Ekosistem sungai dicirikan oleh interaksi antara komponen biotik dan abiotik. Praktikum mempelajari parameter fisika, kimia, dan biologi di Sungai Tambakbayan, termasuk suhu, kecepatan aliran, DO, CO2, pH, dan keanekaragaman plankton. Hasil menunjukkan variasi parameter di 4 stasiun dan kualitas air berkisar baik-sedang.
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
Sungai
1. EKOSISTEM SUNGAI
Ahmad Syaifullah
14/365119/PN/13686
Tekhnologi Hasil Perikanan
Intisari
Sungai merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan makhluk hidup di bumi.
Sungai sebagai sumber air yang berada di darat mengalirkan air dari hulu ke hilir dimana pada
saat aliran itu mengalir membawa partikel, kandungan serta zat zat yang akhirnya terbawa
sepanjang sungai itu mengalir. Pada Ekosistem sungai yang terdiri atas komponen biotik dan
abiotik perlu diteliti keadaannya. Komponen seperti pH, suhu, CO2, O2 bebas salinitas dll jelas
berbeda dengan periaran lain sehingga inilah karakteristik dari perairan sungai sebagai parameter
kimianya.Tujuan praktikum ini yang pertama adalah mempelajari karakteristik ekosistem sungai
dan factor factor pembatasnya, kemudian mempelajari cara cara pengambilan data parameter
fisik, kimia, biologi suatu perairan, mempelajari korelasi antara beberapa parameter lingkungan
dengan komunitas biota perairan (plankton) serta mempelajari kualitas perairan sungai
berdasrkan indeks diversitas biota perairan. Praktikum dilaksanakan pada hari Senin, 9 Maret
2015 di Stasiun 4 Sungai Tambakbayan, Sleman, DIY dan Laboraturium Ekologi Perairan,
Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada pukul 13.30 – selesai. Parameter
yang diteliti dalam percobaan kali ini berupa parameter biologis (organisme di dalamnya), fisika
(kecepatan arus dan luas perairan rata rata) dan kimia (CO2, DO, dan Alkalinitas). Pada
pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa kualitas perairan menurut indeks diversitas biota
perairan berkisar antara 4,311 dan 1,8048. Sehingga disimpulkan kualitas air berkisar
Kata kunci : biota, densitas, diversitas, ekosistem, parameter, sungai
PENDAHULUAN
Sungai merupakan perairan yang mengalir yang berada di daratan (lotic). Sungai
memiliki organisme yang hidup di dalamnya. Tingkat adanya organisme yang hidup menunjukan
kualitas perairan tersebut telah tercemar atau belum selain itu bisa dilihat dari parameter kimia
(pH, CO2, alkalinitas dan Oksigen terlarut) serta fisika (debit air, kecepatan arus, dimesi ruang
perairan).
Sungai dapat dianggap sebagai satu kestuan ekosistem dimana serangkaian komunitas
dipengaruhi oleh dan pada gilirannya, mempengaruhi factor-faktor fisik –kimia- air di
sekelilingnya. Selanjutnya ekosistem yang besar ini dapat dibagi lagi menjadi seksi atau daerah
yang lebih kecil dimana parameter fisik-kima mempunyai pengaruh yang berbeda beda terhadap
2. populasi organisme, dengan demikian menentukan perubahan komposisi dan adaptasi organisme,
dalam suatu daerah yang berada di bawah pengaruh tersebut. (James, 1992)
Karakter utama sungai ditentukan oleh factor pembatas yaitu kecepatan arus. Kecepatan
arus tersebut dipengaruhi oleh lebar sungai, kedalaman sungai dan kemiringan sungai. Kecepatan
arus dikatakan sebagai factor pembatas karena mempengaruhi kandungan yang ada di sungai.
