SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
1
Kata Pengantar
Bismillahirohmanirrohim
Puji syukur bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelaisakan makalah ini. Judul makalah ini adalah
“Teori Komunikasi Massa” sebagai salah satu tugas terstuktur dalam mata kuliah Media
Komunikasi Dakwah.
Mengingat begitu pentingnya kita mengetahui pembuatan presentasi yang benar,
maka melalui makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui bagaimana teknik
pembuatan makalah. Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih kepada
Bapak Imam Suprabowo sebagai pembimbing mata kuliah Media Komunikasi Dakwah yang
telah membimbing kami hingga hasil makalah ini dapat kami presentasikan.
Namun penulis menyadari, jika ada kekurangan dari hasil makalah ini kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun penulis. Semoga tulisan ini memberi
informasi yang berguna bagi pembacanya.
Yogyakarta, 10 Desember 2014
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 3
BAB II BIODATA ................................................................................................................ 4
BAB III KEGIATAN .............................................................................................................. 6
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan ................................................................................................................. 9
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. TafsiranQS. Thaha ayat 44
QS. Thaha ayat 44:
﴿ ‫ال‬‫ا‬ ‫ق‬ ‫َا‬‫ب‬َّ‫ن‬‫ا‬ ‫بَا‬َّ‫ن‬‫ا‬ ‫َن‬‫خ‬‫اا‬ ‫ن‬ُ ‫َن‬َ‫ن‬‫ن‬ْ ‫َن‬‫ن‬َ‫خ‬َُْ‫ن‬َ ‫َا‬ََ‫ن‬ْ‫ن‬‫ا‬ ‫َن‬َ‫و‬‫ن‬ْ ‫َن‬َ‫ن‬‫ن‬ْ ‫َي‬َْ‫ن‬َ‫َنَن‬‫ن‬ ﴾
Artinya: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".
Ayat diatas adalah perintah Allah kepada Musa dan Harun untuk berdakwah
kepada Fir’aun setelah berdakwah secara umum, karena jika Fir’aun sudah mau untuk
mendengarkan, menerima dakwah dan ikut beriman kepadaNya, niscaya seluruh
orang Mesir juga akan ikut menerima dakwah dan ikut beriman kepadaNya karena
menurut mereka “Manusia mengikuti agama raja mereka”. Faktor dari semua
malapetaka yang terjadi di negeri Mesir yang luas itu adalah Fir’aun karena penyebab
dari kemajuan atau kemunduran, kebahagian dan kesengsaraan suatu bangsa, sebelum
segala sesuatu yang lain, adalah para pemimpin dan otoritas dari bangsa tersebut.
Metode yang diperintahkan Allah kepada Musa yaitu dengan “Berbicaralah
kepada Fir’aun dengan perkataan yang lemah lembut, agar lebih dapat menyentuh dan
lebih dapat menariknya dalam menerima dakwahnya. Karena, dengan perkataan yang
lemah lembut, orang yang memiliki hati durhaka akan halus, dan orang-orang yang
sombong akan hancur”.
Dalam Terjemah Tafsir Al-Maraghi menjelaskan, bahwa kata la’alla itu
berarti mudah-mudahan. Dalam kata tersebut dapat dipahami dengan setelah kata
tersebut mengandung kata harapan. Yaitu, jalankanlah risalah, kerjakanlah apa yang
Aku serukan kepada kalian, dan berusahalah dalam mengerjakannya, agar pekerjaan
tersebut dapat memperoleh hasil dan tidak gagal,: dia berusaha dengan
4
kemampuannya dan berjuang sampai puncak usahanya dengan harapan segala
perbuatannya dapat mendatangkan keberhasilan, kemenangan, dan keuntungan1.
Kesimpulan dari tafsir QS. Thaha ayat 44 adalah Allah memerintahkan kepada
Harun dan Musa untuk berdakwah kepada Fir’aun dengan metode perkataan yang
lemah lembut. Dan mereka diperintahkan agar berharap bahwa perbuatan mereka
akan mendatangkan buah keberhasilan yaitu membawa Fir’aun kepada jalan yang
lurus. Dan sudah seperti biasanya, bahwa seseorang yang mengharapkan sesuatu,
pasti mencarinya dan orang yang berputus asa pasti akan berputus asa. Maka, Allah
menyuruh kepada Musa dan Harun agar selalu menegakkan hujjah dan
mematahahkan alas an Fir’aun, sekalipun petunjuknya tidak bermanfaat baginya.
(Musthafa Al-Maraghi, Ahmad. 1993. Terjemah Tafsir Al-Maraghi. Semarang: CV.
Toha Putra)
Langkah pertama dalam memerintahkan yang makruf dan mencegah yang
mungkar serta membimbing masyarakat adalah berbicara dengan lemah lembut.
Bahkan dalam menghadapi lawan yang paling tiranik, perkataan yang mula-mula
diucapkan haruslah perkataan yang lemah lembut dan baik. Kita tidak boleh berputus
asa bahwa orang lain akan terbimbing2.
B. TeoriKritis
Teori kebudayaan kritis yang lebih maju memiliki sejumlah konsepsi yang
berbeda mengenai hubungan antara media dan kebudayaan. Adapun karakteristik teori
kritis adalah: 3
1. Teori-teori itu cenderung bersifat meluas (makrosopic), yaitu menguji efek-efek
media secara luas dan bersifat budaya.
2. Teori kebudayaan kritis diakui secara terbuka memiliki motif-motif politik yang
didasarkan atas ajaran neo-marxis (berdasarkan politik aliran kiri).
3. Tujuan penganut teori ini adalah untuk mendorong perubahan dalam hal kebijakan
pemerintah atas media, dan mendorong perubahan pada media dalam sistem
kebudayaan. Teori ini menganggap media massa memiliki kekuasaan.
1 Ahmad Mustafa.AlTerjemah Tafsir Al-Maraghi, jilid 16,Hal.203-205
