SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
Download to read offline
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 1
PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING
MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING
Mujiyati
Bimbingan dan Konseling, STKIP Muhammadiyah Pringsewu
email: muji_sof1@yahoo.com
Abstract
This study is based on students’ problem who undergone the decreasing of self-esteem
due to bullying that students receive in their environment. The long-term goal which
going to be achieved is related to self esteem problem of students bullying victims that
is capable to solve problem by using effective and tested product through counseling
with assertive training technique. This study used research and development method.
The steps are: (1) preliminary research; (2) designing model; (3) developing model;
(4) testing model restrictively; (5) analysing model; (6) revising model; (7) testing
model widely; (8) dissemination of model; and (9) recommending tested model. The
result of study showed that the model of counseling through assertive training was
empirically proven effective to improve self esteem of students bullying victims.
Keywords: Self Esteem, Bullying, Assertive Training
1. PENDAHULUAN
Perubahan zaman yang semakin
pesat telah membawa dampak di berbagai
aspek kehidupan tidak terkecuali dalam
dunia pendidikan. Terselenggaranya
pendidikan yang efektif dan efisien pada
satuan pendidikan sangat dipengaruhi
oleh suasana kondusif yang diciptakan
oleh semua komponen yang berperan
dalam mengantar peserta didik untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam
kenyataannya tujuan dari pendidikan itu
sendiri belum sepenuhnya tercapai,
karena masih adanya kasus
penyimpangan perilaku kekerasan yang
dilakukan di kalangan remaja yang
memerlukan perhatian dari berbagai
pihak.
Salah satu masalah yang berkembang
di sekolah adalah kecenderungan siswa
melakukan perilaku bullying. Perilaku
bullying telah lama menjadi bagian dari
dinamika yang ada di sekolah. Umumnya
orang lebih mengenal istilah-istilah
pemalakan, pengucilan, intimidasi, dan
lain-lain. Kasus kekerasan di lingkungan
sekolah, seperti tawuran, pencurian,
pelecehan seksual, guru memukul siswa,
senior menganiaya junior, dipaksa
membuat tugas sekolah oleh temannya,
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 2
diolok-olok teman, senior menghukum
junior dengan push up masih terus terjadi.
Korban bullying biasanya tidak mampu
membela atau mempertahankan dirinya
karena lemah secara fisik atau mental, hal
ini akan memicu terjadinya stres karena
rasa takut yang luar biasa. Jika ini terjadi
pada siswa maka dapat dipastikan
kehidupan efektif sehari-hari mereka
akan terganggu dan kegiatan belajarnya
menjadi tidak optimal.
Perilaku bullying adalah penggunaan
kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti
seseorang atau kelompok sehingga
korban merasa tertekan, trauma, tidak
berdaya, dan peristiwanya terjadi
berulang-ulang (Djuwita, 2006: 2).
Bullying melibatkan kekuatan dan
kekuasaan yang tidak seimbang, sehingga
korban berada pada kondisi yang tidak
berdaya untuk mempertahankan diri
secara efektif melawan tindakan negatif
yang diterimanya. Bullying akan selalu
melibatkan adanya ketidakseimbangan
kekuatan, niat untuk mencederai,
ancaman agresi lebih lanjut, dan teror
(Colorosa, 2007: 44).
Seseorang dapat dikatakan menjadi
korban bullying apabila ia diperlakukan
negatif (secara sengaja membuat luka,
ketidaknyamanan melalui kontak fisik,
melalui perkataan, atau dengan cara lain)
baik satu kali atau berkali-kali bahkan
terkadang menjadi sebuah pola yang
dilakukan berulang-ulang.
Siswa yang menjadi korban bullying
akan menderita secara fisik, tertekan,
tidak dapat berkonsentrasi dengan baik di
sekolah bahkan menarik diri dari
lingkungan sosial. Korban bullying sering
mencari pelampiasan yang bersifat
negatif seperti merokok, mengonsumsi
alkohol, tidak mau sekolah bahkan balas
dendam. Bullying tidak memilih umur
atau jenis kelamin, yang menjadi korban
umumnya adalah anak yang lemah,
pemalu, pendiam, cacat, tertutup, pandai,
cantik, atau mempunyai ciri tubuh
tertentu yang dijadikan bahan ejekan.
Ejekan, cemoohan, dan olok-olokan
bagi sebagian orang mungkin hanya
terkesan sebagai hal yang sepele dan
hanya bagian dari bercanda. Namun pada
kenyataannya, hal ini bisa menjadi
senjata yang secara perlahan bisa
menghancurkan seorang anak. Aksi-aksi
negatif serupa itu adalah sebagian wujud
dari perilaku bullying, sebuah perilaku
yang lama berlangsung dan mengancam
segala aspek kehidupan sebagian besar
anak-anak di sekolah, di rumah, dan di
lingkungannya.
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 3
Siswa yang mendapatkan perlakuan
negatif secara berulang-ulang ini akan
memunculkan penilaian diri yang rendah
baik penilaian terhadap diri sendiri
maupun orang lain, hal ini akan
menyebabkan siswa menarik diri dari
lingkungan pergaulannya. Penilaian
terhadap diri sendiri maupun orang lain
ini biasa disebut dengan self esteem.
Self esteem pada remaja sering
dikaitkan dengan pencarian identitas diri
dengan berusaha mencari status sebagai
seorang yang berdiri sendiri tanpa
bantuan ayah dan ibu.
Pencarian identitas diri yang positif
akan mengarah pada pengembangan
potensi yang dimiliki remaja ke arah
yang lebih baik, sedangkan pencarian
identitas diri yang negatif biasanya
diekspresikan remaja dalam bentuk
tingkah laku, seperti tawuran,
penyalahgunaan obat-obatan, pacaran
sampai prestasi yang menurun. Proses
pembentukan identitas diri memiliki
kaitan erat dengan bagaimana remaja
menilai atau mengevaluasi diri karena
perkembangan self esteem pada seorang
remaja akan menentukan keberhasilan
maupun kegagalannya di masa
mendatang (Santrock, 2007: 184).
Siswa yang memiliki self esteem
tinggi akan membangkitkan rasa percaya
diri, rasa yakin akan kemampuan diri,
rasa berguna serta rasa bahwa
kehadirannya diperlukan di dunia ini.
Selain itu remaja juga memiliki
kepercayaan diri dapat mencapai prestasi
yang dia dan orang lain harapkan. Pada
tahapannya, keyakinan itu akan
memotivasi remaja tersebut untuk
sungguh-sungguh mencapai apa yang
dicita-citakan. Sementara itu remaja
dengan self esteem rendah akan lebih
rentan berperilaku negatif karena self
esteem dapat mempengaruhi perilaku
seseorang (Clemes, dkk., 2012: 3).
Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Yayasan Semai Jiwa Amini
(SEJIWA) tahun 2008 yang bekerjasama
dengan Plan Indonesia dan Universitas
Indonesia tentang kekerasan bullying di
kota besar di Indonesia yaitu di
Yogyakarta, Jakarta, dan Surabaya
mencatat terjadinya tingkat kekerasan
sebesar 67,9% di tingkat Sekolah
Menengah Atas (SMA) dan 66,1%
ditingkat Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Kekerasan yang dilakukan
sesama siswa tercatat sebesar 41,2%
untuk tingkat SMP dan 43,7% untuk
tingkat SMA dengan kategori tertinggi
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 4
berupa pengucilan. Peringkat kedua
ditempati kekerasan verbal (mengejek)
dan terakhir kekerasan fisik (memukul).
National Institute for Children and
Human Development (Wiyani, 2012)
memaparkan hasil surveinya, bahwa lebih
dari 16% murid sekolah di Amerika
Serikat mengaku mengalami bullying
oleh siswa lain. Survei ini dilakukan pada
15.686 siswa kelas 6 hingga 10 di
berbagai sekolah negeri maupun swasta
di Amerika Serikat.
Pengamatan di Belanda yang
dilakukan oleh Junger Tas dan Van
Kesteren (Rudi, 2010: 6), menemukan
mereka yang tidak mempunyai teman,
lebih dari setengahnya (51%) menjadi
sasaran tindakan bullying. Sementara
mereka yang mempunyai teman lebih
dari 5 orang, hanya 11% saja. Hal ini
dikarenakan mereka memiliki self esteem
rendah sehingga mereka tidak memiliki
mekanisme pertahanan diri, cenderung
pasrah, tidak percaya diri, kondisi fisik
yang kecil/memiliki kekurangan secara
fisik, tidak memiliki teman di lingkungan
sekolah, ketidaktahuan bagaimana
memproteksi diri dan ketidaktahuannya
tentang bentuk-bentuk kekerasan
lingkungan, dan bisa juga karena mereka
junior di sekolah.
Kecenderungan siswa melakukan
perilaku bullying di sekolah merupakan
suatu persoalan penting dan salah satu hal
yang perlu diselesaikan, sebab apabila
siswa benar-benar melakukan perilaku
bullying di sekolah itu akan
menyebabkan ketidakbahagiaan dan
berpengaruh pada diri siswa, sehingga
mereka tidak dapat mencapai potensinya
secara penuh dan dapat menghambat
anak untuk mengaktualisasikan diri dan
juga perilaku bullying tidak memberi rasa
aman dan nyaman, membuat para korban
takut dan terintimidasi, rendah diri, sulit
berkonsentrasi dalam belajar dan juga
membuat anak tidak tergerak untuk
bersosialisasi dengan lingkungannya.
Di dalam lingkungan sekolah para
siswa harus dapat memunculkan perilaku
luhur dalam bergaul sehari-hari supaya
dapat mengurangi kecenderungan
perilaku bullying. Perilaku luhur tersebut
antara lain saling menghormati, saling
toleransi, berempati, peduli, saling
menyayangi, bertanggung jawab, dan
saling bekerjasama. Para siswa juga harus
sadar bahwa di sekolah merupakan
