SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
i
i
BIMBINGAN KONSELING UNTUK OPTIMALISASI
PERKEMBANGAN MORAL REMAJA
Disusun Guna memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Konseling Remaja
Dosen Pengampu : Nindya Ayu Pristanti, S.Pd, M.Pd
Disusun oleh :
Nama : Zuraidah Harahap
Nim : 1151151042
Keas : BK Reguer A 2015
PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018/2019
ii
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada Saya, sehingga Saya dapat menyelesaikan Makalah Saya yang berjudul
“Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja”
Makalah ini telah Saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu Saya menyampaikan banyak
terima kasih kepada Ibu Nindya Ayu Pristanti, S.Pd, M.Pd sebagai dosen pengampu dan semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan makalah ini.Terlepas dari semua itu,
Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka Saya menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar Saya dapat memperbaiki laporan makalah ini.
Akhir kata Saya berharap semoga makalah ini ada manfaatnya untuk masyarakan dan dapat
memberikan informasi dan inpirasi terhadap pembaca.
Medan, 19 April 2018
Zuraidah Harahap
i
iii
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 2
2.1 Pengertian Moral................................................................................................................... 2
2.2 Kekhasan Perkembangan Moral Remaja ................................................................................. 3
2.3 Immoril Pada Perkembangan Remaja...................................................................................... 5
2.4 Pengaruh Orangtua Terhadap Perkembangan Moral Remaja..................................................... 8
BAB III PENUTUP................................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................10
3.2 Saran...................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA
ii
iv
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tugas perkembangan remaja adalah perkembangan moral. Moral merupakan
penanda kepribadian seseorang. Apabila seseorang memiliki moral yang baik maka ia akan
memiliki kepribadian yang baik. Tapi, jika individu memiliki moral yang buruk maka ia
memiliki kepribadian yang buruk pula. Sebagai orang tua dan guru harus mengetahui
bagaimana perkembangan moral remaja seharusnya. Orang tua dan guru harus tahu bagaimana
menghadapi dan mengembangkan moral remaja ke arah yang lebih baik.
Hal itu disebabkan karena pada masa remaja terjadi keadaan yang labil, sehingga
remaja harus mampu menentukan mana hal yang baik dan buruk sesuai dengan aturan-aturan
yang berlaku berdasarkan suara hati. Jika remaja tidak mampu mengendalikan diri maka remaja
akan terjerumus kea rah yang salah atau tindakan immoril. Pada masa remaja sering terjadi
seks bebas yang akan menghancurkan masa depan remaja. Hal tersebut terjadi karena
kurangnya bimbingan dan pengetahuan remaja tentang seks. Oleh sebab itu, guru dan orang
tua sangat berperan penting dalam membimbing remaja berhubungan dengan teman lawan
jenis.
1.2 Rumusan Masalah
Pada makalah ini akan dibahas tentang :
1. Apakah pengertian dari moral ?
2. Apakah kekhasan perkembangan moral remaja?
3. Apakah bentuk salah satu tindakan immoral pada remaja ?
4. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja?
5. Apakah usaha guru dan orang tua dalam mengembangkan moral remaja?
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bentuk tingkah laku moral remaja,
fenomena kenakalan moral remaja serta bagaimana guru dan orang tua menghadapi dan
mengatasi masalah moral remaja atau tindakan immoral pada remaja.
1
v
v
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Moral
Elizabeth B. Hurlock (1999:74) mendefinisikan moral sebagai bentuk tingah laku yang
sesuai dengan aturan-aturan kelompok social. “Moral” berasal dari kata “mores” yang berarti
tata cara, kebiasaan, dan adat. Sikap yang bermoral dikendalikan atau didasari oleh konsep-
konsep atau pengetahuan-pengetahuan tentang moral yang telah menjadi pegangan atau
panutan bagi kelompok sosial di mana individu tersebut berada.
Moral adalah kebiasaan atau aturan yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam
berinteraksi dengan orang lain. Moral merupakan seperangkat aturan yag menyangkut baik
atau buruk, pantas atau tidak pantas, benar atau salah, dan tidak bertetangan dengan hati nurani
dalam menjalani kehidupan sosial.
Berdasarkan pengertian di atas, terdapat empat hal pokok yang berkaitan dengan moral,
yaitu : mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya seperti aturan
hokum, kebiasaan kelompok sosial; mengembangkan hati nurani; mempelajari untuk
merasakan malu atau bersalah jika sikap individu tidak sesuai dengan aturan yang ada pada
kelompok sosial; dan belajar berinteraksi sosial untuk mempelajari moral yang ada dalam
kehidupan kelompok sosial.
Seorang remaja yang beranjak dari masa kanak-kanak harus mengganti konsep-konsep
moral pada masa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku pada kehidupan sosial di
mana ia berada seiring dengan perkembangan pola pikir remaja. Remaja harus mampu
mengendalikan dirinya dan bertanggung jawab atas semua yang ia lakukan. Karena pada masa
kanak-kanak, tanggung jawab tertumpu pada orang tua sebagai lingkungan terdekat.
Sedangkan pada masa remaja segala yang remaja lakukan harus memikirkan baik dan buruk
atas perbuatannya serta remaja harus mampu mempertanggung jawabkannya.
Baik remaja laki-laki maupun remaja perempuan harus mampu mempertimbangakan
sikap positif atau negatif, baik atau buruk, dan mempertanggung jawabkan sikapnya
berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang ia miliki tanpa terlepas dari hati nurani.
Perasaan moral adalah perasaan puas dialami remaja setelah ia melakukan suatu perbuatan.
Apakah perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang benar atau salah menurut hati remaja
tersebut.
2
vi
vi
2.2 Kekhasan Perkembangan Moral Remaja
Perkembangan moral remaja berbeda dengan perkembangna moral periode anak-anak.
Elida Prayitno (2006:106) mengemukakan penyebab perbedaan tersebut, yaitu :
1) Meningkatnya kemampuan kognitif dari berpikir konkrit menjadi berpikir abstrak atau
formal. Remaja mampu memahami permasalahan-permasalahan yang ia hadapi sesuai
dengan moral-moral yang ia miliki. Remaja menganalisa setiap permasalahan yang ia
hadapi, terutama permasalahan moral.
2) Remaja memperoleh kemampuan untuk memahami bahwa peraturan-peraturan itu
dubuat manusia atas persetujuan semua orang adlah bersifat ideal untuk kesejahteraan
hidup. Remaja berusaha untuk mematuhi peraturan-peraturan yang ada terutama aturan
Tuhan. Remaja sangat mengharapkan aturan tersebut dipatuhi oleh setiap orang, remaja
akan memberontak jika terjadi pelanggaran terhadap aturan-aturan yang ada.
Remaja berada pada taraf perkembangan moral otonom. Sebagaimana yang diojelaskna
Piaget dalam Tim PPD (2006:114) bahwa remaja akan menjalami hokum berdasrakan
kesepakatan bersama. Moral akan berjalan sesuai dengan kesadaran masyarakat. Moral
dibentuk demi kebahgiaan dan kesejahteraan kehidupan. Remaja menyadari bahwa
pelanggaran moral itu akan diberi sangsi sesuai denga kesalahan yang dilakukan. Sangsi moral
dapat dilihat dengan kasat mata, namun ada juga secara abstrak seperti sangsi berupa dosa.
Semakintinggi kemampuan kognitif remaja, semakin tinggi pemahamannya terhadap moral.
Sehingga remaja akan menuntut kepuasan dan ketentraman hidup serta keadilan.
Sedangkan menurut teori belajar sosial, moral terbentuk dari hasil interaksi individu dengan
