1. 1
Kata Pengantar
Bismillahirohmanirrohim
Puji syukur bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelaisakan makalah ini. Judul makalah ini adalah
“Model Komunikasi Jarum Suntik” sebagai salah satu tugas terstuktur dalam mata kuliah
Komunikasi Massa.
Mengingat begitu pentingnya kita mengetahui pembuatan presentasi yang benar,
maka melalui makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui bagaimana teknik
pembuatan makalah. Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih kepada
Bapak Nurul Yamin sebagai pembimbing mata kuliah Komunikasi Massa yang telah
membimbing kami hingga hasil makalah ini dapat kami presentasikan.
Namun penulis menyadari, jika ada kekurangan dari hasil makalah ini kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun penulis. Semoga tulisan ini memberi
informasi yang berguna bagi pembacanya.
Yogyakarta, 4 Januari 2015
Penulis
2. 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................1
DAFTAR ISI .................................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 3
BAB II PEMBHASAN .................................................................................................. 4
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................8
3. 3
BAB I
PENDAHULUAN
Pada umumnya khalayak dianggap hanya sekumpulan orang yang homogen dan mudah
dipengaruhi. Sehingga, pesan-pesan yang disampaikan pada mereka akan selalu diterima.
Fenomena tersebut melahirkan teori ilmu komunikasi yang dikenal dengan teori jarum suntik
(Hypodermic Needle Theory). Teori ini menganggap media massa memiliki kemampuan
penuh dalam mempengaruhi seseorang. Media massa sangat perkasa dengan efek yang
langsung pada masyarakat. Khalayak dianggap pasif terhadap pesan media yang
disampaikan. Teori ini dikenal juga dengan teori peluru, bila komunikator dalam hal ini
media massa menembakan peluru yakni pesan kepada khalayak, dengan mudah khalayak
menerima pesan yang disampaikan media. Teori ini makin powerfull ketika siaran radio
Orson Welles (1938) menyiarkan tentang invansi makhluk dari planet mars menyebabkan
ribuan orang di Amerika Serikat panik.
4. 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Jarum Suntik (Hypodermic Needle Model)
Model Jarum Suntik pada dasarnya adalah aliran satu tahap (one step flow), yaitu dari
media massa langsung kepada khalayak sebagai mass audience. Model ini media massa
secara langsung, cepat dan mempunyai efek yang amat kuat atas mass audience. Kapasitas
dan efek yang ditimbulkan sepadan dengan teori stimulus-response (S-R) yang sangate
populer pada penelitian psikologi antara taun 1930-1940. Teori S-R yang mekanistis itu
mengajarkan, setiap stimulus (rangsangan) akan menghasilkan respon (tanggapan) secara
sepontan dan otomatis secara gerak refleks. Contoh:
1. kalau tangan kita terkena percikan api (S) maka secara spontan, otomatis dan reflektif
kita akan menyentakan tangan kita (R) sebagai tanggapan yang berupa gerakan
menghindar.
2. Kalau dari suatu tempat yang gelap mendadak datang seberkas sinar (S) yang terang
benderang, maka kelopak mata kita akan secara sepontan secara reflektif akan
mengatup (R).
Tanggapan di dalam kedua contoh tersebut sangat mekanistis dan otomatis tanpa
menunggu perintah dari otak.
Dari hubungan diatas, peristiwa komunikasi menurut model djarum suntik atau
Hypodermic Needle di ibaratkan seperti hubungan S-R yang serba mekanistis. Media massa
di ibaratkan sebagai sebuah djarum suntik besar yang memiliki kapasitas sebagai perangsang
(S) yang amat kuat dan menghasilkan tanggapan (R) yang kuat pula, bahkan secara spontan,
otomatis serta reflektif.
Model Hypodermic Needle, selain di pararelkan dengan konsepsi S-R juga di ibaratkan
dengan teori peluru (bullet theory) yang memandang pesan-pesan media bagaikan melesatnya
peluru-peluru senapan yang mampu merobohkan tanpa ampun siapa saja yang terkena peluru.
Mass Audince yang dirobohkan adalah audien yang pasif dan tidak berdaya.
Elihu Katz dalam bukunya, “The Diffusion Of New Ideas and Practices” menunjukan
aspek aspek yang menarik dari model Hypodermic Needle ini:
5. 5
a. Media massa memiliki kekuatan yang luar biasa, sanggup menginjeksikan secara
mendalam ide-ide kedalam benak orang yang tidak berdaya.
b. Audince massa dianggap seperti atom atom yang terpisah satu sama lain, tidak saling
berhubungan, dan hanya berhubungan dengan media massa.
c. Apabila individu-individu dalam audience massa berpendapat sama dalam suatu
persoalan, hal ini bukan karena meraka berhubungan atau berkomunikasi satu dengan
yang lain, melaikankarena mereka memperoleh pesan pesan yang sama dari suatu
media.