tempat untuk mencari ilmu dan
mengembangkan pribadi yang positif,
bukannya suatu tempat untuk melakukan
perilaku bullying kepada adik kelas atau
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 5
teman sekelasnya yang dianggap lebih
lemah.
Perilaku bullying merupakan suatu
perilaku maladaptif yang seharusnya
dikurangi atau dihilangkan, sehingga
siswa yang memiliki kecenderungan
tersebut bisa menyadari bahwa itu
merupakan hal yang negatif yang dapat
merugikan diri sendiri ataupun orang
lain. Jika para siswa bisa merubah hal
negatif tersebut, bukan tidak mungkin
siswa bisa lebih mengembangkan
perilaku yang positif dalam kehidupan
sehari-hari.
Siswa yang memiliki tingkat self
esteem rendah cenderung menjadi korban
bullying bagi temannya yang merasa
lebih senior dan kuat. Oleh karena itu,
dibutuhkan sebuah model konseling yang
dapat membantu siswa korban bullying
untuk meningkatkan self esteemnya.
Bimbingan dan konseling merupakan
wadah yang memiliki peran yang sangat
penting untuk dapat membantu
terciptanya tujuan pendidikan, karena
konselor merupakan salah satu pendidik
memiliki peran dalam mengembangkan
potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta
didik sehingga peserta didik mampu
memberdayakan segenap potensi yang
ada pada dirinya untuk dapat menjadi
pribadi yang bermanfaat. Selain itu
pendidik juga memiliki kewajiban untuk
membantu peserta didik ketika
mengalami masalah dalam
mengembangkan kemampuan yang
dimilikinya termasuk juga dalam
penanganan pengembangan potensi
pribadi korban bullying.
Teknik assertive training merupakan
sarana atau alat untuk memperbaiki
hubungan interpersonal dalam kehidupan
sehari-hari, teknik ini memungkinkan kita
untuk meningkatkan hidup menjadi lebih
baik dan efektif secara pribadi dan
berinteraksi dengan lingkungan. Assertive
training menunjukkan bagaimana
hubungan sosial dapat dicapai.
Mousa dkk, (2011: 7) menjelaskan
tujuan dari teknik assertive training
adalah untuk mengajarkan kepada konseli
agar bertindak atau berbuat sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan mereka dengan
tetap menghormati hak dan kepentingan
orang lain.
Assertive training menunjukkan cara
berkomunikasi yang diinginkan,
mengubah pola pemikiran negatif,
menghargai pendapat diri sendiri,
menyampaikan penolakan dan kritik serta
cara membangun harga diri dan
kepercayaan diri (Rees, 1991: 2).
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 6
Adapun tujuan dari assertive training
ini adalah mengajarkan secara langsung
kepada siswa untuk berkomunikasi secara
lebih mendalam dengan orang lain, yang
merupakan suatu pendekatan aktif
terhadap kehidupan dan penguasaan diri
(Festerheim dan Bear 1980: 11).
Maksudnya dalam teknik assertive
training ini memiliki tujuan untuk
memudahkan siswa dalam melakukan
komunikasi dengan orang lain dengan
baik dan menyenangkan sehingga dengan
komunikasi yang efektif ini siswa sudah
belajar untuk melakukan penguasaan
terhadap diri sendiri. Sehingga korban
bullying dianggap mampu untuk
memperbaiki tingkat self esteem melalui
teknik assertive training.
Berdasarkan pemaparan dan
fenomena yang ada di sekolah tersebut
maka peneliti mencoba mengembangkan
model konseling melalui teknik assertive
training untuk meningkatkan self esteem
siswa korban bullying kelas XI SMK KH.
Ghalib Tahun Ajaran 2013/2014.
2. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
adalah penelitian dan pengembangan
(reseach and development). Penelitian ini
bertujuan untuk menghasilkan model
konseling melalui teknik assertive
training dalam meningkatkan self esteem
siswa korban bullying.
Kerangka isi dan komponen model
disusun berdasarkan kajian teoritis
tentang konseling melalui teknik
assertive training, kajian penelitian
terdahulu yang relevan, analisis
permasalahan self esteem siswa korban
bullying dan kajian empiris tentang
kondisi aktual layanan bimbingan dan
konseling yang berkaitan dengan self
esteem pada korban bullying di tempat
penelitian.
Adapun langkah-langkah penelitian
dilakukan melalui tahapan sebagai
berikut: (1) peneliti melakukan studi
pendahuluan dengan melakukan kajian
teoritis dan empiris terkait dengan
fenomena self esteem pada korban
bullying; (2) adalah membuat rancangan
model berdasarkan pada hasil studi
pendahuluan. Kegiatan ini berisi aktivitas
penyusunan: panduan umum teknik
assertive training, pedoman pelaksanaan
konseling melalui teknik assertive
training, modul pelatihan konseling
melalui teknik assertive training untuk
meningkatkan self esteem siswa korban
bullying; (3) melakukan pengembangan
model. Model yang dikembangkan
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 7
terlebih dahulu dilakukan uji kelayakan
rasional oleh tiga orang pakar (ekspert
judgment) di bidang BK dan melakukan
fokus group discussion (FGD) dengan
melibatkan praktisi (guru BK) di sekolah;
(4) uji coba model secara terbatas; (5)
analisis model; (6) revisi model; (7) uji
coba model secara lebih luas dengan
melibatkan kelompok kontrol dalam
setting penelitian eksperimen; (8)
desiminasi model; dan (9) diperolehnya
model teruji yang siap direkomendasikan.
Penelitian ini dilakukan di SMK KH.
Ghalib Pringsewu dengan populasi
penelitian yaitu seluruh siswa kelas XI
SMK KH. Ghalib Pringsewu Tahun
Ajaran 2013-2014 yang berjumlah 384
orang, sedangkan sampel penelitian
adalah sumber data untuk menjawab
masalah penelitian.
Penentuan sampel ini disesuaikan
dengan keberadaan masalah dan jenis
data yang ingin dikumpulkan. Adapun
langkah-langkah untuk menentukan
sampel dalam penelitian ini, yaitu: (1)
mengumpulkan informasi atau data-data
yang akurat tentang kondisi siswa,
sehingga dapat teridentifikasi siswa-siswa
yang mengalami perilaku bullying
melalui wawancara dan studi
dokumentasi; (2) memberikan pretest
kepada siswa kelas XI dengan tujuan
untuk mengetahui siswa korban bullying
yang memiliki self esteem rendah.
Instrumen penelitian diberikan setelah di
judgment oleh pakar/ahli dalam bidang
bimbingan dan konseling. Sampel yang
diperoleh dalam penelitian ini sebanyak
18 siswa korban bullying yang terindikasi
memiliki self esteem rendah; dan (3) dari
18 siswa korban bullying yang memiliki
self esteem rendah tersebut dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu 9 siswa
untuk kelompok eksperimen dan 9 siswa
untuk kelompok kontrol. Kelompok
eksperimen diberikan perlakuan berupa
konseling kelompok melalui teknik
assertive training sedangkan kelompok
kontrol diberikan perlakuan
konvensional.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengumpulan data terhadap
384 siswa Kelas XI SMK KH. Ghalib
Pringsewu Tahun Ajaran 2013/2014
diperoleh data sebanyak 33 siswa
menjadi korban bullying di sekolah baik
bullying secara fisik maupun verbal yang
dilakukan oleh kakak kelas ataupun
teman seangkatannya.
Dari 33 siswa korban bullying
tersebut, peneliti memperoleh gambaran
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 8
umum tentang tingkat self esteem siswa
yang tersaji pada Tabel 1 berikut:
Tabel 1 Gambaran Umum Self Esteem Siswa
Korban Bullying
Skor Kategori Frekuensi Persentase
X > 197 Tinggi 2 6,06 %
128 < X
≤ 197
Sedang 13 39,40 %
X ≤ 128 Rendah 18 54,54 %
Pengujian efektivitas konseling
melalui teknik assertive training untuk
meningkatkan self esteem siswa korban
bullying Kelas XI SMK KH. Ghalib
Pringsewu Tahun Ajaran 2013/2014
dilakukan dengan teknik uji perbedaan
rerata (t-test). Hasil pengolahan data
tersaji pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2 Uji Efektivitas Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol
Kelas N Mean Std.
Deviasi
Uji
thitung
Uji
ttabel
Sig.(2-
tailed)
Eksperi
men
9 0,5443 0,2652 2,139 1,746 0,025
Kontrol 9 0,2512 0,2219
Berdasarkan hasil penelitian yang
peneliti lakukan dapat diketahui bahwa
konseling dengan teknik assertive
training efektif untuk meningkatkan self
esteem siswa korban bullying. Hal ini
dibuktikan setelah data dinyatakan
normal dan homogen dari perhitungan
statistik, maka rumus analisis data yang
digunakan adalah rumus t-test dengan
melihat hasil posttest pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, thitung
yang diperoleh sebesar 2,139 merupakan
perbedaan atau tingkat pengaruh yang
signifikan, karena setelah dikonsultasikan
dengan n = 18 tiap-tiap sampel akan
diperoleh df = 16 dengan taraf signifikan
(α = 0,05), maka diperoleh ttabel = 1,746,
menunjukkan bahwa thitung ≥ ttabel, yaitu
2,139 ≥ 1,746.
Perilaku asertif pada siswa akan
membuat perilaku bullying terhindarkan,
karena siswa mampu melawan atau
menghindar dari perilaku bullying yang
dialaminya. Siswa dapat melaporkan
kekerasan yang dialaminya karena
mereka mampu melaporkan pada kepala
sekolah atau guru. Hal ini sesuai dengan
penjelasan dari Sullivan & Clearly (2005)
bahwa ciri-ciri korban bullying antara
lain ketidakmampuan menolak saat
diperlakukan negatif, tidak percaya diri,
dan siswa yang belum mampu bersikap
asertif (tegas mengutarakan sikap dan
kemauannya) atau siswa yang belum
mampu bersikap terbuka terhadap orang
tua, teman-teman dan orang-orang yang
ada di sekitarnya.
Hasil dari penelitian menunjukkan
perilaku asertif mempunyai sumbangan
efektif terhadap kecenderungan menjadi
korban bullying sebesar 18,5 % yang
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 9
cenderung lebih kecil, sedangkan sisanya
sebesar 81,5 % dipengaruhi faktor lain
misalnya faktor sekolah, faktor
komunitas, faktor keluarga, dan faktor
teman sebaya. Sementara itu asertif
merupakan salah satu dari faktor
karakteristik psikologis yang melekat
pada individu, selain itu faktor-faktor
lainnya yaitu misalnya harga diri
(Swearer, 2009).
Hal ini senada dengan hasil penelitan
Novalia dan Dayakisni (2013: 174)
bahwa semakin tinggi perilaku asertif
maka semakin rendah kecenderungan
menjadi korban bullying ataupun
sebaliknya semakin rendah perilaku
asertif maka semakin tinggi
kecenderungan menjadi korban bullying.
Adapun sumbangan efektif perilaku
asertif dengan kecenderungan menjadi
korban bullying sebesar 18,5 %. dan
sisanya 81,5% dipengaruhi oleh faktor
lain.
Bullying pada siswa SMA/SMK
sebenarnya cenderung dapat teratasi
karena pada saat remaja self esteem
memiliki kecenderungan untuk terus
meningkat. Penelitian terakhir
menunjukkan bahwa self esteem akan
tinggi pada masa anak-anak, menurun
pada masa remaja, meningkat lagi pada
masa dewasa sampai masa dewasa akhir,
dimana self esteem kembali menurun
(Robins dkk, 2002). Perilaku asertif akan
membuat seorang siswa mampu menolak
apa yang tidak sesuai dengan dirinya dan
berimbas pada self esteem yang siswa
miliki akan meningkat karena asertif akan
bisa dilakukan ketika siswa memiliki self
esteem yang tinggi.
Pelajar yang pernah berperilaku
bullying, baik sebagai pelaku, korban,
maupun keduanya memiliki korelasi yang
bermakna dengan self esteem yang
rendah, dimana semakin tinggi perilaku
bullying, maka self esteem yang rendah
semakin banyak ditemukan (korelasi
positif). Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian O'Moore dan Kirkham
(2001) di Irlandia yang melaporkan
subyek penelitian yang terlibat bullying
memiliki skor self esteem lebih rendah
dibanding skor anak-anak yang tidak
mengalami bullying.
Hasil penelitian ini juga
menunjukkan low self esteem paling
banyak ditemui pada golongan korban,
kemudian pelaku-korban, selanjutnya
pelaku. Pelajar yang diidentifikasi
sebagai korban bullying memiliki
penurunan self esteem global dan
perasaan tidak mampu secara bermakna
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 10
daripada pelajar yang diidentifikasi
sebagai pelaku bullying murni (Spade,
2007).
Perlu diperhatikan bahwa pelajar
yang terlibat bullying, baik pelaku
maupun korban sebenarnya sama-sama
memiliki Low Self Esteem (LSE). Akan
tetapi, pelaku tampak memiliki self
esteem yang lebih tinggi karena pelaku
memiliki sifat lebih ke arah agresif,
sehingga self esteem nya yang tampak
lebih tinggi sebenarnya merupakan
overkompensasi dari LSE-nya.
Sedangkan korban memiliki self esteem
yang lebih rendah karena korban
memiliki sifat lebih ke arah pasif
(Khairiah, dkk., 2012).
Beberapa penelitian menunjukkan
perilaku bullying mempunyai korelasi
dengan self esteem. Penelitian kuasi-
eksperimental yang dilakukan Olweus
(Veen, 2004) pada 2.500 siswa kelas 4-7
di Norwegia melaporkan bahwa siswa
yang di-bully mengalami tingkat
kegagalan pribadi dan masalah self
esteem yang lebih berat yang berdampak
pada perilaku belajar di sekolah.
Selanjutnya, hasil penelitian juga
memperlihatkan korban bullying
cenderung memiliki low self esteem
(LSE). Pada diri korban, aspek citra diri
ini yang tidak mampu mereka tampilkan
sehingga mereka menjadi target dari
pelaku.
Penelitian yang dilakukan oleh
Mujiyati (2012) menunjukkan bahwa
latihan-latihan perekaman pikiran dan
penguatan yang diberikan secara
sistematis terhadap struktur kognitif yang
dimiliki siswa dalam teknik
restrukturisasi kognitif terbukti secara
empiris efektif meningkatkan aspek self
esteem siswa kecuali sub-aspek perasaan
dicintai dan disayangi. Hal ini dapat
disebabkan karena perkembangan harga
diri siswa bergantung pada penghargaan
positif tak bersyarat (unconditional
positif regard) dari orang lain berupa
penerimaan, cinta, dan kasih sayang.
Tanpa penghargaan positif tak bersyarat
dalam tingkat tertentu, siswa tidak dapat
mengaktualisasikan diri.
Penelitian yang dilakukan oleh Ipah
Saripah (2010) menyatakan bullying erat
kaitannya dengan latar belakang sekolah
dan pola asuh yang otoratif. Mayoritas
pelaku dan korban bullying berasal dari
keluarga yang otoratif dan dilihat dari
latar belakang sekolah pelaku dan korban
relatif seimbang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pelaku bullying
ditandai dengan agresivitas tinggi dan
ketidakmampuan berempati, sedangkan
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 11
korban bullying tidak memiliki
kepercayaan diri yang tinggi dan
ketegasan. Lebih lanjut peneliti
menyimpulkan Konseling Kognitif
Perilaku efektif untuk meningkatkan
empati dan menurunkan agresifivitas
pelaku bullying, kepercayaan diri dan
ketegasan pada korban bullying serta
efektif bagi korban dan pelaku bullying
berdasarkan pola asuh dan berdasarkan
latar belakang sekolah.
Makhija dan Singh (2010) dalam
penelitiannya menunjukkan hasil analisis
melalui perhitungan pretest (71.4125)
dan posttest (73.3) mengalami kenaikan.
Oleh karena itu, hasil penelitian
menyimpulkan bahwa program asertif
training efektif untuk meningkatkan self-
esteem tetapi tidak begitu begitu
memberikan intervensi pada bidang
akademik.
4. KESIMPULAN
Siswa yang memiliki tingkat self
esteem rendah cenderung menjadi korban
bullying bagi temannya yang merasa
lebih senior dan kuat. Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa
model konseling melalui teknik assertive
training efektif meningkatkan self esteem
siswa korban bullying.
5. DAFTAR PUSTAKA
Clemes, Harris, dkk. (2012). Bagaimana
Meningkatkan Harga Diri Remaja.
Jakarata: Binarupa Aksara Publisher.
Colorosa, B. (2007). Stop Bullying
(Memutus Rantai Kekerasan Anak
dari Prasekolah Hingga SMU).
Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi.
Djuwita, R. (2006). “Kekerasan
Tersembunyi di Sekolah”: Aspek-
aspek Psikososial dari Bullying.
[Online]. Tersedia:
www.didplb.or.id.
Festerheim dan Bear, J. (1980). Jangan
Bilang YA Bila Anda akan
Mengatakan TIDAK. Jakarta:
Gunung Jati.
Ipah Saripah. (2010). Model Konseling
Kognitif Perilaku Untuk
Menanggulangi Perilaku Bullying
Siswa. Tesis. Program Studi
Bimbingan dan Konseling Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia Bandung: tidak
diterbitkan. Tersedia di:
www.docstoc.com/docs/46204901/p
engembangan-model-konseling-
kelompok-berorientasi-cognitive.
Khairiah, dkk, (2012). Korelasi Antara
Perilaku Bullying Dan Tingkat Self-
Esteem Pelajar Di Surabaya. Jurnal
FK UNAIR: Surabaya.
Makhija dan Singh (2010). “Efektivitas
Program Asertif Training untuk
Meningkatkan Self-Esteem dan
Prestasi Akademik pada Remaja”.
International Research Journal. 1,
(11).
Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12
Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 12
Mousa, dkk. (2011). “The Effect of an
Assertiveness Training Program on
Assertiveness Skills and Social
Interaction Anxiety of Individuals
with Schizophrenia”. Journal of
American Science, 2011;7(12).
Mujiyati. (2012). Efektivitas Teknik
Restrukturisasi Kognitif untuk
Meningkatkan Self Esteem Siswa
Kelas XI SMA Laboratorium
Percontohan UPI Bandung Tahun
Ajaran 2012/2013. Tesis. Program
Studi Bimbingan dan Konseling
Sekolah Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia Bandung: tidak
diterbitkan.
Novalia dan Dayakisni, T. (2013).
Perilaku Asertif dan Kecenderungan
Menjadi Korban Bullying. Vol. 01,
No.01, Januari 2013. Jurnal Ilmiah
Psikologi Terapan. Fakultas
Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
O’Moore M. & Kirkham C. (2001). Self-
Esteem and Its Relationship To
Bullying Behaviour. Aggressive
Behavior, 27,p. 269-283.
Rees, S. (1991). Assertion Training: how
to be who you really are- (Strategies
for mental health). New York:
Routledge.
Robins, dkk. (2002). Measuring Global
Self-Esteem: Construct Validation of
a Single-Item Measure and The
Rosenberg Self-Esteem Scale.
Personality and Social Psychology
Bulletin, 27, 151–161.
Rudi, T. (2010). Informasi Perihal
Bullying. Indonesian Anti Bullying.
Santrock, J.W. (2007). Remaja (Edisi ke-
11 Jilid Satu). Jakarta: Erlangga.
SEJIWA. (2008). Bullying: Mengatasi
Kekerasan di Sekolah dan
Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta :
Grasindo.
Spade, J.A. (2007). The Relationship
Between Student Bullying Behaviors
and Self-Esteem. A Dissertation.
College of Bowling Green State
University.
Sullivan & Clearly (2005). Bullying in
Secondary Schools. California:
Corwin Press.
Swearer, S. (2009). Bullying Prevention
and Intervention. Realistic Strategies
for School. New york: The Guildford
Press.
Veen, R. (2004). The Bullying Prevention
Program. In Blueprints for Violence
Prevention: Case Studies. Tersedia:
http://www.toolsofchange.com.
Wiyani, A.N. (2012). Save our Children
from School Bullying. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.

More Related Content

What's hot

Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003
Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003
Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003Nurdin M Top
 
Peran pola asuh permisif, iklim sekolah, dan motivasi berprestasi terhadap pe...
Peran pola asuh permisif, iklim sekolah, dan motivasi berprestasi terhadap pe...Peran pola asuh permisif, iklim sekolah, dan motivasi berprestasi terhadap pe...
Peran pola asuh permisif, iklim sekolah, dan motivasi berprestasi terhadap pe...Psikopedagogia uad
 
Tugas ina diskusi
Tugas ina diskusiTugas ina diskusi
Tugas ina diskusirhysari
 
Tawuran antar Pelajar ppt
Tawuran antar Pelajar pptTawuran antar Pelajar ppt
Tawuran antar Pelajar pptReny Wahyuni
 

What's hot (8)

Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003
Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003
Faktor penyebab kekerasan di lingkungan sekolah 2003
 
Bullying
BullyingBullying
Bullying
 
Peran pola asuh permisif, iklim sekolah, dan motivasi berprestasi terhadap pe...
Peran pola asuh permisif, iklim sekolah, dan motivasi berprestasi terhadap pe...Peran pola asuh permisif, iklim sekolah, dan motivasi berprestasi terhadap pe...
Peran pola asuh permisif, iklim sekolah, dan motivasi berprestasi terhadap pe...
 
Tugas ina diskusi
Tugas ina diskusiTugas ina diskusi
Tugas ina diskusi
 
Tawuran antar Pelajar ppt
Tawuran antar Pelajar pptTawuran antar Pelajar ppt
Tawuran antar Pelajar ppt
 
Buli
BuliBuli
Buli
 
Sosiologi tawuran
Sosiologi   tawuranSosiologi   tawuran
Sosiologi tawuran
 
Kes buli
Kes buliKes buli
Kes buli
 

Viewers also liked

Altruisme dan perilaku pro sosial
Altruisme dan perilaku pro sosialAltruisme dan perilaku pro sosial
Altruisme dan perilaku pro sosialelmakrufi
 
Relasi Sosial Prososial Dan Altruistik (Psikologi Sosial)
Relasi Sosial Prososial Dan Altruistik (Psikologi Sosial)Relasi Sosial Prososial Dan Altruistik (Psikologi Sosial)
Relasi Sosial Prososial Dan Altruistik (Psikologi Sosial)atone_lotus
 
DAMPAK INTERVENSI KELOMPOK COGNITIVE BEHAVORIAL THERAPY DAN KELOMPOK DUKUNGAN...
DAMPAK INTERVENSI KELOMPOK COGNITIVE BEHAVORIAL THERAPY DAN KELOMPOK DUKUNGAN...DAMPAK INTERVENSI KELOMPOK COGNITIVE BEHAVORIAL THERAPY DAN KELOMPOK DUKUNGAN...
DAMPAK INTERVENSI KELOMPOK COGNITIVE BEHAVORIAL THERAPY DAN KELOMPOK DUKUNGAN...Ratih Aini
 
Rpp biologi sma ma kelas x jilid 1
Rpp biologi sma ma kelas x jilid 1Rpp biologi sma ma kelas x jilid 1
Rpp biologi sma ma kelas x jilid 1Nurkholis Madjid
 
Menentukan populasi dan sampel serta teknik pengambilan sampel
Menentukan populasi dan sampel serta teknik pengambilan sampelMenentukan populasi dan sampel serta teknik pengambilan sampel
Menentukan populasi dan sampel serta teknik pengambilan sampelRian Saifulloh
 
Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dan self
Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dan selfMeningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dan self
Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dan selfRoihanHan IthoeSiicg
 

Viewers also liked (7)

Fenomena bullying
Fenomena bullyingFenomena bullying
Fenomena bullying
 
Altruisme dan perilaku pro sosial
Altruisme dan perilaku pro sosialAltruisme dan perilaku pro sosial
Altruisme dan perilaku pro sosial
 
Relasi Sosial Prososial Dan Altruistik (Psikologi Sosial)
Relasi Sosial Prososial Dan Altruistik (Psikologi Sosial)Relasi Sosial Prososial Dan Altruistik (Psikologi Sosial)
Relasi Sosial Prososial Dan Altruistik (Psikologi Sosial)
 
DAMPAK INTERVENSI KELOMPOK COGNITIVE BEHAVORIAL THERAPY DAN KELOMPOK DUKUNGAN...
DAMPAK INTERVENSI KELOMPOK COGNITIVE BEHAVORIAL THERAPY DAN KELOMPOK DUKUNGAN...DAMPAK INTERVENSI KELOMPOK COGNITIVE BEHAVORIAL THERAPY DAN KELOMPOK DUKUNGAN...
DAMPAK INTERVENSI KELOMPOK COGNITIVE BEHAVORIAL THERAPY DAN KELOMPOK DUKUNGAN...
 
Rpp biologi sma ma kelas x jilid 1
Rpp biologi sma ma kelas x jilid 1Rpp biologi sma ma kelas x jilid 1
Rpp biologi sma ma kelas x jilid 1
 
Menentukan populasi dan sampel serta teknik pengambilan sampel
Menentukan populasi dan sampel serta teknik pengambilan sampelMenentukan populasi dan sampel serta teknik pengambilan sampel
Menentukan populasi dan sampel serta teknik pengambilan sampel
 
Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dan self
Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dan selfMeningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dan self
Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dan self
 

Similar to PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING

ARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdf
ARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdfARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdf
ARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdfYolandadwiSetyorini
 
Bullying 30 November 2021.pptx
Bullying 30 November 2021.pptxBullying 30 November 2021.pptx
Bullying 30 November 2021.pptxZacki4
 
bullying30november2021-220802140842-238a34ff (1).pdf
bullying30november2021-220802140842-238a34ff (1).pdfbullying30november2021-220802140842-238a34ff (1).pdf
bullying30november2021-220802140842-238a34ff (1).pdfningrumbahal
 
Karya Ilmiah Ilmu Komunikasi
Karya Ilmiah Ilmu KomunikasiKarya Ilmiah Ilmu Komunikasi
Karya Ilmiah Ilmu KomunikasiFinnland
 
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJAR
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJARPERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJAR
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJARFazHani Faz
 
