tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
Norma dan Praktik Budaya Pernikahan Dini di Indonesia
1. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
Uraian Materi
FENOMENA PERNIKAHAN DINI DI IN-DONESIA
Apa yang bisa saudara paha-mi
dari gambar di atas? Anda pasti
sependapat bahwa gambar tersebut
menceritakan sebuah hikayat per-kawinan
pada suatu masa yang lalu.
Untuk lebih memerkaya pe-mahaman
Anda tentang Penomena
Pernikahan Dini Di Indonesia. coba
identifikasi masalah penting yang ter-kandung
di dalam gambar ini.? kemu-dian
tuliskan pada kolom berikut ini:
1…………………………………………………………
……………………………………………………….....
2. ………………………………………………………
………………………………………………………....
3. ………………………………………………………
………………………………………………………....
Usia muda adalah anak yang ada
pada masa peralihan diantara masa
anak-anak dan masa dewasa dimana
anak-anak mengalami perubahan ce-pat
di segala bidang. Mereka bukan
lagi anak-anak, baik bentuk badan,
sikap dan cara berpikir dan bertindak,
tetapi bukan orang dewasa yang telah
matang
Secara tradisional masa muda
dianggap sebagai “badai dan tekanan”
yaitu suatu masa dimana ketegangan
emosi meninggi sebagai akibat dari
perubahan fisik dan kelenjar.
Hal tersebut tentu tak lepas
dan sangat dipengaruhi oleh budaya
yang berkembang di masyarakat bah-wa
wanita tak boleh sampai terlambat
menikah, atau mempunyai alasan jika
dinikahkan dengan orang yang sudah
berada, tak perlu khawatir masa de-pannya
akan terpuruk. Oleh karena itu
banyak anak – anak usia remaja pun
sudah di nikahkan. Bahkan ada budaya
perjodohan sejak anak perempuan be-lum
lulus SD atau masih SMP. Namun
saat ini, alasan budaya tidak semata
– mata sebagai alasan utama keluar-ga
menikahkan anak perempuannya
saat masih belia . , tapi jugkarena ingin
memperbaiki ekonomi dan keluar dari
kemiskinan dan sisanya karena status
sosial (Lubis, 2012).
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 3
2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
Secara umum, perkawinan usia anak ini tidak terlepas dari beberapa faktor
yang memengaruhi yaitu :
• Tradisi lama yang sudah turun
temurun
yang menganggap perkawinan
pada usia anak-anak sebagai suatu
hal yang wajar. Dalam masyarakat
Indonesia, bila anak gadisnya tidak
segera memperoleh jodoh, orang
tua merasa malu karena anak ga-disnya
belum menikah.
• Budaya eksploitatif terhadap
anak,
yang membuat anak tidak ber-daya
menghadapi kehendak orang
dewasa, baik orang tuanya yang
menginginkan perkawinan itu,
maupun orang yang mengawini.
Ada yang mengeksploitasi anak
atas nama ekonomi atau materi,
ada yang karena gengsi atau har-ga
diri bisa mengawinkan anakn-ya
dengan orang yang dianggap
terpandang tanpa memperdulikan
apakah calon suami anaknya sudah
beristri atau belum, apakah anak
perempuannya sudah siap secara
fisik, mental dan sosial ataukah
belum. Ada yang mengeksploitasi
anak karena mental hedonis, men-cari
kesenangan pada banyak hal
termasuk poligami dengan anak-anak
di bawah umur. Ada pula yang
karena kelainan mental, pedophilis.
Alasan lain bahkan mengeksploi-tasi
anak atas nama agama, wa-laupun
banyak tokoh agama telah
tegas menyatakan bahwa perkaw-inan
pada usia anak bukanlah aja-ran
agama.
• Secara hukum perkawinan
usia anak dilegitimasi oleh Un-dang-
undang R.I Nomor 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan. Un-dang-
undang ini memperboleh-kan
anak berusia 16 tahun untuk
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 4
3. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
menikah, seperti disebutkan dalam
pasal 7 ayat 1, “Perkawinan han-ya
diizinkan jika pihak pria sudah
mencapai 19 (sembilanbelas) ta-hun,
dan pihak wanita sudah men-capai
16 (enambelas) tahun.” Pasal
26 UU R.I Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak, orang
tua diwajibkan melindungi anak
dari perkawinan dini, tetapi pasal
ini, sebagaimana UU Perkawinan,
tanpa ketentuan sanksi pidana se-hingga
ketentuan tersebut nyaris
tak ada artinya dalam melindungi
anak-anak dari ancaman perkaw-inan
dini.
Fenomena pernikahan pada
usia anak dibeberapa daerah tidaklah
jauh berbeda mengingat fakta per-ilaku
seksual remaja yang melakukan
hubungan seks pra-nikah sering be-rujung
pada pernikahan dini serta kul-tur
masyarakat Indonesia yang masih
memosisikan anak perempuan sebagai
warga kelas kedua dan ingin memper-cepat
perkawinan dengan berbagai
alasan ekonomi dan sosial. Anggapan
pendidikan tinggi tidak penting bagi
anak perempuan dan stigma negat-if
terhadap status perawan tua. Posisi
tersebut dalam perspektif kesetaraan
dan keadilan gender berarti telah me-marginalkan
pihak perempuan.
Berdasarkan hasil penelitian
tersebut, salah satu penyebab pernika-han
bawah umur adalah karena dipak-sa
orang tua. Hal tersebut memang
sering terjadi. Perjodohan yang diter-ima
anak dengan keterpaksaan bukan
hanya menimbulkan dampak buruk
bagi psikologisnya, tapi juga keseha-tannya.
Ancama depresi pun dapat
menyerangnya
Melakukan pernikahan tan-pa
kesiapan dan pertimbangan yang
matang dari satu sisi dapat mengind-ikasi
sikap tidak appresiatif terhadap
makna nikah dan bahkan lebih jauh
bisa merupakan pelecehan terhadap
kesakralan dalam pernikahan.
Faktor yang Memicu Terjadinya
Fenomena Pernikahan Dini :
• Faktor Lingkungan
• Faktor Ekonomi
I. Faktor Lingkungan
Alasan orang tua segera menikah-kan
anaknya dalam usia muda adalah
untuk segera mempersatukan ikatan
kekeluargaan antara kerabat mempelai
laki-laki dan kerabat mempelai perem-puan
yang mereka inginkan bersama.
Keinginan adanya ikatan tersebut akan
membawa keuntungan-keuntungan
bagi kedua belah pihak, yaitu dimana
mempelai laki-laki setelah menikah
tinggal di rumah mertua serta anak
laki-laki tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai bantuan tenaga kerja bagi
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 5
4. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
mertuanya.
Dimana perkawinan tersebut
dilatar belakangi oleh pesan dari orang
tua yang telah meninggal dunia (orang
tua mempelai perempuan atau orang
tua mempelai laki-laki) yang sebel-umnya
diantara mereka pernah men-gadakan
perjanjian sebesanan agar
tali persaudaraan menjadi kuat. Selain
itu untuk memelihara kerukunan dan
kedamaian antar kerabat dan untuk
mencegah adanya perkawinan dengan
orang lain yang tidak disetujui oleh
orang tua atau kerabat yang bersang-kutan
dengan dilaksanakannya per-kawinan
tersebut.
2. Faktor Ekonomi
Untuk lebih memerkaya pe-mahaman
Anda tentang Faktor yang
Memicu Terjadinya Fenomena Per-nikahan,
coba analisa kedua gambar
diatas, dan tuliskan persepsi anda pada
kolom di bawah ini.
1…………………………………………………………
……………………………………………………………
…………................................................................
2. ………………………………………………………
……………………………………………………………
…………................................................................
Sekarang, cocokkan jawaban Saudara
dengan uraian berikut di bawah ini
Alasan orang tua menikahkan
anaknya dalam usia muda dilihat dari
faktor ekonomi adalah sebagai berikut:
a. Untuk sekedar memenuhi kebutu-han
atau kekurangan pembiayaan
hidup orang tuanya, khususnya
orang tua mempelai wanita. Sebab
menyelenggarakan perkawinan
anak-anaknya dalam usia muda ini,
akan diterima sumbangan-sum-bangan
berupa barang, bahan,
ataupun sejumlah uang dari han-dai
taulannya yang dapat diper-gunakan
selanjutnya untuk me-nutup
biaya kebutuhan kehidupan
sehari-hari untuk beberapa waktu
lamanya.
b. Untuk menjamin kelestarian atau-pun
perluasan usaha orang tua
mempelai laki-laki dan orang tua
mempelai perempuan sebab den-
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 6
5. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
gan diselenggarakannya perkaw-inan
anaknya dalam usia muda di-maksudkan
agar kelak si anak dari
kedua belah pihak itu yang sudah
menjadi suami istri, dapat menja-min
kelestarian serta perkemban-gan
usaha dari kedua belah pihak
orang tuanya, dimana usaha-usaha
tersebut merupakan cabang usaha
yang saling membutuhkan serta
saling melengkapi. Bahkan setelah
perkawinan usia muda tersebut
terjadi, lazimnya langkah-langkah
pendekatan sudah mulai diambil,
sedemikian rupa sehingga kedua
cabang usaha tersebut berkem-bang
menjadi satu usaha yang leb-ih
besar.
3. Faktor Sosial
Di dalam melangsungkan suatu
perkawinan, di sini wanita tidak
mengukur usia berapa dia dapat
melangsungkan pernikahan. Hal
ini berdasarkan pada suatu krite-ria
yaitu apakah dia sudah men-capai
tingkat perkembangan
fisik tertentu. Kenyataan tersebut
disebabkan karena hukum adat
itu tidak mengenal batas yang
tajam antara seseorang yang su-dah
dewasa dan cakap hukum
ataupun yang belum. Di mana
hal tersebut berjalan sedikit demi
sedikit menurut kondisi, tempat,
serta lingkungan sekitarnya. Di
sini yang dimaksud sudah dewasa
adalah mencapai suatu umur ter-tentu
sehingga individu yang ber-sangkutan
memiliki sifat-sifat atau
ciri-ciri antara lain :
a) Sudah mampu untuk menja-ga
diri.
b) Cakap untuk mengurus harta
benda dan keperluan sendi-ri.
c) Cakap untuk melakukan segala
pergaulan dalam kehidupan
kemasyarakatan serta mem-pertanggungjawabkan
se-gala-
galanya sendiri.
4. Faktor Agama
Agama untuk mengatur
seluruh aspek kehidupan manu-sia
sepanjang zaman. Tuhan Yang
Maha Esa menciptakan manusia
juga disertai dengan pedoman
agama, hal ini untuk menjaga
agar manusia tidak hancur ke
dalam perbuatan dosa, dan dis-amping
itu juga dibekali oleh
akal sebagai alat untuk berpikir
dan menalar segala permasala-
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 7
6. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
han yang dihadapinya, salah
satunya aspek yang diatur oleh
agama adalah lembaga perkaw-inan.
Lembaga perkawinan juga
mempunyai andil besar dalam
pernikahan seseorang. Tugas
yang seharusnya dilakukan ada-lah
menikahkan anak- anak yang
sudah mempunyai kecukupan
umur dan mempunyai kesiapan
secara psikologis serta mempu-nyai
kemampuan secara finan-sial
yang bisa menunjang ke-hidupan
rumah tangganya esok.
5. Faktor Pendidikan
Rendahnya tingkat pen-didikan
menjadikan para
remaja tidak mengetahui
berbagai dampak negatif dari
pernikahan anak. Dengan
demikian meraka menikah tanpa
memiliki bekal yang cukup.
Tentang dampak bagi kes-ehatan
reproduksi, mereka ten-tu
tidak tahu. Untuk itu perlu
sosialisasi dampak negatif ini,
karena rata-rata mereka hanya
lulusan SD. Padahal pentingnya
untuk memberikan pendidikan
seks mulai anak berusia dini. Hal
ini bertujuan agar anak nantin-ya
setelah dewasa mengetahui
betul perkembangan reproduk-si
mereka, bagaimana menjaga
kesehatan reproduksi mereka,
dan kapan atau pada usia bera-pa
mereka sudah bisa meman-taskan
diri untuk siap melakukan
hubungan yang sehat.
6. Faktor Budaya
Factor budaya juga turut
mengambil andil yang cukup
besar, karena kebudayaan ini di-turunkan
dan sudah mengakar
layaknya kepercayaan. Dalam
budaya setempat mempercayai
apabila anak perempuannya tidak
segera menikah, itu akan mema-lukan
keluarga karena dianggap
tidak laku dalam lingkungannya.
Atau jika ada orang yang
secara finansial dianggap san-gat
mampu dan meminang anak
mereka, dengan tidak meman-dang
usia atau status pernikahan,
kebanyakan orang tua menerima
pinangan tersebut karena be-ranggapan
masa depan sang anak
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 8
7. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
akan lebih cerah, dan tentu saja ia
diharapkan bisa mengurangi be-ban
sang orang tua. Tak lepas dari
hal tersebut, tentu saja banyak
dampak yang tidak terpikir oleh
mereka sebelumnya.
Dampak Pernikahan Dini Terhadap
Kesehatan Reproduksi.
Perempuan yang menikah dibawah
umur 20 tahun mempunyai resiko ter-hadap
alat reproduksinya karena pada
masa remaja ini, alat reproduksinya be-lum
matang untuk melakukan fungsin-ya.
Rahim (uterus) baru siap melaku-kan
fungsinya setelah umur diatas 20
tahun sampai dengan usia 35 tahun,
karena pada masa ini fungsi hormonal
melewati masa yang maksimal.
Pada usia 14-18 tahun, perkemban-gan
otot-otot rahim belum cukup baik
kekuatan dan kontraksinya sehing-ga
jika terjadi kehamilan rahim dapat
rupture (robek).
Pada usia 14-19 tahun, sistem hor-monal
belum stabil, kehamilan menja-di
tak stabil mudah terjadi pendarahan
dan terjadilah abortus atau kematian
janin. Usia kehamilan terlalu dini dari
persalinan memperpanjang rentang
usia reproduksi aktif.
Beberapa resiko yang bisa timbul
dari kehamilan diusia dini
Jelaskan Apa persepsi Anda terhadap
gambar di atas, dan tuliskan secara
singkat persepsi tersebut pada kolom
berikut ini !
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
...............................................................................
…………………………………………………………….
.............………………………………………………….
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 9
8. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
Setelah mencermati gambar di atas,
sekarang apa yang ada dalam pikiran
Anda hubungannya dengan kehami-lan
diusia dini.
Beberapa resiko yang bisa timbul
dari kehamilan diusia dini:
1. Kanker Leher Rahim
Perkawinan dalam usia muda mer-upakna
salah satu factor yang
menyebabkan penyakit kegana-san.
2. Resiko Tinggi Ibu Hamil
Dilihat dari segi kesehatan, pas-angan
usia muda dapat ber-pengaruh
pada tingginya angka
kematian ibu yang melahirkan,
kematian bayi serta berpengaruh
pada rendahnya derajat kesehatan
ibu dan anak.
Menurut ilmu kesehatan, bah-wa
usia yang kecil resikonya dalam
melahirkan adalah antara usia 20-35
tahun, artinya melahirkan pada usia
kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35
tahun mengandung resiko tinggi. Ibu
hamil usia 20 tahun ke bawah sering
mengalami prematuritas (lahir sebe-lum
waktunya) besar kemungkinan ca-cat
bawaan, fisik maupun mental , ke-butaan
dan ketulian.
Pengaruh sosial budaya terhadap
kesehatan reproduksi remaja
Kelompok kaum muda termasuk
remaja menghadapi berbagai risiko
yang berkaitan dengan kesehatan re-produksinya,
misalnya kehamilan dini
dan kehamilan yang tidak diinginkan,
aborsi yang tidak aman, infeksi PMS
(Penyakit Menular Seksual) atau HIV,
dan kekerasan seksual.
Risiko kesehatan reproduksi
remaja tersebut dipengaruhi oleh berb-agai
faktor yang saling berhubungan,
misalnya tuntutan untuk kawin muda
dan hubungan seksual, akses terhadap
pendidikan, kesetaraan jender (ber-hubungan
dengan jenis kelamin), ke-kerasan
seksual, serta pengaruh media
massa dan gaya hidup masakini.
Faktor sosial budaya (norma bu-daya)
yang berkaitan dengan perbe-daan
jender dan hubungan seksual
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 10
9. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
ternyata dapat meningkatkan risiko
kesehatan reproduksi remaja.
• Di beberapa negara, seperti In-dia,
praktik perkawinan yang
diatur orang tua pada gadis di
bawah usia 14 tahun masih san-gat
umum.
• Hubungan seksual terjadi pada
gadis 9 sampai 12 tahun karena
banyak pria dewasa mencari ga-dis
muda sebagai pasangan sek-sual
untuk melindungi diri mer-eka
sendiri terhadap penularan
penyakit PMS/ HIV.
• Di beberapa budaya, pria muda
diharapkan untuk memperoleh
hubungan seks pertama kalinya
dengan pekerja seks komersial
(PSK).
• Remaja, terutama putri sering kali
dipaksa untuk berhubungan seks.
Di Uganda misalnya, 40% siswi
sekolah dasar yang dipilih secara
acak melaporkan telah dipaksa
untuk berhubungan seks.
• Di Sub-Sahara Afrika, pengala-man
berhubungan seks pertama
bagi beberapa remaja putri ada-lah
dengan ”Om Senang” yang
memberikan pakaian, biaya se-kolah,
dan buku sebagai imbalan
atas jasa seks yang diberikan.
• Di negara berkembang, di an-tara
jutaan anak yang hidup dan
bekerja di jalanan banyak terli-bat
dalam survival sex (seks demi
bertahan hidup). Mereka menu-kar
seks dengan makanan, uang,
jaminan keamanan, ataupun
obat-obat terlarang. Contohnya,
di kota Guatemala, ditemukan
40% dari 143 anak jalanan yang
diteliti melakukan hubungan seks
pertama dengan orang yang ti-dak
dikenal; semua berhubungan
seks demi uang; semua pernah
dianiaya secara seksual; dan 93%
pernah terinfeksi PMS.
• Di Thailand, diperkirakan 800
ribu PSK masih berusia di bawah
20 tahun (200 ribu di antaranya
berusia di bawah 14 tahun). Be-berapa
di antara mereka ”dijual”
sebagai PSK oleh orang tuanya
guna menghidupi anggota kelu-arga
yang lain.
Strategi pemecahan masalah untuk
mengatasi permasalahan pernikah-an
dini
Pemerintah harus berkomitmen
serius dalam menegakkan hukum
yang berlaku terkait pernikahan anak
di bawah umur sehingga pihak – pihak
yang ingin melakukan pernikahan den-gan
anak di bawah umur berpikir dua
kali terlebih dahulu sebelum melaku-kannya.
Selain itu, pemerintah harus
semakin giat mensosialisasikan un-
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 11
10. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
dang – undang terkait pernikahan anak
di bawah umur beserta sanksi – sanksi
bila melakukan pelanggaran dan men-jelaskan
resiko – resiko terburuk yang
bisa terjadi akibat pernikahan anak
di bawah umur kepada masyarakat,
diharapkan dengan upaya tersebut,
masyarakat tahu dan sadar bahwa per-nikahan
anak di bawah umur adalah
sesuatu yang salah dan harus dihindari.
Upaya pencegahan pernikahan
anak dibawah umur dirasa akan sema-kin
maksimal bila anggota masyarakat
turut serta berperan aktif dalam pence-gahan
pernikahan anak di bawah umur
yang ada di sekitar mereka. Sinergi
antara pemerintah dan masyarakat
merupakan jurus terampuh sementa-ra
ini untuk mencegah terjadinya per-nikahan
anak di bawah umur sehingga
kedepannya di harapkan tidak akan
ada lagi anak yang menjadi korban
akibat pernikahan tersebut dan anak –
anak Indonesia bisa lebih optimis da-lam
menatap masa depannya kelak.
Berikut ini adalah upaya-upaya
yang dapat dilakukan untuk mencegah
pernikahan muda, yaitu:
1) Undang-undang perkawinan
o Undang-undang negara kita
telah mengatur batas usia per-kawinan.
Dalam Undang-un-dang
Perkawinan bab II pas-al
7 ayat 1 disebutkan bahwa
perkawinan hanya diizinkan
jika pihak pria mencapai umur
19 (sembilan belas) tahun dan
pihak perempuan sudah men-capai
umur 16 (enam belas ta-hun)
tahun.
o Kebijakan pemerintah dalam
menetapkan batas minimal
usia pernikahan ini tentunya
melalui proses dan berbagai
pertimbangan. Hal ini dimak-sudkan
agar kedua belah pihak
benar-benar siap dan matang
dari sisi fisik, psikis dan mental.
o Dari sudut pandang kedokter-an,
pernikahan dini mempunyai
dampak negatif baik bagi ibu
maupun anak yang dilahirkan.
Menurut para sosiolog, ditinjau
dari sisi sosial, pernikahan dini
dapat mengurangi harmonisa-si
keluarga. Hal ini disebabkan
oleh emosi yang masih labil, ge-jolak
darah muda dan cara pikir
yang belum matang. Melihat
pernikahan dini dari berbagai
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 12
11. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
aspeknya memang mempunyai
banyak dampak negatif. Oleh
karenanya, pemerintah hanya
mentolerir pernikahan diatas
umur 19 tahun untuk pria dan
16 tahun untuk wanita.
2) Bimbingan kepada remaja
dan kejelasan tentang sex
education
o Pendidikan seks atau pendi-dikan
mengenai kesehatan re-produksi
(kespro) atau istilah
kerennya sex education sudah
seharusnya diberikan kepada
anak-anak yang sudah beran-jak
dewasa atau remaja, baik
melalui pendidikan formal
maupun informal. Ini pent-ing
untuk mencegah biasnya
pendidikan seks maupun pen-getahuan
tentang kesehatan
reproduksi di kalangan rema-ja.
Materi pendidikan seks
bagi para remaja ini terutama
ditekankan tentang upaya un-tuk
mengusahakan dan meru-muskan
perawatan kesehatan
seksual dan reproduksi serta
menyediakan informasi yang
komprehensif termasuk bagi
para remaja.
o Meninjau berbagai fenomena
yang terjadi di Indonesia, aga-knya
masih timbul pro-kontra
di masyarakat, lantaran adan-ya
anggapan bahwa membic-arakan
seks adalah hal yang
tabu dan pendidikan seks akan
mendorong remaja untuk ber-hubungan
seks. Sebagian besar
masyarakat masih memandang
pendidikan seks seolah sebagai
suatu hal yang vulgar.
3. Memberikan penyuluhan
kepada orang tua dan
masyarakat.
Memang mengubah suatu
kepercayaan, dan budaya ma-sayarakat
tidaklah mudah dan
membutuhkan waktu yang
lama. Namun penyuluhan ini
sangatlah penting agar para
orang tua dan masyarakat men-getahui
dampak apa saja yang
dapat ditimbulkan karena per-nikahan
dini.
Memang sebagian be-sar
masyarakat atau orang tua
segera menikahkan anaknya un-tuk
melepas tanggung jawabnya
untuk menfkahi sehingga dirasa
dapat meringankan beban kel-uarga.
Namun tanpa disadari,
setiap satu remaja yang terje-rumus
dalam pernikahan dini
faktanya menyumbangkan ke-miskinan.
Karena dalam usia
dini, apalagi di pedesaan, para
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 13
12. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
penduduknya tidak mempu-nyai
perbekalan pendidikan dan
keahlian yang dapat menunjang
masa depan mereka. Kenyataan
pun juga menunjukkan mereka
pada akhirnya mengikuti orang
tua karena belum mempunyai
biaya untuk membeli rumah
sendiri. Tak jarang juga akhirnya
banyak pengangguran.
4. Bekerja sama dengan tokoh
agama dan masyarakat
Kepercayaan atau penge-tahuan
baru yang datang pada
masyarakat yang sudah mem-punyai
kebudayaan yang kuat
biasanya sangat sulit untuk
diterima oleh masyarakat terse-but.
Oleh karena itu strategi per-lu
dilakukan, pada awalnya kita
dapat melakukan pendekatan
pada tokoh agama atau tokoh
masyarakat yang ada di daerah
setempat. Setelah itu kita dapat
melakukan kerja sama dengan
tokoh agama dan tokoh mas-yarakat
tersebut untuk men-yuluhkan
hal- hal yang sudah
diketahuinya pada masyarakat.
Dengan demikian, sesuatu yang
baru itu akan mudah diterima
oleh masyarakat setempat. Ten-tu
ini mempunyai andil yang
cukup besar dalam pengambi-lan
keputusan.
Kembali ke : Pendahuluan Uraian Materi Rangkuman Test Formatif 14