Dokumen tersebut merupakan bab pendahuluan yang membahas latar belakang permasalahan upacara kematian (Rambu Solo') di kalangan masyarakat Toraja. Ia menjelaskan bahwa upacara ini masih dilakukan oleh orang Kristen Toraja walaupun telah beragama Kristen. Permasalahannya adalah bagaimana prosesi ibadah dapat dimasukkan ke dalam upacara ini sehingga memberikan makna baru sesuai ajaran Kristen. Tujuan pen
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
INKULTURASI IBADAH
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kehidupan dan kematian merupakan dua hal yang harus dihadapi oleh setiap manusia termasuk
orang Toraja, karena ini merupakan hukum kehidupan menurut adat Toraja. Sebagai orang
Toraja yang sangat menjunjung tinggi adat istiadat maka kedua peristiwa tersebut harus
dilaksanakan dalam upacara adat yang merupakan upacara besar dalam masyarakat Toraja
yaitu1
:
1. Aluk Rambu Tuka’ atau Aluk Rampe Matallo (upacara keselamatan dan kehidupan).
2. Aluk Rambu Solo’ atau Aluk Rampe Matampu’ (upacara kematian atau pemakaman
manusia).
Upacara-upacara yang ada di masyarakat Toraja diatur dalam agama atau kepercayaan yang kini
dinamakan Aluk Todolo (Aluk : agama, aturan ; Todolo : leluhur) jadi Aluk Todolo artinya
Agama Leluhur atau Agama Purba.2
Dikatakan Aluk Todolo karena sebelum melakukan upacara
pemujaan atau kegiatan, terlebih dahulu dilakukan upacara persaksian dengan sajian kurban
persembahan kepada leluhur yang dikatakan Ma’ todolo atau Ma’ pakande to matua (todolo).3
Aluk adalah aturan-aturan yang harus dilaksanakan dan dipatuhi dalam kehidupan sehari-hari,
karena jika tidak dipatuhi maka Puang Matua (sang pencipta segala isi bumi), Deata-Deata
(sang pemelihara seluruh ciptaan Puang Matua), Tomembali Puang/Todolo (sang pengawas dan
memperhatikan gerak-gerik serta memberi berkat kepada manusia turunannya), sebagai 3 oknum
yang dipuja dan disembah dalam Aluk Todolo4
, akan marah dan mendatangkan malapetaka bagi
kehidupan manusia. Contohnya sebelum membangun rumah terlebih dahulu dilakukan upacara
Mangrara Banua atau upacara pemberkatan rumah baru. Ini seperti upacara pengucapan syukur
yang sering dilakukan orang Kristen sebelum memasuki rumah baru, namun upacara ini
ditujukan kepada Deata (sang pemelihara seluruh ciptaan Puang Matua). Upacara ini dilakukan
dengan tujuan agar rumah yang dibangun terhindar dari gangguan-gangguan dari luar sehingga
rumah tersebut bisa mendatangkan kedamaian dan berkat bagi penghuninya.
1
L.T. Tangdilintin, Toraja dan Kebudayaannya, Toraja, Yayasan Lepongan Bulan, 1981, p.104.
2
L.T. Tangdilintin, Toraja dan Kebudayaannya, p.72.
3
L.T. Tangdilintin, Toraja dan Kebudayaannya, p.72.
4
L.T. Tangdilintin, Toraja dan Kebudayaannya, p.79.
2. 2
Aluk Todolo adalah agama yang pertama dianut oleh masyarakat Toraja sebelum masuknya
kekristenan di Tana Toraja. Namun sejak masuknya kekristenan di Tana Toraja muncul
pemikiran dan juga berbagai upaya untuk memisahkan budaya Toraja dengan orang Kristen
Toraja sendiri, karena budaya Toraja dianggap bertentangan dengan nilai-nilai kekristenan.
Contohnya dalam upacara Rambu Solo’ yang asli (tradisional) dilakukan penyembahan dan
pemujaan terhadap arwah leluhur dan jiwa orang yang telah meninggal. Ery Hutabarat-Lebang
mengatakan bahwa pada awal penyebaran agama Kristen di Tana Toraja sempat ditanamkan
bahwa kebudayaan tradisional adalah kehidupan kafir atau penuh dosa, oleh karena itu harus
dijauhi.5
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman penulis, sampai sekarang kebudayaan tradisional ini
justru tidak bisa dilepaskan bahkan dijauhkan dari masyarakat Toraja termasuk orang Kristen
Toraja, karena sudah menjadi identitas sebagai orang Toraja, itu terlihat dari upacara Rambu
Solo’ dan Rambu Tuka’ yang masih sering dilakukan oleh masyarakat Toraja sampai hari ini.
B. PERMASALAHAN
Adat istiadat sangat kental dalam kehidupan orang Toraja. Upacara-upacara yang ada dalam adat
istiadat masyarakat Toraja masih terus dilakukan, walaupun sebagian besar masyarakat Toraja
sudah memeluk agama Kristen. Misalnya saja Aluk Rambu Solo’ atau Aluk Rampe Matampu’
(upacara kematian atau pemakaman manusia) yang dilakukan oleh orang Kristen Toraja sebagai
tanda penghormatan dan penghargaan terhadap orang yang dikasihi.
Aluk Rambu Solo’ (upacara kematian atau pemakaman manusia), termasuk dalam salah satu Aluk
yang sangat penting peranannya bagi masyarakat Toraja. Penulis melihat orang Kristen Toraja
masih melakukannya baik itu karena memang sudah tradisi maupun karena penyelenggaraan
Rambu Solo’ tidak bisa dilepaskan dari sisi spiritual yang menyembah pada “Leluhur”. Sampai
sekarang kepercayaan-kepercayaan terhadap sesuatu yang gaib masih sering terdengar.
Pada saat ini pengaruh kekristenan sangat jelas terlihat dalam upacara Rambu Solo’ (upacara
pemakaman). Misalnya diselenggarakannya ibadah pada upacara Rambu Solo’. Mungkin dapat
5
Ery Hutabarat-Lebang, Identitas Komunikasi Kristen Toraja dalam Tantangan, Missiologi Kontekstual Th.
Kobong dan pergulatan KeKristenan local di Indonesia-Teologi Tongkonan Apresiasi Kritis terhadap
Kontekstualisasi, Toraja, Unit Publikasi dan Informasi STT Jakarta-Gereja Toraja, 2004, p.32.
3. 3
diartikan bahwa kehadiran agama Kristen kini memberikan makna baru bagi orang Toraja dalam
menghayati upacara Rambu Solo’.6
Namun permasalahannya adalah bagaimana tahapan-tahapan upacara Rambu Solo’ (upacara
pemakaman), ini tetap diselenggarakan dengan makna yang “baru”. Penulis terutama ingin
meneliti bagaimana prosesi ibadah dimasukkan dalam upacara Rambu Solo’ (upacara
pemakaman). Padahal sebelumnya (sebelum datangnya kekristenan) tidak ada prosesi ibadah.
Dengan kata lain bagaimana proses inkulturasi ini bisa terjadi dan di mana letak perbedaan
makna dari upacara ini bagi orang-orang Toraja yang masih berpegang pada tradisi nenek
moyang dengan orang Kristen Toraja . Inilah yang mendorong penulis untuk meneliti dan
menggali lebih dalam proses inkulturasi yang terjadi di dalam upacara Rambu Solo’ (upacara
pemakaman), melalui prosesi ibadah. Apakah melalui prosesi ibadah terjadi transformasi dalam
kebudayaan (agama) tradisional.
C. BATASAN MASALAH
Penulis membatasi pokok permasalahan dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Perbedaan-perbedaan apa saja yang ada dalam upacara Rambu Solo’ yang dilakukan oleh
orang Kristen Toraja dan upacara Rambu Solo’ yang dilakukan oleh orang Toraja
penganut agama Aluk Todolo (Hindu Alukta)?
2. Nilai-nilai kekristenan apa yang ditransformasikan lewat prosesi ibadah dan sejauh mana
nilai-nilai itu ditransformasikan dalam upacara Rambu Solo’.
3. Sejauh mana upacara Rambu Solo’ dipengaruhi oleh injil sehingga menjadi upacara
Kristen.
D. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui perbedaan upacara Rambu Solo’ yang dilakukan oleh orang Kristen
Toraja dan upacara Rambu Solo’ yang dilakukan oleh orang Toraja penganut agama Aluk
Todolo (Hindu Alukta).
2. Untuk mengetahui makna upacara Rambu Solo’ yang mentransformasikan nilai-nilai
kekristenan dalam upacara Rambu Solo’.
3. Untuk mengetahui sejauh mana Aluk Rambu Solo’ dipengaruhi oleh injil.
6
Berdasarkan hasil penelitian pada bulan September 2008 di Toraja.
4. 4
E. PEMILIHAN JUDUL
Berdasarkan tujuan di atas maka penulis memilih judul :
PROSESI IBADAH DALAM UPACARA RAMBU SOLO’
(Pertemuan antara Aluk Todolo dengan Nilai-Nilai Kekristenan)
F. METODE PENELITIAN
Metode penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui wawancara langsung
dengan responden, partisipasi, dan melalui studi pustaka. Wawancara dilakukan kepada pendeta
Aluk Todolo (Tominaa), pendeta gereja Toraja, orang Toraja yang beragama Kristen melalui
pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sebelumnya. Wawancara ini dilakukan dengan tujuan
untuk memperoleh informasi dan menggali pandangan dan pemahaman mereka terhadap
pelaksanaan upacara Rambu Solo’ yang dilakukan oleh orang Toraja dan orang Kristen Toraja.
Melalui partisipasi maksudnya adalah penulis ikut berpartisipasi atau mengikuti langsung
upacara Rambu Solo’ untuk melihat pemaknaan orang Kristen Toraja terhadap upacara Rambu
Solo’, yang diadakan oleh orang Kristen Toraja di Toraja. Studi pustaka dilakukan untuk
memperoleh informasi mengenai upacara Rambu Solo’ yang juga mengacu kepada keputusan-
keputusan yang ditetapkan oleh Sinode Gereja Toraja.
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan hal-hal yang memperjelas permasalahan yang dibahas. Beberapa hal
tersebut adalah latar belakang permasalahan, permasalahan, batasan masalah, tujuan penulisan,
pemilihan judul, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II. UPACARA RAMBU SOLO’
Dalam bab ini penulis mendeskripsikan tahapan-tahapan dalam upacara Rambu Solo’ (upacara
pemakaman), yang dilakukan oleh orang Toraja yang memeluk agama Aluk Todolo (Hindu
Alukta) dan juga mendeskripsikan upacara Rambu Solo’ (upacara pemakaman) yang dilakukan
oleh orang-orang Toraja yang telah beragama Kristen, yang telah disertai prosesi ibadah.
5. 5
BAB III. PERBEDAAN UPACARA RAMBU SOLO’ ORANG KRISTEN TORAJA
DENGAN ORANG TORAJA
Dalam bab ini penulis akan menguraikan perbedaan upacara Rambu Solo’ yang asli, menurut
Aluk Todolo dengan upacara Rambu Solo’ yang dilakukan oleh orang Kristen Toraja. Kemudian
menganalisisnya.
BAB IV. ANALISIS MAKNA IBADAH DALAM UPACARA RAMBU SOLO’ DAN
REFLEKSI TEOLOGIS
Dalam Bab ini penulis akan menganalisa pemaknaan orang Kristen Toraja terhadap upacara
Rambu Solo’ (upacara kematian) yang memasukkan prosesi ibadah dalam upacara tersebut,
untuk melihat sejauhmana injil ditransformasikan dalam Aluk Rambu Solo’ (perjumpaan nilai-
nilai kekristenan dengan nilai-nilai asli dalam upacara Rambu Solo’), apakah nilai-nilai
kekristenan tersebut memberikan makna baru sesuai dengan ajaran Tuhan Yesus atau hanya
menjadi bagian dari upacara sebagai formalitas, kemudian melihat pengaruhnya dalam sikap
gereja dan orang Kristen Toraja. Dan melihat upaya yang mungkin dapat dilakukan untuk dapat
mentrasformasikan nilai-nilai kekristenan Aluk Rambu Solo’.
BAB V. PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Sebagai penutup penulis akan membuat kesimpulan dan
beberapa saran mengenai perjumpaan nilai-nilai kekristenan dengan upacara Rambu Solo’
(upacara pemakaman).