Perang Padri dan Perang Aceh berlangsung karena pertentangan antara kaum adat dan kaum agama di Sumatera Barat serta perlawanan rakyat Aceh terhadap penjajahan Belanda. Konflik ini berujung pada kekalahan kaum Padri dan perlawanan Aceh setelah beberapa dasawarsa pertempuran melawan pasukan kolonial Belanda.
1. Perang Padri dan Perang Aceh
Nama Kelompok :
1. Hanifah Mubarakah (14)
2. Nur Puji Rohmawati (21)
3. Putri Nur Ashidiqi (22)
4. Safa Hanna Ruslan (27)
5. Susiana Bella Febrianti (29)
SMA NEGERI 3 KLATEN
2. Perang Padri
Perang Padri adalah peperangan
yang berlangsung di Sumatera Barat dan
sekitarnya terutama di kawasan
Kerajaan Pagaruyung dari tahun 1803 - 1838.
3. Latar Belakang
Perang Padri
Perang ini merupakan peperangan yang pada
awalnya akibat pertentangan dalam masalah
agama sebelum berubah menjadi peperangan
melawan penjajahan
4. Kronologi Perang Padri
• Pada abad ke-9 tiga orang ulama Minangkabau
kembali dari tanah suci (Haji Miskin, Haji
Piabang , dan Haji Sumanik)
• Mereka mempelajari dan mengembangkan
aliran Wahabi (gerakan yang menghendaki
agama islam dilaksanakan secara murni sesuai
dengan Al Quran dan alhadist).
5. Lanjutan
• Gerakan mereka disebut gerakan Padri (
Artinya tokoh tokoh agama/ ulama). Tujuan
gerakan ini adalah memperbaiki masyarakat
Minangkabau dan mengembalikan mereka
pada jalan yang sesuai dengan ajaran ajaran
islam yang benar.
6. Sebab sebab perang Padri
1. Adanya perselisihan
antara kaum adat dan kaum
padri sebagai akibat dari
usaha yang dilakukan kaum
padri untuk memurnikan
ajaran Islam dengan
menghapus adat kebiasaan
yang tidak sesuai dengan
ajaran islam.
9. Lanjutan
• Akibatnya muncul pemimpin yang mendukung
gerakan kaum padri (Datuk Bandaro, Datuk
Malim Basa (Imam Bonjol), Tuanku pasaman,
Tuanku Nan Rencek, Tuanku Nan. cerdik, dan
Tuanku Nan Gapuk.)
10. Proses peperangan
Tahap 1 (1821-1825)
• Peperangan terjadi antara kaum adat dan kaum padri karena
masalah agama.
• Berkobar sebelum perang diponegora.
• Dari kota lawas pertempuran meluas ke Alahan panjang dan
Tanah datar.
• Kaum adat meminta bantuan kepada inggris namun ditolak
karena inggris sudah didak mempunyai kekuasaan lagi di
Indonesia.
• Kaum adat meminta bantuan kepada belanda tahun 1821
sehingga kaum padri menyerang pos pos belanda di
Semawang , soli air dan Lintau
• Belanda mendirikan benteng Fort Van Capellen di Batusangkar
dan Fort De Kock di Bukit tinggi untuk menggempur kaum
padri. Upaya ini gagal sehingga Belanda mundur menuju ke
Pagar Ruyung.
11. Lanjutan
• Tahun 1822 terjadi pertempuran di Baso dipimpin oleh
Tuanku Nan Rencek. Di Bonio kaum padri berhasil
menyerang pos belanda yang di pimpin oleh Letnan
Maartius dan kapten Brusse.
• 24 September 1822 pasukan paderi menyerang Belanda di
Agama.
• Tahun 1825 posisi belanda semakin sulit apalagi dijawa
sedang berlangsung perang Diponegoro, sehingga belanda
mengajak kaum padri untuk melaksanakan perundingan.
Maka diadakanlah kontrak Perdamaian pada tanggal 19
Oktober 1825 di Padang.
12. Proses Peperangan
Tahap II
• Merupakan perang antara masyarakat
Minangkabau melawan belanda untuk
mempertahankan wilayah mereka dari
belanda.
• Perang ini berkobar setelah perang
Diponegoro.
• Tahun 1831 serangan kaum padri mulai
gencar perang berkobar di muara palam.
13. Lanjutan
• Tahun 1832 tuanku nan cerdik bergabung Dengan tuanku imam bonjol
menyerang pos pos belanda di Mangapo. Belanda menerapkan tak tik adu
domba dengan cara mengirim pasukan pimpinan sentot prawirodirjo
(salah seorang pemimpin perang diponegoro yang menyerah). Ternyata
sentot membantu kaum padri melawan belanda sehingga ia ditangkap dan
diasingkan di Cianjur jawa barat. Tahun 1833 pertempuran meletus di
daerah Agam. Kaum padri mulai mengalami kekalahan karena
menyerahnya beberapa pemimpin perlawanan seperti Tuanku Nan Cerdik
• Akhir tahun1834 Belanda memusatkan pasukannya untuk menduduki
daerah sekitar bonjol dengan sasaran utamanya menguasai bonjol.
Belanda menutup jalan jalan yang menghubungkan Bonjol dengan daerah
lain. Pasukan paderi pantang menyerah mempertahankan bonjol dengan
membuat parit parit sehingga Belanda kesulitan masuk bonjol. Maka
Belanda menyerang Bonjol dengan meriam.