Umpan balik sama
Model Hypodermic Needle muncul ketika komunikasi massa digunakan secara meluas, baik
di Eropan maupun di Amerika Serikat, yaitu sekitar tahun 1930an dan mencapai puncaknya
menjelang perang dunia ke dua. Pada periode ini kehadiran media massa (media cetak
maupun media elektronik) mendatangkan perubahan perubahan besar di berbagai masyarakat
yang terjangkau oleh semua kekuatan media massa. Individu-individu tampak seperti di
standarisasikan, di otomatisasikan dan kurang keterikannya di dalam hubungan antar pribadi
(interpersonal relations) terpaan media massa tampak di dalam seperti cara cara berpakaian,
pola pola pembicaraan, nilai nilai baru yang timbul sebagai terpaan media massa, serta
timbulnya produksi massa yang cendrung menunjukan suatu kebudayaan massa.
Pesan-pesan
MEDIA MASSA
6. 6
Dalam teori jarum hipodermik, variabel pesan yang mempengaruhi khalayak dalam
menerima pesan terdiri dari :
1. Struktur Pesan
Struktur pesan ditujukan dengan pola penyimpulan (tersirat atautersurat). Pola
urutan argumentasi (mana yang lebih dahulu, argumentasi yangdisenangi atau yang
tidak disenangi) danpolaobjektivitas (satu sisi atau duasisi). Pesan yang ditujukan
untuk mengubah sikap tanpa kentara biasanyalebih berhasil daripada pesan yang
tampak jelas berusaha memanipulasi kita.Kita cenderung tidak mau dimanipulasi
sehingga kalau kita menyadari ada usaha yang sengaja hendak mengubah sikap kita,
kita akan menolak.
2. Gaya Pesan
Gaya pesan menunjukkan variasi linguistik dalam penyampaian pesan
(perulangan, kemudahan mengertian, perbendaharaan kata). Menurut penelitian,
teknik komunikasi yang efektif adalah dengan mengemukakan kesimpulan
komunikasi secara eksplisit kepada subjek yang sikapnya hendak diubah, dan dengan
mengulang-ulang (repetition and familiarity) argumentasi yang mendukung sikap
yang dituju. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Cacioppo & Petty ditemukan
bahwa pengulangan akan menaikkan perubahan sikap tapi kemudian kalau diteruskan
juga pengulangan itu justru akan menurun efeknya.
3. Appeals Pesan
Appeals pesan mengacu pada motif-motif psikologi yang terkandung dalam
pesan (rasional-emosional), fear appeals, reward appeals). Efektivitas isi komunikasi
yang bersifat emosional dan bersifat rasional akan banyakbergantung pada subjek
penerima pesan. Pada komponen manakah dalam struktur sikap yang menjadi sasaran
perubahan dan lain-lain faktor yang patut mendapat perhatian dalam studi mengenai
perubahan sikap. Bagaimanapun pesan-pesan rasional agaknya masih memerlukan
aspek efektif untuk dapat membawa pada perubahan sikap. Sedangkan pesan-pesan
emosional barangkali memerlukan pula rasionalisasi untuk mengubah komponen
kognitif sikap individu. Persuasi dapat diperkaya oleh pesan-pesan yang
7. 7
membangkitkan emosi yang kuat (khususnya emosi takut) dalam diriorganisasi,
terutama jika pesannya berisi rekomendasi negatif dari sikap yang hendak diubah1.
Bukti bukti mengenai kekuatan besar dari media massa ditunjukan oleh peristiwa peristiwa
bersejarah, sebagai berikut:
a. Peranan surat-surat kabar Amerika yang berhasil menciptakan pendapat umum positif
ketika pecah perang dengan Spanyol pada tahun1898 surat kabar itu mampu membuat
penduduk Amerika membedakan siapa kawan dan siapa lawan.
b. Berhasil mesin propaganda Geobbels pada dalam periode perang dunia 2.
c. Pengaruh Madison Avenue atas prilaku konsumen dan dalam pemungutan suara.
1
Jalaluddin Rachmat,Metode PenelitianKomunikasi (Bandung:PT.RemajaRosdakarya,2002), h.62
8. 8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Media massa dianggap memiliki kekuatan yang luar biasa, sehingga khalayak tidak
mampu membendung informasi yang dilancarkannya. Khalayak dianggap pasif, tidak mampu
bereaksi apapun kecuali hanya menerima begitu saja semua pesan yang disampaikan media
massa. Penggambaran kekuatan media massa yang begitu besar menyebabkan teori media
massa awal ini kemudian dijuluki teori peluru atau bullet theory , jarum hipodermis atau teori
jarum suntik “hypodermic needles theory”
Dalam teori jarum hipodermik, variabel pesan yang mempengaruhi khalayak dalam
menerima pesan terdiri dari :
1. Struktur Pesan
2. Gaya Pesan
3. Appeals Pesan
DAFTAR PUSTAKA
Rachmat, Jalaluddin, 2002, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya