SlideShare a Scribd company logo
1 of 31
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PATOLOGIS
TERHADAP By. Ny T DENGAN HIPERTENSI
DI RSUD KOTA BEKASI
TAHUN 2017
Disusun Oleh :
RATNA IMAS INDRIYANI
NIM. 1409010
AKADEMI KEBIDANAN GEMA NUSANTARA
BEKASI
2017
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PATOLOGIS
TERHADAP Ny. T DENGAN HIPERTENSI
DI RSUD KOTA BEKASI
TAHUN 2017
Disusun Oleh:
RATNA IMAS INDRIYANI
NIM. 1409010
Di setujui dan disahkan oleh :
Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan
Anjani Khairunnisa, S.ST Febriana Ruslianti, Am.Keb
NIK : 0424108830 NIP: 1982 0215 200701 2 004
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut laporan Dinas Kesehatan Jawa Barat di tahun 2015
disampaikan bahwa jumlah kasus kematian Ibu melahirkan karena kehamilan,
persalinan, dan nifas meningkat cukup tajam dari 748 kasus di tahun 2014
menjadi 823 kasus di tahun 2015. (Pikiran Rakyat. 2016)
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Maka dari itu, pelayanan masa nifas sangat diperlukan karena masa nifas
merupakan masa kritis bagi ibu dan bayinya.
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaaan sebelum hamil.
Masa nifas ini berlagsung selama kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo,
Sarwono. 2002).
Berdasarkan data Riskedas 2013 bahwa Salah satu penyeyab utama
kematian ibu nifas adalah pendarahan dan hipertensi. Selain itu, terdapat pula
kasus akibat penanganan yang tidak melibatkan tenaga medis dan sampai saat
ini, hipertensi merupakan tantangan terbesar di Indonesia, hipertensi pada
masa nifas merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan
kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang
tinggi, yaitu sebesar 25,8%. (Riskedas, 2013)
Tekanan darah tinggi pada ibu nifas yang terus menerus tanpa adanya
penanganan dapat menyebabkan jantung seseorang bekerja extra keras,
akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah
jantung, ginjal, otak dan mata. Hipertensi pada masa nifas merupakan
penyebab umum terjadinya stroke dan serangan jantung hingga terjadi
kematian pada ibu nifas. (Masrifah, Siti. 2016)
Salah satu strategi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan untuk
menurunkan Angka Kematian Ibu adalah peningkatan kualitas pelayanan
kebidanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, termasuk bidan (Direktorat
Bina Kesehatan Ibu, 2013).
Bidan berperan penting dalam pemberian pelayanan pada masa nifas
untuk mendeteksi dini masalah yang mungkin terjadi sehingga dapat
mencegah komplikasi yang mungkin terjadi, seperti perdarahan, infeksi dan
hipertensi masa nifas (Sulistyawati, 2009).
Sehubungan dengan hal diatas dan karena salah satu penyebab angka
kematian ibu adalah hipertensi serta didukung dengan banyaknya kasus
hipertensi post partum yang terjadi di lahan praktek, maka penulis bermaksud
untuk mempelajari lebih lanjut kasus hipertensi pada ibu nifas.
Maka dari itu penulis tertarik untuk mengkaji Asuhan Kebidanan
Patologis Pada Ibu Nifas Terhadap Ny. T dengan Hipertensi di RSUD Kota
Bekasi Tahun 2017.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen
kebidanan SOAP dengan pola fikir Varney yang tepat pada Ibu Nifas
Patologis dengan hipertensi dan sesuai standar pelayanan kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengidentifikasi konsep dasar dan asuhan kebidanan pada ibu
nifas patologis dengan hipertensi.
b. Mampu menginterprestasi masalah dan melakukan analisa dari data
yang terkumpul pada ibu nifas patologis dengan hipertensi.
c. Mampu menginterprestasikan data yang terkumpul baik dalam bentuk
diagnosa serta masalah dan kebutuhan pada ibu nifas patologis dengan
hipertensi.
d. Mampu mengidentifikasi diagnosa serta masalah potensial pada ibu
nifas patologis dengan hipertensi.
e. Mampu mengidentifikasikan tindakan mandiri dan kalaborasi pada ibu
nifas patologis dengan hipertensi.
f. Mampu mengidentifikasi planning atau perencanaan terhadap ibu nifas
dengan hipertensi.
g. Mampu mengimplementasikan rencana tindakan yang dibuat pada ibu
nifas patologis dengan hipertensi.
h. Mampu mengevaluasi sejauh mana tingkat keberhasilan rencana
manajement yang telah dicapai pada ibu nifas patologis dengan
hipertensi.
B. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Menambah pengalaman dan keterampilan dalam melaksanakan asuhan
kebidanan pada ibu nifas patologis dengan hipertensi baik secara mandiri,
kolaborasi dengan petugas kesehatan yang lain serta mampu
mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan dengan SOAP.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Mendapatkan gambaran tentang sejauh mana para mahasiswa memahami
ilmu yang diperoleh serta keterampilan tentang Asuhan Kebidanan Ibu
nifas Patologis dengan hipertensi yang telah diberikan oleh Institusi
Pendidikan selama dibangku kuliah, Selama proses pembelajaran serta
menambah bahan bacaan dan ilmu pengetahuan.
3. Bagi Lahan Praktek RSUD Kota Bekasi
Memberi masukan sebagai aplikasi antara teori dan praktek serta
menciptakan kerja sama yang bermanfaat bagi Institusi. Tempat praktek
dan mahasiswa yang melakukan kegiatan asuhan kebidanan pada ibu nifas
patologis dengan hipertensi.
4. Bagi Klien di RSUD Kota Bekasi
Menambah wawasan dan dapat meningkatkan pengetahuan pasien tentang
cara menghindari dan penangan secara dini pada Ibu Nifas Patologis
dengan hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Masa Nifas
Puerperium berasal adari bahasa latin yaitu puer artinya bayi, dan parous
artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan, yang berlangsung kurang
lebih 6 minggu. (Saleha, Siti. 2009 2)
Masa nifas ( puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari). (Nanny, Vivian. 2011 : 1)
Masa nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin
(menandakan akhir periode inpartu) sehingga kembalinya reproduksi wanita
pada kondisi tidak hamil. (Varney, 2007)
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah persalinan yang diperlukan
untuk pemulihan alat kandungan yang lamanya 6 minggu.
(Obstetri dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Padjadjaran Bandung)
B. Pengertian Hipertensi masa nifas
Hipertensi masa nifas adalah peningkatan tekanan darah dalam 24 jam
pertama dari nifas pada wanita yang tadinya normotensi dan hipertensi akan
berangsur – angsur hilang dalam waktu 10 hari. (Mansjoer, Arif. 2001)
Hiperytensi masa nifas disebut juga dengan transient hypertension
dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg.
C. Macam-macam Hipertensi Masa Nifas
1. Hipertensi Essentialis ( Hipertensi Primer )
Adalah penyakit hipertensi yang kronis dan disebabkan oleh
arteriosclerosis.
Penyakit hipertensi essentialis pada post partum merupakan kelanjutan
dari hipertensi yang terjadi pada kehamilan minggu ke 20 dan hipertensi
tetap pada sebuah persalinan. Hipertensi ini sering menimbulkan dan
menyebabkan kelainan pada jantung ( membesar ), pada ginjal, otak dan
retina.
Untuk mendiagnosa hipertensi essentialis, yaitu:
 Tensi ≥ 140/90 mmHg
 Terjadi dalam 24 jam post partum
Gejala hipertensi essentialis post partum, yaitu:
Tensi yang naik, yaitu dengan sistolis 30 mmHg dan diastolis 15
mmHg.
 Proteinuria yang hebat
 Timbulnya odema
Tanda – tanda hipertensi essentialis post partum , adalah ;
 Pembesaran jantung
 Faal yang kurang
 Kelainan pada retina ( haemorhagi atau exudat )
 Tensi pemulaan 200 sistolik dan 120 diastolik
 Jika pada kehamilan yang lampau pernah diberati dengan eklamsi,
maka akan berpengaruh pada hipertensi post partum
2. Hipertensi chronic / renal ( hipertensi sekunder )
Adalah suatu kondisi dimana diperlukan penurunan tekanan darah
segera ( tidak selalu diturunkan dalam batas normal ) untuk mencegah dan
membatasi kerusakan pada organ.
Yang menyebabkan hipertensi renal pada post partum ini, juga ibu post
partum mempunyai riwayat yang berhubungan dengan kehamilannya,
misalnya; Pre eklamsi atau eklamsi. Dalam hal ini hipertensi pada ibu post
partum juga bisa disebabkan karena adanya penyakit ginjal pada ibu hamil
yang disertai dengan hipertensi.
D. Penyebab Hipertensi Masa Nifas
Karena tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung, volume
sekuncup, dan TPR, peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak
dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatan denyut jantung
dapat terjadi akibat rangsangan saraf simpatis atau hormonal yang abnormal
pada nodus SA. Peningkatan denyut jantung yang kronis seringkali menyertai
kondisi hipertirodisme. Akan tetapi, peningkatan denyut jantung biasanya di
kompensasi dengan penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak
mengakibatkan hipertensi. Peningkatan volume sekuncup yang kronis dapat
terjadi jika volume plasma meningkat dalam waktu lama, karena peningkatan
volume plasma direfleksikan dengan peningkatan volume diastolik akhir
sehingga volume sekuncup dan tekanan darah meningkat. Peningkatan volume
diastolik akhir dihubungkan dengan peningkatan preload jantung. Peningkatan
preload biasanya berhubungan dengan peningkatan hasil pengukuran tekanan
darah sistolik.
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi akibat
gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau komsumsi garam yang
berlebihan. Penelitian epdemiologis, migrasi, dan genetik pada manusia dan
hewan memperlihatkan bukti yang kuat hubungan antara asupan tinggi garam
dan peningkatan tekanan darah. Dari perspektif evolusi, manusia beradaptasi
dengan ingesti dan ekskresi kurang dari 1 gram garam per hari, yang
setidaknya kurang dari sepuluh kali dari rata-rata konsumsi garam di negara-
negara industri. Selain peningkatan asupan diet garam, peningkatan abnormal
kadar renin dan aldosteron atau penurunan aliran darah ke ginjal juga dapat
mengganggu pengendalian garam dan air.
Peningkatan TPR yang kronis dapat terjadi pada peningkatan rangsangan
saraf simpatis atau hormn pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan
dari arteriol terhadap rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan
menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan TPR, jantung
harus memompa lebih kuat, dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang
lebih besar, untuk mendorong darah melintasi pembuluh-pembuluh yang
menyempit. Hal ini disebut peningkatan pada afterload jantung. Dan biasanya
berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan
afterload berlangsung lama, ventrikel kiri mungkin mulai mengalami
hipertrofi (pembesaran). Dengan hipertrofi, kebutuhan oksigen ventrikel
semakin meningkat sehingga harus memompa darah lebih keras lagi untuk
memenuhi kebutuhan tersebut.
Setiap kemungkinan penyebab hipertensi yang disebutkan di atas dapat
terjadi akibat peningkatan aktivitas susunan saraf simpatis. Bagi banyak
individu, peningkatan rangsangan saraf simpatis, atau mungkin responsivitas
yang berlebihan dari tubuh terhadap rangsangan simpatis normal, dapat ikut
berperan menyebabkan hipertensi. Hal ini dapat terjadi akibat respons stres
yang berkepanjangan, yang diketahui melibatkan pengaktifan sistem simpatis,
atau mungkin akibat kelebihan genetik reseptor norepinefirin di jantung atau
otot polos vaskuler. (Buku Saku Patofisiologis. 2009:485-486).
Kondisi stress dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, karena saat
seseorang dalam kondisi stress akan terjadi pengeluaran beberapa hormon
yang akan menyebabkan penyempitan dari pembuluh darah, dan
pengeluaran cairan lambung yang berlebihan, akibatnya seseorang akan
mengalami mual, muntah, mudah kenyang, nyeri lambung yang berulang, dan
nyeri kepala. Kondisi stress yang terus menerus dapat menyebabkan
komplikasi hipertensi pula.
Pola hidup yang tidak seimbang, merupakan sikap hidup yang tidak tepat
komposisi antara asupan makanan, olahraga dan istirahat, sehingga
menimbulkan gejala awal seperti obesitas yang selanjutnya dapat
menyebabkan gangguan lain seperti kencing manis, dan gangguan jantung.
Konsumsi garam berlebihan, dapat menimbulkan darah tinggi diakibatkan
oleh peningkatan kekentalan dari darah, sehingga jantung membutuhkan
tenaga yang lebih untuk mendorong darah sampai ke jaringan paling kecil.
Kebiasaan konsumsi alkohol, kafein, merokok dapat menyebabkan
kekakuan dari pembuluh darah sehingga kemampuan elastisitas pada saat
mengalami tekanan yang tinggi menjadi hilang.
Kadang-kadang, tekanan darah mungkin jauh lebih tinggi dalam periode
pasca-melahirkan dibandingkan antepartum atau intrapartum. Hal ini mungkin
disebabkan oleh kombinasi faktor, termasuk pemberian larutan garam pada
wanita yang memiliki kelahiran sesar, hilangnya vasodilatasi kehamilan terkait
setelah melahirkan, mobilisasi cairan ekstraselular setelah melahirkan, dan
administrasi non-steroid anti-inflamasi agen untuk postdelivery analgesia .
Aldosteronisme primer merupakan penyebab yang jarang hipertensi
postpartum. Wanita dengan gangguan ini mungkin memiliki tekanan darah
lebih rendah selama kehamilan karena efek natriuretik dari progesteron, dan
mungkin hadir dengan hipertensi postpartum signifikan dengan atau tanpa
hipokalemia.
E. Gambaran Klinis Hipertensi Masa Nifas
Sebagian besar manifestasi klinis terjadi setelah mengalami hipertensi
bertahun-tahun, dan berupa:
1. Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranium.
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina.
3. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
4. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus.
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
(Rahayu, YP. dkk. 2012)
F. Etiologi Hipertensi Masa Nifas
Kondisi stress dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, karena saat
seseorang dalam kondisi stress akan terjadi pengeluaran beberapa hormon
yang akan menyebabkan penyempitan dari pembuluh darah, dan pengeluaran
cairan lambung yang berlebihan, akibatnya seseorang akan mengalami mual,
muntah, mudah kenyang, nyeri lambung yang berulang, dan nyeri kepala.
Kondisi stress yang terus menerus dapat menyebabkan komplikasi hipertensi
pula.
Pola hidup yang tidak seimbang, merupakan sikap hidup yang tidak tepat
komposisi antara asupan makanan, olahraga dan istirahat, sehingga
menimbulkan gejala awal seperti obesitas yang selanjutnya dapat
menyebabkan gangguan lain seperti kencing manis, dan gangguan jantung.
Konsumsi garam berlebihan, dapat menimbulkan darah tinggi diakibatkan
oleh peningkatan kekentalan dari darah, sehingga jantung membutuhkan
tenaga yang lebih untuk mendorong darah sampai ke jaringan paling kecil.
(Maryunani, Anik. 2015)
G. Diagnosis
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran,
hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada
kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala-
gejala klinis, Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien
duduk bersandar, setelah beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran
pembungkus lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan). Tensier dengan air
raksa masih tetap dianggap alat pengukur yang baik.
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama
menderitanya, riwayat dan gejala penyakit-penyakit yang berkaitan seperti
penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskular, dan
lainnya. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang
berkaitan dengan penyakit hipertensi, perubahan aktivitas/kebiasaan (seperti
merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obatan bebas, hasil dan efek
samping terapi anti hipertensi sebelumnya bila ada, dan factor pisikisosial
lingkungan (keluarga, pekerjaan dan sebagainya).
Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali
atau lebih dengan jarak 2 menit, kemudian di periksa ulang pada lengan
kontralateral. Dikaji perbandingan berat badan dan tinggi pasien. Kemudian
dilakukan pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui adanya retinopati
hipertensif, pemeriksaan leher untuk mencari bising carotid, pembesaran
vena, atau kelenjar tyroid. Dicari tanda-tanda gangguan irama dan denyut
jantung, pembesaran ukuran bising, derap, dan bunyi jantung ketiga atau
empat. Paru diperiksa untuk mencari ronchi dan bronkospasme. Pemeriksaan
abdomen dilakukan untuk mencari adanya massa, pembesaran ginjal, dan
pulsasi aorta yang abnormal. Pada ekstremitas dapat ditemukan pulsasi arteri
perifer yang menghilang, edema, dan bising. Dilakukan juga pemeriksaan
neurologi.
Tabel 2. 1 Klasifikasi hipertensi post partum sesuai WHO/ISH
Klasifikasi Sistolik (mmHG) Diastolik (mmHG)
Normotensi < 140 < 90
Hipertensi ringan 140-180 90-105
Hipertensi perbatasan 140-160 90-95
Hipertensi sedang dan berat >140 >105
Hipertensi sistolik terisolasi >140 >90
Hipertensi sistolik
perbatasan
140-160 >90
Hipertensi sistolik terisolasi adalah hipertensi dengan tekanan sistolik
sama atau lebih dari 160 mmHg, tetapi tekanan diastolic kurang dari 90
mmHg. Keadaan ini berbahaya dan memiliki peranan sama dengan hipertensi
diastolic sehingga harus diterapi ( Mansjoer, Arif. 2001 )
Hipertensi Kronis : Hipertensi terjadi pada kehamilan tetapi tidak
kunjung menurun hingga pasca partum. Gejala dan tanda usia umumnya > 30
tahun, multipara. Umumnya disertai masalah medis lain : DM atau penyakit
ginjal. Berhubungan dengan ras dan bersifat familial. Tidak disertai dengan
proteinuria. Diagnosa ditegakkan dengan adanya riwayat HT sebelum
kehamilan atau sebelum kehamilan < 20 minggu. Dan menetap sampai 6
minggu pasca persalinan.
H. Patofisiologi Hipetensi Masa Nifas
Menurut Corwin (2001): Peningkatan Denyut Jantung, peningkatan
volume sekuncup/curah jantung yang bermasalah lama, peningkatan tekanan
perifer (TPR) yang berlangsung lama.
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. (Joni. 2011)
I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi dalam masa nifas antara lain
adalah
1. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran
darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang
mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan
kemungkinan terbentuknya aneurisma.
2. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik
tidak menyuplai cukup oksigen ke miokardum atau apabila terbentuk
trombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah.
3. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler glomerulus ginjal. Dengann rusaknya glomerulus, aliran
darah ke unit fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran
glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik
koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang seringt dijumpai
pada hipertensi kronis.
4. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi
maligna ( hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang
sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler
dan mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat.
Neuron-neurn di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian.
5. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir mungkin
memiliki berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang
tidak adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu
mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan. (Buku Saku
Patofisilogis. 2009)
J. Penanganan Hipertensi Masa Nifas
1. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan ( IMT ≥ 27 )
2. Mengurangi asupan natrium (< 100 mmol Na / 2,4 gr, Na / 6 gr Nacl /
hari)
3. Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat
4. Berhenti merokok ( apabila ibu post partum selama dan sebelum hamil
ketergantungan rokok ) dan mengurangi asupan lemak jenuh dan
kolesterol dalam makanan
5. Dianjurkan untuk memakai kontrasepsi bila jumlah anak belum cukup
selama beberapa tahun
6. Bila jumlah anak sudah cukup, dianjurakan untuk segera melakukan
tubektomi
7. Terapi sedative misal fenoarbital 30 mg ( dapat diberikan jika dianggap
perlu ) obat – obatan anti hipertensi seperti reserpin dan metal dopa untuk
mengendalikan hipertensi.
8. Istirahat cukup pada tidur malam , sekurang – kurangnya 8 jam dan tidur
siang kurang lebih 2 jam.Pekerjaan rumah tangga dikurangi.
9. Obat penenag ( solution charcot , diazepam ( valium ) ,prometazin / obat
tidur dalam dosis rendah.
10. Pendekatan secara psikologis
11. Diet tinggi protein , rendah hidrat arang , rendah lemak dan rendah garam
K. Pengobatan Farmasi
Pegobatan pada penderita hipertensi masa nifas dapat dilakukan dengan :
diberikan obat anti hipertensi (metildopa, dopamet) atau bila perlu bisa
diberikan MgSO4 lewat infus atau suntikan pada bokong, agen anti hipertensi
mungkin diperlukan sementara masa nifas jika hipertensi parah.
Obat-obatan oral serupa dengan yang digunakan dalam populasi tidak
hamil dapat digunakan. Singkat furosemide terapi (20 mg oral sekali atau dua
kali per hari selama lima hari) dapat memfasilitasi kembali ke normotension
pada wanita dengan berat, tetapi tidak ringan, preeklampsia, terutama mereka
dengan edema yang signifikan, tekanan darah harus dipantau secara ketat.
(Joni. 2011)
L. Skema penatalaksanaan hipertensi
Mengontrol tekanan darah dengan baik minimal setelah 1 tahun, dapat
dicoba menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis secara perlahan
dan progresif.
Mulai atau lanjutan perubahan kebiasaan hidup
Tekana darah > 140/90 mmHG tidak tercapai untuk pasien dengan diabetes atau gangguan ginjal
terdapat perbedaan nilai
Pilihan obat
-Hipertensi tanpa komplikasi
Diuretik, Beta bloker
-Indikasi tertentu
Inhibitor ACE, penghambat reseptor
Angiotensin II, alfa bloker, alfa-beta-bloker, beta
Bloker, antagonis Ca, diuretik
- Indikasi yang sesuai
*Diabetes mellitus tipe 1 dengan proteinuria
inhibitor ACE
*Gagal jantung
inhibitor ACE, diuret
*Hipertensisistolok terisolasi
Diuretik, Antagonis Ca dihidropiripin kerja lama
*Infrk miokard
Beta bloker(non ISA), Inhibitor ACE(dengan disfungsi sistolik)
Tekanan darah yang dituju tidak tercapai
Tidak ada respon atau efek samping Respon tidak adekuat tapi toleransi baik
Ganti dengan obat dari golongan lain Tambahkan obat keduua dari golongan yang
berbeda(diuretik, bila belum diberikann
Tekanan darah yang di tuju tidak tercapai
Tambahkan obat dari golongan lain pertimbangkan untuk dirujuk pada dokterspesialis hipertensi
Pada beberapa pasien mungkin dapat di mulai terapi dengan lebih dari
satu obat secara langsung. Pasien dengan tekanan darah ≥200/≥120 mmHg
harus diberikan terapi dengan segera dan jika terdapat gejala kerusakan organ
harus dirawat di rumah sakit.( Mansjoer,Arif. 2001 )
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
DENGAN KASUS : Hipertensi
DI : RSUD Kota Bekasi
PADA : Tanggal : 11 Bulan 01 Tahun 2017
Waktu : 01.30 WIB
I. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas / Biodata
Nama Ibu : Ny.T Nama Ayah : Tn. M
Umur : 21 tahun Umur : 24 thn
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Sepanjang Jaya Alamat : Sepanjang Jaya
B. Keluhan Utama
Anamnesa pada tanggal 11-01-2017, pukul : 09.00, Pasca Persalinan 24 Jam
C. Riwayat Kehamilan
Trimester I : ANC I kali
Keluhan : Mual muntah
Anjuran : Makan dengan porsi sedikit tapi sering
Theraphy : Pemebrian Vit B6 dan Tablet Fe
Trimester II : ANC II kali
Keluhan : Tidak ada
Theraphy : Mengurangi aktivitas berat dan makan-makanan gizi
seimbang
Trimester III : ANC III kali
Keluhan : Nyeri pada bagian pinggang dan sering BAK
dimalam hari
Anjuran : Melakukan senam hamil dan mengurangi minum
dimalam hari
Theraphy : Pemberian tablet Fe
D. Riwayat Persalinan
Waktu Persalinan : 11-01-17 , Pukul : 08:30, Jenis Kelamin : perempuan
Berat Badan : 2.600 gram, Panjang Badan : 47 cm, Apgarscore : 8/9
Jenis Persalinan : SC, Tempat Persalinan : RSUD, Plasenta: Lengkap
Lama Persalinan : 1 1
/2 jam dimeja operasi Jumlah Perdarahan : ± 80 cc
Kala I : dimeja operasi Kala I : −
Kala II : dimeja operasi Kala II : −
Kala III : dimeja operasi Kala III : −
Keadaan Air Ketuban : Jernih Waktu Pecah : 06.00 WIB
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mobilisasi :
Ibu mengatakan sudah bisa miring kanan dan kiri dengan dibantu oleh
keluarganya.
F. Pola Kebutuhan Dasar
Eliminasi : BAB : Negatif
BAK : Terpasang douwer cateter, jumlah urine 450 cc
Nutrisi : Ibu masih puasa karena belum flatus
Istirahat : Ibu kurang istirahat karena luka bekas SC masih nyeri
Aktifitas : Ibu belum bisa melakukan aktivitas sehari-hari
Personal Hygiene : Ibu hanya di lap dan diganti baju bersih
Keadaan Psikologis : Ibu sangat bahagia atas kelahiran bayinya
Riwayat Kesehatan Kekuarga :
Ibu mengatakan bahwa keluarganya tidak memiliki penyakit menahun,
menular dan menurun.
II. DATA OBJEKTIF
Suhu : 36,2 0
C, Rr : 21 X
/M, N : 82 X
/M, TD : 160/90 mmHg,
keadaan umum : lemah
Mata : Simetris, Konjungtiva : An Anemis, Sklera : An Ikterik
Muka : Pucat
Hidung : Normal, bersih tidak ada secret
Mulut : Bersih dan tidak ada caries, stomatitis, gingivitis, ada kal
kulus
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan vena jugul
aris
Dada : Simetris, putting susu menonjol, ASI : Ada
Abdomen : Luka SC masih basah, TFU : 2 Jari dibawah pusat
Kontraksi : Baik
Genetalia : Pengeluaran Lochea Rubra
Punggung : Normal, tidak ada nyeri ketuk
Ektremitas Atas : Terpasang infus RL, tidak ada oedema dan cavilarirevil
Ekstremitas Bawah : Tidak ada oedema, varices dan cavilarirevil
III.ANALISA DATA
Diagnosa : Ibu P2A0 Post Partum 24 Jam dengan hipertensi
Masalah : − Gangguan aktivitas dan nyeri pada luka SC
− Tekanan darah tinggi
Kebutuhan : − Konseling tentang cara perawatan bekas luka SC
− Pemberian obat dan terapi dengan kolaborasi dokter
obgyn
Diagnosa potensial : Pre-eklamsi ringan
IV. PERENCANAAN (PLANING)
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan saat ini yaitu TD : 160/90 mmHg, N :
82 x
/m, Rr : 21 x
/m, S : 36,20
C, TFU : 2 jari dibawah pusat. Ibu mengerti
tentang hasil pemeriksaan.
2. Menjelaskan kepada ibu tentang penyebab nyeri pada luka SC bahwa itu
adalah hal yang biasa terjadi karena adanya perlengketan bekas luka
dengan organ lain, dimana serabut-serabut jaringan luka menempel dan
menarik organ-organ lain sehingga menimbulkan rasa nyeri ketika terjadi
regangan pada jaringan luka. Ibu mengerti tentang pennyebab nyeri.
3. Memberitahu ibu bahwa ibu belum boleh makan dan minum apabila ibu
belum kentut. Ibu mengerti dan bersedia untuk belum makan dan minum
apabila ibu belum kentut.
4. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang alasan dilarang makan dan
minum sebelum kentut terhadap ibu post operasi SC karena pada saat
dioperasi pasien diberikan pembiusan total maka seluruh organ tubuhh
pasien akan “Tidur” berhenti bekerja, termasuk juga seluruh “Jeroan” di
dalam perut, kecuali jantung yang selalu berdetak dan ketika operasi telah
selesai dan efek dari obat bius ini mulai mereda, tetapi proses pemulihan
kinerja organ tubuh lainnya belum pulih secara normal untuk melakukan
aktivitas, meski pasien telah sadarkan diri. Maka dari itu ketika pasien
telah bisa kentut artinya usus telah pulih dan normal untuk beraktivitas
seperti sediakala. Ibu mengerti tentang penjelasan bidan.
5. Menganjurkan ibu mobilisasi dini miring kanan dan kiri secara perlahan-
lahan dan bertahap. Ibu bersedia untuk melakukan mobilisasi dini.
6. Mengganti pakaian operasi ibu dengan pakaian bersih. Ibu sudah memakai
pakaian bersih dan ibu sudah terlihat rapi.
7. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu bersedia untuk istirahat.
8. Memberitahu ibu untuk tidak melakukan aktivitas yang berat terlebih
dahulu. Ibu mengerti tentang penjelasan bidan.
9. Memberikan terapi hypobach 2X1, lactore 2x1, asmet 3x500 mg,
nefidipine 1x1 dengan anjuran dokter SPOG. Terapi obat telah diberikan.
10. Menganjurkan ibu untuk menjaga payudara agar tetap bersih dan kering
terutama bagian putting susu, apabila putting payudara lecet dapat
dioleskan dengan kolostrum atau ASI yang keluar disekitar putting susu
yang lecet. Ibu mengerti dan bersedia melakukan hal yang sudah
dianjurkan.
V. CATATAN PERKEMBANGAN
TANGGAL
DATA
SUBJEKTIF
DATA
OBJEKTIF
ANALISA
DATA
PERENCANAAN
12/01/2017
Jam 09.20
WIB
Ibu
mengatakan
masih nyeri
pada luka
bekas SC
Keadaan
Umum : Baik
Baik
Kesadaran :
Composmentis
TD : 130/80
mmHg
N : 84 x
/m
S : 37,1 0
C
Rr : 21 x
/m
Ibu P2A0
post partum
2 hari
dengan
hipertensi
1. Memberitahu ibu
tentang hasil
pemeriksaan3TD :
120/80 mmHg, N : 84
x
/m S : 37,1 0
c, Rr : 21
x
/m, TFU : 3 jari
dibawah pusat,luka SC
masih basah. Ibu
mengerti tentang hasil
pemeriksaan.
TFU : 3 jari
dibawah pusat
Perdarahan : ±
80 cc
Pengeluaran
lochea : Rubra
Luka bekas
operasi SC :
masih basah
Kontraksi :
Baik
2. Mengingatkan kembali
kepada ibu untuk
istirahat yang cukup.
Ibu bersedia untuk
istirahat yang cukup.
3. Mengingatkan kembali
kepada ibu untuk tidak
beraktivitas berat
terlebih dahulu. Ibu
mengerti tenteng
penjelasan bidan.
4. Mengingatkan kembali
kepada ibu untuk tetap
mobilisasi miring
kanan dan kiri lalu
terkadang duduk. Ibu
mengerti dan bersedia
mengikuti anjuran yang
telah diberikan.
5. Menganjurkan ibu
untuk menyusui
bayinya setiap 2 jam
sekali atau setiap bayi
berkeinginan untuk
menyusu. Ibu mengerti
dan bayi sudah
diberikan ASInya.
Lanjutan perencanaan catatan perkembangan
6. Mengajarkan ibu cara menyusui yang baik dan benar yaitu duduk bersandar
atau berbaring dengan santai, sebelum menekan payudara, tangan dan buah
dada serta putting susu harus dibersihkan dahulu, kemudian tekan daerah
areola diantara telunjuk dan ibu jari sehingga ASI keluar 2-3 tetes kemudian
oleskan ke putting hingga areola, lalu pegang bayi pada bahu belakangnya
dengan tangan satu, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu,
kemudian masukkan putting susu kedalam mulut bayi sampai areola
mammae tidak terlihat dan setelah menyuui oleskan kembali ASI ke putting
susu hingga areola. Ibu mengerti tentang cara menyusui yang baik dan benar,
ibu bersedia untuk melaksanakannya.
7. Menganjurkan ibu untuk menyendawakan bayinya dengan menggendong
kemudian menepuk-nepuk punggung atau tinggikan kepala dan badan bayi
lalu ditepuk-tepuk agar bayi tidak muntah setelah disusui. Ibu mengerti dan
sudah menyendawakan bayinya.
8. Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang bergizi seperti nasi, sayur-
sayuran hijau, buah0buahan dan ikan agar keadaan ibu cepat pulih dan ASI
lancer. Ibu bersedia untuk makan-makanan yang bergizi.
9. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang tanda bahaya masa nifas yaitu
penglihatan kabur, bengkak wajah dan tangan, pusing yang berlebihan, nyeri
pada perut yang berlebihan, suhu tbuh > 38 0
C, perdarahan hebat. Jika ibu
menngalami tanda-tanda tersebut diharapkan ibu untuk mewaspadainya. Ibu
mengerti tentang tanda-tanda bahaya masa nifas.
10. Menjelaskan kembali kepada ibu tentang penyebab nyeri pada luka SC
bahwa itu adalah hal yang fisiologis terjadi karena adanya perlengketan
bekas luka dengan organ lain, dimana serabut-serabut jaringan luka
menempel dan menarik organ-organ lain sehingga menimbulkan rasa nyeri
ketika terjadi regangan pada jaringan luka. Ibu mengerti tentang pennyebab
nyeri pada luka SC.
11. Membersihkan badan ibu dengan ar hangat menggunakan waslap. Dan ibu
sudah rapi, bersih.
12. Melakukan perawatan luka SC dengan menekan luka yang masih ditutup
kassa menggunakan ujung pinset anatomi steril, tidak ada pengeluaran darah
pada luka SC. Buka kassa yang menutupi luka dengan cara menggulung dari
bagian luar ke dalam menggunakan pinset anatomi steril. Kemudian ambil
kassa steril lalu celupkan dilarutan Nacl. Setelah itu pasangkan kassa tersebut
dengan cara membuka kassa menjadi persegi panjang di bagian luka SC
kemudian tekan-tekan lagi menggunakan pinset anatomi steril dengan
gerakan menggulung adri bagian luar ke dalam kemudian ambil kassa lagi
celupkan di cairan Nacl kemudian pasangkan kassa tersebut dengan
membuka panjang di luka bekas SC. Kemudian pasang Dermafix-T plester
transparent pada bagian luka bekas SC. Perawatan bekas luka SC sudah
dilakukan.
13. Kolaborasi dengan dokter obgyn dalam pemberian terapi seperti cairan infus
RL 20 x tetes/menit, hypobach 3x1 perbolus, cefotaxime 3x500 ml, asmet
3x1, nefidipine 1x1. Terapi pbat telah diberikan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam asuhan kebidanan pada ibu nifas patologis dengan Hipertensi
terhadap Ny. T asuhan yang diberikan sesuai dengan asuhan pada Ibu nifas
dengan Hipertensi. Asuhan kebidanan pada ibu nifas patologis terhadap Ny.
T dengan hipertensi dilakukan pengambilan data subjektif seperti anamnesa
yaitu keluhan utama, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu,
riwayat kontrasepsi, riwayat penyakit sekarang.
Pengambilan data objektif pada ibu nifas adalah pemeriksaan tanda-
tanda vital yang didapatkan TD : 160/90 mmHg, pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan Hb.
Maka dengan ini, sesuai dengan materi di atas dapat disimpulkan bahwa
diagnosis kebidanan yang didapatkan yaitu Ibu P2A0 post SC 24 jam dengan
Hipertensi.
Didapatkan masalahnya gangguan aktivitas nyeri pada luka operasi dan
tekanan darah tinggi, diagnosis potensial pereklamsi, kebutuhan tindakan
segera berdasarkan kondisi klien secara kolaborasi dengan dokter SpOg yaitu
memberikan cairan infuse, pemberian obat dan tindakan medis lainnya sesuai
instruksi dokter.
Rencana asuhan yang diberikan kepada ibu nifas patologis dengan
hipertensi yaitu beritahu hasil pemeriksaan, kolaborasi dengan dokter SpOg
dalam pemberian obat dan tindakan medis, beritahu ibu tentang penyebab
nyeri luka SC, anjurkan ibu untuk makan dengan rendah garam, berikan obat
sesuai intruksi, lakukan perawatan luka SC, beritahu untuk istirahat yang
cukup.
Implementasi (pelaksanaan) dari rencana asuhan kepada Ibu nifas
patologis dengan hipertensi yaitu memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan
bahwa tekanan darah ibu 160/90 mmHg, melakukan kolaborasi dengan
dokter SpOg dalam pemberian obat dan melakukan tindakan medis,
memberikan terapi obat dan terapi seperti cairan infus RL 20 x tetes/menit,
hypobach 3x1 perbolus, cefotaxime 3x500 ml, asmet 3x1, nefidipine 1x1,
mennganjurkan ibu untuk makan rendah garam seperti gandum, penyebab
nyeri pada luka SC bahwa itu adalah hal yang fisiologis terjadi karena
adanya perlengketan bekas luka dengan organ lain, dimana serabut-serabut
jaringan luka menempel dan menarik organ-organ lain sehingga
menimbulkan rasa nyeri ketika terjadi regangan pada jaringan luka,
memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup.
Evaluasi dari asuhan kebidanan pada ibu nifas patologis dengan
hipertensi yang telah dilakukan terhadap Ny.T, kolaborasi dengan dokter
SpOg telah dilakukan, terapi obat telah diberikan, ibu bersedia untuk makan
rendah garam, ibu mengerti tentang penyebab nyeri luka SC, ibu bersedia
untuk istirahat yang cukup.
Dalam praktek pemeriksaan ibu nifas patologis dengan hipertensi tidak
ada kesenjangan praktek dan teori terhadap Ny. T dengan Hipertensi.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
a. Diharapkan mampu meningkatkan
sarana dan prasarana yang dapat membantu mahasiswa dalam
meningkatkan keterampilan dibidang teori dan praktek terhadap ibu
nifas patologis dengan hipertensi..
b. Diharapkan mampu memperhatikan
kualitas pendidikan dengan tetap membimbing dan mengarahkan
mahasiswa dengan membekali keterampilan yang cukup dan juga
ditunjang sarana yang memadai dari lahan praktek yang sudah
menerapkan asuhan kebidanan nifas patologis dengan hipertensi.
c. Diharapkan dapat dijadikan sebagai
dokumentasi dan bahan perbandingan untuk penilaian selanjutnya.
2. Bagi Lahan Praktek
Diharapkan dapat meningkatkan penanganan terhadap komplikasi
yang mungkin terjadi sehingga angka kejadian terhadap masalah ibu
nifas patologis dengan hipertensi dapat ditangani.
3. Bagi Ibu Nifas
Diharapkan bagi ibu nifas untuk melakukan kunjungan masa nifas
yaitu 6 hari post partum, 2 minggu post partum dan 6 minggu post
partum atau bila ada tanda-tanda bahaya masa nifas untuk mendeteksi
komplikasi masa nifas secara dini.
4. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa sebagai calon bidan diharapka ndapat mengantisipasi
kemungkinan masalah yang akan timbul dalam melakukan asuhan
kebidanan pada ibu nifas patologis dengan hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2015. Angka Kematian Ibu. http://storage.jak-
stik.ac.id/ProdukHukum/MenPAN/index.phpoption=com_docman&task=doc_
download&gid=290&Itemid=111.pdf, diakses pada tanggal 17 Maret 2017
Joni. 2011. Masa Nifas. http://jsuyono.blogspot.co.id/2011/06/masa-nifas.html,
diakses pada tanggal 15 Maret 2017
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Salekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Manuaba, Chandranita. 2008. Gawat Darurat Obstetric Ginekologi & Obstetric
Ginekologi Social Untuk Profesi Bidan.Jakarta : EGC
Maryunani, Anik. 2015. Asuhan Ibu Nifas & Asuhan Ibu Menyusui. Bogor : IN
MEDIA
Nanny, Vivian. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba
Medika
PKBI. 2015. Kematian Ibu Melahirkan Terus Meningkat.
http://pkbi.or.id/kematian-ibu-melahirkan-terus-meningkat/, diakses pada
tanggal 17 Maret 2017
Prawirihardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Rahayu, YP. dkk. 2012. Buku Ajar Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta : Mitra
Wacana Medika

More Related Content

What's hot

Askeb nifas 6 jam post partum
Askeb nifas 6 jam post partumAskeb nifas 6 jam post partum
Askeb nifas 6 jam post partumcahyatoshi
 
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewiAsuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewiAndra Dewi Hapsari
 
24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidananshona2493
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikAl-Ikhlas14
 
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balitaKb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balitapjj_kemenkes
 
Pembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOMPembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOMAffiZakiyya
 
Konsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifasKonsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifasSumiaty Syifah
 
Pembahasan Kesehatan Reproduksi
Pembahasan Kesehatan ReproduksiPembahasan Kesehatan Reproduksi
Pembahasan Kesehatan ReproduksiAffiZakiyya
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Operator Warnet Vast Raha
 
7 langkah varney
7 langkah varney7 langkah varney
7 langkah varneysicua050896
 
PEDOMAN BAGI IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS, DAN BAYI BARU LAHIR Di Era Pandemi C...
PEDOMAN BAGI IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS, DAN BAYI BARU LAHIR Di Era Pandemi C...PEDOMAN BAGI IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS, DAN BAYI BARU LAHIR Di Era Pandemi C...
PEDOMAN BAGI IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS, DAN BAYI BARU LAHIR Di Era Pandemi C...Muh Saleh
 
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.Al-Ikhlas14
 
Isu etik dalam pelayanan kebidanan
Isu etik dalam pelayanan kebidananIsu etik dalam pelayanan kebidanan
Isu etik dalam pelayanan kebidananAl-Ikhlas14
 
24 standar asuhan kebidanan
24 standar asuhan kebidanan24 standar asuhan kebidanan
24 standar asuhan kebidananSiti Maimun
 

What's hot (20)

Contoh askeb bersalin normal
Contoh askeb bersalin normal Contoh askeb bersalin normal
Contoh askeb bersalin normal
 
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campakaskeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
 
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal. PKK 1
 
Askeb nifas 6 jam post partum
Askeb nifas 6 jam post partumAskeb nifas 6 jam post partum
Askeb nifas 6 jam post partum
 
Bersalin
BersalinBersalin
Bersalin
 
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewiAsuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
Asuhan kebidanan ibu hamil patologi,andra dewi
 
24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan24 standar pelayanan kebidanan
24 standar pelayanan kebidanan
 
Contoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etikContoh kasus isu etik
Contoh kasus isu etik
 
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balitaKb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
 
Pembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOMPembahasan Soal UKOM
Pembahasan Soal UKOM
 
Konsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifasKonsep dasar masa nifas
Konsep dasar masa nifas
 
Pembahasan Kesehatan Reproduksi
Pembahasan Kesehatan ReproduksiPembahasan Kesehatan Reproduksi
Pembahasan Kesehatan Reproduksi
 
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
Manajemen asuhan kebidanan antenatal fisiologi pada ny”m”g2 p1a0 umur kehamil...
 
7 langkah varney
7 langkah varney7 langkah varney
7 langkah varney
 
ASPEK SOSIAL BUDAYA KEHAMILAN
ASPEK SOSIAL BUDAYA KEHAMILANASPEK SOSIAL BUDAYA KEHAMILAN
ASPEK SOSIAL BUDAYA KEHAMILAN
 
PEDOMAN BAGI IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS, DAN BAYI BARU LAHIR Di Era Pandemi C...
PEDOMAN BAGI IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS, DAN BAYI BARU LAHIR Di Era Pandemi C...PEDOMAN BAGI IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS, DAN BAYI BARU LAHIR Di Era Pandemi C...
PEDOMAN BAGI IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS, DAN BAYI BARU LAHIR Di Era Pandemi C...
 
Ppt nifas
Ppt nifasPpt nifas
Ppt nifas
 
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
Isu etik, moral dan pengambilan keputusan dalam k.3.
 
Isu etik dalam pelayanan kebidanan
Isu etik dalam pelayanan kebidananIsu etik dalam pelayanan kebidanan
Isu etik dalam pelayanan kebidanan
 
24 standar asuhan kebidanan
24 standar asuhan kebidanan24 standar asuhan kebidanan
24 standar asuhan kebidanan
 

Similar to ASKEB PATOLOGIS NIFAS DENGAN HIPERTENSI

Makalah angin awan
Makalah angin awanMakalah angin awan
Makalah angin awanWarnet Raha
 
221 article text-867-4-10-20190722
221 article text-867-4-10-20190722221 article text-867-4-10-20190722
221 article text-867-4-10-20190722Fajar Akbar
 
Kb 5 asuhan dengan penyakit ibu selama hamil
Kb 5 asuhan dengan penyakit  ibu selama hamilKb 5 asuhan dengan penyakit  ibu selama hamil
Kb 5 asuhan dengan penyakit ibu selama hamilpjj_kemenkes
 
hipertensi dalam-kehamilan
hipertensi dalam-kehamilanhipertensi dalam-kehamilan
hipertensi dalam-kehamilanMJM Networks
 
Program kia di indonesia
Program kia di indonesiaProgram kia di indonesia
Program kia di indonesiaNenk Wikwik
 
asuhan kebidanan dengan BAB I COC NY. O.
asuhan kebidanan dengan BAB I COC NY. O.asuhan kebidanan dengan BAB I COC NY. O.
asuhan kebidanan dengan BAB I COC NY. O.shinta120237
 
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)Adeline Dlin
 
Tatalaksana Emergensi preeklampsia, RSPAD, 2014
Tatalaksana Emergensi preeklampsia, RSPAD, 2014Tatalaksana Emergensi preeklampsia, RSPAD, 2014
Tatalaksana Emergensi preeklampsia, RSPAD, 2014JudiEndjun Ultrasound
 
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 final
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 finalPelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 final
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 finalSelfiNice
 
Preplaning hipertensi
Preplaning hipertensiPreplaning hipertensi
Preplaning hipertensiandra_soulgt
 

Similar to ASKEB PATOLOGIS NIFAS DENGAN HIPERTENSI (20)

Kti wa ida
Kti wa idaKti wa ida
Kti wa ida
 
Makalah angin awan
Makalah angin awanMakalah angin awan
Makalah angin awan
 
221 article text-867-4-10-20190722
221 article text-867-4-10-20190722221 article text-867-4-10-20190722
221 article text-867-4-10-20190722
 
hipertensi ppt.pptx
hipertensi ppt.pptxhipertensi ppt.pptx
hipertensi ppt.pptx
 
PPT_MARIA ULFA.pptx
PPT_MARIA ULFA.pptxPPT_MARIA ULFA.pptx
PPT_MARIA ULFA.pptx
 
ANC TERPADU.pptx
ANC TERPADU.pptxANC TERPADU.pptx
ANC TERPADU.pptx
 
Kb 5 asuhan dengan penyakit ibu selama hamil
Kb 5 asuhan dengan penyakit  ibu selama hamilKb 5 asuhan dengan penyakit  ibu selama hamil
Kb 5 asuhan dengan penyakit ibu selama hamil
 
Kti AKBID PARAMATA RAHA
Kti AKBID PARAMATA RAHA Kti AKBID PARAMATA RAHA
Kti AKBID PARAMATA RAHA
 
hipertensi dalam-kehamilan
hipertensi dalam-kehamilanhipertensi dalam-kehamilan
hipertensi dalam-kehamilan
 
Poned dan ponek
Poned dan ponekPoned dan ponek
Poned dan ponek
 
Proposal wa ida
Proposal wa idaProposal wa ida
Proposal wa ida
 
Kti wa ida 2
Kti wa ida 2Kti wa ida 2
Kti wa ida 2
 
Program kia di indonesia
Program kia di indonesiaProgram kia di indonesia
Program kia di indonesia
 
asuhan kebidanan dengan BAB I COC NY. O.
asuhan kebidanan dengan BAB I COC NY. O.asuhan kebidanan dengan BAB I COC NY. O.
asuhan kebidanan dengan BAB I COC NY. O.
 
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
referat obgyn resiko pada kehamilan (pembimbing : dr. Arie Widiyasa, spOG)
 
37 bab i
37 bab i37 bab i
37 bab i
 
37 bab i
37 bab i37 bab i
37 bab i
 
Tatalaksana Emergensi preeklampsia, RSPAD, 2014
Tatalaksana Emergensi preeklampsia, RSPAD, 2014Tatalaksana Emergensi preeklampsia, RSPAD, 2014
Tatalaksana Emergensi preeklampsia, RSPAD, 2014
 
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 final
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 finalPelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 final
Pelayanan antenatal terpadu edisi ke 3 261120 final
 
Preplaning hipertensi
Preplaning hipertensiPreplaning hipertensi
Preplaning hipertensi
 

More from Ratna Imas Indriyani (Ratna Fadhilah Al-mumtazah)

More from Ratna Imas Indriyani (Ratna Fadhilah Al-mumtazah) (20)

Master KP4
Master KP4Master KP4
Master KP4
 
PPT LTA KEBIDANAN
PPT LTA KEBIDANANPPT LTA KEBIDANAN
PPT LTA KEBIDANAN
 
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUSASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
ASUHAN KOMPREHENSIF KEBIDANAN STUDY KASUS
 
ASKEB HAMIL PATOLOGIS DENGAN KISTA SIMPLEKS OVARI
ASKEB HAMIL PATOLOGIS DENGAN KISTA SIMPLEKS OVARIASKEB HAMIL PATOLOGIS DENGAN KISTA SIMPLEKS OVARI
ASKEB HAMIL PATOLOGIS DENGAN KISTA SIMPLEKS OVARI
 
Laporan PKMD terhadap bayi dengan diare
Laporan PKMD terhadap bayi dengan diareLaporan PKMD terhadap bayi dengan diare
Laporan PKMD terhadap bayi dengan diare
 
Tik kls viii smstr 1 (bab 2)
Tik kls viii smstr 1 (bab 2)Tik kls viii smstr 1 (bab 2)
Tik kls viii smstr 1 (bab 2)
 
Kepemimpinan dalam materi kewirausahaan
Kepemimpinan dalam materi kewirausahaanKepemimpinan dalam materi kewirausahaan
Kepemimpinan dalam materi kewirausahaan
 
Kelas11 matematika ips_rosihanari
Kelas11 matematika ips_rosihanariKelas11 matematika ips_rosihanari
Kelas11 matematika ips_rosihanari
 
makalah Surveilans praktik pelayanan kebidanan
makalah Surveilans praktik pelayanan kebidananmakalah Surveilans praktik pelayanan kebidanan
makalah Surveilans praktik pelayanan kebidanan
 
Kasus pdca diare akut
Kasus pdca diare akutKasus pdca diare akut
Kasus pdca diare akut
 
Konsep Kebidanan
Konsep KebidananKonsep Kebidanan
Konsep Kebidanan
 
Faktor penghambat KIP/K
Faktor penghambat KIP/KFaktor penghambat KIP/K
Faktor penghambat KIP/K
 
STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK
STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAKSTIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK
STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK
 
Penanganan Payudara yang Berubah Menjadi Merah, Panas dan Terasa Sakit
Penanganan Payudara yang Berubah Menjadi Merah, Panas dan Terasa SakitPenanganan Payudara yang Berubah Menjadi Merah, Panas dan Terasa Sakit
Penanganan Payudara yang Berubah Menjadi Merah, Panas dan Terasa Sakit
 
MENETAPKAN DIAGNOSA KEHAMILAN DENGAN TEPAT
MENETAPKAN DIAGNOSA KEHAMILAN DENGAN TEPATMENETAPKAN DIAGNOSA KEHAMILAN DENGAN TEPAT
MENETAPKAN DIAGNOSA KEHAMILAN DENGAN TEPAT
 
Tahap perkembangan dan stimulasi pada anak usia 1- 2 tahun
Tahap perkembangan dan stimulasi pada anak usia 1- 2 tahunTahap perkembangan dan stimulasi pada anak usia 1- 2 tahun
Tahap perkembangan dan stimulasi pada anak usia 1- 2 tahun
 
proses komunikasi efektif
proses komunikasi efektifproses komunikasi efektif
proses komunikasi efektif
 
pemasaran jasa sosial kebidanan
pemasaran jasa sosial kebidananpemasaran jasa sosial kebidanan
pemasaran jasa sosial kebidanan
 
Keputihan
KeputihanKeputihan
Keputihan
 
Surveilans Praktik Pelayanan Kebidanan
Surveilans Praktik Pelayanan KebidananSurveilans Praktik Pelayanan Kebidanan
Surveilans Praktik Pelayanan Kebidanan
 

Recently uploaded

Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 

Recently uploaded (20)

Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 

ASKEB PATOLOGIS NIFAS DENGAN HIPERTENSI

  • 1. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PATOLOGIS TERHADAP By. Ny T DENGAN HIPERTENSI DI RSUD KOTA BEKASI TAHUN 2017 Disusun Oleh : RATNA IMAS INDRIYANI NIM. 1409010 AKADEMI KEBIDANAN GEMA NUSANTARA BEKASI 2017
  • 2. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PATOLOGIS TERHADAP Ny. T DENGAN HIPERTENSI DI RSUD KOTA BEKASI TAHUN 2017 Disusun Oleh: RATNA IMAS INDRIYANI NIM. 1409010 Di setujui dan disahkan oleh : Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan Anjani Khairunnisa, S.ST Febriana Ruslianti, Am.Keb NIK : 0424108830 NIP: 1982 0215 200701 2 004
  • 3. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut laporan Dinas Kesehatan Jawa Barat di tahun 2015 disampaikan bahwa jumlah kasus kematian Ibu melahirkan karena kehamilan, persalinan, dan nifas meningkat cukup tajam dari 748 kasus di tahun 2014 menjadi 823 kasus di tahun 2015. (Pikiran Rakyat. 2016) Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Maka dari itu, pelayanan masa nifas sangat diperlukan karena masa nifas merupakan masa kritis bagi ibu dan bayinya. Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaaan sebelum hamil. Masa nifas ini berlagsung selama kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo, Sarwono. 2002). Berdasarkan data Riskedas 2013 bahwa Salah satu penyeyab utama kematian ibu nifas adalah pendarahan dan hipertensi. Selain itu, terdapat pula kasus akibat penanganan yang tidak melibatkan tenaga medis dan sampai saat ini, hipertensi merupakan tantangan terbesar di Indonesia, hipertensi pada masa nifas merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. (Riskedas, 2013) Tekanan darah tinggi pada ibu nifas yang terus menerus tanpa adanya penanganan dapat menyebabkan jantung seseorang bekerja extra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata. Hipertensi pada masa nifas merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan serangan jantung hingga terjadi kematian pada ibu nifas. (Masrifah, Siti. 2016)
  • 4. Salah satu strategi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu adalah peningkatan kualitas pelayanan kebidanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, termasuk bidan (Direktorat Bina Kesehatan Ibu, 2013). Bidan berperan penting dalam pemberian pelayanan pada masa nifas untuk mendeteksi dini masalah yang mungkin terjadi sehingga dapat mencegah komplikasi yang mungkin terjadi, seperti perdarahan, infeksi dan hipertensi masa nifas (Sulistyawati, 2009). Sehubungan dengan hal diatas dan karena salah satu penyebab angka kematian ibu adalah hipertensi serta didukung dengan banyaknya kasus hipertensi post partum yang terjadi di lahan praktek, maka penulis bermaksud untuk mempelajari lebih lanjut kasus hipertensi pada ibu nifas. Maka dari itu penulis tertarik untuk mengkaji Asuhan Kebidanan Patologis Pada Ibu Nifas Terhadap Ny. T dengan Hipertensi di RSUD Kota Bekasi Tahun 2017. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen kebidanan SOAP dengan pola fikir Varney yang tepat pada Ibu Nifas Patologis dengan hipertensi dan sesuai standar pelayanan kebidanan. 2. Tujuan Khusus a. Mampu mengidentifikasi konsep dasar dan asuhan kebidanan pada ibu nifas patologis dengan hipertensi. b. Mampu menginterprestasi masalah dan melakukan analisa dari data yang terkumpul pada ibu nifas patologis dengan hipertensi. c. Mampu menginterprestasikan data yang terkumpul baik dalam bentuk diagnosa serta masalah dan kebutuhan pada ibu nifas patologis dengan hipertensi.
  • 5. d. Mampu mengidentifikasi diagnosa serta masalah potensial pada ibu nifas patologis dengan hipertensi. e. Mampu mengidentifikasikan tindakan mandiri dan kalaborasi pada ibu nifas patologis dengan hipertensi. f. Mampu mengidentifikasi planning atau perencanaan terhadap ibu nifas dengan hipertensi. g. Mampu mengimplementasikan rencana tindakan yang dibuat pada ibu nifas patologis dengan hipertensi. h. Mampu mengevaluasi sejauh mana tingkat keberhasilan rencana manajement yang telah dicapai pada ibu nifas patologis dengan hipertensi. B. Manfaat 1. Bagi Mahasiswa Menambah pengalaman dan keterampilan dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas patologis dengan hipertensi baik secara mandiri, kolaborasi dengan petugas kesehatan yang lain serta mampu mendokumentasikan hasil asuhan kebidanan dengan SOAP. 2. Bagi Institusi Pendidikan Mendapatkan gambaran tentang sejauh mana para mahasiswa memahami ilmu yang diperoleh serta keterampilan tentang Asuhan Kebidanan Ibu nifas Patologis dengan hipertensi yang telah diberikan oleh Institusi Pendidikan selama dibangku kuliah, Selama proses pembelajaran serta menambah bahan bacaan dan ilmu pengetahuan. 3. Bagi Lahan Praktek RSUD Kota Bekasi Memberi masukan sebagai aplikasi antara teori dan praktek serta menciptakan kerja sama yang bermanfaat bagi Institusi. Tempat praktek
  • 6. dan mahasiswa yang melakukan kegiatan asuhan kebidanan pada ibu nifas patologis dengan hipertensi. 4. Bagi Klien di RSUD Kota Bekasi Menambah wawasan dan dapat meningkatkan pengetahuan pasien tentang cara menghindari dan penangan secara dini pada Ibu Nifas Patologis dengan hipertensi.
  • 7. BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Masa Nifas Puerperium berasal adari bahasa latin yaitu puer artinya bayi, dan parous artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan, yang berlangsung kurang lebih 6 minggu. (Saleha, Siti. 2009 2) Masa nifas ( puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari). (Nanny, Vivian. 2011 : 1) Masa nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode inpartu) sehingga kembalinya reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. (Varney, 2007) Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pemulihan alat kandungan yang lamanya 6 minggu. (Obstetri dan Fisiologi Fakultas Kedokteran Padjadjaran Bandung) B. Pengertian Hipertensi masa nifas Hipertensi masa nifas adalah peningkatan tekanan darah dalam 24 jam pertama dari nifas pada wanita yang tadinya normotensi dan hipertensi akan berangsur – angsur hilang dalam waktu 10 hari. (Mansjoer, Arif. 2001) Hiperytensi masa nifas disebut juga dengan transient hypertension dengan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg. C. Macam-macam Hipertensi Masa Nifas 1. Hipertensi Essentialis ( Hipertensi Primer )
  • 8. Adalah penyakit hipertensi yang kronis dan disebabkan oleh arteriosclerosis. Penyakit hipertensi essentialis pada post partum merupakan kelanjutan dari hipertensi yang terjadi pada kehamilan minggu ke 20 dan hipertensi tetap pada sebuah persalinan. Hipertensi ini sering menimbulkan dan menyebabkan kelainan pada jantung ( membesar ), pada ginjal, otak dan retina. Untuk mendiagnosa hipertensi essentialis, yaitu:  Tensi ≥ 140/90 mmHg  Terjadi dalam 24 jam post partum Gejala hipertensi essentialis post partum, yaitu: Tensi yang naik, yaitu dengan sistolis 30 mmHg dan diastolis 15 mmHg.  Proteinuria yang hebat  Timbulnya odema Tanda – tanda hipertensi essentialis post partum , adalah ;  Pembesaran jantung  Faal yang kurang  Kelainan pada retina ( haemorhagi atau exudat )  Tensi pemulaan 200 sistolik dan 120 diastolik  Jika pada kehamilan yang lampau pernah diberati dengan eklamsi, maka akan berpengaruh pada hipertensi post partum 2. Hipertensi chronic / renal ( hipertensi sekunder ) Adalah suatu kondisi dimana diperlukan penurunan tekanan darah segera ( tidak selalu diturunkan dalam batas normal ) untuk mencegah dan membatasi kerusakan pada organ.
  • 9. Yang menyebabkan hipertensi renal pada post partum ini, juga ibu post partum mempunyai riwayat yang berhubungan dengan kehamilannya, misalnya; Pre eklamsi atau eklamsi. Dalam hal ini hipertensi pada ibu post partum juga bisa disebabkan karena adanya penyakit ginjal pada ibu hamil yang disertai dengan hipertensi. D. Penyebab Hipertensi Masa Nifas Karena tekanan darah bergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup, dan TPR, peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan saraf simpatis atau hormonal yang abnormal pada nodus SA. Peningkatan denyut jantung yang kronis seringkali menyertai kondisi hipertirodisme. Akan tetapi, peningkatan denyut jantung biasanya di kompensasi dengan penurunan volume sekuncup atau TPR, sehingga tidak mengakibatkan hipertensi. Peningkatan volume sekuncup yang kronis dapat terjadi jika volume plasma meningkat dalam waktu lama, karena peningkatan volume plasma direfleksikan dengan peningkatan volume diastolik akhir sehingga volume sekuncup dan tekanan darah meningkat. Peningkatan volume diastolik akhir dihubungkan dengan peningkatan preload jantung. Peningkatan preload biasanya berhubungan dengan peningkatan hasil pengukuran tekanan darah sistolik. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi akibat gangguan penanganan garam dan air oleh ginjal atau komsumsi garam yang berlebihan. Penelitian epdemiologis, migrasi, dan genetik pada manusia dan hewan memperlihatkan bukti yang kuat hubungan antara asupan tinggi garam dan peningkatan tekanan darah. Dari perspektif evolusi, manusia beradaptasi dengan ingesti dan ekskresi kurang dari 1 gram garam per hari, yang setidaknya kurang dari sepuluh kali dari rata-rata konsumsi garam di negara- negara industri. Selain peningkatan asupan diet garam, peningkatan abnormal kadar renin dan aldosteron atau penurunan aliran darah ke ginjal juga dapat mengganggu pengendalian garam dan air.
  • 10. Peningkatan TPR yang kronis dapat terjadi pada peningkatan rangsangan saraf simpatis atau hormn pada arteriol, atau responsivitas yang berlebihan dari arteriol terhadap rangsangan normal. Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa lebih kuat, dan dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk mendorong darah melintasi pembuluh-pembuluh yang menyempit. Hal ini disebut peningkatan pada afterload jantung. Dan biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan afterload berlangsung lama, ventrikel kiri mungkin mulai mengalami hipertrofi (pembesaran). Dengan hipertrofi, kebutuhan oksigen ventrikel semakin meningkat sehingga harus memompa darah lebih keras lagi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Setiap kemungkinan penyebab hipertensi yang disebutkan di atas dapat terjadi akibat peningkatan aktivitas susunan saraf simpatis. Bagi banyak individu, peningkatan rangsangan saraf simpatis, atau mungkin responsivitas yang berlebihan dari tubuh terhadap rangsangan simpatis normal, dapat ikut berperan menyebabkan hipertensi. Hal ini dapat terjadi akibat respons stres yang berkepanjangan, yang diketahui melibatkan pengaktifan sistem simpatis, atau mungkin akibat kelebihan genetik reseptor norepinefirin di jantung atau otot polos vaskuler. (Buku Saku Patofisiologis. 2009:485-486). Kondisi stress dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, karena saat seseorang dalam kondisi stress akan terjadi pengeluaran beberapa hormon yang akan menyebabkan penyempitan dari pembuluh darah, dan pengeluaran cairan lambung yang berlebihan, akibatnya seseorang akan mengalami mual, muntah, mudah kenyang, nyeri lambung yang berulang, dan nyeri kepala. Kondisi stress yang terus menerus dapat menyebabkan komplikasi hipertensi pula. Pola hidup yang tidak seimbang, merupakan sikap hidup yang tidak tepat komposisi antara asupan makanan, olahraga dan istirahat, sehingga menimbulkan gejala awal seperti obesitas yang selanjutnya dapat menyebabkan gangguan lain seperti kencing manis, dan gangguan jantung.
  • 11. Konsumsi garam berlebihan, dapat menimbulkan darah tinggi diakibatkan oleh peningkatan kekentalan dari darah, sehingga jantung membutuhkan tenaga yang lebih untuk mendorong darah sampai ke jaringan paling kecil. Kebiasaan konsumsi alkohol, kafein, merokok dapat menyebabkan kekakuan dari pembuluh darah sehingga kemampuan elastisitas pada saat mengalami tekanan yang tinggi menjadi hilang. Kadang-kadang, tekanan darah mungkin jauh lebih tinggi dalam periode pasca-melahirkan dibandingkan antepartum atau intrapartum. Hal ini mungkin disebabkan oleh kombinasi faktor, termasuk pemberian larutan garam pada wanita yang memiliki kelahiran sesar, hilangnya vasodilatasi kehamilan terkait setelah melahirkan, mobilisasi cairan ekstraselular setelah melahirkan, dan administrasi non-steroid anti-inflamasi agen untuk postdelivery analgesia . Aldosteronisme primer merupakan penyebab yang jarang hipertensi postpartum. Wanita dengan gangguan ini mungkin memiliki tekanan darah lebih rendah selama kehamilan karena efek natriuretik dari progesteron, dan mungkin hadir dengan hipertensi postpartum signifikan dengan atau tanpa hipokalemia. E. Gambaran Klinis Hipertensi Masa Nifas Sebagian besar manifestasi klinis terjadi setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun, dan berupa: 1. Sakit kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranium. 2. Penglihatan kabur akibat kerusakan hipertensif pada retina. 3. Cara berjalan yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat. 4. Nokturia yang disebabkan peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus. 5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. (Rahayu, YP. dkk. 2012) F. Etiologi Hipertensi Masa Nifas
  • 12. Kondisi stress dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, karena saat seseorang dalam kondisi stress akan terjadi pengeluaran beberapa hormon yang akan menyebabkan penyempitan dari pembuluh darah, dan pengeluaran cairan lambung yang berlebihan, akibatnya seseorang akan mengalami mual, muntah, mudah kenyang, nyeri lambung yang berulang, dan nyeri kepala. Kondisi stress yang terus menerus dapat menyebabkan komplikasi hipertensi pula. Pola hidup yang tidak seimbang, merupakan sikap hidup yang tidak tepat komposisi antara asupan makanan, olahraga dan istirahat, sehingga menimbulkan gejala awal seperti obesitas yang selanjutnya dapat menyebabkan gangguan lain seperti kencing manis, dan gangguan jantung. Konsumsi garam berlebihan, dapat menimbulkan darah tinggi diakibatkan oleh peningkatan kekentalan dari darah, sehingga jantung membutuhkan tenaga yang lebih untuk mendorong darah sampai ke jaringan paling kecil. (Maryunani, Anik. 2015) G. Diagnosis Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan yang berbeda, kecuali terdapat kenaikan yang tinggi atau gejala- gejala klinis, Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk bersandar, setelah beristirahat selama 5 menit, dengan ukuran pembungkus lengan yang sesuai (menutupi 80% lengan). Tensier dengan air raksa masih tetap dianggap alat pengukur yang baik. Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya, riwayat dan gejala penyakit-penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit serebrovaskular, dan lainnya. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan penyakit hipertensi, perubahan aktivitas/kebiasaan (seperti merokok), konsumsi makanan, riwayat obat-obatan bebas, hasil dan efek
  • 13. samping terapi anti hipertensi sebelumnya bila ada, dan factor pisikisosial lingkungan (keluarga, pekerjaan dan sebagainya). Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih dengan jarak 2 menit, kemudian di periksa ulang pada lengan kontralateral. Dikaji perbandingan berat badan dan tinggi pasien. Kemudian dilakukan pemeriksaan funduskopi untuk mengetahui adanya retinopati hipertensif, pemeriksaan leher untuk mencari bising carotid, pembesaran vena, atau kelenjar tyroid. Dicari tanda-tanda gangguan irama dan denyut jantung, pembesaran ukuran bising, derap, dan bunyi jantung ketiga atau empat. Paru diperiksa untuk mencari ronchi dan bronkospasme. Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk mencari adanya massa, pembesaran ginjal, dan pulsasi aorta yang abnormal. Pada ekstremitas dapat ditemukan pulsasi arteri perifer yang menghilang, edema, dan bising. Dilakukan juga pemeriksaan neurologi. Tabel 2. 1 Klasifikasi hipertensi post partum sesuai WHO/ISH Klasifikasi Sistolik (mmHG) Diastolik (mmHG) Normotensi < 140 < 90 Hipertensi ringan 140-180 90-105 Hipertensi perbatasan 140-160 90-95 Hipertensi sedang dan berat >140 >105 Hipertensi sistolik terisolasi >140 >90 Hipertensi sistolik perbatasan 140-160 >90 Hipertensi sistolik terisolasi adalah hipertensi dengan tekanan sistolik sama atau lebih dari 160 mmHg, tetapi tekanan diastolic kurang dari 90 mmHg. Keadaan ini berbahaya dan memiliki peranan sama dengan hipertensi diastolic sehingga harus diterapi ( Mansjoer, Arif. 2001 ) Hipertensi Kronis : Hipertensi terjadi pada kehamilan tetapi tidak kunjung menurun hingga pasca partum. Gejala dan tanda usia umumnya > 30 tahun, multipara. Umumnya disertai masalah medis lain : DM atau penyakit ginjal. Berhubungan dengan ras dan bersifat familial. Tidak disertai dengan proteinuria. Diagnosa ditegakkan dengan adanya riwayat HT sebelum
  • 14. kehamilan atau sebelum kehamilan < 20 minggu. Dan menetap sampai 6 minggu pasca persalinan. H. Patofisiologi Hipetensi Masa Nifas Menurut Corwin (2001): Peningkatan Denyut Jantung, peningkatan volume sekuncup/curah jantung yang bermasalah lama, peningkatan tekanan perifer (TPR) yang berlangsung lama. Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. (Joni. 2011) I. Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada hipertensi dalam masa nifas antara lain adalah 1. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
  • 15. 2. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak menyuplai cukup oksigen ke miokardum atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. 3. Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengann rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal, yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang seringt dijumpai pada hipertensi kronis. 4. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna ( hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neurn di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian. 5. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir mungkin memiliki berat lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan. (Buku Saku Patofisilogis. 2009) J. Penanganan Hipertensi Masa Nifas 1. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan ( IMT ≥ 27 ) 2. Mengurangi asupan natrium (< 100 mmol Na / 2,4 gr, Na / 6 gr Nacl / hari) 3. Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat 4. Berhenti merokok ( apabila ibu post partum selama dan sebelum hamil ketergantungan rokok ) dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan 5. Dianjurkan untuk memakai kontrasepsi bila jumlah anak belum cukup selama beberapa tahun
  • 16. 6. Bila jumlah anak sudah cukup, dianjurakan untuk segera melakukan tubektomi 7. Terapi sedative misal fenoarbital 30 mg ( dapat diberikan jika dianggap perlu ) obat – obatan anti hipertensi seperti reserpin dan metal dopa untuk mengendalikan hipertensi. 8. Istirahat cukup pada tidur malam , sekurang – kurangnya 8 jam dan tidur siang kurang lebih 2 jam.Pekerjaan rumah tangga dikurangi. 9. Obat penenag ( solution charcot , diazepam ( valium ) ,prometazin / obat tidur dalam dosis rendah. 10. Pendekatan secara psikologis 11. Diet tinggi protein , rendah hidrat arang , rendah lemak dan rendah garam K. Pengobatan Farmasi Pegobatan pada penderita hipertensi masa nifas dapat dilakukan dengan : diberikan obat anti hipertensi (metildopa, dopamet) atau bila perlu bisa diberikan MgSO4 lewat infus atau suntikan pada bokong, agen anti hipertensi mungkin diperlukan sementara masa nifas jika hipertensi parah. Obat-obatan oral serupa dengan yang digunakan dalam populasi tidak hamil dapat digunakan. Singkat furosemide terapi (20 mg oral sekali atau dua kali per hari selama lima hari) dapat memfasilitasi kembali ke normotension pada wanita dengan berat, tetapi tidak ringan, preeklampsia, terutama mereka dengan edema yang signifikan, tekanan darah harus dipantau secara ketat. (Joni. 2011)
  • 17. L. Skema penatalaksanaan hipertensi Mengontrol tekanan darah dengan baik minimal setelah 1 tahun, dapat dicoba menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis secara perlahan dan progresif. Mulai atau lanjutan perubahan kebiasaan hidup Tekana darah > 140/90 mmHG tidak tercapai untuk pasien dengan diabetes atau gangguan ginjal terdapat perbedaan nilai Pilihan obat -Hipertensi tanpa komplikasi Diuretik, Beta bloker -Indikasi tertentu Inhibitor ACE, penghambat reseptor Angiotensin II, alfa bloker, alfa-beta-bloker, beta Bloker, antagonis Ca, diuretik - Indikasi yang sesuai *Diabetes mellitus tipe 1 dengan proteinuria inhibitor ACE *Gagal jantung inhibitor ACE, diuret *Hipertensisistolok terisolasi Diuretik, Antagonis Ca dihidropiripin kerja lama *Infrk miokard Beta bloker(non ISA), Inhibitor ACE(dengan disfungsi sistolik) Tekanan darah yang dituju tidak tercapai Tidak ada respon atau efek samping Respon tidak adekuat tapi toleransi baik Ganti dengan obat dari golongan lain Tambahkan obat keduua dari golongan yang berbeda(diuretik, bila belum diberikann Tekanan darah yang di tuju tidak tercapai Tambahkan obat dari golongan lain pertimbangkan untuk dirujuk pada dokterspesialis hipertensi
  • 18. Pada beberapa pasien mungkin dapat di mulai terapi dengan lebih dari satu obat secara langsung. Pasien dengan tekanan darah ≥200/≥120 mmHg harus diberikan terapi dengan segera dan jika terdapat gejala kerusakan organ harus dirawat di rumah sakit.( Mansjoer,Arif. 2001 )
  • 19. BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN KASUS : Hipertensi DI : RSUD Kota Bekasi PADA : Tanggal : 11 Bulan 01 Tahun 2017 Waktu : 01.30 WIB I. DATA SUBJEKTIF A. Identitas / Biodata Nama Ibu : Ny.T Nama Ayah : Tn. M Umur : 21 tahun Umur : 24 thn Agama : Islam Agama : Islam Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Karyawan Swasta Alamat : Sepanjang Jaya Alamat : Sepanjang Jaya B. Keluhan Utama Anamnesa pada tanggal 11-01-2017, pukul : 09.00, Pasca Persalinan 24 Jam C. Riwayat Kehamilan Trimester I : ANC I kali Keluhan : Mual muntah Anjuran : Makan dengan porsi sedikit tapi sering Theraphy : Pemebrian Vit B6 dan Tablet Fe Trimester II : ANC II kali Keluhan : Tidak ada Theraphy : Mengurangi aktivitas berat dan makan-makanan gizi seimbang Trimester III : ANC III kali
  • 20. Keluhan : Nyeri pada bagian pinggang dan sering BAK dimalam hari Anjuran : Melakukan senam hamil dan mengurangi minum dimalam hari Theraphy : Pemberian tablet Fe D. Riwayat Persalinan Waktu Persalinan : 11-01-17 , Pukul : 08:30, Jenis Kelamin : perempuan Berat Badan : 2.600 gram, Panjang Badan : 47 cm, Apgarscore : 8/9 Jenis Persalinan : SC, Tempat Persalinan : RSUD, Plasenta: Lengkap Lama Persalinan : 1 1 /2 jam dimeja operasi Jumlah Perdarahan : ± 80 cc Kala I : dimeja operasi Kala I : − Kala II : dimeja operasi Kala II : − Kala III : dimeja operasi Kala III : − Keadaan Air Ketuban : Jernih Waktu Pecah : 06.00 WIB E. Riwayat Kesehatan Keluarga Mobilisasi : Ibu mengatakan sudah bisa miring kanan dan kiri dengan dibantu oleh keluarganya. F. Pola Kebutuhan Dasar Eliminasi : BAB : Negatif BAK : Terpasang douwer cateter, jumlah urine 450 cc Nutrisi : Ibu masih puasa karena belum flatus Istirahat : Ibu kurang istirahat karena luka bekas SC masih nyeri Aktifitas : Ibu belum bisa melakukan aktivitas sehari-hari Personal Hygiene : Ibu hanya di lap dan diganti baju bersih
  • 21. Keadaan Psikologis : Ibu sangat bahagia atas kelahiran bayinya Riwayat Kesehatan Kekuarga : Ibu mengatakan bahwa keluarganya tidak memiliki penyakit menahun, menular dan menurun. II. DATA OBJEKTIF Suhu : 36,2 0 C, Rr : 21 X /M, N : 82 X /M, TD : 160/90 mmHg, keadaan umum : lemah Mata : Simetris, Konjungtiva : An Anemis, Sklera : An Ikterik Muka : Pucat Hidung : Normal, bersih tidak ada secret Mulut : Bersih dan tidak ada caries, stomatitis, gingivitis, ada kal kulus Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid dan vena jugul aris Dada : Simetris, putting susu menonjol, ASI : Ada Abdomen : Luka SC masih basah, TFU : 2 Jari dibawah pusat Kontraksi : Baik Genetalia : Pengeluaran Lochea Rubra Punggung : Normal, tidak ada nyeri ketuk Ektremitas Atas : Terpasang infus RL, tidak ada oedema dan cavilarirevil Ekstremitas Bawah : Tidak ada oedema, varices dan cavilarirevil III.ANALISA DATA Diagnosa : Ibu P2A0 Post Partum 24 Jam dengan hipertensi Masalah : − Gangguan aktivitas dan nyeri pada luka SC − Tekanan darah tinggi
  • 22. Kebutuhan : − Konseling tentang cara perawatan bekas luka SC − Pemberian obat dan terapi dengan kolaborasi dokter obgyn Diagnosa potensial : Pre-eklamsi ringan IV. PERENCANAAN (PLANING) 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan saat ini yaitu TD : 160/90 mmHg, N : 82 x /m, Rr : 21 x /m, S : 36,20 C, TFU : 2 jari dibawah pusat. Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan. 2. Menjelaskan kepada ibu tentang penyebab nyeri pada luka SC bahwa itu adalah hal yang biasa terjadi karena adanya perlengketan bekas luka dengan organ lain, dimana serabut-serabut jaringan luka menempel dan menarik organ-organ lain sehingga menimbulkan rasa nyeri ketika terjadi regangan pada jaringan luka. Ibu mengerti tentang pennyebab nyeri. 3. Memberitahu ibu bahwa ibu belum boleh makan dan minum apabila ibu belum kentut. Ibu mengerti dan bersedia untuk belum makan dan minum apabila ibu belum kentut. 4. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang alasan dilarang makan dan minum sebelum kentut terhadap ibu post operasi SC karena pada saat dioperasi pasien diberikan pembiusan total maka seluruh organ tubuhh pasien akan “Tidur” berhenti bekerja, termasuk juga seluruh “Jeroan” di dalam perut, kecuali jantung yang selalu berdetak dan ketika operasi telah selesai dan efek dari obat bius ini mulai mereda, tetapi proses pemulihan kinerja organ tubuh lainnya belum pulih secara normal untuk melakukan aktivitas, meski pasien telah sadarkan diri. Maka dari itu ketika pasien telah bisa kentut artinya usus telah pulih dan normal untuk beraktivitas seperti sediakala. Ibu mengerti tentang penjelasan bidan. 5. Menganjurkan ibu mobilisasi dini miring kanan dan kiri secara perlahan- lahan dan bertahap. Ibu bersedia untuk melakukan mobilisasi dini.
  • 23. 6. Mengganti pakaian operasi ibu dengan pakaian bersih. Ibu sudah memakai pakaian bersih dan ibu sudah terlihat rapi. 7. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu bersedia untuk istirahat. 8. Memberitahu ibu untuk tidak melakukan aktivitas yang berat terlebih dahulu. Ibu mengerti tentang penjelasan bidan. 9. Memberikan terapi hypobach 2X1, lactore 2x1, asmet 3x500 mg, nefidipine 1x1 dengan anjuran dokter SPOG. Terapi obat telah diberikan. 10. Menganjurkan ibu untuk menjaga payudara agar tetap bersih dan kering terutama bagian putting susu, apabila putting payudara lecet dapat dioleskan dengan kolostrum atau ASI yang keluar disekitar putting susu yang lecet. Ibu mengerti dan bersedia melakukan hal yang sudah dianjurkan. V. CATATAN PERKEMBANGAN TANGGAL DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF ANALISA DATA PERENCANAAN 12/01/2017 Jam 09.20 WIB Ibu mengatakan masih nyeri pada luka bekas SC Keadaan Umum : Baik Baik Kesadaran : Composmentis TD : 130/80 mmHg N : 84 x /m S : 37,1 0 C Rr : 21 x /m Ibu P2A0 post partum 2 hari dengan hipertensi 1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan3TD : 120/80 mmHg, N : 84 x /m S : 37,1 0 c, Rr : 21 x /m, TFU : 3 jari dibawah pusat,luka SC masih basah. Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan.
  • 24. TFU : 3 jari dibawah pusat Perdarahan : ± 80 cc Pengeluaran lochea : Rubra Luka bekas operasi SC : masih basah Kontraksi : Baik 2. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup. 3. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk tidak beraktivitas berat terlebih dahulu. Ibu mengerti tenteng penjelasan bidan. 4. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk tetap mobilisasi miring kanan dan kiri lalu terkadang duduk. Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang telah diberikan. 5. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam sekali atau setiap bayi berkeinginan untuk menyusu. Ibu mengerti dan bayi sudah diberikan ASInya. Lanjutan perencanaan catatan perkembangan
  • 25. 6. Mengajarkan ibu cara menyusui yang baik dan benar yaitu duduk bersandar atau berbaring dengan santai, sebelum menekan payudara, tangan dan buah dada serta putting susu harus dibersihkan dahulu, kemudian tekan daerah areola diantara telunjuk dan ibu jari sehingga ASI keluar 2-3 tetes kemudian oleskan ke putting hingga areola, lalu pegang bayi pada bahu belakangnya dengan tangan satu, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu, kemudian masukkan putting susu kedalam mulut bayi sampai areola mammae tidak terlihat dan setelah menyuui oleskan kembali ASI ke putting susu hingga areola. Ibu mengerti tentang cara menyusui yang baik dan benar, ibu bersedia untuk melaksanakannya. 7. Menganjurkan ibu untuk menyendawakan bayinya dengan menggendong kemudian menepuk-nepuk punggung atau tinggikan kepala dan badan bayi lalu ditepuk-tepuk agar bayi tidak muntah setelah disusui. Ibu mengerti dan sudah menyendawakan bayinya. 8. Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang bergizi seperti nasi, sayur- sayuran hijau, buah0buahan dan ikan agar keadaan ibu cepat pulih dan ASI lancer. Ibu bersedia untuk makan-makanan yang bergizi. 9. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang tanda bahaya masa nifas yaitu penglihatan kabur, bengkak wajah dan tangan, pusing yang berlebihan, nyeri pada perut yang berlebihan, suhu tbuh > 38 0 C, perdarahan hebat. Jika ibu menngalami tanda-tanda tersebut diharapkan ibu untuk mewaspadainya. Ibu mengerti tentang tanda-tanda bahaya masa nifas. 10. Menjelaskan kembali kepada ibu tentang penyebab nyeri pada luka SC bahwa itu adalah hal yang fisiologis terjadi karena adanya perlengketan bekas luka dengan organ lain, dimana serabut-serabut jaringan luka menempel dan menarik organ-organ lain sehingga menimbulkan rasa nyeri ketika terjadi regangan pada jaringan luka. Ibu mengerti tentang pennyebab nyeri pada luka SC. 11. Membersihkan badan ibu dengan ar hangat menggunakan waslap. Dan ibu sudah rapi, bersih.
  • 26. 12. Melakukan perawatan luka SC dengan menekan luka yang masih ditutup kassa menggunakan ujung pinset anatomi steril, tidak ada pengeluaran darah pada luka SC. Buka kassa yang menutupi luka dengan cara menggulung dari bagian luar ke dalam menggunakan pinset anatomi steril. Kemudian ambil kassa steril lalu celupkan dilarutan Nacl. Setelah itu pasangkan kassa tersebut dengan cara membuka kassa menjadi persegi panjang di bagian luka SC kemudian tekan-tekan lagi menggunakan pinset anatomi steril dengan gerakan menggulung adri bagian luar ke dalam kemudian ambil kassa lagi celupkan di cairan Nacl kemudian pasangkan kassa tersebut dengan membuka panjang di luka bekas SC. Kemudian pasang Dermafix-T plester transparent pada bagian luka bekas SC. Perawatan bekas luka SC sudah dilakukan. 13. Kolaborasi dengan dokter obgyn dalam pemberian terapi seperti cairan infus RL 20 x tetes/menit, hypobach 3x1 perbolus, cefotaxime 3x500 ml, asmet 3x1, nefidipine 1x1. Terapi pbat telah diberikan.
  • 27. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dalam asuhan kebidanan pada ibu nifas patologis dengan Hipertensi terhadap Ny. T asuhan yang diberikan sesuai dengan asuhan pada Ibu nifas dengan Hipertensi. Asuhan kebidanan pada ibu nifas patologis terhadap Ny. T dengan hipertensi dilakukan pengambilan data subjektif seperti anamnesa yaitu keluhan utama, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu, riwayat kontrasepsi, riwayat penyakit sekarang. Pengambilan data objektif pada ibu nifas adalah pemeriksaan tanda- tanda vital yang didapatkan TD : 160/90 mmHg, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan Hb. Maka dengan ini, sesuai dengan materi di atas dapat disimpulkan bahwa diagnosis kebidanan yang didapatkan yaitu Ibu P2A0 post SC 24 jam dengan Hipertensi. Didapatkan masalahnya gangguan aktivitas nyeri pada luka operasi dan tekanan darah tinggi, diagnosis potensial pereklamsi, kebutuhan tindakan segera berdasarkan kondisi klien secara kolaborasi dengan dokter SpOg yaitu memberikan cairan infuse, pemberian obat dan tindakan medis lainnya sesuai instruksi dokter.
  • 28. Rencana asuhan yang diberikan kepada ibu nifas patologis dengan hipertensi yaitu beritahu hasil pemeriksaan, kolaborasi dengan dokter SpOg dalam pemberian obat dan tindakan medis, beritahu ibu tentang penyebab nyeri luka SC, anjurkan ibu untuk makan dengan rendah garam, berikan obat sesuai intruksi, lakukan perawatan luka SC, beritahu untuk istirahat yang cukup. Implementasi (pelaksanaan) dari rencana asuhan kepada Ibu nifas patologis dengan hipertensi yaitu memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa tekanan darah ibu 160/90 mmHg, melakukan kolaborasi dengan dokter SpOg dalam pemberian obat dan melakukan tindakan medis, memberikan terapi obat dan terapi seperti cairan infus RL 20 x tetes/menit, hypobach 3x1 perbolus, cefotaxime 3x500 ml, asmet 3x1, nefidipine 1x1, mennganjurkan ibu untuk makan rendah garam seperti gandum, penyebab nyeri pada luka SC bahwa itu adalah hal yang fisiologis terjadi karena adanya perlengketan bekas luka dengan organ lain, dimana serabut-serabut jaringan luka menempel dan menarik organ-organ lain sehingga menimbulkan rasa nyeri ketika terjadi regangan pada jaringan luka, memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup. Evaluasi dari asuhan kebidanan pada ibu nifas patologis dengan hipertensi yang telah dilakukan terhadap Ny.T, kolaborasi dengan dokter SpOg telah dilakukan, terapi obat telah diberikan, ibu bersedia untuk makan rendah garam, ibu mengerti tentang penyebab nyeri luka SC, ibu bersedia untuk istirahat yang cukup. Dalam praktek pemeriksaan ibu nifas patologis dengan hipertensi tidak ada kesenjangan praktek dan teori terhadap Ny. T dengan Hipertensi. B. Saran 1. Bagi Institusi Pendidikan a. Diharapkan mampu meningkatkan sarana dan prasarana yang dapat membantu mahasiswa dalam
  • 29. meningkatkan keterampilan dibidang teori dan praktek terhadap ibu nifas patologis dengan hipertensi.. b. Diharapkan mampu memperhatikan kualitas pendidikan dengan tetap membimbing dan mengarahkan mahasiswa dengan membekali keterampilan yang cukup dan juga ditunjang sarana yang memadai dari lahan praktek yang sudah menerapkan asuhan kebidanan nifas patologis dengan hipertensi. c. Diharapkan dapat dijadikan sebagai dokumentasi dan bahan perbandingan untuk penilaian selanjutnya. 2. Bagi Lahan Praktek Diharapkan dapat meningkatkan penanganan terhadap komplikasi yang mungkin terjadi sehingga angka kejadian terhadap masalah ibu nifas patologis dengan hipertensi dapat ditangani. 3. Bagi Ibu Nifas Diharapkan bagi ibu nifas untuk melakukan kunjungan masa nifas yaitu 6 hari post partum, 2 minggu post partum dan 6 minggu post partum atau bila ada tanda-tanda bahaya masa nifas untuk mendeteksi komplikasi masa nifas secara dini. 4. Bagi Mahasiswa Mahasiswa sebagai calon bidan diharapka ndapat mengantisipasi kemungkinan masalah yang akan timbul dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas patologis dengan hipertensi.
  • 30. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2015. Angka Kematian Ibu. http://storage.jak- stik.ac.id/ProdukHukum/MenPAN/index.phpoption=com_docman&task=doc_ download&gid=290&Itemid=111.pdf, diakses pada tanggal 17 Maret 2017 Joni. 2011. Masa Nifas. http://jsuyono.blogspot.co.id/2011/06/masa-nifas.html, diakses pada tanggal 15 Maret 2017 Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Salekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius Manuaba, Chandranita. 2008. Gawat Darurat Obstetric Ginekologi & Obstetric Ginekologi Social Untuk Profesi Bidan.Jakarta : EGC Maryunani, Anik. 2015. Asuhan Ibu Nifas & Asuhan Ibu Menyusui. Bogor : IN MEDIA Nanny, Vivian. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika
  • 31. PKBI. 2015. Kematian Ibu Melahirkan Terus Meningkat. http://pkbi.or.id/kematian-ibu-melahirkan-terus-meningkat/, diakses pada tanggal 17 Maret 2017 Prawirihardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Rahayu, YP. dkk. 2012. Buku Ajar Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta : Mitra Wacana Medika