2 Allamah Kamal Faqih Imani, TafsirNurul Qur’an, Jakarta:Al-Huda, hal.421
3 Merissan,dkk.Teori Komunikasi Massa. Bogor. Ghai Indonesia.Hal 152.
5
4. Teori kebudayaan kritis menyelidiki dan menjelaskan bagaimana kelompok
tertentu menggunakan media massa untuk mempertahankan kekuasaan dan posisi
istimewa mereka. Mereka selalu memusatkan perhatian pada penerapan atau
penggunaan kekuasaan.
Menurut Brian Fay (1975), ada berbagai variasi pemikiran dalam kelompok teori
kritis yaitu:4
1. Teori kritis berupaya untuk memahami sistem yang sudah baku yang telah
diterima masyarakat (struktur kekuasaan, kepercayaan, ideologi) namun tradisi
kritis memberikan perhatian utama pada kepentingan siapa saja yang lebih
dilayani oleh struktur kekuasaan yang ada.
2. Teori kritis menunjukkan ketertarikannya untuk mengemukakan adanya suatu
bentuk penindasan sosial dan mengusulkan suatu pengaturan kekuasaan dalam
upaya dalam mendukung emansipasi dan mendukung terwujudnya masyarakat
yang lebih bebas dan lebih terpenuhi kebutuhannya.
3. Para pendukung teori kritis berusaha untuk memadukan antara teori dan tindakan.
Hubungan antara teori dan tindakan ini digambarkan dalam ungkapan, to read the
world with an eye towards shaping it (membaca dunia dengan mata tertuju pada
upaya untuk mengubahnya).
Pada bidang komunikasi, penganut tradisi kritis secara khusus menunjukkan
ketertarikannya pada bagaimana pesan dapat mendukung penindasan di masyarakat.
Walaupun para pendukung teori kritis tertarik pada tindakan sosial, namun mereka juga fokus
pada wacana dan teks yang mendukung kekuasaan tertentu, mendukung untuk mengurangi
atau meniadakan kepentingan kelompok atau kelas masyarakat tertentu. Analisis wacana teori
kritis memberikan perhatiannya pada teks yang menyatakan suatu sikap yang mendukung
penindasan dengan tanpa memisahkannya dengan faktor-faktor lain yang ada pada
keseluruhan sistem kekuasaan yang mendukung penindasan.
Teori kritis memiliki gagasan bahwa media massa berfungsi memberikan pembenaran
(justifikasi) dan mendukung status quo dengan mengorbankan masyarakat. Para pendukung
teori ini percaya bahwa masyarakat ditindas oleh pemilik modal, yaitu mereka yang
menguasai alat produksi: tanah dan pabrik. Masyarakat juga ditindas oleh mereka yang
mengontrol kebudayaan, yaitu lembaga superstruktur yang tidak lain adalah media massa.
4 Ibid.,hal 153.
6
Teori budaya kritis juga memberikan perhatian pada bagaimana faktor ekonomi dan
berbagai faktor lainnya memengaruhi isi media massa yang menghasilkan distorsi dan bias
terhadap isi berita dan liputan berita sehingga mengutungkan mereka yang berkuasa.
Kelompom teori kritis yang memberikan perhatian terhadap hal ini disebut dengan istilah
riset produksi berita adalah W. Lance Bennet (1988), yang menyatakan adanya empat
ketentuan (konvensi)berama dalam produksi berita yang digunakan media di AS yang (sadar
atau tidak sadar) mendukung kepentingan mereka yang berkuasa. Keempat konvensi itu
adalah: personalisasi berita, dramatisasi berita, fragmentasi berita, dan normalisasi berita.5
 Personaliasasi berita. Kebanyakan berita membahas tentang manusia. Jika media
ingin melaporkan cerita mengenai kehidupan orang kecil yang menderita, misalnya
cerita mengenai tunawisma, maka laporan berita akan tertuju pada satu orang atau
satu keluarga sebagai pusat cerita. Cerita mengenai penderitaan orang kecil biasanya
menarik perhatian dan karenanya mampu meningkatkan peringkat (rating) acara.
Namun menurut Bennett, tayangna itu telah mengurangi persoalan penting sosial dan
akan memberikan dua kemungkinan hasil, yaitu bahwa masalah tunawisma itu akan
diabaikan publik sebagai kasus spesifik yang hanya berlaku bagi orang yang
ditampilkan dalam cerita, dan masyarakat tidak memperoleh konteks sosial dan
politik dalam cerita tersebut sehingga tidak membuka ruang bagi adanya tindakan
publik (public action).
 Dramatisasi berita. Sebagaimana program hiburan, maka berita yang disajikan media
massa, khususnya televise, harus dikemas sedemikian rupa agar terlihat menarik
dengan cara didramatisir. Cerita harus memiliki pahlawan dan harus ada yang
dipersalahkan (kambing hitam), konflik harus diidentifikasi, dan harus ada
pertarungan. Sekali lagi, satu masalah sosial yang penting tereduksi menjadi
pertunjukan sinetron., film atau bahkan guyonan. Perhatian yang seharusnya lebih
besar pada esensi persoalan untuk mengatasi masalah menjadi tersepelekan. Media
sering kali menimbulkan pro-kontra menjadi konflik antara tokoh, kelompok
organisasi yang mendukung dengan mereka yang menolak. Perdebatan mengenai
anggaran pendidikan diparlemen, misalnya, berubah menjadi konflik antara presiden
versus DPR. Berita mengenai budaya atau kesenian Indonesia yang muncul di Negara
tetangga Malaysia berubah menjadi seolah-olah konflik antarnegara.
5 Ibid.,154.
7
 Fragmentasi berita. Tuntutan waktu dan biaya yang dialami pekerja media seringkali
menghasilkan berita yang singkat dan sepotong-sepotong. Tidak banyak ruang yang
tersedia untuk memberikan perpektif dan konteks bagi berita yang disajikan. Menurut