Seperti kuantitas lumpur yang menegendap, tanah liat, pasir, dan bahan organic yang terkandung
dalam sungai. Kandungan tersebut mempengaruhi jumlah komunitas biotik yang ada di sungai
(Reid and Wood, 1976)
Sungai di Indonesia umumnya mempunyai sifat multiguna, muali dari keperluan rumah
tangga, keperluan hewan (mandi, minum), transportasi pengairan, dan sebagaina. Kebanyakan
sungai di Indonesia telah mengalami penurunan fungsi akibat berbagia aktivitas manusi ini masih
merupakan sumberdaya perairan yang kaya akan organisme. (Widaningroem, 2010)
Parameter kualitas air antara lain parameter fisik meliputi suhu air, suhu udara, kecepatan
arus air dan debit air. Parameter kimia meliputi kandungan oksigen terlarut (DO), CO2 bebas,
alkalinitas, dan pH. Biologi meliputi kepadatan Plankton dan indeks diversitas plankton. (Fella,
2013). Populasi fitoplankton dipengaruhi oleh cahaya dan suhu. Sedangkan zooplankton
dipengaruhi oleh vegetasi perairan dan perkembangan fitoplankton. (Beisner, 2012)
Praktikum ini bertujuan untuk, yang pertama adalah mempelajari karakteristik ekosistem
sungai dan factor factor pembatasnya, kemudian mempelajari cara cara pengambilan data
parameter fisik, kima, biologi suatu perairan, mempelajari korelasi antara beberapa parameter
lingkungan dengan komunitas biota perairan (plankton) serta mempelajari kualitas perairan
sungai berdasarkan indeks diversitas biota perairan.
METODE
Praktikum ini diselenggarakan pada hari Senin, 9 Maret 2015 di Stasiun 4 Sungai
Tambakbayan, Sleman, DIY dan Laboraturium Ekologi Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas
Pertanian Universitas Gadjah Mada pukul 13.30 – selesai.
Alat dan bahan yang dibutuhkan antara lain bola pinpong, stopwatch, rollmeter,
penggaris, thermometer, botol oksigen, Erlenmeyer, gelas ukur, pipet ukur, pipet tetes, ember,
plankton net,toples, botol cuka, plot kayu, sikat halus, kuas halus, saringan halus, saringan kasar,
mikroskop, kertas label, dan pensil, kertas pH, pH meter, larutan MnSO4, lartan reagen oksigen,
larutan H2SO4 pekat, larutan 1/80 N Na2S2O3, larutan 1/40 N Na2S2O3, larutan 11/44 NaOH,
larutan 11/50 N H2SO4, larutan indicator amilum, larutan indicator Phenolphphtalein (PP),
larutan indicator Methyl orange (MO), dan larutan 4% formalin
3. Pertama adalah mengukur suhu udara dan suhu perairan menggunakan thermometer.
Untuk suhu udara langsung saja thermometer dilihat menunjukan suhu berapa saat di udara
bebas. Sedangkan perairan dengtan dicelupkan di dalam air.
Kemudian mengukur kecepatan arus dan debit air. Untuk mengukur kecepatan arus yaitu
dengan menggunakan roll meter yang dibentangkan sepanjang 10 meter di atas perairan tepi
kanan, tepi kiri dan tengah perairan. Kemudian melepaskan bola pingpong dari ujung roll meter
1 ke ujung lainnya, yang terbawa arus dan dihitung waktu yang ditempuh untuk mencapai ujung
menggunakan stopwacth. Ulangi cara kerja di pertengahan perairan dan tepi periran lainnya,
catat dan hitung reratannya.Sedangkan untuk menghitung debit perairan dengan mencari lebar
perairan dengan menggunakan rollmeter pada 3 bagian stasiun sungai yang berbeda beda
kemudian direrata dan mencari kedalaman perairan di kedua tipe perairan dan tengah perairan
kemudian panjang (10m) dikalikan dengan rerata lebar sungai dan rerata kedalaman sungai
kemudian hasil dibagi rerata waktu yang ditempuh bola pingpong pada percobaan kecepatan arus
tadi.
Pengamatan selanjutnya yakni menghitung kandungan O2 terlarut (DO) dengan
menggunakan metode Winkler. Langkah pertama mengambil sampel air di dalam ember.
Kemudian mengambil air dengan botol oksigen hingga penuh dan jangan sampai ada gelembung
udara. Masukan 1 ml MnSO4 ke dalam botol oksigen kemudian juga masukan 1 ml reagen. Botol
oksigen ditutup dan digojok hingga homogen. Diamkan beberapa saat hingga mengendap. Buka
tutup botol dan masukan larutan H2SO4 pekat 1 ml. Ditutup kembalidan digojok hingga endapan
hilang, diamkan. Ambil 50 ml larutan dalam botol oksigen tersebut ke dalam Erlenmeyer 250 ml.