LAPORAN KEGIATAN PENCEGAHAN PERUNDUNGAN (BULLYING).pdf
LAPORAN KEGIATAN PENCEGAHAN PERUNDUNGAN (BULLYING).pdfLAPORAN KEGIATAN PENCEGAHAN PERUNDUNGAN (BULLYING).pdf
LAPORAN KEGIATAN PENCEGAHAN PERUNDUNGAN (BULLYING).pdfuswah22
 
Panduan pencegahan dan penangan perundungan
Panduan pencegahan dan penangan perundunganPanduan pencegahan dan penangan perundungan
Panduan pencegahan dan penangan perundunganDaly Indra
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdf
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdfModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdf
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdfImanSetiawan26
 
Modul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptx
Modul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptxModul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptx
Modul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptxMTsbaiturrohim1
 
Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa
Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa
Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa SMPN 1 Cikidang
 
Sosiologi tawuran pelajar
Sosiologi tawuran pelajarSosiologi tawuran pelajar
Sosiologi tawuran pelajarNita Mardiana
 
907 1670-2-pb
907 1670-2-pb907 1670-2-pb
907 1670-2-pbBoasIyai1
 
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...Ratih Aini
 
Materi_Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak.pdf
Materi_Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak.pdfMateri_Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak.pdf
Materi_Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak.pdfSyarahAmalia
 

Similar to PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING (20)

ARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdf
ARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdfARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdf
ARTIKEL KEKERASAN DUNIA PENDIDIKAN FULL.pdf
 
Bullying 30 November 2021.pptx
Bullying 30 November 2021.pptxBullying 30 November 2021.pptx
Bullying 30 November 2021.pptx
 
bullying30november2021-220802140842-238a34ff (1).pdf
bullying30november2021-220802140842-238a34ff (1).pdfbullying30november2021-220802140842-238a34ff (1).pdf
bullying30november2021-220802140842-238a34ff (1).pdf
 
Karya Ilmiah Ilmu Komunikasi
Karya Ilmiah Ilmu KomunikasiKarya Ilmiah Ilmu Komunikasi
Karya Ilmiah Ilmu Komunikasi
 
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJAR
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJARPERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJAR
PERANAN DAN TINDAKAN GURU KAUNSELING DALAM MENGATASI MASALAH DISIPLIN PELAJAR
 
LAPORAN KEGIATAN PENCEGAHAN PERUNDUNGAN (BULLYING).pdf
LAPORAN KEGIATAN PENCEGAHAN PERUNDUNGAN (BULLYING).pdfLAPORAN KEGIATAN PENCEGAHAN PERUNDUNGAN (BULLYING).pdf
LAPORAN KEGIATAN PENCEGAHAN PERUNDUNGAN (BULLYING).pdf
 
contoh program bulying.pdf
contoh program bulying.pdfcontoh program bulying.pdf
contoh program bulying.pdf
 
Perilaku bully
Perilaku bullyPerilaku bully
Perilaku bully
 
Panduan pencegahan dan penangan perundungan
Panduan pencegahan dan penangan perundunganPanduan pencegahan dan penangan perundungan
Panduan pencegahan dan penangan perundungan
 
URGENSI BK PAUD.pptx
URGENSI BK PAUD.pptxURGENSI BK PAUD.pptx
URGENSI BK PAUD.pptx
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdf
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdfModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdf
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdf
 
Modul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptx
Modul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptxModul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptx
Modul_Projek_Bhinneka_Tunggal_Ika_MENJADI_ASYIK_TANPA_MENGUSIK_Fase.pptx
 
Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa
Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa
Makalah penanganan tawuran di kalangan Siswa
 
Bab 2
Bab 2Bab 2
Bab 2
 
Bab[8]
Bab[8]Bab[8]
Bab[8]
 
Sosiologi tawuran pelajar
Sosiologi tawuran pelajarSosiologi tawuran pelajar
Sosiologi tawuran pelajar
 
907 1670-2-pb
907 1670-2-pb907 1670-2-pb
907 1670-2-pb
 
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
EFEKTIVITAS KONSELING BEHAVIORAL TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEMINIMALISA...
 
Sekolah & masyarakat
Sekolah & masyarakatSekolah & masyarakat
Sekolah & masyarakat
 
Materi_Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak.pdf
Materi_Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak.pdfMateri_Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak.pdf
Materi_Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak.pdf
 

More from Ratih Aini

Tugas teknik tari
Tugas teknik tariTugas teknik tari
Tugas teknik tariRatih Aini
 
Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta
Masjid Pathok Negoro di YogyakartaMasjid Pathok Negoro di Yogyakarta
Masjid Pathok Negoro di YogyakartaRatih Aini
 
Contoh membuat berita
Contoh membuat beritaContoh membuat berita
Contoh membuat beritaRatih Aini
 
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)Ratih Aini
 
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARAHUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARARatih Aini
 
Pendidikan Anti Korupsi
Pendidikan Anti KorupsiPendidikan Anti Korupsi
Pendidikan Anti KorupsiRatih Aini
 
Kebudayaan Toraja
Kebudayaan TorajaKebudayaan Toraja
Kebudayaan TorajaRatih Aini
 
Perawatan jenazah menurut agama kristen
Perawatan jenazah menurut agama kristenPerawatan jenazah menurut agama kristen
Perawatan jenazah menurut agama kristenRatih Aini
 
Kepribadiaan / Watak / Tempramen
Kepribadiaan / Watak / TempramenKepribadiaan / Watak / Tempramen
Kepribadiaan / Watak / TempramenRatih Aini
 
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...Ratih Aini
 
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIANKEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIANRatih Aini
 
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITAPELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITARatih Aini
 
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...Ratih Aini
 
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...Ratih Aini
 
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungTeori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungRatih Aini
 
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMATEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMARatih Aini
 
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...Ratih Aini
 
PENERAPAN KOMBINASI ANTARA TEKNIK RELAKSASI DAN SELF-INSTRUCTION UNTUK MENGUR...
PENERAPAN KOMBINASI ANTARA TEKNIK RELAKSASI DAN SELF-INSTRUCTION UNTUK MENGUR...PENERAPAN KOMBINASI ANTARA TEKNIK RELAKSASI DAN SELF-INSTRUCTION UNTUK MENGUR...
PENERAPAN KOMBINASI ANTARA TEKNIK RELAKSASI DAN SELF-INSTRUCTION UNTUK MENGUR...Ratih Aini
 

More from Ratih Aini (20)

Tugas teknik tari
Tugas teknik tariTugas teknik tari
Tugas teknik tari
 
Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta
Masjid Pathok Negoro di YogyakartaMasjid Pathok Negoro di Yogyakarta
Masjid Pathok Negoro di Yogyakarta
 
Contoh membuat berita
Contoh membuat beritaContoh membuat berita
Contoh membuat berita
 
PKN
PKN PKN
PKN
 
PKN
PKN PKN
PKN
 
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)
Psikologi Klinis (Terapi Behaviour)
 
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARAHUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
HUBUNGAN AGAMA DAN NEGARA
 
Pendidikan Anti Korupsi
Pendidikan Anti KorupsiPendidikan Anti Korupsi
Pendidikan Anti Korupsi
 
Kebudayaan Toraja
Kebudayaan TorajaKebudayaan Toraja
Kebudayaan Toraja
 
Perawatan jenazah menurut agama kristen
Perawatan jenazah menurut agama kristenPerawatan jenazah menurut agama kristen
Perawatan jenazah menurut agama kristen
 
Kepribadiaan / Watak / Tempramen
Kepribadiaan / Watak / TempramenKepribadiaan / Watak / Tempramen
Kepribadiaan / Watak / Tempramen
 
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
PENERAPAN STRATEGI ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONFORMITAS PA...
 
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIANKEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
KEPUASAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DENGAN TIPE KEPRIBADIAN
 
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITAPELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
PELATIHAN ASERTIVITAS NORMATIF TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA WANITA
 
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
MENGURANGI PERILAKU SISWA TIDAK TEGAS MELALUI PENDEKATAN REBT DENGAN TEKNIK A...
 
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
PENGARUH KOMPRES DINGIN TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN KALA I FASE AKTIF...
 
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav JungTeori Kepribadian Carl Gustav Jung
Teori Kepribadian Carl Gustav Jung
 
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMATEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
TEKNIK RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK MENGURANGI STRES PADA PENDERITA ASMA
 
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
PENGARUH RELAKSASI (AROMATERAPI MAWAR) TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA ...
 
PENERAPAN KOMBINASI ANTARA TEKNIK RELAKSASI DAN SELF-INSTRUCTION UNTUK MENGUR...
PENERAPAN KOMBINASI ANTARA TEKNIK RELAKSASI DAN SELF-INSTRUCTION UNTUK MENGUR...PENERAPAN KOMBINASI ANTARA TEKNIK RELAKSASI DAN SELF-INSTRUCTION UNTUK MENGUR...
PENERAPAN KOMBINASI ANTARA TEKNIK RELAKSASI DAN SELF-INSTRUCTION UNTUK MENGUR...
 