Bennett, reporter cenderung menghindari pemberian konteks dalam menulis berita–
menghubungkan berita yang dibuat dengan peristiwa lain yang terjadi saat ini atau
masa lalu. Hal ini disebabkan reporter harus mengambil keputusan terhadap berbagai
peristiwa terkait, yang mana lebih penting. Tentu saja, pilihannya menjadi subjektif,
sehingga dihindari. Dalam hal ini, reporter lebih suka mendapatkan komentar dari
berbagai pihak mengenai suatu isu dan kemudian meramu komentar tersebut seolah
semuanya valid dan layak untuk ditampilkan.
 Normalisasi berita. Media massa dalam menyampaikan berita cenderung lebih banyak
menggunakan cara pandang atau perspektif pemerintah atau penguasa, khususnya
dalam berita-berita mengenai bencana, baik bencana alam atau bencana sebagai hasil
ulah manusia. Misalnya, dalam peristiwa kecelakaan jatuhnya pesawat terbang,
laporan media hanya tertuju pada informasi yang disampaikan pihak yang berwenang
(pemerintah). Dengan kata lain, apa yang terjadi adalah sesuatu yang buruk tetapi
pihak otoritas berupaya menjadikan hal tersebut sebagai sesuatu yang biasa atau
normal. Reporter tidak terlalu berkeinginan untuk menyajikan suatu informasi dengan
sudut pandang yang berbeda dengan apa yang disampaikan pihak berwenang.
Menurut Bennet cara-cara produksi berita sebagaimana yang diuraikan di atas adalah
upaya yang dilakukan media guna memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa sistem
akan bekerja jika mereka yang berkuasa dibiarkan bekerja melaksanakan tugas mereka.
Setiap gagasan untuk melakukan tindakan sosial dengan maksud melakukan perubahan
secara bermakna akan selalu ditindas.
C. Teori Difusi Inovasi
Sebuah teori yang diarahkan pada aspek pengaruh media yang agak berbeda
adalah teori difusi inovasi (Rogers, 1983). Teori ini difokuskan pada cara
komunikasi, khususnya komunikasi massa, mempengaruhi orang untuk melaksanakan
(mengadopsi) sesuatu yang baru atau berbeda.
Difusi mengacu pada menyebarnya informasi baru, inovasi atau proses baru ke
seluruh masyarakat. Inovasi ini dapat bermacam-macam misalnya lensa kontak,
8
komputer, food processor, sasaran keprilakuan dalam pengajaran, belajar melalui
pengalaman, atau pengajaran multimedia. Adopsi mengacu pada reaksi positif orang
terhadap inovasi dan pemanfaatannya. Dalam proses adopsi, William McEwen (1975)
mengidentifikasi tiga tahap umum:
1. Pada tahap akuisisi (perolehan) informasi, orang memperoleh dan memahami
informasi tentang inovasi. Misalnya, seorang guru belajar tentang ancangan baru
untuk memberikan kuliah di kelas besar.
2. Pada tahap evalusi informasi, orang mengevaluasi informasi tentang inovasi.
Misalnya, guru tadi menyadari bahwa metode yang baru itu lebih efektif daripada
metode yang lama.
3. Pada tahap adopsi atau penolakan orang mengadopsi (melaksanakan) atau menolak
inovasi. Misalnya, guru tersebut mulai mengajar dengan menggunakan metode baru
ini.
Jelas bahwa orang tidak memilih untuk mengadopsi atau menolak inovasi
pada waktu yang bersamaan. Peneliti dalam bidang difusi informasi membedakan
lima tipe adopter (Gambar 0.1).
GAMBAR 0.1 Lima tipe adopter dalam populasi
Inovator, mereka yang pertama-tama mengadopsi inovasi, belum tentu adalah
pencentus gagasan baru ini, tetapi merekalah yang memperkenalkannya secara cukup
luas. Adaptor awal, kadang-kadang dinamai “pembawa pengaruh” , melegitimasi
gagasan dan membuatnya diterima oleh masyarakat pada umumnya. Mayoritas awal
mengikuti pembawa pengaruh dan melegitimasi lebih jauh inovasi ini.
9
Mayoritas Akhir mengadopsi inovasi agak belakangan. Orang-orang dalam
kelompok ini mungkin mengikuti pembawa pengaruh atau mayoritas awal. Akhirnya,
kelompok yang tertinggal (laggards), kelompok terakhir yang mengadopsi inovasi,
mungkin mengikuti jejak orang-orang dari tiga kelompok terdahulu.
Kelima kelompok ini mencakup hampir 100% populasi. Bagian sisanya adalah
kepala batu (diehards). Ini adalah kelompok yang tidak pernah mengadopsi inovasi.
Inilah jurumasak yang tidak pernah menggunakan blender atau food processor, guru
yang tidak mau menggunakan teknik pengajaran yang baru, dan seterusnya. Ada
beberapa situasi di mana tidak terdapat kelompok kepala batu. Misalnya, seorang guru
mungkin ingin terus menggunakan buku teks tertentu. Tetapi jika kalau buku ini tidak
dicetak lagi, ia terpaksa berubah dan bergabung dengan kelompok yang tertinggal
(laggards).
Pada umumnya, adopter awal – inovator jika dibandingkan dengan kelompok
yang tertinggal – berusia lebih muda ketimbang adopter akhir dan berstatus
sosioekonomi lebih tinggi pula. Mereka memiliki pekerjaan yang bersifat lebih
spesialis, lebih empatik dan kurang dogmatik. Mereka lebih terbuka terhadap
perubahan dan lebih banyak memanfaatkan informasi yang ada. Mereka mempunyai
orientasi yang lebih kosmopolitan dan pada umumnya merupakan pemuka
masyarakat.6
6 Joseph A. Devito, KOMUNIKASI ANTARMANUSIA Kuliah Dasar, Edisi Kelima (Jakarta:Professional Books,
1997),hlm. 526-527
10
(A. Devito, Joseph. KOMUNIKASI ANTARMANUSIA Kuliah Dasar. 1997.
Jakarta: Profesional Books)

More Related Content

What's hot

Cultivation Theory
Cultivation TheoryCultivation Theory
Cultivation TheoryTivani28
 
Teori jarum hipodermik
Teori jarum hipodermikTeori jarum hipodermik
Teori jarum hipodermikmankoma2013
 
Makalah Psikologi Komunikator dan Psikologi Pesan
Makalah Psikologi Komunikator dan Psikologi PesanMakalah Psikologi Komunikator dan Psikologi Pesan
Makalah Psikologi Komunikator dan Psikologi PesanRiska Nur'Akhidah Sari
 
Communication Privacy Management Theory
Communication Privacy Management TheoryCommunication Privacy Management Theory
Communication Privacy Management Theorymankoma2012
 
Aqilah nafisah ulya communication privacy management
Aqilah nafisah ulya  communication privacy managementAqilah nafisah ulya  communication privacy management
Aqilah nafisah ulya communication privacy managementFaiz Sujudi
 
Interpersonal deception
Interpersonal deceptionInterpersonal deception
Interpersonal deceptionmankoma2013
 
Teori pelanggaran harapan (presentasi Dirman)
Teori pelanggaran harapan (presentasi Dirman)Teori pelanggaran harapan (presentasi Dirman)
Teori pelanggaran harapan (presentasi Dirman)Dirman Immangk
 
Teori agenda setting
Teori agenda setting Teori agenda setting
Teori agenda setting mankoma2013
 
Coordinate Management of Meaning Theory
Coordinate Management of Meaning TheoryCoordinate Management of Meaning Theory
Coordinate Management of Meaning Theorymankoma2012
 
Teori Paradigma Naratif
Teori Paradigma NaratifTeori Paradigma Naratif
Teori Paradigma Naratifmankoma2012
 
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)Alvin Agustino Saputra
 
Model Komunikasi Massa
Model Komunikasi MassaModel Komunikasi Massa
Model Komunikasi MassaHanum Ilmi
 
SYMBOLIC CONVERGENCE THEORY
SYMBOLIC CONVERGENCE THEORYSYMBOLIC CONVERGENCE THEORY
SYMBOLIC CONVERGENCE THEORYmankoma2013
 

What's hot (20)

Cultivation Theory
Cultivation TheoryCultivation Theory
Cultivation Theory
 
Teori teori periklanan
Teori teori periklananTeori teori periklanan
Teori teori periklanan
 
Teori jarum hipodermik
Teori jarum hipodermikTeori jarum hipodermik
Teori jarum hipodermik
 
Makalah Psikologi Komunikator dan Psikologi Pesan
Makalah Psikologi Komunikator dan Psikologi PesanMakalah Psikologi Komunikator dan Psikologi Pesan
Makalah Psikologi Komunikator dan Psikologi Pesan
 
Expectancy Violations Theory
Expectancy Violations TheoryExpectancy Violations Theory
Expectancy Violations Theory
 
Communication Privacy Management Theory
Communication Privacy Management TheoryCommunication Privacy Management Theory
Communication Privacy Management Theory
 
Muted Group
Muted GroupMuted Group
Muted Group
 
Teori Shannon dan Weaver
Teori Shannon dan WeaverTeori Shannon dan Weaver
Teori Shannon dan Weaver
 
Aqilah nafisah ulya communication privacy management
Aqilah nafisah ulya  communication privacy managementAqilah nafisah ulya  communication privacy management
Aqilah nafisah ulya communication privacy management
 
Interpersonal deception
Interpersonal deceptionInterpersonal deception
Interpersonal deception
 
Teori pelanggaran harapan (presentasi Dirman)
Teori pelanggaran harapan (presentasi Dirman)Teori pelanggaran harapan (presentasi Dirman)
Teori pelanggaran harapan (presentasi Dirman)
 
Teori agenda setting
Teori agenda setting Teori agenda setting
Teori agenda setting
 
Komunikasi massa
Komunikasi massaKomunikasi massa
Komunikasi massa
 
Coordinate Management of Meaning Theory
Coordinate Management of Meaning TheoryCoordinate Management of Meaning Theory
Coordinate Management of Meaning Theory
 
Teori Paradigma Naratif
Teori Paradigma NaratifTeori Paradigma Naratif
Teori Paradigma Naratif
 
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)
Teori Komunikasi- Retorika (the Rhetoric)
 
Model Komunikasi Massa
Model Komunikasi MassaModel Komunikasi Massa
Model Komunikasi Massa
 
Teori cultivation
Teori cultivationTeori cultivation
Teori cultivation
 
Teori Komunikasi Massa
Teori Komunikasi MassaTeori Komunikasi Massa
Teori Komunikasi Massa
 
SYMBOLIC CONVERGENCE THEORY
SYMBOLIC CONVERGENCE THEORYSYMBOLIC CONVERGENCE THEORY
SYMBOLIC CONVERGENCE THEORY
 

Viewers also liked

Teori komunikasi massa
Teori komunikasi massaTeori komunikasi massa
Teori komunikasi massaRatih Aini
 
Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta
Masjid Pathok Negoro di YogyakartaMasjid Pathok Negoro di Yogyakarta
Masjid Pathok Negoro di YogyakartaRatih Aini
 
komunikasi massa
komunikasi massakomunikasi massa
komunikasi massaRatih Aini
 
Makalah Komunikasi Massa
Makalah Komunikasi MassaMakalah Komunikasi Massa
Makalah Komunikasi MassaAnisa Rochmiana
 
Pengenalan kepada komunikasi massa
Pengenalan kepada komunikasi massaPengenalan kepada komunikasi massa
Pengenalan kepada komunikasi massaAWAN PUTIH
 
Karateristik komunikasi massa
Karateristik komunikasi massaKarateristik komunikasi massa
Karateristik komunikasi massaMuchlis Soleiman
 

Viewers also liked (8)

Teori komunikasi massa
Teori komunikasi massaTeori komunikasi massa
Teori komunikasi massa
 
Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta
Masjid Pathok Negoro di YogyakartaMasjid Pathok Negoro di Yogyakarta
Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta
 
Komunikasi massa
Komunikasi massaKomunikasi massa
Komunikasi massa
 
Komunikasi
KomunikasiKomunikasi
Komunikasi
 
komunikasi massa
komunikasi massakomunikasi massa
komunikasi massa
 
Makalah Komunikasi Massa
Makalah Komunikasi MassaMakalah Komunikasi Massa
Makalah Komunikasi Massa
 
Pengenalan kepada komunikasi massa
Pengenalan kepada komunikasi massaPengenalan kepada komunikasi massa
Pengenalan kepada komunikasi massa
 
Karateristik komunikasi massa
Karateristik komunikasi massaKarateristik komunikasi massa
Karateristik komunikasi massa
 

Similar to TEORI MEDIA KOMUNIKASI

Syarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin Amq
 
Bab iii-pers-dlm-masyarakat
Bab iii-pers-dlm-masyarakatBab iii-pers-dlm-masyarakat
Bab iii-pers-dlm-masyarakatPutra Ivan
 
Teori media dan teori masyarakat
Teori media dan teori masyarakatTeori media dan teori masyarakat
Teori media dan teori masyarakatSirajuddin Lathif
 
Teori teori media kritis (pp)
Teori teori media kritis (pp)Teori teori media kritis (pp)
Teori teori media kritis (pp)yuls1423
 
MASS COMMUNICATION THEORY
MASS COMMUNICATION THEORYMASS COMMUNICATION THEORY
MASS COMMUNICATION THEORYEvry Purrba
 
Teori Model jarum suntik
Teori Model jarum suntikTeori Model jarum suntik
Teori Model jarum suntikRatih Aini
 
Makalah Sistem Komunikasi Indonesia
Makalah Sistem Komunikasi IndonesiaMakalah Sistem Komunikasi Indonesia
Makalah Sistem Komunikasi IndonesiaDewi Mauly Syahidah
 
peranan komunikasi massa dalam peran warga negara
peranan komunikasi massa dalam peran warga negaraperanan komunikasi massa dalam peran warga negara
peranan komunikasi massa dalam peran warga negarafauziprsty
 
4. public relations sebagai ilmu dan profesi
4. public relations sebagai ilmu dan profesi4. public relations sebagai ilmu dan profesi
4. public relations sebagai ilmu dan profesiblade_net
 
Fungsi Komunikasi
Fungsi KomunikasiFungsi Komunikasi
Fungsi KomunikasiRatih Aini
 
PERS , kasus PKN ^^
PERS , kasus PKN ^^PERS , kasus PKN ^^
PERS , kasus PKN ^^Mitha Ye Es
 
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin Amq
 
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin Amq
 
Pembingkaian berita lgbt_di_media_online
Pembingkaian berita lgbt_di_media_onlinePembingkaian berita lgbt_di_media_online
Pembingkaian berita lgbt_di_media_onlineDenny Kodrat
 
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 2
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 2UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 2
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 2Diana Amelia Bagti
 

Similar to TEORI MEDIA KOMUNIKASI (20)

Syarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
 
Bener 2
Bener 2Bener 2
Bener 2
 
Bab iii-pers-dlm-masyarakat
Bab iii-pers-dlm-masyarakatBab iii-pers-dlm-masyarakat
Bab iii-pers-dlm-masyarakat
 
Teori media dan teori masyarakat
Teori media dan teori masyarakatTeori media dan teori masyarakat
Teori media dan teori masyarakat
 
Teori teori media kritis (pp)
Teori teori media kritis (pp)Teori teori media kritis (pp)
Teori teori media kritis (pp)
 
MASS COMMUNICATION THEORY
MASS COMMUNICATION THEORYMASS COMMUNICATION THEORY
MASS COMMUNICATION THEORY
 
Teori Model jarum suntik
Teori Model jarum suntikTeori Model jarum suntik
Teori Model jarum suntik
 
Ade
AdeAde
Ade
 
Makalah Sistem Komunikasi Indonesia
Makalah Sistem Komunikasi IndonesiaMakalah Sistem Komunikasi Indonesia
Makalah Sistem Komunikasi Indonesia
 
peranan komunikasi massa dalam peran warga negara
peranan komunikasi massa dalam peran warga negaraperanan komunikasi massa dalam peran warga negara
peranan komunikasi massa dalam peran warga negara
 
Kliping
KlipingKliping
Kliping
 
4. public relations sebagai ilmu dan profesi
4. public relations sebagai ilmu dan profesi4. public relations sebagai ilmu dan profesi
4. public relations sebagai ilmu dan profesi
 
Bab 10 teori komunikasi
Bab 10 teori komunikasiBab 10 teori komunikasi
Bab 10 teori komunikasi
 
Hegemoni media
Hegemoni mediaHegemoni media
Hegemoni media
 
Fungsi Komunikasi
Fungsi KomunikasiFungsi Komunikasi
Fungsi Komunikasi
 
PERS , kasus PKN ^^
PERS , kasus PKN ^^PERS , kasus PKN ^^
PERS , kasus PKN ^^
 
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
 
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetakSyarifudin, dakwah melalui media cetak
Syarifudin, dakwah melalui media cetak
 
Pembingkaian berita lgbt_di_media_online
Pembingkaian berita lgbt_di_media_onlinePembingkaian berita lgbt_di_media_online
Pembingkaian berita lgbt_di_media_online
 
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 2
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 2UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 2
UAS FORMATOLOGI BERITA - RANGKUMAN PART 2
 

More from Ratih Aini

Tugas teknik tari
Tugas teknik tariTugas teknik tari
Tugas teknik tariRatih Aini
 
Contoh membuat berita
Contoh membuat beritaContoh membuat berita
Contoh membuat beritaRatih Aini
 
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)Ratih Aini
 
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARAHUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARARatih Aini
 
Pendidikan Anti Korupsi
Pendidikan Anti KorupsiPendidikan Anti Korupsi
Pendidikan Anti KorupsiRatih Aini
 
Kebudayaan Toraja
Kebudayaan TorajaKebudayaan Toraja
Kebudayaan TorajaRatih Aini
 
Perawatan jenazah menurut agama kristen
Perawatan jenazah menurut agama kristenPerawatan jenazah menurut agama kristen
Perawatan jenazah menurut agama kristenRatih Aini
 
Kepribadiaan / Watak / Tempramen
Kepribadiaan / Watak / TempramenKepribadiaan / Watak / Tempramen
Kepribadiaan / Watak / TempramenRatih Aini
 
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...Ratih Aini
 
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIANKEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIANRatih Aini
 
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITAPELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITARatih Aini
 
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...Ratih Aini
 
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...Ratih Aini
 
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAININGPENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAININGRatih Aini
 
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...Ratih Aini
 
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungTeori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungRatih Aini
 
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMATEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMARatih Aini
 
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...Ratih Aini
 

More from Ratih Aini (20)

Tugas teknik tari
Tugas teknik tariTugas teknik tari
Tugas teknik tari
 
Contoh membuat berita
Contoh membuat beritaContoh membuat berita
Contoh membuat berita
 
PKN
PKN PKN
PKN
 
PKN
PKN PKN
PKN
 
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)
 