Titrasi dengan 1/80 N Na2S2O3 hingga larutan berwarna kuning jerami. Setelah itu masukan 3
tetes indicator amilum hingga berwarna biru kemudian lanjutkan titrasi dengan Na2S2O3 hingga
warna biru hilang.Catat banyak titran terpakainnya dengan rumus perhitungan sebagai berikut:
1ml 1/80 Na2S2O3 = 0,1 mg O2/l
Kandungan O2 terlarut =
1000
50
x total Na2S2O3 terpakai x 0,1 mg/l
Kemudian mengukur kandungan CO2 bebas dengan metode alkalimetri. Langkah
pertama yaitu mengambil sampel air dari ember ke dalam botol oksigen dengan perlahan jangan
sampai ada gelembung udara yang timbul. Kemudian ambil sampel dari dalam botol oksigen
sebanyak 50ml dan masukan ke dalam Erlenmeyer. Tetesi dengan 3 tetes indicator
phenolphphtalein (PP), jika menjadi merah muda berarti tidak ada kandungan CO2 bila bening
titrasi dengan 1/44 N NaOH hingga berwarna merah muda. Catat banyak NaOH terpakainya.
Perhitungan :
1 ml 1/44 N NaOH = 1 mg CO2
Kandungan CO2 =
1000
50
x NaOH terpakai x 1mg/l
4. Selanjutnya menghitung parameter alkalinitasnnya dengan metode alkalimetri. Langkah
pertama ambil sampel dengan botol oksigen dari ember, jangan sampai ada gelembung udara.
Ambil 50 ml air dari botol oksigen ke dalam Erlenmeyer tambahkan 3 tetes indikator
Phenolphphtalein (PP) jika berwarna merah muda titrasi dengan 1/ 50 N H2SO4, hingga warna
merah muda hilang, catat banyak titran terpakai (C ml) diperoleh alkalinitas P (CO3
-). Kemudian
lanjutkan dengan menetesi dengan 3 tetes indicator methyl orange (MO) sehingga berwarna
kuning. Titrasi dengan1/ 50 H2SO4 hingga warna kuning berubah menjadi kemerahan. Catat
banyak titran terpakai (D ml). Didapat alkalinitas M atau HCO3
-. Untuk menghitung jumlah
alkalinitas total yakni dengan rumus berikut:
Kandungan CO3- =
1000
50
x C x1 mg/l ….. ( = X)
Kandungan HCO3- =
1000
50
x D x 1 mg/l…( = Y)
Alkalinitas Total = (X) + (Y) mg/l
Selanjutnya menghitung pH perairan dengan mengambil sampel air di perairan yang
dimasukan dalam botol air mineral 600ml. Pada saat di lab gunakan kertas pH dengan
mencelupkannya di sampel air. Bandingkan warna kertas pH dengan warna baku. Atau
menggunakan pH meter dengan memasukan ujungnya yang telah dikalibrasi ke dalam perairan
hingga menunjukan nilai pH yang stabil.
Kemudian menghitung tingkat densitas dan diversitas plankton yang hidup di dalamnya.
Langkah pertama adalah mengambil sampel plankton, yaitu mengambilnya menggunakan
plankton net. Pertama yaitu mengambil air sebanyak satu ember, kemudian siramkan air ke
dalam plankton net. Kemudian air berplankton yang terkupul dalam botol di plankton net
dimasukan dalam botol cuka dan beri 5 ml formalin 4% kemudian simpan di pendingin dan
diamati keesokan harinya. Kemudian pada keesokan harinya amati diversitas plankton
(keanekaragaman jenis plankton dalam satu sampel area) yang ditemukan menggunakan
mikroskop begitu pula dengan densitas (jumlah banyaknya organisme sejenis dalam suatu
sampel area) dengan pengamatan menggunakan mikroskop.