Recently uploaded

BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxbkandrisaputra
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 

Recently uploaded (20)

BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocxLembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
Lembar Catatan Percakapan Pasca observasidocx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 

PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING

  • 1. Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12 Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 1 PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KORBAN BULLYING MELALUI TEKNIK ASSERTIVE TRAINING Mujiyati Bimbingan dan Konseling, STKIP Muhammadiyah Pringsewu email: muji_sof1@yahoo.com Abstract This study is based on students’ problem who undergone the decreasing of self-esteem due to bullying that students receive in their environment. The long-term goal which going to be achieved is related to self esteem problem of students bullying victims that is capable to solve problem by using effective and tested product through counseling with assertive training technique. This study used research and development method. The steps are: (1) preliminary research; (2) designing model; (3) developing model; (4) testing model restrictively; (5) analysing model; (6) revising model; (7) testing model widely; (8) dissemination of model; and (9) recommending tested model. The result of study showed that the model of counseling through assertive training was empirically proven effective to improve self esteem of students bullying victims. Keywords: Self Esteem, Bullying, Assertive Training 1. PENDAHULUAN Perubahan zaman yang semakin pesat telah membawa dampak di berbagai aspek kehidupan tidak terkecuali dalam dunia pendidikan. Terselenggaranya pendidikan yang efektif dan efisien pada satuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh semua komponen yang berperan dalam mengantar peserta didik untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam kenyataannya tujuan dari pendidikan itu sendiri belum sepenuhnya tercapai, karena masih adanya kasus penyimpangan perilaku kekerasan yang dilakukan di kalangan remaja yang memerlukan perhatian dari berbagai pihak. Salah satu masalah yang berkembang di sekolah adalah kecenderungan siswa melakukan perilaku bullying. Perilaku bullying telah lama menjadi bagian dari dinamika yang ada di sekolah. Umumnya orang lebih mengenal istilah-istilah pemalakan, pengucilan, intimidasi, dan lain-lain. Kasus kekerasan di lingkungan sekolah, seperti tawuran, pencurian, pelecehan seksual, guru memukul siswa, senior menganiaya junior, dipaksa membuat tugas sekolah oleh temannya,
  • 2. Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12 Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 2 diolok-olok teman, senior menghukum junior dengan push up masih terus terjadi. Korban bullying biasanya tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya karena lemah secara fisik atau mental, hal ini akan memicu terjadinya stres karena rasa takut yang luar biasa. Jika ini terjadi pada siswa maka dapat dipastikan kehidupan efektif sehari-hari mereka akan terganggu dan kegiatan belajarnya menjadi tidak optimal. Perilaku bullying adalah penggunaan kekuasaan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau kelompok sehingga korban merasa tertekan, trauma, tidak berdaya, dan peristiwanya terjadi berulang-ulang (Djuwita, 2006: 2). Bullying melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak seimbang, sehingga korban berada pada kondisi yang tidak berdaya untuk mempertahankan diri secara efektif melawan tindakan negatif yang diterimanya. Bullying akan selalu melibatkan adanya ketidakseimbangan kekuatan, niat untuk mencederai, ancaman agresi lebih lanjut, dan teror (Colorosa, 2007: 44). Seseorang dapat dikatakan menjadi korban bullying apabila ia diperlakukan negatif (secara sengaja membuat luka, ketidaknyamanan melalui kontak fisik, melalui perkataan, atau dengan cara lain) baik satu kali atau berkali-kali bahkan terkadang menjadi sebuah pola yang dilakukan berulang-ulang. Siswa yang menjadi korban bullying akan menderita secara fisik, tertekan, tidak dapat berkonsentrasi dengan baik di sekolah bahkan menarik diri dari lingkungan sosial. Korban bullying sering mencari pelampiasan yang bersifat negatif seperti merokok, mengonsumsi alkohol, tidak mau sekolah bahkan balas dendam. Bullying tidak memilih umur atau jenis kelamin, yang menjadi korban umumnya adalah anak yang lemah, pemalu, pendiam, cacat, tertutup, pandai, cantik, atau mempunyai ciri tubuh tertentu yang dijadikan bahan ejekan. Ejekan, cemoohan, dan olok-olokan bagi sebagian orang mungkin hanya terkesan sebagai hal yang sepele dan hanya bagian dari bercanda. Namun pada kenyataannya, hal ini bisa menjadi senjata yang secara perlahan bisa menghancurkan seorang anak. Aksi-aksi negatif serupa itu adalah sebagian wujud dari perilaku bullying, sebuah perilaku yang lama berlangsung dan mengancam segala aspek kehidupan sebagian besar anak-anak di sekolah, di rumah, dan di lingkungannya.
  • 3. Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12 Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 3 Siswa yang mendapatkan perlakuan negatif secara berulang-ulang ini akan memunculkan penilaian diri yang rendah baik penilaian terhadap diri sendiri maupun orang lain, hal ini akan menyebabkan siswa menarik diri dari lingkungan pergaulannya. Penilaian terhadap diri sendiri maupun orang lain ini biasa disebut dengan self esteem. Self esteem pada remaja sering dikaitkan dengan pencarian identitas diri dengan berusaha mencari status sebagai seorang yang berdiri sendiri tanpa bantuan ayah dan ibu. Pencarian identitas diri yang positif akan mengarah pada pengembangan potensi yang dimiliki remaja ke arah yang lebih baik, sedangkan pencarian identitas diri yang negatif biasanya diekspresikan remaja dalam bentuk tingkah laku, seperti tawuran, penyalahgunaan obat-obatan, pacaran sampai prestasi yang menurun. Proses pembentukan identitas diri memiliki kaitan erat dengan bagaimana remaja menilai atau mengevaluasi diri karena perkembangan self esteem pada seorang remaja akan menentukan keberhasilan maupun kegagalannya di masa mendatang (Santrock, 2007: 184). Siswa yang memiliki self esteem tinggi akan membangkitkan rasa percaya diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini. Selain itu remaja juga memiliki kepercayaan diri dapat mencapai prestasi yang dia dan orang lain harapkan. Pada tahapannya, keyakinan itu akan memotivasi remaja tersebut untuk sungguh-sungguh mencapai apa yang dicita-citakan. Sementara itu remaja dengan self esteem rendah akan lebih rentan berperilaku negatif karena self esteem dapat mempengaruhi perilaku seseorang (Clemes, dkk., 2012: 3). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA) tahun 2008 yang bekerjasama dengan Plan Indonesia dan Universitas Indonesia tentang kekerasan bullying di kota besar di Indonesia yaitu di Yogyakarta, Jakarta, dan Surabaya mencatat terjadinya tingkat kekerasan sebesar 67,9% di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 66,1% ditingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kekerasan yang dilakukan sesama siswa tercatat sebesar 41,2% untuk tingkat SMP dan 43,7% untuk tingkat SMA dengan kategori tertinggi
  • 4. Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12 Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 4 berupa pengucilan. Peringkat kedua ditempati kekerasan verbal (mengejek) dan terakhir kekerasan fisik (memukul). National Institute for Children and Human Development (Wiyani, 2012) memaparkan hasil surveinya, bahwa lebih dari 16% murid sekolah di Amerika Serikat mengaku mengalami bullying oleh siswa lain. Survei ini dilakukan pada 15.686 siswa kelas 6 hingga 10 di berbagai sekolah negeri maupun swasta di Amerika Serikat. Pengamatan di Belanda yang dilakukan oleh Junger Tas dan Van Kesteren (Rudi, 2010: 6), menemukan mereka yang tidak mempunyai teman, lebih dari setengahnya (51%) menjadi sasaran tindakan bullying. Sementara mereka yang mempunyai teman lebih dari 5 orang, hanya 11% saja. Hal ini dikarenakan mereka memiliki self esteem rendah sehingga mereka tidak memiliki mekanisme pertahanan diri, cenderung pasrah, tidak percaya diri, kondisi fisik yang kecil/memiliki kekurangan secara fisik, tidak memiliki teman di lingkungan sekolah, ketidaktahuan bagaimana memproteksi diri dan ketidaktahuannya tentang bentuk-bentuk kekerasan lingkungan, dan bisa juga karena mereka junior di sekolah. Kecenderungan siswa melakukan perilaku bullying di sekolah merupakan suatu persoalan penting dan salah satu hal yang perlu diselesaikan, sebab apabila siswa benar-benar melakukan perilaku bullying di sekolah itu akan menyebabkan ketidakbahagiaan dan berpengaruh pada diri siswa, sehingga mereka tidak dapat mencapai potensinya secara penuh dan dapat menghambat anak untuk mengaktualisasikan diri dan juga perilaku bullying tidak memberi rasa aman dan nyaman, membuat para korban takut dan terintimidasi, rendah diri, sulit berkonsentrasi dalam belajar dan juga membuat anak tidak tergerak untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Di dalam lingkungan sekolah para siswa harus dapat memunculkan perilaku luhur dalam bergaul sehari-hari supaya dapat mengurangi kecenderungan perilaku bullying. Perilaku luhur tersebut antara lain saling menghormati, saling toleransi, berempati, peduli, saling menyayangi, bertanggung jawab, dan saling bekerjasama. Para siswa juga harus sadar bahwa di sekolah merupakan tempat untuk mencari ilmu dan mengembangkan pribadi yang positif, bukannya suatu tempat untuk melakukan perilaku bullying kepada adik kelas atau
