Dokumen ini membahas tentang Kesultanan Pasai, salah satu kerajaan Islam awal di Sumatera Utara. Kesultanan ini didirikan oleh Marah Silu pada abad ke-13 dan menjadi pusat perdagangan internasional yang makmur. Islam menjadi agama utama di kerajaan ini meski pengaruh Hindu dan Buddha masih terlihat. Kesultanan Pasai berdiri hingga abad ke-16.
5. SEJARAH AWAL
Kesultanan Pasai, juga dikenal dengan
Samudera Darussalam, atau Samudera Pasai,
adalah kerajaan Islam yang terletak di pesisir pantai
utara Sumatera, kurang lebih di sekitar Kota
Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh,
Indonesia.
6. PEMBENTUKAN AWAL
Berdasarkan Hikayat Raja-raja Pasai, menceritakan tentang
pendirian Pasai oleh Marah Silu, setelah sebelumnya ia
menggantikan seorang raja yang bernama Sultan Malik al-
Nasser.[2] Marah Silu ini sebelumnya berada pada satu kawasan
yang disebut dengan Semerlanga kemudian setelah naik tahta
bergelar Sultan Malik as-Saleh, ia wafat pada tahun 696 H atau
1297 M
7. PEMERINTAHAN
Pusat pemerintahan Kesultanan Pasai terletaknya antara Krueng Jambo Aye
(Sungai Jambu Air) dengan Krueng Pase (Sungai Pasai), Aceh Utara. Menurut
ibn Batuthah yang menghabiskan waktunya sekitar dua minggu di Pasai,
menyebutkan bahwa kerajaan ini tidak memiliki benteng pertahanan dari batu,
namun telah memagari kotanya dengan kayu, yang berjarak beberapa kilometer
dari pelabuhannya. Pada kawasan inti kerajaan ini terdapat masjid, dan pasar
serta dilalui oleh sungai tawar yang bermuara ke laut. Ma Huan menambahkan,
walau muaranya besar namun ombaknya menggelora dan mudah
mengakibatkan kapal terbalik
8. PEREKONOMIAN
Sementara masyarakat Pasai umumnya telah menanam padi di
ladang, yang dipanen 2 kali setahun, serta memilki sapi perah untuk
menghasilkan keju. Sedangkan rumah penduduknya memiliki tinggi
rata-rata 2.5 meter yang disekat menjadi beberapa bilik, dengan lantai
terbuat dari bilah-bilah kayu kelapa atau kayu pinang yang disusun
dengan rotan, dan di atasnya dihamparkan tikar rotan atau panda
9. AGAMA YANG DIANUT
Islam merupakan agama yang dianut oleh masyarakat Pasai,
walau pengaruh Hindu dan Buddha juga turut mewarnai masyarakat
ini. Dari catatan Ma Huan dan Tomé Pires,[7] telah membandingkan
dan menyebutkan bahwa sosial budaya masyarakat Pasai mirip
dengan Malaka, seperti bahasa, maupun tradisi pada upacara
kelahiran, perkawinan dan kematian
12. SILSILAH KESULTANAN
1 . 1267 - 1297 Sultan Malikussaleh (Meurah Silu)
2 . 1297 - 1326 Sultan Al-Malik azh-Zhahir I / Muhammad I
3 . 1326 - 133? Sultan Ahmad I
4 . 133? - 1349 Sultan Al-Malik azh-Zhahir II
5 . 1349 - 1406 Sultan Zainal Abidin I
6 . 1406 - 1428 Ratu Nahrasyiyah
7 . 1428 - 1438 Sultan Zainal Abidin II
13. 8 . 1438 – 1462 Sultan Shalahuddin
9 . 1462 – 1464 Sultan Ahmad II
10 . 1464 - 1466 Sultan Abu Zaid Ahmad III
11 . 1466 - 1466 Sultan Ahmad IV
12 . 1466 – 1468 Sultan Mahmud
13 . 1468 - 1474 Sultan Zainal Abidin III
14 . 1474 - 1495 Sultan Muhammad Syah II
15 . 1495 - 1495 Sultan Al-Kamil
14. 16 . 1495 - 1506 Sultan Adlullah
17 . 1506 - 1507 Sultan Muhammad Syah III
18 . 1507 - 1509 Sultan Abdullah
19. 1509 - 1514 Sultan Ahmad V
20. 1514 - 1517 Sultan Zainal Abidin IV
15. WARISAN SEJARAH
Penemuan makam Sultan Malik as-Saleh yang
bertarikh 696 H atau 1297 M, dirujuk oleh
sejarahwan sebagai tanda telah masuknya agama
Islam di Nusantara sekitar abad ke-13. Walau ada
pendapat bahwa kemungkinan Islam telah datang
lebih awal dari itu