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN
Parameter
Stasiun
1 2 3 4
Suhu Udara (°C) 29,5 28,25 30 29
Suhu Air (°C) 27,5 28,5 28,65 26
Arus Air (m/s) 0,622 0,252 0,55 1,19
Debit Air (m³/s) 0,707 0,672 2,89 2,48
DO (ppm) 5,9 4,57 5,7 3,4
Co₂ Bebas (ppm) 10,2 9,3 8,1 11,3
Alkalinitas (ppm) 104 105 71 116
pH 7,25 7,1 7,3 7,15
Diversitas Plankton 2,6061 3,6435 1,80148 4,311
Densitas Palnkton
(indv/liter) 3514,06 1455,82 5522,09 1957,83
Vegetasi
Rimbun
(Bambu)
Rimbun (Pisang, Eceng
Gondok)
Rimbun (pohon,
semak)
Rimbun
(Bambu)
Tabel hasil pengamatan ekosistem sungai Tambakbayan, Sleman, DIY
B. PEMBAHASAN UMUM
Iklim stasiun 4 pada waktu pengamatan berorientasi berawan dengan angin yang cukup
kencang namun tidak terjadi hujan atau gerimis pada saat pengamatan. Stasiun 4 merupakan
aliran sungai Tambakbayan dengan substrat dasar berupa kerikil dan bebatuan dan cukup banyak
terdapat organisme di substrat (makrobentos) Sekeliling sungai terdapat beberapa vegetasi
berupa pepohonan bambu dan semak semak sehingga sungai terlihat rimbun dengan dominasi
pohon bambu dan ada pohon yang rindang pula. Arus aliran berintesitas sedang.
Hasil yang didapat pada pengamatan di stasiun 4 adalah suhu udara berkisar di suhu 290C
dan suhu airnya lebih dingin dengan suhu 260C. Arus air yang mengalir cukup deras, mencapai
1,19 m/s yang dapat diakibatkan karena substrat yang berupa kerikil kecil dan bebatuan serta
kemiringan yang cukup tinggi. (Hufscmidt,1986) Begitu pula debit airnya berbanding lurus
dengan kecepatan arusnya. (Hufscmidt,1986). Selanjutnya kandungan Oksigen terlarutnya
adalah 3,4 ppm; kandungan CO2 bebasnya adalah 11,3 ppm; dan kandungan alkalinitasnya 116
ppm. pH perairan di stasiun 4 adalah 7,15. Untuk diversitas plankton di stasiun 4 mencapai 4,311
jenis, tingkat diversitas yang membuktikan bahwa kualitas air masih sangatlah baik dan belum
tercemar, sedangkan tingkat densitasnya adalah 1957,83 ind/liter.
6. C. PEMBAHASAN KHUSUS
1. Suhu Udara
Dari hasil yang didapat suhu udara di setiap stasiun berbeda beda. Di stasun 1 mencapai
29,50 C, stasiun 2 turun hingga 28,250 C, kemudian naik drastis di stasiun 3 yakni bersuhu 300 C
dan di stasiun 4 di angka 290 C. Perbedaan suhu udara dapat disebakan karena musim, lintang,
tekanan udara, waktu, sirkulasi udara dan intesitas cahaya matahari di suatu area yang berbeda
dengan area lainnya (Haslam, 1995). Pada pengamatan suhu udara ini, stasiun yang memiliki
suhu tertinggi berada di stasiun 3 dan stasiun bersuhu terendah di stasiun 2.
2. Suhu Air
Perbedaan juga dialami dalam pengukuran suhu perairan dimana pada stasiun 1
menunjukan angka 27,50C, stasiun 2 naik menjadi 28,50 C, stasiun 3 menjadi 28,650 C dan
24
25
26
27
28
29
1 2 3 4
SuhuAir(°C)
Stasiun
Suhu Air vs Stasiun
Suhu Air (°C)
28
28.5
29
29.5
30
30.5
0 2 4 6
SuhuUdara(°C)
Stasiun
Suhu Udara vs Stasiun
Suhu Udara (°C)
7. stasiun 4 menjadi 260 C. Perbedaan suhu perairan dapat disebakan karena musim, lintang,
ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran
serta kedalaman badan air (Effendi,2003). Dari hasil pengamatan suhu air ini didapatkan stasiun
dengan suhu tertinggi di stasiun 3 dan terendah di stasiun 4.