  • 5. Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12 Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 5 teman sekelasnya yang dianggap lebih lemah. Perilaku bullying merupakan suatu perilaku maladaptif yang seharusnya dikurangi atau dihilangkan, sehingga siswa yang memiliki kecenderungan tersebut bisa menyadari bahwa itu merupakan hal yang negatif yang dapat merugikan diri sendiri ataupun orang lain. Jika para siswa bisa merubah hal negatif tersebut, bukan tidak mungkin siswa bisa lebih mengembangkan perilaku yang positif dalam kehidupan sehari-hari. Siswa yang memiliki tingkat self esteem rendah cenderung menjadi korban bullying bagi temannya yang merasa lebih senior dan kuat. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah model konseling yang dapat membantu siswa korban bullying untuk meningkatkan self esteemnya. Bimbingan dan konseling merupakan wadah yang memiliki peran yang sangat penting untuk dapat membantu terciptanya tujuan pendidikan, karena konselor merupakan salah satu pendidik memiliki peran dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga peserta didik mampu memberdayakan segenap potensi yang ada pada dirinya untuk dapat menjadi pribadi yang bermanfaat. Selain itu pendidik juga memiliki kewajiban untuk membantu peserta didik ketika mengalami masalah dalam mengembangkan kemampuan yang dimilikinya termasuk juga dalam penanganan pengembangan potensi pribadi korban bullying. Teknik assertive training merupakan sarana atau alat untuk memperbaiki hubungan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari, teknik ini memungkinkan kita untuk meningkatkan hidup menjadi lebih baik dan efektif secara pribadi dan berinteraksi dengan lingkungan. Assertive training menunjukkan bagaimana hubungan sosial dapat dicapai. Mousa dkk, (2011: 7) menjelaskan tujuan dari teknik assertive training adalah untuk mengajarkan kepada konseli agar bertindak atau berbuat sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka dengan tetap menghormati hak dan kepentingan orang lain. Assertive training menunjukkan cara berkomunikasi yang diinginkan, mengubah pola pemikiran negatif, menghargai pendapat diri sendiri, menyampaikan penolakan dan kritik serta cara membangun harga diri dan kepercayaan diri (Rees, 1991: 2).
  • 6. Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12 Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 6 Adapun tujuan dari assertive training ini adalah mengajarkan secara langsung kepada siswa untuk berkomunikasi secara lebih mendalam dengan orang lain, yang merupakan suatu pendekatan aktif terhadap kehidupan dan penguasaan diri (Festerheim dan Bear 1980: 11). Maksudnya dalam teknik assertive training ini memiliki tujuan untuk memudahkan siswa dalam melakukan komunikasi dengan orang lain dengan baik dan menyenangkan sehingga dengan komunikasi yang efektif ini siswa sudah belajar untuk melakukan penguasaan terhadap diri sendiri. Sehingga korban bullying dianggap mampu untuk memperbaiki tingkat self esteem melalui teknik assertive training. Berdasarkan pemaparan dan fenomena yang ada di sekolah tersebut maka peneliti mencoba mengembangkan model konseling melalui teknik assertive training untuk meningkatkan self esteem siswa korban bullying kelas XI SMK KH. Ghalib Tahun Ajaran 2013/2014. 2. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (reseach and development). Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model konseling melalui teknik assertive training dalam meningkatkan self esteem siswa korban bullying. Kerangka isi dan komponen model disusun berdasarkan kajian teoritis tentang konseling melalui teknik assertive training, kajian penelitian terdahulu yang relevan, analisis permasalahan self esteem siswa korban bullying dan kajian empiris tentang kondisi aktual layanan bimbingan dan konseling yang berkaitan dengan self esteem pada korban bullying di tempat penelitian. Adapun langkah-langkah penelitian dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: (1) peneliti melakukan studi pendahuluan dengan melakukan kajian teoritis dan empiris terkait dengan fenomena self esteem pada korban bullying; (2) adalah membuat rancangan model berdasarkan pada hasil studi pendahuluan. Kegiatan ini berisi aktivitas penyusunan: panduan umum teknik assertive training, pedoman pelaksanaan konseling melalui teknik assertive training, modul pelatihan konseling melalui teknik assertive training untuk meningkatkan self esteem siswa korban bullying; (3) melakukan pengembangan model. Model yang dikembangkan
  • 7. Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12 Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 7 terlebih dahulu dilakukan uji kelayakan rasional oleh tiga orang pakar (ekspert judgment) di bidang BK dan melakukan fokus group discussion (FGD) dengan melibatkan praktisi (guru BK) di sekolah; (4) uji coba model secara terbatas; (5) analisis model; (6) revisi model; (7) uji coba model secara lebih luas dengan melibatkan kelompok kontrol dalam setting penelitian eksperimen; (8) desiminasi model; dan (9) diperolehnya model teruji yang siap direkomendasikan. Penelitian ini dilakukan di SMK KH. Ghalib Pringsewu dengan populasi penelitian yaitu seluruh siswa kelas XI SMK KH. Ghalib Pringsewu Tahun Ajaran 2013-2014 yang berjumlah 384 orang, sedangkan sampel penelitian adalah sumber data untuk menjawab masalah penelitian. Penentuan sampel ini disesuaikan dengan keberadaan masalah dan jenis data yang ingin dikumpulkan. Adapun langkah-langkah untuk menentukan sampel dalam penelitian ini, yaitu: (1) mengumpulkan informasi atau data-data yang akurat tentang kondisi siswa, sehingga dapat teridentifikasi siswa-siswa yang mengalami perilaku bullying melalui wawancara dan studi dokumentasi; (2) memberikan pretest kepada siswa kelas XI dengan tujuan untuk mengetahui siswa korban bullying yang memiliki self esteem rendah. Instrumen penelitian diberikan setelah di judgment oleh pakar/ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Sampel yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 18 siswa korban bullying yang terindikasi memiliki self esteem rendah; dan (3) dari 18 siswa korban bullying yang memiliki self esteem rendah tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 9 siswa untuk kelompok eksperimen dan 9 siswa untuk kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa konseling kelompok melalui teknik assertive training sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan konvensional. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengumpulan data terhadap 384 siswa Kelas XI SMK KH. Ghalib Pringsewu Tahun Ajaran 2013/2014 diperoleh data sebanyak 33 siswa menjadi korban bullying di sekolah baik bullying secara fisik maupun verbal yang dilakukan oleh kakak kelas ataupun teman seangkatannya. Dari 33 siswa korban bullying tersebut, peneliti memperoleh gambaran
  • 8. Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12 Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 8 umum tentang tingkat self esteem siswa yang tersaji pada Tabel 1 berikut: Tabel 1 Gambaran Umum Self Esteem Siswa Korban Bullying Skor Kategori Frekuensi Persentase X > 197 Tinggi 2 6,06 % 128 < X ≤ 197 Sedang 13 39,40 % X ≤ 128 Rendah 18 54,54 % Pengujian efektivitas konseling melalui teknik assertive training untuk meningkatkan self esteem siswa korban bullying Kelas XI SMK KH. Ghalib Pringsewu Tahun Ajaran 2013/2014 dilakukan dengan teknik uji perbedaan rerata (t-test). Hasil pengolahan data tersaji pada Tabel 2 berikut: Tabel 2 Uji Efektivitas Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Kelas N Mean Std. Deviasi Uji thitung Uji ttabel Sig.(2- tailed) Eksperi men 9 0,5443 0,2652 2,139 1,746 0,025 Kontrol 9 0,2512 0,2219 Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan dapat diketahui bahwa konseling dengan teknik assertive training efektif untuk meningkatkan self esteem siswa korban bullying. Hal ini dibuktikan setelah data dinyatakan normal dan homogen dari perhitungan statistik, maka rumus analisis data yang digunakan adalah rumus t-test dengan melihat hasil posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, thitung yang diperoleh sebesar 2,139 merupakan perbedaan atau tingkat pengaruh yang signifikan, karena setelah dikonsultasikan dengan n = 18 tiap-tiap sampel akan diperoleh df = 16 dengan taraf signifikan (α = 0,05), maka diperoleh ttabel = 1,746, menunjukkan bahwa thitung ≥ ttabel, yaitu 2,139 ≥ 1,746. Perilaku asertif pada siswa akan membuat perilaku bullying terhindarkan, karena siswa mampu melawan atau menghindar dari perilaku bullying yang dialaminya. Siswa dapat melaporkan kekerasan yang dialaminya karena mereka mampu melaporkan pada kepala sekolah atau guru. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari Sullivan & Clearly (2005) bahwa ciri-ciri korban bullying antara lain ketidakmampuan menolak saat diperlakukan negatif, tidak percaya diri, dan siswa yang belum mampu bersikap asertif (tegas mengutarakan sikap dan kemauannya) atau siswa yang belum mampu bersikap terbuka terhadap orang tua, teman-teman dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Hasil dari penelitian menunjukkan perilaku asertif mempunyai sumbangan efektif terhadap kecenderungan menjadi korban bullying sebesar 18,5 % yang
  • 9. Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12 Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 9 cenderung lebih kecil, sedangkan sisanya sebesar 81,5 % dipengaruhi faktor lain misalnya faktor sekolah, faktor komunitas, faktor keluarga, dan faktor teman sebaya. Sementara itu asertif merupakan salah satu dari faktor karakteristik psikologis yang melekat pada individu, selain itu faktor-faktor lainnya yaitu misalnya harga diri (Swearer, 2009). Hal ini senada dengan hasil penelitan Novalia dan Dayakisni (2013: 174) bahwa semakin tinggi perilaku asertif maka semakin rendah kecenderungan menjadi korban bullying ataupun sebaliknya semakin rendah perilaku asertif maka semakin tinggi kecenderungan menjadi korban bullying. Adapun sumbangan efektif perilaku asertif dengan kecenderungan menjadi korban bullying sebesar 18,5 %. dan sisanya 81,5% dipengaruhi oleh faktor lain. Bullying pada siswa SMA/SMK sebenarnya cenderung dapat teratasi karena pada saat remaja self esteem memiliki kecenderungan untuk terus meningkat. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa self esteem akan tinggi pada masa anak-anak, menurun pada masa remaja, meningkat lagi pada masa dewasa sampai masa dewasa akhir, dimana self esteem kembali menurun (Robins dkk, 2002). Perilaku asertif akan membuat seorang siswa mampu menolak apa yang tidak sesuai dengan dirinya dan berimbas pada self esteem yang siswa miliki akan meningkat karena asertif akan bisa dilakukan ketika siswa memiliki self esteem yang tinggi. Pelajar yang pernah berperilaku bullying, baik sebagai pelaku, korban, maupun keduanya memiliki korelasi yang bermakna dengan self esteem yang rendah, dimana semakin tinggi perilaku bullying, maka self esteem yang rendah semakin banyak ditemukan (korelasi positif). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian O'Moore dan Kirkham (2001) di Irlandia yang melaporkan subyek penelitian yang terlibat bullying memiliki skor self esteem lebih rendah dibanding skor anak-anak yang tidak mengalami bullying. Hasil penelitian ini juga menunjukkan low self esteem paling banyak ditemui pada golongan korban, kemudian pelaku-korban, selanjutnya pelaku. Pelajar yang diidentifikasi sebagai korban bullying memiliki penurunan self esteem global dan perasaan tidak mampu secara bermakna
  • 10. Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12 Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 10 daripada pelajar yang diidentifikasi sebagai pelaku bullying murni (Spade, 2007). Perlu diperhatikan bahwa pelajar yang terlibat bullying, baik pelaku maupun korban sebenarnya sama-sama memiliki Low Self Esteem (LSE). Akan tetapi, pelaku tampak memiliki self esteem yang lebih tinggi karena pelaku memiliki sifat lebih ke arah agresif, sehingga self esteem nya yang tampak lebih tinggi sebenarnya merupakan overkompensasi dari LSE-nya. Sedangkan korban memiliki self esteem yang lebih rendah karena korban memiliki sifat lebih ke arah pasif (Khairiah, dkk., 2012). Beberapa penelitian menunjukkan perilaku bullying mempunyai korelasi dengan self esteem. Penelitian kuasi- eksperimental yang dilakukan Olweus (Veen, 2004) pada 2.500 siswa kelas 4-7 di Norwegia melaporkan bahwa siswa yang di-bully mengalami tingkat kegagalan pribadi dan masalah self esteem yang lebih berat yang berdampak pada perilaku belajar di sekolah. Selanjutnya, hasil penelitian juga memperlihatkan korban bullying cenderung memiliki low self esteem (LSE). Pada diri korban, aspek citra diri ini yang tidak mampu mereka tampilkan sehingga mereka menjadi target dari pelaku. Penelitian yang dilakukan oleh Mujiyati (2012) menunjukkan bahwa latihan-latihan perekaman pikiran dan penguatan yang diberikan secara sistematis terhadap struktur kognitif yang dimiliki siswa dalam teknik restrukturisasi kognitif terbukti secara empiris efektif meningkatkan aspek self esteem siswa kecuali sub-aspek perasaan dicintai dan disayangi. Hal ini dapat disebabkan karena perkembangan harga diri siswa bergantung pada penghargaan positif tak bersyarat (unconditional positif regard) dari orang lain berupa penerimaan, cinta, dan kasih sayang. Tanpa penghargaan positif tak bersyarat dalam tingkat tertentu, siswa tidak dapat mengaktualisasikan diri. Penelitian yang dilakukan oleh Ipah Saripah (2010) menyatakan bullying erat kaitannya dengan latar belakang sekolah dan pola asuh yang otoratif. Mayoritas pelaku dan korban bullying berasal dari keluarga yang otoratif dan dilihat dari latar belakang sekolah pelaku dan korban relatif seimbang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaku bullying ditandai dengan agresivitas tinggi dan ketidakmampuan berempati, sedangkan
  • 11. Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12 Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 11 korban bullying tidak memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan ketegasan. Lebih lanjut peneliti menyimpulkan Konseling Kognitif Perilaku efektif untuk meningkatkan empati dan menurunkan agresifivitas pelaku bullying, kepercayaan diri dan ketegasan pada korban bullying serta efektif bagi korban dan pelaku bullying berdasarkan pola asuh dan berdasarkan latar belakang sekolah. Makhija dan Singh (2010) dalam penelitiannya menunjukkan hasil analisis melalui perhitungan pretest (71.4125) dan posttest (73.3) mengalami kenaikan. Oleh karena itu, hasil penelitian menyimpulkan bahwa program asertif training efektif untuk meningkatkan self- esteem tetapi tidak begitu begitu memberikan intervensi pada bidang akademik. 4. KESIMPULAN Siswa yang memiliki tingkat self esteem rendah cenderung menjadi korban bullying bagi temannya yang merasa lebih senior dan kuat. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model konseling melalui teknik assertive training efektif meningkatkan self esteem siswa korban bullying. 5. DAFTAR PUSTAKA Clemes, Harris, dkk. (2012). Bagaimana Meningkatkan Harga Diri Remaja. Jakarata: Binarupa Aksara Publisher. Colorosa, B. (2007). Stop Bullying (Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah Hingga SMU). Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi. Djuwita, R. (2006). “Kekerasan Tersembunyi di Sekolah”: Aspek- aspek Psikososial dari Bullying. [Online]. Tersedia: www.didplb.or.id. Festerheim dan Bear, J. (1980). Jangan Bilang YA Bila Anda akan Mengatakan TIDAK. Jakarta: Gunung Jati. Ipah Saripah. (2010). Model Konseling Kognitif Perilaku Untuk Menanggulangi Perilaku Bullying Siswa. Tesis. Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan. Tersedia di: www.docstoc.com/docs/46204901/p engembangan-model-konseling- kelompok-berorientasi-cognitive. Khairiah, dkk, (2012). Korelasi Antara Perilaku Bullying Dan Tingkat Self- Esteem Pelajar Di Surabaya. Jurnal FK UNAIR: Surabaya. Makhija dan Singh (2010). “Efektivitas Program Asertif Training untuk Meningkatkan Self-Esteem dan Prestasi Akademik pada Remaja”. International Research Journal. 1, (11).
  • 12. Jurnal Fokus Konseling Volume 1 No. 1, Januari 2015 Hlm. 1-12 Diterbitkan Oleh: http://ejournal.stkipmpringsewu-lpg.ac.id/index.php/fokus Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung 12 Mousa, dkk. (2011). “The Effect of an Assertiveness Training Program on Assertiveness Skills and Social Interaction Anxiety of Individuals with Schizophrenia”. Journal of American Science, 2011;7(12). Mujiyati. (2012). Efektivitas Teknik Restrukturisasi Kognitif untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa Kelas XI SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Tesis. Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan. Novalia dan Dayakisni, T. (2013). Perilaku Asertif dan Kecenderungan Menjadi Korban Bullying. Vol. 01, No.01, Januari 2013. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. O’Moore M. & Kirkham C. (2001). Self- Esteem and Its Relationship To Bullying Behaviour. Aggressive Behavior, 27,p. 269-283. Rees, S. (1991). Assertion Training: how to be who you really are- (Strategies for mental health). New York: Routledge. Robins, dkk. (2002). Measuring Global Self-Esteem: Construct Validation of a Single-Item Measure and The Rosenberg Self-Esteem Scale. Personality and Social Psychology Bulletin, 27, 151–161. Rudi, T. (2010). Informasi Perihal Bullying. Indonesian Anti Bullying. Santrock, J.W. (2007). Remaja (Edisi ke- 11 Jilid Satu). Jakarta: Erlangga. SEJIWA. (2008). Bullying: Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta : Grasindo. Spade, J.A. (2007). The Relationship Between Student Bullying Behaviors and Self-Esteem. A Dissertation. College of Bowling Green State University. Sullivan & Clearly (2005). Bullying in Secondary Schools. California: Corwin Press. Swearer, S. (2009). Bullying Prevention and Intervention. Realistic Strategies for School. New york: The Guildford Press. Veen, R. (2004). The Bullying Prevention Program. In Blueprints for Violence Prevention: Case Studies. Tersedia: http://www.toolsofchange.com. Wiyani, A.N. (2012). Save our Children from School Bullying. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.