dari sel yang menunjukkan lesio spesifik.  Agen virus yang diperoleh dari penderita infeksi harus dapat menimbulkan penyakit pada individu lain dalam bentuk antibodi terhadap virus tersebut.  Jika sudah diketahui virus spesifik, virus diisolasi di laboratorium untuk kemudian dilemahkan kemampuannya untuk menginfeksi.
  • 27.  Setelah diperoleh virus yang ‘lemah’, kemudian virus dibiakan untuk nantinya diinjeksikan pada individu sehat agar terbentuk antibodi pada individu tersebut sehingga dapat mencegah infeksi virus di kemudian hari. 3) Produksi enzim Diantara enzim yang dapat disintesis mikroorganisme: Pektinase, Invertase, Amilase, dan Protease. Menggunakan teknik enzim yang diimobilisasi, dalam teknik ini enzim ‘ diikat’ (dibuat tidak mobil) pada suatu matriks yang tidak dapat larut; kemudian substrat dilakukan pada lapisan enzim yang diimobilisasi ini dan pada saat yang bersamaan enzim akan mengubah substrat tersebut. Adapun keuntungan dalam penggunaan teknik imobilisasi tersebut, yaitu: enzim dapat digunakan berulang-ulang dan tidak hilang atau rusak, di samping itu penggunaan enzim menjadi jauh lebih panjang; serta enzim yang dihasilkan tidak menimbulkan kontaminasi terhadap produk. 4) Pengubahan steroid Beberapa mikroorganisme juga diketahui dapat mengubah steroid menjadi kortison steroid, yang pada tahun 1949 telah dipertunjukkan bahwa kortison steroid berpengaruh nyata dalam pengobatan rematoid artritis. Juga telah dikenali sebagai bahan terapeutik yang sangat bermanfaat bagi pengobatan artritis, rematik, leukemia, anemia hemolitik, dll. 2.4 Mikrobiologi Berperan Dalam Pengelolaan Lingkungan Mikroba terdapat dimana-mana di sekitar kita, ada yang menghuni tanah air dan atmosfer planet kita. Adanya mikroba di planet lain diluar bumi telah diselidiki pula, namun sejauh ini di ruang angkasa belum menampakkan adanya mikroba. studi tentang mikroba yang ada di lingkungan alamiahnya disebut ekologi mikroba . Ekologi merupakan bagian biologi yang berkenaan dengan studi mengenai hubungan organisme atau kelompok organisme dengan lingkungannya. Saat ini mikroba banyak dimanfaatkan di bidang lingkungan, yang berperan membantu memperbaiki kualitas lingkungan. Terutama untuk mengatasi masalah pencemaran lingkungan, baik di lingkungan tanah maupun perairan. Bahan pencemar dapat bermacam-macam mulai dari bahan yang berasal dari sumber-sumber alami sampai bahan sintetik, dengan sifat yang mudah dirombak (biodegradable) sampai sangat sulit bahkan tidak bisa dirombak (rekalsitran/ nonbiodegradable) maupun bersifat meracun bagi jasad hidup dengan bahan aktif tidak rusak dalam waktu lama (persisten). Dalam hal ini akan dibahas beberapa pemanfaatan mikroba dalam proses peruraian bahan pencemar dan peran lainnya untuk mengatasi bahan pencemar. A. PERURAIAN / BIODEGRADASI BAHAN PENCEMAR (POLUTAN) 1. Mikroba dalam pembersihan air Dalam air baik yang kita anggap jernih, sampai terhadap air yang keadaannya sudah kotor atau tercemar, di dalamnya akan terkandung sejumlah ke-hidupan, yaitu misalnya yang berasal dari sumur biasa, sumur pompa, sumber mata-air dan sebagai-nya, di dalamnya terdiri dari bakteri, yaitu :
  • 28. – Kelompok bakteri besi (misalnya Crenothrix dan Sphaerotilus) yang mampu mengoksidasi senyawa ferro menjadi ferri. Akibat kehadirannya, air sering berubah warna kalau disimpan lama yaitu warna kehitam-hitaman, kecoklat- coklatan, dan sebagainya. – Kelompok bakteri belerang (antara lain Chromatium dan Thiobacillus) yang mampu mereduksi senyawa sulfat menjadi H2S. Akibatnya kalau air disimpan lama akan tercium bau busuk seperti bau telur busuk. – Kelompok mikroalge (misalnya yang termasuk mikroalga hijau, biru dan kersik), sehingga kalau air disimpan lama di dalamnya akan nampak jasad-jasad yang berwarna hijau, biru atau pun kekuning-kuningan, tergantung kepada dominasi jasad-jasad tersebut serta lingkungan yang mempengaruhinya. Kehadiran kelompok bakteri dan mikroalga tersebut di dalam air, dapat menyebabkan terjadinya penurunan turbiditas