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARAHUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
 
Pendidikan Anti Korupsi
Pendidikan Anti KorupsiPendidikan Anti Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi
 
Kebudayaan Toraja
Kebudayaan TorajaKebudayaan Toraja
Kebudayaan Toraja
 
Perawatan jenazah menurut agama kristen
Perawatan jenazah menurut agama kristenPerawatan jenazah menurut agama kristen
Perawatan jenazah menurut agama kristen
 
Kepribadiaan / Watak / Tempramen
Kepribadiaan / Watak / TempramenKepribadiaan / Watak / Tempramen
Kepribadiaan / Watak / Tempramen
 
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
 
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIANKEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
 
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITAPELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
 
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
 
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
 
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAININGPENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
 
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
 
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungTeori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
 
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMATEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
 
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
 

Recently uploaded

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 

Recently uploaded (20)

Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 

TEORI MEDIA KOMUNIKASI

  • 1. 1 Kata Pengantar Bismillahirohmanirrohim Puji syukur bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang atas rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelaisakan makalah ini. Judul makalah ini adalah “Teori Komunikasi Massa” sebagai salah satu tugas terstuktur dalam mata kuliah Media Komunikasi Dakwah. Mengingat begitu pentingnya kita mengetahui pembuatan presentasi yang benar, maka melalui makalah ini diharapkan pembaca dapat mengetahui bagaimana teknik pembuatan makalah. Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terimakasih kepada Bapak Imam Suprabowo sebagai pembimbing mata kuliah Media Komunikasi Dakwah yang telah membimbing kami hingga hasil makalah ini dapat kami presentasikan. Namun penulis menyadari, jika ada kekurangan dari hasil makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun penulis. Semoga tulisan ini memberi informasi yang berguna bagi pembacanya. Yogyakarta, 10 Desember 2014 Penulis
  • 2. 2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 1 DAFTAR ISI............................................................................................................................ 2 BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 3 BAB II BIODATA ................................................................................................................ 4 BAB III KEGIATAN .............................................................................................................. 6 BAB IV PENUTUP Kesimpulan ................................................................................................................. 9
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN A. TafsiranQS. Thaha ayat 44 QS. Thaha ayat 44: ﴿ ‫ال‬‫ا‬ ‫ق‬ ‫َا‬‫ب‬َّ‫ن‬‫ا‬ ‫بَا‬َّ‫ن‬‫ا‬ ‫َن‬‫خ‬‫اا‬ ‫ن‬ُ ‫َن‬َ‫ن‬‫ن‬ْ ‫َن‬‫ن‬َ‫خ‬َُْ‫ن‬َ ‫َا‬ََ‫ن‬ْ‫ن‬‫ا‬ ‫َن‬َ‫و‬‫ن‬ْ ‫َن‬َ‫ن‬‫ن‬ْ ‫َي‬َْ‫ن‬َ‫َنَن‬‫ن‬ ﴾ Artinya: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut". Ayat diatas adalah perintah Allah kepada Musa dan Harun untuk berdakwah kepada Fir’aun setelah berdakwah secara umum, karena jika Fir’aun sudah mau untuk mendengarkan, menerima dakwah dan ikut beriman kepadaNya, niscaya seluruh orang Mesir juga akan ikut menerima dakwah dan ikut beriman kepadaNya karena menurut mereka “Manusia mengikuti agama raja mereka”. Faktor dari semua malapetaka yang terjadi di negeri Mesir yang luas itu adalah Fir’aun karena penyebab dari kemajuan atau kemunduran, kebahagian dan kesengsaraan suatu bangsa, sebelum segala sesuatu yang lain, adalah para pemimpin dan otoritas dari bangsa tersebut. Metode yang diperintahkan Allah kepada Musa yaitu dengan “Berbicaralah kepada Fir’aun dengan perkataan yang lemah lembut, agar lebih dapat menyentuh dan lebih dapat menariknya dalam menerima dakwahnya. Karena, dengan perkataan yang lemah lembut, orang yang memiliki hati durhaka akan halus, dan orang-orang yang sombong akan hancur”. Dalam Terjemah Tafsir Al-Maraghi menjelaskan, bahwa kata la’alla itu berarti mudah-mudahan. Dalam kata tersebut dapat dipahami dengan setelah kata tersebut mengandung kata harapan. Yaitu, jalankanlah risalah, kerjakanlah apa yang Aku serukan kepada kalian, dan berusahalah dalam mengerjakannya, agar pekerjaan tersebut dapat memperoleh hasil dan tidak gagal,: dia berusaha dengan