lingkungan. Moral akan tercipta baik jika individu berinteraksi dengan lingkungan yang baik
juga.
Remaja akan meniru moral lingkungan sekitarnya, remaja akanj mudah meniru
lingkungan terdekat yaitu lingkungan keluarga dan guru. Oleh karena itu, orang tua dan guru
harus memiliki moral yang baik dihadapan remaja. Beberapa kecenderungan moral yang
terlihat pada usia remaja menurut Yudho Purwoko (2001:30) adalah :
1) Self- directive, taat beragama berdasarkan pertimbangan pribadi;
2) Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa kritik;
3) Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan agama;
4) Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral;
5) Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral masyarakat.
3
vii
vii
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Remaja, Elida Prayitno (2006: 109-
112), menjelasakan tentang faktor-faktor perkembangan remaja yaitu :
1) Orang Tua dan Guru Sebagai Model
Remaja pria maupun wanita meniru tingkah laku orang tua yang sama jenis kelaminnya
karena remaja ingin seperti orang tua. Anak laki-laki ingin seperti ayah dan anak perempuan
ingin seperti ibunya. Oleh karena itu, orang tua dan guru harus memiliki nilai moral yang baik
dan motivasi yang tinggi. Karena remaja akan menghubungkan dengan lingkungan aspek-
aspek yang dilihatnya dari orang tua sehingga timbulah tingkah laku remaja.
Teori psikoanalisa mengatakan bahwa perilaku muncul karena adanya rasa bersalah pada diri
remaja. Untuk keluar dari kesalahan tersebut, remaja harus melakukan tingkah laku yang
bermoral yang ditiru dari tingkah laku orang tua dan guru.
2) Disiplin Yang Dilakukan Orang Tua
Apabila orang tua menerapkan sisem disiplain dengan memberikan alasan mengapa
sesuatu boleh atau tidak boleh dilakukan maka tingkah laku aau moral remaja akan tercipa
dengan baik. Namun, jika orang tua bersifat otoriter dalam menjalankan disiplin maka remaja
akan memiliki moral yang lemah. Hal ini disebabkan seiring dengan perkembangan kognitif
remaja.
Remaja pria yang tidak memiliki ayah cenderung lemah moralnya dibandingkan
dengan remaja yamg tinggal dengan ayahnya karena ayah dapat memberikan arahan moral
secara langsung dan peranan disiplin ayah akan terancam jika digantikan oleh ibu.
Hubungan antara moral remaja denga disiplin orang ua adalah sebagai berikut :
 Orang tua yang menonjolkan disiplin dalam keluarga, dapat melemahkan
perkembangan moral remaja.
 Orang tua yang mengakkan disiplin penarikan cina akan menimbulkan moral yang
buruk.
 Orang tua yang menerapkan disiplin induksi akan menciptakan moral remaja yang baik.
 Disiplin yang dilakukan ayah jarang mempengaruhi perkembangan moral remaja.
 Perasaan kasih sayang dan kelembutan akan menimbulkan moral positif bagi siswa.
4
viii
viii
3) Interaksi Dengan Teman Sebaya
Interaksi dengan teman sebaya dan kemampuan bermain peran merupakan wujud dari
penguasaan role taking. Remaja yang memiliki role taking baik akan merasakan perasaan
temannya yang sedih karena mendapatkan nilai yang rendah. Perasaan tersebut akan
mempengaruhi pola pikirnya, sehingga remaja tidak akan menyakitkan hati temannya tersebut.
Dengan meningkatnya interaksi dengan teman sebaya, maka kemampuan role taking remaja
akan meningkat dan perkembangan moral akan semakin baik.
2.3 Tindakan Immoril Pada Remaja
1) Pengertian Immoril
Berdasarkan kenyataan yang kita lihat, tidak semua remaja mampu menghadapi
peralihan moral dari masa kanak-kanak ke masa remaja untuk menuju kedewasaan.
Ketidakmampuan remaja tersebut akan menimbulkan tindakan-tindakan moral yang
menyimoang atau disebut juga tindakan immoral. Kartini Kartono (1990:235) dalam bukunya
“Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan)” mendefinisikan immoral sebagai “ Tindakan
yang asusila dan sangat mencolok mata, sehingga ditolak oleh masyarakat”. Beberapa ciri-ciri
individu yang immoril adalah :
a) Kurang terkendalinya rem-rem psikis oleh hati nurani dan tidak berfungsi atau
melemahnya sistem pengontrolan diri oleh rendahnya kemauan.
b) Kurang adanya pembentukan karakter pada individu. Tindakan immoral sangat
merugikan diri sendiri dan orang lain. Remaja yang seharusnya dihargai oleh teman
sebaya menjadi hina di mata teman sebaya. Remaja semestinya mengikuti pendidkan
layaknya remaja yang lain menjadi pemalas dan melawan kepada orang tua dan guru.
Remaja tidak mengindahkan peraturan-peraturan dan nilai-nilai yang ada dalam
kehidupan.
2. Fenomena Seksualitas Pada Remaja
Pada masa remaja mulai tertarik kepada lawan jenis. Remaja ingin mengetahui tentang
seks. Sehingga remaja mencari informasi yang lebih banyak tentang seks. Remaja dapat
memperoleh informasi dari majalah, buku, berita, seminar yang berhubungan dengan free seks,
atau diskusi dengan teman-teman. Informasi dari orang tua kurang atau jarang sekali
didapatkan remaja karena kesibukan orang tua terhadap pekerjaan dan kurangnya kesadaran
orang tua tentang hal itu.
5
ix
ix
Remaja perempuan ingin sekali mengetahui tentang keluarga berencana, pil anti hamil,
aborsi, dan lain-lain. Remaja laki-laki ingin mengetahui tentang penyakit kelamin, onani, alat
kontrasepsi, dan lain-lain. Remaja yang kurang mendapatkan bimbingan dari orang tua dan
guru, baik bimbingan agama maupun bimbingan tentang perkembangna seks, maka remaja
tidak akan mampu mengontrol nafsu seksualnya sehingga terjadi pergaulan bebas (free seks).
Kematangan seksual pada remaja laki-laki maupun perempuan akan diekspresikan kepada
lawan jenis yang bersifat romantis dan adanya keinginan yang kuat untuk memperoleh
dukungan dari lawan jenis.
Perkembangan minat terhadap lawan jenis yang disebut heteroseksualitas mengikuti
pola tertentu. Minat pada lawan jenis juga sangan dipengaruhi pola minay di antara teman-
teman remaja. Kalau mereka berminat dalam kegiatan yang melibatkan kedua jenis seks maka
remaja juga harus dapat memlihara status dalam kelompok sebaya. Pada generasi lampau,
kesempatan untuk berpacaran bagi remaja tidak ada. Remaja diatur oleh aturan dan tradisi yang
sangat dijunjung oleh masyarakat. Pacaran merupakan bentuk tingkah laku menyimpang disaat
itu. Remaja yang menyimpang tidak akan memperoleh dukungan dari kelompok sosialnya.
Berkencan pada zaman dahulu harus seizin orang tua dan di bawah pengawsan orang
tua. Remaja menjujung tinggi nilai-nilai moral yang ada. Remaja laki-laki berpakaian rapid an
bersopan santun dalam bertamu ke rumah perempuan. Bersentuhan saja mereka tidak berani,
apalagi berciuman. Walaupun sudah bertunangan, remaja tidak diizinkan untuk berciuman.
Berbeda halnya dengan remaja sekarang, berpelukan dan berciuman di depan umum
merupakan hal yang biasa. Tindakan immoral tersebut sudah menjadi “khas” kaum remaja
sekarang. Tidak hanya terjadi pada remaja perkotaan yang hidup penuh dengan keglamouran
tapi remaja pedesaan tidak terlepas dari tindakan immoral tersebut.
Hal tersebut terjadi karena kurangnya rasa tanggung jawab orang tua terhadap remaja.
Remaja sendiri merasa telah mampu mengatur dirinya sendiri, sehingga tidak diherankan kalau
remaja yang berusia tiga belas tahun sudah berani berkencan. Elizabeth B. Hurlock (1980:228)
menjelaskan alasan-alasan remaja berkencan, yaitu :
1. Hiburan
Remaja menginginkan agar pasangannya mempunyai berbagai keterampilan social
yang dianggap penting oleh kelompok sebaya, yaitu sikap baik dan menyenangkan.
Remaja laki-laki diharapkan “tajir” oleh pasangannya.
6
x
x
2. Sosialisasi
Agar tetap terlibat dalam kegiatan sosial, maka remaja harus berkencan dalam
melakukan kegiatan sosial.
3. Status
Pasangan tetap akan memiliki citra positif pada kelompok sosial.
4. Masa Depan
Remaja berkencan untuk memikirkan kehidupan masa depan. Remaja berkencan untuk
memikirkan rencana pernikahan.
5. Pemilihan Teman Hidup
Remaja yang memilki minat pendidikan yang rendah, memilih untuk berkencan guna
mencari pasangan yang akan menjadi pendamping hidupnya. Namun, remaja salah
dalam cara memilih, remajamau berhubungan yang melewati batas dengan teman
kencannya untuk mengenali pasangannya lebih jauh.
Dengan adanya pasangan tetap akan memberi peluang besar pada remaja untuk
melakukan hubungan seksual secara bebas. Remaja akan mengenali pasangannya
secara dini. Pendirian asrama atau kos-kosan yang tidak dtempati oleh pemiliknya akan
memancing remaja untuk melampiaskan nafsu seksualnya. Remaja laki-laki diizinkan
masuk ke rumah atau kamar pasangannya, begitu juga sebaliknya. Seks bebas akan
terjadi jika kelompok sebaya mendukung untuk berkencan. Apalagi pendapat mengenai
benar atau salah mengenai perilaku seksual menyertai perubahan sikap. Pengungkapan
cinta merupakan tindakan baik dan melakukan hubungan seksual sebagai bukti cinta
menurut remaja tidak salah.
Hal itu dapat kita lihat pada remaja-remaja yang tinggal jauh dari orang tua dan
belum mencapai usia yang pantas untuk meninggalkan pendidikan. Kartini Kartono
(1990:235-236) menyatakan bahwa tindakan immoralitas pada remaja didorong oleh
kebutuhan untuk memuaskan nafsu seksual. Pada remaja perempuan, tindakan immoral
diransang oleh pemanjaan diri dan kompensasi terhadap kelabilan jiwanya. Remaja
perempuan merasa tidak senang, kecewa, dan ingin berontak terhadap lingkungannya.
Hal tersebut disebabkan oleh :
1. Kegagalan di sekolah, tidak mampu berprestasi, konflik dengan teman atau guru.
2. Konflik dengan orang tua dan keluarga.
3. Merasa kecewa dan tidak puas dengan keadaan diri dan kecewa.
7
xi
xi
4. Disharmuni dan disintegrasi dalam konstitusi keribadian sehingga muncul konflik batin
dan ketegangan emosional yang tak terbendung.
5. Remaja berada pada lingkungan broken home. Remaja kekurangan kasih sayang dari
orang tua dan lingkugannya..
6. Remaja berontak dan ingin menuruti kemauan sendiri karena merasa telah dewasa dan
mampu bertanggung jawab.
Berdasarkan keterangan di atas, remaja yang tidak mampu mengendalikan seksualitas
kearah positif mudah dan akan terbiasa dengan immoral. Kebiasaan seks bebas (free seks) akan
mengarahkan remaja ke dunia narkoba dan kumpul kebo. Karena remaja yang tergabung dalam
kelomok free seks disebut kumpul kebo. Pada kesempatan itulah anggota kelompok berkenalan
dengan narkoba. Remaja akan lupa dengan semua aturan-aturan yang mengikat sikap dan
tingkah laku mereka. Pengkonsumsian narkoba akan menyebabkan remaja ketagihan dan akan
menggunakannya berulang-ulang sehingga narkoba akan mengontrol sistem saraf
pengkonsumsinya.
Pegkunsumsian narkoba yang berlebihan akan meningkatkan seksual remaja sehingga
banyak terjangkit HIV/AIDS pada remaja. Menurut keterangan para ahli, virus HIV/AIDS akan
menyerang keturunan. Sangat disayangkan, karena ulah orang tua di masa remaja akan
menghancurkan masa depan anaknya. Begitu juga di mata Tuhan, betapa besar dosa yang telah
dilakukan remaja dalam menikmati masa remajanya. Nafsu telah menguasai akal dan hati
remaja sehingga remaja terjerumus ke jalan setan. Remaja tidak menyadari bahwa belum tentu
pasangannya itu akan menjadi teman hidupnya nanti. Apalagi pada remaja perempuan yang
telah dinoda oleh pasangannya yang tidak bertanggung jawab.
Remaja telah merusak nama baik keluarga di mata masyarakat dan menanam dosa di
sisi Tuhan. Keluarga akan dicap masyarakat sebagai keluarga tak bermoral dan tidak
bertanggung jawab terhadap moral anak. Bagi remaja itu sendiri, free seks telah
menghancurkan masa depan mereka dan merusak citra diri di mata teman sebaya. Remaja akan
menjadi pendiam dan menarik diri dari lingkungannya.
2.4 Upaya Guru dan Orang Tua dalam Mengembangkan Moral Remaja
1. Memperkenalkan pengetahuan agama.
Moral tidak terlepas dari pengetahuan agama. Remaja harus diberi pengetahuan tentang
nilai-nilai moral yang diatur dalam agama sehingga remaja memiliki pegangan hidup.
8
xii
xii
2. Memperkenalkan nilai moral yang berlaku.
Guru dan orang tua memperkenalkan kepada remaja tentang nilai-nilai yang berlaku
3. Menunjukkan sikap yang penuh kasih.
Guru dan orang tua harus menunjukkan sifat kasih sayang kepada sesama terutama
kepada remaja. Sehingga remaja akan meniru apa yang dilakukan guru dan orang tua.
Dalam hal ini guru dan orang tua sebagai model dalam bersikap.
4. Membangkitkan kata hati.
Dalam bersikap kata hati merupakan panduan yang benar. Keadaan yang benar dan
buruk dapat dipercaya melalui kata hati.
5. Membina situasi sosial emosional yang bermoral.
Hubungan orang tua dan anak, anak dengan anak, ramah tamah, rasa kasih saying
sangat mempengaruhi perkembangan moral remaja. Guru dan orang tua memberikan
contoh yang baik dalam mendidik, dengan memberikan pujian dan teguran yang tidak
menjatuhkan perasaan remaja.
6. Meningkatkan pandangan moral
Remaja dilibatkan dalam kegiatan tertentu yang bersangkutan dengan masalah moral.
Sehingga remaja dapat menghindari diri dari tindakan immoral karena remaja tahu apa
akibat dari yang akan ia lakukan.
7. Memberikan informasi tentang bahaya seks bebas dan narkoba bagi diri sendiri dan
orang lain.
8. Membina bergaul dalam kelompok dengan lawan jenis. Guru membentuk kelompok
belajar atau diskusi pada remaja sehingga tercipta hubungan yang positif pada remaja
yang berlawanan jenis.
9. Membimbing siswa yang menyukai lawan jenis agar tidak terjadi perzinaan.
10. Membantu remaja mengembangkan diri berupa bakat dan minatnya sehingga remaja
bertindak positif untuk megekspresikan cintanya kepada lawan jenis. Misalnya remaja
akan semangat latihan atau belajar karena ingin menunjukkan kepada teman lawan
jenisnya bahwa ia mampu berprestasi.
11. Orang tua hendaknya menerima teman remaja dan membina mereka dalam bergaul di
rumah serta selalu mendampingi meraka.
12. Orang tua memperhatikan perubahan-perubahan pada remaja. Jangan biarkan remaja
menyimpan masalahnya sendiri.
9
xiii
xiii
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sebagai seorang remaja harus memiliki pengetahuan tentang moral yang akan menjadi
pegangan hidup dalam bersikap. Dengan kemampuan berpikir abstrak remaja mampu
menentukan mana hal yang baik dan buruk, pantas atau tidak pantas, benar atau salah. Remaja
yang tidak memiliki pengetahuan moral akan terlibat tindakan immoral yang akan meresahkan
masyarakat umumnya dan akan menghancurkan masa depan remaj yang bersangkutan remaja
tersebut khususnya.
3.2 Saran
Orang tua hendaknya memberikan atau membimbing anak dari kecil dengan banyak
ilmu pengetahuan tentang moral sehingga dalam menghadapi masa remaja yang labil, anak
tidak canggung. Remaja akan bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya.Di samping
itu, guru sebagai orang tua pengganti disekolah hendaknya membimbing remaja dalam
menjalin hubungan dengan teman lawan jenis agar tidak terjadi penyimpangan moral yang
akan merusak citra sekolah. Remaja harus diberi pengetahuan agama dan dibimbing dalam
mengembangkan minat dan bakat sehingga remaja tidak memiliki waktu untuk bertindak
immoral.
Oleh karena itu, orang tua dan guru harus menjadi model yang baik bagi remaja dan
selalu memberikan kasih sayang yang penuh terhadap remaja.
10
xiv
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Desmita, 2007. Psikologi Perkembangan, Bandung : Rosda Karya
http://kontesblogmuslim.com/karya-kbm3-penyimpangan-moral-remaja-penyebab-dan-
solusinya/ (di akses pada tanggal 18 April 2018 pukul 10.00 Winb)