3. Kecepatan Arus
Kecepatan arus mengalami perbedaan pula disetiap stasiun. Di stasiun 1 0,622 m/s, di
stasiun 2 lebih lambat yaitu 0,252 m/s. Stasiun 3 adalah 0,55 m/s dan di stasiun 4 tercepat dengan
1,19 m/s. Perbedaan ini dapat diakibatkan oleh tingkat kemiringan bidang alir dan substrat yang
berupa kerikil kecil dan bebatuan (Hufscmidt,1986). Dari data hasil pengamatan diperoleh arus
tercepat berda di stasiun 4, dan paling lambat di stasiun 2.
4. Debit Air
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1 2 3 4
KecepatanArus(m/s)
Stasiun
Kecepatan Arus vs Stasiun
Arus Air (m/s)
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
1 2 3 4
DebitAir(m3/s)
Stasiun
Debit Air vs Stasiun
Debit Air (m³/s)
8. Debit air juga terdapat perbedaan di setiap stasiun. Di stasiun 1 debit airnya 0,707 m3/s,
di stasiun2 mencapai 0,672 m3/s. Di stasiun 3 adalah 2,89 m3/s dan stasiun 4 adalah 2,48 m3/s.
Perbedaan ini dapat dipengaruhi oleh kecepatan arus serta dimensi ruang yang berbeda (lebar
dan kedalaman) serta drajat kemiringan bidang alir (Hufscmidt,1986). Menurut hasil pengamatan
debit air terbesar saat berada di stasiun 3 dan terendah di stasiun 2.
5. Kandungan O2 terlarut (DO)
Pada kandungan O2 terlarut juga terdapat perbedaan di setiap stasiun antara lain. Di
stasiun 1 DO = 5,9 ppm, stasiun 2 DO = 4,57 ppm, di stasiun 3 DO = 5,7 ppm, dan di stasiun 4
DO = 3,4 ppm. Perbedaan kandungan O2 terlarut disebabkan karena factor seperti ketinggian
tempat, suhu, tekanan udara (Jeffries and Mills, 1996), peningkatan suhu (Brown, 1987),
pergerakan massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi dan limbah (Effendi, 2003). Pada hasil
pengamatan stasiun dengan kadar oksigen terlarut terbesar berada di stasiun 1dan terendah di
stasiun 4.
0
1
2
3
4
5
6
7
1 2 3 4
DO(ppm)
Stasiun
DO vs Stasiun
DO (ppm)
9. 6. Kandungan CO2 bebas
Kandungan CO2 bebas juga terjadi perbedaan pada setiap stasiun. Di stasiun 1 adalah 10,2
ppm, stasiun2 adalah 9,3 ppm, stasiun 3 adalah 8,1 ppm dan stasiun 4 adalah 11,3 ppm.
Perbedaan ini dapat diakibatkan respirasi organisme, air yang melalui tanah organic, pH
perairan, curah hujan suatu tempat dan kandungan CO2 di udara (Effendi, 2003). Pada hasil
pengamatan didapatkan stasiun dengan kandunga CO2 bebas terbesar adalah stasiun 4 dan
terendah di stasiun 3.
7. Alkalinitas
Juga terdapat perbedaan di parameter alkalinitas di setiap stasiun. Di stasiun 1 adalah 104
ppm, stasiun 2 adalah 105ppm, stasiun adalah 71 ppm dan stasiun 4 adalah 116ppm. Hal ini
dapat disebabkan oleh factor factor seperti kandungan CO2, pH perairan, komposisi mineral,
kekuatan ion, dan suhu (Effendi, 2003). Pada hasil pengamatan didapatkan alkalinitas terbesar
berada di stasiun 4, sedangkan terendah di stasiun 3.
0
2
4
6
8
10
12
1 2 3 4
Co₂Bebas
Stasiun
CO₂ Bebas vs Stasiun
Co₂ Bebas (ppm)
0
20
40
60
80
100
120
140
1 2 3 4
Alkaliniatas(ppm)
Stasiun
Alkalinitas vs Stasiun
Alkalinitas (ppm)
10. 8. pH
pH setiap stasiun juga terdapat perbedaan seperti pada stasiun 1 adalah 7,25, stasiun 2
adalah 7,1, stasiun adalah 7,3 dan stasiun 4 ialah 7,15. Hal ini dapat diakibtakan karena materi
organic maupun anorganik ang terbawa oleh aliran air seperti CO2, alkalinitas, dan toksisitas
logam (Novotny dan Olem, 1994). Pada hasil pengamatan didapatkan hasil yakni pH tertinggi
berada di stasiun 3 sedangkan pH terendah berada di stasiun 2.
9. Densitas Plankton
Pada penelitian menghitung densitas plankton di setiap stasiun juga terdapat banak
perbedaan hal ini dapat diakibatkan oleh arus, kandungan nutrient di perairan serta, tingkat
pencemaran air (Hamaidi, 2013) di setiap stasiun. Di stasiun 1 terhitung 3514,06 ind/l, stasiun 2
adalah 1455,82 ind/ l, stasiun 3 adalah 5522,09 ind /l dan stasiun 4 adalah 1957,83 ind/l.
7
7.05
7.1
7.15
7.2
7.25
7.3
7.35
1 2 3 4
pH
Stasiun
pH vs Stasiun
pH
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
1 2 3 4
DensitasPlankton(indv/l)
Stasiun
Densitas Plankton
11. 10. Diversitas Plankton
Diversitas plankton di setiap stasiun juga terdapat perbedaan hal ini dapat diakibatkan
karena suhu, arus, serta nutrient dalam air serta kandungan O2 dan CO2 serta pH dan alkalinitas
(Hamaidi, 2013) yang berbeda setiap stasiun di perairan menyebabkan terjadi perbedaan di setiap
stasiun. Di stasiun 1 tingkat diversitas plankton adalah 2,6061, stasiun 2 adalah 3,6435, stasiun
adalah 1,80148 dan stasiun 4 adalah 4,311.
KESIMPULAN
Ekosistem sungai Tambakbayan merupakan sungai yang memiliki karakteristik cukup
tenang arusnya, air yang mengalir masih bersih dengan tingkat pencemaran yang rendah.
Karakteristik sungai meliputi pergerakan air, sedimen dasar dan erosi serta kecepatan arus
sebagai faktor pembatas.
Pada percobaan ini digunakan beberapa metode. Metode tersebut antara lain metode
Winkler untuk menentukan kandungan O2 terlarut dan metode alkalimetri untuk mencari
kandungan CO2 bebas dan alkalinitas. Serta metode dengan alat ukur langsung pada beberapa
pengamatan seperti panjang, lebar, dll
Faktor yang mempengaruhi densitas dan diversitas plankton adalah CO2 bebas, O2
terlarut, pH, alkalinitas, suhu dan kecepatan arus.
Berdasarkan indeks diversitas plankton dapat disimpulkan bahwa perairan sungai
Tambakbayan masih belum tercemar dan kualitas airnya masih sangat baik prosentase
pencemaran yang rendah terutama berasal dari limbah rumah tangga yang sedikit.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
5
1 2 3 4
DiversitasPlankton
Stasiun
Diversitas Plankton
12. DAFTAR PUSTAKA
Beisner, B,E .2013. A plankton research gem : The probable closure of the experimental
lakes Area. Plankton Res . London.
Hamaidi, Fella ,dkk . 2013. Research article Preliminar Study on Psycho – Chemical
parameters and Phytoplakton of Chiffa River. Saad Dahlab University Press.
Algeria.
Hufschmidt.M.M, 1986, A Conceptual framework for Watershed Management, Honolulu
Reid,G,K and R, D, Wood. 1976. Ecology of inland waters and estuaries. D, Van Nostrand.
Amsterdam.
Scrimgecur, J, Garry. 1989. New Zealand Journal of Marine and Freshwater Research
Vol 23 Iss,3. Auckland
Vallet, H,M. 1993. Journal of North America Benthologycal Society. Ontario.
Widaningroem,Retno. 2010. Pengertian, Konsep dan Jenis Sumberdaya Perikanan Bahan
Ajar Pengantar Ilmu Perikanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.