  • 4. 4 kemampuannya dan berjuang sampai puncak usahanya dengan harapan segala perbuatannya dapat mendatangkan keberhasilan, kemenangan, dan keuntungan1. Kesimpulan dari tafsir QS. Thaha ayat 44 adalah Allah memerintahkan kepada Harun dan Musa untuk berdakwah kepada Fir’aun dengan metode perkataan yang lemah lembut. Dan mereka diperintahkan agar berharap bahwa perbuatan mereka akan mendatangkan buah keberhasilan yaitu membawa Fir’aun kepada jalan yang lurus. Dan sudah seperti biasanya, bahwa seseorang yang mengharapkan sesuatu, pasti mencarinya dan orang yang berputus asa pasti akan berputus asa. Maka, Allah menyuruh kepada Musa dan Harun agar selalu menegakkan hujjah dan mematahahkan alas an Fir’aun, sekalipun petunjuknya tidak bermanfaat baginya. (Musthafa Al-Maraghi, Ahmad. 1993. Terjemah Tafsir Al-Maraghi. Semarang: CV. Toha Putra) Langkah pertama dalam memerintahkan yang makruf dan mencegah yang mungkar serta membimbing masyarakat adalah berbicara dengan lemah lembut. Bahkan dalam menghadapi lawan yang paling tiranik, perkataan yang mula-mula diucapkan haruslah perkataan yang lemah lembut dan baik. Kita tidak boleh berputus asa bahwa orang lain akan terbimbing2. B. TeoriKritis Teori kebudayaan kritis yang lebih maju memiliki sejumlah konsepsi yang berbeda mengenai hubungan antara media dan kebudayaan. Adapun karakteristik teori kritis adalah: 3 1. Teori-teori itu cenderung bersifat meluas (makrosopic), yaitu menguji efek-efek media secara luas dan bersifat budaya. 2. Teori kebudayaan kritis diakui secara terbuka memiliki motif-motif politik yang didasarkan atas ajaran neo-marxis (berdasarkan politik aliran kiri). 3. Tujuan penganut teori ini adalah untuk mendorong perubahan dalam hal kebijakan pemerintah atas media, dan mendorong perubahan pada media dalam sistem kebudayaan. Teori ini menganggap media massa memiliki kekuasaan. 1 Ahmad Mustafa.AlTerjemah Tafsir Al-Maraghi, jilid 16,Hal.203-205 2 Allamah Kamal Faqih Imani, TafsirNurul Qur’an, Jakarta:Al-Huda, hal.421 3 Merissan,dkk.Teori Komunikasi Massa. Bogor. Ghai Indonesia.Hal 152.
  • 5. 5 4. Teori kebudayaan kritis menyelidiki dan menjelaskan bagaimana kelompok tertentu menggunakan media massa untuk mempertahankan kekuasaan dan posisi istimewa mereka. Mereka selalu memusatkan perhatian pada penerapan atau penggunaan kekuasaan. Menurut Brian Fay (1975), ada berbagai variasi pemikiran dalam kelompok teori kritis yaitu:4 1. Teori kritis berupaya untuk memahami sistem yang sudah baku yang telah diterima masyarakat (struktur kekuasaan, kepercayaan, ideologi) namun tradisi kritis memberikan perhatian utama pada kepentingan siapa saja yang lebih dilayani oleh struktur kekuasaan yang ada. 2. Teori kritis menunjukkan ketertarikannya untuk mengemukakan adanya suatu bentuk penindasan sosial dan mengusulkan suatu pengaturan kekuasaan dalam upaya dalam mendukung emansipasi dan mendukung terwujudnya masyarakat yang lebih bebas dan lebih terpenuhi kebutuhannya. 3. Para pendukung teori kritis berusaha untuk memadukan antara teori dan tindakan. Hubungan antara teori dan tindakan ini digambarkan dalam ungkapan, to read the world with an eye towards shaping it (membaca dunia dengan mata tertuju pada upaya untuk mengubahnya). Pada bidang komunikasi, penganut tradisi kritis secara khusus menunjukkan ketertarikannya pada bagaimana pesan dapat mendukung penindasan di masyarakat. Walaupun para pendukung teori kritis tertarik pada tindakan sosial, namun mereka juga fokus pada wacana dan teks yang mendukung kekuasaan tertentu, mendukung untuk mengurangi atau meniadakan kepentingan kelompok atau kelas masyarakat tertentu. Analisis wacana teori kritis memberikan perhatiannya pada teks yang menyatakan suatu sikap yang mendukung penindasan dengan tanpa memisahkannya dengan faktor-faktor lain yang ada pada keseluruhan sistem kekuasaan yang mendukung penindasan. Teori kritis memiliki gagasan bahwa media massa berfungsi memberikan pembenaran (justifikasi) dan mendukung status quo dengan mengorbankan masyarakat. Para pendukung teori ini percaya bahwa masyarakat ditindas oleh pemilik modal, yaitu mereka yang menguasai alat produksi: tanah dan pabrik. Masyarakat juga ditindas oleh mereka yang mengontrol kebudayaan, yaitu lembaga superstruktur yang tidak lain adalah media massa. 4 Ibid.,hal 153.
  • 6. 6 Teori budaya kritis juga memberikan perhatian pada bagaimana faktor ekonomi dan berbagai faktor lainnya memengaruhi isi media massa yang menghasilkan distorsi dan bias terhadap isi berita dan liputan berita sehingga mengutungkan mereka yang berkuasa. Kelompom teori kritis yang memberikan perhatian terhadap hal ini disebut dengan istilah riset produksi berita adalah W. Lance Bennet (1988), yang menyatakan adanya empat ketentuan (konvensi)berama dalam produksi berita yang digunakan media di AS yang (sadar atau tidak sadar) mendukung kepentingan mereka yang berkuasa. Keempat konvensi itu adalah: personalisasi berita, dramatisasi berita, fragmentasi berita, dan normalisasi berita.5  Personaliasasi berita. Kebanyakan berita membahas tentang manusia. Jika media ingin melaporkan cerita mengenai kehidupan orang kecil yang menderita, misalnya cerita mengenai tunawisma, maka laporan berita akan tertuju pada satu orang atau satu keluarga sebagai pusat cerita. Cerita mengenai penderitaan orang kecil biasanya menarik perhatian dan karenanya mampu meningkatkan peringkat (rating) acara. Namun menurut Bennett, tayangna itu telah mengurangi persoalan penting sosial dan akan memberikan dua kemungkinan hasil, yaitu bahwa masalah tunawisma itu akan diabaikan publik sebagai kasus spesifik yang hanya berlaku bagi orang yang ditampilkan dalam cerita, dan masyarakat tidak memperoleh konteks sosial dan politik dalam cerita tersebut sehingga tidak membuka ruang bagi adanya tindakan publik (public action).  Dramatisasi berita. Sebagaimana program hiburan, maka berita yang disajikan media massa, khususnya televise, harus dikemas sedemikian rupa agar terlihat menarik dengan cara didramatisir. Cerita harus memiliki pahlawan dan harus ada yang dipersalahkan (kambing hitam), konflik harus diidentifikasi, dan harus ada pertarungan. Sekali lagi, satu masalah sosial yang penting tereduksi menjadi pertunjukan sinetron., film atau bahkan guyonan. Perhatian yang seharusnya lebih besar pada esensi persoalan untuk mengatasi masalah menjadi tersepelekan. Media sering kali menimbulkan pro-kontra menjadi konflik antara tokoh, kelompok organisasi yang mendukung dengan mereka yang menolak. Perdebatan mengenai anggaran pendidikan diparlemen, misalnya, berubah menjadi konflik antara presiden versus DPR. Berita mengenai budaya atau kesenian Indonesia yang muncul di Negara tetangga Malaysia berubah menjadi seolah-olah konflik antarnegara. 5 Ibid.,154.