dan hambatan aliran, karena kelompok bakteri besi dan belerang dapat membentuk serat atau lendir. Akibat lainnya adalah terjadinya proses korosi (pengkaratan) terhadap benda-benda logam yang berada di dalamnya, menjadi bau, berubah warna, dan sebagainya. Mikroba yang terdapat dalam air limbah kebanyakan berasal dari tanah dan saluran pencernaan. Bakteri colon (coliforms) terutama Escherichia coli sering digunakan sebagai indeks pencemaran air. Bakteri tersebut berasal dari saluran pencernaan manusia dan hewan yang dapat hidup lama dalam air, sehingga air yang banyak mengandung bakteri tersebut dianggap tercemar. Untuk mengurangi mikroba pencemar dapat digunakan saringan pasir atau trickling filter yang segera membentuk lendir di permukaan bahan penyaring, sehingga dapat menyaring bakteri maupun bahan lain untuk penguraian. Penggunaan lumpur aktif juga dapat mempercepat perombakan bahan organik yang tersuspensi dalam air. Secara kimia digunakan indeks BOD (biological oxygen demand) dan COD (chemical oxygen demand). Prinsip perombakan bahan dalam limbah adalah oksidasi, baik oksidasi biologis maupun oksidasi kimia. Semakin tinggi bahan organik dalam air menyebabkan kandungan oksigen terlarut semakin kecil, karena oksigen digunakan oleh mikroba untuk mengoksidasi bahan organik. Adanya bahan organik tinggi dalam air menyebabkan kebutuhan mikroba akan oksigen meningkat, yang diukur dari nilai BOD yang meningkat. Untuk mempercepat perombakan umumnya diberi aerasi untuk meningkatkan oksigen terlarut, misalnya dengan aerator yang disertai pengadukan. Setelah terjadi perombakan bahan organik maka nilai BOD menurun sampai nilai tertentu yang menandakan bahwa air sudah bersih. Dalam suasana aerob bahan-bahan dapat dirubah menjadi sulfat, fosfat, ammonium, nitrat, dan gas CO2yang menguap. Untuk menghilangkan sulfat, ammonium dan nitrat dari air dapat menggunakan berbagai cara. Dengan diberikan suasana yang anaerob maka sulfat direduksi menjadi gas H2S, ammonium dan nitrat dirubah menjadi gas N2O atau N2. 2. Mikroba perombak deterjen Alkil Benzil Sulfonat (ABS) adalah komponen detergen, yang merupakan zat aktif yang dapat menurunkan tegangan muka sehingga dapat digunakan sebagai pembersih. ABS mempunyai Na-sulfonat polar dan ujung alkil non-polar. Pada proses pencucian, ujung polar ini menghadap ke kotoran (lemak) dan ujung polarnya menghadap keluar (ke-
  • 29. air). Bagian alkil dari ABS ada yang linier dan non-linier (bercabang). Bagian yang bercabang ABS-nya lebih kuat dan berbusa, tetapi lebih sukar terurai sehingga menyebabkan badan air berbuih. Sulitnya peruraian ini disebabkan karena atom C tersier memblokir beta-oksidasi pada alkil. Hal ini dapat dihindari apabila ABS mempunyai alkil yang linier. 3. Mikroba perombak plastik Plastik banyak kegunaannya tetapi polimer sintetik plastik sangat sulit dirombak secara alamiah. Hal ini mengakibatkan limbah yang plastik semakin menumpuk dan dapat mencemari lingkungan. Akhir-akhir ini sudah mulai diproduksi plastik yang mudah terurai. Plastik terdiri atas berbagai senyawa yang terdiri polietilen, polistiren, dan polivinil klorida. Bahan-bahan tersebut bersifat inert dan rekalsitran. Senyawa lain penyusun plastik yang disebut plasticizers terdiri: (a) ester asam lemak (oleat, risinoleat, adipat, azelat, dan sebakat serta turunan minyak tumbuhan, (b) ester asam phthalat, maleat, dan fosforat. Bahan tambahan untuk pembuatan plastik seperti Phthalic Acid Esters (PAEs) dan Polychlorinated Biphenyls (PCBs) sudah diketahui sebagai karsinogen yang berbahaya bagi lingkungan walaupun dalam konsentrasi rendah. Dari alam telah ditemukan mikroba yang dapat merombak plastik, yaitu terdiri bakteri, aktinomycetes, jamur dan khamir yang umumnya dapat menggunakan plasticizers sebagai sumber C, tetapi hanya sedikit mikroba yang telah ditemukan mampu merombak polimer plastiknya yaitu jamur Aspergillus fischeri dan Paecilomyces sp. Sedangkan mikroba yang mampu merombak dan menggunakan sumber C dari plsticizers yaitu jamur Aspergillus niger, A. Versicolor, Cladosporium sp.,Fusarium sp., Penicillium sp.,Trichoderma sp., Verticillium sp., dan khamir Zygosaccharomyces drosophilae, Saccharomyces cerevisiae, serta bakteri Pseudomonas aeruginosa, Brevibacterium sp. dan aktinomisetes Streptomyces rubrireticuli. Untuk dapat merombak plastik, mikroba harus dapat mengkontaminasi lapisan plastik melalui muatan elektrostatik dan mikroba harus mampu menggunakan komponen di dalam atau pada lapisan plastik sebagai nutrien. Plasticizers yang membuat plastik bersifat fleksibel seperti adipat, oleat, risinoleat, sebakat, dan turunan asam lemak lain cenderung mudah digunakan, tetapi turunan asam phthalat dan fosforat sulit digunakan untuk nutrisi. Hilangnya plasticizers menyebabkan lapisan plastik menjadi rapuh, daya rentang meningkat dan daya ulur berkurang. 3. Minyak Bumi Minyak bumi tersusun dari berbagai macam molekul hidrokarbon alifatik, alisiklik, dan aromatik. Mikroba berperanan penting dalam menguraikan minyak bumi ini. Ketahanan minyak bumi terhadap peruraian oleh mikroba tergantung pada struktur dan berat molekulnya. Fraksi alkana rantai C pendek, dengan atom C kurang dari 9 bersifat meracun terhadap mikroba dan mudah menguap menjadi gas. Fraksi n-alkana rantai C sedang dengan atom C 10-24 paling cepat terurai. Semakin panjang rantaian karbon alkana menyebabkan makin sulit terurai. Adanya rantaian C bercabang pada alkana akan
  • 30. mengurangi kecepatan peruraian, karena atom C tersier atau kuarter mengganggu mekanisme biodegradasi. Apabila dibandingkan maka senyawa aromatik akan lebih lambat terurai dari pada alkana linier. Sedang senyawa alisiklik sering tidak dapat digunakan sebagai sumber C untuk mikroba, kecuali mempunyai rantai samping alifatik yang cukup panjang. Senyawa ini dapat terurai karena kometabolisme beberapa strain mikroba dengan metabolisme saling melengkapi. Jadi walaupun senyawa hidrokarbon dapat diuraikan oleh mikroba, tetapi belum ditemukan mikroba yang berkemampuan enzimatik lengkap untuk penguraian hidrokarbon secara sempurna. 4. Sampah Mikroba (fungi dan bakteri) secara tradisional berfungsi sebagai decomposer (pengurai). Makhluk hidup yang telah mati akan diuraikan oleh mereka menjadi unsur- unsur yang lebih mikro. Tanpa adanya mikroba decomposer, bumi kita ini akan dipenuhi oleh bangkai dalam jumlah banyak. Mikroba decomposer inilah yang digunakan untuk pengolahan sampah/limbah. Teknologi lingkungan yang terbaru telah memungkinkan pengolahan sampah/limbah dengan perspektif lain. Sampah pada awalnya dipilah antara organik dan non organik. Sampah non organik akan didaur ulang, sementara sampah organik akan mengalami proses lanjutan pembuatan kompos. Proses tersebut adalah menciptakan kondisi yang optimum supaya kompos dapat dibuat dengan baik. Optimasi kondisi tersebut, selain desain alat yang baik dan ventilasi untuk proses aerasi, adalah juga menciptakan kondisi optimum bagi mikroba composter untuk melaksanakan proses composting. Parameter optimasinya bisa berupa keasaman, suhu, dan medium pertumbuhan. Jika parameter tersebut diperhatikan, maka proses composting diharapkan bisa efektif dan efisien. B. PERAN LAIN MIKROBA UNTUK MENGATASI MASALAH PENCEMARAN 1. Biopestisida Pestisida mikroba termasuk biopestisida yang telah banyak digunakan untuk menggantikan pestisida kimia sintetik yang banyak mencemari lingkungan. Penggunaan pestisida mikroba merupakan bagian dari pengendalian hama secara hayati menggunakan parasit, hiperparasit, dan predator. Salah satu keuntungan pestisida yang dikembangkan dari mikroba adalah (a) dapat berkembang biak secara cepat dalam jasad inangnya (hospes), (b) dapat bertahan hidup di luar hospes, (c) sangat mudah tersebar di alam. Namun mempunyai kelemahan tidak secara aktif mencari hospes atau hama sasarannya. Mikroba yang telah dikembangkan untuk biopestisida adalah berbagai macam mikroba sebagai berikut: a. Virus penyebab penyakit hama, seperti NPV (nuclear polyhidrosis virus), CPV (cytoplasmic polyhidrosis virus), dan GV (granulosis virus) untuk mengendalikan Lepidoptera. Baculovirus untuk mengendalikan Lepidoptera, Hymenoptera, dan diptera. b. Bakteri yang dapat mematikan serangga hama, yang terkenal adalah Bacillus thuringiensis (Bt). Bakteri ini dapat digunakan untuk mengendalikan Lepidoptera, Hymenoptera, diptera, dan coleoptera. Bakteri ini dapat menghasilkan kristal protein toksin yang dapat mematikan serangga hama. Selain itu ada bakteri lain seperti Pseudomonas aeruginosa dan Proteus vulgaris untuk mengendalikan belalang,