14. Lanjutan
• Bulan Oktober 1835 Bonjol dikepung dan
tembakan dilancarkan kearah Benteng Bonjol.
Akhirnya benteng bonjol jatuh ketangan belanda
setelah selama 2 tahun dipertahankan mati-
matian oleh kaum Padri.
• Tanggal 15 Oktober 1837 Tuanku Imam Bonjol
menyerah sehingga perlawanan rakyat
Minangkabau melemah dan dianggap sudah tidak
ada artinya lagi oleh pasukan Belanda.
15. Lanjutan
• Tanggal 8 februari 1835 Tuanku Imam Bonjol Bersedia mengadakan
gencatan senjata belanda memaksanya menyerah. Ia bersedia
dengan syarat pasukan Belanda ditarik dari Alahan panjang.
Belanda menolak sehingga kembali terjadi pertempuran.
• Bulan agustus 1835 Tuanku Imam Bonjol bersedia berunding
kembali tetapi belanda menolak dengan alasan kaum paderi akan
menggunakan kesempatan ini untuk menyusun siasat .
Pertempuran akhirnya meletus kembali.
• Bulan Oktober 1835 Bonjol dikepung dan tembakan dilancarkan
kearah Benteng Bonjol .Akhirnya benteng bonjol jatuh ketangan
belanda setelah selama 2 tahun dipertahankan mati-matian oleh
kaum Padri.
• Tanggal 15 Oktober 1837 Tuanku Imam Bonjol menyerah sehingga
perlawanan rakyat Minangkabau melemah dan dianggap sudah
tidak ada artinya lagi oleh pasukan Belanda
16. Akhir Perang Padri
• Pada tahun 1837 benteng bonjol di kuasai
Belanda.Tuanku imam bonjol ditangkap, tetapi
peperangan ini masih berlanjut. Sampai benteng
tambusai yang di pimpin Tuanku tambusai jatuh
pada 28 desember 1838.
•Hancurnya benteng tersebut memaksa Tuanku
Tambusai mundur, bersama sisa pejuangnya pindah
ke negeri sembilan semenanjung malaya dan
akhirnya peperangan ini dianggap selesai karena
sudah tidak ada perlawanan yang berarti.
18. Perang Rakyat Aceh
Isi Traktat Sumatra :
Pada tanggal 2 November 1871 Belanda
mengadakan perjanjian dengan Inggris yang
kemudian menghasilkan Traktat Sumatra.
Traktat tersebut berisi bahwa pihak Belanda diberi
kebebasan memperluas daerah kekuasaannya di
Aceh. Sedang Inggris mendapat kebebasan
berdagang di daerah siak.
19. Latar Belakang
Penandatanganan Traktat Sumatra antara Inggris dan Belanda pada
tahun 1871 membuka kesempatan kepada Belanda untuk mulai
melakukan intervensi ke Kerajaan Aceh.
Belanda menyatakan perang terhadap Kerajaan Aceh karena Kerajaan
Aceh menolak dengan keras untuk mengakui kedaulatan Belanda.
Kontak pertama terjadi antara pasukan Aceh dengan sebagian tentara
Belanda yang mulai mendarat. Pertempuran itu memaksa pasukan
Aceh mengundurkan diri ke kawasan Masjid Raya.
Pasukan Aceh tidak semata-mata mundur tapi juga sempat memberi
perlawanan sehingga Mayor Jenderal Kohler sendiri tewas. Dengan
demikian, Masjid Raya dapat direbut kembali oleh pasukan Aceh.
21. Jalannya Perang
Belanda mendahului menyerang Aceh pada
tahun 1873 yang dipimpin Mayor Jenderal
Kohler dalam insiden tersebut Belanda berhasil
dipukul mundul, bahkan Kohler diketahui tewas.
Pada akhir 1873 Belanda melakukan serangan
lagi yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Van
Swieten.
22. Lanjutan
• Untuk menghadapi perlawanan pasukan Aceh, Belanda
menggunakan teknik Konsentrasi stelsel (garis
pemusatan)
• Yaitu dengan menempatkan tentara-tentara Belanda
pada benteng pemusatan. Namun ternyata Teuku Umar
berhasil menyergap benteng-benteng tersebut sehingga
sistem pemusatan dinilai gagal.
• Akhirnya Belanda menggunakan cara lain, yaitu dengan
siasat adu domba oleh Dr. Snouck Hurgronje dalam
bukunya De Acehers yang diterapkan oleh Van Heutsz
dengan membentuk pasukan gerak cepat,
23. Akhir Perang
• Jenderal Van Heutsz berhasil mendesak perlawan
Aceh. Teuku Umar terdesak ke Meulaboh dan
akhirnya gugur pada tahun 1899
• panglima Polim menyerah pada tahun 1903
demikian pula dengan Sultan Muhamad Daudsyah,
sementara Cik Di Tiro sudah meninggal
• Cut Nyak Dien tertangkap pada tahun 1906 lalu
dibuang ke Sumedang.Meninggal pada bulan
November 1908.Jenazahnya di makamkan di Cadas
Panneran dekat Sumedang.
• Pada tahun 1904 perang Aceh dianggap selasai .