  • 7. 7  Fragmentasi berita. Tuntutan waktu dan biaya yang dialami pekerja media seringkali menghasilkan berita yang singkat dan sepotong-sepotong. Tidak banyak ruang yang tersedia untuk memberikan perpektif dan konteks bagi berita yang disajikan. Menurut Bennett, reporter cenderung menghindari pemberian konteks dalam menulis berita– menghubungkan berita yang dibuat dengan peristiwa lain yang terjadi saat ini atau masa lalu. Hal ini disebabkan reporter harus mengambil keputusan terhadap berbagai peristiwa terkait, yang mana lebih penting. Tentu saja, pilihannya menjadi subjektif, sehingga dihindari. Dalam hal ini, reporter lebih suka mendapatkan komentar dari berbagai pihak mengenai suatu isu dan kemudian meramu komentar tersebut seolah semuanya valid dan layak untuk ditampilkan.  Normalisasi berita. Media massa dalam menyampaikan berita cenderung lebih banyak menggunakan cara pandang atau perspektif pemerintah atau penguasa, khususnya dalam berita-berita mengenai bencana, baik bencana alam atau bencana sebagai hasil ulah manusia. Misalnya, dalam peristiwa kecelakaan jatuhnya pesawat terbang, laporan media hanya tertuju pada informasi yang disampaikan pihak yang berwenang (pemerintah). Dengan kata lain, apa yang terjadi adalah sesuatu yang buruk tetapi pihak otoritas berupaya menjadikan hal tersebut sebagai sesuatu yang biasa atau normal. Reporter tidak terlalu berkeinginan untuk menyajikan suatu informasi dengan sudut pandang yang berbeda dengan apa yang disampaikan pihak berwenang. Menurut Bennet cara-cara produksi berita sebagaimana yang diuraikan di atas adalah upaya yang dilakukan media guna memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa sistem akan bekerja jika mereka yang berkuasa dibiarkan bekerja melaksanakan tugas mereka. Setiap gagasan untuk melakukan tindakan sosial dengan maksud melakukan perubahan secara bermakna akan selalu ditindas. C. Teori Difusi Inovasi Sebuah teori yang diarahkan pada aspek pengaruh media yang agak berbeda adalah teori difusi inovasi (Rogers, 1983). Teori ini difokuskan pada cara komunikasi, khususnya komunikasi massa, mempengaruhi orang untuk melaksanakan (mengadopsi) sesuatu yang baru atau berbeda. Difusi mengacu pada menyebarnya informasi baru, inovasi atau proses baru ke seluruh masyarakat. Inovasi ini dapat bermacam-macam misalnya lensa kontak,
  • 8. 8 komputer, food processor, sasaran keprilakuan dalam pengajaran, belajar melalui pengalaman, atau pengajaran multimedia. Adopsi mengacu pada reaksi positif orang terhadap inovasi dan pemanfaatannya. Dalam proses adopsi, William McEwen (1975) mengidentifikasi tiga tahap umum: 1. Pada tahap akuisisi (perolehan) informasi, orang memperoleh dan memahami informasi tentang inovasi. Misalnya, seorang guru belajar tentang ancangan baru untuk memberikan kuliah di kelas besar. 2. Pada tahap evalusi informasi, orang mengevaluasi informasi tentang inovasi. Misalnya, guru tadi menyadari bahwa metode yang baru itu lebih efektif daripada metode yang lama. 3. Pada tahap adopsi atau penolakan orang mengadopsi (melaksanakan) atau menolak inovasi. Misalnya, guru tersebut mulai mengajar dengan menggunakan metode baru ini. Jelas bahwa orang tidak memilih untuk mengadopsi atau menolak inovasi pada waktu yang bersamaan. Peneliti dalam bidang difusi informasi membedakan lima tipe adopter (Gambar 0.1). GAMBAR 0.1 Lima tipe adopter dalam populasi Inovator, mereka yang pertama-tama mengadopsi inovasi, belum tentu adalah pencentus gagasan baru ini, tetapi merekalah yang memperkenalkannya secara cukup luas. Adaptor awal, kadang-kadang dinamai “pembawa pengaruh” , melegitimasi gagasan dan membuatnya diterima oleh masyarakat pada umumnya. Mayoritas awal mengikuti pembawa pengaruh dan melegitimasi lebih jauh inovasi ini.
  • 9. 9 Mayoritas Akhir mengadopsi inovasi agak belakangan. Orang-orang dalam kelompok ini mungkin mengikuti pembawa pengaruh atau mayoritas awal. Akhirnya, kelompok yang tertinggal (laggards), kelompok terakhir yang mengadopsi inovasi, mungkin mengikuti jejak orang-orang dari tiga kelompok terdahulu. Kelima kelompok ini mencakup hampir 100% populasi. Bagian sisanya adalah kepala batu (diehards). Ini adalah kelompok yang tidak pernah mengadopsi inovasi. Inilah jurumasak yang tidak pernah menggunakan blender atau food processor, guru yang tidak mau menggunakan teknik pengajaran yang baru, dan seterusnya. Ada beberapa situasi di mana tidak terdapat kelompok kepala batu. Misalnya, seorang guru mungkin ingin terus menggunakan buku teks tertentu. Tetapi jika kalau buku ini tidak dicetak lagi, ia terpaksa berubah dan bergabung dengan kelompok yang tertinggal (laggards). Pada umumnya, adopter awal – inovator jika dibandingkan dengan kelompok yang tertinggal – berusia lebih muda ketimbang adopter akhir dan berstatus sosioekonomi lebih tinggi pula. Mereka memiliki pekerjaan yang bersifat lebih spesialis, lebih empatik dan kurang dogmatik. Mereka lebih terbuka terhadap perubahan dan lebih banyak memanfaatkan informasi yang ada. Mereka mempunyai orientasi yang lebih kosmopolitan dan pada umumnya merupakan pemuka masyarakat.6 6 Joseph A. Devito, KOMUNIKASI ANTARMANUSIA Kuliah Dasar, Edisi Kelima (Jakarta:Professional Books, 1997),hlm. 526-527
  • 10. 10 (A. Devito, Joseph. KOMUNIKASI ANTARMANUSIA Kuliah Dasar. 1997. Jakarta: Profesional Books)