More Related Content

What's hot

Pendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisisPendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisissafutri nurhidayah
 
TUGAS KONEKSI ANTAR MATERI 3.1.pptx
TUGAS KONEKSI ANTAR MATERI 3.1.pptxTUGAS KONEKSI ANTAR MATERI 3.1.pptx
TUGAS KONEKSI ANTAR MATERI 3.1.pptxRosihan7
 
makalah psikologi perkembangan
makalah psikologi perkembanganmakalah psikologi perkembangan
makalah psikologi perkembanganIrwan Fauzi
 
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 20182018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018Zakki Nurul Amin
 
Rpl Bidang Karir
Rpl Bidang KarirRpl Bidang Karir
Rpl Bidang KarirAfy Luna
 
Budaya Postif.pptx
Budaya Postif.pptxBudaya Postif.pptx
Budaya Postif.pptxRofinaSaina
 
Perkembangan Intelektual pada Fase Remaja
Perkembangan Intelektual pada Fase RemajaPerkembangan Intelektual pada Fase Remaja
Perkembangan Intelektual pada Fase RemajaOva Opayanti
 
Perkembangan dan kematangan karir remaja
Perkembangan dan kematangan karir remajaPerkembangan dan kematangan karir remaja
Perkembangan dan kematangan karir remajaIFTITAH INDRIANI
 
Landasan Hidup Religius, Landasan Perilaku Etis, Kematangan Emosi.pptx
Landasan Hidup Religius, Landasan Perilaku Etis, Kematangan Emosi.pptxLandasan Hidup Religius, Landasan Perilaku Etis, Kematangan Emosi.pptx
Landasan Hidup Religius, Landasan Perilaku Etis, Kematangan Emosi.pptxAlifianChuchok
 
Gambaran kepribadian menurut sigmund freud
Gambaran kepribadian menurut sigmund freudGambaran kepribadian menurut sigmund freud
Gambaran kepribadian menurut sigmund freudAgung Andi Nurul Patta
 
Perkembangan Emosi Peserta Didik
Perkembangan Emosi Peserta DidikPerkembangan Emosi Peserta Didik
Perkembangan Emosi Peserta Didikafifahdhaniyah
 
WAWAN_KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1.pdf
WAWAN_KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1.pdfWAWAN_KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1.pdf
WAWAN_KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1.pdfWawanKurniawan976950
 
6 organisasi-profesi-bk
6 organisasi-profesi-bk6 organisasi-profesi-bk
6 organisasi-profesi-bkasm
 
536847494 1-4-budaya-positif (1)
536847494 1-4-budaya-positif (1)536847494 1-4-budaya-positif (1)
536847494 1-4-budaya-positif (1)MirahKencana
 

What's hot (20)

Pendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisisPendekatan konseling psikoanalisis
Pendekatan konseling psikoanalisis
 
TUGAS KONEKSI ANTAR MATERI 3.1.pptx
TUGAS KONEKSI ANTAR MATERI 3.1.pptxTUGAS KONEKSI ANTAR MATERI 3.1.pptx
TUGAS KONEKSI ANTAR MATERI 3.1.pptx
 
makalah psikologi perkembangan
makalah psikologi perkembanganmakalah psikologi perkembangan
makalah psikologi perkembangan
 
Tes 16 pf
Tes 16 pfTes 16 pf
Tes 16 pf
 
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 20182018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
 
Rpl Bidang Karir
Rpl Bidang KarirRpl Bidang Karir
Rpl Bidang Karir
 
Budaya Postif.pptx
Budaya Postif.pptxBudaya Postif.pptx
Budaya Postif.pptx
 
Perkembangan Intelektual pada Fase Remaja
Perkembangan Intelektual pada Fase RemajaPerkembangan Intelektual pada Fase Remaja
Perkembangan Intelektual pada Fase Remaja
 
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
RPL BIMBINGAN KELOMPOK (POP)
 
Perkembangan dan kematangan karir remaja
Perkembangan dan kematangan karir remajaPerkembangan dan kematangan karir remaja
Perkembangan dan kematangan karir remaja
 
Landasan Hidup Religius, Landasan Perilaku Etis, Kematangan Emosi.pptx
Landasan Hidup Religius, Landasan Perilaku Etis, Kematangan Emosi.pptxLandasan Hidup Religius, Landasan Perilaku Etis, Kematangan Emosi.pptx
Landasan Hidup Religius, Landasan Perilaku Etis, Kematangan Emosi.pptx
 
Gambaran kepribadian menurut sigmund freud
Gambaran kepribadian menurut sigmund freudGambaran kepribadian menurut sigmund freud
Gambaran kepribadian menurut sigmund freud
 
Perkembangan Emosi Peserta Didik
Perkembangan Emosi Peserta DidikPerkembangan Emosi Peserta Didik
Perkembangan Emosi Peserta Didik
 
Hakikat Psikologi Perkembangan
Hakikat Psikologi PerkembanganHakikat Psikologi Perkembangan
Hakikat Psikologi Perkembangan
 
WAWAN_KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1.pdf
WAWAN_KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1.pdfWAWAN_KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1.pdf
WAWAN_KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1.pdf
 
6 organisasi-profesi-bk
6 organisasi-profesi-bk6 organisasi-profesi-bk
6 organisasi-profesi-bk
 
536847494 1-4-budaya-positif (1)
536847494 1-4-budaya-positif (1)536847494 1-4-budaya-positif (1)
536847494 1-4-budaya-positif (1)
 
Kekuatan dan kelemahan konselor sbg personal dan profesional
Kekuatan dan kelemahan konselor sbg personal dan profesionalKekuatan dan kelemahan konselor sbg personal dan profesional
Kekuatan dan kelemahan konselor sbg personal dan profesional
 
Sosiometri
SosiometriSosiometri
Sosiometri
 
Perkembangan emosi
Perkembangan emosiPerkembangan emosi
Perkembangan emosi
 

Similar to OPTIMALISASI MORAL

KENAKALAN REMAJA PP.pptx
KENAKALAN REMAJA  PP.pptxKENAKALAN REMAJA  PP.pptx
KENAKALAN REMAJA PP.pptxLydiaNasrul
 
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putra
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putraMakalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putra
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putraRyan Putra
 
Perkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx aryPerkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx aryzalheri
 
Perkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx aryPerkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx aryherizal2
 
Perkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx aryPerkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx aryherizal1234567890
 
Perkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx aryPerkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx ary1234567890eri
 
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)Nanang Galing
 
KRISIS MORAL LRC -WPS Office.pptx
KRISIS MORAL LRC -WPS Office.pptxKRISIS MORAL LRC -WPS Office.pptx
KRISIS MORAL LRC -WPS Office.pptxCscenter1
 
Gabung semua-bab-tesis
Gabung semua-bab-tesisGabung semua-bab-tesis
Gabung semua-bab-tesisAfshan Mbo
 
Keluarga dalam pembentukan moral
Keluarga dalam pembentukan moralKeluarga dalam pembentukan moral
Keluarga dalam pembentukan moralBen Devon
 
Perkembangan peserta didik2
Perkembangan peserta didik2Perkembangan peserta didik2
Perkembangan peserta didik2Susi Novita
 
Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...
Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...
Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...RAFITA AL QORNY
 
Pengaruh sosialisasi terhadap pembentukan kepribaddian
Pengaruh sosialisasi terhadap pembentukan kepribaddianPengaruh sosialisasi terhadap pembentukan kepribaddian
Pengaruh sosialisasi terhadap pembentukan kepribaddianOperator Warnet Vast Raha
 
Perkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanak
Perkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanakPerkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanak
Perkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanakM N Habibah
 

Similar to OPTIMALISASI MORAL (20)

KENAKALAN REMAJA PP.pptx
KENAKALAN REMAJA  PP.pptxKENAKALAN REMAJA  PP.pptx
KENAKALAN REMAJA PP.pptx
 
Ppd
PpdPpd
Ppd
 
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putra
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putraMakalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putra
Makalah perkembangan moral oleh ryan khaidar putra
 
Perkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx aryPerkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx ary
 
Perkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx aryPerkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx ary
 
Perkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx aryPerkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx ary
 
Perkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx aryPerkembangan moral remaja.docx ary
Perkembangan moral remaja.docx ary
 
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
Makalah perkembangan-nilai-moral-dan-sikap (1)
 
KRISIS MORAL LRC -WPS Office.pptx
KRISIS MORAL LRC -WPS Office.pptxKRISIS MORAL LRC -WPS Office.pptx
KRISIS MORAL LRC -WPS Office.pptx
 
Pengertian kenakalanremaja
Pengertian kenakalanremajaPengertian kenakalanremaja
Pengertian kenakalanremaja
 
Gabung semua-bab-tesis
Gabung semua-bab-tesisGabung semua-bab-tesis
Gabung semua-bab-tesis
 
Keluarga dalam pembentukan moral
Keluarga dalam pembentukan moralKeluarga dalam pembentukan moral
Keluarga dalam pembentukan moral
 
Perkembangan peserta didik2
Perkembangan peserta didik2Perkembangan peserta didik2
Perkembangan peserta didik2
 
bilangan aljabar
bilangan aljabarbilangan aljabar
bilangan aljabar
 
ULASAN ARTIKEL 4
ULASAN ARTIKEL 4ULASAN ARTIKEL 4
ULASAN ARTIKEL 4
 
Etika profesi
Etika profesiEtika profesi
Etika profesi
 
Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...
Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...
Karakteristik perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya ...
 
Pengaruh sosialisasi terhadap pembentukan kepribaddian
Pengaruh sosialisasi terhadap pembentukan kepribaddianPengaruh sosialisasi terhadap pembentukan kepribaddian
Pengaruh sosialisasi terhadap pembentukan kepribaddian
 
kelompok_2.docx
kelompok_2.docxkelompok_2.docx
kelompok_2.docx
 
Perkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanak
Perkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanakPerkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanak
Perkembangan sosial, moral. agama dan kepribadian masa akhir kanak kanak
 

Recently uploaded

Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 

Recently uploaded (20)

Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 

OPTIMALISASI MORAL

  • 1. i i BIMBINGAN KONSELING UNTUK OPTIMALISASI PERKEMBANGAN MORAL REMAJA Disusun Guna memenuhi Tugas Mata Kuliah : Konseling Remaja Dosen Pengampu : Nindya Ayu Pristanti, S.Pd, M.Pd Disusun oleh : Nama : Zuraidah Harahap Nim : 1151151042 Keas : BK Reguer A 2015 PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2018/2019
  • 2. ii ii KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada Saya, sehingga Saya dapat menyelesaikan Makalah Saya yang berjudul “Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja” Makalah ini telah Saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada Ibu Nindya Ayu Pristanti, S.Pd, M.Pd sebagai dosen pengampu dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan makalah ini.Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka Saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar Saya dapat memperbaiki laporan makalah ini. Akhir kata Saya berharap semoga makalah ini ada manfaatnya untuk masyarakan dan dapat memberikan informasi dan inpirasi terhadap pembaca. Medan, 19 April 2018 Zuraidah Harahap i
  • 3. iii iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.................................................................................................................. i DAFTAR ISI............................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................................. 1 1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 2 2.1 Pengertian Moral................................................................................................................... 2 2.2 Kekhasan Perkembangan Moral Remaja ................................................................................. 3 2.3 Immoril Pada Perkembangan Remaja...................................................................................... 5 2.4 Pengaruh Orangtua Terhadap Perkembangan Moral Remaja..................................................... 8 BAB III PENUTUP................................................................................................................... 10 3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................10 3.2 Saran...................................................................................................................................10 DAFTAR PUSTAKA ii
  • 4. iv iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan remaja adalah perkembangan moral. Moral merupakan penanda kepribadian seseorang. Apabila seseorang memiliki moral yang baik maka ia akan memiliki kepribadian yang baik. Tapi, jika individu memiliki moral yang buruk maka ia memiliki kepribadian yang buruk pula. Sebagai orang tua dan guru harus mengetahui bagaimana perkembangan moral remaja seharusnya. Orang tua dan guru harus tahu bagaimana menghadapi dan mengembangkan moral remaja ke arah yang lebih baik. Hal itu disebabkan karena pada masa remaja terjadi keadaan yang labil, sehingga remaja harus mampu menentukan mana hal yang baik dan buruk sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku berdasarkan suara hati. Jika remaja tidak mampu mengendalikan diri maka remaja akan terjerumus kea rah yang salah atau tindakan immoril. Pada masa remaja sering terjadi seks bebas yang akan menghancurkan masa depan remaja. Hal tersebut terjadi karena kurangnya bimbingan dan pengetahuan remaja tentang seks. Oleh sebab itu, guru dan orang tua sangat berperan penting dalam membimbing remaja berhubungan dengan teman lawan jenis. 1.2 Rumusan Masalah Pada makalah ini akan dibahas tentang : 1. Apakah pengertian dari moral ? 2. Apakah kekhasan perkembangan moral remaja? 3. Apakah bentuk salah satu tindakan immoral pada remaja ? 4. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja? 5. Apakah usaha guru dan orang tua dalam mengembangkan moral remaja? 1.3 Tujuan Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bentuk tingkah laku moral remaja, fenomena kenakalan moral remaja serta bagaimana guru dan orang tua menghadapi dan mengatasi masalah moral remaja atau tindakan immoral pada remaja. 1
  • 5. v v BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Moral Elizabeth B. Hurlock (1999:74) mendefinisikan moral sebagai bentuk tingah laku yang sesuai dengan aturan-aturan kelompok social. “Moral” berasal dari kata “mores” yang berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Sikap yang bermoral dikendalikan atau didasari oleh konsep- konsep atau pengetahuan-pengetahuan tentang moral yang telah menjadi pegangan atau panutan bagi kelompok sosial di mana individu tersebut berada. Moral adalah kebiasaan atau aturan yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Moral merupakan seperangkat aturan yag menyangkut baik atau buruk, pantas atau tidak pantas, benar atau salah, dan tidak bertetangan dengan hati nurani dalam menjalani kehidupan sosial. Berdasarkan pengertian di atas, terdapat empat hal pokok yang berkaitan dengan moral, yaitu : mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya seperti aturan hokum, kebiasaan kelompok sosial; mengembangkan hati nurani; mempelajari untuk merasakan malu atau bersalah jika sikap individu tidak sesuai dengan aturan yang ada pada kelompok sosial; dan belajar berinteraksi sosial untuk mempelajari moral yang ada dalam kehidupan kelompok sosial. Seorang remaja yang beranjak dari masa kanak-kanak harus mengganti konsep-konsep moral pada masa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku pada kehidupan sosial di mana ia berada seiring dengan perkembangan pola pikir remaja. Remaja harus mampu mengendalikan dirinya dan bertanggung jawab atas semua yang ia lakukan. Karena pada masa kanak-kanak, tanggung jawab tertumpu pada orang tua sebagai lingkungan terdekat. Sedangkan pada masa remaja segala yang remaja lakukan harus memikirkan baik dan buruk atas perbuatannya serta remaja harus mampu mempertanggung jawabkannya. Baik remaja laki-laki maupun remaja perempuan harus mampu mempertimbangakan sikap positif atau negatif, baik atau buruk, dan mempertanggung jawabkan sikapnya berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang ia miliki tanpa terlepas dari hati nurani. Perasaan moral adalah perasaan puas dialami remaja setelah ia melakukan suatu perbuatan. Apakah perbuatan tersebut merupakan perbuatan yang benar atau salah menurut hati remaja tersebut. 2
  • 6. vi vi 2.2 Kekhasan Perkembangan Moral Remaja Perkembangan moral remaja berbeda dengan perkembangna moral periode anak-anak. Elida Prayitno (2006:106) mengemukakan penyebab perbedaan tersebut, yaitu : 1) Meningkatnya kemampuan kognitif dari berpikir konkrit menjadi berpikir abstrak atau formal. Remaja mampu memahami permasalahan-permasalahan yang ia hadapi sesuai dengan moral-moral yang ia miliki. Remaja menganalisa setiap permasalahan yang ia hadapi, terutama permasalahan moral. 2) Remaja memperoleh kemampuan untuk memahami bahwa peraturan-peraturan itu dubuat manusia atas persetujuan semua orang adlah bersifat ideal untuk kesejahteraan hidup. Remaja berusaha untuk mematuhi peraturan-peraturan yang ada terutama aturan Tuhan. Remaja sangat mengharapkan aturan tersebut dipatuhi oleh setiap orang, remaja akan memberontak jika terjadi pelanggaran terhadap aturan-aturan yang ada. Remaja berada pada taraf perkembangan moral otonom. Sebagaimana yang diojelaskna Piaget dalam Tim PPD (2006:114) bahwa remaja akan menjalami hokum berdasrakan kesepakatan bersama. Moral akan berjalan sesuai dengan kesadaran masyarakat. Moral dibentuk demi kebahgiaan dan kesejahteraan kehidupan. Remaja menyadari bahwa pelanggaran moral itu akan diberi sangsi sesuai denga kesalahan yang dilakukan. Sangsi moral dapat dilihat dengan kasat mata, namun ada juga secara abstrak seperti sangsi berupa dosa. Semakintinggi kemampuan kognitif remaja, semakin tinggi pemahamannya terhadap moral. Sehingga remaja akan menuntut kepuasan dan ketentraman hidup serta keadilan. Sedangkan menurut teori belajar sosial, moral terbentuk dari hasil interaksi individu dengan lingkungan. Moral akan tercipta baik jika individu berinteraksi dengan lingkungan yang baik juga. Remaja akan meniru moral lingkungan sekitarnya, remaja akanj mudah meniru lingkungan terdekat yaitu lingkungan keluarga dan guru. Oleh karena itu, orang tua dan guru harus memiliki moral yang baik dihadapan remaja. Beberapa kecenderungan moral yang terlihat pada usia remaja menurut Yudho Purwoko (2001:30) adalah : 1) Self- directive, taat beragama berdasarkan pertimbangan pribadi; 2) Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa kritik; 3) Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan agama; 4) Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral; 5) Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral masyarakat. 3
  • 7. vii vii Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Remaja, Elida Prayitno (2006: 109- 112), menjelasakan tentang faktor-faktor perkembangan remaja yaitu : 1) Orang Tua dan Guru Sebagai Model Remaja pria maupun wanita meniru tingkah laku orang tua yang sama jenis kelaminnya karena remaja ingin seperti orang tua. Anak laki-laki ingin seperti ayah dan anak perempuan ingin seperti ibunya. Oleh karena itu, orang tua dan guru harus memiliki nilai moral yang baik dan motivasi yang tinggi. Karena remaja akan menghubungkan dengan lingkungan aspek- aspek yang dilihatnya dari orang tua sehingga timbulah tingkah laku remaja. Teori psikoanalisa mengatakan bahwa perilaku muncul karena adanya rasa bersalah pada diri remaja. Untuk keluar dari kesalahan tersebut, remaja harus melakukan tingkah laku yang bermoral yang ditiru dari tingkah laku orang tua dan guru. 2) Disiplin Yang Dilakukan Orang Tua Apabila orang tua menerapkan sisem disiplain dengan memberikan alasan mengapa sesuatu boleh atau tidak boleh dilakukan maka tingkah laku aau moral remaja akan tercipa dengan baik. Namun, jika orang tua bersifat otoriter dalam menjalankan disiplin maka remaja akan memiliki moral yang lemah. Hal ini disebabkan seiring dengan perkembangan kognitif remaja. Remaja pria yang tidak memiliki ayah cenderung lemah moralnya dibandingkan dengan remaja yamg tinggal dengan ayahnya karena ayah dapat memberikan arahan moral secara langsung dan peranan disiplin ayah akan terancam jika digantikan oleh ibu. Hubungan antara moral remaja denga disiplin orang ua adalah sebagai berikut :  Orang tua yang menonjolkan disiplin dalam keluarga, dapat melemahkan perkembangan moral remaja.  Orang tua yang mengakkan disiplin penarikan cina akan menimbulkan moral yang buruk.  Orang tua yang menerapkan disiplin induksi akan menciptakan moral remaja yang baik.  Disiplin yang dilakukan ayah jarang mempengaruhi perkembangan moral remaja.  Perasaan kasih sayang dan kelembutan akan menimbulkan moral positif bagi siswa. 4
  • 8. viii viii 3) Interaksi Dengan Teman Sebaya Interaksi dengan teman sebaya dan kemampuan bermain peran merupakan wujud dari penguasaan role taking. Remaja yang memiliki role taking baik akan merasakan perasaan temannya yang sedih karena mendapatkan nilai yang rendah. Perasaan tersebut akan mempengaruhi pola pikirnya, sehingga remaja tidak akan menyakitkan hati temannya tersebut. Dengan meningkatnya interaksi dengan teman sebaya, maka kemampuan role taking remaja akan meningkat dan perkembangan moral akan semakin baik. 2.3 Tindakan Immoril Pada Remaja 1) Pengertian Immoril Berdasarkan kenyataan yang kita lihat, tidak semua remaja mampu menghadapi peralihan moral dari masa kanak-kanak ke masa remaja untuk menuju kedewasaan. Ketidakmampuan remaja tersebut akan menimbulkan tindakan-tindakan moral yang menyimoang atau disebut juga tindakan immoral. Kartini Kartono (1990:235) dalam bukunya “Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan)” mendefinisikan immoral sebagai “ Tindakan yang asusila dan sangat mencolok mata, sehingga ditolak oleh masyarakat”. Beberapa ciri-ciri individu yang immoril adalah : a) Kurang terkendalinya rem-rem psikis oleh hati nurani dan tidak berfungsi atau melemahnya sistem pengontrolan diri oleh rendahnya kemauan. b) Kurang adanya pembentukan karakter pada individu. Tindakan immoral sangat merugikan diri sendiri dan orang lain. Remaja yang seharusnya dihargai oleh teman sebaya menjadi hina di mata teman sebaya. Remaja semestinya mengikuti pendidkan layaknya remaja yang lain menjadi pemalas dan melawan kepada orang tua dan guru. Remaja tidak mengindahkan peraturan-peraturan dan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan. 2. Fenomena Seksualitas Pada Remaja Pada masa remaja mulai tertarik kepada lawan jenis. Remaja ingin mengetahui tentang seks. Sehingga remaja mencari informasi yang lebih banyak tentang seks. Remaja dapat memperoleh informasi dari majalah, buku, berita, seminar yang berhubungan dengan free seks, atau diskusi dengan teman-teman. Informasi dari orang tua kurang atau jarang sekali didapatkan remaja karena kesibukan orang tua terhadap pekerjaan dan kurangnya kesadaran orang tua tentang hal itu. 5
  • 9. ix ix Remaja perempuan ingin sekali mengetahui tentang keluarga berencana, pil anti hamil, aborsi, dan lain-lain. Remaja laki-laki ingin mengetahui tentang penyakit kelamin, onani, alat kontrasepsi, dan lain-lain. Remaja yang kurang mendapatkan bimbingan dari orang tua dan guru, baik bimbingan agama maupun bimbingan tentang perkembangna seks, maka remaja tidak akan mampu mengontrol nafsu seksualnya sehingga terjadi pergaulan bebas (free seks). Kematangan seksual pada remaja laki-laki maupun perempuan akan diekspresikan kepada lawan jenis yang bersifat romantis dan adanya keinginan yang kuat untuk memperoleh dukungan dari lawan jenis. Perkembangan minat terhadap lawan jenis yang disebut heteroseksualitas mengikuti pola tertentu. Minat pada lawan jenis juga sangan dipengaruhi pola minay di antara teman- teman remaja. Kalau mereka berminat dalam kegiatan yang melibatkan kedua jenis seks maka remaja juga harus dapat memlihara status dalam kelompok sebaya. Pada generasi lampau, kesempatan untuk berpacaran bagi remaja tidak ada. Remaja diatur oleh aturan dan tradisi yang sangat dijunjung oleh masyarakat. Pacaran merupakan bentuk tingkah laku menyimpang disaat itu. Remaja yang menyimpang tidak akan memperoleh dukungan dari kelompok sosialnya. Berkencan pada zaman dahulu harus seizin orang tua dan di bawah pengawsan orang tua. Remaja menjujung tinggi nilai-nilai moral yang ada. Remaja laki-laki berpakaian rapid an bersopan santun dalam bertamu ke rumah perempuan. Bersentuhan saja mereka tidak berani, apalagi berciuman. Walaupun sudah bertunangan, remaja tidak diizinkan untuk berciuman. Berbeda halnya dengan remaja sekarang, berpelukan dan berciuman di depan umum merupakan hal yang biasa. Tindakan immoral tersebut sudah menjadi “khas” kaum remaja sekarang. Tidak hanya terjadi pada remaja perkotaan yang hidup penuh dengan keglamouran tapi remaja pedesaan tidak terlepas dari tindakan immoral tersebut. Hal tersebut terjadi karena kurangnya rasa tanggung jawab orang tua terhadap remaja. Remaja sendiri merasa telah mampu mengatur dirinya sendiri, sehingga tidak diherankan kalau remaja yang berusia tiga belas tahun sudah berani berkencan. Elizabeth B. Hurlock (1980:228) menjelaskan alasan-alasan remaja berkencan, yaitu : 1. Hiburan Remaja menginginkan agar pasangannya mempunyai berbagai keterampilan social yang dianggap penting oleh kelompok sebaya, yaitu sikap baik dan menyenangkan. Remaja laki-laki diharapkan “tajir” oleh pasangannya. 6
  • 10. x x 2. Sosialisasi Agar tetap terlibat dalam kegiatan sosial, maka remaja harus berkencan dalam melakukan kegiatan sosial. 3. Status Pasangan tetap akan memiliki citra positif pada kelompok sosial. 4. Masa Depan Remaja berkencan untuk memikirkan kehidupan masa depan. Remaja berkencan untuk memikirkan rencana pernikahan. 5. Pemilihan Teman Hidup Remaja yang memilki minat pendidikan yang rendah, memilih untuk berkencan guna mencari pasangan yang akan menjadi pendamping hidupnya. Namun, remaja salah dalam cara memilih, remajamau berhubungan yang melewati batas dengan teman kencannya untuk mengenali pasangannya lebih jauh. Dengan adanya pasangan tetap akan memberi peluang besar pada remaja untuk melakukan hubungan seksual secara bebas. Remaja akan mengenali pasangannya secara dini. Pendirian asrama atau kos-kosan yang tidak dtempati oleh pemiliknya akan memancing remaja untuk melampiaskan nafsu seksualnya. Remaja laki-laki diizinkan masuk ke rumah atau kamar pasangannya, begitu juga sebaliknya. Seks bebas akan terjadi jika kelompok sebaya mendukung untuk berkencan. Apalagi pendapat mengenai benar atau salah mengenai perilaku seksual menyertai perubahan sikap. Pengungkapan cinta merupakan tindakan baik dan melakukan hubungan seksual sebagai bukti cinta menurut remaja tidak salah. Hal itu dapat kita lihat pada remaja-remaja yang tinggal jauh dari orang tua dan belum mencapai usia yang pantas untuk meninggalkan pendidikan. Kartini Kartono (1990:235-236) menyatakan bahwa tindakan immoralitas pada remaja didorong oleh kebutuhan untuk memuaskan nafsu seksual. Pada remaja perempuan, tindakan immoral diransang oleh pemanjaan diri dan kompensasi terhadap kelabilan jiwanya. Remaja perempuan merasa tidak senang, kecewa, dan ingin berontak terhadap lingkungannya. Hal tersebut disebabkan oleh : 1. Kegagalan di sekolah, tidak mampu berprestasi, konflik dengan teman atau guru. 2. Konflik dengan orang tua dan keluarga. 3. Merasa kecewa dan tidak puas dengan keadaan diri dan kecewa. 7
  • 11. xi xi 4. Disharmuni dan disintegrasi dalam konstitusi keribadian sehingga muncul konflik batin dan ketegangan emosional yang tak terbendung. 5. Remaja berada pada lingkungan broken home. Remaja kekurangan kasih sayang dari orang tua dan lingkugannya.. 6. Remaja berontak dan ingin menuruti kemauan sendiri karena merasa telah dewasa dan mampu bertanggung jawab. Berdasarkan keterangan di atas, remaja yang tidak mampu mengendalikan seksualitas kearah positif mudah dan akan terbiasa dengan immoral. Kebiasaan seks bebas (free seks) akan mengarahkan remaja ke dunia narkoba dan kumpul kebo. Karena remaja yang tergabung dalam kelomok free seks disebut kumpul kebo. Pada kesempatan itulah anggota kelompok berkenalan dengan narkoba. Remaja akan lupa dengan semua aturan-aturan yang mengikat sikap dan tingkah laku mereka. Pengkonsumsian narkoba akan menyebabkan remaja ketagihan dan akan menggunakannya berulang-ulang sehingga narkoba akan mengontrol sistem saraf pengkonsumsinya. Pegkunsumsian narkoba yang berlebihan akan meningkatkan seksual remaja sehingga banyak terjangkit HIV/AIDS pada remaja. Menurut keterangan para ahli, virus HIV/AIDS akan menyerang keturunan. Sangat disayangkan, karena ulah orang tua di masa remaja akan menghancurkan masa depan anaknya. Begitu juga di mata Tuhan, betapa besar dosa yang telah dilakukan remaja dalam menikmati masa remajanya. Nafsu telah menguasai akal dan hati remaja sehingga remaja terjerumus ke jalan setan. Remaja tidak menyadari bahwa belum tentu pasangannya itu akan menjadi teman hidupnya nanti. Apalagi pada remaja perempuan yang telah dinoda oleh pasangannya yang tidak bertanggung jawab. Remaja telah merusak nama baik keluarga di mata masyarakat dan menanam dosa di sisi Tuhan. Keluarga akan dicap masyarakat sebagai keluarga tak bermoral dan tidak bertanggung jawab terhadap moral anak. Bagi remaja itu sendiri, free seks telah menghancurkan masa depan mereka dan merusak citra diri di mata teman sebaya. Remaja akan menjadi pendiam dan menarik diri dari lingkungannya. 2.4 Upaya Guru dan Orang Tua dalam Mengembangkan Moral Remaja 1. Memperkenalkan pengetahuan agama. Moral tidak terlepas dari pengetahuan agama. Remaja harus diberi pengetahuan tentang nilai-nilai moral yang diatur dalam agama sehingga remaja memiliki pegangan hidup. 8
  • 12. xii xii 2. Memperkenalkan nilai moral yang berlaku. Guru dan orang tua memperkenalkan kepada remaja tentang nilai-nilai yang berlaku 3. Menunjukkan sikap yang penuh kasih. Guru dan orang tua harus menunjukkan sifat kasih sayang kepada sesama terutama kepada remaja. Sehingga remaja akan meniru apa yang dilakukan guru dan orang tua. Dalam hal ini guru dan orang tua sebagai model dalam bersikap. 4. Membangkitkan kata hati. Dalam bersikap kata hati merupakan panduan yang benar. Keadaan yang benar dan buruk dapat dipercaya melalui kata hati. 5. Membina situasi sosial emosional yang bermoral. Hubungan orang tua dan anak, anak dengan anak, ramah tamah, rasa kasih saying sangat mempengaruhi perkembangan moral remaja. Guru dan orang tua memberikan contoh yang baik dalam mendidik, dengan memberikan pujian dan teguran yang tidak menjatuhkan perasaan remaja. 6. Meningkatkan pandangan moral Remaja dilibatkan dalam kegiatan tertentu yang bersangkutan dengan masalah moral. Sehingga remaja dapat menghindari diri dari tindakan immoral karena remaja tahu apa akibat dari yang akan ia lakukan. 7. Memberikan informasi tentang bahaya seks bebas dan narkoba bagi diri sendiri dan orang lain. 8. Membina bergaul dalam kelompok dengan lawan jenis. Guru membentuk kelompok belajar atau diskusi pada remaja sehingga tercipta hubungan yang positif pada remaja yang berlawanan jenis. 9. Membimbing siswa yang menyukai lawan jenis agar tidak terjadi perzinaan. 10. Membantu remaja mengembangkan diri berupa bakat dan minatnya sehingga remaja bertindak positif untuk megekspresikan cintanya kepada lawan jenis. Misalnya remaja akan semangat latihan atau belajar karena ingin menunjukkan kepada teman lawan jenisnya bahwa ia mampu berprestasi. 11. Orang tua hendaknya menerima teman remaja dan membina mereka dalam bergaul di rumah serta selalu mendampingi meraka. 12. Orang tua memperhatikan perubahan-perubahan pada remaja. Jangan biarkan remaja menyimpan masalahnya sendiri. 9
  • 13. xiii xiii BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Sebagai seorang remaja harus memiliki pengetahuan tentang moral yang akan menjadi pegangan hidup dalam bersikap. Dengan kemampuan berpikir abstrak remaja mampu menentukan mana hal yang baik dan buruk, pantas atau tidak pantas, benar atau salah. Remaja yang tidak memiliki pengetahuan moral akan terlibat tindakan immoral yang akan meresahkan masyarakat umumnya dan akan menghancurkan masa depan remaj yang bersangkutan remaja tersebut khususnya. 3.2 Saran Orang tua hendaknya memberikan atau membimbing anak dari kecil dengan banyak ilmu pengetahuan tentang moral sehingga dalam menghadapi masa remaja yang labil, anak tidak canggung. Remaja akan bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya.Di samping itu, guru sebagai orang tua pengganti disekolah hendaknya membimbing remaja dalam menjalin hubungan dengan teman lawan jenis agar tidak terjadi penyimpangan moral yang akan merusak citra sekolah. Remaja harus diberi pengetahuan agama dan dibimbing dalam mengembangkan minat dan bakat sehingga remaja tidak memiliki waktu untuk bertindak immoral. Oleh karena itu, orang tua dan guru harus menjadi model yang baik bagi remaja dan selalu memberikan kasih sayang yang penuh terhadap remaja. 10
  • 14. xiv xiv DAFTAR PUSTAKA Desmita, 2007. Psikologi Perkembangan, Bandung : Rosda Karya http://kontesblogmuslim.com/karya-kbm3-penyimpangan-moral-remaja-penyebab-dan- solusinya/ (di akses pada tanggal 18 April 2018 pukul 10.00 Winb)