  • 31. Pseudomonas septica dan Bacillus larvae untuk hama kumbang, Bacillus sphaericus untuk mengendalikan nyamuk, dan B. Moritai untuk mengendalikan lalat. c. Jamur yang termasuk entomophagus dapat digunakan untuk mengendalikan hama. Sebagai contoh Metarhizium anisopliae dapat digunakan untuk mengendalikan kumbang Rhinoceros dan belalang cokelat. Beauveria bassiana untuk mengendalikan kumbang kentang, Nomurea rilevi untuk mengendalikan lepidoptera, Paecylomyces lilacinus dan Gliocladium roseum dapat digunakan untuk mengendalikan nematoda. 2. Logam Berat Limbah penambangan emas dan tembaga (tailing) yang banyak mengandung logam berat terutama air raksa (Hg), industri logam dan penyamakan kulit banyak menghasilkan limbah logam berat terutama cadmium (Cd), serta penggunaan pupuk (misalnya pupuk fosfat) yang mengandung logam berat seperti Hg, Pb, dan Cd, sekarang banyak menimbulkan masalah pencemaran logam berat. Logam berat dalam konsentrasi rendah dapat membahayakan kehidupan karena afinitasnya yang tinggi dengan sistem enzim dalam sel, sehingga menyebabkan inaktivasi enzim dan berbagai gangguan fisiologi sel. Bakteria dapat menghasilkan senyawa pengkhelat logam yang berupa ligan berberat molekul rendah yang disebut siderofor. Siderofor dapat membentuk kompleks dengan logam-logam termasuk logam berat. Umumnya pengkhelatan logam berat oleh bakteri adalah sebagai mekanisme bakteri untuk mempertahankan diri terhadap toksisitas logam. Bakteri yang tahan terhadap toksisitas logam berat mengalami perubahan sistem transport di membran selnya, sehingga terjadi penolakan atau pengurangan logam yang masuk ke dalam sitoplasma. Dengan demikian logam yang tidak dapat melewati membran sel akan terakumulasi dan diendapkan atau dijerap di permukaan sel. Untuk mengambil logam berat yang sudah terakumulasi oleh bakteri, dapat dilakukan beberapa cara. Logam dari limbah cair dapat dipisahkan dengan memanen mikroba. Logam yang berada dalam tanah lebih sulit untuk dipisahkan, tetapi ada cara pengambilan logam menggunakan tanaman pengakumulasi logam berat. Tanaman yang termasuk sawi-sawian (misal Brassica juncea) dapat digunakan bersama-sama dengan rhizobacteria pengakumulasi logam (misal Pseudomonas fluorescens) untuk mengambil logam berat yang mencemari tanah. Selanjutnya logam yang telah terserap tanaman dapat dipanen dan dibakar untuk memisahkan logam beratnya.
  • 32. BAB 3 PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa mikroorganisme memegang peranan penting dalam aktivitas perombakan di dalam tanah karena tanpa aktivitas mikroba maka segala kehidupan di bumi ini lambat laun akan terhambat, selain itu mikroba juga berperan dalam siklus energi, siklus hara, pembentukan agregat tanah, dll. Jika setiap mikroorganisme mampu untuk beradaptasi dengan baik terhadap perubahan lingkungan (tanah) maka populasinya bisa lestari atau tetap bertahan hidup, jikalau tidak bisa maka populasinya diganti dengan mikroba lainnya. Perubahan lingkungan itu bisa saja perubahan fisik maupun kimiawi 3.2 Saran Setelah mempelajari tentang mikrobiologi ini kiranya kita dapat memanfaatkan semaksimal mungkin materi ini sehingga kita dapat mengerti dan tentang mikrobioloogi, saya sadar dan mengakuinya, masih banyak kesalahan dan kekurangan yang harus ditutupi. Oleh karena itu saya dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari para pembaca guna dan tujuan untuk memperbaiki dan melengkapi apa yang kurang dalam makalah saya ini.